LAPORAN PENDAHULUAN BELL’S PALSY
I.
KONSEP MEDIS A. Pengertian
Bell’s
palsy
atau
pro prosoplegia
adala alah
kelumpuhan fasialis tipe lower motor neuron akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) di luar sistem sistem saraf saraf pusat pusat tanpa tanpa disert disertai ai adanya adanya penyaki penyakitt neurologis lainnya. (Thamrinsyam,!!). Bell’s palsy adalah suatu kondisi dimana otot " otot wajah di satu sisi menjadi bengkak dan meradang yang mengakibatkan setengah wajah akan tampak terkulai dan tak bertenaga. (#oster, !!$) Bell’s Bell’s palsy palsy merupak merupakan an paresi paresiss nervus nervus fasial fasialis is perife periferr yang penyeba penyebabnya bnya tidak tidak diketahui (idiopatik) dan bersifat akut. Banyak yang mencampuradukkan antara Bell’s palsy dengan paresis nervus fasialis perifer lainnya yang penyebabnya diketahui. (%idowati, !!!) &aralisis fasial idiopatik atau Bell’s palsy, ditemukan oleh 'ir harles Bell, dokter dari 'kotlandia. Bell’s palsy sering terjadi setelah infeksi virus atau setelah imunisasi, lebih sering terjadi pada wanita hamil dan penderita diabetes serta penderita hipertensi. Buktib Buktibukt uktii dewasa dewasa ini menunj menunjukka ukkan n bahwa bahwa *erpes *erpes simple simple+ + tipe tipe berper berperan an pada pada kebanyakan kasus. Berdasarkan temuan ini, paralisis fasial idiopatik sebagai nama lain dari Bell’s palsy tidak tepat lagi dan mungkin lebih baik menggantinya dengan istilah paralisis fasial herpes simpleks simpleks atau paralisis fasial herpetik. (%idowati, !!!) -okasi cedera nervus fasialis pada Bell’s palsy adalah di bagian perifer nukleus nervus //. edera tersebut terjadi di dekat ganglion genikulatum. 'alah satu gejala Bell’s palsy adalah kelopak mata sulit menutup dan saat penderita berusaha menutup kelopak kelopak matany matanya, a, matany matanyaa terput terputar ar ke atas atas dan matanya matanya tetap tetap keliha kelihatan tan.. 0ejala 0ejala ini disebut juga fenomena Bell. &ada observasi dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak
mata yang tidak sehat lebih lambat jika dibandingkan dengan gerakan bola mata yang sehat (lagoftalmos).
B. Epidemiologi
Bell’s palsy menempati urutan ketiga penyebab terbanyak dari paralysis fasial akut. 1i dunia, insiden tertinggi ditemukan di 'eckori, 2epang tahun 3$4 dan insiden terendah ditemikan di 'wedia tahun 335. 1i 6merika 'erikat, insiden Bell’s palsy setiap tahun sekitar 7 kasus per !!.!!! orang, 478 mengenai wajah sisi kanan. /nsiden Bell’s palsy ratarata 97! kasus per !!.!!! populasi. &enderita diabetes mempunyai resiko 38 lebih tinggi, dibanding nondiabetes. nondiabetes. Bell’s Bell’s palsy mengenai lakilaki lakilaki dan wanita wanita dengan perbandingan yang sama. 6kan tetapi, wanita muda yang berumur !3 tahun lebih rentan terkena daripada lakilaki pada kelompok umur yang sama. &enyakit ini dapat menge mengena naii semu semuaa umur umur,, namu namun n lebi lebih h seri sering ng terj terjadi adi pada pada umur umur 99 99! ! tahu tahun. n. &ada &ada kehamilan trisemester ketiga dan minggu pasca persalinan kemungkinan timbulnya Bell’s palsy lebih tinggi daripada wanita tidak hamil, bahkan bisa mencapai ! kali lipat .
. Etiologi
1iperkirakan, penyebab Bell’s palsy adalah virus. 6kan tetapi, baru beberapa tahun terakhir ini dapat dibuktikan etiologi ini secara logis karena pada umumnya kasus Bell’s palsy sekian lama dianggap idiopatik. Telah diidentifikasi gen *erpes 'impleks irus (*') dalam ganglion genikulatum penderita Bell’s palsy. 1ulu, masuk angin (misalnya hawa dingin, 6, atau menyetir mobil dengan jendela terbuka) dianggap sebagai satu satu satuny nyaa pemic pemicu u Bell Bell’s ’s palsy palsy.. 6kan 6kan teta tetapi pi,, sekar sekaran ang g mula mulaii diya diyaki kini ni *' *' seba sebaga gaii penyebab Bell’s palsy. Tahun Tah un 35, :cormick pertama kali mengusulkan *' sebagai penyebab paralisis fasial idiopatik. 1engan analaogi bahwa *' ditemukan pada keadaan masuk angin (panas dalam;cold sore), dan beliau memberikan hipotesis bahwa *' bisa bisa tetap tetap laten laten dalam dalam ganglio ganglion n genikul genikulatu atum. m. 'ejak 'ejak saat saat itu, itu, peneli peneliti tian an biopsi biopsi memperlihatkan adanya *' dalam ganglion genikulatum pasien Bell’s palsy. :urakami at.all melakukan tes &< (&olymerasehain
ditemukan antigen virus dalam nervus fasialis dan ganglion genikulatum. aricella >ooster irus (>) tidak ditemukan pada penderita Bell’s palsy tetapi ditemukan pada penderita
D. Anatomi
'araf otak ke // mengandung ? macam serabut, yaitu @ .
'erabut somato motorik, yang mensarafi otototot wajah kecuali m. levator palpebrae (n.//), otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan stapedius di telinga tengah.
.
'erabut viseromotorik, (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivatorius superior. 'erabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilaris serta sublingual dan lakrimalis.
7.
'erabut viserosensorik, yang menghantar impuls dari alat pengecap di dua pertiga bagian depan lidah.
?.
'erabut somatosensorik, rasa nyeri dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang dipersarafi oleh nervus trigeminus.
=ervus // terutama terdiri dari saraf motorik yang mempersarafi seluruh otot mimik wajah. Aomponen sensorisnya kecil, yaitu nervus intermedius %risberg yang mengantarkan rasa kecap dari dua pertiga bagian lidah dan sensasi kulit dari dinding anterior kanalis auditorius eksterna. 'erabutserabut kecap pertamatama melintasi nervus lingual, yaitu cabang dari nervus mandibularis lalu masuk ke korda timpani dimana ia membawa sensasi kecap melalui nervus fasialis ke nukleus traktus solitarius. 'erabut serabut sekretomotor menginnervasi kelenjar lakrimal melalui nervus petrosus superfisial major dan kelenjar sublingual serta kelenjar submaksilar melalui korda tympani. =ukleus (inti) motorik nervus // terletak di ventrolateral nukleus abdusens, dan serabut nervus fasialis dalam pons sebagian melingkari dan melewati bagian ventrolateral nukleus abdusens sebelum keluar dari pons di bagian lateral traktus kortikospinal. Aarena posisinya yang berdekatan (jukstaposisi) pada lantai ventrikel /, maka nervus / dan // dapat terkena bersamasama oleh lesi vaskuler atau lesi infiltratif. =ervus fasialis masuk ke meatus akustikus internus bersama dengan nervus akustikus lalu membelok tajam ke depan dan ke bawah di dekat batas anterior vestibulum telinga dalam. &ada sudut ini (genu) terletak ganglion sensoris yang disebut genikulatum karena sangat dekat dengan genu. =ervus fasialis terus berjalan melalui kanalis fasialis tepat di bawah ganglion genikulatum untuk memberikan percabangan ke ganglion pterygopalatina, yaitu nervus petrosus superfisial major, dan di sebelah yang lebih distal memberi persarafan ke m. stapedius yang dihubungkan oleh korda timpani. -alu n. fasialis keluar dari kranium melalui foramen stylomastoideus kemudian melintasi kelenjar parotis dan terbagi menjadi lima cabang yang melayani otototot wajah, m. stilomastoideus, platisma dan m. digastrikus venter posterior. -okasi cedera nervus fasialis pada Bell’s palsy adalah di bagian perifer nukleus nervus //. edera tersebut terjadi di dekat ganglion genikulatum. 2ika lesinya berlokasi di bagian proksimal ganglion genikulatum, maka paralisis motorik akan disertai gangguan fungsi pengecapan dan gangguan fungsi otonom. -esi yang terletak antara ganglion genikulatum dan pangkal korda timpani akan mengakibatkan hal serupa tetapi tidak
mengakibatkan
gangguan
lakrimasi.
2ika
lesinya
stilomastoideus maka yang terjadi hanya paralisis fasial (wajah).
berlokasi
di
foramen
E. Pato!i"iologi
&ara ahli menyebutkan bahwa pada Bell’s palsy terjadi proses inflamasi akut pada nervus fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. Bell’s palsy hampir selalu terjadi secara unilateral. =amun demikian dalam jarak waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralysis bilateral. &enyakit ini dapat berulang atau kambuh. &atofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal. &erjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mental. 1engan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi. /mpuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear, nuklear dan infranuklear. -esi supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di korteks motorik primer. Aarena adanya suatu proses yang dikenal awam sebagai masuk anginC atau dalam bahasa inggris coldC. &aparan udara dingin seperti angin kencang, 6, atau mengemudi dengan kaca jendela yang terbuka diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bell’s palsy. Aarena itu nervus fasialis bisa sembab, ia terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis -:=. &ada lesi -:= bias terletak di pons, di sudut serebelopontin, di os petrosum atau kavum timpani, di foramen stilomastoideus dan pada cabangcabang tepi nervus fasialis. -esi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis medialis. Aarena itu paralisis fasialis -:= tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. 'elain itu, paralisis nervus fasialis -:= akan timbul bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap dengan ;7 bagian depan lidah). Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab utama Bell’s palsy adalah reaktivasi virus herpes (*' tipe dan virus herpes Doster) yang menyerang saraf kranialis. Terutama virus herpes Doster karena virus ini menyebar ke saraf melalui sel satelit. &ada radang herpes
Doster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis -:=. Aelumpuhan pada Bell’s palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. 1ahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. 'udut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan. Aarena lagoftalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun disitu (#oster, !!$).
#. $e%ala &lini&
&ada awalnya, penderita merasakan ada kelainan di mulut pada saat bangun tidur, menggosok gigi atau berkumur, minum atau berbicara. 'etelah merasakan adanya kelainan di daerah mulut maka penderita biasanya memperhatikannya lebih cermat dengan menggunakan cermin. :ulut tampak moncong terlebih pada saat meringis, kelopak mata tidak dapat dipejamkan (lagoftalmos), waktu penderita disuruh menutup kelopak matanya maka bola mata tampak berputar ke atas.(tanda Bell). &enderita tidak dapat bersiul atau meniup, apabila berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang lumpuh. 'elanjutnya gejala dan tanda klinik lainnya berhubungan dengan tempat;lokasi lesi. .
-esi di luar foramen stilomastoideus:ulut tertarik ke arah sisi mulut yang sehat, makanan berkumpul di antar pipi dan gusi, dan sensasi dalam (deep sensation) di wajah menghilang. -ipatan kulit dahi menghilang. 6pabila mata yang terkena tidak tertutup atau tidak dilindungi maka aur mata akan keluar terus menerus.
. -esi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani) 0ejala dan tanda klinik seperti pada (), ditambah dengan hilangnya ketajaman pengecapan lidah (;7 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang. *ilangnya daya pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnya nervus intermedius, sekaligus menunjukkan lesi di daerah antara pons dan titik di mana korda timpani bergabung dengan nervus fasialis di kanalis fasialis. 7. -esi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius) 0ejala dan tanda klinik seperti pada (), (), ditambah dengan adanya hiperakusis.
?. -esi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum) 0ejala dan tanda klinik seperti (), (), (7) disertai dengan nyeri di belakang dan di dalam liang telinga. Aasus seperti ini dapat terjadi pasca herpes di membran timpani dan konka.
-esi di daerah meatus akustikus interna 0ejala dan tanda klinik seperti (), (), (7), (?), ditambah dengan tuli sebagi akibat dari terlibatnya nervus akustikus.
4.
-esi di tempat keluarnya nervus fasialis dari pons.0ejala dan tanda klinik sama dengan di atas, disertai gejala dan tanda terlibatnya nervus trigeminus, nervus akustikus, dan kadangkadang juga nervus abdusens, nervus aksesorius, dan nervus hipoglosus. 'indrom air mata buaya (crocodile tears syndrome) merupakan gejala sisa Bell’s palsy, beberapa bulan pasca awitan, dengan manifestasi klinik@ air mata bercucuran dari mata yang terkena pada saat penderita makan. =ervus fasilais menginervasi glandula lakrimalis dan glandula salivatorius submandibularis. 1iperkirakan terjadi regenerasi saraf salivatorius tetapi dalam perkembangannya terjadi Esalah jurusan’ menuju ke glandula lakrimalis.
$. Pemeri&"aan pen'n%ang
. &emeriksaan #isis Aelumpuhan nervus fasialis mudah terlihat hanya dengan pemeriksaan fisik tetapi yang harus diteliti lebih lanjut adalah apakah ada penyebab lain yang menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis. &ada lesi supranuklear, dimana lokasi lesi di atas nukleus fasialis di pons, maka lesinya bersifat F:=. &ada kelainan tersebut, sepertiga atas nervus fasialis normal, sedangkan dua pertiga di bawahnya mengalami paralisis. &emeriksaan nervus kranialis yang lain dalam batas normal. . &emeriksaan -aboratorium Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis Bell’s palsy. 7. &emeriksaan
&emeriksaan radiologi bukan indikasi pada Bell’s palsy. &emeriksaan T'can dilakukan jika dicurigai adanya fraktur atau metastasis neoplasma ke tulang, stroke, sklerosis multipel dan 6/1' pada ='. &emeriksaan : pada pasien Bell’s palsy akan menunjukkan adanya penyangatan (Gnhancement) pada nervus fasialis, atau pada telinga, ganglion genikulatum.
H. Diagno"i"
1iagnosis Bell’s palsy dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. &ada pemeriksaan nervus kranialis akan didapatkan adanya parese dari nervus fasialis yang menyebabkan bibir mencong, tidak dapat memejamkan mata dan rasa nyeri pada telinga. *iperakusis dan augesia juga dapat ditemukan. *arus dibedakan antara lesi F:= dan -:=. &ada Bell’s palsy lesinya bersifat -:=
I.
Pengo(atan
:elindungi mata pada saat tidur dan pemberian tetes mata metilselulosa, memijat otototot yang lemah dan mencegah kendornya otototot di bagian bawah wajah merupakan kondisi yang dapat dikelola secara umum Belum ada bukti yang mendukung bahwa tindakan pembedahan efektif terhadap nervus fasialis, bahkan kemungkinan besar dapat membahayakan. &emberian kortikosteroid (perdnison dengan dosis ?! 4! mg;hari per oral atau mg;kgBB;hari selama 7 hari, diturunkan perlahanlahan selama 5 hari kemudian), dimana pemberiannya dimulai pada hari kelima setelah onset penyakit, gunanya untuk meningkatkan peluang kesembuhan pasien. 1asar dari pengobatan ini adalah untuk menurunkan kemungkinan terjadinya kelumpuhan yang sifatnya permanen yang disebabkan oleh pembengkakan nervus fasialis di dalam kanal fasialis yang sempit. &enemuan genom virus disekitar nervus fasialis memungkinkan digunakannya agenagen antivirus pada penatalaksanaan Bell’s palsy. 6cyclovir (?!! mg selama ! hari) dapat digunakan dalam penatalaksanaan Bell’s palsy yang dikombinasikan dengan
prednison atau dapat juga diberikan sebagai dosis tunggal untuk penderita yang tidak dapat mengkonsumsi prednison. &enggunaan 6cyclovir akan berguna jika diberikan pada 7 hari pertama dari onset penyakit untuk mencegah replikasi virus.
). Diagno"i" (anding
Aondisi lain yang dapat menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis diantaranya tumor, infeksi herpes Doster pada ganglion genikulatum (
Airaki ra 7!8 pasien Bell’s palsy yang sembuh dengan gejala sisa seperti fungsi motorik dan sensorik yang tidak sempurna, serta kelemahan saraf parasimpatik. Aomplikasi yang paling banyak terjadi yaitu disgeusia atau ageusia, spasme nervus fasialis yang kronik dan kelemahan saraf parasimpatik yang menyebabkan kelenjar lakrimalis tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi infeksi pada kornea.
L. Progno"i"
%alaupun tanpa diberikan terapi, pasien Bell’s palsy cenderung memiliki prognosis yang baik.1alam sebuah penelitian pada .!
penderita
Bell’s palsy, $98
memperlihatkan tandatanda perbaikan pada minggu ketiga setelah onset penyakit. 98 kesembuhan terjadi pada 74 bulan kemudian. 'epertiga dari penderita Bell’s palsy dapat sembuh seperti sedia kala tanpa gejala sisa. ;7 lainnya dapat sembuh tetapi dengan elastisitas otot yang tidak berfungsi dengan baik. &enderita seperti ini tidak memiliki kelainan yang nyata.? &enderita Bell’s palsy dapat sembuh total atau meninggalkan gejala sisa.. #aktor resiko yang memperburuk prognosis Bell’s palsy adalah@ . Fsia di atas 4! tahun . &aralisis komplit 7. :enurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh, ?. =yeri pada bagian belakang telinga dan 9. Berkurangnya air mata.
&ada penderita kelumpuhan nervus fasialis perifer tidak boleh dilupakan untuk mengadakan pemeriksaan neurologis dengan teliti untuk mencari gejala neurologis lain. &ada umumnya prognosis Bell’s palsy baik@ sekitar $!3! 8 penderita sembuh dalam waktu 4 minggu sampai tiga bulan tanpa ada kecacatan. &enderita yang berumur 4! tahun atau lebih, mempunyai peluang ?!8 sembuh total dan beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa. &enderita yang berusia 7! tahun atau kurang, hanya punya perbedaan peluang !9 persen antara sembuh total dengan meninggalkan gejala sisa. 2ika tidak sembuh dalam waktu ? bulan, maka penderita cenderung meninggalkan gejala sisa, yaitu sinkinesis, crocodile tears dan kadang spasme hemifasial. &enderita diabetes 7!8 lebih sering sembuh secara parsial dibanding penderita nondiabetik dan penderita 1: lebih sering kambuh dibanding yang non 1:. *anya 7 8 kasus Bells palsy yang mengenai kedua sisi wajah. Bell’s palsy kambuh pada !9 8 penderita. 'ekitar 7! 8 penderita yang kambuh ipsilateral menderita tumor =. // atau tumor kelenjar parotis
M. Re*a(ilita"i Medi& Pada Penderita Bell’" Pal"+
'ebelum kita membahas mengenai rehabilitasi medik pada Bell’s palsy maka akan dibicarakan mengenai rehabilitasi secara umum.
:elatih orang dengan sisa keadaan cacat badan untuk dapat hidup dan bekerja dengan apa yang tertinggal. Fntuk mencapai keberhasilan dalam tujuan rehabilitasi yang efektif dan efisien maka diperlukan tim rehabilitasi medik yang terdiri dari dokter, fisioterapis, okupasi terapis, ortotis prostetis, ahli wicara, psikolog, petugas sosial medik dan perawat rehabilitasi medik. 'esuai dengan konsep rehabilitasi medik yaitu usaha gabungan terpadu dari segi medik, sosial dan kekaryaan, maka tujuan rehabilitasi medik pada Bell’s palsy adalah
untuk mengurangi;mencegah paresis menjadi bertambah dan membantu mengatasi problem sosial serta psikologinya agar penderita tetap dapat melaksanakan aktivitas kegiatan seharihari. &rogramprogram yang diberikan adalah program fisioterapi, okupasi terapi, sosial medik, psikologi dan ortotik prostetik, sedang program perawat rehabilitasi dan terapi wicara tidak banyak b erperan. ,. Program #i"ioterapi
a.
&emanasan @
&emanasan superfisial dengan infra red.
&emanasan dalam berupa 'hortwave 1iathermy atau :icrowave 1iathermyI
'timulasi listrik Tujuan
pemberian
stimulasi
listrik
yaitu
menstimulasi
otot
untuk
mencegah;memperlambat terjadi atrofi sambil menunggu proses regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. :isalnya dengan faradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot, reedukasi dari aksi otot, melatih fungsi otot baru, meningkatkan sirkulasi serta mencegah;meregangkan perlengketan. 1iberikan minggu setelah onset. b. -atihan otototot wajah dan massage wajah -atihan gerak volunter otot wajah diberikan setelah fase akut. -atihan berupa mengangkat alis tahan 9 detik, mengerutkan dahi, menutup mata dan mengangkat sudut mulut, tersenyum, bersiul;meniup (dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi penuh) :assage adalah manipulasi sitemik dan ilmiah dari jaringan tubuh dengan maksud untuk perbaikan;pemulihan. &ada fase akut, Bell’s palsy diberi gentle massage secara perlahan dan berirama. 0entle massage memberikan efek mengurangi edema, memberikan relaksasi otot dan mempertahankan tonus otot.,7 'etelah lewat fase akut diberi 1eep Aneading :assage sebelum latihan gerak volunter otot wajah. 1eep Aneading :assage memberikan efek mekanik terhadap pembuluh darah vena dan limfe, melancarkan pembuangan sisa metabolik, asam laktat, mengurangi edema, meningkatkan nutrisi serabutserabut
otot dan meningkatkan
gerakan
intramuskuler sehingga
melepaskan perlengketan. :assage daerah wajah dibagi ? area yaitu dagu, mulut, hidung dan dahi. 'emua gerakan diarahkan keatas, lamanya 9! menit. -. Program erapi O&'pa"i
&ada dasarnya terapi disini memberikan latihan gerak pada otot wajah. -atihan diberikan dalam bentuk aktivitas seharihari atau dalam bentuk permainan. &erlu diingat bahwa latihan secara bertahap dan melihat kondisi penderita, jangan sampai melelahkan penderita. -atihan dapat berupa latihan berkumur, latihan minum dengan menggunakan sedotan, latihan meniup lilin, latihan menutup mata dan mengerutkan dahi di depan cermin. /. Program So"ial Medi&
&enderita Bell’s palsy sering merasa malu dan menarik diri dari pergaulan sosial. &roblem sosial biasanya berhubungan dengan tempat kerja dan biaya. &etugas sosial medik dapat membantu mengatasi dengan menghubungi tempat kerja, mungkin untuk sementara waktu dapat bekerja pada bagian yang tidak banyak berhubungan dengan umum. Fntuk masalah biaya, dibantu dengan mencarikan fasilitas kesehatan di tempat kerja atau melalui keluarga. 'elain itu memberikan penyuluhan bahwa kerja sama penderita dengan petugas yang merawat sangat penting untuk kesembuhan pende rita. 0. Program P"i&ologi&
Fntuk kasuskasus tertentu dimana ada gangguan psikis amat menonjol, rasa cemas sering menyertai penderita terutama pada penderita muda, wanita atau penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan ia sering tampil di depan umum, maka bantuan seorang psikolog sangat diperlukan. 1.
Program Ortoti& 2 Pro"teti&
1apat dilakukan pemasangan JC plester dengan tujuan agar sudut mulut yang sakit tidak jatuh. 1ianjurkan agar plester diganti tiap $ jam. &erlu diperhatikan reaksi intoleransi kulit yang sering terjadi. &emasangan JC plester dilakukan jika dalam waktu 7 bulan belum ada perubahan pada penderita setelah menjalani fisioterapi. *al ini dilakukan untuk mencegah teregangnya otot >ygomaticus selama parese dan mencegah terjadinya kontraktur. 3. Home Progame
a.
Aompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama ! menit
b. :assage wajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakan tangan dari sisi wajah yang sehat
c.
-atihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi yang sakit, minum dengan sedotan, mengunyah permen karet
d. &erawatan mata @
Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 7+ sehari
:emakai kacamata gelap sewaktu bepergian siang hari
Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur
DA#AR PUSAKA
(%idowati, ). &aralisis Bell. 1alam@ *arsono, ed. Aapita selekta neurologiK Jogyakarta@ 0adjah :ada Fniversity &ress. !!!. 1oengues. !!.
//. AH='G& 16'6< AG&G<6%T6= 6. &engkajian &engkajian keperawatan klien dengan Belll’s palsy meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial. . 6namnesis Aeluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan dalah berhubungan dengan kelumpuhan otot wajah terjadi pada satu sisi. .
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan seharihari baik dalam keluarga atau masyarakat. 6pakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). &engkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien selama masa stress meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat stres. Aarena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. &erawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. &erspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh deficit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis didalam sistem dukungan individu. B. &emeriksaan fisik 'etelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhankeluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. &emeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (BB4) dengan fokus pe meriksaan fisik pada pemeriksaan B7 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhankeluhan dari klien. &ada klien Bell’s palsy biasanya didapatkan tandatanda vital dalam batas normal. B (breathing) Bila tidak ada penyakit lain yang menyertai pemeriksaan inspeksi didapatkan klien tidak batuk, tidak sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu napas dan frekuensi pernapasan dalam batas normal. &alpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri. &erkusi didapatkan resonan pada seluruh lapangan paru. 6uskultasi tidak didengar bunyi napas tambahan. B (Blood) Bila tidak ada penyakit lain yang menyertai pemeriksaan nadi dengan frekuensi dan irama yang normal. T1 dalam batas normal dan tidak terdengar bunyi jantung tambahan. B7 (Brain) &engkajian B7 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. . Tingkat kesadaran &ada Bell’s palsy biasanya kesadaran klien compos mentis. . #ungsi serebri 'tatus mental @ observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien, observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik yang pada klien Bell’s palsy biasanya statul mental klien mengalami perubahan. 7.
&emeriksaan saraf kranial
'araf / @ biasanya pada klien bell’s palsy tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan. 'araf // @ tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal 'araf ///, /, / @ penurunan gerakan kelopak mata pada sisi yang sakit (lagoftalmos). 'araf @ kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi, lipatan nasolabial pada sisi kelumpuhan mendatar, adanya gerakan sinkinetik. 'araf // @ berkurangnya ketajaman pengecapan, mungkin sekali edema nervus fasialis ditingkat foramen stilomastoideus meluas sampai bagian nervus fasialis, dimana khorda timpani menggabungkan diri padanya. 'araf /// @ tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi 'araf /L M L @ paralisis otot orofaring, kesukaran berbicara, menguyah dan menelan. Aemampuan menelan kurang baik, sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi via oral. 'araf L/ @ tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapeDius. Aemampuan mobilisasi leher baik. 'araf L// @ lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. /ndra pengecapan mengalami kelumpuhan dan pengecapan pada ;7 lidah sisi kelumpuhan kurang tajam. ?. 'istem motorik Bila tidak melibatkan disfungsi neurologis lain, kekuatan otot normal, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada Bell’s palsy tidak ada kelainan. 9. &emeriksaan refleks &emeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum derajat refleks pada respons normal. 4. 0erakan involunter Tidak ditemukan adanya tremor, kejang dan distonia. &ada beberapa keadaan sering ditemukan Tic fasialis. 5. 'istem sensorik Aemampuan penilaian sensorik raba, nyeri dan suhu tidak ada kelainan. B? (Blader) &emeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal. B9 (bowel) :ulai sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung. &emenuhan nutrisi pada klien bell’s palsy menurun karena anoreksia dan kelemahan otot otot pengunyah serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via oral menjadi berkurang. B4 (Bone)
&enurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara umum. 1alam pemenuhan kebutuhan seharihari klien lebih banyak dibantu oleh orang lain. . &enatalaksaan medis Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan tonus otot wajah dan untuk mencegah atau meminimalkan denervasi. Alien harus diyakinkan bahwa keadaan yang tejadi bukan stroke dan pulih dengan spontan dalam 79 minggu pada kebanyakan klien. Terapi kortikosteroid (prednison) dapat diberikan untuk menurunkan radang dan edema, yang pada gilirannya mengurangi kompresi vaskuler dan memungkinkan perbaikan sirkulasi darah ke saraf tersebut. &emberian awal terapi kortikosteroid ditujukan untuk mengurangi penyakit semain berat, mengurangi nyeri dan membantu mencegah atau meminimalkan denervasi. =yeri wajah dikontrol dengan analgesik. Aompres panas pada sisi wajah yang sakit dapat diberikan untuk meningkatkan kenyamanan dan aliran darah sampai ke otot tersebut. 'timulasi listrik dapat diberikan untuk mencegah otot wajah menjadi atrofi. %alaupun banyak klien pulih dengan pengobatan konservatif, namun eksplorasi pembedahan pada saraf wajah dapat dilakukan pada klien yang cenderung mempunyai tumor atau untuk dekompresi saraf wajah melalui pembedahan untuk merehabilitasi keadaan paralisis wajah. &endidikan klien, :ata harus dilindungi karena paralisis lanjut dapat menyerang mata. 'ering kali, mata klien tidak dapat menutup dengan sempurna dan refleks berkedip terbatas sehingga mata mudah diserang binatang kecil dan bendabenda asing. /ritasi kornea dan luka adalah komplikasi potensial pada klien ini. Aadangkadang keadaan ini mengakibatkan keluarnya air mata yang berlebihan (epifora) karena karatitis yang disebabkan oleh kornea kering dan tidak adanya refleks berkedip. &enutup mata bagian bawah menjadi lemah akibat pengeluaran air mata. Fntuk menangani masalah ini, mata harus ditutup dengan melindunginya dari cahaya silau pada malam hari. &otongan mata dapat merusak kornea, meskipun hal ini juga disebabkan beberapa kerusakan dalam memperthankan mata tertutup akibat paralisis parsial. Bendabenda yang dapat digunbakan pada mata pada saat tidur dapat diletakkan diatas mata agar kelopak mata menempel satu dengan yang lainnya dan tetap menutup selama tidur. Alien diajarkan untuk menutup kelopak mata yang mengalami paralisis secara manual sebelum tidur. 0unakan penutup mata dengan kacamata hitam untuk menurunkan penguapan normal dari mata. 2ika saraf tidak terlalu sensitf, wajah dapat di masase beberapa kali sehari untuk mempertahankaan tonus otot.tekhnikj untuk masae wajah adalah dengan gerakan lembut keatas. -atihan wajah seperti mengherutkan dahi, mengembungkan pipi keluar, dan bersiul dapat dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan teratur untuk mencegah atropi otot. *indari wajah terkena udara dingin. 1. 1iagnosa keperawatan . 0angguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan perubahan bentuk wajah karena kelumpuhan satu sisi pada wajah. . emas yang berhubungan dengan prognosis penyakit dan perubahan kesehatan. 7. Aurangnya pengetahuan perawatan diri sendiri yang berhubungan dengan informasi yang tidak edekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan. G.
/ntervensi dan rasional
.gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk wajah karena kelumpuhan satu sisi pada wajah. 1ata penunjang K 1s@ merasa malu karena adanya kelumpuhan otot wajah terjadi pada satu sisi lain 1o@ dahi di kerutkan,lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisi yang sehat saja. Tujuan @konsep diri klein meningkat riteria hasil @klien mampu menggunakan koping yang positif /ntervensi @ a) Aaji dan jelaskan kepada klien tentang keadaan paralisis wajahnya. <; intervensi awal bisa mencegah disstres psikologi pada klien b) Bantu klien menggunakan mekanisme koping yang positif. <; mekanisme koping yang positif dapat membantu klien lebih percaya diri, lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan dan mencegah tetjadinya kecemasan tambahan. c) Hrientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan. <; orientasi dapat menurunkan kecemasan. d) libatkan system pendukung dalam perawatan klien <; kehadiran system pendukung meningkatkan citra diri klien. . cemas yang berhubungan dengan prognosis penyakit dan perubahan kesehatan. Tujuan @ kecemasan hilang atau berkurang riteria hasil @ mengenal perasaannnya, dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya dan menyatakan ansietas berkurang;hilang. /ntervensi @ a) kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, dampingin klien dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak. <; reaksi verbal;non verbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah. b) :ulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat. <; mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu. c) Tingkatkan control sensasi klien <; control sensasi klien (dan dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber sumber koping (pertahanan diri), yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik teknik pengalihan dan memberikan respons balik yang positif. d) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan kecemasannya. <; dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak dieksperesikan. e) Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat <; memberi waktu untuk mengeksperesikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi. 6danya keluarga dan tewmanteman yang dipilih klien yang melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi. 7.Aurangnya pengetahuan perawatan diri sendiri yang berhubungan dengan informasi yasng tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan. Tujuan @ dalam jangka waktu +7! menit klien akan memperlihatkan kemampuan pemahaman yang adekuat tentang penyakit dan pengobatannya.
riteria hasil @ klien mampu secara subjektif menjelaskan ulang secara sederhana terhadap apa yang telah didiskusikan. /ntervensi @ a) Aaji kemampuan belajar, tingkatkan kecemasan, partisipasi, media yang sesuai untuk belajar. <; indikasi progresif atau reaktivasi penyakit atau efek samping pengobatan serta untuk evaluasi lebih lanjut. b) /dentifikasi tanda dan gejala yang perlu dilaporkan keperawat <; meningkatkan kesadaran kebutuhan tentang perawatan diri untuk meminimalkan kelemahan. c) 2elaskan instruksi dan informasi misalnya penjadwalan pengobatan. <; meningkatkan kerja sama; partisipasi terapeutik dan mencegah putus obat. d) Aaji ulang resiko efek samping pengobatan <; dapat mengurangi rasa kurang nyaman dari pengobatan untuk perbaikan kondisi klien. e) 1orong klien mengeksperesikan ketidaktahuan;kecemasan dan beri informasi yang dibutuhkan. <; memberikan kesempatan untuk mengoreksi persepsi yang salah dan mengurangi kecemasan. 11111111111111 -6&H<6= A6'F' /1G=T/T6' =ama @ Tn. & ' Fmur @ ?5 tahun 2enis kelamin @ -akilaki 6lamat @ Tuminting &ekerjaan @ %iraswsta 6gama @ /slam Tanggal &emeriksaan @ 6pril !!$ 6=6:=G'/' Aeluhan utama @ kekakuan di pipi di bawah muka Ri4a+at Pen+a&it Se&arang :ulut tertarik ke kiri dialami penderita sejak minggu yang lalu. 6walnya penderita merasa lidahnya menebal saat makan siang. Aetika penderita bangun pagi keesokan harinya, penderita merasa mulutnya seperti tertarik ke kiri, lalu penderita bercermin dan melihat mulutnya miring;tertarik ke kiri. Bersamaan dengan itu, mata pen derita tidak bisa menutup rapat sehingga terasa pedih bila terkena air dan angin. 'elain itu mata kanan penderita berair terus. Bila penderita makan, makanan cenderung berkumpul di sisi kanan. Bila penderita minum;berkumur, air keluar menetes dari sudut mulut kanan. Bibir terasa kering dan pecahpecah. /nfluensa dan nyeri di belakang telinga disangkal oleh penderita. &enderita tidak mengalami gangguan pengecapan ataupun gangguan pendengaran. &enderita mengaku terpapar udara dingin pada malam hari karena letak kamar mandi;% ada di luar rumah. 'ebelumnya penderita berobat ke praktek dokter umum, tetapi tidak ada perubahan. -alu penderita datang ke <'F &rof. dr. <. 1. Aandou bagian poli 'araf dan dirujuk ke bagian
'ebelumnya penderita belum pernah menderita penyakit seperti ini. &enderita tidak pernah sakit telinga, kecelakaan;jatuh, sakit seperti cacar air ataupun trauma di wajah;sekitar telinga. *ipertensi (), 1iabetes :ellitus () Ri4a+at Pen+a&it Kel'arga *anya penderita yang sakit seperti ini Ri4a+at So"ial E&onomi &enderita seorang janda, pengungsi, dan mempunyai orang anak dalam tanggungan. 'aat ini penderita tinggal di rumah tetangga dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
=ilai
&ersentase (8) !, 7!, 5!, !!
'kor
/stirahat
!
5!
?
:engerutkan dahi
!
7!
7
:enutup mata
7!
5!
Tersenyum
7!
7!
3
Bersiul
!
7!
7
Total
9!
:ata Aanan @ -agoftalmus 7 mm Gpifora (N) DIA$NOSIS 1iagnosa klinis @ Bell’s palsy de+tra 1iagnosa topik @ 'ekitar foramen stilomastoideus 1iagnosa etiologi @ /diopatik ERAPI MEDIKAMENOSA 0olongan kortikosteroid =eurotropik
PROBLEM REHABILIASI MEDIK Aelumpuhan otot wajah @ 'udut mulut tertarik ke kiri Aelopak mata kanan tidak bisa menutup rapat dengan baik 0angguan dalam 6A' otototot wajah @ &ada saat makan, makanan cenderung berkumpul di sisi kanan &ada saat minum;berkumur, air keluar menetes dari sudut mulut kanan 0angguan psikologis, penderita merasa malu dengan keadaan ini 0angguan sosial ekonomi yaitu masalah biaya pengobatan PRO$RAM REHABILIASI MEDIK ,. #i"ioterapi Gvaluasi @ Aontak (N), pengertian baik 6ngkat alis (O), mata kanan tidak bisa menutup rapat dengan baik 'udut mulut tertarik ke kiri &ada saat makan, makanan cenderung berkumpul di sisi kanan &ada saat minum;berkumur, air keluar menetes dari sudut mulut kanan &rogram @ " &emanasan superfisial berupa infra red pada wajah sebelah kanan selama ! menit 1eep Aneading :assage sebelum latihan gerak volunter otot wajah, lamanya 9! menit -atihan gerak volunter wajah sisi kanan di depan cermin dengan gerakan mengerutkan dahi, menutup mata, tersenyum, bersiul;meniup, mengangkat sudut mulut. -. O&'pa"i erapi Gvaluasi @ Aontak (N), pengertian baik 6ngkat alis (O), mata kanan tidak bisa menutup rapat 'udut mulut tertarik ke kiri &ada saat makan, makanan cenderung berkumpul di sisi kanan &ada saat minum;berkumur, air keluar menetes dari sudut mulut kanan &rogram @ -atihan penguat otot wajah dengan memberikan latihan menutup mata, mengerutkan dahi, meniup lilin, tersenyum, meringis -atihan meningkatkan aktivitas kerja seharihari dengan berkumur, latihan makan dengan mengunyah di sisi kanan, minum dengan sedotan /. P"i&ologi Gvaluasi @ Aontak (N), pengertian baik &enderita merasa sedikit cemas dan malu Aeinginan penderita untuk sembuh sangat besar &enderita menjalankan aturan rehabilitasi medik &rogram @ :emberikan dorongan mental supaya penderita tidak merasa cemas dan malu dengan penyakitnya :emberikan dorongan mental agar penderita rajin menjalankan program rehabilitasi dan melakukan home progame yang diberikan agar penyakitnya cepat sembuh 0. So"ial Medi& Gvaluasi @ &enderita seorang janda dengan orang anak dalam tanggungan, tinggal dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah tetangga Biaya pengobatan ditanggung sendiri dan ada masalah dengan biaya pengobatannya
&rogram @ &etugas sosial medik dapat membantu mengatasi masalah biaya dengan menghubungi majikan tempat penderita bekerja agar dapat memberi uang tunjangan kesehatan, juga dengan mengurus dana 06A/= 1. Ortoti& Pro"teti& Gvaluasi @ %ajah tidak simetris Aelopak mata kanan tidak bisa menutup rapat :ulut tertarik ke kiri &rogram @ 'aat ini belum diperlukan 3. erapi 5i6ara Gvaluasi @ Aontak (N), pengertian baik 6rtikulasi baik, tidak ada gangguan dalam bicara &rogram @ 'aat ini belum diperlukan Home Programe 7 &erawatan mata @ Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 7+ sehari :emakai kacamata hitam saat bepergian siang hari 'ebelum tidur, kelopak mata ditutup secara pasif . Aompres dengan air hangat pada sisi wajah sebelah kanan selama ! menit 7. :assage wajah sebelah kanan ke arah atas dengan menggunakan tangan dari sebelah kiri ?. -atihan meniup lilin dengan jarak semakin dijauhkan, makan dengan mengunyah di sisi kanan, minum dengan sedotan dan mengunyah permen karet. #OLLO5 UP 8- #e(r'ari -991: SKALA UGO FISCH
&osisi
=ilai
&ersentase (8) !, 7!, 5!, !!
'kor
/stirahat
!
!!
!
:engerutkan dahi
!
5!
5
:enutup mata
7!
!!
7!
Tersenyum
7!
5!
Bersiul
!
!!
!
Total
$$
:ata Aanan @ -agoftalmus () Gpifora () Aeterangan @ &rogram fisioterapi dan okupasi terapi tetap dilanjutkan 7+ seminggu, lalu dievaluasi. *ome programe tetap dilakukan 'ecara psikologi, penderita tidak merasa malu dan cemas lagi sehingga program psikologi tidak perlu dilanjutkan :asalah biaya pengobatan sudah dapat teratasi, dimana majikan penderita telah memberikan uang tunjangan kesehatan. 2adi program sosial medik tidak perlu dilanjutkan