LAPORAN PENDAHULUAN CEREBRAL PALSY
BAB I CEREBRAL PALSY
A. Pengertian Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin didefinisikan sebagai kelainan
postur dan gerakan non-progresif, sering disertai dengan epilepsy dan ketidaknormalan bicara, penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang sedang berkembang. Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas sistem motor piramida (motor kortek, basal ganglia dan otak kecil) yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal. Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan pergerakan,, disertai disertai kelainan kelainan neurologis neurologis berupa kelumpuhan kelumpuhan spastis, gangguan gangguan ganglia ganglia basal dan sebelum juga kelainan mental. Cerebr Cerebral al palsy palsy ialah ialah suatu suatu ganggu gangguan an atau atau kelain kelainan an yang yang terjadi terjadi pada pada suatu suatu kurun kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat c acat pada jaringan jar ingan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Cerebral palsy adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lai nnya. B. Etiologi Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode yaitu : 1. Pranatal : a. alformasi kongenital. !nfeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya" rubela,
toksoplamosis, sifihis, sitomegalo#irus, atau infeksi #irus lainnya). b. $adiasi sinar %. c. &oksemia &oksemia gra#idarum. d. 'sfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta pre#ia, anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal). e. eracunan kehamilan dapat menimbulkan serebral palsy. f. angguan pertumbuhan otak. 2. Natal : a. 'noksia*hipoksia.
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah cidera otak. eadaan inilah yang
menyebabkan terjadinya anoksia. +al demikian terdapat pada keadaan
presentasi bayi
abnormal, disproporsi sefalopel#ik, partus lama, plasenta pre#ia,
infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan alat tertentu dan lahir dengan seksio sesar. b. Perdarahan otak. Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid dan menyebabkan penyumbatan C sehingga mangakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis. c. &rauma lahir, misalnya perdarahan subdural d. Prematuritas. ayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita pendarahan otak lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enim, factor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna. e. !kterus !kterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal. f. eningitis purulenta eningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa palsi serebral. 3. Postnatal : a. &rauma kapitis. b. !nfeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis, ensefalomielitis. c. ern icterus. eberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan dari pada faktor
pascanatal. tudi oleh /elson dkk (0123) (dikutip dari 04) menyebutkan bayi
dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin merupakan faktor penyebab cerebral palsy. 5aktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor perinatal yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan. edang faktor pasca natal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 6 tahun (+agberg dkk 0178), atau sampai 8 tahun kehidupan (lair dan tanley, 0126), atau sampai 03 tahun (Perlstein, +od, 0139).
C. Faktor Resiko
5aktor-faktor resiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya CP semakin besar antara lain adalah : 0. etak sungsang. 6. Proses persalinan sulit asalah #askuler atau respirasi bayi selama persalinan merupakan tanda awal yang menunjukkan adanya masalah kerusakan otak atau otak bayi tidak berkembang secara normal. omplikasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. 4. 'pgar score rendah. 'pgar score yang rendah hingga 0; < 6; menit setelah kelahiran. 9. $ dan prematuritas. $esiko CP lebih tinggi diantara bayi dengan berat lahir rendah dengan berat di bawah 6,8 kg. 8. ehamilan ganda $esiko cerebral palsy akan semakin meningkat ketika sejumlah bayi membagi uterus ibu. 3. alformasi P. ebagian besar bayi-bayi yang lahir dengan CP memperlihatkan malformasi P yang nyata, misalnya lingkar kepala abnormal (mikrosefali). +al tersebut menunjukkan bahwa masalah telah terjadi pada saat perkembangan P sejak dalam kandungan. 7. Perdarahaan maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir kehamilan. 2. Perdarahan #aginal selama bulan ke 1 hingga 0; kehamilan dan peningkatan jumlah protein dalam urine berhubungan dengan peningkatan resiko terj adinya CP pada bayi. 1. +ipertiroidism maternal, mental retardasi dan kejang. 0;. ejang pada bayi baru lahir. D. Patofisiologi 'danya malformasi hambatan pada #askuler, atrofi, hilangnya neuron dan degenarasi
laminar akan menimbulkan narrowergyiri, suluran sulci dan berat otak rendah. erebral palsi digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh cacat nonprogressi#e atau luka otak pada saat anak-anak. uatu presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan (structural otak : awal sebelum dilahirkan, perinatal, atau luka-luka*kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidakcukupan #askuler, toksin atau infeksi).
E. Patha!
F. "anifestasi #linis 0. Spastisitas &erdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan reflek
abinski yang positif. &onus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun
penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sifat yang khas dengan kecenderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak tangan. &ungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam flesi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam. &onic neck refle= dan refleks neonatal menghilang pada waktunya. erusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis. entuk kelumpuhan spastisitas tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan yaitu monoplegia* monoparesis. elumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya" hemiplegia*hemiparesis adalah kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama" diplegia* diparesis adalah kelumpuhan ke empat anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan" tetraplegia*tetraparesis adalah kelumpuhan ke empat anggota gerak, lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai. olongan spastitis ini meliputi *4 < > penderita cerebral palsy. entuk kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu: 0. onoplegia*onoparesis elumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya. 6. +emiplegia*?iparesis elumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama. 4. ?iplegia*?iparesis elumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan. 9. &etraplegia*&etraparesis elumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
6. Tonus otot yang berubah ayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak fleksid (lemas) dan berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. enjelang umur 0 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi. ila dibiarkan berbaring tampak fleksid dan sikapnya seperti kodok terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya berubah menjadi spastis, $efleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang khas ialah reflek neonatal dan tonic neck
refle= menetap. erusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.
4. Koreo-atetosis elainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement ). Pada 3 bulan pertama tampak flaksid, tetapi sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. $efleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. ?apat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan terletak di ganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern pada masa neonatus.
9. Ataksia 'taksia adalah gangguan koordinasi. ayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat. ehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. ulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. erusakan terletak di serebelum.
8. angguan pen!engaran &erdapat 8-0;@ anak dengan serebral palsi. angguan berupa kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. &erdapat pada golongan koreo-atetosis. 3. angguan bi"ara ?isebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. erakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
7. angguan mata angguan mata biasanya berupa strabismus kon#ergen dan kelainan refraksi pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak.
2. Paralisis ?apat
berbentuk
hemiplegia,
kuadriplegia,
diplegia,
monoplegia,
triplegia.
elumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
1.
erakan involunter ?apat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
0;. Ke#ang ?apat bersifat umum atau fokal. 00. angguan perkembangan mental $etardasi mental ditemukan kira-kira pada 0*4 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. $etardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara #olunter. ?engan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif. 06. Problem emosional terutama pa!a saat rema#a. $. #lasifikasi %an $e&ala lasifikasi Cerebral palsy dibagiberdasarkan 1. $ilihat !ari su!ut pergerakan otot-otot ?alam kategori ini, Cerebral palsy dibagi menjadi 8, yaitu : a. Aenis pastis Perkataan Bpastic dapat diganti dalam bahasa elanda, dengan Bramp kalua
dalam bahasa !ndonesia yang mendekati Bkejang. Pada anak yang menderita Cerebral Palsy dengan jenis pastic terdapat kekejangan pada otot-ototnya atau sebagian dari otot-ototnya. ekejangan tadi terutama timbul kalau otot akan digerakkan dan dapat hilang pada waktu anak tidur. isalnya: kalau lutut anak tadi sekonyong-konyong hendak kita luruskan, maka terasa bahwa otot tadi menjadi kejang, sehingga sukar diluruskan. 'kan tetapi, kalau anak tadi tidur maka lutut dengan mudah diluruskan. Pada umumnya kekejangan-kekejangan tadi menjadi main hebat jikalau anak marah atau takut*anak tidak tenang. arena itu, pada umumnya melatih anak cacat Cerebral Palsy haruslah dalam suasana ketenangan. Aenis Bpastic merupakan jenis Cerebral Palsy yang terbanyak jumlahnya diantara jenis-jenis lainnya b. Aenis 'thetoid Pada jenis ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan, otot-ototnya dapat digerakkan dengan mudah, akan tetapi jenis ini selalu terdapat gerakan-gerakan yang tidak dapat dicegah oleh anak sendirian yang tiap-tiap waktu datang. isalnya: 'nak tidak dapat memegang salah satu barang, oleh karena tangan dan jari-jarinya selalu bergerak sendiri yang tidak dapat dicegah. Aenis 'thetoi dini meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak tapi merupakan cacat yang sangat sukar diperbaiki. erakan-gerakan akan berkuarang kalau anak tadi dalam
keadaan tenang atau sedang tidur. erakan-gerakan otomatis tadi selain pada tangan dan kaki juga terdapat pada lidah, bibir, mata, dan sebagainya. c.
'ta=ia Pada jenis ini anak seakan-akan kehilangan perasaan keseimbangan. Dalaupun ototototnya tidak kaku, namun anak kadang-kadang tidak dapat berdiri atau berjalan. arena anak tadi tidak dapat meletakkan badannya dalam keseimbangan, maka ia selalu akan jatuh. alau ia berjalan maka jalannya seperti orang mabuk, kadang-kadang langkahnya terlalu lebar atau bisa juga langkahnya terlalu pendek. alau anak misalnya mengambil barang, maka juga salah perhitungan, misalnya: jaraknya terlampau jauh, sehingga melewati barang yang akan diambil atau terlalu pendek sehingga belum sampai pada barang yang akan diambil. Pada jenis 'ta=ia ini merupakan jenis cacat yang berat.
d. &remor Pada jenis ini selalu terdapat gerakan-gerakan kecil terus-menerus, sehingga merupakan getaran. etaran tadi dapat juga sangat mengganggu fungsi anak. adang-kadang terdapat getaran-getaran yang mengenai mata, sehinnga matanya selalu bergerak. isa juga getaran tadi terdapat pada kepala, atau padatangan yang selalu gemetar. e.
$igid Pada jenis ini terdapat otot-otot yang selalu kaku, seakan-akan bukan merupakan daging, akan tetapi sebagai benda yang agak kaku. isalnya seperti mesin yang tidak ada gemuknya, kalau digerakkan kelihatan selalu ada remnya, sehingga gerakannya selalu tidak dapat lemah dan tidak dapat halus dan tidak cepat. elain itu, terdapat pula campuaran antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya. isalnya: Aenis athetoid bercampur dengan jenis tremor, dan sebagainya.
2. Pembagian menurut #umlah anggota ba!an yang "a"at a. onoplegia erupakan cacat Cerebral palsy yang hanya mempunyai cacat pada sebuah dari anggota geraknya. isalnya hanya kaki kiri sedangkan kaki kanannya dan kedua tangannya sehat. b. ?iplegia Pada diplegia terdapat dua anggota gerak yang dalam keadaan cacat. alau pada diplegia ini terdapat cacat pada kedua belah kakinya, maka cacat ini dinamakan Paraplegia. Aikalau yang cacat sebelah dari anggota geraknya misalnya tangan kanan dan kaki kanan atau tangan kiri dengan kaki kiri, maka disebut hemiplegia. c. &riplegia Pada triplegia maka cacat 4 buah dari keempat anggota geraknya. d. Euadriplegia atau tetraplegia
?alam golongan ini termasuk anak-anak Cerebral Palsy yang cacat pada seluruh anggota geraknya. Aadi cacat pada kedua tangan dan kedua kakinya. 3. Pembagian %erebral Palsy menurut !era#at berat& se!ang& !an ringannya sebagai berikut : a. olongan ringan &idak memerlukan pertolongan karena anak tadi dapat mengurus dirinya sendiri dalam kehidupan sehari < hari, dapat bergerak (jalan) tanpa alat < alat dan dapat berbicara tegas.
b. olongan sedang 'nak < anak yang memerlukan pertolongan khusus, agar anak tadi dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak dan dapat berbicara. ungkin untuk anak ini diperlukan alat < alat khusus misalnya brace untuk memperbaiki cacadnya. ?engan pertolongan secara khusus masih dapat diharapkan bahwa anak akan dapat mengurus dirinya sendiri, dapat berjalan dan dapat berbicara sehingga akan dapat hidup di tengah < tengah masyarakat.
c.
olongan berat 'nak < anak cerebral palsy yang mempunyai cacad sedemikian rupa sehingga anak tak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. 'kan tetapi yang paling sukar ialah menentukan apakah seorang anak cerebral palsy masuk golongan ringan, apakah masuk golongan sedang dan apakah masuk golongan berat. &idak mudah untuk menentukan apakah bayi yang diperiksa mempunyai cacad atau tidak. alau bayi sudah mencapai umur satu tahun atau lebih, maka cacadnya akan lebih mudah dilihat. 'kan tetapi pada bayi di bawah umur satu tahun kadang < kadang sangat sukar untuk menentukan apakah bayi tadi sehat atau mempunyai cacad. aka kita perlu mengetahui bagaimana sifat < sifat bayi yang sehat, supaya kita dapat membedakan dengan bayi yang mungkin mempunyai cacad.
1. $ari lahir sampai umur ' minggu Pada umur ini umumnya bayi masih lemah dan segala < galanya masih memerlukan pertolongan, namun bayi yang sehat pada umumnya kelihatan bersemangat kelihatan menunjukan reaksi jika di pegang dan kelihatan dapat aktif minum tetek. 'danya cacad dapat di buka jika misalnya bayi kelihatan lemah, tidak bersemangat, meneteknya kurang aktif, pernapasanya lemah, menangisnya lembek, adanya setuip (kejang), banyak muntah < muntah,
bersifat acuh < tak acuh terhadap ibunya. &anda < tanda tadi dapat merupakan tanda < tanda kemungkinan adanya cacad serebral palsy. 2. (mur 1 bulan ) 2 bulan Pada umur ini bayi menunjukan gerak yang aktif pada kepalanya, jika ada suara misalnya permainan atau panggilan dari ibunya atau suara
kakinya lurus pada waktu coba didirikan, atau dari mulutnya selalu keluar ludah sehingga pakainya terus basah dan ia belum dapat makan < makanan yang keras misalnya roti, maka hal < hal tadi dapat merupakan tanda < tanda kemungkinan adanya cacad serebral palsy. . (mur 1 tahun Pada umur 0 tahun anak telah mulai belajar berjalan dan pada umumnya dalam umur 08 bulan sudah dapat berjalan sendiri. !a telah dapat pula memegang benda < benda yang kecil diantara ibu jari dan jari telunjuk. udah tentu jalannya belum tetap, akan tetapi makin lama makin baik. emang sesungguhnya sukar untuk menetapkan apakah ada cacad cerebral palsy sebelum anak mencapai umur yang dapat menentukan bahwa ia dapat berjalan dengan tetap. etelah anak menjadi besar misalnya diatas 6 tahun ke atas, maka tanda-tanda menjadi lebih tampak dan akan bersifat menurut jenis-jenis cacad cerebral palsy sebagaimana telah diuraikan dimuka. 'nak makin menjadi besar, makin terang tampak tanda-tanda cacad pada cerebral palsy. /amun demikian kadang-kadang masih perlu pemeriksaan dokter yang lebih teliti dan pula kadang-kadang masih perlu obser#asi beberapa waktu untuk dapat menetapkan ada atau tidaknya cacad, jenis cacad, dan berat cacad.
H. 0. 6. 4. 9.
#o'(likasi 'taksi atarak +idrosepalus $etardasi ental
!E dibawah 8;, berat*beban dari otak motoriknya !E rendah, dengan suatu ketegangan FmenyangkutG !E yang yang lebih rendah. 8. train*ketegangan ebih sering pada Hudriplegia dan hemiplegia 3. Pinggul eseleo*erusakan ering terjadi pada Huadriplegia dan paraplegia berat. 7. ehilangan sensibilitas 'nak-anak dengan hemiplegia akan kehilangan sensibilitas. 2. +ilang pendengaran 'trtosis sering terjadi terpasang, tetapi bukan pada anak spaskis. 1. angguan #isual ermata juling, terutama pada anak-anak prematur dan Huadriplegia. 0;. esukaran untuk bicara Penyebab: disartria, $etardasi mental, hilang pendengaran, atasi kortikal, gangguan emosional dan mungkin sebab gejala lateralisasi pada anak hemiplagia. 00. ateralisasi
?ominan pada anak yang normal nya dan yang di*terpengaruh oleh gejala hemiplegia, kemudian akan ada berbagai kesulitan untuk pindah"gerakkan pusat bicara 06. !nkontinensia $, dan terutama oleh karena berbagai kesulitan pada pelatihan kamar kecil. 04. Penyimpangan Perilaku &idak suka bergaul, dengan mudah dipengaruhi dan mengacaukan ketidaksuburan*kemandulan. I. Pe'eriksaan Diagnostik 0. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis sebral palsi
ditegakkan. 6. 5ungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada serebral palsi. C normal. 4. Pemeriksaan I dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak. 9. 5oto rontgen kepala. 8. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan. 3. Pemeriksaan metobolik untuk menyingkirkan penyebablain dari reterdasi mental. ). Penatalaksanaan* +era(i
Jntuk memperoleh hasil yang maksimal perlu kerjasama yang baik, penderita CP perlu ditangani oleh suatu &eam yang terdiri dari: dokter anak, ahli saraf*neurolog, ahli jiwa*psikiater*psikolog, ahli bedah tulang*ortopedi, ahli fisioterapi, occupational therapist, guru sekolah luar biasa, orang tua penderita dan bila perlu ditambah dengan ahli mata, ahli &+&, perawat anak, pekerja sosial dan lain-lain. a.
edik Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. b. 5isioterapi 5isioterapi bertujuan untuk mengembangkan berbagai gerakan yang diperlukan untuk memperoleh keterampilan secara independent untuk akti#itas sehari-hari. 5isioterapi ini harus segera dimulai secara intensif. Jntuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita sewaktu istirahat atau tidur. agi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan. 5isio terapi dilakukan sepanjang hidup penderita. elain fisio terapi, penderita CP perlu dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di ekolah uar iasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal. c. &indakan bedah ila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan pada pasien dengan pergerakan koreotetosis yang berlebihan. Kperasi bertujuan untuk mengurangi spasme otot, menyamakan kekuatan otot yang antagonis,
menstabilkan sendi-sendi dan mengoreksi deformitas. &indakan operasi lebih sering dilakukan pada tipe spastik dari pada tipe lainnya. Auga lebih sering dilakukan pada anggota gerak bawah dibanding dengan anggota gerak atas. Prosedur operasi yang dilakukan disesuaikan dengan jenis operasinya, apakah operasi itu dilakukan pada saraf motorik, tendon, otot atau pada tulang. Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian yang semakin memburuk akibat kekakuan otot, pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang makanan dan untuk mengendalikan refluks gastroesofageal. d. Kbat-obatan Pasien serebral palsi (CP) yang dengan gejala motorik ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk prognosisnya. Pemberian obat-obatan pada CP bertujuan untuk memperbaiki gangguan tingkah laku, neuromotorik dan untuk mengontrol serangan kejang. Pada penderita CP yang kejang. pemberian obat anti kejang menunjukkan hasil yang baik dalam mengontrol kejang, tetapi pada CP tipe spastik dan atetosis obat ini kurang berhasil. ?emikian pula obat muskulorelaksan kurang berhasil menurunkan tonus otot pada CP tipe spastik dan atetosis. Pada penderita dengan kejang diberikan maintenance anti kejang yang disesuaikan dengan karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilantin dan sebagainya. Pada keadaan tonus otot yang berlebihan, obat golongan benodiaepine, misalnya : #alium, librium atau mogadon dapat dicoba. Pada keadaan choreoathetosis diberikan artane. &ofranil (imipramine) diberikan pada keadaan depresi. Pada penderita yang hiperaktif dapat diberikan de=troamphetamine 8-0; mg pada pagi hari dan 6,8 -- 8 mg pada waktu tengah hari. e. $eedukasi dan rehabilitasi. ?engan adanya kecacatan yang bersifat multifaset, seseorang penderita CP perlu mendapatkan terapi yang sesuai dengan kecacatannya. I#aluasi terhadap tujuan perlu dibuat oleh masing-masing terapist. &ujuan yang akan dicapai perlu juga disampaikan kepada orang tua*famili penderita, sebab dengan demikian ia dapat merelakan anaknya mendapat perawatan yang cocok serta ikut pula melakukan perawatan tadi di lingkungan hidupnya sendiri. ?i ekolah uar iasa dapat dilakukan speech therapy dan occupational therapy yang disesuaikan dengan keadaan penderita. ereka sebaiknya diperlakukan sebagai anak biasa yang pulang ke rumah dengan kendaraan bersanrm-sama sehingga tidak merasa diasingkan, hidup dalam suasana normal. Krang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan dan untuk itu pekerja sosial dapat membantu di rumah dengan melihat seperlunya. f. Psiko terapi untuk anak dan keluarganya.
Kleh karena gangguan tingkah laku dan adaptasi sosial sering menyertai CP, maka psiko terapi perlu diberikan, baik terhadap penderita maupun terhadap keluarganya. g. &indakan keperawatan 0) engobser#asi dengan cermat bayi-bayi baru lahir yang beresiko (baca status bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan*kelahirannya). Aika dijumpai adanya kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter agar dapat dilakukan penanganan semestinya. 6) Aika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan kepada orangtua*ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal. h. Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa berupa : &erapi fisik, oraces (penyangga), aca mata, 'lat bantu dengar, Pendidikan dan sekolah khusus, Kbat anti kejang, Kbat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan) : baclofen dan diaepam, &erapi okupasional, edah ortopedik * bedah saraf, untuk merekonstruksi terhadap deformitas yang terjadi, &erapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu mengatasi masalah makan.
BAB II ASUHAN #EPERA,A+AN CEREBRAL PALSY
A. 0. a. b. c. d. 6. 4.
Pengak&ian iodata aki-laki lebih banyak dari pada wanita. ering terjadi pada anak kesulitan pada waktu melahirkan. pertama ejadin lebih tinggi pada bayi $ dan kembar. Jmur ibu lebih dari 9; tahun, lebih-lebih pada multipara. aji riwayat kehamilan ibu $iwayat kesehataan yang berhubungan dengan factor prenatal, natal dan post natal serta
keadaan sekitar kelaahiran yang mempredisposisikan anoksia janin.
9.
aji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi yang persisten, ata=ic,
8. 3. 7. a. 0) 6) b. 0) 6) 4) 9) 8) c. d.
kurangnya tonus otot. onitor respon untuk bermain apasitas fungsi intelektual anak Pemeriksaan 5isik uskuluskeletal : spastisitas ataksia /eurosensory : gangguan menangkap suara tinggi gangguan bicara anak berliur bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya strabismus kon#ergen dan kelainan refraksi Iliminasi : konstipasi /utrisi : intake yang kurang
2. Pemeriksaan aboratorium dan Penunjang a. Pemeriksaan pendengaran (untuk menetukan status pendengaran) b. Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan) c. Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes d. $! kepala * C& scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan bawaaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran * letak #entrikel. e. II : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalins) * #olsetasenya meningkat (abses) f. 'nalisa kromosom g. iopsi otot h. Penilaian psikologik B. Diagnosa #e(eraatan 0. Pola nafas tidak efektif b*d ketidakefektifan bersihan jalan nafas 6. etidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b*d factor biologis, disfagia
sekunder terhadap gangguan motorik mulut* kesukaran menelan dan meningkatnya akti#itas 4. angguan akti#itas b*d kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif 9. erusakan komunikasi #erbal b*d kerusakaan kemampuan untuk mengucap kata-kata yang berhubungan dengan keterlibatan otot-otot fasial sekunder adanya rigiditas. 8. urangnya pengetahuan b*d perawatan dirumah dan kebutuhan terapi 3. $esiko cidera b*d gangguan fungsi motorik, ketidak mampuan mengontrol gerakan sekunder terhadap spastisitas. 7. $esiko tinggi kerusakan integritas kulit b*d imobilitas.
C. Ren-ana #e(eraatan 0. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Tu#uan: a) b) c) d) e) f)
$espirasi rate normal lien mudah untuk bernafas Pengeluaran udara paksa tidak terjadi Penggunaan otot tambahan tidak terjadi &idak terjadi dispnea apasitas #ital normal /ntervensi:
a)
'turlah posisi dengan memungkinkan ekspansi paru maksimum dengan semi powler*kepala
agak tinggi jurang lebih 4; derajat b) erikan bantal atau sokongan agar jalan nafas memungkinkan tetap terbuka. c) erikan oksigen sesuai dengan kebutuhan anak. d) erikan atau tingkatkan istirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan klien atau dengan jadwal yang tepat. e) erikan penyebab untuk melancarkan jalan nafas. f) onitor pernafasan, irama, kedalama dan memantau saturasi oksigen.
6.
etidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan factor biologis, disfagia sekunder terhadap gangguan motorik mulut* kesukaran menelan dan meningkatnya akti#itas Tu#uan : setelah
dilaksanakan perawatan, klien
diharapkan nutrisi
menjadi
adekuat, 'nak
berpartisipasi dalam akti#itas makan sesuai kemampuannya, 'nak mengkonsumsi jumlah yang cukup
Kriteria hasil : adanya kemajuan peningkatan berat badan, tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi
/ntervensi : a) onitor status nutrisi pasien, pantau berat badan dan pertumbuhan $* inter#ensi pemberian nutrisi tambahan dapat diimpementasikan bila pertumbuhan mulai b) c) d) e)
melambat dan berat badan menurun onitor pemasukan nutrisi dan kalori serta pengeluaran Catat adanya anoreksia , muntah dan terapkan jika ada hubungan dengan medikasi Perkaya makanan dengan suplemen nutrisi mis.susu bubuk atau suplemen yang lain $* memaksimalkan kualitas asupan makanan 'jarkan pola makan yang teratur
$* emberikan intake yang adekuat dan menghindari terjadinya komplikasi * memperberat penyakit lebih lanjut f) aringkan pasien dengan kepala tempat tidur 4;-98 derajat, posisi duduk dan menegakkan leher $* posisi ideal saat makan sehingga menurunkan resiko tersedak g) Pertahankan kebersihan mulut anak, eri makanan yang disukai anak $* eningkat kerja sistem endorphin sehingga meningkatkan kemauan untuk makan h) olaborasi dengan ahli gii untuk menentukan nutrisi dan kalori agar naik $* eningkatkan gii anak
4. angguan akti#itas b*d kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif Tu#uan : setelah dilaksanakan perawatan, tidak terjadi gangguan akti#itas lagi. Kriteria hasil : akti#itas berjalan normal dan tidak ada keluhan terhadap gerakan yang dilakukan /ntervensi : a) erikan aktifitas ringan yang dapat dikerjakan anak b) ibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktifitas yang diinginkan $* 'nak dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki anaknya walaupun terbatas c) olaborasi dengan ahli fisioterapi $* embantu pemenuhan kebutuhan d) 'njurkan keluarga turut membantu program latihan di rumah 9.
erusakan komunikasi #erbal b*d kerusakaan kemampuan untuk mengucap kata-kata yang berhubungan dengan keterlibatan otot-otot fasial sekunder adanya rigiditas. Tu#uan : lien melakukaan proses komunikasi dalam batas kerusakan. /ntervensi :
a) eri tahu ahli terapi wicara dengan lebih dini $* sebelum anak mempelajari kebiasaan komunikasi yang buruk. b) icara pada anak dengan perlahan $* memberikan waktu pada anak untuk memahami pembicaraan c) unakan artikel dan gambar $* menguatkan bicara adaan mendorong pemahaman d) unakan teknik makan $* membantu memudahkan bicara seperti menggunakan bibir, gigi dan berbagai gerakan lidah. e) 'jari dan gunakan metode komunikasi non-#erbal (mis.,bahasa isyarat) untuk anak dengan disartria berat. f) antu keluarga mendapatkan alat elektronik untuk memudahkan komunikasi non-#erbal (mis., mesin tik, microkomputer dengan pengolah suara).
8. urangnya pengetahuan b*d perawatan dirumah dan kebutuhan terapi Tu#uan : setelah dilaksanakan perawatan, diharapkan pengetahuan akan perawatan dan terapi meningkat. Kriteria hasil : a) enyatakan pemahaman terhadap perawatan dirumah dan kebutuhan terapi b) elakukan perilaku * perubahan pola hidup untuk memperbaiki status kesehatan c) ebutuhan terapi dapat dipenuhi /ntervensi : a) erikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana $* enurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk menerima * memproses dan mengingat * menyimpan informasi yang diberikan b) ?iskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama $* Proses pemulihan dapat berlangsung dalam beberapa minggu * bulan dan informasi yang tepat mengenai harapan dapat menolong pasien untuk mengatasi ketidakmampuannya dan juga menerima perasaa tidak nyaman yang lama c) erikan informasi tentang kebutuhan untuk diet tinggi protein * karbohidrat yang dapat diberikan * dimakan dalam jumlah kecil tetapi sering $* eningkatkan proses penyembuhan, makan-makanan jumlah kecil tetapi sering akan memerlukan kalori yang sedikit pada proses metabolisme, menurunkan iritasi lambung dan mungkin juga meningkatkan pemasukan secara total
3. $esiko cidera b*d gangguan fungsi motorik, ketidak mampuan mengontrol gerakan sekunder terhadap spastisitas. Tu#uan : setelah dilaksanakan perawatan, diharapkan berkurangnya resiko cidera. lien tidak mengalami cedera fisik. Kriteria hasil : a) menyatakan pemahaman faktor yang menyebabkan cidera b) menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cidera. /ntervensi : a) 'jarkan gerakan P= dalam melaksanakan '? $* engurangi terjadinya cidera yang dapat memperparah kondisi P= b) antu P= untuk memenuhi kebutuhannya
$* 'nak mempunyai banyak kebutuhan yang tidak dapat dilakukan sendiri karena c) d) e) f) g) h) i) j) k)
keterbatasan Perhatikan posisi penderita pada waktu istirahat * tidur $* Jntuk mencegah kontraktor erikan lingkungan fisik yang aman : eri bantalan pada perabot. $* untuk perlindungan. Pasang pagar tempat tidur. $* untuk mencegah jatuh. uatkan perabot yang tidak licin. $* untuk mencegah jatuh. +indari lantai yang disemir dan permadani yang berantakan. $* untuk mencegah jatuh. Pilih mainan yang sesuai dengan usia dan keterbatasan fisik. $* untuk mencegah cedera. ?orong istirahat yang cukup. $* karena keletihan dapat meningkatkan resiko cedera. unakan restrein bila anak berada dikursi atau kendaraan. akukan teknik yang benar untuk menggerakkan, memindahkan daan memanipulasi bagian
tubuh yang paralisis. l) !mplementasikan tindakan keamanan yang tepat untuk mencegah cedera termal. $* terdapat kehilangan sensasi pada area yang sakit. m) erikan helm pelindung pada anak yang cenderung jatuh dan dorong untuk menggunakannya. $* mencegah cedera kepala. n) erikan obat anti epilepsi sesuai ketentuan. $* mencegah kejang
7. $esiko tinggi kerusakan integritas kulit b*d imobilitas Tu#uan : lien mempertahankan integritas kulit. /ntervensi : a) aji kulit setiap 6 jam dan prn terhadap area tertekan, kemerahan dan pucat. $* pengkajian yang tepat dan lebih dini akan cepat pula penanganan terbaik pada masalah yang terjadi pada klien b) &empatkan anak pada permukaan yang mengurangi tekanan $* mencegaah kerusakan jaringan dan nekrosis karena tekanan c) Jbah posisi dengan sering, kecuali jika dikontraindikasikan $* mencegah edema dependen dan merangsang sirkulasi d) indungi titik-titik tekanan (misalnya : trikanter, sakrum, pergelangaan kaki,bahu dan oksiput) e) Pertahankan kebersihan kulit dan kulit dalam keadaan kering f) erikan cairan yang adekuat untuk hidrasi g) erikan masukan makanan dengan jumlah protein dan karbohidrat yang adekuat. DAF+AR PUS+A#A
'dnyana, ! ade Kka. 6;;7. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi . '#ailable from: http:**www.cerminduniakedokteran.com. (?iunduh pada tanggal 8 ?esember 6;0;)
'nggra. 6;;1. Cerebral palsi . '#ailable from: http:**sugengrawuh.blogspot.com. (?iunduh pada tanggal 8 ?esember 6;0;)
Carpenito, ynda Auall. (6;;1.). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi 9, hlm 19. Penerbit buku edokteran IC. Aakarta.
Iaton, arilyn, dkk. 6;;1. !uku Ajar Keperawatn Pediatrik, "olume # . Aakarta: IC. http:**www.indonesiaindonesia.com*f*06729-cerebral-palsy*. (?iunduh pada tanggal 3 ?esember 6;0;)