Tipe Aliran
cP
rpm
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLIDA
"SEDIAAN SYRUP ORAL"
Disusun oleh:
Mina Audina (31113030)
Ms. Rochmatin Solihati (31113031)
Nadhya Dwi Yanti (31113032)
Nikken Nurul Ramadhani (31113033)
Nova Mardiana (31113034)
Novia Hergiani (31113035)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sirup adalah cairan berkadar gula tinggi. Untuk rasa dan flavor, gula sirup dilarutkan dengan sari buah, atau larutan gula ditambah dengan sari buah. Sirup jeruk dapat disimpan lama tanpa penambahan bahan pengawet dan tanpa proses sterilisasi dalam pengemasnnya karena tingginya kadar gula (67,5%) dan rendahnya pH (di bawah 4,0). Pembuatan sirup jeruk cukup mudah, dan dapat dikerjakan dengan alat-alat sederhana. Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang dalam dunia farmasi yang dikenal luas oleh masyarakat. Saat ini, banyak sediaan sirup yang beredar di pasaran dari berbagai macam merk, baik yang generik maupun yang paten. Biasanya, orang-orang menggunakan sediaan sirup karena disamping mudah penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis dan aroma yang harum serta warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai kalangan, terutama anak-anak dan orang yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya. Salah satunya yaitu sirup aurantii atau sirup jeruk manis.
Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Secara umum, sirup dibagi menjadi 2 macam yaitu Non Medicated Syrup/Flavored Vehicle Syrup (Seperti cherry syrup, cocoa syrup, orange syrup) dan Medicated Syrup/Sirup Obat (Seperti sirup piperazina sitrat, sirup isoniazid).
Non Medicated Syrup adalah sediaan sirup yang tidak mengandung bahan obat, melainkan hanya mengandung gula, perasa, pengawet dan perwarna sedangkan Sirup Obat mengandung bahan obat/Zat berkhasiat.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
Mahasiswa mampu mengetahui rancangan formula dalam pembuatan syrup paracetamol.
Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan sediaan syrup paracetamol
Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan syrup paracetamol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Teori
Definisi
Menurut Farmakope Indonesia III, sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa.
Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa.
Komponen Sirup
Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sedangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
Sifat Fisika Kimia Sirup
Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas tidak lebih dari 0,1 oC.
Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan semakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fisik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair selama penyimpanan. Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan selama waktu tertentu.
Pembuatan Sirup
Kecuali dinyatakan lain, sirup dibuat dengan cara sebagai berikut :
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.
Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glukosida antrakinon, di tambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobot simplisia. Pada pembuatan sirop simplisia untuk persediaan di tambahkan Nipagin 0,25% b/v atau pengawet yang cocok. Sirop disimpan dalam wadah tertutup rapar, dan di tempat yang sejuk.
Uraian Bahan
Uraian Zat aktif
Parasetamol (Sumber FI Edisi III, Halaman 37)
Warna : Putih
Rasa : Pahit
Bau : Tidak berbau
Pemerian : serbuk hablur
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian etanol (95%)P, larut dalam 13 bagian aseton, larut dalam 40 bagian gliserol, larut dalam sebagian propilen glikol, larut dalam alkali hidroksida.
Suhu lebur : 169o - 172o C
Masa molekular : 272,4 g/mol
pH larutan : 3,8 – 6,1
Stabilitas : Pada suhu > 40oC akan lebih mudah terdegradasi, lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar dan adanya cahaya, pH jauh dari rentang pH optimum akan menyebabkan zat terdegradasi karena terjadi hidrolisis.
Khasiat &Penggunaan : Analgetikum, Antipiretikum.
Uraian Zat Tambahan
Sukrosa (Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi 5 hal 744-747)
Warna : tidak berwarna
Rasa : manis
Bau : tidak berbau
Pemeriaan : kristal, tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tidak berbau dan rasa manis.
Kelarutan : air (1:0,5), air 100C (1:0,2), etanol 95% (1:170)
Titik lebur : 0 dan 1790
Stabilitas : stabil pada suhu ruang dengan kelembaban relatif sedang, dapat mengabsorpsi hingga 1% lembab yang dilepaskan pada pemanasan 900C. Larutan sukrosa dapat menjadi tempat pertumbuhan bagi mikroorganisme namun pada konsentrasi di atas 60% b/b dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dapat terbentuk gula invert pada suhu 110-1450C. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat dingin dan kering.
Inkompatibilitas : serbuk sukrosa dapat terkontaminasi oleh sebuah logam berat yang cenderung tidak tercampurkan dengan bahan aktif, misal asam askorbat. Sukrosa tidak tercampurkan dengan aluminium. Dapat membentuk gula invert bila dicampurkan dengan asam pekat/encer.
Kegunaan : Pemanis
Metil paraben / Nipagin (Sumber ; FI Edisi III, Halaman 378)
Warna : Putih
Rasa : Tidak mempunyai rasa
Bau : Hampir tidak berbau
Pemerian : Serbuk hablur halus
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 25 bagian etanol (95 %) P, dan dalam 3 bagian aseton P ; mudah larut dalam eter P, dan dalam alkali hidroksida.
Titik Lebur : 1250C sampai 1280C
Pka/pkb : 8,4
Bobot Jenis : 1,352 gr/cm3 atau 1,352 gr/ml
pH larutan : 3-6
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
Khasiat : Bahan Pengawet
Gliserol
Nama resmi : Glycerolum
Nama lain : Gliserol, Gliserin
Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih; tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat; higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat mamadat membentuk massa hablutr tidak berwarna yang tidak melebur hingga mencapai suhu lebih kurang 20°.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Khasiat : Pelarut
Asam Sitrat
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk putih; tidak berbau; rasa sangat asam; agak higroskopik merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan : larut dalam kurangdari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol (95%) P; sukar larut dala eter P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Pendapar
Propil Paraben (Farmakope Indonesia IV hal 527 , Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 526 )
Warna : tidak berwarna
Rasa : tidak berasa
Bau : tidak berbau
Pemeriaan : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan eter, sukar larut dalam air mendidih.
Titik lebur : antara 950 dan 980
pKa / pKb : pKa 8,4 pada 22C
Bobot jenis : 180,21 g/mol
pH larutan : 4-8
Stabilitas : Kelarutan dalam air pada pH 3-6 bisa disterilkan dengan autoclaving tanpa mengalami penguraian, pada pH 3-6 kelarutan dalam air stabil (penguraian kecil dari 10%)
Inkompatibilitas : dengan senyawa magnesium trisiklat, magesium silikat.
Kegunaan : sebagai pengawet
Sorbitol (Farmakope Indonesia IV hal 756 , Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 596 )
Warna : putih
Rasa : manis
Bau : tidak berbau
Pemeriaan : serbuk, granul atau lempengan, higroskopis, warna putih, rasa manis.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, metanol dan asam asetat.
Titik lebur : 1740 – 1790
Bobot jenis : 180,21 g/mol
pH larutan : 4,5-7
Stabilitas : Bersifat higroskopis
Kegunaan : Anti Caplocking
Sakarin (FI ed. IV hal. 748)
Rumus Empiris : C7H5NO3S
Berat Molekul : 183,18
Pemerian : Serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah. Larutan encer sangat manis. Larutan asam bereaksi terhadap lakmus
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform, dan dalam eter, larut dalam air mendidih, sukar dalam etanol
Konsentrasi : 0,02 – 0,5%
Kegunaan : Pemanis
Stabilitas : Terjadi dekomposisi hanya pada suhu 1250 C dan dalam pH yang rendah ( pH 2 )
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan simpan ditempat yang sejuk dan kering
Propilen Glikol (FI. Edisi III Hal. 534)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama sinonim : Propilenglikol
Rumus molekul : C3H8O2
Berat molekul : 76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan dengan kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah p, dan dengan minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan, pelarut
Prinsip Percobaan
Pembuatan sirup paracetamol menggunakan pelarut sorbitol, gliserin dan propilenglikol serta bahan tambahan lain seperti sukrosa, pengawet, anti oksidan, colouris dan flavor. Evaluasi dilakukan dengan pemeriksaan organoleptik, pemeriksaan pH, pemeriksaan BJ, pemeriksaan viskositas. Evaluasi kembali dilakukan setelah penyimpanan selama seminggu.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan sediaan sirup ini berlangsung pada hari Selasa tanggal 14 April 2015 di Laboratorium Kimia Farmasi STIKes BTH Tasikmalaya.
Alat Dan Bahan
Alat : Alat yang di gunakan dalam percobaan ini adalah Timbangan, Batang pengaduk, Botol coklat, Spatel, Kertas perkamen, Gelas ukur, Erlenmeyer, Pipet tetes, Beaker glass, Viskometer Brookfield, Piknometer
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah paracetamol. Propilenglikol, gliserin, sakarin, sorbitol, sukrosa, nipagin, nipasol, asam sitrat, natrium sitrat
Formulasi (Formula E)
R/ Tiap 5 ml mengandung 120 mg paracetamol, sebanyak 600 ml
Propilenglikol 180 mg
Gliserin 30 ml
Sakarin 1200 mg
Sorbitol 1200 mg
Sukrosa 158,4 g
Nipagin 1,08 g
Nipasol 0,12 g
Asam sitrat 360 mg
Natrium sitrat 400 mg
Aquadest ad 600 ml
Prosedur Pembuatan
Siapkan alat dan bahanSiapkan alat dan bahanSetarakan timbanganSetarakan timbanganMenimbang bahanMenimbang bahan
Siapkan alat dan bahan
Siapkan alat dan bahan
Setarakan timbangan
Setarakan timbangan
Menimbang bahan
Menimbang bahan
Massa 1 : Panaskan sebagian aquades, lalu larutkan nipagin, sukrosaMassa 1 : Panaskan sebagian aquades, lalu larutkan nipagin, sukrosaMassa 2 : Larutkan pewarna dan sakarin dalam sedikit airMassa 2 : Larutkan pewarna dan sakarin dalam sedikit air
Massa 1 : Panaskan sebagian aquades, lalu larutkan nipagin, sukrosa
Massa 1 : Panaskan sebagian aquades, lalu larutkan nipagin, sukrosa
Massa 2 : Larutkan pewarna dan sakarin dalam sedikit air
Massa 2 : Larutkan pewarna dan sakarin dalam sedikit air
Kalibrasi botol 600 mlKalibrasi botol 600 ml
Kalibrasi botol 600 ml
Kalibrasi botol 600 ml
Masukkan massa 1 ke dalam massa 2Masukkan massa 1 ke dalam massa 2Massa 3 : Larutkan asam sitrat dan natrium sitrat dalam sedikit airMassa 3 : Larutkan asam sitrat dan natrium sitrat dalam sedikit airMassa 4 : Panaskan propilenglikol suhu 70oC, kemudian larutkan nipasol dan paracetamolMassa 4 : Panaskan propilenglikol suhu 70oC, kemudian larutkan nipasol dan paracetamol
Masukkan massa 1 ke dalam massa 2
Masukkan massa 1 ke dalam massa 2
Massa 3 : Larutkan asam sitrat dan natrium sitrat dalam sedikit air
Massa 3 : Larutkan asam sitrat dan natrium sitrat dalam sedikit air
Massa 4 : Panaskan propilenglikol suhu 70oC, kemudian larutkan nipasol dan paracetamol
Massa 4 : Panaskan propilenglikol suhu 70oC, kemudian larutkan nipasol dan paracetamol
Masukkan massa 3 kedalam massa 4, aduk hingga homogenMasukkan massa 3 kedalam massa 4, aduk hingga homogen
Masukkan massa 3 kedalam massa 4, aduk hingga homogen
Masukkan massa 3 kedalam massa 4, aduk hingga homogen
Masukkan gliserin dan sorbitol ke dalam massa 4 aduk homogenMasukkan gliserin dan sorbitol ke dalam massa 4 aduk homogenMasukkan massa 2 ke dalam massa 4, aduk hingga homogenMasukkan massa 2 ke dalam massa 4, aduk hingga homogen
Masukkan gliserin dan sorbitol ke dalam massa 4 aduk homogen
Masukkan gliserin dan sorbitol ke dalam massa 4 aduk homogen
Masukkan massa 2 ke dalam massa 4, aduk hingga homogen
Masukkan massa 2 ke dalam massa 4, aduk hingga homogen
Kemas, beri etiket & labelKemas, beri etiket & labelAd aquades sampai 600 mlAd aquades sampai 600 ml
Kemas, beri etiket & label
Kemas, beri etiket & label
Ad aquades sampai 600 ml
Ad aquades sampai 600 ml
BAB IV
EVALUASI DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Sediaan
Organoleptis
Sirup yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
Warna : Merah muda
Bau : Bau khas Strawberry
Rasa : Manis
Viskositas
Sediaan sebanyak 500 ml diuji dalam viscometer Brookfield hingga spindel terendam.
Rpm
Persentase
Cp
30
1,1
14,7
60
3,4
22,7
100
7,6
30,4
Lalu di buat kurva :
Tipe alir : pseudoplastik
Bobot Jenis
Piknometer kosong (a) = 12,67 g
Piknometer + air (b) = 22,53 g
Piknometer + sirup (c) = 24,00 g
ρ = c-ab-a = 24,00-12,6722,53-12,67 = 1,149 g/ml
Pemeriksaan pH
Indikator universal dimasukkan ke dalam sirup selama 1 menit kemudian diukur nilai pH nya. pH yang dihasilkan adalah 5, yang berarti sirup ini bersifat asam lemah.
Volume Terpindahkan
Sediaan sirup dimasukkan ke dalam 10 botol dengan volume awal 30 ml. Lalu dipindahkan secara berturut-turut masing-masing ke gelas ukur, dan didapat volume akhir yaitu :
Botol 1 : 30/30 x100 % = 100%
Botol 2 : 30/30 x100 % = 100%
Botol 3 : 30/30 x100 % = 100 %
Botol 4 : 30/30 x100 % = 100%
Botol 5 : 30/30 x100 % = 100%
Botol 6 : 29/30 x100 % = 96,67 %
Botol 7 : 30/30 x100 % = 100 %
Botol 8 : 29.5/30 x100 % = 98,3 %
Botol 9 : 29.5/30 x100 % = 98,3 %
Botol 10 : 30/30 x100 % = 100%
Pembahasan
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hamper jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-66% , kecuali dinyatakan lain. Dalam pembuatan sirup ini, zat aktif yang digunakan adalah paracetamol.
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang popular dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, over dosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal, atau duktus arteri usus pada janin.
Parasetamol termasuk dalam golongan obat penurun demam (antipiretik) dan penghilang nyeri (analgesik) untuk nyeri ringan hingga sedang. Akan tetapi parasetamol tidak memiliki efek anti-rematik dan anti-radang. Selain itu, parasetamol tidak menimbulkan iritasi di lambung sehingga bisa diminum sebelum makan.
Dosis yang diberikan pada anak-anak berumur kurang dari 12 tahun adalah 10–15 mg/kg berat badan setiap 4–6 jam jika dibutuhkan. Adapun dosis untuk orang dewasa adalah 325–650 mg setiap 4–6 jam atau 1000 mg 3–4 kali per hari. Penggunaan parasetamol tidak boleh melebihi 4 g per hari untuk dewasa dan 2,6 g per hari untuk anak-anak karena dapat menyebabkan overdosis.
Overdosis parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun penggunaan berulang. Over dosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengkonsumsi parasetamol dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang. Over dosis akut dapat menyebabkan kerja diantoksik pada hati (hepatotoksisitas) dan kerusakan sel ginjal. Kematian bisa terjadi (mencapai 3-4% kasus) jika parasetamol digunakan sampai 15 gram. Adapun over dosis pada penggunaann berulang dapat menyebabkan anemia dan gangguan saluran pencernaan.
Risiko kerja diantoksik pada hati dapat meningkat jika parasetamol digunakan bersamaan dengan obat-obatan lain, seperti: karbamazepin, fenitoin, barbiturate, rifampisin, sulfinpirazon, dan isoniazid. Khasiat paracetamol:
Analgesik. Paracetamol bekerja sebagai inhibitor prostaglandin lemah dengan menghalangi produksi prostaglandin, yang merupakan zat kimia yang terlibat dalam proses pengiriman pesan rasa sakit ke otak. Dengan mengurangi jumlah prostaglandin, paracetamol membantu mengurangi rasa sakit. Namun, berbeda dengan aspirin, paracetamol memblokir pesan rasa sakit di sistem saraf pusat, bukan pada sumber rasa sakit. Paracetamol digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang, termasuk sakit kepala, migrain, nyeri otot, neuralgia, sakit punggung, nyeri sendi, nyeri rematik, sakit gigi, nyeri tumbuh gigi, artritis, dan nyeri menstruasi.
Antipiretik. Paracetamol adalah antipiretik yang dapat mengurangi demam dengan memengaruhi bagian otak yang disebut hipotalamus yang mengatur suhu tubuh. Efek ini membuat paracetamol banyak digunakan dalam obat-obatan untuk batuk, pilek dan flu. Secara khusus, paracetamol diberikan kepada anak-anak setelah pemberian vaksinasi untuk mencegah demam pasca-imunisasi.
Khasiat lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paracetamol mungkin bermanfaat melindungi arteri dari perubahan yang mengarah pada pengerasan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan stroke, serangan jantung atau penyakit kardiovaskuler. Hal ini karena paracetamol dapat mencegah proses pembentukan plak arteri dengan menghambat oksidasi LDL (kolesterol buruk). Beberapa bukti lain menunjukkan paracetamol mungkin juga bermanfaat melindungi terhadap kanker ovarium.
Paracetamol direkomendasikan untuk pasien yang kontraindikasi NSAID (obat anti-inflamasi non-steroid), termasuk mereka yang memiliki asma atau tukak lambung/maag dan mereka yang sensitif terhadap aspirin. Namun, paracetamol tidak memiliki sifat anti-inflamasi sehingga tidak berguna untuk mengurangi peradangan atau pembengkakan pada kulit atau sendi.
Efek dari paracetamol adalah tubuh menyerap paracetamol dengan cepat. Paracetamol dalam bentuk larutan lebih cepat diserap daripada tablet padat. Efek paracetamol biasanya akan mencapai puncaknya antara setengah jam sampai dua jam setelah konsumsi, dengan efek analgesik berlangsung selama sekitar empat jam. Setelah itu, paracetamol akan dikeluarkan dari tubuh.
Dalam pembuatan sirup parasetamol ini, dilakukan metode pelarutan dengan pemanasan. Sirup yang dibuat dengan cara ini dibutuhkan waktu yang relative cepat dan komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh pemanasan.
Setelah sediaan sirup dibuat sesuai formula, kemudiaan sediaan tersebut dilakukan evaluasi. Adapun evaluasi yang dilakukan meliputi, organoleptis, viskositas, bobot jenis, pemeriksaan pH, dan volume terpindahkan.
Pada pengujian organoleptis, yaitu menguji sediaan dari warna, bau, dan rasanya. Dipantau dari warna, sediaan syrup memiliki warna merah muda, memiliki bau khas strawberry, dan rasanya manis. Warna merah muda ditimbulkan dari penambahan pewarna atau essence merah, bau khas strawberry ditimbulkan dari essence tadi, dan manis ditimbulkan dari formula pemanis yang cukup banyak.
Pada pengujian viskositas, setelah data dimasukkan ke dalam kurva ternyata dihasilkan jenis aliran pseudoplastis. Dimana aliran pseudoplastis diperoleh ketika semakin besar kecepatan, maka semakin kecil viskositas. Dilihat dari bentuk kurva, berbentuk agak melengkung ke atas. Pengujian viskositas ini dilakukan menggunakan viscometer Brookfield.
Pada pengujian bobot jenis, menggunakan piknometer. Yaitu piknometer kosong ditimbang, kemudian diisi penuh oleh sediaan, lalu ditimbang lagi. Kemudian dihitung bobot jenis menggunakan rumus. Dan menghasilkan nilai bobot jenis adalah 1,149 g/ml.
Pada pengujian pemeriksaan pH, yaitu menggunakan indicator universal. Yaitu dengan mencelupkan indicator universal selama 1 menit kemudian setelah itu dicocokkan dengan tabel universal. Dan diperolehlah pH sebesar 5. Yang menandakan sediaan sirup bersifat asam lemah.
Pengujian terakhir yaitu volume terpindahkan, yaitu dengan mengisikan sediaan sirup sebanyak 30 ml ke dalam 10 botol yang berbeda. Ditunggu, kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur dan diamati berapa volume sediaan hasil tuangan tadi apakah terjadi pengurangan atau tidak. Apabila terjadi suatu pengurangan itu karena ketidakstabilan sediaan. Namun pada hasil yang diperoleh mayoritas tidak mengalami pengurangan, hanya minoritas yang mengalami pengurangan yaitu hanya berkisal 0,5 ml saja. Dan keseluruhannya memenuhi syarat volume terpindahkan. Yaitu tidak boleh kurang dari 95%.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-66% , kecuali dinyatakan lain
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang popular dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu.
Dalam pembuatan sirup parasetamol ini, dilakukan metode pelarutan dengan pemanasan.
Bobot jenis sirup adalah 1,149 g/ml.
pH sirup sebesar 5, asam lemah.
Uji volume terpindahkan memenuhi syarat volume terpindahkan.
Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat, stabilitas, tipe sirup maupun cara melarutkan dan penyimpanannya. Pada saat pembuatan sirup, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat yang dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas sirup, agar dapat menghasilkan sirup yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi
2 .Jakarta : Dekpes RI
Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC
LAMPIRAN
Perhitungan Bahan
Paracetamol : 6005 × 120 mg = 14,4 g
Sorbitol : 60060 × 9 ml = 1,2 g
Propilenglikol : 60060 × 12 ml = 180 mg
Sakarin : 60060 × 6 mg = 1,2 g
Asam sitrat : 60060 × 3 mg = 360 mg
Nipagin : 60060 × 0,108 g = 1,08 g
Nipasol : 60060 × 0,012 g = 0,12 g
Sukrosa : 60060 × 15,84 g = 158,4 g
Asam sitrat : 60060 × 36 mg = 360 mg
Natrium sitrat : 60060 × 48 mg = 480 mg
Aquadest ad 600 ml