LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLIDA
"SEDIAAN SUSPENSI"
Disusun oleh:
Mina Audina (31113030)
Ms. Rochmatin (31113031)
Nadhya Dwi Y (31113032)
Nikken Nurul R (31113033)
Nova Mardiana (31113034)
Novia Hergiani (31113035)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat, setiap bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering dijumpai dan sering digunakan adalah suspensi.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar denagn tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan, suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang.
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Beberapa suspensi diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik lainnya.
Selain itu pembuatan suspensi ini didasarkan pada pasien yang sukar menerima tablet atau kapsul, terutama bagi anak-anak dan lansia, dapat menutupi rasa obat yang tidak enak atau pahit yang sering kita jumpai pada bentuk sediaan tablet, dan obat dalam bentuk sediaan suspensi lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul dikarenakan luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat. Oleh karena itu dibuatlah sediaan suspensi. Pembuatan suspensi ini pula didasarkan pada pengembangan sediaaan cair yang lebih banyak diminati oleh masyarakat luas.
Tetapi dalam pembuatan suspensi juga memerlukan ketelitian dalam proses pembuatan sehingga kestabilannya dapat terjaga.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan, memungkinkan terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.
Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik.
Jadi, alasan pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam bentuk cair dengan menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi hanya terdispersi secara merata. Dengan kata lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat larut dapat dibuat dalam bentuk suspensi.
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk mengetahui dan mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai dengan persyaratan suspensi yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat diterapakan pada pelayanan kefarmasian dalam kehidupan masyarakat.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembuatan suspensi ini diantaranya adalah :
Membuat suspensi menggunakan suspending agent tragakan
Membuat sediaan suspensi yang stabil dalam jangka waktu yang lama.
Mengevaluasi sediaan suspensi
Prinsip Percobaan
Pembuatan suspensi dengan menggunakan suspending agent tragakan dengan membuat sediaan yang stabil dalam jangka waktu yang lama serta mengevaluasi sediaan suspensi yang didasarkan pada penampakan fisik dari suspensi tersebut misalnya perubahan volume, perubahan warna dan sistem pembentukan suspensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Umum
Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :
Ukuran partikel.
Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
Kadar partikel terdispersi
Ciri-ciri sediaan suspensi adalah :
Terbentuk dua fase yang heterogen
Berwarna keruh
Mempunyai diameter partikel > 100 nm
Dapat disaring dengan kertas saring biasa
Akan memisah jika didiamkan
Macam-macam suspensi.
Suspensi berdasarkan kegunaanya
Suspensi oral.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditunjukan untuk penggunaan oral.
Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel padat yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
Suspensi tetes telinga.
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada bagian telinga luar.
Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Suspensi berdasarkan istilah
Susu
Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia
Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang menghasilkan konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik
Lotio
Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi berdasarkan sifatnya
Suspensi deflokulasi
Ikatan antar partikel terdispersi kuat
Partikel dispersi mudah mengendap
Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras
Suspensi flokulasi
Ikatan antar partikel terdispersi lemah
Partikel dispersi mengendap secara perlahan
Partikel dispersi susah terdispersi kembali
Partikel dispersi membentuk cacking yang keras
Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut :
Menurut FI edisi III adalah :
Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang
Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama
Menurut FI edisi IV adalah :
Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti mikroba
Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.
Cara pembuatan suspensi
Suspensi dapat dibuat dengan cara :
Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah pertikel-pertikel harus terdispersi betul dalam fase cair. Mendispersikan serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sukar, hal ini disebabkan karena adanya udara, lemak yang terkontaminasi pada permukaan serbuk. Serbuk dengan sudut kontak 900C disebut hidrofob. Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan magnesium karbonat. Untuk menurunkan tegangan antar muka, antara partikel padat dan cairan pembawa digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil lipofil balance) atau keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut kontak jadi kecil. Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula menggunakan gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel padat. Biasa juga digunakan Gom (pengental).
Metode presipitasi
Metode ini terbagi atas 3 yaitu :
Metode presipitasi dengan bahan organic
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu dengan pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dari metode ini adalah control ukuran partikel yang terjadi bentuk polimorfi atau hidrat dari Kristal.
Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila suspensi diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi terkontrol agar tidak terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi kembali. Untuk membentuk flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer.
Bentuk suspensi yang diinginkan
Partikel-partikel harus mengendap secara perlahan
Partikel-partikel yang mengendap harus mudah didispersikan kembali
Suatu suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan daripada suspensi yang terdeflokulasi.
Suatu suspensi tidak boleh terlalu kental untuk mengurangi kecepatan sedimentasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suspensi adalah :
Kecepatan sedimentasi (hokum stokes)
Untuk sediaan farmasi, tidak mutlak dipakai untuk sediaan farmasi biasanya dimana bentuk suspensorik tidak teratur, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil sehingga tidak cepat mengendap. Maksudnya akan terbentuk cacking dan homogenitas kurang.
Pembahasan serbuk
Pembasahan adalah fenomena terjadinya kontak antara medium pendispersi dan medium terdispersi dimana permukaan padat udara digantikan oleh padat cair. Untuk menurunkan tegangan permukaan digunakan wetting agent atau surfaktan (zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan) misalnya span dan tween.
Floatasi
Floatasi atau trafung disebabkan oleh :
Perbedaan densitas
Partikel padat hanya terbasahi dan tetap pada permukaan
Adanya absorbsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan humektan
Pertumbuhan Kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh, bila terjadi perubahan suhu akan terjadi pertumbuhan kristal ini dapat dicegah dan penambahan surfaktan.
Pengaruh gula
Penambahan larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan fiskositas suspensi naik.
Konsentrasi gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya kristalisasi dengan cepat Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri hingga diperlukan pengawet
Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi
Pemilihan metode dispersi, depokulasi, dan prokulasi
Komponen sediaan suspensi :
Komposisi sediaan suspensi yaitu :
Zat aktif
Bahan tambahan :
Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin, dan bahan berlemak. Contoh untuk golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat starc. Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa, hidroksi etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk golongan tanah liat misalnya seperti bentonit, aluminium magnesium silikat, hectocrite, veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik seperti carbomer, carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.
Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin, propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.
Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya sorbitol dan sukrosa.
Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya vanili, buah-buahan berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang. Pengawet yang sering digunakan adalah metil atau propil paraben, asam benzoat, chlorbutanol, dan senyawa ammonium.
Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat aktif yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon, asam galat, kasein, sisteina hidroklorida, dan juga timol.
Pendapar, fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial pengawet, meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat, dapar asetat, dan juga dapar karbonat.
Acidifier, fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan suspensi, memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan kelarutan. Misalnya asam sitrat.
Flocculating agent, merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau floc. Misalnya polisorbat 80 (untuk surfaktan), tragakan (polimer hidrofilik), bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk elektrolit).
Kriteria suspensi yang ideal :
Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dan tidak mengendap cepat dalam wadah.
Endapan yang terbentuk tidak boleh keras (kompak) dan harus terdispersi dengan cepat dengan sedikit pengocokan.
Harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan mikroba
Untuk obat luar, harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat hilang ketika digunakan serta cepat kering.
Keuntungan dan kerugian sediaan suspensi
Keuntungan :
Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama anak-anak.
Homogenitas tinggi
Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas permukaan
kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
Kerugian :
Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi)
Jika membentuk "cacking" akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun
Alirannya menyebabkan sukar dituang
Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi terutama jika terjadi perubahan temperatur
Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
Data Praformulasi
Zat Aktif
Paracetamol
Nama resmi : Acetaminophen
Sinonim : Paracetamol
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
Rumus struktur :
Pemerian : Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa pahit, berbau, serbuk kristal dengan sedikit rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95 %)P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkalihidroksida.
Inkompatibilitas : Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah dilaporkan oleh karena itu parasetamol dihubungkan dengan permukaan dari nilon dan rayon.
Farmakodinamik : Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral. Efek anti inflamasinya sangat lemah.
Farmakokinetik : Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam.
Zat Tambahan
Sorbitol (Handbook of Pharmaceutical of Excipient hal. 679)
Rumus Molekul : C6H14O6
Berat Molekul : 182,17
Pemerian : Serbuk, butiran atau kepingan; putih ; rasa manis ; higroskopis.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam metanol dan dalam asam asetat.
Berat Jenis : 1,49 g/ml
pH : 4,5-7,0
Kegunaan : Bahan pembasah
Konsentrasi : 70%
Stabilitas : Relatif inert dan kompatibel dengan sebagian besar bahan tambahan; stabil di udara.
OTT : Tidak bercampur dengan larutan asam berkonsentrasi tinggi dan larut dengan garam besi juga beberapa logam seperti aluminium, merkuri, dan zink.
Wadah & penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Propilen Glikol (FI. Edisi III Hal. 534)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama sinonim : Propilenglikol
Rumus molekul : C3H8O2
Berat molekul : 76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan dengan kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah p, dan dengan minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan, pelarut
Sakarin (FI ed. IV hal. 748)
Rumus Empiris : C7H5NO3S
Berat Molekul : 183,18
Pemerian : Serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau aromatic lemah. Larutan encer sangat manis. Larutan asam bereaksi terhadap lakmus
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform, dan dalam eter, larut dalam air mendidih, sukar dalam etanol
Konsentrasi : 0,02 – 0,5%
Kegunaan : Pemanis
Stabilitas : Terjadi dekomposisi hanya pada suhu 1250 C dan dalam pH yang rendah ( pH 2 )
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan simpan ditempat yang sejuk dan kering
Asam Sitrat
Monografi Asam Sitrat
Nama Resmi : Acidum Citricum
Sinonim : 2-hydroxy propane-1,2,3-tricarboxyclic acid monohydrate. 2-hidroksi-1 ,2,3-asam propanetricarboxyli
Rumus Molekul : C6H8O7 (anhydrous), C6H8O7,H2O (monohydrate)
Bobot Molekul : 192,1 (anhidrat); 210,1 (monohidrat).
Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus,putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak sukar larut dalam eter.
Persyaratan : Asam sitrat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari setara dengan 101,0% dari C6H8O7, dihitung dengan mengacu pada substansi anhidrat.
NaCl (Natrium klorida) (FI IV hal. 584, Martindale 28 hal. 635, Excipient hal. 440)
Rumus molekul : NaCl
Bobot molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g setara dengan 17,1 mmol NaCl. 2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi (Martindale 28 hal: 635)
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan pengguratan partikel dari tipe gelas
pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3 ( Excipient hal 672)
OTT : logam Ag, Hg, Fe
E NaCl : 1 (Sprowls hal 189)
Kesetaraan E elektrolit : 1 g 17,1 mEq
Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9% (Excipient hal 440). Injeksi IV 3-5% dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003 hal 1415). Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam plasma = 135-145 mEq/L ( steril dosage form hal 251 )
Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat menyebabkan hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan hemorrage. Efek samping yang sering terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus, menurunkan salivasi dan lakrimasi, berkeringat, demam, hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang, koma dan kematian.
Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan fungsi ginjal.
Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik cairan tubuh.
Tragakan (FI III, 612; US Dispensatory 27th,1204-1205; Martindale 28th,962; Excipients, 331;Exipients 02,603; RPS, 1247; Husa's, 163-164, Cooper & Gunn 12th, 104-105; Aulton Pharm. Practice, 100; Aulton The Science of.., 275)
Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan penorehan batang Asragalus gummifer Labill dan spesies Astragalus lain. Tragakan memiliki kemampuan membentuk gel, maka tragakan lebih baik daripada akasia sebagai pengental. Digunakan dalam bentuk serbuk atau mucilago atau campuran serbuk Tragakan BP untuk mensuspensikan serbuk yang sukar berdifusi. Jumlah yang cocok untuk 100 ml suspensi adalah 0,2 g serbuk tragakan, 2-4 serbuk campuran atau kira-kira 25 ml musilago. Bila digunakan dengan dikombinasi dengan akasia, maka pembawanya hanya boleh air atau air kloroform.
Tragakan menghasilkan mucilago yang kurang lengket dibandingkan dengan akasia, karena itu lebih cocok untuk penggunaan obat luar, seperti : jelly, lotion, pasta, krim.
Tragakan yang tidak larut terhidratasi agak lambat oleh karena itu lebih baik jika didiamkan dahulu selama beberapa hari sebelum digunakan untuk meningkatkan viskositasnya. Untuk mempercepat hidratasi, maka bentuk granul tragakan harus dititrasi dalam mortir.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa yang homogen, lengket dan seperti gelatin. Jika dikocok dengan berlebih, massa ini akan membentuk campuran yang seragam , tetapi jika didiamkan satu atau dua hari akan terjadi pemisahan yang akan memberikan bagian yang terlarut pada lapisan supernatan. Tragakan praktis tidak larut dalam alkohol.
Sifat fisika : 1 g serbuk ditambahkan dalam 50 ml air akan mengembang menjadi bentuk yang halus, hampir seragam, berbentuk mucilago yang bening, 0,5% larutan menunjukkan range viskositas 120-600 cps tergantung kepada tipe tragakan.
Stabilitas dan penyimpanan : bentuk serbuk dan bentuk tetesan tragakan, stabil jika disimpan dalam wadah kedap udara. Gel tragakan dapat disterilkan dengan otoklaf. Dapat dikontaminasikan dengan spesies enterobacter. Oleh karena itu larutannya harus diberi pengawet yang sesuai.
OTT : dapat menurunkan kemampuan antimikroba pengawet benzalkonium klorida, klorbutanol, dan metilparaben, beberapa fenol, dan fenilmerkuri asetat. Pada pH<5 , tragakan kompatibel dengan pengawet asam benzoat, klorbutanol, metilparaben. Penambahan mineral kuat dan asam organik dapat menurunkan viskositas dispersi tragakan. Viskositasnya diturunkan pula dengan adanya alkali atau NaCl jika dispersi dipanaskan. Tragakan kompatibel dengan garam konsentrasi tinggi dan banyak suspending agent lain saperti akasia, CMC, starch, dan sukrosa. Dengan adanya 10% FeCl3 akan menyebabkan pengendapan, perubahan warna menjadi kuning.
Sterilisasi : otoklaf
pH : musilago tragakan memiliki pH 5-6 untuk 1% b/v dispersi.
Penggunaan : tragakan membentuk larutan yang kental atau gel dengan adanya air. Kekentalan tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Dalam bentuk terdispersi, bubuk tragakan mula-mula akan terdispersi dalam "distributing agent" seperti alkohol, minyak dan gliserol.
Digunakan sebagai suspending agent dalam lotion, mikstura, dan sediaan tidak larut lainnya.
Metil Paraben/Nipagin (Farmakope Indonesia IV hal 551 , Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 390)
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau atau berbau khas lemah, hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan :Sukar larut dalam air, sukar larut dalam benzena, sukar larut dalam tetraklorida, mudah larut dalam etanol, dan eter.
Titik lebur : 1250 dan 1280
pKa / pKb : pKa = 8,4 pada 220 C
pH larutan : 3 – 6
Stabilitas : Mudah terurai oleh cahaya
Inkompatibel : Dengan senyawa bentonit, mangnesium trisiklat, talk, tragakan, sorbitol, dan atropin
Kegunaan : Pengawet
Propil Paraben (Farmakope Indonesia IV hal 527, Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 526 )
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.
Kelarutan :Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan eter, sukar larut dalam air mendidih.
Titik lebur : antara 950 dan 980
pKa / pKb : pKa 8,4 pada 22 C
Bobot jenis : 180,21 g/mol
pH larutan : 4-8
Stabilitas : Kelarutan dalam air pada pH 3-6 bisa disterilkan dengan autoclaving tanpa mengalami penguraian, pada pH 3-6 kelarutan dalam air stabil (penguraian kecil dari 10%)
Inkompatibilitas : Dengan senyawa magnesium trisiklat, magesium silikat.
Kegunaan : Sebagai pengawet
Air suling/aquadest (Farmakope Indonesia III halaman 96)
BM : 18,02.
Rumus molekul : H O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas
Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk Fisik (es, air, dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
OTT/Inkompabilitas : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.
Formulasi (Formula E)
R/ Tiap 5 ml mengandung 120 mg paracetamol, sebanyak 600 ml
Sorbitol 90 ml
Propilenglikol 120 ml
Sakarin 60 mg
Asam sitrat 30 mg
NaCl 12 mg
Tragakan 6 g
Nipagin 1,08 g
Nipasol 0,12 g
Aquadest ad 600 ml
BAB III
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat Bahan
Mortir 1. Sorbitol
Stamper 2. Propilen glikol
Cawan porselin 3. Sakarin
Batang pengaduk 4. Asam sitrat
Gelas kimia 5. NaCl
Spiritus 6. Tragakan
Kaki tiga 7. Nipagin
Botol 600 ml 9. Nipasol
Botol 100 ml 10. Aquadest
Gelas ukur 100 ml
Neraca analitik
Kertas perkamen
Spatula logam
Sudip
Piknometer
Tabung sentrifuge
Pipet tetes
Kertas lakmus
pH universal
Kertas saring
Corong
Prosedur Percobaan
Siapkan alat dan bahanSiapkan alat dan bahanSetarakan timbanganSetarakan timbanganMenimbang bahanMenimbang bahan
Siapkan alat dan bahan
Siapkan alat dan bahan
Setarakan timbangan
Setarakan timbangan
Menimbang bahan
Menimbang bahan
Campur :Tuangkan air panas sebanyak 20 kali berat tragakan kedalam lumpangCampur :Tuangkan air panas sebanyak 20 kali berat tragakan kedalam lumpangTaburkan, biarkan mengembangTaburkan, biarkan mengembang
Campur :
Tuangkan air panas sebanyak 20 kali berat tragakan kedalam lumpang
Campur :
Tuangkan air panas sebanyak 20 kali berat tragakan kedalam lumpang
Taburkan, biarkan mengembang
Taburkan, biarkan mengembang
Kalibrasi botol 600 mlKalibrasi botol 600 ml
Kalibrasi botol 600 ml
Kalibrasi botol 600 ml
Masukkan massa 1 sedikit demi sedikit kedalam massa 2Masukkan massa 1 sedikit demi sedikit kedalam massa 2Gerus homogeny(massa 1)Gerus homogeny(massa 1)Gerus paracetamol (massa 2)Gerus paracetamol (massa 2)
Masukkan massa 1 sedikit demi sedikit kedalam massa 2
Masukkan massa 1 sedikit demi sedikit kedalam massa 2
Gerus homogeny
(massa 1)
Gerus homogeny
(massa 1)
Gerus paracetamol
(massa 2)
Gerus paracetamol
(massa 2)
Larutkan sakarin, NaCl, asam sitrat, nipagin dan nipasol dalam air, Masukkan ke dalam mortirLarutkan sakarin, NaCl, asam sitrat, nipagin dan nipasol dalam air, Masukkan ke dalam mortirEncerkan dengan sorbitol sedikit demi sedikitEncerkan dengan sorbitol sedikit demi sedikitTambahan propilenglikol, gerus homogenTambahan propilenglikol, gerus homogen
Larutkan sakarin, NaCl, asam sitrat, nipagin dan nipasol dalam air, Masukkan ke dalam mortir
Larutkan sakarin, NaCl, asam sitrat, nipagin dan nipasol dalam air, Masukkan ke dalam mortir
Encerkan dengan sorbitol sedikit demi sedikit
Encerkan dengan sorbitol sedikit demi sedikit
Tambahan propilenglikol, gerus homogen
Tambahan propilenglikol, gerus homogen
Kemas, beri etiket & labelKemas, beri etiket & labelGerus, lalu tuangkan kedalam botolGerus, lalu tuangkan kedalam botolAd aquades sampai 600 mlAd aquades sampai 600 ml
Kemas, beri etiket & label
Kemas, beri etiket & label
Gerus, lalu tuangkan kedalam botol
Gerus, lalu tuangkan kedalam botol
Ad aquades sampai 600 ml
Ad aquades sampai 600 ml
BAB IV
EVALUASI PERCOBAAN
Hasil Percobaan
Evaluasi Sediaan Emulsi
Organoleptis
Suspensi yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
Warna : Putih keruh
Bau : Baunya khas
Rasa : pahit
Tampilan
Sediaan dimasukkan dalam gelas ukur dan disaat kesetimbangan warna dan tampilan sedimen terlihat sama yaitu tetap putih keruh, tidak terjadi retakan dan terdapat kantong udara pada awalnya dan tidak ada sisa residu penuangan di gelas ukur
Volume terpindahkan
Sediaan emulsi dimasukkan ke dalam 10 botol dengan volume awal 30 ml. lalu dipindahkan secara berturut-turut masing-masing ke gelas ukur, dan didapat volume akhir yaitu :
Botol 1 : 29/30 x100 % = 96,67%
Botol 2 : 28,5/30 x100 % = 95%
Botol 3 : 30/30 x100 % = 100 %
Botol 4 : 29,5/30 x100 % = 98,3%
Botol 5 : 29/30 x100 % = 96,67%
Botol 6 : 29/30 x100 % = 96,67 %
Botol 7 : 29.5/30 x100 % = 98,3 %
Botol 8 : 28,5/30 x100 % = 95%
Botol 9 : 30/30 x100 % = 100 %
Botol 10 : 30/30 x100 % = 100%
Penentuan kecepatan sedimentasi, volume sediaan
Volume awal = 100 ml
Volume Sedimen = 7 ml
F = 7100 = 0,07 Jadi volume sedimentasi sediaan emulsi adalah 0,07
Redispersi
Sediaan diputar 180 derajat dan terlihat sedimennya terdispersi kembali, cepat mengendap dan tidak terbentuk cake.
Viskositas
Sediaan sebanyak 500 ml diuji dalam viscometer Brookfield hingga spandel terendam.
Rpm
Persentase
Cp
30
60
100
Bobot jenis
Piknometer kosong (a) = 10,1 g
Piknometer + air (b) = 20,88 g
Piknometer + suspense (c) = 21,44 g
ρ = c-ab-a = 21,44-10,120,88-10,1 = 1,0612 g/l
Pengukuran partikel
Suspensi diteteskan pada objek glass dan diamati dibawah mikroskop, terbentuk gambar yang merata
Pembahasan
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Dalam pembuatan suspensi, kita selaku praktikan mengharapkan hasil dari suspensi yang kita buat itu adalah merupakan suspensi yang masuk dalam kategori suspensi ideal atau stabil. Suspensi yang ideal merupakan suspensi yang memiliki kriteria yakni, partikel yang terdispersi harus mempunyai ukuran yang sama dan tidak mengendap cepat dalam wadah, endapan yang terbentuk tidak boleh keras, dan harus terdispersi dengan cepat dengan sedikit pengocokan, harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan mikroba, untuk obat luar harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat hilang ketika digunakan serta cepat mengering.
Namun dalam praktikum, tidak semua suspensi yang dihasilkan itu merupakan suspensi yang ideal ataupun stabil. Hal ini bisa saja disebabkan karena kurangnya ketelitian kita selaku praktikan pada saat dilakukannya pembuatan suspensi sehingga menyebabkan sediaan suspensi tidak maksimal hasilnya. Suspensi yang tidak sempurna pada biasanya disebabkan oleh mucillagonya yang kadang-kadang tidak mengembang sehingga menyebabkan suspensi tidak maksimal. Pada pembuatan mucilago, sering dialami kegagalan sebab pada saat penuangan air panas misalnya, bahan yang ada di dalam mortir tidak dengan cepat diaduk pada saat dituangkan air panasnya sehingga menyebabkan mucilago tidak mengembang.
Pada peracikan formula E, sediaan suspensi yang mengandung paracetamol, dibuat dengan cara pengendapan kembali dimana untuk membuat suspensi ini maka para praktikan haruslah memperkecil diameter partikel dari bahan aktifnya. Pada pembuatan suspensi ini paracetamol dan bahan tragakannya terlebih dahulu dilarutkan dalam air panas sebab kita ketahui sendiri bahwa kelarutan dari tragakan adalah dia akan mudah mendispersi dalam air, kemudian setelah mengembang barulah digerus hingga terbentuk mucilago. Setelah terbentuk, mucilage ditambah sedikit demi sedikit ke dalam mortir berisi paracetamol yang telah digerus. Begitu seterusnya hingga mucilage dan paracetamol terdispersi sempurna.
Propilenglikol dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran tersebut sambil di gerus kuat. Hal yang dama dilakukan pada penambahan sorbitol. Penggerusan kuat dimaksudkan agar tidak terjadi pemisahan selama penggerusan. Maka akan diperoleh bentuk suspense yang sempurna. Kemudian natrium sitrat juga metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet. Terakhir memasukkan natrium korida yang telah dilarutkan dalam air. Selanjutnya tahap terakhir adalah menambahkan aquadest hingga batas kalibrasi botol 600 ml.
Dari praktikum pembuatan suspensi yang kami lakukan kemudian dilakukan evaluasi terhadap sediaan suspensi tersebut. Pengujian organoleptis menunjukkan bahwa warna suspense adalah putih kekuningan, bau yang dihasilkan adalah bau khas suspending agent yang kami pakai yaitu bau tragakan, dan rasanya adalah pahit karena sepertinya sorbitol sebagai pemanis kurang penambahannya. Dari segi tampilan, sediaan dimasukkan dalam gelas ukur dan disaat kesetimbangan warna dan tampilan sedimen terlihat sama yaitu tetap putih keruh, tidak terjadi retakan dan terdapat kantong udara pada awalnya dan tidak ada sisa residu penuangan di gelas ukur.
Untuk mengukur volume terpindahkan dari sediaan suspens, sediaan emulsi dimasukkan ke dalam 10 botol dengan volume awal 30 ml. Lalu dipindahkan secara berturut-turut masing-masing ke gelas ukur, dan didapat volume akhir yaitu rata-ratanya lebih dari 95 %, hal tersebut menandakan bahwa suspense tersebut baik.
Kemudian dilakukan uji sedimentasi dan didapat volume sebesar 0,07 ml. hasil tersebut diperoleh dari persamaan F= Vu/Vo, dimana Vu adalah volume sedimentasi yaitu sebesar 7 ml, dan Vo adalah Volume awal sediaan yaitu 100 ml.
Ketika dilakukan pemutaran 180 derajat, sediaan cepat mengendap dan terdispersi kembali sehingga tidak membentuk cake. Lalu diukur bobot jenisnya, dan didapat nilai sebesar 1,0612 g/l. Kemudian di uji pengukuran partikel dan dilihat dibawah mikroskop. Didapatkan gambar yang merata
Kesalahan yang sering terjadi pada saat pembuatan suspensi harulslah menjadi acuan untuk kita sebagai praktikan agar pada pembuatan suspensi selanjutnya dapat dperoleh hasil yang maksimal. Karena dengan belajar dari kesalahan seperti inilah kita dapat menciptakan ataupun menghasilkan sediaan suspensi yang ideal dan stabil.
Ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan literature. Hal ini disebabkan karena beberapa fakor diantarnya :
Kurangnya kehomogenitasan pada saat penggerusan sediaan emulsi,
Penimbangan bahan untuk membuat sediaan emulsi
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Salah satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak atau rasa pahit obat yang kebanyakan kurang disukai oleh anak-anak sehingga memungkinkan untuk diberikan pada anak-anak.sedangkan kerugiannya adalah pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi.
Suspensi yang ideal setidaknya haruslah dibuat dengan tepat, mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat, stabilitas, tipe suspensi maupun cara melarutkan dan penyimpananya. Pada saat pembuatan suspensi, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat yang dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas suspensi, agar dapat menghasilkan suspensi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi
2 .Jakarta : Dekpes RI
Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC
LAMPIRAN
Perhitungan Bahan
Paracetamol : 6005 × 120 mg = 14,4 g
Sorbitol : 60060 × 9 ml = 90 ml
Propilenglikol : 60060 × 12 ml = 120 ml
Sakarin : 60060 × 6 mg = 60 mg
Asam sitrat : 60060 × 3 mg = 30 mg
NaCl : 60060 × 1,2 mg = 12 mg
Tragakan : 60060 × 0,6 g = 6 g
Nipagin : 60060 × 0,108 g = 10,8 g
Nipasol : 60060 × 0,012 g = 1,2 g
Aquadest ad 600 ml