MAKALAH TUTORIAL BLOK KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 1
Disusun oleh : Kelompok 5
Ketua Kelompok: Ameinabilla Pasa T.P (04021381621032) Moderator : Elsy Julianti
(04021381621034)
Sekretaris 1 : Rosalia Kusuma Sari
(04021381621031)
Sekretaris 2 : Kiki Elviani
(04021381621030)
Sekretaris 3 : Tia Anggraini
(04021381621035)
Anggota
(04021381621033)
: Mariza Sri Wulandari
Fasilitator
(04021381621033)
: Herliawati, S.Kp., M.Kes
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018
1
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah tutorial ini dapat terselesaikan dan kami mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya tahun 2018/2019 dapat mengikuti tutorial ke-1 pada Blok keperawatan kesehatan jiwa I ini dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk memberikan laporan hasil diskusi kelompok lima mengenai skenario yang diberikan. Dengan selesainya laporan tutorial ini, kami berharap dapat berbagi pengetahuan tentang pelajaran yang berkaitan dengan skenario. Terselesaikannya tutorial dan makalah tutorial ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, terutama tutor pembimbing kami Ibu Herliawati, S.Kp., M.Kes serta kerja sama kelompok lima. Kami sadar bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Inderalaya,5 februari 2017
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… ...i DAFTAR ISI……………………………………………………………………………... ......ii BAB I: SISTEMATIKA SISTEMATIKA I.1 Skenario…………………………………………………………………………. ..1 I.2 Klarifikasi Istilah……………………………………………………………… ....1 I.3 Identifikasi Masalah…………………………………………………………… ...3 I.4 Prioritas Masalah……………………………………………………………… ...4 I.5 Analisis Masalah……………………………………………………………… .…5 I.6 Keterbatasan Ilmu Pengetahuan……………………………………………… .34 BAB II: 2.1 Kerangka Konsep …………………………………………………………….. 36 BAB III: 3.1 Hipotesis …………..……………………………………………………………37 BAB IV: 4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...38 Kesimpulan……………………………………………………………………...38 DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………39 PUSTAKA……………………………………………………………………39
3
BAB I SISTEMATIKA
1. 1 Skenario
Ny I dibawa oleh suaminya berobat ber obat ke RS Erba dikarenakan Ny I mengamuk, sering keluyuran diluar rumah, berbicara sendiri sambil tersenyum sendiri. Selama dirawat di RS Erba 2 hari, Ny I mengatakan ingin pulang menemui anaknya yang berumur 3 tahun karena menurutnya ia sering melihat burung-burung terbang setiap harinya dan mengatakan anaknya ingin menyusui. Ny I mengeluhkan tidak bisa tidur dan mengatakan berulang-ulang bahwa payudaranya bengkak bengkak dan nyeri nyeri karena tidak menyusui anaknya padahal berdasarkan pemeriksaan perawat tidak ditemukan adanya bengkak. Ny I selalu mengucapkan isi pikiran wahamnya ketika keti ka berkomunikasi dengan perawat. Selain itu Ny I masih menyangkal penyakit halusinasi yang dia alami dan mengatakan bahwa dirinya tidak berbicara sendiri dan tidak keluyuran,namun dia keluyuran justru mencari suami yang jarang dirumah. Ny I sering berbicara berbelit belit, kontak mata minim, penampilan tidak rapi. Menurut keterangan keluarga, Ny I sering cekcok dengan suami. Ny I punya dua orang anak dan baru pertama kali dirawat dengan gangguan jiwa. 1. 2 Klarifikasi Istilah
1. Waham (suspicious)
Keyakinan atau pikiran yang salah karena bertetangan dengan dunia nyata serta dibangun atas unsur yang tidak berdasarkan logika, sangka, curiga ( KBBI)
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus, atau tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 1992). ( Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa 112)
2. Halusinasi
Pengalaman indra tanpa adanya perangsang pada alat indra yang bersangkutan, misalnya mendengar suara tanpa ada sumber suara tersebut ( KBBI)
Adalah salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien denga gangguan jiwa. Halusinasi identik dengan skizopenia (buku ajar keperawatan jiwa 125)
Adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indera. Halusinasi 4
merupaan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, penciuman. (buku ajar keperawatan kesehatan jiwa 120)
Adalah pasien merasakan sesuatu tanpa adanya rangsangan sensoris, misalnya penglihatan, suara, rasa, atau sensorium yang sepenuhnya merupakan imajinasi (kamus keperawatan 266)
Skizopenia
Gangguan jiwa atau sekelompok gangguan yang ditandai dengan gangguan pada bentuk dan isi pikiran (misalnya waham, halusinasi, mood) ( contohnya afek yang tidak sesuai), kesadaran akan diri sendiri dan hubungan dengan dunia luar (contohnya hilangnya batas-batas ego, penarikan diri), dan perilaku (contohnya perilaku yang aneh atau tampaknya tanpa tujuan); dikatakan skizopenia kalau gangguan gangguan tersebut menyebabkan penurunan fungsi secara bermakna dan menetap sekurang-kurangnya 6 bulan ( Kamus Dorland)
Sensorium
pusat saraf sensori keadaan pada individu berkenaaan dengan kesadaran nya atau kesiagaan mental nya
Nyeri
Berasa sakit ( seperti ditusuk tusuk jarum atau seperti dijepit pada bagian tubuh (rasa yang menimbulkan penderitaan) ( KBBI)
4. Bengkak
Bengkak adalah menjadi besar karena pengaruh sesuatu tentang bagian tubuh (KBBI)
5. Cekcok
Bertengkar, berbantah, berselisih (KBBI)
8. Gangguan jiwa
Ketidakseimbangan jiwa yang mengakibatkan terjadinya ketidaknormalan sikap atau tingkah laku.
Menurut ppdgj 3 adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan didalam suatu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaiut fungsi psikologi, biologi, dan gangguan itu tidak hanya
5
terletak didalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat. (buku ajar keperawatan kesehatan jiwa 8)
1.3 Identifikasi Masalah No
Identifikasi Masalah
Kesesuaian
1
Ny I dibawa oleh suaminya berobat ke RS Erba dikarenakan Ny I mengamuk, sering keluyuran diluar rumah, berbicara sendiri sambil tersenyum
Sesuai Harapan
Konsen
-
sendiri 2
Selama dirawat di RS Erba 2 hari, Ny I mengatakan ingin pulang menemui anaknya yang berumur 3 tahun karena menurutnya ia sering melihat burung-burung terbang setiap harinya dan
Tidak Sesuai Harapan
VV
mengatakan anaknya ingin menyusui. 3.
Ny
I
mengeluhkan
tidak
bisa
tidur
dan
mengatakan berulang-ulang bahwa payudaranya bengkak dan nyeri anaknya
padahal
karena tidak menyusui berdasarkan
pemeriksaan
Tidak Sesuai Harapan
VVV
perawat tidak ditemukan adanya bengkak. 4
Ny I selalu mengucapkan isi pikiran wahamnya ketika berkomunikasi dengan perawat
5
Sesuai Harapan
-
Selain itu Ny I masih menyangkal penyakit halusinasi yang dia alami dan mengatakan bahwa dirinya
tidak
berbicara
sendiri
dan
tidak
keluyuran, namun dia keluyuran justru mencari
Tidak Sesuai
VV
Harapan
suami yang jarang dirumah. 6
Ny I sering berbicara berbelit belit, kontak mata minim, penampilan tidak rapi.
Tidak Sesuai Harapan
6
V
7
Menurut keterangan keluarga, Ny I sering cekcok
Tidak Sesuai
dengan suami. Ny I punya dua orang anak dan
Harapan
baru pertama kali dirawat dengan gangguan jiwa
V
1.4 Prioritas Masalah
1. Selama dirawat di RS Erba 2 hari, Ny I mengatakan ingin pulang menemui anaknya yang berumur 3 tahun karena menurutnya ia sering melihat burung-burung terbang setiap harinya dan mengatakan ananknya ingin menyusui 2. Ny I mengeluhkan tidak bisa tidur dan mengatakan berulang-ulang bahwa payudaranya bengkak dan nyeri karena tidak menyusui anaknya padahal berdasarkan pemeriksaan perawat tidak ditemukan adanya bengkak. 3. Selain itu Ny I masih menyangkal penyakit halusinasi yang dia alami dan mengatakan bahwa dirinya tidak berbicara sendiri dan tidak keluyuran, namun dia keluyuran justru mencari suami yang jarang dirumah. 4. Ny I sering berbicara berbelit belit, kontak mata minim, penampilan tidak rapi 5. Menurut keterangan keluarga, Ny I sering cekcok dengan suami. N y I punya dua orang anak dan baru pertama kali dirawat dengan gangguan jiwa
1.5 Analisis Masalah 1. Selama dirawat di RS Erba 2 hari, Ny I mengatakan ingin pulang menemui anaknya yang berumur 3 tahun karena menurutnya ia sering melihat burungburung terbang setiap harinya dan mengatakan anaknya ingin menyusui. a. Sebutkan macam-macam jenis halusinasi?
1. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) Adalah perasaan mendengar suara-suara, berupa suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian ilmiah, dan musik.
Bicara atau tertawa sendiri tanpa ada orang lain
Memiringkan telinga seperti sedang mendengarkan orang lain
Mendengar suara yang mengajak berbicara
Mendengar suara yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang berbahaya
Marah-marah tanpa sebab
Menutup telinga
7
2. Halusinasi penglihatan (visual, optik) Adalah perasaan melihat suatu objek tetapi pada kenyataan nya tidak ada.
Menunjuk ke arah tertentu yang tidak jelas
Ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas
Mengatakan bahwa melihat sesuatu yang tidak jelas
3. Halusinasi penciuman (olfaktorik) Adalah perasaan mencium suatu bau atau aroma tetapi tidak ada
Mengisap seperti mencium bau tertentu
Menutup hidung
Mencium bau, seperti bau darah, urine, feces, yang tidak nyata
4. Halusinasi pengecap (gustatorik) Adalah kondisi merasakan sesuatu rasa tetapi tidak ada dalam mulutnya, seperti rasa logam
Sering meludah sampai muntah
Merasa seperti mengecap darah, urine, feces
5. Halusinasi perabaan (taktil) Adalah kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya
Menggaruk permukaan kulit padahal tidak apa-apa
Mengatakan bahwa serangga di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik
6. Halusinasi kinestetik Adalah kondisi merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang. Atau anggota badannya bergerak b. Jenis halusinasi apakah yang dialami oleh pasien tersebut?
Jenis halusinasi yang dialami oleh pasien tersebut adalah jenis halusinasi penglihatan (visual, optik) dimana halusinasi penglihatan merupakan perasaan melihat suatu objek tetapi pada kenyataan nya tidak ada seperti dalam kasus tersebut pasien mengatakan ia ingin pulang menemui anaknya yang berumur 3 tahun karena menurutnya ia sering melihat burung-burung terbang setiap harinya dan mengatakan anaknya ingin menyusui. 8
Jenis halusinasi pendengaran, dimana halusinasi ini pdibuktikan dengan pasien mengatakan bahwa anaknya ingin menyusui.
c. Apa saja ciri-ciri dari halusinasi? 1. Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
d. Faktor apa yang menyebabkan pasien mengalami halusinasi?
1. Faktor Predisposisi Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: a. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
9
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. c. Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. 2. Faktor Presipitasi Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah: a. Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. b. Stress lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. c. Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor. e. Bagaimana mekanisme muncul nya halusinasi?
Telah diketahui dari hasil penelitian bahwa terjadinya halusinasi tidaklah tiba – tiba tetapi terjadi melalui tahapan mulai dari adanya situasi atau kondisi yang mencetuskan hingga munculnya halusinasi. Dari wawancara terhadap semua informan. Ada informan yang menyatakan bahwa halusinasi yang dialaminya tidak pernah men yuruh-nyuruh dia melakukan sesuatu, hanya suara orang lagi berbicara. Ada juga yang hanya mendengar suara angin. Sebaliknya, ada juga yang secara langsung mendengar suara – suara yang menyuruh melakukan sesuatu tanpa melalui tahap conforting, condemning dan controlling . Implikasinya terhadap keperawatan jiwa adalah bahwa dalam merawat 10
penderita yang mengalami halusinasi, tidaklah begitu penting untuk melakukan pemutusan halusinasi dengan mengatakan “stop saya tidak mau dengar ” seperti yang selama ini diajarkan oleh perawat di hampir semua rumah sakit jiwa di Indonesia . Yang terpenting adalah bagaimana mencegah agar penderita tidak mengalami halusinasi yaitu dengan cara melatih penderita untuk mengenali situasi dan kondisi yang mencetuskan halusinasinya dan mengajarkan penderita cara untuk mengatasi situasi atau kondisi yang mencetuskan halusinasinya tersebut. Tentu saja situasi dan kondisi yang mencetuskan halusinasi tiap – tiap penderita berbeda – beda. Karena itu perlu pengkajian yang tepat dan akurat. Proses dari adanya pencetus sampai munculnya halusinasi terjadi dalam waktu yang relatif singkat. f. Bagaimana cara mencegah muncul nya halusinasi?
Halusinasi dapat dicegah dengan pendekatan spiritual, penggunaan koping yang konstruktif dan menghingari kesendirian . Menghindari kesendirian ini sangat penting karena banyak diantara penderita skizofrenia yang mengalami halusinasi ketika dia sendirian dan tidak ada kegiatan (Hayashi et al., 2007; Tsai and Chen, 2005). Kesendirian membuat penderita melamun dan melamun bisa meransang munculnya halusinasi. Karena itu dalam merawat penderita yang mengalami halusinasi sangatlah penting untuk melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan sehingga tidak ada waktu bagi penderita untuk sendiri dan melamun. Mengendalikan pikiran dapat dijelaskan dengan teori cognitive behavioristic yang di pelopori oleh Aaron T Beck. Seseorang berperilaku tertentu sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Karena itu penting untuk melatih penderita untuk berpikiran positif dan melupakan kejadian – kejadian yang menyakitkan dalam hidupnya. g. Fase-fase munculnya halusinasi?
1. Comforting Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik. 2.
Condemning Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan 11
sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita. 3.
Controling Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang.
4.
Consquering Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
h.
Bagaimana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan kepada kasus pasien ini?
Bina hubungan saling percaya Disusikan tentang isi halusinasi, waktu terjadinya, frekuensi, respon klien jika halusinasi muncul
Latih klien mengendalikan halusinasi
Fasilitasi klien menggunakan obat
Tindakan keparawatan yang sesuai : 1. Membantu pasien mengenali halusinasi Untuk membantu pasien mengenali halusinasinya perawat dapat melakukannya dengan cara: berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi 2. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Ada 4 cara melatih halusinasi :
Menghardik halusinasi
Bercakap-cakap dengan orang lain
Melakukan aktivitas yang terjadwal
Menggunakan obat secara teratur
12
i. Patofisiologi dari halusinasi? Mengalami hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dari tidak berdaya
Ketidakmampuan mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera
Tidakefektifnya koping keluarga; ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ganguan konsep diri
tidak efektifnya koping individu
Isolasi sosial;
Gangguan proses pikir atau delusi
Perilaku tidak terorganisir dann tidak mampu menangani emosi
Deficit perawatan diri
Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain
Menarik diri
Menurun nya motivasi perawatan diri
j. Asuhan Keperawatan pada pasien Halusinasi?
Asuhan keperawatan Halusinasi 1.
Pengkajian Pengkajian pada klien dengan halusinasi difokuskan pada :
13
Tidak efektifnya penatalaksanaan regimen teraupetik
Faktor
Faktor
1. Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan,
Predisposisi
perkembangan terlambat
minuman, dan rasa aman. 2. Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi 3. Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.
Faktor
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi,
psikologis
menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif, dan koping destrukktif.
Faktor
sosial Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit
budaya
kronis, tuntutan lingkungan yang tinggi
Faktor
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa atrofi otak,
Biologis
pembesaran ventrikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbic
Faktor Genetik
Adanya
pengaruh
hereditas
anggota
keluarga
terdahulu
(keturunan yang
berupa
mengalami
schizofrenia dan kembar monozigot. Perilaku
Perilaku
yang Bibir komat-kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri,
sering
kepala
mengangguk-angguk,
seperti
mendengar
tamapkak pada sesuatu, tiba-tiba menutup telinga, gelisah, bergerak klien
dengan seperti mengambil atau membuang sesuatu, tiba-tiba
halusinasi
marah dan menyerang, duduk terpaku, memadang
antara lain.
satu arah, menarik diri.
ADL
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkan untuk tidak makan, tidur terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang berlebihan agitasi gerakan atau kegiatan ganjil.
14
Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras, penggunaan obatobatan, zat halusinogen, tingkah laku merusak diri.
Riwayat
Schizofrenuia, delirium berhubungan dengan riwayat
Kesehatan
demam dan penyalahgunaan obat.
Fungsi
1. Perubahan berat badan, hipertermis (demam)
Sistem Tubuh
2. Neurologikal perubahan mood, disorientasi. 3. Ketidakefektifan
endokrin
oleh
peningkat
temperatur Status emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan berat atau panik, suka berkelahi
Status
Gangguan
persepsi,
pengelihatan,
gangguan
intelektual
pendengaran, penciuman dan kecap, isi pikir tidak realistis, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku, kurang motivasi, koping regresi dan denial serta sedikit bicara.
Status sosial
Putus
asa,
menurunnya
kualitas
kehidupan,
ketidakmampuan mengatasi stress dan kecemasan. Jenis halusinasi Jenis
Data objektif
Data subjektif
Halusinasi
1. Berbicara atau tertawa sendiri
1. Mendengar suara-suara atau
dengar/suara
2. Marah-marah tanpa sebab
halusinasi
3. Mengarahkan telinga ke arah tertentu.
kegaduhan 2. Mendengar
suara
yang
mengajak bercakap-cakap
4. Menutup telinga
3. Mendengar suara menyuruh
15
melakukan
sesuatu
yang
bayangan,
sinar,
berbahaya Halusinasi
1. Menunjuk-nunjuk
penglihatan
kearah 1. Melihat
tertentu 2. Ketakutan
bentuk kepada
sesuatu
yang tidk jelas.
geometris,
bentuk
kartun, melihat hantu atau monster.
a. Isi halusinasi Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi. b. Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang sore atau malam?jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya sekali-kali? c. Respon halusinasi Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul, perawat dapat menayakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat juga dapat menantakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat juga dapat menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul. 2. Merumuskan diagnosa keperawatan masalah keperawatan adalah a. halusinasi b. harga diri rendah c. gangguan hubungan sosial d. resiko perilaku kekerasan Tujuan asuhan keperawatan yaitu a. klien dapat membina hubungan saling percaya b. klien mengenal halusinasi yang dialaminya c. klien dapat mengontrol halusinasi d. klien dapat mendukung keluarga untuk mengontrol halusinasi 16
e. klien dapat memanfaatkan obat untuk mengatasi halusinasi (stuart, laraia, 2005) 3. tindakankeperawatanuntukpasien a. tujuan tindakan untuk pasien meliputi: 1. pasien mengenali halusinasi yang dialaminya 2. pasien dapat mengontrol halusinasinya 3. pasien mengikuti program pengobatan secara optimal b. tindakan keperawatan 1. membantu pasien mengenali halusinasi 2. melatih pasien mengontrol halusinasi a. menghardik halusinasi b. berinteraksi dengan orang lain c. beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian. Tahap intervensi: 1. menjelaskan penting nya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi 2. mendiskusikan aktivitas yang biasa di lakukan oleh pasien 3. melatih pasien melakukan aktivitas 4. menyusun jadwal aktivitas sehari- hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih 5. memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan pendengaran perilaku pasien yang positif d. menggunakan obat secara teratur Tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat 1.
menjelaskan penggunaan obat
2.
menjelaskan akibat bila putus obat
3. jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat 4. jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis) Tindakan keperawatan untuk keluarga Tujuan tindakan keperawatan 1.
keluaraa dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di rumah
2.
keluarga dapat menjadi system pendukung yang efektif untuk pasien
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah : 17
1.
mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2.
memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
pengertian
halusinasi,
jenis
halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi 3.
memberikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapkan pasien.
4.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang perawatan lanjutan pasien.
2. Ny I mengeluhkan tidak bisa tidur dan mengatakan berulang-ulang bahwa payudaranya bengkak dan nyeri
karena tidak menyusui anaknya padahal
berdasarkan pemeriksaan perawat tidak ditemukan adanya bengkak. a. Apa saja macam-macam waham? 1. Waham Kebesaran
Percaya menilai kehebatan atau kekuatan luar biasa. 2. Waham Kejaran Keyakinan klien bahwa “orang lain” berencana untuk membahayakan atau memata matai, mengikuti, mengejek atau merendahkan klien dengan cara tertentu. 3. Waham Nhilistik Hal yang di ucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. 4. Waham Agama Percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat supranatural 5. Waham Somatik Percaya dengan gangguan pada bagian tubuh 6. Siar Kikir Percaya bahwa pikirannya disiarkan kedunia luar 7. Sisip Kikir Percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya 8. Control Pikir Merasa perilakunya di kendalikan oleh pikiran orang lain
b.
Dapat digolongkan ke dalam jenis waham apakah yang dialami pasien?
Waham nhilistik : karena di waham ini pasien selalu menulang-ulang perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataannya
18
c.
Fase-fase terjadinya waham?
1. Fase lack of human need Waham yang diawali dengan terbatsnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik amaupun psikissecara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orangorang dengan status dan ekonomi sangat terbatas.biasanya klien sangat miskin dan menderita.keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompenasasi yang salah.ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan selft ideal sangat tinggi.misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan di pandang sebgai seorang di amggap sangat cerdas,sangat berpengalaman sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat di pengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang(life span history). 2.
Fase lack of self esteem Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang
tidak
terpenuhi
sedangkan
standar
lingkungan
sudah
melampaui
kemampuannya.misalnya,saat lingkungan sudah banyak yang kaya,menggunakan teknologi komunikasi yang canggih,berpendidika tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas,seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut.padahal self reality-nya sangat jauh.dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah. 3.
Fase control internal external Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan.tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk di akui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya,karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien ini tidak benar, tetapi hal ini dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungn hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4.
Fase environment support
19
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien mengganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya di ulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. 5.
Fase comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering
disertai
halusinasi
pada
saat
klien
menyendiri
dari
lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial. 6.
Fase improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan – kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
d.
Apa saja penyebab waham?
Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang penyebab dari delusi atau waham, yaitu: 1. Biologis Pola keterlibatan keluarga relative kuat muncul dikaitkan dengan waham.dimana individu dari anggota keluarga yang dimenfestasikan dengan gangguan ini berisiko lebih tingggi untu mengalamainya dibandingkan dengan populasi umum. Studi pada manusia kembar juga nenunjukkan bahwa ada keterlibatan faktor genetic. 2. Teori psikososial
Sistem keluarga
Dikemukakan oleh bowen (1978) dimana perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga.konflik diantara suami istri mempengaruhi anak 20
tidak akan mampu memnuhi tugas perkembangan dimasa dewasanya. Beberapa ahli teori meyakini bahwa individu paranoid memiliki orang tua yang dingin, perfeksionis, sering menimbulkan kemarahan, perasaan mementingkan diri sendiri yang berlebihan dan tidak percaya pada individu.klien menjadi orang dewasa yang rentan karena pengalaman awal ini.
Teori interpersonal
Dikemukakan oleh sulliva (1953) dimana orang yang mengalami psikosis kan menghasilkan suatu hubungan orang tua-anak yang penuh dengan ansietas tinggi. Hal ini jika di pertahankan maka konsep diri anak akan mengalami ambivalen.
Psikodinamika
Perkembangan emosi terhambat karena kurnagnya rangsangan atau perhatian ibu,dengan iniseorang bayi mengalamai penyimpangan rasa aman dan gagal untu membangun rasa percayanya. Sehingga menyebabkan munculnya ego yang rapuh karena kerusakan harga diri yang parah, perasaan kehilangan kendali, takut dan ansietas berat. Sikap curiga terhadap seseorang dimanifestasikan dan dapat berlanjut di sepanjang kehidupan. Proyeksi merupakan mekanisme koping paling umum yang digunakan sebagai pertahanan melawan perasaan. e. Proses terjadinya waham?
1. Perasaan diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi. 2. Individu mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalahkan kesan terhadap kejadian. 3. Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan dan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran dan keinginan negatif atau tidak dapat di teriama menjadi bagian eksternal. 4. Individu mencoba memberi pembenaran, rasional atau alasan interprestasi personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain. f. Bagaiamana cara mengatasi pasien waham yang tidak bisa tidur?
1. Ajarkan pasien cara menghardik halusinasinya seperti kata”: saat suara-suara itu muncul, langsung bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.’’ 2. Ketika pasien sadar ajarkan untuk rileks napas agar lebih tenang
21
g. Apa saja dampak dari pemberian obat pada kasus ini jika di hentikan secara mendadak ?
Efek samping dari obat antipsikotik yaitu sangat tidak nyaman dan menakutkan. Termasuk efek samping neurologis yang berat adalah efek samping ekstrapiramidal seperti reaksi distonik akut, akatisia, pseudoparkinsonisme, diskinesiatardif, dan sindrom neuroleptik maligna. Efek samping yang non neurologik seperti peningkatan berat badan, mengantuk, fotosrnsitivitas, mulut kering, pengelihatan kabur, konstipasi, retensi urine, dan hipotensi ortostastik h. Strategi dalam pelaksanaan komunikasi pada pasien waham?
Sp1 : membina hubungan saling percaya mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; memperaktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Sp2 :
mengidentifikasi
kemampuan
positif
pasien
dan
membantu
mempraktekannya
Sp3
: mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
i. Bagaimana penanganan pada pasien dengan gangguan jiwa waham?
1.
Psikofarmalogi a. Litium karbonat: adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusui kemudian litium sitial. Litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania. b. Haloperidol: merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui. Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anakanak yang sering membangkang dan eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti: impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasuna hati yang labil dan tidak tahan frustasi. c. Karbamazepin: Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, serta neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak 22
berhubungan dengan obat antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal 2.
Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat antipsikotik untuk pasien waham a. Anti psikosis atipikal (olanzapin, risperidone). Pilihan awal rispiridone tablet 1mg, 2mg, 3mg/ clozapine tablet 25mg, 100 mg b. Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg. Efektif untuk menghilangkan gejala positif
3.
Penarikan diri high potensial Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan dunianya sendiri. Oleh karena itu salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaan ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya. Penarikan diri dari lingkungan sosial
4.
ECT tipe katatonik ECT adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebaban perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.
5.
Psikoterapi Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi suportif.
23
j. Patofisiologi dari waham? Gangguan emosi, psiko, faktor sosial, kegaduhan dan keadaan sosial yang lain
Fantasi pikiran rahasia sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka
Tidak mampu berfikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang
Penyangkalan, melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima didalam dirinya sendiri
Ketidakefektifan koping
Resiko ketidakberdayaan ansietas dan resiko membahayakan diri atau orang lain
Kemandirian yang kokoh
Tidak percaya terhadap orang lain atau pikiran delusi
Hambatan interaksi sosial, ketidak efektifan koping keluar a
k. Asuhan Keperawatan pada pasien waham?
1. Pengkajian Pengkajian pada klien dengan respon neurobiologis yang maladaptive perlu ditekanan kan pada fungsi kongnitif (proses piker), fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motoric dan fungsi social. a. Fungsi kongnitif Pada fungsi kongnitif terjadi perubahan pada daya ingat klien mengalami kesukaran untuk menilai dan menggunakan memorinya atau klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek atau panjang. Klien menjadi pelupa dan tidak berminat.
24
Cara berpikir magis dan primitive
Klien menganggap bahwa dirinya dapat melakukan sesuatu yang mustahil bagi orang lain, mislanya bisa berubah jadi superman. Cara berpikir klien seperti anak pada tingkat perkembangan anak pra sekolah
Perhatian: Klien gangguan respon neurologis tidak mampu mempertahankan
perhatiannya atau mudah teralihkan serta konsentrasinya buruk. Akibatnya klien mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan berkonsentrasi terhadap tugas.
Isi pikir: Klien tidak mampu memproses stimulus internal dan external dengan
baik sehingga terjadi apa yang disebut waham (agama, kebesaran, somatic, curiga, nihilstik, sisip pikir, siar pikir).
Bentuk dan pengorganisasian bicara: Klien tidak mampu mengorganisasi
pemikiran dan menyusun pembicaraan yang logis serta koheren. Gejala yang sering ditemukan adalah kehilangan asosiasi, tangensial, inkoheren, atau neologisme, sirkumtansial dan tidak masuk akal. Hal ini dapat diidentifikasi dari pembicaraan klien yang tidak relevan, tidak logis, bizar dan bicara yang berbelit- belit. b. Fungsi persepsi Perubahan atau gangguan yang sering ditemukan pada klien adalah:
Depersonalisasi Klien merasa tubuhnya bukan lah miliknya atau klien merasa dirinya terpisah dengan jatih dirinya sendiri.
Halusinasi Klien merasakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan lingkungan taua tidak ada stimulus dari lingkungan. Halusinasi yang sering terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan
c. Fungsi emosi Emosi digambarkan dalam istilah mood dan afek. Mood adalah suasana emosi sedangkan afek mengaju kepada expresi emosi yang dapat diamati dari expresi wajah, gerakan tangan, tubuh dan nada suara ketika individu menceritakan perasaannya.
25
Pada respon neurobiologis yang maladatif terjadi gangguan emosi yang dapat dikaji melalui perubahan afek :
Afek tumpul: kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang lain atau
pengalaman. Klien tampak apatis
Afek datar : tidak tampak expresi aktif suara monoton dan wajah datar, tidak ada keterlibatan perasaan
Reaksi berlebihan: reaksiemosi berlebihan terhadap suatu kejadian.
Ambivalen: timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada saat bersamaan.
d. Fungsi motoric Respon
neurobiologis
maladaptive
menimbulkan
perilaku
yang
aneh
membingungkan dan kadang- kadang tampak tidak kenal dengan orang lain. Perubahan tersebut adalah:
Impulsif: cenderung melakukan gerakan yang tiba- tiba dan spontan.
Manerisme: dikenal melalui gerakan dan ucapan seperti grimasentik.
Stereotipik: gerakan yang diulangp ulang tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulus yang jelas.
Katatonia: -
e. Fungsi social Perilaku terkait dengan hubungan social sebagai akibat dari respon neurobiologis yang maladatif adalah sebagai berikut:
Kesepian Perasaan terisolasi dan terasingkan, perasaan kosong dan merasa putuss asa sehingga klien merasa terpisah dengan orang lain.
Isolasi social Terjadi ketika klien menarik diri secara pisik dan emosional dari lingkungan. Isolasi diri klien tergantung pada tingkat kesedihan dan kecemasan yang
berkaitan dalam berhubungan dengan orang lain. Rasa tidak percaya pada orang lain merupakan inti masalah pada klien. pengalaman hubungan tidak menyenangkan
menyebabkan
klien
mengangap
hubungan
saat
ini
membahayakan. Klien merasa terancam saat ditemani orang lain karena ia menganggap orang tersebut kan mengontrolnya, mengancam, dan menuntut 26
nya. Oleh karena itu klien tetap mengisolasi diri dari pada pengalaman yang menyedihkan terulang kembali. 2. Diagnose keperawatan. Diagnose keperawatan yang muncul adalah.
Perubahan isi pikir: waham
Kerusakan komunikasi verbal
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan asuhan keperawatan
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
Klien dapat berhubungan dengan realitas
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien. a. Tujuan
Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b. Tindakan
Bina hubungan saling percaya Sebelum memulai megkaji pasien dengan waham saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa lebih aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan membina hubungan saling percaya adalah : mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, enjelaskan tujuan interaksi, membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap bertemu dengan pasien.
Bantu orientasi realita : Tidak mendukuhng atau membantah waham pasien. Yakinkan pasien berada dalam ekadaan aman. Observasi waham terhadap aktifitas sehari- hari jika
27
pasien terus- menerus
membicarakan wahamnya
dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya. Berikan Fujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai realita.
Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional
yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah
3.
Tingkat aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
Bantu melakukan kemapua yang dimiliki
Selain itu Ny I masih menyangkal penyakit halusinasi yang dia alami
dan
mengatakan bahwa dirinya tidak berbicara sendiri dan tidak keluyuran, namun dia keluyuran justru mencari suami yang jarang dirumah. a.
Tindakan perawat apa yang dapat meyakinkan pasien bahwa dia sedang mengalami halusinasi? 1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topik yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu berbicara) 2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya. 3. Dengarkan ungkapkan klien dengan empati 4. Lakukan kontak sering dan singkat (untuk mengurangi kontak klien dengan
halusinasinya) 5. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : berbicara dan tertawa
tanpa stimulus, memandang ke kiri/ kanan/ke depan seolah olah ada teman bicara. Bantu klien untuk mengenal halusinasinya:
Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan : apakah ada suara yang di dengar ?
Jika klien menjawab : ada , lanjutkan :apa yang dikatakan ?
Perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh / menghakimi)
Katakan bahwa klien juga ada seperti kalian
Katakan bahwa perawat akan membantu klien 28
Diskusikan dengan klien :
Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam, atau jika sendiri atau jika jengkel/sedih)
Diskusi
dengan
klien
apa
yang
dirasakan
jika
terjadi
halusinasi
(marah/takut/sedih/senang). Beri kesempatan megungkapkan perasaan.
Identifikasi bersama klien cara/tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll)
Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian. Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi: Katakan :’’saya tidak mau dengar kamu ( pada halusinasi).
Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk bercakap cakap atau mengatakan halusinasi terdengar.
Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul
Meminta keluarga/teman. Perawat menyapa jika tampak berbicara sendiri.
Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas, stimulasi persepsi.
Anjurkan klien memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/ pada saat kunjungan rumah)
Gejala halusinasi yang dialami klien
Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
Cara merawat anggota keluarga halusinasi di rumah; beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama
Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai orang lain
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat
29
Anjurkan klien meminta berbicara dengan dokter tentang efek dan efek samping obat yang dirasakan
Diskusikan akibat henti obat tanpa konsultasi
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu )
b. Sebutkan komunikasi terapeutik yang harus dilakukan perawat pada pasien halusinasi?
Perawat bisa menggunakan komunikasi verbal, karna jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan dirumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata dalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Komunikasi Terapeutik Keperawatan merupakan komunikasi yang dilberikan oleh perawat ketika melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat terapi bagi proses pengobatan/ penyembuhan Pasien. Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan – keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan terbagi dalam dua golongan yaitu : Gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai gejala adalah ketegangan(tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan. Komunikasi terapeutik keperawatan pada pasien gangguan jiwa dari berbagai masalah sangatlah penting karena pasien tersebut berbeda dari pasien biasanya. Pasien yang mengalami gangguan jiwa membutuhkan asuhan keperawatan yang sangat spesifik dari segi mental atau kejiwaannya.
Jenis Komunikasi Terapeutik
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan nonverbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
30
1. Komunikasi Verbal Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
Jelas dan ringkas Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil keniungkinan teijadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas
Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami) Komunikasi
tidak
akan
berhasil,
jika
pengirim
pesan
tidak
mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting.
Arti denotatif dan konotatif Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
Selaan dan kesempatan berbicara Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien.
31
Waktu dan Relevansi Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat.
Humor Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
Komunikasi Tertulis Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.
2. Komunikasi Non Verbal Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
Kinesik Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.
Proksemik
32
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.
Haptik Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.
Paralinguistik Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.
Artifak Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggi status sosial orang itu.
Logo dan Warna Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya komunikasi bisnis, namun komunikasi kesehatan. Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol dan suatu karaya organisasi atau produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya
33
berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.
Tampilan Fisik Tubuh Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana
kita
merancang
pesan
sedemikian
rupa
sehingga
mampu
mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).
c.
Bagaimana cara perawat mengontrol halusinasi yang dialami Ny. I?
1.
Yakinkan
apa
yang
akan
dikomunikasikan
dan
bagaimana
mengkomunikasikannya. Hal yang berkaitan dengan kejelasan pesan yang ingin disampaikan. 2.
Gunakan bahasa yang jelas dan dapat dimengerti komunikan. Seringkali perawat menemui pesan yang tidak dapat berbahasa Indonesia, sedangkan perawat itu sendiri tidak dapat berbahasa seperti pasien. Dalam kondisi seperti ini, orang ketiga diperlukan untuk menjembatani proses komunikasi tersebut.
3.
Gunakan media komunikasi yang tepat dan adekuat. Media tertentu tepat digunakan untuk komunikasi tertentu. Perawat yang sedang memberi penyuluhan pada satu orang pasien tidak perlu menggunakan flip chart, tetapi cukup dengan brosur atau leaflet. Sebaliknya dalam satu kegiatan penyuluhan pada 25 orang tidak cukup hanya dengan brosur saja, tetapi diperlukan media yang tepat seperti flip chart atau film.
4.
Ciptakan iklim komunikasi yang baik dan tepat. Untuk berlangsungnya proses komunikasi yang efektif diperlukan suasana tenang dan tidak bising. Akan lebih baik lagi apabila disertai dengan udara yang nyaman dan tidak terlalu panas.
5.
Dengarkan dengan penuh perhatian terhadap apa yang sedang diutarakan komunikan karena apa yang diutarakan komunikan adalah umpan balik terhadap pesan yang diberikan komunikator 34
6.
Hindarkan komunikasi yang tidak disengaja. Setiap proses komunikasi yang dijalankan hendaknya mempunyai tujuan yang jelas dan dilakukan dengan berencana.
7.
Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah, yaitu harus terjadi umpan balik antara komunikator dan komunikan.
8.
Yakinkan bahwa tindakan yang dilakukan tidak kontradiksi dengan apa yang diucapkan. Dengan kata lain ekspresi verbal harus sesuai dengan ekspresi non verbal. Hindari mengatakan saya turut berbahagia tetapi dengan ekspresi wajah yang datar dan tidak menunjukkan rasa bahagia
4.
Ny I sering berbicara berbelit belit, kontak mata minim, penampilan tidak rapi
a.
Bagaimana tindakan perawat untuk melakukan perawatan diri pasien tersebut?
Tindakan keperawatan 1. Membantu pasien mengenali halusinasi Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat melakukannya dengan cara berdiskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusiansi muncul dan respon pasien saat muncul. 2. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Bercakap-cakap dengan orang lain Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan halusinasi orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; focus perhatian pasien akan beralih dari halusiansi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. 35
Melakukan aktifitas yang terjadwal Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien mengalami halusinasi biasa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu
Menggunakan obat secara teratur Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila terjadi kekambuhan maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat: 1. Jelaskan guna obat 2. Jelaskan akibat bila putus obat 3. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat 4. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis) Tahapan tindakan meliputi : 1. Menjelaskan cara menghardik halusinasi 2. Memperagakan cara menghardik 3. Meminta pasien memperagakan ulang 4. Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien. Tahapan intervensinya sebagai berikut : 1. Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi 2. Mendiskusikan aktifitas yang dilakukan pasien 3. Melatih pasien melakukan aktiftas 4. Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktifitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
36
5. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.
5.
Menurut keterangan keluarga, Ny I sering cekcok dengan suami. Ny I punya dua orang anak dan baru pertama kali dirawat dengan gangguan jiwa
a.
Bagaimana komunikasi teraupetik yang baik kepada pasien waham?
Komunikasi terapeutik yang baik pada pasien waham agar dapat terjalin dengan baik maka yang pertama kita harus melakukan hubungan saling percaya terlebih dahulu pada pasien kemudian mengidentifikasi kebutuhan yang pasien tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan. kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada penderita waham memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga bagi kepuasan perawat
b.
Apakah dapat berpengaruh masalah gangguan jiwa yang dialami ibu kepada anak pertama nya?
Menurut teori konvergensi bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak salah satunya adalah lingkungan nya. Apabila interaksinya bagus, maka harapan akan memperoleh hasil yang bagus dan sebaliknya jika interaksinya tidak baik maka hasilnya tidak baik pula. Interaksi anak biasanya terlebih dahulu dengan keluarga terutama ibunya.
1. 6 Keterbatasan Ilmu Pengetahuan No Topic
1
Waham
What I know
Definisi waham
What I don’t know
Teori-teori
tentang
waham
Proses
What I have to know
Klasifikasi waham
Tindakan
terjadinya
keperawatan
waham
Tanda waham 37
terhadap dan
waham
gejala
Mekanisme
pasien
Penyebab
terjadinya waham
dari
terjadi nya waham
Patofisiologi waham
Teori-teori
Klasifikasi
2
Halusinasi
Definisi
Halusinasi
tentang
halusinasi
Proses
halusinasi terjadinya
halusinasi
Tanda
dan
keperawatan terhadap
gejala
Penyebab
dari
Mekanisme terjadinya halusinasi
terjadinya halusinasi
Patofisiologi halusinasi
38
pasien
halusinasi
halusinasi
Tindakan
BAB II
2. 1 Kerangka Konsep
Stressor
Koping tidak efektif
Halusinasi Dan waham
Gangguan pola tidur
Perilaku kekerasan
39
Defisit perawatan diri
BAB III 3. 1 Hipotesis
Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan penciuman . Halusinasi yang di rasakan untuk setiap pasien berbeda-beda satu sama lain, ada yang mengalami halusinasi pendengaran ditambah dengan halusinasi penglihatan, ada yang mengalami halusinasi pendengaran ditambah dengan halusinasi penghidu, serta pasien dengan halusinasi juga dapat menambah masalah keperawatan seperti waham, perilaku kekerasan, gangguan pola tidur dan defisit perawatan diri. Individu yang mempunyai halusinasi merasakan suatu stimulus yang tidak ada atau tidak nyata. Pada pasien yang mengalami halusinasi dapat disebabkan karena ketidakmampuan pasien menghadapi stressor dan koping tidak efektif.
BAB IV
40
PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Fenomena dari masalah gangguan jiwa tersebut khususnya gangguan jiwa dengan masalah halusinasi jika dibiarkan, maka akan berdampak buruk bagi pasien sehingga menimbulkan kekambuhan ulang serta akan mengakibatkan berbagai keluhan lain seperti konsentrasi menurun, kehilangan kemampuan membedakan antara halusinasi dan kenyataan, isolasi diri dari lingkungan, menarik diri, perilaku kekerasan dan sangat potensial melakukan bunuh diri dan membunuh orang lain. Maka dari itu solusi terbaik dalam pencegahan kekambuhan ulang dan dampak lain dari halusinasi yaitu dengan cara manajemen halusinasi yang diterapkan bukan hanya dirumah sakit melainkan dirumah pasien atau rumah anggota keluarga. Dengan intervensi tersebut, maka akan memudahkan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas untuk melaksanakan pencegahan tersier yaitu mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan pada gangguan jiwa khususnya pasien halusinasi
41