LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TEKNOLOGI PANGAN
PENGENALAN SIFAT ORGANOLEPTIK
KELOMPOK III
1. Dwi Gilang Arianti 2. Dwira Rahima 3. Grez Viona E. N. 4. Julia Hanasi 5. Leorinda Situngkir
JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA 2011
BAB I PEND AHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam uji organoleptik, indera yang berperan dalam pengujian adalah indera penglihatan, penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Untuk produk pangan, yang paling jarang digunakan adlah indera pendengaran. Dalam melakukan suatu penelitian, panelis harus dilatih menggunakan indera untuk menilai sehingga didapat suatu kesan terhadap suatu
rangsangan.
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktek pengenalan sif at organoleptik adalah mengenal beberapa sif at-sif at organolept ik beberapa produk yang berperan dalam analisis bahan dan melatih panca indera untuk mengenai jenis- jenis rangsangan.
BAB II A TIN AJAUAN PUST AK
2.1.
Uji Organoleptik
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk mempegunakan suatu produk. Dalam penilaian bahan pangan sif at yang menentukan diterima atau tidak su atu produk adalah sif at indrawinya. Penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi sif at-sif at bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati dan menguraikan kembali sif at indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan dalam menilai sif at indrawi suatu produk adalah : a. Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas, ukuran dan bentuk, volume
kerapatan dan berat jenis, pan jang lebar dan diameter serta bentuk bahan. b. Indra peraba yang b erkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur merupakan sif at dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus. c. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya
kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk y ang menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan. d. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis dapat dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah, r asa asam pada pinggir lidah dan
rasa pahit pada bagian belakang lidah.
Penentu bahan makanan pada umumnya sangat ditentukan oleh beberapa f aktor antara lain : warna , rasa, tekstur, viskositas dan nilai gizi.
Cita rasa suatu makanan terdiri atas tiga komponen yaitu: bau, rasa dan rangsangan mulut, yang dapat diamati oleh indra pembau adalah : zat berbau berbentuk u ap sedikit larut
dalam air, sedikit larut dalam lemak dan molekul-molekul bau harus sempat menyentuh silia sel
olf aktori dan diteruskan ke otak dalam bentuk impuls listrik oleh ujung syaraf olf aktori. Sedangkan yang mempengaruhi rasa yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.
Senyawa yang berhubungan dengan aroma bahan makanan yang di panaskan adalah furanon, senyawa 4-hidroksi, 3dimetil-3-dihidroksifuranon yang mempunyai bau karamel. Senyawa 4-hidroksi-5-metil-3-dihidrofuranon yang mempunyai b au akar chikori yang disangrai, senyawa 2,5-dimetil-3-dihidrofuranon yang mempunyai bau roti yang b aru selesai pengovenan, serta isomalton dan malton yang merupakan produk karamelisasi dan pirolisin karbohidrat. Pada bahan yang mnegandung lemak akan mengalami ketengikan akibat oksidasi, yang menyebabkan cita rasa yang menyimpang. Bahan makanan yang mengandung minyak apabila terkena oksigen secara langsung akan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi yang menghasilkan asam lemak berantai pendek, keton, aldehid yang bersif at volatil yang menimbulkan bau tengik.
Bahan makanan yang mengandung karbohidrat dan protein akan mengalami pencoklatan non-enzimatis, apabila bahan tersebut dipanaskan atau sering disebut dengan
reaksi Meillard akan dapat menghasilkan bau enak maupun tidak enak. Bau tidak enak dihasilkan oleh dehidrasi kuat yaitu furfural, dehidrofurfural dan HMF serta hasil pemecahan
yaitu piruvaldehid, diasetil. Untuk pembentukan rasa enak adalah hasil degradasi s ttrecker dari asam amino alf a diubah men jadi aldehid dengan atom karbon yang berkurang satu.
Tekstur dan konsistensi bahan akan mempengaruhi cita rasa suatu bahan. Perubahan tekstur dan viskositas bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul, karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rasa terhadap sel reseptor alf aktori dan kelen jar air liur,
semakin kental suatu bahan penerimaan terhadap intensitas rasa , bau dan rasa semakin berkurang . Kenaikan temperatur akan menaikkan ransangan pada rasa manis tetapi akan menurunkan ransangan pada rasa asin dan pahit.
2.2.
Deskripsi Bahan 2.2.1.
Susu
Susu adalah makanan cair yang diproduksi oleh kelen jar susu mamalia betina. Secara kimiawi susu adalah emulsi butiran lemak dalam cairan berbahan dasar air. Susu mentah adalah susu yang tidak diproses, yang lebih beresiko menyebabkan penyakit akibat kemungkinan hadirnya mikroorganisme patogen.
Susu mentah akan lebih beresiko menyebabkan penyakit dibandingkan dengan susu yang sudah dipasteurisasi (mengalami pemanasan). Kandungan gizi susu hasil pemerahan pagi hari akan lebih tinggi secara kuantitas, sedangkan kandungan gizi susu hasil pemerahan sore hari akan lebih tinggi secara kualitas.
Susu pasteurisasi adalah susu segar yang telah mengalami pemanasan pada suhu di bawah 100oC. Standar pasteurisasi menggunakan suhu 62oC s elama 3 menit atau suhu 71oC s elama 15 detik. Pemanasan tersebut bertujuan mematikan bakteri bakteri patogen, sehingga susu pasteurisasi dalam jangka waktu tertentu aman untuk diminum tanpa harus dipanaskan lagi.
Pada penyimpanan dingin ± 4oC, susu pasteurisasi tidak rusak dalam waktu ± 7 hari (Hadiwiyoto, 1994). Komponen susu antara lain adalah air 87%, lemak susu 3,9%, bahan kering tanpa lemak 8,8% yaitu protein 3,25% (3/4 kasein, 1/4whey protein, laktalbumin dan laktal globulin), laktosa 4,6%, mineral 0,65% (Ca, P, Mg, K, Zn, Cl, Fe, Cu, sulf at, bikarbonat dan lain-lain), asam 18% (sitrat, asetat, laktat, dan oksalat), enzim (peroksidase, katalase, fosf atase dan lipase), gas-gas (oksigen dan nitrogen), vitamin (A, C dan D serta vitamin dan ribof lamin) (Susilorini, 2006). 2.2.2.
Ketimun
Timun (cucumber ) merupakan tanaman semusim yang bersif at men jalar atau meman jat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilir atau spiral. Bagian yang dimakan dari
sayuran ini adalah buahnya. Biasanya buah mentimun dimakan mentah sebagai lalap atau buah itu dapat diasinkan men jadi timun asin. Buah timun banyak mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C (Anonim, 1995). Kandungan gizi timun selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Kompisisi kandungan gizi buah timun.
Komposisi gizi Energi (kalori) Protein Lemak Karbohidrat Serat Abu Kalsium Fosfor Kalium Zat besi Natrium Vitamin A Vitamin B1 Vitamin B Niacin Vitamin C Air
Kandungan gizi 12,00 cal *) 12,00 cal **) 0,60 gr *) 0,70 gr **) 0,20 gr *) 0,10 gr **) 2,40 gr *) 2,70 gr **) 0,50 gr *) 0,40 gr *) 19,00 mg *) 10,00 mg **) 12,00 mg *) 21,00 mg **) 122,00 mg *) 0,40 mg *) 0,30 mg **) 5,00 mg *) 0 S.I *) 0 S.I **) 0,02 mg *) 0,03 mg **) 0,02 mg *) 0,10 mg *) 10,00 mg *) 8,00 mg **) 96,10 gr **) -
Sumber *) Direktorat Gizi Depkes RI (1981) dalam Rukmana (1994) **) Food and Nutrition Research Center, Manila (1964) dalam Rukmana (1994).
2.2.3.
Jelly
Jelly merupakan makanan ringan yang berbentuk padat, terbuat dari sari buah-buahan yang telah masak dengan penambahan gula. Jelly dapat di buat dari buah yang belum matang, dan ukuran dan mutu dibawah standar. Jelly umumnya disukai karena rasanya yang beraneka
ragam. Dalam pembuatan jelly seringkali ditambahkan zat pewarna, pemanis sintetis dan bahan pengawet yang diizinkan pemerintah misalnya natrium benzoate yang dapat memengaruhi mutu organoleptik.
BAB III METODOLOGI
3.1.
Bahan
a. Keripik singkong
b. Jelly c. Susu d. Mentimun 3.2.
Alat
a. Mangkuk
b. Gelas c. Piring 3.3.
Cara Kerja
Isi kesan yang dipilih pada alternatif pilihan yang diberikan setelah mencicipi bahan makanan yang telah disediakan yaitu: a. Produk cair (susu)
: kekentalan (visual dengan sendok), aroma (penciuman),
rasa (pencicipan) b. Produk padat (ketimun)
: kekerasan (digigit), kecerlangan warna (visual)
c. Produk padat (keripik)
: k erenyahan (digigit dan didengarkan), k emudian patahan
(perabaan dan tekstur) d. Produk semi padat (jelly)
(mouthf eel) dan warna.
: kekerasan(dipijit), aroma (penciuman) dan kelembutan
3.4.
Diagram Alir
Isi kesan dan penilaian pada blanko
Susu (Kekentalan/ aroma/rasa)
Ketimun
Kerpik
Jelly
(Kekerasan/ kecerlangan)
(Kerenyahan/
(Kekerasan/
patahan)
aroma/kelembutan/warna)
BAB IV HASIL D AN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
a. Panelis : Dwira Rahima
Produk susu Kekentalan Kental
416
Sedang
473
Encer
428
Aroma Pembauan/Penciuman Sangat amis Amis
Sangat Manis
416
Manis
473
Tidak amis
Tidak manis 428
Produk Ketimun Kekerasan Keras
253
Sedang
208
Lunak
219
Kecemelan gan Warna Visual Cemerlang
253
Sedang
219
Pucat 208
Produk Keripik Kekerasan
Kecemelan gan Warna
Gigit dan kerenyahan
Visual
Renyah Sedang Tidak renyah
386 392
Cemerlang Sedang Pucat
Rasa
386 395
416 473 428
Produk Jelly Kekerasan
Kelembutan/Mouthf eel
Gigit
Perabaan dan pencicipan
Keras
Ringan
Sedang
Sedang
729
Lunak
835 729
Penuh
835
b. Grez Viona Produk Susu Kekentalan Kental
416
Sedang
473
Encer
428
Aroma Pembauan/Penciuman Sangat amis Amis
Sangat Manis
416
Manis
473
Tidak amis
Tidak manis 428
Produk Ketimun Kekerasan Keras Sedang Lunak
208 253 219
Kecemelan gan Warna Visual Cemerlang Sedang
Rasa
208 253
Pucat 219
416 473 428
Produk Keripik Kekerasan
Kecemelan gan Warna
Gigit dan kerenyahan
Visual
Renyah
Cemerlang
386
Sedang
395
Sedang
395
Tidak renyah
386
Pucat
Produk Jelly Kekerasan
Kelembutan/Mouthf eel
Gigit
Perabaan dan pencicipan
Keras
Ringan
729
Sedang
835
Sedang
835
Lunak
729
Penuh
c. Leorinda Situngkir
Produk Susu Kekentalan Kental Sedang Encer
416 473 428
Aroma Pembauan/Penciuman Sangat amis Amis
416 473
Tidak amis
Rasa Sangat Manis Manis Tidak manis
428
416 473 428
Produk Ketimun Kekerasan Keras
208
Sedang
253
Lunak
219
Kecemelan gan Warna Visual Cemerlang
208
Sedang
253
Pucat 219
Produk Keripik Kekerasan
Kecemelan gan Warna
Gigit dan kerenyahan
Visual
Renyah
386
Sedang
395
Tidak renyah
Cemerlang Sedang
395 386
Pucat
Produk Jelly
Keras Sedang Lunak
Kekerasan
Kelembutan/Mouthf eel
Gigit
Perabaan dan pencicipan
835 729
Ringan Sedang Penuh
835 729
d. Julia Hanasi
Produk Susu Kekentalan Kental
416
Sedang
473
Encer
428
Aroma Pembauan/Penciuman Sangat amis Amis
Sangat Manis
416
Manis
473
Tidak amis
Tidak manis 428
Produk Ketimun Kekerasan Keras
208
Sedang
253
Lunak
219
Kecemelan gan Warna Visual Cemerlang
208
Sedang
253
Pucat 219
Produk Keripik Kekerasan
Kecemelan gan Warna
Gigit dan kerenyahan
Visual
Renyah Sedang Tidak renyah
386 395
Cemerlang Sedang Pucat
Rasa
386 395
416 473 428
Produk Jelly Kekerasan
Kelembutan/Mouthf eel
Gigit
Perabaan dan pencicipan
Keras
Ringan
729
Sedang
729
Sedang
835
Lunak
835
Penuh
e. Dwi Gilang Arianti
Produk Susu Kekentalan Kental
473
Sedang
416
Encer
428
Aroma Pembauan/Penciuman Sangat amis Amis
Sangat Manis
416
Manis
473
Tidak amis
Tidak manis 428
Produk Ketimun Kekerasan Keras Sedang Lunak
208 253 219
Kecemelan gan Warna Visual Cemerlang Sedang
Rasa
208 253
Pucat 219
416 473 428
Produk Keripik Kekerasan
Kecemelan gan Warna
Gigit dan kerenyahan
Visual
Renyah
386
Sedang
395
Tidak renyah
Cemerlang Sedang
386 395
Pucat
Produk Jelly Kekerasan
Kelembutan/Mouthf eel
Gigit
Perabaan dan pencicipan
Keras Sedang Lunak
4.2.
729 835
Ringan Sedang
835 729
Penuh
Pembahasan
Adapun kode yang sebenarnya pada pengujian organoleptik adalah sebagai berikut: 729 jelly merk, 835 jelly non merk, 208 ketimun mentah, 219 ketimun layu, ketimun matang, 395 keripik gerobak, 386 keripik merk, 416 susu k ental, 473 susu s edang dan 428 susu encer. Berdasarkan hasil dari praktek pengenalan sif at organoleptik yang dilakukan oleh kelompok III terhadap keempat sampel yaitu pada produk susu, ketimun, keripik, dan jelly memiliki hasil yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan bahwa setiap panelis memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-beda pula, baik dalam hal visual/pengihatan, aroma/ penciuman, rasa/pencicipan, perabaan/tekstur, kelembutan/mouthf ell serta warna yang sangat dipengaruhi oleh kepekaan, pengalaman , kondisi psikologis dan kondisi fisik panelis.
BAB V PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari tin jauan pustaka dan hasil serta pembahasan adalah bahwa organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan
berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk mempegunakan suatu produk. Uji organoleptik dapat berdasarkan indera manusia yaitu penglihatan, perabaan, penciuman, pendengaran dan pengecapan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari panelis dinyatakan bahwa setipa panelis mempunyai deskripsi yang berbeda-beda terhadap jenis bahan makanan yang dijadikan
sampel. Hal tersebut dapat terjadi karena setiap panelis mempunyai tingkat kepekaan indera yang berbeda-beda sesuai dengan pengalaman, kepekaan, kondisi psikologis dan kondisi fisik panelis.
5.2.
Saran
Dalam pembuatannya, masih banyak terdapat kekeliruan pada laporan ini. Oleh karena
itu, perlu diadakan koreksi agar dalam pembuatan laporan yang akan datang lebih baik lagi dan penggunaan literatur yang lebih beragam agar mendapat kan hasil yang lebih akurat. Selain itu, laporan ini disarankan pula untuk dijadikan tolak ukur dalam pembuatan laporan-laporan
selan jutnya.
A D AFT AR PUST AK
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php? judul=Sif atsif at%20Organoleptik%20Dalam%20Pengujian%20T erhadap%20Bahan%20Makanan&&n omorurut_artikel=130
http://blog.unila.ac.id/setiawan/?p=20
D AFT AR ISI
Daftar Isi .......................................................................................................................
i
BAB I PEND AHULUAN
1.1. Latar Belakang ..............................................................................................................1 1.2. Tujuan ...............................................................................................................................1 BAB II TINJAUAN PUST AK A
2.1. Uji Organoleptik ...........................................................................................................2 2.2. Deskripsi Bahan ...........................................................................................................3 2.2.1. Susu ........................................................................................................................3 2.2.2. Ketimun ...............................................................................................................4 2.2.3. Jelly .........................................................................................................................5 BAB III MEODOLOGI
3.1. Bahan .................................................................................................................................6 3.2. Alat ......................................................................................................................................6 3.2. Cara Kerja ........................................................................................................................6 3.3. Diagram Alir ...................................................................................................................7 BAB IV HASIL D AN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ...................................................................................................................................8 4.2. Pembahasan ...................................................................................................................14 BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .....................................................................................................................15 5.2. Saran ..................................................................................................................................15 A D AFT AR PUST AK L AMPIRAN
L AMPIRAN