BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
LAPORAN KA SUS SUS 30 AG USTUS UST US 2017 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SK I ZOF R E NI A PA R A NOI D
OLEH : ANNISA RACHMA MULYANI 111 2016 2068
PEMBIMBING
dr. R. Joko Maharto, M.Kes, Sp.KJ
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2017
LAPORAN KASUS GANGGUAN SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. B
Umur
: 37 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jl. Palanro Mallusetasi
Pekerjaan
: POLRI
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Status Perkawinan
: Menikah
Pendidikan Terakhir : Sarjana Tanggal Pemeriksaan : 11 Agustus 2017 Tempat Pemeriksaan : RS Bhayangkara
LAPORAN PSIKIATRIK I.
RIWAYAT PENYAKIT A. Keluhan utama
Gelisah B. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang laki-laki usia 37 tahun dibawa ke RS Bhayangkara dengan keluhan gelisah. Keluhan tersebut dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu namun beberapa minggu terakhir makin memberat, pasien sering mondar mandir, bicara ngawur, mengaku dirinya seorang raja. Pasien juga mengaku merasa memiliki 3 orang ayah yang salah satunya sedang berperang di palestina. Beberapa jam sebelum masuk RS pasien mengamuk saat pelaksanaan khutbah jumat dan mengatakan semua yang ada di masjid pada saat itu kafir kemudian menghancurkan kaca mesjid di daerahnya (Barru). Pasien juga pernah melihat sosok iblis dan mendapat perintah untuk membunuh iblis tersebut. Menurut sepupu pasien, hubungan pasien dengan keluarganya tidak begitu baik terutama dengan ibu kandungnya. Hubungan itu semakin renggang ketika pasien ingin menikah, namun tidak ada restu dari ibu dan keluarga pasien yang lain. Saat ini pasien tidak tinggal serumah dengan istrinya meskipun masih dalam status menikah.
Hendaya Disfungsi Hendaya Sosial
(-)
Hendaya Pekerjaan
(-)
Hendaya waktu senggang
(-)
Faktor Stressor Psikososial Saat ini pasien tidak memiliki
hubungan yang baik dengan
keluarga terutama ibu kandungnya
Hubungan sebelumnya.
gangguan
sekarang
dengan
riwayat
penyakit
Pasien sebelumnya tidak pernah berobat di poli jiwa RS bhayangkara. C. Riwayat Gangguan Sebelumnya.
Riwayat penyakit terdahulu : Tidak ada
Riwayat
penggunaan
zat
psikoaktif
:
pasien
merokok,
mengonsumsi alcohol dan tidak menggunakan NAPZA. D. Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir di Barru tahun 1980 lahir cukup bulan, berat badan normal dan persalinan ditolong oleh bidan. Bapak dan ibu pasien merencanakan dan menginginkan kelahiran pasien. Tidak ada penyalahgunaan alkohol, obat-obatan atau jamu selama kehamilan ibu.
Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)
Pasien
mendapatkan
ASI
eksklusif
oleh
ibu
kandungnya.
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur, tidak ada riwayat kejang, trauma atau infeksi pada masa ini. Pasien mendapatkan kasih sayang dari orang tua.
Riwayat Masa Pertengahan (4-11 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan dan perkembangan baik. Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak seusianya. Pasien dinilai sebagai anak yang periang dan ceria serta memiliki banyak teman. Tidak ada laporan yang berarti dari guru maupun sekolah pasien.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja. ( 12-18 tahun)
Pasien menyelesaikan pendidikan hingga sekolah menengah atas dan dilanjutkan ke perguruan tinggi dengan jurusan sesuai dengan yang ia inginkan
Riwayat Masa Dewasa a. Riwayat Pekerjaan
Pasien merupakan seorang anggota POLRI di Barru
b. Riwayat Pernikahan
Menikah. c. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama islam dan menjalankan kewajiban agama dengan cukup baik. d. Riwayat pelanggaran hukum
Selama ini pasien tidak pernah terlibat masalah hukum. e. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Pasien tinggal dengan orang tua kandungnya sejak lahir. Hubungan pasien dengan saudara kandung kurang baik. Saudara pertamanya seorang laki-laki sudah meninggal. Sedangkan adiknya adalah seorang perempuan yang saat ini bekerja sebagai ibu rumah tangga. f.
Aktivitas sosial
Pasien dikenal sebagai orang yang ramah, ceria dan mudah bergaul sebelum mengalami gangguan seperti saat ini. II.
STATUS MENTAL A. Deskripsi Umum
Penampilan: Tampak seorang laki-laki, wajah sesuai dengan umur (37 tahun), meggunakan kemeja berwarna coklat muda, dan sarung. Perawatan diri cukup dan perawakan baik.
Kesadaran: baik
Perilaku dan aktivitas psikomotor : pasien sesekali gelisah.
Pembicaraan : pasien menjawab spontan, lancar, intonasi dan nada kadang berfluktuasi.
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan afektif
Mood
: Baik
Afek
: Inappropriate
Empati
: Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan Pengetahuan dan kecerdasan sesuai taraf pendidikannya.
Daya konsentrasi
: Baik
Orientasi
: Baik
Daya ingat Jangka Pendek
: Baik
Jangka Sedang
: Baik
Jangka Panjang
: Baik
Bakat kreatif
: Tidak ada
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan persepsi
Halusinasi
: Halusinasi visual (+)., halusinasi auditorik
(+)
Ilusi
: Tidak ada
Depersonalisasi
: Tidak ada
Derealisasi
: Tidak ada
E. Proses berpikir
Arus pikiran : A.Produktivitas
: Cukup
B. Kontinuitas
: Irelevan, asosiasi longgar
C. Hendaya berbahasa
: Tidak ada
Isi Pikiran A. Preokupasi
: Tidak ada
B. Gangguan isi pikiran
: Waham kebesaran
(+). Pasien
merasa sebagai raja yang di utus untuk menggenapkan asmaul husna menjadi 100 F. Pengendalian impuls
Baik
G. Daya nilai
Norma sosial
: Tidak terganggu
Uji daya nilai
: Baik
Penilaian Realitas
: Kurang
H. Tilikan (insight)
Derajat VI: Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh pengobatan dari dokter I. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya III.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
Pemeriksaan fisik : Status internus: TD : 110/70 mmHg, N:80x/menit, S: 36 ̊ C, P : 20 x/menit. Berat badan : 60 kg IV.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki usia 37 tahun dibawa ke RS Bhayangkara dengan keluhan gelisah. Keluhan tersebut dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu namun beberapa minggu terakhir makin memberat, pasien sering mondar mandir, bicara ngawur, mengaku dirinya seorang raja. Pasien juga mengaku merasa memiliki 3 orang ayah yang salah satunya sedang berperang di palestina. Beberapa jam sebelum masuk RS pasien mengamuk saat pelaksanaan khutbah jumat dan mengatakan semua yang ada di masjid pada saat itu kafir kemudian menghancurkan kaca mesjid di daerahnya (Barru). Pasien juga pernah melihat sosok iblis dan mendapat perintah untuk membunuh iblis tersebut. Menurut sepupu pasien, hubungan pasien dengan keluarganya tidak begitu baik terutama dengan ibu kandungnya. Hubungan itu semakin renggang ketika pasien ingin menikah, namun tidak ada restu dari ibu dan keluarga pasien yang lain. Saat ini pasien tidak tinggal serumah dengan istrinya meskipun masih dalam status menikah.
Kesadaran composmentis, prilaku dan aktivitas psikomotor sesekali gelisah, spontan, lancar, intonasi dan nada kadang berfluktuasi. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif.
Keadaan mood baik afek
inappropriate, empati tidak dapat dirabarasakan. Fungsi kognitif, taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikan. Daya konsentrasi baik, orientasi waktu, tempat dan orang baik, daya ingat jangka panjang dan pendek baik. Gangguan persepsi ada berupa halusinasi visual, terdapat gangguan isi pikir berupa waham kebesaran, tilikan 6. Taraf dapat dipercaya. V.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis ditermukan adanya gejala klinis berupa pola perilaku pasien menjadi sering gelisah, mondarmandir, dan sulit tidur. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya dan keluarga serta terdapat hendaya (dissability) pada fungsi psikososial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan jiwa. Pada pemeriksaan juga ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita yaitu halusinasi visual dan waham kebesaran sehingga dapat digolongkan sebagai Gangguan Jiwa Psikotik. Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang dapat menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat disingkirkan dan pasien dapat didiagnosis berdasarkan PPDGJ-III sebagai Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik. Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya beberapa gejala yaitu halusinasi visual, halusinasi auditorik, waham kebesaran, dengan perlangsungan lebih dari 1 bulan sehingga berdasarkan PPDGJ III pasien didiagnosis sebagai gangguan skizofrenia . Adanya halusinasi dan atau waham yang menonjol yaitu halusinasi visual, waham kebesaran dan ide-ide curiga serta sehingga berdasarkan pedoman
penggolongan diagnosis
gangguan jiwa
(PPDGJ
III) diagnosis
diarahkan pada gangguan skizofrenia paranoid (F20.0).
Aksis II
Tidak memenuhi kriteria salah satu ciri kepribadian tertentu sehingga pada pasien ini dikatakan belum mengarah ke salah satu ciri kepribadian.
Aksis III
Tidak ada.
Aksis IV
Stressor pasien tidak jelas, namun diduga karena hubungan yang tidak baik dengan keluarga terutama ibu kandungnya
Aksis V
GAF Scale saat ini : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll). VI.
DAFTAR MASALAH
Organobiologik Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat ketidakseimbangan
neurotransmitter
maka
memerlukan
psikofarmakoterapi.
Psikologik Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya halusinasi visual, dan auditorik serta waham kebesaran, yang menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
VII.
RENCANA TERAPI
Farmakoterapi :
Risperidon 2 mg 2x1
Clozapine 100 mg 0-0-1/2
Psikoterapi suportif
Ventilasi Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega
Suportif Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan
dan
pengertian
mengenai
penyakitnya,
manfaat
pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin tibul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum obat secara teratur. VIII. PROGNOSIS
Dubia et Bonam Factor yang mempengaruhi:
IX.
-
Kenginan yang jelas dari pasien untuk sembuh
-
Tidak ada kelainan organobiologik
FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping obat yang diberikan. X.
DISKUSI TAMBAHAN
Beban penyakit atau burden of disease penyakit jiwa di tanah air masih cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, ternyata 14,3% di antaranya atau sekira 57.000 orang pernah atau sedang dipasung. Angka pemasungan di pedesaan adalah sebesar 18,2%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka di perkotaan yaitu sebesar 10,7%.(1) Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah
atau pecah
dan phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/
ketidakserasian antara afek, kognitif, dan perilaku. Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional
dengan
gangguan
utama
pikir serta disharmonisasi antara proses pikir,
afek
pada proses atau
emosi,
kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham
dan
inkoherensi,
halusinasi, assosiasi terbagi-bagi sehingga muncul afek
dan
emosi
menunjukkan penarikan Kesadaran dan
inadekuat,
diri, ambivalensi
kemampuan
serta psikomotor dan
per ilaku
intelek tual biasanya
walaupun kemunduran kognitif dapat
berkembang
yang bizar.
tetap terpelihara, dikemudian
hari.
Skizofrenia adalah gangguan yang berlangsung selama minimal 6 bulan dan mencakup setidaknya
1
bulan
gejala
Sementara itu gangguan skizof r enia dikarakteristikan positif
fase
ak tif .
dengan
gejala
(delusi dan halusinasi), gejala negatif (apatis, menarik diri,
penurunan daya pikir, dan penurunan afek), dan gangguan kognitif (memor i, perhatian, beberapa
tipe
pemecahan
dari
masalah,
dan sosial). Terdapat
sk izof r enia (Paranoid,
hiberfrenik, katatonik ,
undiffer ent iated , dan Residual).(2) Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun- tahun) dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang “ringan” selama periode residual pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri dan “aneh”. Gejala- gejala penyakit biasa terlihat
jelas oleh orang lain. Skizofrenia sering
memperlihatkan berbagai campuran gejala- gejala dibawah ini: (3)
Gangguan pikiran : gangguan proses pikir
Gangguan isi pikir : waham, tilikan
Gangguan persepsi : halusinasi, ilusi dan depersonalisasi
Gangguan emosi
Gangguan perilaku
Skizofrenia Paranoid (4)
Gejala-gejala yang terdapat pada skizofrenia paranoid adalah sebagai berikut: 1. Waham (delusion)
yang menonjol .misalnya waham kejar, waham
kebesaran dan lain sebagainya, 2. Halusinasi yang menonjol misalnya halusinasi auditorik, halusinasi visual dan lain sebagainya, 3. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik seeara relatif tidak nyata/tidak menonjol Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia pasien harus memenuhi kriteria PPDGJ dan DSM-V:
Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik Skizofrenia, yaitu:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas), yaitu: A.
Thought
Thought echo= isi pikiran dirinya sendiri berulang atau bergema dalam kepalanya, dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda.
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal )
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum dapat mengetahuinya
B.Delusion
Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang “dirinya” =
secara jelas merujuk ke pergerakan anggota tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus)
Delusion perception = pengalaman tentang dirinya yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya yang bersifat mistik atau mukjizat
C.Halusinasi auditorik
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
D. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar, dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas : a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme c. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (ex-citement), posisi
tubuh
tertentu
(posturing),
negativisme, mutisme, stupor.
atau
fleksibilitas
cerea,
d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hiduo tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial. Pedoman skizofrenia paranoid
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan : -
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol (a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal
berupa
bunyi
pluit
(whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing) (b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol (c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delution
of
control),
dipengaruhi
(delusion of influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas. -
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata tidak menonjol.(4)
Berdasarkan DSM V (4)
1. Dua (atau lebih) dari gejala berikut; Setiap gejala muncul dengan waktu yang cukup signifikan dalam kurun waktu periode 1 bulan (atau kurang, jika berhasil ditangani). Setidaknya salah satu gejala merupakan (1), (2), atau (3): 1. Delusi 2. Halusinasi 3. Kemmapuan berbicara tidak terorganisasi 4. Perilaku tidak terorganisasi dan katatonia 5. Simptom negatif 2. Untuk periode waktu yang signifikan sejak munculnya onset dari gangguan, level keberfungsian dari kebanyakan area seperti pekerjaan, relasi interpersonal, self-care, tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan sebelum onset . 3. Munculnya gejala yang berkelanjutan dari gangguan, setidaknya selama 6 bulan. Dalam 6 bulan ini, setidaknya terdapat 1 bulan dimana muncul gejala yang memenuhi Kriteria A, dan dimungkinkan juga munculnya gejala prodromal maupun residual. 4. Gangguan schizoaffective dan depressive maupun bipolar dengan fitur psychotic telah dikesampingkan. 5. Gangguan tidak disebabkan karena efek psikologis dari penggunaan obatobatan maupun terkait kondisi medis lainnya. 6. Jika ada riwayat onset dari gangguan autism maupun gangguan bicara saat kecil, maka diagnosa tambahan dari schizophrenia hanya dibuat jika delusi dan halusinasinya menonjol.
Pengobatan
Skizofrenia diobati dengan antipsikotika(AP). Obat ini dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor antagonis (DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-I) misalnya fenotiazine, tioxantine, butirofenon dan serotonin-dopamine antagonist
(SDA) atau antipsikotika generasi II (APG-II) misalnya clozapine, risperidone, olanzapine. (5) APG II sering disebut juga sebagai Serotonin Dopamin Antagosis (SDA) atau antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sanagat efektif untuk mengatasi gejala negatif. Perbedaan antara APG I dan APG II adalah APG I hanya dapat memblok reseptor D2 sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2). Obat Anti-Psikotik Atipikal ( Atypical Anti Psychotics) 1. Benzamide: Sulpride (Dogmatil) sediaan : Amp 50mg/ml, Tab 200 mg. Dosis anjuran 300-600mg/h 2. Dibenzodiazepine:
Clozapine (Clozaril) : Tab 25 & 100 mg. Dosis anjuran 25100mg/h
Olanzapine (Zyprexa) : Tab 5 & 10 mg. Dosis anjuran 10-20 mg/h
Quetiapine (Seroquel) : Tab 25 mg, 100 mg & 200 mg. Dosis anjuran 50-400mg/h
3.
Benzisoxazole: Risperidon (Risperdal) : Tab 1,2,3 mg. Dosis anjuran 2-6 mg/h
Pasien diberikan Risperidon 2 mg dan Clozapin 25 mg 0-0-1 tab yang merupakan antipsikotik atipikal. Risperidon dan Clozapin merupakan antipsikotik atipikal potensi lemah. Riperidon dan Klozapin efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik positif maupun negatif. Efek dapat terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. (6)
Prognosis
Sebagian gejala skizofrenia akut dan gejala yang lebih drmatif hilang dengan berjalannya waktu, tetapi pasien secara kronik membutuhkan perlindungan atau menghabiskan waktunya bertahun-tahun di dalam rumah sakit jiwa. Prognosis menjadi lebih buruk bila pasien menyalahgunakan zat atau hidup dalam keluarga yang tidak harmonis.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Lighting
the
Hope
for
Schizoprenia.
2014.
Available
from
http://www.depkes.go.id/article/view/201410270010/lighting-the-hope-forschizoprenia-warnai-peringatan-hari-kesehatan-jiwa-tahun-2014.html Diakses March, 30th 2017 2. Herdansyah, F. Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid. FK Universitas Lampung. Vol 2. No 3. 2016 3. Amir N. Skizofrenia. In: Elvira SD, Hadisukanto G, editors. Buku Ajar Psikiatri. 2nd ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015. p. 173-198 4. Muhyi, A. Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala Depresi di RSJ. FK UIN Syarif Hidayatullah. 2011 5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2013. 6. Gan Sulistia, Arozal Wawaimuli. Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Bagian Farmakologi FK-UI . Jakarta: 2007