LAPORAN SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA TN. A DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG MURAI C RUMAH SAKIT JIWA SOEPRAPTO DAERAH BENGKULU
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PROGRAMPROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
“Asuhan
Keperawatan Kesehatan Jiwa pada TnA dengan Masalah Isolasi Sosial: Menarik Diri di Ruang Murai C”. Dalam
penyusunan
askep
ini
penulis
menyadari
masih
jauh
dari
kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan askep ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ade Herman Surya Direja S. Kep, Ners selaku Pembimbing akademik di keperawatan jiwa Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan. 2. Bapak Jajang Suryana, S Kep, Ners. Ibu Encik Putri, S. Kep, Ners. Ibu Raulina Sinaga, S.Kep, Ners. Bapak Nehru Nugroho. S. Kep. Ners Selaku pembimbing Klinik keperawatan jiwa yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan. 3. Staf RSJ Soeprapto Daerah Bengkulu yang telah memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan keperawatan jiwa hingga selesai. 4. Rekan-rekan serta semua pihak yang telah memberikan masukan yang sangat berharga dalam menyelesaikan askep ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
“Asuhan
Keperawatan Kesehatan Jiwa pada TnA dengan Masalah Isolasi Sosial: Menarik Diri di Ruang Murai C”. Dalam
penyusunan
askep
ini
penulis
menyadari
masih
jauh
dari
kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan askep ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ade Herman Surya Direja S. Kep, Ners selaku Pembimbing akademik di keperawatan jiwa Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan. 2. Bapak Jajang Suryana, S Kep, Ners. Ibu Encik Putri, S. Kep, Ners. Ibu Raulina Sinaga, S.Kep, Ners. Bapak Nehru Nugroho. S. Kep. Ners Selaku pembimbing Klinik keperawatan jiwa yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan. 3. Staf RSJ Soeprapto Daerah Bengkulu yang telah memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan keperawatan jiwa hingga selesai. 4. Rekan-rekan serta semua pihak yang telah memberikan masukan yang sangat berharga dalam menyelesaikan askep ini.
Semoga amal baiknya mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Dengan segala kerendahan hati yang ada, semoga askep ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Bengkulu,
25 November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................... ...................................... 1 1.2. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................ 4
2.1 Definisi ........................................................................................................ 4 2.2 Tanda dan Gejala ................................................. ....................................... 5 2.3 Faktor Predisposisi ...................................................................................... 8 2.4 Faktor Presipitasi ................................................. ....................................... 9 2.5 Mekanisme Koping ..................................................................................... 9 2.6 Masalah Keperawatan dan data Fokus Pengkajian ..................................... 10 2.7 Analisa data ................................................................................................. 14 2.8 Pohon masalah ............................................................................................ 16 2.9 Diagnosa Keperawatan ................................................. .............................. 16 2.10Rencana Tindakan keprawatan ................................................................... 18 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ................................................... . 20
3.1 Pengkajian .................................................................................................... 20 3.2 Analisa Data .................................................. ............................................... 29
BAB IV PENUTUP .................................................. ............................................... 54 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan
Pembangunan
Nasional
sebagaimana
tercantum
dalam
pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan
tersebut
diselenggarakan
program
pembangunan
nasional
secara
berkelanjutan, terencana dan terarah.Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dalam pembangunan nasional.Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang yang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karekteristik yang bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
1
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan professional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respon psiko-sosial yang maladaptive yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien, individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid).Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru.Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
2
Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Menarik diri juga disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak.Resiko menarik diri adalah terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Dari semua itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang bagaimana keperawatan jiwa yang sebenarnya agar dalam pelaksanaan keperawatan tidak dapat kesulitan yang besar dalam melaksanakan tugasnya dan perawat juga harus memahami asuhan keerawatan kepada klien, dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk untuk membuat makalah dengan judul Asuhan Keperawatan jiwa pada klien Tn. A dengan Isolasi social: Menarik Diri di Ruang murai C Rumah Sakit Jiwa SoepraptoDaerah Bengkulu.
1.2 TUJUAN
1.2.1
Tujuan umum Setelah melakukan praktek di RSJ Soeprapto Daerah Bengkulu diharapkan Mahasiswa Program Profesi Ners Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan
3
pada TnA dengan isolasi social: menarik diri, di ruang Murai C RSJ Soeprapto DaerahBengkulu 1.2.2
Tujuan khusus a. Memahami konsep dasar teori isolasi social: menarik diri b. Mampu melksanakan pengkajian pada klien dengan menarik diri c. Mampu merumuskan dignosa keperawatan pada klien dengan menarik diri. d. Mampu menyusun tujuan dan tindakan keperawatan pada klien dengan menarik diri. e. Mampu menyusun tujuan dan tindakan keperawatan yang telah disusun pada klien dengan menarik diri f.
Mampu mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan menarik diri
4
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. DEFINISI
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 1998). Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang
lain
menyatakan
sikap
yang
negatif
dan
mengancam
(Towsend,1998). Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993). Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri
5
sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). IsolasiSosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, 1998).
2.2 TANDA DAN GEJALA
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan (data objektif) : 1. Apatis, ekspresi, afek tumpul.
6
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari orang lain. 3. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat. 4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk. 5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya. 6. Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. 7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan. 8. Posisi janin pada saat tidur. Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi, beberapa data subjektif adalah menjawab dengan singkat kata-kata “tidak”, “ya”, “tidak tahu” (Khaidir Muhaj, 2009).
7
Rentang Respon
Respon Adaptif
Respon maladaptif
Solitut
Kesepian
Otonomi
Manipulasi
Menarik diri
Kebersamaan
Impulsif
Ketergantungan
Narkisisme
Saling ketergantungan Sumber : Gail W. Stuart, 2006 Menurut Gail W. Stuart (2006 ) menyatakan bahwa manusia makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.Hubungan intrpersonal terjadi jika hubungan saling
merasakan
kedekatan
sementara
identitas
pribadi
tetap
dipertahankan.Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan
antara
ketergantungan
dan
kemandirian
dalam
suatu
hubungan.Gail W. Stuart (2006) menyatakan tentang respon rentang sosial individu berada dalam rentang respon maladaptif yaitu: a. Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum berlaku,respon ini meliputi:
8
1)
Menyendiri ( solitude) Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2) Kebebasan (Otonom) Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. 3) Berkerja sama (mutualisme) Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling member dan menerima 4) Saling tergantung (interdependen) Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal. b. Respon Antara Adaptif dan Maladaptif 1)
Kesepian ( Aloness) Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan dari lingkungan.
2) Manipulasi ( Manipulation) Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan pada orang lain.
9
3) Ketergantungan ( Dependence) Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak memperhatikan kemampuan yang dimilikinya. c. Respon Maladaptif Yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya lingkungannya. 1) Kesepian ( Loneliness) Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk mencari ketenangan waktu sementara. 2) Pemerasan ( Exploitation) Gangguan
yang
terjadi
dimana
seseorang
selalu
mementingkan
keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari ketenangan pribadi. 3) Menarik Diri (Withdrawl ) Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu sengaja
menghindari
hubungan
lingkungannya.
10
interpersonal
ataupun
dengan
4) Curiga ( Paranoid ) Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya pada orang lain.
2.3 FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan ( Khaidir Muhaj, 2009). Sedangkan sumber lain menyebutkan faktor predisposisi terjadi karena beberapa Faktor : a.
Faktor tumbang Faktor tugas perkembangan pada fase tumbang tidak terselesaikan komunikasi dalam keluarga: komunikasi yang tidak jelas (suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerimapesan yang saling bertentangan dalam waktu yang bersamaan), ekpresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
11
b.
Faktor sosial budaya Isolasi sosial/ mengasingkan diri dari lingkungan sosial. Disebabkan norma-norma yang salah dianut keluarga, seperti: anggota keluarga tidak produktif (lansia, berpenyakit kronis).
c.
Faktor biologis Penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya gangguan dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat struktur otak yang abnormal (atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal) {bee_robby, 2011}.
2.4 FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995). Sedangkan sumber lain menyebutkan faktor predisposisi terjadi karena beberapa faktor : a.
Faktor eksternal: Faktor presipitasi stressor social budaya: stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya (keluarga).
12
b.
Faktor
Internal:
stresor
psikologik:
stres
terjadi
akibat
ansietas
berkepanjangan disertai keterbatasan kemampuan mengatasinya{bee_robby, 2011}.
2.5 MEKANISMEKOPING
Menurut Tim keperawatan Jiwa FIK-UI (2002), klien menarik diri cenderung menggunakan mekanisme koping: Regresi, represi dan isolasi. a. Regresi : Menghindari stress kecemasan dan menampilkan perilaku kembali setelah kembali pada perkembangan b. Represi : Menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan atau konflik atau ingatan dari kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya. c. Proyeksi : Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan yang dilakukan sendiri.
2.6 MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN
2.6.1
Masalah Keperawatan Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut :
13
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Resiko perubahan sensori persepsi
Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain.
2.6.2
Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
Intoleransi aktifitas.
Kekerasan resiko tinggi(Khaidir Muhaj, 2009).
Data Fokus Pengkajian Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.Data yang dikumpulkan meliputi, data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Stuart dan Sundeen, 1998). Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Budi Ana Keliat, 1999). Isi pengkajian meliputi : 1.
Identitas Klien Meliputi
Nama,
umur,
jenis
kelamin,
pendidikan, pekerjaan, dan dari penanggung jawab.
14
status
perkawinan,
2.
Keluhan utama dan alasan masuk Keluhan utama atau alasan masuk ditanyakan pada keluarga/klien, apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit. Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.
3.
Faktor predisposisi Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua,harapan orang tua yang tidak realistis,kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4.
Faktor presipitasi Faktor internal dan eksternal : trauma dan ketegangan peran. (transisi peran : perkembangan, situasi, dan sehat sakit).
5.
Aspek fisik Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB dan BB, aktivitas sehari-hari, pola tidur, pola istirahat, rekreasi dan kaji fungsi organ tubuh bila ada keluhan.
15
6.
Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi.
Konsep diri : - Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang
hilang,
mengungkapkan
keputusasaan,
mengungkapkan
ketakutan. - Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan. - Peran diri : Tugas yang diemban dalam keluarga, Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK. - Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas dll. Mengungkapkan
keputus
asaan
karena
penyakitnya:
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi. - Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya.
Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat
16
7.
Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
Status mental Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan denga orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
8.
Kebutuhan persiapan pulang
Kemampuan
makan
klien,
klien
mampu
menyiapkan
dan
membersihkan alat makan
Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian
Mandi klien dan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien
Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
9.
Mekanisme koping Klien
apabila
mendapat
masalah
takut
atau
tidak
mau
menceritakannya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri). 10. Masalah psikososial dan lingkungan Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
17
11. Pengetahuan Dapat didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah. 12. Aspek medik Terapi yang diterima klien bias berupa ECT, terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, dan terapi lingkungan, TAK, serta rehabilitasi (Khaidir Muhaj, 2009). 2.7 ANALISA DATA
Data yang diambil adalah data objektif dan data subjektif.
Data Objektif adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
Berdiam diri di kamar/tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
18
Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan. Posisi janin pada saat tidur.
Data Subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.
Klien
mengatakan:
Sukar
didapati
jika
klien
menolak
berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboratif. Data objektif dan data subjektif yang mungkin muncul pada klien penderita Menarik diri adalah: Data Subjektif
Pasien
Data Objektif
mengatakantidak
Klien tampak tidak mau bercakap-
selevel dengan orang lain
cakap/berinteraksi dengan orang
Pasien
lain
mengatakan
malas
berinteraksi
Pasien mengatakanorang lain tidak ada yang mau menerima
19
Klien tampak menyendiri
Klien tampak tidak mau di ganggu oleh orang lain
dirinya
Klien tampak banyak tidur siang.
Klien tampak kurang bergairah.
Klien
tampak
memperdulikan lingkungan.
Berbicara pelan
Sering menunduk
2.8 POHON MASALAH
Resikoperilaku kekerasan Gangguan persepsi sensori halusinasi Isolasi social : menarik diri Gangguan konsep diri : HDR Koping individu inefektif 2.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul, yaitu : 1.
Isolasi sosial : menarik diri.
2.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3.
Resiko perubahan sensori persepsi.
4.
Koping individu inefektif
5.
Resiko perilaku Kekerasan.
20
tidak
2.10
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
Isolasi Sosial : Pasien mampu : Menarik Diri
Menyebutkan, penyebab
menyadari
isolasi
sosial:
Setelah … kali pertemuan, pasien
SP 1
mampu :
Tanyakan keuntungan dan kerugian
Identifikasi penyebab
menarik diri,
Membina
hubungan
percaya
keuntungan
saling dan
INTERVENSI
Menyebutkan,
menyadari
penyebab isolasi sosial: menarik
- Siapa yang satu rumah dengn pasien
diri,
- Siapa yang paling deat dengan pasien
Membina
hubungan keuntungan
- Siapa yang tidak deat dengan pasien
saling
kerugian berinteraksi dgn org
percaya
dan
lain
kerugian berinteraksi dgn org
Tanyakan
keuntungan
dan
kerugian
berinteraksi dengan orang lain
lain
- Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
21
- Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. - Diskusiakan keuntungan bila pasien mempunyai bayak teman dn bergaul akrab dengan mereka - Diskusikan hanya
kerugian
mengurung
bila
diri
dan
pasien tidak
bergaul dengan oang lain - Jelaskan
pengaruh
isolai
terhadap kesehatan fisik pasien
Latih berkenalan
social
- Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. - Diskusiakan keuntungan bila pasien mempunyai bayak teman dn bergaul akrab dengan mereka - Diskusikan hanya
kerugian
mengurung
bila
diri
dan
pasien tidak
bergaul dengan oang lain - Jelaskan
pengaruh
isolai
social
terhadap kesehatan fisik pasien
Latih berkenalan - Jelaskan
kepada
klien
cara
berinteraksi dengan orang lain
22
- Berikan contoh berkenalan dengan orang lain. - Beri
kesempatan
mempraktekkan
klien
cara
cara
berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat. - Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang perawat - Bila
pasien
sudah
menunjukkan
kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi 2,3,4 orang dst. - Beri
pujian
untuk
setiap
- Berikan contoh berkenalan dengan orang lain. - Beri
kesempatan
mempraktekkan
klien
cara
cara
berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat. - Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang perawat - Bila
pasien
sudah
menunjukkan
kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi 2,3,4 orang dst. - Beri
pujian
untuk
setiap
kemajuaniteraksi yang telah dilakukan oleh pasien.
23
- Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin pasien akan mengungkapkan menerus
agar
keberhasilan
atau
pasien
tetap
semangatmeningkatkan interaksinya.
Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP 2
Keluarga mampu merawat pasien dengan Menarik diri di rumah.
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
Latih berhubungan social secara bertahap
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
- Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin pasien akan mengungkapkan menerus
keberhasilan
atau
pasien
tetap
agar
semangatmeningkatkan interaksinya.
Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP 2
Keluarga mampu merawat pasien dengan Menarik diri di rumah.
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
Latih berhubungan social secara bertahap
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP 2)
24
Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih
Setelah
…
keluarga
kali
mampu
pertemuan, menjelaskan
SP 1
tentang Masalah isolasi sosial
Masalah
isolasi
social
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Identifikasi
masalah
yang
dirasakan
dalam merawat pasien dan
dampaknya pada paisen
Jelaskan proses terjadinya isolasi sosial : menarik diri
Penyebab isolasi social
Cara merawat pasien isolasi sosial
Sikap keluarga untuk membantu
Latih simulasi
Susun RTL keluarga/jadwal keluarga
pasien sosialnya
mengatasi
isolasi
Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih
Setelah
…
keluarga
kali
mampu
pertemuan, menjelaskan
SP 1
tentang Masalah isolasi sosial
Masalah
isolasi
social
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Identifikasi
masalah
yang
dirasakan
dalam merawat pasien dan
dampaknya pada paisen
Jelaskan proses terjadinya isolasi sosial : menarik diri
Penyebab isolasi social
Cara merawat pasien isolasi sosial
Sikap keluarga untuk membantu
Latih simulasi
Susun RTL keluarga/jadwal keluarga
pasien
mengatasi
isolasi
sosialnya
untuk merawat pasien
Pengobtan yang berkelanjutan
SP 2
dan mencegah putus obat.
Evaluasi kemampuan SP 1
Tempat rujukan dan fasilitas
Latih keluarga langsung ke pasien
kesehatan bagi pasien
Menyusun
25
RTL
keluarga/
jadwal
kegiatan untuk merawat pasien SP 3
Evaluasi kemampuan keluarga ((SP1 dan SP 2)
Latih langsung kepasien
RTL keluarga
SP 4
Evaluasi kemampun keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
Tempat rujukan dan fasilitas
Latih keluarga langsung ke pasien
kesehatan bagi pasien
Menyusun
RTL
keluarga/
jadwal
kegiatan untuk merawat pasien SP 3
Evaluasi kemampuan keluarga ((SP1 dan SP 2)
Latih langsung kepasien
RTL keluarga
SP 4
Evaluasi kemampun keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
Rencana tindak lanjut keluarga
26
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Ruang Perawatan
: Murai C RSJSD Provinsi Bengkulu
Tanggal dirawat
:09 Agustus 2011
I. Identitas Klien
1. Nama klien
: Tn. A
2. Umur
: 29 Tahun
-
Follow up
-
rujukan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Ruang Perawatan
: Murai C RSJSD Provinsi Bengkulu
Tanggal dirawat
:09 Agustus 2011
I. Identitas Klien
1. Nama klien
: Tn. A
2. Umur
: 29 Tahun
3. Alamat
:
Perumnas
Kandang
Mas
Mulya,
Kota
Bengkuu 4. Tanggal pengkajian
: 14 dan 15 November 2011
5. No rekam medik
: 007097
II. Alasan Masuk
Klien diantar ke RSJ oleh Pihak keluarga pada tanggal 09 Agustus 2011 dengan alasan masuk, klien sering keluyuran,menyendiri, tidak mau di ganggu orang lain,dan mengatakan bahwa ia tidak diterima dilingkungannya karena lingkungannya masih menganggapnya gila. Berdasarkan data dari perawat dan teman sekamarnya mereka mengatakan Tn. A sering berdiam diri dan tidak mau berkomunikasi dengan orang lain. Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu (pada tahun 2004),namun pengobatannya kurang berhasil karena pasien jarang minum obat ketika sudah berada dirumah.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 dan 15 november 2011
Tn.A
mengatakan
dia
di
bawa
ke
RSJ
ini
karena
sering
keluyuran,menyendiri, tidak mau bicara dengan orang lain,dan tidak mau minum obat karena merasa sudah sembuh. Pada saat diwawancara Klien mengatakan tidak mempunyai teman di Murai C, klien mengatakan merasa bosan dan mau pulang, klien mengatakan sering menyendiri di kamar daripada kumpul- kumpul dengan teman- teman, dan klien mengatakan dia tidak mengalami sakit atau keluhan fisik lainnya. Dan saat di observasi oleh perawat klien terlihat sering berdiam diri dan tidak mau bergaul dengan teman- teman yang lainnya. Dan pada saat di ajak berbicara Tn.A banyak diam dan tidak ada respon. Klien juga tidak kooperatif, apatis dan afek tumpul. Mk :
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Resiko perilaku kekerasan
III. Faktor Predisposisi
Klien
pernah
mengalami
gangguan
jiwa
sebelumnya
namun
pengobatannya kurang berhasil b erhasil karena pasien jarang minum obat ketika sudah berada dirumah dengan alasan bosan. Klien mengatakan dia pernah pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, karena ia sangat ingin bekerja di kantoran, memakai seragam namun hal tersebut tidak tercapai, kemudian klien pulang kembali
ke
Bengkulu.
Klien
mengatakan
pengalaman
yang
tidak
menyenangkan yang pernah dialaminya adalah dia sering di ejek oleh temantemannya karena tidak punya pekerjaan.Sehingga dia malu untuk berinteraksi
dengan orang lain dan lebih senang menyendiri,dan menyatakan ia tidak sebanding dengan orang lain Mk:
Koping Individu tidak efektif Isolasi Sosial: Menarik Diri Gangguan Konsep Diri : HDR
IV.
Faktor presipitasi
Faktor eksternal : klien mengalami stres karena paradigma mas yarakat yang menganggap penyakit jiwa itu susah akan sembuh Faktor internal : klien mengalami stres karena merasa cemas dan khawatir yang berkepanjangan akan dirinya yang sulit di terima di lingkungannya V. Pemeriksaan Fisik
Pada saat pengkajian tingkat kesadaran klien composmentis, klien tidak mengalami gangguan kesadaran Tanda-tanda vital Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36,5 C
Pernafasan
: 24 x/ menit
0
TB: 162 cm BB:56 Kg Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakannya, dan tidak terdapat luka di tubuh klien. MK: tidak ada masalah
VI. Psikososial
1. Genogram
29
Laki- laki
:
Perempuan
:
Meninggal
:
Klien
:
Garis keturunan
:
Tinggal serumah
: --------------------------------------------------------
Klien mengatakan kalau dirinya adalah anak ke sepuluh dari 12 bersaudara.Klien berusia 29tahun.Klien mengatakan kalau dirinya di rumah dengan kakak perempuan dan iparnya.Klien mengatakan jika ada masalah jarang menceritakan kepada orang lain termasuk kepada keluarganya. MK : kerusakan komunikasi verbal
2. Konsep diri a.
Citra tubuh
:
Tn A mengatakan ia senang dengan bentuk tubuhnya dan tidak ada bagian yang tidak disukainya. b.
Identitas : Klien masih mengetahui namanya, ia seorang laki- laki dan ia menamatkan sekolah sampai STM. Klien mengatakan bahwadirinya belum mempunyaipekerjaan.
c.
Peran
:
Klien mengatakan ia belum mempunyai pekerjaan, sehingga ia belum mempunyai peran yang jelas dan sering di ejek oleh teman-temannya karena tidak mempunyai pekerjaan. Klien juga kurang bisa bergaul dengan lingkungannya. d.
Ideal diri : Klien sangat berharap dia bisa sembuh dan keluar dari sini sehingga ia bisa berkumpul bersama keluarga lagi. Klien juga sangat mendambakan ia mendapatkan suatu pekerjaan yang mempunyai baju seragam dan memulai kehidupan barunya ditempat yang baru juga, karena ia merasa tempat lamanya tidak bisa menerimanya lagi.
e.
Harga diri : Klien merasa dirinya kurang diterima dilingkungannya karena ia sering dikucilkan, dan di ejek oleh teman-temannya karena klien tersebut tidak mempunyai pekerjaan. hal ini yang menyebabkan klien menjadi pendiam dan suka menyendiri. MK: Gangguan konsep diri : HDR dan ISOS : Menarik Diri
3. Hubungan Sosial a.
Orang terdekat Klien mengatakan orang terdekat dalam dirinya adalah orangtuanya tapi dia mengatakan kalau ada masalah jarang bercerita dengan orang tuanya karena dia tidak mau menambah beban fikiran orang tuanya.
b. Peran serta dalam kelompok masyarakat Klien mengatakan dirinya kurang mengikuti organisasi di dalam masyarakat dia lebih senang menyendiri daripada kumpul-kumpul dengan orang- orang, karena orang-orang di lingkungannya sering mengejek klien yang tidak mempunyai pekerjaan. c.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien kurang bisa bergaul karena dia merasa dirinya tidak bisa diterima oleh lingkungannya. Karena lingkungannya masih menganggap dia gila, dan selain itu karena dia tidak mempunyai pekerjaan, sehingga ia menjadi pendiam dan menarik diri dari lingkungannya. MK: Isolasi Sosial: menarik Diri
4. Spritual a. Nilai dan keyakinan Klien mengatakan dirinya beragama islam b. Kegiatan ibadah Klien mengatakan ia jarang melaksanakan sholat karena ia malas untuk sholat. Kalau tidak di suruh ia tidak akan melaksanakan sholat. c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialaminya adalah dia sering di ejek oleh teman- temannya karena tidak punya pekerjaan.Sehingga dia malu untuk berinteraksi dengan orang lain dan lebih senang menyendiri. MK: koping individu inefektif VII.Status Mental
1. Penampilan Pada saat observasi dan wawancara klien tampak rapi, penggunaan pakaian sesuai dan klien secara mandiri mengganti dan mencuci pakaiannya, rambut klien terlihat rapi, kuku klien tampak bersih. MK: tidak di temukan 2. Pembicaraan Klien terlihat lebih banyak diam dan klien tidak mampu memulai pembicaraan terhadap orang lain.Klien tidak memiliki teman dekat didalam
ruangan,
klien
tampak
menutup
dirinya
ketika
diajak
berkomunikasi, klien tampak sesekali menunduk ketika berinteraksi. MK: isolasi social:menarik diri 3.
Aktivitas motorik Klien telihat lesu tidak ada gairah hidupnya, tampak gelisah dan tegang, dan wajahnya tampak muram dan kusut. Klien terlihat jarang berkumpul dengan teman-temannya karena klien merasa tidak sebanding dengan teman-temannya dan tidak mempunyai pekerjaan sehingga ia lebih suka menyendiri. MK: isolasi sosial: menarik diri dan resiko PK
4.
Alam perasaan
Klien mengatakan dia sedang sedih, karena dia khawatir dengan keadaannya, seandainya ia keluar dari RSJ lingkungan/masyarakat sekitar masih belum bisa menerima keadaannya. MK: HDR
5.
Afek Afek klien Tumpul klien hanya beraksi jika ada stimulus yang kuat Contohnya jika diajak berbicara dia lebih banyak diam walaupun kadang sudah diajak bercanda klien masih diam saja. MK: gangguan komunikasi verbal
6.
Interaksi selama wawancara Pada saat observasi dan wawancara klien tampak tidak kooperatif dan sangat sulit untuk memulai pembicaraan, Klien terkadang menatap lawan bicaranya dengan tatapan mata yang tajam, Klien lebih banyak diam saat diajak bicara. MK: isolasi social: menarik diri dan resiko perilaku kekerasan
7. Persepsi Klien tidak ada gangguan dengan sensori persepsinya. 8. Proses fikir Pada saat wawancara dan observasi klien tampak mengalami blocking yaitu pembicaan yang terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali. MK: gangguan komunikasi verbal
9. Isi ikir Klien terus kepikiran tentang keadaannya kalau ia sudah keluar nanti, apakah masyarakat sekitar sudah bisa menerimanya apa tidak. MK: gangguan konsep diri: harga diri rendah 10. Tingkat kesadaran Pada saat observasi dan wawancara klien tampak bingung , tapi pada saat ditanya waktu dan tempat klien mampu menjawab dengan benar. Mk: tidak ada masalah 11. Memori Klien tidak mengalami gangguan daya ingat, dibuktikan dengan klien dapat mengingat siapa dirinya dan kejadian yang baru saja terjadi seperti dapat menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukannya kemarin. MK: tidak ada masalah 12. Tingkat konsentrasi dan berhitung Klien mampu berhitung secara sederhana seperti 1 sampai 10 dan hitungan mundur dan mampu melakukan penambahan dan pengurangan angkaangka. MK: tidak ada masalah 13. Kemampuan penilaian Klien mampu memutuskan suatu pilihan yang benar seperti makan dahulu sebelum mandi atau mandi dahulu sebelum makan. MK: tidak ada masalah 14. Daya tilik diri
Pada saat wawancara klien mengakui bahwa ia sekarang sedang terganggu jiwanya, hal inilah yang membuat klien mau berobat di RSJ ini dengan harapan sembuh. VIII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan Klien makan 3 x dalam sehari, klien mampu menghabiskan porsi makan yang telah di sediakan 2. Defekasi/ berkemih Klien mengatakan kalau ingin BAB atau BAK dia pergi ke kamar mandi dan setelah membuang air atau BAB dia selalu menyiram WC. Klien mengatakan tetap menggunakan pakaian pada saat ke kamar mandi dan merapikan pakaiannya saat dari kamar mandi. 3. Mandi Klien mengatakan dia mandi 2x sehari dan mandi menggunakan sabun serta membilasnya dengan air selain itu klien menyikat gigi 2 x sehari. 4. Berpakaian/ berhias Klien mengatakan mengganti pakaiannya setiap hari dan klien dapat mengganti pakaiannya sendiri. Mk: tidak ada masalah 5. Istirahat dan tidur Klien mengatakan selalu tidur siang. Sedangkan kalau tidur malam Tn.A pada pukul 21.00- 06.00 Wib 6.
Penggunaan obat Klien
mengatakan
obat
yang
Haloperidol,Triheksepenidyl.
diminumnya
3
jenis
yaitu
CPZ,
7.
Pemeliharaan kesehatan Klien mengatakan mengetahui tempat pelayanan kesehatan yang akan digunakan jika dirinya ingin berobat dan klien mengatakanmempuyai keluarga yang dapat membantu dirinya.
8. Aktifitas di dalam ruangan Klien mampu menjaga kebersihan ruangan, menyapu, membersihkan lantai, merapikan tempat tidur. 9. Aktifitas di luar ruangan Klien mampu melakukan kebersihan lingkungan, seperti menyapu halaman, senam pagi. IX.
MEKANISME KOPING
Perilaku maladaptif : Klien bereaksi terhadap stimulus dengan lambat, Klien mengatakan tidak mau menceritakan masalahnya kepada orang lain, kalau ada masalah biasanya di pendam sendiri. Mk: Koping individu tidak efektif X. Masalah Psikososial dan Lingkungan
1. Masalah dengan dukungan kelompok Klien mengatakan tidak memiliki permasalahan dengan keluarganya, tapi klien memiliki masalah dengan teman-temannya dia sering di ejek oleh teman- temannya karena tidak punya pekerjaan.Sehingga dia malu untuk berinteraksi dengan orang lain dan lebih senang menyendiri . Mk: Isolasi Sosial: Menarik diri Gangguan konsep diri: Harga diri rendah 2. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan dirinya sudah tamat STM, tetapi klien terlalu menginginkan pekerjaan yang elit seperti kerja di kantor dan memakai seragam. 3. Masalah dengan pekerjaan Klien mengatakan ia tidak mempunyai pekerjaan 4. Masalah perumahan Klien mengatakan tinggal bersama kelurganya yaitu kakaknya.
5. Masalah ekonomi Klien mengatakan ekonomi dalam keluarga cukup tapi karena klien belum bekerja jadi klien merasa minderdikelurga dan lingkungannya. 6. Masalah dengan pelayanan kesehatan Klien mengatakan mengetahui kemana saja ia harus berobat, seperti di rumah sakit atau puskesmas. XI. Kurang Pengetahuan Tentang
Klien mempunyai kekurangan dalam pergaulan, karena ia malas berinteraksi dengan orang sekitarnya. MK: kerusakan komunikasi verbal XII.ASPEK MEDIK
a. Diagnosa medik : Skizofrenia 20.5 (skizofrenia Residual) b. Terapi medik diberikan : CPZ 2x100 mg, Haloperidol 2x1,5 mg, Triheksepenidyl 3x2 mg XIII. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan
kerusakan
Isolasi sosial : menarik diri Core poblem
komunikasi verbal
Gangguan konsep diri : Harga Diri rendah Koping individu Inefektif
XIV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial menarik diri 2. Harga diri rendah 3. Koping individu inefektif 4. Kerusakan komunikasi verbal. 5. Resiko perilaku kekerasan 3.2 ANALISA DATA
No 1
Data Ds:
Isolasi Sosial Menarik Diri Klien mengatakan malas untuk
berbicara sama teman.
Masalah
Klien mengatakan lingkungannya tidak mau menerima dirinya
Klien
mengatakan
daripada
ngobrol lebih baik tidur.
Klien mengatakan dirinya tidak selevel dengan orang lain.
DO:
Klien
tampaktidak
mauberinteraksi
dengan
orang
lain.
Klien tampak menyendiri Klien tampak tidak memiliki
teman dekat didalam ruangan,
Klien lebih banyak diam saat di ajak bicara
Klien tampak tidak kooperatif dan sangat sulit untuk memulai pembicaraan
Saat diajak berbicara klien sering menunduk
2
DS:
Gangguan konsep diri: Harga Diri
Klien mengatakan dirinya merasa Rendah minder karena dia tidak memiliki pekerjaan
dan
tidak
bisa
mendapatkan pekerjaan di kantor
Klien mengatakan dia malu untuk
berinteraksi dengan orang lain dan lebih senang menyendiri
Klien mengatakan dia merasa minder karena tidak sebanding dengan orang lain
Klien mengatakan lingkungannya tidak mau menerima dirinya
DO:
Klien terlihat sering berdiam diri dan tidak mau bergaul dengan teman- teman yang lainnya.
Dan
pada
saat
di
ajak
berbicara Tn.A banyak diam dan sering menunduk.
Klien juga tidak kooperatif, apatis afek tumpul.
3
Ds:
Gangguan Komunikasi verbal klien mengatakan kesal karena
orang
lain
tak
pernah
mau
mengerti tentang keadaannya klien mengatakan malas bercerita
dengan
orang
lain
tentang
masalahnya Do:
Pada
saat
observasi
wawancara klien
dan
tampak
mengalami blocking Banyak
diam
saat
diajak
berbicara Komunikasi
klien
tampak
sirkumtansial 4
DS: Klien
Koping individu tidak efektif mengatakan
tidak
mau
menceritakan masalahnya kepada orang lain, kalau ada masalah biasanya di pendam sendiri. Klien
mengatakan
masalah
kalau
berusaha
menyelesaikannya sendiri DO:
ada
Klien tampak diam Klien tampak menyendiri
5
DS: Klien
Resiko perilaku kekerasan mengatakan
tidak
mau
diganggu oleh orang lain Tn.A
mengatakan
lagi
ingin
sendiri DO: Pandangan mata klien terkadang tajam Klien tampak gelisah dan tegang saat berinteraksi Sering menjauh dari orang lain
3.4 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN KE PERAWATAN DIAGNOSA TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
Isolasi Sosial : Pasien mampu :
Setelah … kali pertemuan,
SP 1
Menarik Diri
pasien mampu :
Menyebutkan, menyadari
penyebab
Menyebutkan,
menyadari
Tanyakan keuntungan dan kerugian
Identifikasi penyebab
isolasi sosial: menarik
penyebab
diri,
menarik diri,
- Siapa yang paling deat dengan pasien
Membina hubungan saling
- Siapa yang tidak deat dengan pasien
Membina saling keuntungan kerugian
hubungan percaya dan berinteraksi
percaya
isolasi
sosial:
keuntungan dan
- Siapa yang satu rumah dengn pasien
Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi
kerugian berinteraksi dgn
dengan orang lain
org lain
- Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan
dgn org lain
berinteraksi dengan orang lain
- Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. - Diskusiakan keuntungan bila pasien mempunyai bayak teman dn bergaul akrab dengan mereka - Diskusikan
kerugian
bila
pasien
hanya
mengurung diri dan tidak bergaul dengan oang lain - Jelaskan
pengaruh
isolai
social
terhadap
kesehatan fisik pasien
Latih berkenalan - Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain - Berikan contoh berkenalan dengan orang lain.
- Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. - Diskusiakan keuntungan bila pasien mempunyai bayak teman dn bergaul akrab dengan mereka - Diskusikan
kerugian
bila
pasien
hanya
mengurung diri dan tidak bergaul dengan oang lain - Jelaskan
pengaruh
isolai
social
terhadap
kesehatan fisik pasien
Latih berkenalan - Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain - Berikan contoh berkenalan dengan orang lain.
- Beri kesempatan klien cara mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat. - Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang perawat - Bila
pasien
sudah
menunjukkan
kemajuan,
tingkatkan jumlah interaksi 2,3,4 orang dst. - Beri pujian untuk setiap kemajuaniteraksi yang telah dilakukan oleh pasien. - Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau menerus agar pasien tetap semangatmeningkatkan
- Beri kesempatan klien cara mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat. - Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang perawat - Bila
pasien
sudah
menunjukkan
kemajuan,
tingkatkan jumlah interaksi 2,3,4 orang dst. - Beri pujian untuk setiap kemajuaniteraksi yang telah dilakukan oleh pasien. - Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau menerus agar pasien tetap semangatmeningkatkan
interaksinya.
Keluarga mampu merawat pasien dengan Menarik diri di rumah.
Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP 2
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
Latih berhubungan social secara bertahap
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP 2)
Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
interaksinya.
Keluarga mampu merawat
Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP 2
pasien dengan Menarik diri di rumah.
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
Latih berhubungan social secara bertahap
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP 2)
Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Setelah … kali pertemuan,
SP 1
keluarga mampu menjelaskan
tentang Masalah isolasi sosial
Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
Masalah isolasi social dan
Jelaskan proses terjadinya isolasi sosial : menarik diri
dampaknya pada paisen
Cara merawat pasien isolasi social
Penyebab isolasi social
Latih simulasi
Sikap
Susun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
keluarga
membantu
untuk pasien
mengatasi isolasi sosialnya
SP 2
Pengobtan
yang
Evaluasi kemampuan SP 1
dan
Latih keluarga langsung ke pasien
Menyusun RTL keluarga/ jadwal kegiatan untuk
berkelanjutan mencegah putus obat.
pasien
Tempat
rujukan
dan
merawat pasien
Setelah … kali pertemuan,
SP 1
keluarga mampu menjelaskan
tentang Masalah isolasi sosial
Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
Masalah isolasi social dan
Jelaskan proses terjadinya isolasi sosial : menarik diri
dampaknya pada paisen
Cara merawat pasien isolasi social
Penyebab isolasi social
Latih simulasi
Sikap
Susun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
keluarga
membantu
untuk pasien
mengatasi isolasi sosialnya
SP 2
Pengobtan
yang
Evaluasi kemampuan SP 1
dan
Latih keluarga langsung ke pasien
Menyusun RTL keluarga/ jadwal kegiatan untuk
berkelanjutan mencegah putus obat.
pasien
Tempat
rujukan
dan
fasilitas
kesehatan
bagi
pasien
merawat pasien
SP 3
Evaluasi kemampuan keluarga ((SP1 dan SP 2)
Latih langsung kepasien
RTL keluarga
SP 4
Evaluasi kemampun keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
Rencana tindak lanjut keluarga -
Follow up
-
rujukan
fasilitas
kesehatan
pasien
bagi
SP 3
Evaluasi kemampuan keluarga ((SP1 dan SP 2)
Latih langsung kepasien
RTL keluarga
SP 4
Evaluasi kemampun keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
Rencana tindak lanjut keluarga -
Follow up
-
rujukan
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJSD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Rabu, 16 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
1. Membina hubungan saling percaya
-
- Mengucapkan salam dan menanyakan
tinggal bersama kakak perempuan
kepada klien masih ingat atau tidak nama perawat
dan ipar saya?” -
- Tersenyum dan mempertahan kontak mata
Klien mengatakan: ‟Saya dirumah
Klien mengatakan: ‟‟saya 12 bersaudara, saya anak ke 10“
-
Klien mengatakan: ‟saya tidak
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJSD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Rabu, 16 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
1. Membina hubungan saling percaya
-
- Mengucapkan salam dan menanyakan
tinggal bersama kakak perempuan
kepada klien masih ingat atau tidak nama perawat
dan ipar saya?” -
- Tersenyum dan mempertahan kontak mata
Klien mengatakan: ‟‟saya 12 bersaudara, saya anak ke 10“
-
- Duduk dengan jarak ± 1 m dari klien
Klien mengatakan: ‟saya tidak
punya teman untuk tempat bercerita,
sehingga klien tidak merasa terancam - Membuat kontrak waktu dan
Klien mengatakan: ‟Saya dirumah
saya belum menikah“ -
Klien mengatakan: ‟saya tertekan,
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
sepi, saya tidak betah disini. Saya
mengawali pembicaraan.
mau pulang!
- Bicara dengan nada yang lembut dan
-
jelas - Memperlihatkan
Klien mengatakan: ‟saya tidak banyak teman di dalam Murai C
sikap
menerima
terhadap klien
ini“. -
Klien mengatakan: ‟keuntungan punya teman adalah rame, asyik,
2. Mengidentifikasi penyebab menarik diri - Menanyakan kepada klien siapa yang 1 rumah dengan klien
ada teman curhat, ada teman di ajak bercanda. Kalau kerugiannya kesepian, tidak ada tempat minta
- Duduk dengan jarak ± 1 m dari klien
punya teman untuk tempat bercerita,
sehingga klien tidak merasa terancam - Membuat kontrak waktu dan
saya belum menikah“ -
Klien mengatakan: ‟saya tertekan,
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
sepi, saya tidak betah disini. Saya
mengawali pembicaraan.
mau pulang!
- Bicara dengan nada yang lembut dan
-
jelas - Memperlihatkan
Klien mengatakan: ‟saya tidak banyak teman di dalam Murai C
sikap
menerima
terhadap klien
ini“. -
Klien mengatakan: ‟keuntungan punya teman adalah rame, asyik,
2. Mengidentifikasi penyebab menarik diri
ada teman curhat, ada teman di ajak
- Menanyakan kepada klien siapa yang 1
bercanda. Kalau kerugiannya
rumah dengan klien
kesepian, tidak ada tempat minta
- Menanyakan kepada klien tentang keluarganya
tolong, tidak bisa cerita“. -
- Menanyakan siapa yang paling dekat
berinteraksi dengan orang lain
dengan klien
karena saya merasa minder,tidak
- Menanyakan siapa yang tidak dekat dengan klien
Klien mengatakan saya malu
selevel dengan orang lain“ -
3. Menanyakan keuntungan dan kerugian
Klien mengatakan saya mau belajar berinteraksi dengan orang
berinteraksi dengan orang lain
lain“
- Menanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
Objektif
lain
-
- Menanyakan penyebab klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain
Klien tampak menjawab salam perawat
-
Klien tampak mengingat nama
- Menanyakan kepada klien tentang keluarganya
tolong, tidak bisa cerita“. -
- Menanyakan siapa yang paling dekat
berinteraksi dengan orang lain
dengan klien
karena saya merasa minder,tidak
- Menanyakan siapa yang tidak dekat dengan klien
Klien mengatakan saya malu
selevel dengan orang lain“ -
3. Menanyakan keuntungan dan kerugian
Klien mengatakan saya mau belajar berinteraksi dengan orang
berinteraksi dengan orang lain
lain“
- Menanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
Objektif
lain
-
- Menanyakan penyebab klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain
perawat -
diskusikan dengan klien keuntungan bila memiliki banyak teman dan
-
terhadap kesehatan klien
-
berinteraksi dengan orang lain - Memberikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain
Klien sulit untuk melakukan kontak mata dengan perawat.
-
Klien tampak Sering melamun
-
Klien kurang kooperatif
-
Klien tampak menyendiri di tempat
4. Melatih berkenalan - Menjelaskan kepada klien cara
Klien tampak tidak mau b ercakapcakap dengan orang lain
diri dan tidak bergaul dengan orang lain
- Menjelaskan pengaruh isolasi social
Klien tampak mengingat nama
perawat
bergaul akrab dengan mereka - Diskusikan bila klien hanya mengurung
Klien tampak menjawab salam
tidur Analisa -
Klien mampu mengidentifikasi penyebab menarik diri dan mampu menyebutkan keuntungan dan
diskusikan dengan klien keuntungan bila memiliki banyak teman dan
perawat -
bergaul akrab dengan mereka - Diskusikan bila klien hanya mengurung
cakap dengan orang lain -
diri dan tidak bergaul dengan orang lain
- Menjelaskan pengaruh isolasi social terhadap kesehatan klien
berinteraksi dengan orang lain - Memberikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain
- Memberikan kesempatan kepada klien
Klien sulit untuk melakukan kontak mata dengan perawat.
-
Klien tampak Sering melamun
-
Klien kurang kooperatif
-
Klien tampak menyendiri di tempat
4. Melatih berkenalan - Menjelaskan kepada klien cara
Klien tampak tidak mau b ercakap-
tidur Analisa -
Klien mampu mengidentifikasi penyebab menarik diri dan mampu menyebutkan keuntungan dan
kerugian berinteraksi.
mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan
Planing
dihadapan perawat
Intervensi dipertahankan (SP 1)
- Perawat mulai membantu klien berinteraksi dengan 1 orang teman yang ada di ruangannya - Menambahkan jumlah orang yang akan berinteraksi (2-4 orang) bila pasien menunjukkan kemajuan. - Memberikan pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang dilakukan pasien
- Memberikan kesempatan kepada klien
kerugian berinteraksi.
mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan
Planing
dihadapan perawat
Intervensi dipertahankan (SP 1)
- Perawat mulai membantu klien berinteraksi dengan 1 orang teman yang ada di ruangannya - Menambahkan jumlah orang yang akan berinteraksi (2-4 orang) bila pasien menunjukkan kemajuan. - Memberikan pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang dilakukan pasien
- Mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain - Memberikan dorongan secara terus menerus kepada klien agar klien tetap semangat melakukan interaksi 5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
- Mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain - Memberikan dorongan secara terus menerus kepada klien agar klien tetap semangat melakukan interaksi 5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Kamis , 17 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
1. Membina hubungan saling percaya
-
- Mengucapkan salam dan menanyakan
saya ingin punya teman akrab,tapi
kepada klien masih ingat atau tidak nama perawat
saya tidak tau caranya‟‟ -
- Tersenyum dan mempertahan kontak mata
Klien mengatakan „‟sebenarnya
Klien mengatakan „‟senang karena sudah di ajarkan cara berkenalan‟‟
-
Klien memperagakan cara
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Kamis , 17 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
1. Membina hubungan saling percaya
-
- Mengucapkan salam dan menanyakan
saya ingin punya teman akrab,tapi
kepada klien masih ingat atau tidak nama perawat
saya tidak tau caranya‟‟ -
- Tersenyum dan mempertahan kontak mata
Klien mengatakan „‟sebenarnya
Klien mengatakan „‟senang karena sudah di ajarkan cara berkenalan‟‟
-
- Duduk dengan jarak ± 1 m dari klien
Klien memperagakan cara
berkenalan: nama saya A, senang di
sehingga klien tidak merasa terancam
panggil A, saya berasal dari
- Membuat kontrak waktu dan
Bengkulu. Hobby saya main basket.
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
Nama kamu siapa? Senang di
mengawali pembicaraan.
panggil apa? asalnya darimana di
- Bicara dengan nada yang lembut dan jelas - Memperlihatkan
panggil apa? Hobby apa? -
sikap
menerima
Setelah berbincang-bincang dengan perawat, klien mengatakan: ‟saya
terhadap klien
senang, lebih enak“.
2. Melatih berkenalan - Menjelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain - Memberikan contoh cara berinteraksi
Objektif -
Klien tampak lebih tenang
-
Klien tampak memperagakan cara
- Duduk dengan jarak ± 1 m dari klien
berkenalan: nama saya A, senang di
sehingga klien tidak merasa terancam
panggil A, saya berasal dari
- Membuat kontrak waktu dan
Bengkulu. Hobby saya main basket.
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
Nama kamu siapa? Senang di
mengawali pembicaraan.
panggil apa? asalnya darimana di
- Bicara dengan nada yang lembut dan jelas - Memperlihatkan
panggil apa? Hobby apa? -
sikap
menerima
Setelah berbincang-bincang dengan perawat, klien mengatakan: ‟saya
terhadap klien
senang, lebih enak“.
2. Melatih berkenalan - Menjelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain - Memberikan contoh cara berinteraksi
Objektif -
Klien tampak lebih tenang
-
Klien tampak memperagakan cara
dengan orang lain - Memberikan kesempatan kepada klien
berkenalan -
mempraktekkan cara berinteraksi - Perawat mulai membantu klien
Klien sudah mulai ada melakukan kontak mata dengan perawat.
-
berinteraksi dengan 1 orang teman yang -
Klien tampak Sering melamun Klien mulai kooperatif
ada di ruangannya - Menambahkan jumlah orang yang akanberinteraksi (2-4 orang) bila pasien menunjukkan kemajuan.
Analisa -
Klien mampu memperagakan cara berkenalan
- Memberikan pujian untuk setiap kemajuanpx - Mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain
Planing Intervensi dipertahankan (SP 1)
dengan orang lain - Memberikan kesempatan kepada klien
berkenalan -
mempraktekkan cara berinteraksi - Perawat mulai membantu klien
Klien sudah mulai ada melakukan kontak mata dengan perawat.
-
berinteraksi dengan 1 orang teman yang -
Klien tampak Sering melamun Klien mulai kooperatif
ada di ruangannya - Menambahkan jumlah orang yang akanberinteraksi (2-4 orang) bila pasien menunjukkan kemajuan.
Analisa -
Klien mampu memperagakan cara berkenalan
- Memberikan pujian untuk setiap kemajuanpx - Mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain
- Memberikan dorongan kepada klien agar klien tetap semangat melakukan interaksi 3. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
Planing Intervensi dipertahankan (SP 1)
- Memberikan dorongan kepada klien agar klien tetap semangat melakukan interaksi 3. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Jumat , 18 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
- Membina hubungan saling percaya
-
- Mengucapkan salam dan menanyakan kepada klien masih ingat atau tidak
berkenalan dengan orang lain“ -
nama perawat
Klien mengatakan‟‟ tapi saya masih merasa takut,kaku untuk berbicara
- Tersenyum dan mempertahan kontak mata
Klien mengatakan saya mau
dengan orang lain‟‟ -
Klien memperagakan cara
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Jumat , 18 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
- Membina hubungan saling percaya
-
- Mengucapkan salam dan menanyakan kepada klien masih ingat atau tidak
Klien mengatakan saya mau berkenalan dengan orang lain“
-
nama perawat
Klien mengatakan‟‟ tapi saya masih merasa takut,kaku untuk berbicara
- Tersenyum dan mempertahan kontak mata
dengan orang lain‟‟ -
- Duduk dengan jarak ± 75 cm dari klien
Klien memperagakan cara
berkenalan: nama saya A, senang di
sehingga klien tidak merasa terancam
panggil A, saya berasal dari
- Membuat kontrak waktu dan
Bengkulu. Hobby saya main basket.
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
Nama kamu siapa? Senang di
mengawali pembicaraan.
panggil apa? asalnya darimana di
- Bicara dengan nada yang lembut dan jelas - Memperlihatkan
panggil apa? Hobby apa? -
sikap
menerima
terhadap klien 4. Melatih berkenalan - Menjelaskan kepada klien cara
Setelah berbincang-bincang dengan perawat, klien mengatakan: ‟saya senang, dan saya akan mulai berkenalan dengan teman sekamar saya“.
berinteraksi dengan orang lain - Memberikan contoh cara berinteraksi
Objektif
- Duduk dengan jarak ± 75 cm dari klien
berkenalan: nama saya A, senang di
sehingga klien tidak merasa terancam
panggil A, saya berasal dari
- Membuat kontrak waktu dan
Bengkulu. Hobby saya main basket.
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
Nama kamu siapa? Senang di
mengawali pembicaraan.
panggil apa? asalnya darimana di
- Bicara dengan nada yang lembut dan jelas - Memperlihatkan
panggil apa? Hobby apa? -
sikap
menerima
Setelah berbincang-bincang dengan perawat, klien mengatakan: ‟saya
terhadap klien
senang, dan saya akan mulai
4. Melatih berkenalan
berkenalan dengan teman sekamar
- Menjelaskan kepada klien cara
saya“.
berinteraksi dengan orang lain - Memberikan contoh cara berinteraksi
dengan orang lain - Memberikan kesempatan kepada klien
Objektif
-
Klien tampak lebih tenang
-
Klien tampak mulai mau bercakap-
mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan
cakap dengan orang lain -
dihadapan perawat - Perawat mulai membantu klien
Klien sudah mulai ada melakukan kontak mata dengan perawat.
-
Klien mulai kooperatif
berinteraksi dengan 1 orang teman yang ada di ruangannya - Menambahkan jumlah orang yang akan berinteraksi (2-4 orang) bila pasien
Analisa -
Klien sudah mau memulai perkenalan dengan orang lain
menunjukkan kemajuan. - Memberikan pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang dilakukan
Planing Intervensi dipertahankan (SP 1)
dengan orang lain - Memberikan kesempatan kepada klien
-
Klien tampak lebih tenang
-
Klien tampak mulai mau bercakap-
mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan
cakap dengan orang lain -
dihadapan perawat - Perawat mulai membantu klien
Klien sudah mulai ada melakukan kontak mata dengan perawat.
-
Klien mulai kooperatif
berinteraksi dengan 1 orang teman yang ada di ruangannya - Menambahkan jumlah orang yang akan berinteraksi (2-4 orang) bila pasien
Analisa -
Klien sudah mau memulai perkenalan dengan orang lain
menunjukkan kemajuan. - Memberikan pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang dilakukan
pasien - Mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain - Memberikan dorongan secara terus menerus kepada klien agar klien tetap semangat melakukan interaksi 5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
Planing Intervensi dipertahankan (SP 1)
pasien - Mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain - Memberikan dorongan secara terus menerus kepada klien agar klien tetap semangat melakukan interaksi 5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Sabtu, 19 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
- Membina hubungan saling percaya
-
- Mengucapkan salam dan menanyakan
berkenalan dengan Tn.E dan
kepada klien masih ingat atau tidak nama perawat - Tersenyum dan mempertahan kontak mata
Klien mengatakan saya sudah
berhasil“ -
Klien mengatakan sangat senang karena sudah berhasil berkenalan dan Tn.E mau berteman dengan
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Sabtu, 19 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
- Membina hubungan saling percaya
-
- Mengucapkan salam dan menanyakan
berkenalan dengan Tn.E dan
kepada klien masih ingat atau tidak nama perawat
Klien mengatakan saya sudah
berhasil“ -
- Tersenyum dan mempertahan kontak
Klien mengatakan sangat senang karena sudah berhasil berkenalan
mata
dan Tn.E mau berteman dengan
- Duduk dengan jarak ± 75 cm dari klien
nya
sehingga klien tidak merasa terancam - Membuat kontrak waktu dan
Objektif
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
-
mengawali pembicaraan.
mampu berkenalan dan punya
- Bicara dengan nada yang lembut dan jelas - Memperlihatkan
teman -
sikap
Klien tampak senang karena
menerima
Klien tampak mulai mau b ercakapcakap dengan orang lain
terhadap klien 6. Melatih berkenalan - Menjelaskan kepada klien cara
Analisa -
Klien sudah mampu berkenalan
berinteraksi dengan orang lain - Memberikan contoh cara berinteraksi
Planing
- Duduk dengan jarak ± 75 cm dari klien
nya
sehingga klien tidak merasa terancam - Membuat kontrak waktu dan
Objektif
menjelaskan tujuan interaksi sebelum
-
mengawali pembicaraan.
mampu berkenalan dan punya
- Bicara dengan nada yang lembut dan jelas - Memperlihatkan
teman -
sikap
Klien tampak senang karena
menerima
Klien tampak mulai mau b ercakapcakap dengan orang lain
terhadap klien 6. Melatih berkenalan - Menjelaskan kepada klien cara
Analisa -
Klien sudah mampu berkenalan
berinteraksi dengan orang lain - Memberikan contoh cara berinteraksi
dengan orang lain - Memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berinteraksi - Perawat mulai membantu klien berinteraksi dengan 1 orang teman yang ada di ruangannya - Menambahkan jumlah orang yang akanberinteraksi (2-4 orang) bila pasien menunjukkan kemajuan. - Memberikan pujian untuk setiap kemajuan - Mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain
Planing
Intervensi dilanjutkan (SP 2)
dengan orang lain - Memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berinteraksi - Perawat mulai membantu klien berinteraksi dengan 1 orang teman yang ada di ruangannya - Menambahkan jumlah orang yang akanberinteraksi (2-4 orang) bila pasien menunjukkan kemajuan. - Memberikan pujian untuk setiap kemajuan - Mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain
- Memberikan dorongan secara terus menerus kepada klien agar klien tetap semangat melakukan interaksi 7. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
Intervensi dilanjutkan (SP 2)
- Memberikan dorongan secara terus menerus kepada klien agar klien tetap semangat melakukan interaksi 7. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Senin,21 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SPI)
-
- Menanyakan kembali apakah pasien
sudah berkenalan dengan Tn. E
masih ingat nama perawat - Menanyakan kepada klien tentang kegiatan yang lalu - Memberikan reinforcement positif
Klien mengatakan Kemarin saya
dan Tn. M" -
Klien mengatakan: ‟Boleh kenalan pak? Nama saya A, biasa di panggil A, asal saya dari
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Senin,21 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SPI)
-
- Menanyakan kembali apakah pasien
sudah berkenalan dengan Tn. E
masih ingat nama perawat - Menanyakan kepada klien tentang
dan Tn. M" -
kegiatan yang lalu
panggil A, asal saya dari
2. Melatih hubungan social secara bertahap
Bengkulu, hobby saya main
- Mengkaji kemampuan klien dalam
basket. Nama kamu siapa,
membina hubungan dengan orang lain
darimana? -
untuk berinteraksi dengan orang lain - Mendorong dan membantu klien untuk
Klien mengatakan: ‟berapa orang saudara kamu? Kalau saya 12“„
-
berinteraksi dengan orang lain melalui tahap:
Klien mengatakan: ‟Boleh kenalan pak? Nama saya A, biasa di
- Memberikan reinforcement positif
- Bermain peran tentang cara berinteraksi
Klien mengatakan Kemarin saya
Klien mengatakan: ‟‟saya sudah senang di ajak ngobrol“
-
Klien mengatakan: ‟saya baru kenal 2 orang di di ruangan ini“
Klien-perawat
Klien-perawat-perawat lain
Objektif
Klien-perawat-perawat lain-klien lain
-
Klien tampak tenang
Klien-keluarga/kelompok keluarga
-
Klien tampak sudah mulai mau
- Beri penguatan positif terhadap
bercakap-cakap dengan orang lain
2. Melatih hubungan social secara bertahap
Bengkulu, hobby saya main
- Mengkaji kemampuan klien dalam
basket. Nama kamu siapa,
membina hubungan dengan orang lain - Bermain peran tentang cara berinteraksi
darimana? -
untuk berinteraksi dengan orang lain - Mendorong dan membantu klien untuk
saudara kamu? Kalau saya 12“„ -
berinteraksi dengan orang lain melalui tahap:
Klien mengatakan: ‟berapa orang
Klien mengatakan: ‟‟saya sudah senang di ajak ngobrol“
-
Klien mengatakan: ‟saya baru kenal 2 orang di di ruangan ini“
Klien-perawat
Klien-perawat-perawat lain
Objektif
Klien-perawat-perawat lain-klien lain
-
Klien tampak tenang
Klien-keluarga/kelompok keluarga
-
Klien tampak sudah mulai mau bercakap-cakap dengan orang lain
- Beri penguatan positif terhadap
keberhasilan yang telah di capai
-
- Membantu klien mengevaluasi
berkumpul dengan teman-
keuntungan menjalin hubungan social - Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
Klien tampak sudah mau
temannya Analisa -
Klien sudah bisa mempraktekkan cara berkenalan
Planing Intervensi dipertahankan (SP 2)
keberhasilan yang telah di capai
-
- Membantu klien mengevaluasi
berkumpul dengan teman-
keuntungan menjalin hubungan social - Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
Klien tampak sudah mau
temannya Analisa -
Klien sudah bisa mempraktekkan cara berkenalan
Planing Intervensi dipertahankan (SP 2)
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Selasa, 22 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 )
-
- Menanyakan kembali apakah pasien
meningkatkan hubungan
masih ingat nama perawat - Menanyakan kepada klien tentang kegiatan yang lalu - Memberikan reinforcement positif
Klien mengatakan mau
pertemanannya supaya lebih akrab -
Klien mengatakan mau belajar untuk membina hubungan sosial dengan sesama teman
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Selasa, 22 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 )
-
- Menanyakan kembali apakah pasien
meningkatkan hubungan
masih ingat nama perawat - Menanyakan kepada klien tentang
pertemanannya supaya lebih akrab -
kegiatan yang lalu
Klien mengatakan mau belajar untuk membina hubungan sosial
- Memberikan reinforcement positif
2. Melatih hubungan social secara bertahap
Klien mengatakan mau
dengan sesama teman
-
- Mengkaji kemampuan klien dalam
Klien mengatakan nanti mau memperagakan sama temannya
membina hubungan dengan orang lain - Bermain peran tentang cara berinteraksi untuk berinteraksi dengan orang lain - Mendorong klien berinteraksi melalui
Objektif -
tahap:
Klien-perawat
Klien-perawat-perawat lain
Klien-perawat-perawat lain-klien lain
- Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah di capai - Membantu klien mengevaluasi
Klien tampak mampu memperagakan cara berhubungan sosial dengan orang lain
-
Klien tampak tenang
Analisa -
Klien mampu mempraktekan cara berhubungan sosial di depan
2. Melatih hubungan social secara bertahap
-
- Mengkaji kemampuan klien dalam
Klien mengatakan nanti mau memperagakan sama temannya
membina hubungan dengan orang lain - Bermain peran tentang cara berinteraksi untuk berinteraksi dengan orang lain - Mendorong klien berinteraksi melalui
Objektif -
tahap:
Klien-perawat
Klien-perawat-perawat lain
Klien-perawat-perawat lain-klien lain
- Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah di capai - Membantu klien mengevaluasi
keuntungan menjalin hubungan social - Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Klien tampak mampu memperagakan cara berhubungan sosial dengan orang lain
-
Klien tampak tenang
Analisa -
Klien mampu mempraktekan cara berhubungan sosial di depan
perawat dan mau mempraktekkan sama temannya Planing Intervensi dipertahankan (SP 2)
keuntungan menjalin hubungan social
perawat dan mau mempraktekkan
- Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien
sama temannya Planing Intervensi dipertahankan (SP 2)
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Rabu, 23 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
3. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 )
-
- Menanyakan kembali apakah pasien
membina hubungan sosial dengan
masih ingat nama perawat - Menanyakan kepada klien tentang kegiatan yang lalu - Memberikan reinforcement positif
Klien mengatakan sudah mampu
sesama temannya -
Klien mengatakan senang karena sudah merasa lebih akrab dengan temannya
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Rabu, 23 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
3. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 )
-
- Menanyakan kembali apakah pasien
membina hubungan sosial dengan
masih ingat nama perawat - Menanyakan kepada klien tentang
sesama temannya -
kegiatan yang lalu
Klien mengatakan senang karena sudah merasa lebih akrab dengan
- Memberikan reinforcement positif
4. Melatih hubungan social secara bertahap
Klien mengatakan sudah mampu
temannya
-
- Mengkaji kemampuan klien dalam
Klien mengatakan mau memperbanyak temannya lagi
membina hubungan dengan orang lain - Bermain peran tentang cara berinteraksi untuk berinteraksi dengan orang lain - Mendorong klien berinteraksi melalui
Objektif -
tahap:
Klien-perawat
Klien-perawat-perawat lain
Klien-perawat-perawat lain-klien lain
- Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah di capai - Membantu klien mengevaluasi
Klien tampak mampu memperagakan cara berhubungan sosial dengan orang lain
-
Klien tampak senang
Analisa -
Klien mampu mempraktekan cara berhubungan sosial dengan
4. Melatih hubungan social secara bertahap
-
- Mengkaji kemampuan klien dalam
Klien mengatakan mau memperbanyak temannya lagi
membina hubungan dengan orang lain - Bermain peran tentang cara berinteraksi untuk berinteraksi dengan orang lain - Mendorong klien berinteraksi melalui
Objektif -
tahap:
Klien-perawat
Klien-perawat-perawat lain
Klien-perawat-perawat lain-klien lain
- Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah di capai - Membantu klien mengevaluasi
keuntungan menjalin hubungan social - Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Klien tampak mampu memperagakan cara berhubungan sosial dengan orang lain
-
Klien tampak senang
Analisa -
Klien mampu mempraktekan cara berhubungan sosial dengan
temannya Planing Intervensi dipertahankan (SP 2)
keuntungan menjalin hubungan social - Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien
temannya Planing Intervensi dipertahankan (SP 2)
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Kamis , 24 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,
-
SP 2)
lebih akrab dengan 2 orang
2. Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih 3. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Klien mengatakan sudah merasa
temannya -
Klien mengatakan mampu mempraktekkan ulang cara berkenalan dan membina hubungan
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Kamis , 24 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Jam 09.00 Wib
Subjektif
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,
-
SP 2)
lebih akrab dengan 2 orang
2. Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih
Klien mengatakan sudah merasa
temannya -
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
Klien mengatakan mampu mempraktekkan ulang cara
pasien
berkenalan dan membina hubungan
sosial dengan temannya -
Klien mengatakan mau berkenalan dengan lebih banyak temannya
Objektif -
Klien tampak senang karena merasa lebih akrab dengan temannya
-
Klien tampak bisa mempraktekkan cara berkenalan dan membina hubungan dengan teman
-
Klien tampak mulai kooperatif
Analisa -
Klien mau meningkatkan intensitas interaksi dengan orang lain
sosial dengan temannya -
Klien mengatakan mau berkenalan dengan lebih banyak temannya
Objektif -
Klien tampak senang karena merasa lebih akrab dengan temannya
-
Klien tampak bisa mempraktekkan cara berkenalan dan membina hubungan dengan teman
-
Klien tampak mulai kooperatif
Analisa -
Klien mau meningkatkan intensitas interaksi dengan orang lain
Planing Intervensi di pertahankan di SP 3
Planing Intervensi di pertahankan di SP 3
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Jumat , 25 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Jam 09.00 Wib
Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,
Subjektif -
Klien mengatakan sudah
SP 2)
melakukan perkenalan dengan
Latih cara berkenalan dengan 2 orang
semua teman dikamarnya
atau lebih
Evaluasi
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
-
Klien mengatakan mau membina hubungan sosial dengan temanteman barunya
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien
: Tn A
No register
: 007097
Ruang
: Murai C RSJD Provinsi Bengkulu
Hari/ Tanggal Jumat , 25 november 2011
Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
Implementasi Keperawatan
Jam 09.00 Wib
Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,
Subjektif -
Klien mengatakan sudah
SP 2)
melakukan perkenalan dengan
Latih cara berkenalan dengan 2 orang
semua teman dikamarnya
atau lebih
Evaluasi
-
Klien mengatakan mau membina hubungan sosial dengan teman-
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
teman barunya
-
Klien mengatakan senang karena sudah mempunyai banyak teman sekarang
Objektif -
Klien tampak senang karena sudah banyak temannya
-
Klien tampak akrab dengan temanteman barunya
-
Klien tampak sudah baik dalam berinteraksi
Analisa -
Klien tampak mampu dan semangat dalam berinteraksi
-
Klien mengatakan senang karena sudah mempunyai banyak teman sekarang
Objektif -
Klien tampak senang karena sudah banyak temannya
-
Klien tampak akrab dengan temanteman barunya
-
Klien tampak sudah baik dalam berinteraksi
Analisa -
Klien tampak mampu dan semangat dalam berinteraksi
Planing Intervensi di pertahankan di SP 3
Planing Intervensi di pertahankan di SP 3
BAN IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian yang dilakukan didapatkan data pada kasus sesuai dengan yang ada diteoritis, walaupun banyak ditemukan kendala dalam melakukan pengkajian pada klien. seperti Klien cendrung susah untuk diajak berbicara, karena pasien dengan isolasi social cenderung menarik diri. 2. Dari data yang didapatkan penyebab masalah utama isolasi social : menarik diri adalah gangguan konsep diri: harga diri rendah 3. Pada evaluasi tujuan umum untuk diagnosa pertama (isolasi social : menarik diri) Klien sudah mampu menyadari penyebab isolasi sosial dan mampu
BAN IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian yang dilakukan didapatkan data pada kasus sesuai dengan yang ada diteoritis, walaupun banyak ditemukan kendala dalam melakukan pengkajian pada klien. seperti Klien cendrung susah untuk diajak berbicara, karena pasien dengan isolasi social cenderung menarik diri. 2. Dari data yang didapatkan penyebab masalah utama isolasi social : menarik diri adalah gangguan konsep diri: harga diri rendah 3. Pada evaluasi tujuan umum untuk diagnosa pertama (isolasi social : menarik diri) Klien sudah mampu menyadari penyebab isolasi sosial dan mampu berinteraksi dengan orang lain
B. SARAN
1. Sebelum melaksanakan interaksi dengan klien sebaiknya perawat membekali diri dengan kemampuan komunikasi terapeutik 2. Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi keberhasilan dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa. 3. Dalam memberikan perawatan pada pasien dengan gangguan jiwa kita sebagai perawat harus menanamkan sikap empaty terhadap pasien.