BAB I PENDAHULUAN A. Lata Latarr Bel Belak akan ang g
Kekura Kekuranga ngan n yodium yodium sesung sesungguh guhnya nya telah telah mendun mendunia, ia, bukan bukan hanya hanya masalah ganguan gizi di Indonesia. Berdasarkan taksiran WHO dan UNICEF, seki sekita tarr satu satu juta juta pend pendud uduk uk di nega negara ra yang yang teng tengah ah berk berkem emba bang ng beris berisik iko o mengalami mengalami kekurangan kekurangan yodium, semata karena “kesalahan” “kesalahan” mereka memilih tempat bermukim di tanah yang tidak cukup mengandung yodium. Dalam skala global, gangguan akibat kurang yodium (GAKY) telah menjadi masalah di lebih kurang 118 118 negara, yang mencederai mencederai 1572 juta orang. Sekitar Sekitar 12% penduduk dunia (atau sekitar 655 juta orang) menderita gondok, 11,2 juta mengalami kretin dan 43 juta menderita gangguan mental dengan berbagai tingkatan. Sekita Sekitarr 30 juta juta orang orang Indone Indonesia sia tengah tengah membin membinaa rumah rumah tangga tangga di wilayah seperti ini (1991), yang lazumnya terhampar di kawasan pegunungan dan perbuk perbukitan itan.. Ganggu Gangguan an akibat akibat kekura kekuranga ngan n yodium yodium di negeri negeri ini telah telah menyengsarakan lebih dari 14 juta penduduk; sekitar 750 orang menderita kretin, 10 juta mengalami gondok, dan 3,5 juta orang terjangkit gangguan bentu bentuk k lain. lain. Survey Survey pemetaa pemetaan n GAKY GAKY di Indone Indonesia sia (1998) (1998) menunj menunjukk ukkan an peningkatan masalah jumlah penderita gondok endemis ini yang meningkat sampai sampai 20 juta, juta, sement sementara ara pender penderita ita kretin kretin memben membengk gkak ak hingga hingga tercata tercatatt sebanyak 290.000 orang. Defisie Defisiensi nsi yodium yodium di suatu suatu wilaya wilayah h mempen mempengar garuhi uhi baik baik manusi manusiaa maupun maupun cadang cadangan an bahan bahan pangan pangan.. Defisi Defisiens ensii yang yang berlan berlangsu gsung ng lama lama akan akan mengga menggangg nggu u fungsi fungsi kelenj kelenjar ar tiroid, tiroid, yang yang secara secara perlah perlahan an menyeb menyebabk abkan an kelenjar ini membesar sehingga menyebabkan gondok. Istilah ini digunakan untuk setiap pembesaran kelenjar tiroid. Defisiensi yodium akan menguras cadangan yodium serta mengurangi produksi T 4. Penurunan kadar T 4 dalam darah memicu sekresi sekresi TSH yang selanjutny selanjutnyaa menyebabk menyebabkan an kelenjar kelenjar tiroid bekerja lebih giat sehingga fisiknya kemudian membesar (hiperplasi). Pada saat saat ini efisien efisiensi si pemomp pemompaan aan yodiu yodium m bertam bertambah bah yang yang dibaren dibarengi gi dengan dengan percepatan pemecahan yodium dalam kelenjar.
1
Rendahnya kadar hormon tiroid dalam aliran darah juga menyebabkan penghambatan pertumbuhan serta perkembangan manusia. Pengaruh ini nyata sekali sekali terliha terlihatt pada pada perkem perkemban bangan gan otak otak selama selama pertum pertumbuh buhan an berlan berlangsu gsung ng deng dengan an cepat cepat,, yait yaitu u sema semasa sa jani janin, n, bayi bayi atau atau anak anak keci kecill (bat (batit ita). a). Kret Kretin in merupakan dampak terberat pada anak yang akan timbul manakala asupan yodi yodium um kura kurang ng dari dari 25 µg/h µg/hari ari (asu (asupa pan n norm normal al 80-1 80-150 50µg µg/h /hari ari), ), yang yang memburamkan masa depan lebih dari 10% penduduk Indonesia, India dan Cina. Besara Besaran n pengar pengaruh uh GAKY GAKY belum belum terjela terjelaska skan n seluru seluruhny hnya. a. Sebagi Sebagian an besar ahli lebih senang menganalogikan keadaan ini sebagai fenomena gunung es dengan kretin sebagai puncaknya. Kretin hanya menempati bagian seluas 110%, 10%, ganggu gangguan an otak otak 5-30%, 5-30%, sement sementara ara hipoti hipotiroi roidis disme me 30-50% 30-50%.. Ketiga Ketiga gang ganggu guan an ini ini meru merupa paka kan n satu satu kesa kesatu tuan an yang yang dise disebu butt gang gangua uan n akib akibat at kekurangan yodium (GAKY). Mereka yang bermukim di wilayah yang sedikit sekali (bahkan tidak ada ada sama sama seka sekali li)) meng mengan andu dung ng yodi yodium um bere beresi siko ko meng mengala alami mi defis defisien iensi si.. Kehi Kehila lang ngan an yodi yodium um di wila wilaya yah h itu, itu, keba kebany nyak akan an berl berlan angs gsun ung g di daera daerah h pegunungan, mungkin diakibatkan oleh terbawa hanyutnya yodium besama air hujan. Pemukiman disekitar pegunungan Himalaya merupakan contoh yang paling nyata. Namun, daerah yang tebentang di dataran rendahpun bukan tidak mungkin mengalami kekurangan. Air bah yang kerap terjadi, menghanyutkan yodium yang tersimpan dalam tanah. Lembah sungai Gangga di wilayah India, Pakistan, dan Bangladesh merupakan bukti hidup. Yodium yang terkandung pada tanaman yang tumbuh di daerah itu pun terbukti sangat sedikit. Menurut laporan WHA ( World Health Assembly, 1994), sekitar 1800 juta orang didunia didunia beresiko beresiko mengalami mengalami defisiensi defisiensi karena keliru bermukim bermukim dikawasan yang miskin yodium. Dari jumlah tersebut, sektar 656 juta orang telah menampakkan tanda-tanda kekurangan yodium ; 43 juta menderita rusak mental dan 11,2 juta orang tampak jelas sebagai kretin. Di Asia Tenggara kirakira 600 juta orang membangun keluarga di wilayah yang miskin yodium dan mengakibatkan lebih kuang 170 juta orang menderita gondok (WHO regional Office for South-East Asia, 2000).
2
Rendahnya kadar hormon tiroid dalam aliran darah juga menyebabkan penghambatan pertumbuhan serta perkembangan manusia. Pengaruh ini nyata sekali sekali terliha terlihatt pada pada perkem perkemban bangan gan otak otak selama selama pertum pertumbuh buhan an berlan berlangsu gsung ng deng dengan an cepat cepat,, yait yaitu u sema semasa sa jani janin, n, bayi bayi atau atau anak anak keci kecill (bat (batit ita). a). Kret Kretin in merupakan dampak terberat pada anak yang akan timbul manakala asupan yodi yodium um kura kurang ng dari dari 25 µg/h µg/hari ari (asu (asupa pan n norm normal al 80-1 80-150 50µg µg/h /hari ari), ), yang yang memburamkan masa depan lebih dari 10% penduduk Indonesia, India dan Cina. Besara Besaran n pengar pengaruh uh GAKY GAKY belum belum terjela terjelaska skan n seluru seluruhny hnya. a. Sebagi Sebagian an besar ahli lebih senang menganalogikan keadaan ini sebagai fenomena gunung es dengan kretin sebagai puncaknya. Kretin hanya menempati bagian seluas 110%, 10%, ganggu gangguan an otak otak 5-30%, 5-30%, sement sementara ara hipoti hipotiroi roidis disme me 30-50% 30-50%.. Ketiga Ketiga gang ganggu guan an ini ini meru merupa paka kan n satu satu kesa kesatu tuan an yang yang dise disebu butt gang gangua uan n akib akibat at kekurangan yodium (GAKY). Mereka yang bermukim di wilayah yang sedikit sekali (bahkan tidak ada ada sama sama seka sekali li)) meng mengan andu dung ng yodi yodium um bere beresi siko ko meng mengala alami mi defis defisien iensi si.. Kehi Kehila lang ngan an yodi yodium um di wila wilaya yah h itu, itu, keba kebany nyak akan an berl berlan angs gsun ung g di daera daerah h pegunungan, mungkin diakibatkan oleh terbawa hanyutnya yodium besama air hujan. Pemukiman disekitar pegunungan Himalaya merupakan contoh yang paling nyata. Namun, daerah yang tebentang di dataran rendahpun bukan tidak mungkin mengalami kekurangan. Air bah yang kerap terjadi, menghanyutkan yodium yang tersimpan dalam tanah. Lembah sungai Gangga di wilayah India, Pakistan, dan Bangladesh merupakan bukti hidup. Yodium yang terkandung pada tanaman yang tumbuh di daerah itu pun terbukti sangat sedikit. Menurut laporan WHA ( World Health Assembly, 1994), sekitar 1800 juta orang didunia didunia beresiko beresiko mengalami mengalami defisiensi defisiensi karena keliru bermukim bermukim dikawasan yang miskin yodium. Dari jumlah tersebut, sektar 656 juta orang telah menampakkan tanda-tanda kekurangan yodium ; 43 juta menderita rusak mental dan 11,2 juta orang tampak jelas sebagai kretin. Di Asia Tenggara kirakira 600 juta orang membangun keluarga di wilayah yang miskin yodium dan mengakibatkan lebih kuang 170 juta orang menderita gondok (WHO regional Office for South-East Asia, 2000).
2
Kantong Kantong penderita penderita defisiensi yodium sebagian sebagian besar terdapat di Asia. Di Amerika Latin (seperti Argentina, Columbia, Guatemala, dan Brasil) upaya pen penan angu gula lang ngan an
seca secara ra
bes besar-b ar-bea eara ran n
dan
berh erhasil asil..
Nam Namun, un,
angk angkaa
keka kekamb mbuh uhan anny nyaa tern ternya yata ta cuku cukup p ting tinggi gi.. Ting Tinggi giny nyaa angk angkaa ini ini berk berkai aita tan n langsung dengan pergolakan politik dan sosial.
B. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian GAKY
2.
Meng Menget etah ahui ui adan adanya ya Bala Balaii Pene Peneli liti tian an GAKY GAKY di Indo Indone nesi siaa
3.
Mengeta etahui fa faktor-fak -fakttor pe penyebab GA GAKY
4.
Mengeta etahui cara ara pe penanggulangan GAKY
C. Manfaat 1. Bagi Bagi Kese Kesehat hatan an Masya Masyara rakat kat
Manf Manfaa aatt prak prakti tiku kum m GAKY GAKY di Bala Balaii Pene Peneli liti tian an GAKY GAKY bagi bagi Keseha Kesehatan tan Masyar Masyaraka akatt adalah adalah pening peningkat katan an penget pengetahu ahuan an tentan tentang g gizi gizi masyarakat masyarakat terutama terutama di bidang bidang Gangguan Gangguan Akibat Akibat Kekurangan Kekurangan Yodium (GAKY). 2. Bagi agi Maha Mahasi sisw swa a
Manf Manfaa aatt prak prakti tiku kum m GAKY GAKY di Bala Balaii Pene Peneli liti tian an GAKY GAKY bagi bagi mahasi mahasiswa swa adalah adalah pening peningkat katan an penget pengetahu ahuan an dan aplika aplikasi si tentan tentang g gizi gizi masyarakat terutama di bidang GAKY. 3. Bagi Bagi Masya asyara raka katt
Manf Manfaa aatt prak prakti tiku kum m GAKY GAKY di Bala Balaii Pene Peneli liti tian an GAKY GAKY bagi bagi masyarakat adalah peningkatan pengetahuan mengenai GAKY sehingga masyarakat masyarakat mampu mampu menerapkan menerapkan perilaku pencegahan pencegahan dan pengendali pengendalian an GAKY.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3
A.
Pengertian GAKY
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus–menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI, 1996). Makin banyak tingkat kekurangan iodium yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan yang ditimbilkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme (Chan et al , 1988). Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada umumnya masalah ini lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar iodium rendah. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas manusia.
Kelompok masyarakat yang sangat rawan
terhadap masalah dampak defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil; anak balita dan anak usia sekolah (Jalal, 1998).
B.
Faktor-Faktor Penyebab
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain : 1. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman
yang dikonsumsinya
(Djokomoeldjanto,
1994). Hal
ini
dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian (Cina) dimana pemberian
4
iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis,
khususnya
iodinisasi
tirosin
dan
proses
coupling
(Djokomoeldjanto, 1994). 2. Faktor Geografis dan Non Geografis Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai
penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang
merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997). 3. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik Kekurangan iodium merupakan
penyebab utama
terjadinya
gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto,
1974).
Williams
(1974)
dari
hasil
risetnya
mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar
5
menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992). Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun dan umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka). 4. Faktor Zat Gizi Lain Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T 3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T 3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.
C.
Faktor Risiko
Faktor-faktor yang berisiko menyebabkan GAKY, antara lain konsumsi
umbi-umbian
yang
mengandung
zat
goitrogenik,
cara
pengolahan ikan yang dapat menurunkan kadar yodium, serta penggunaan garam yang tidak beryodium atau kurang memenuhi syarat.
D.
Spektrum GAKY Menurut WHO
Tabel spektrum GAKY dikuti dari “Trace elements in human nutrition
and health” , WHO 1996.
Tahap Perkembangan
Bentuk Gangguan
6
Fetus
Neonatus
•
Abortus
•
Stillbirth
•
Kelainan congenital
•
Kenaikan kematian perinatal
•
Kenaikan IMR
•
Kretin neurologi
•
Kretin myxedematosa
•
Defek psikomotor Hipertiroidi
•
•
Gondok neonatal Juvenile hypothyroism
•
Gondok
•
Gangguan fungsi mental
•
Gangguan perkembangan fisik
• •
Kretinisme myxedematosa dasn neurologi Gondok dan segala komplikasinya
•
Hipotiroidi
•
Gangguan fungsi mental
•
Anak & remaja
Dewasa
E.
Pencegahan
Makan makanan yang kaya akan kandungan yodium alami seperti ikan, makanan laut dan ganggang laut dan tanaman yang tumbuh di daerah dengan tanah yang mengandung yodium, garam beryodium dan suplemen yang mengandung yodium. Pemerintah Indonesia merekomendasikan agar semua wanita usia subur (WUS) di daerah yang kekurangan iodium harus menerima suplemen iodium setiap 6 bulan dari puskesmas. Anak-anak dan wanita hamil harus datang ke puskesmas secara rutin untuk memantau pertumbuhan (dan perkembangan). Berbagai cara yang telah ditempuh untuk
menyampaikan
unsur
iodium
ini
pada
penduduk
yang
membutuhkannya, misalnya dalam bentuk pil, dimasukkan dalam coklat untuk anak sekolah, dalam air minum, dimasukkan dalam roti, dan dalam garam beryodium serta suntikan minyak yang mengandung iodium.
7
Di Indonesia digunakan garam beryodium dengan kadar yodium 50 ppm. Dengan demikian jumlah ini sudah mencukupi untuk pengobatan maupun pencegahan. Cara ini merupakan cara terpilih dan menjadi cara pencegahan jangka panjang bagi Indonesia. Meskipun secara teoritis cara ini sangat baik, tetapi dalam pelaksaannya ternyata banyak hambatan, antara lain harga yang agak lebih tinggi, penyebaran yang harus kontinu, letak geografis daerah yang sulit dijangkau, pengetahuan masyarakat tentang jenis garam yang mengandung iodium dan pengetahuan masyarakat tentang kadar iodium yang dibutuhkan dan kandungan iodium dalam garam dapur sehari-hari. Ada beberapa pendapat yang salah dan kenyataan yang berbeda. Pendapat yang salah, misalnya, garam beryodium dapat mengobati GAKY seperti kretin, namun kenyataan GAKY tidak dapat diobati kecuali hanya dicegah. Juga pendapat yang salah, bahwa mengkonsumsi yodium sangat berbahaya,
kenyataannya
mengkonsumsi
yodium,
melalui
garam
beryodium dalam jangka lama tidak berbahaya. Pemecahan masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan satu sendok yodium pada setiap orang yang membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium tidak dapat disimpan oleh tubuh dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga harus berlangsung terus menerus. Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat tanah dan hasil panen serta rumput untuk makanan ternak tidak cukup kandungan yodiumnya untuk dikonsumsi oleh penduduk setempat, maka suplementasi dan fortifikasi yodium yang diberikan terus menerus sangat tinggi angka keberhasilannya. Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium dan suplementasi minyak beryodium. Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium karena biayanya sangat murah, dan teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beryodium, keuntungannya praktis, sebaiknya hanya untuk intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun memerlukan teknologi yang lebih rumit.
8
Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan. Demikian juga perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya juga diberikan tambahan pengetahuan kepada tenaga kesehatan. Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan cara yang terjamin dan mudah penerapannya.
F.
Pengendalian
Program yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium dan suplementasi minyak beryodium. Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium karena biayanya sangat murah, dan teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beryodium, keuntungannya praktis, sebaiknya hanya untuk intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun memerlukan teknologi yang lebih ruwet. Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi,
untuk
menemukan
cara
yang
terjamin
dan
mudah
penerapannya. GAKY yang terlihat di masyarakat atau populasi, hanya sebagai puncak gunung es. Di daerah endemik, terlihat dari bagian puncak gunung es tersebut adalah gondok, namun efek dari kekurangan yodium yang utama yaitu kerusakan otak merupakan komponen yang tersembunyi dan tidak terlihat dalam tragedi ini.
BAB III METODE PELAKSANAAN
9
A.
Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2009 di Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan, Balai Penelitian Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (BP GAKI), Jalan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. B.
Cara Pengambilan Data
Metode pengambilan data dalam penelitian observasional ini adalah melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan responden dan bedasarkan hasil rekam medis. C.
Analisis Data
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa hasil rekam medis dan wawancara mendalam (indepth interview ). Kemudian data dianalisis dan direduksi dengan membandingkan dan menyesuaikannya dengan berbagai literatur.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Hasil
10
Berdasarkan wawancara mendalam dengan yang telah dilakukan diperoleh informasi tentang identitas responden yang diperoleh dari penuturan ibu responden yang bernama Istikomah, nama responden adalah Muhammad Abdul Fatah (Fatah), usia 3,5 tahun, lahir pada tanggal 28 Nopember 2006 di Desa Tempuran Kabupaten Magelang. Tinggi badan sekarang 83 cm dan berat badan 11 kg. Responden merupakan anak bungsu dari empat orang anggota keluarga. Dengan ayah yang bernama Budiyono (40 tahun) seorang buruh pabrik, ibu yang bernama Istikomah (34 tahun), seorang ibu rumah tangga, dan kakak perempuan yang bernama Nurul (12 tahun), siswi SMP. Pendidikan terakhir ayah SMA, sedangkan pendidikan terakhir ibu SMP. Penghasilan ayah tiap bulan kurang lebih Rp 800.000,00 dan pengeluaran total Rp 600.000,00 terdiri dari pengeluaran pangan Rp 400.000,00 dan pengeluaran non pangan sebesar Rp 200.000,00. a. Palpasi Hasil palpasi: 1.
Responden masuk dalam derajat ( grade) O
2.
Tanda fisik yang tampak yaitu tidaknya pembesaran kelenjar gondok (normal).
b. Tes Urin Responden belum pernah melakukan tes urin. c. Tes Darah Responden belum pernah melakukan tes darah. d. Status Kesehatan Responden
menderita
keterlambatan
perkembangan
fisik
berupa
keterlambatan dalam berdiri dan berjalan.
e. Riwayat Keluarga 1.
Ada anggota keluarga lain yang mengalami gejala GAKY,
yaitu sepupu perempuan dari keluarga ibu.
11
2.
Tidak ada anggota keluga yang mengalami kematian saat
dilahirkan. 3.
Tidak ada anggota keluraga yang mengalami cacat bawaan.
4.
Ada anggota keluarga yang pernah mengalami keguguran
saat kehamilan, yaitu saudara perempuan ibu. 5.
Tidak
ada
anggota
keluarga
yang
mengalami
keterbelakangan mental. 6.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kretin.
f. Pengetahuan tentang GAKY 1.
Ibu responden tidak tahu mengenai istilah GAKY.
2.
Ibu responden mengetahui tanda-tanda GAKY.
3.
Ibu responden mengetahui penyebab GAKY.
4.
Sebelum mengetahui Fatah terkena GAKY keluarga
responden tidak menggunakan garam yang beryodium. Kemudian, setelah Fatah mendapatkan pengobatan di BP GAKY keluarga responden mulai memakai garam beryodium. 5.
Ibu responden mengetahui manfaat penggunaan garam
beryodium. Namun ibu responden mengabaikan informasi yang didapatkannya karena menganggap hal tersebut tidak penting dan tidak akan berdampak pada dirinya sendiri dan keluarganya. 6.
Ibu responden tidak mengetahui ukuran penambahan
iodium dalam garam. 7.
Setelah Fatah mendapatkan pengobatan di BP GAKY ibu
responden baru mengetahui cara menyimpan garam dengan baik, yaitu menyimpan garam dalam keadaan tertutup. 8.
Ibu responden tidak mengetahui arti dan makna dari zat
goitrogenik. 9.
Ibu responden tidak mengetahui bahan makanan apa saja
yang mengandung zat goitrogenik. 10.
Ibu responden tidak mengetahui penanganan yang tepat
untuk mengatasi GAKY. B.
Pembahasan
12
B.1. GAKY di Indonesia dan Penanggulangannya
Kekurangan iodium biasa disebut dengan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) atau IDD ( Iodine Deficiency Disorder ), yaitu kumpulan gejala klinis sebagai dampak dari kekurangan iodium. Dulu hal ini banyak diderita pada penduduk di daerah dataran tinggi, namun kini juga ditemui di dataran rendah, pantai, kota besar, negara maju dan daerah yang semula dianggap bukan daerah endemik. Hasil pemetaan GAKY Nasional tahun 1998 adalah 9,8%, yaitu 42 juta tinggal di daerah endemik, 10 juta menderita gondok; 75.000 menderita kretin; 3,5 juta menderita GAKY lainnya. Tiap tahun lahir 9.000 anak kretin baru. Hasil survey nasional tahun 2003 di Jateng, dari 35 kabupaten, 15 endemik. Tahun 2004, 15 kabupaen eks endemik, 8 endemik. 1 endemik berat (44,82%) adalah Temanggung, 1 endemik sedang (24,93%) adalah Wonosobo, 6 endemik ringan dan 7 kabupaten non-endemik. Kabupaten Magelang adalah daerah yang mempunyai kasus gangguan akibat kekurangan yodium tertinggi di Indonesia. Sehingga didirikan Balai Penelitian GAKY (BP GAKY) di Magelang di bawah naungan pemerintah sebagai pusat penelitian, pencegahan dan pengendalian GAKY di Indonesia. Desa Sengi adalah desa di kabupaten Magelang yang mempunyai kasus GAKY tertinggi. Program penanggulangan GAKY berskala nasional yang selam ini ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Program jangka pendek Program yang dilakukan yaitu distribusi kapsul yodiol dengan sasaran kelompok rawan di daerah endemik sedang dan berat. 2. Program jangka panjang Program jangka panjang yang digunakan adalah: a.Yodisasi garam b.
Promosi Penganeka ragaman pangan dan menu gizi
seimbang c.Penurunan konsumsi pangan gaitrogenic
13
Kelemahan program berskala nasional: 1.
Program direncanakan berdasarkan survey yang menggunakan
indikator tunggal (TGR). 2.
Data nasional tidak dapat digunakan untuk perencanaan di tingkat
Kabupaten/Kota. 3.
Pola
pendekatan
blanket
approached /
tidak
manusiawi
membiarkan saja penderita GAKY. 4.
Tidak efektif menurunkan prevalensi TGR pada tingkat endemik
ringan.
Program penanggulangan GAKY era otonomi adalah promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Program-program tersebut meliputi: 1.
Iodisasi garam: garam mengandung 30 – 80 ppm Iodium.
2.
Suplementasi kapsul Iodium: 200 mg Iodium/Cps pada target
sasaran tertentu di daerah endemik berat dan sedang. 3.
KIE tentang dampak GAKY terhadap SDM, pentingnya garam
beryodium, peran masyarakat dalam program penanggulangan GAKY (law inforcement and social enforcement ). 4.
Survailan GAKY, yaitu pemantauan berkala, deteksi dini dan
intervensi menggunakan indikator garam beryodium, UIE kelompok rawan, gondok kelompok rawan, TSH neonatal (NHI). 5.
Pencapaian delapan dari 10 indikator program penanggulangan
GAKY lanjutan.
10 indikator
program penanggulangan GAKY
berkelanjutan: 1.
Ada tim GAKY yang efektif tingkat kabupaten. a)
Beranggota lintas sector terkait dengan kesra-GAKY.
b)
Ada pembagian tugas yang jelas
c)
Ada jadwal pertemuan minimal 2 kali pertahun
d)
Ada notulen pertemuan dan hasil-hasil keputusan yang
meningkatkan kinerja program. e)
Laporan hasil kegiatan masing-masing anggota
atau
kelompok.
14
2.
Bukti komitmen politis terhadap USI dan program. Penanggulangan GAKY: a. Ada alokasi dana setiap tahun untuk kegiatan terkait dengan PP. GAKY b. Dipertanyakan dalam setiap pertemuan berkala membahas tentang program pembangunan. c. Ada kegiatan yang terencana setiap tahun. d. Ada
laporan
pertanggungjawaban
pelaksanaan
pemberitahuan dari eksekkutif ke legislative setiap tahun 3.
Ditunjuk
eksekutif
yang
bertanggungjawab
terhadap
program penanggulangan GAKY. a. Orang yang berwibawa. b. Konsentrasi dengan kesejahteraan masyarakat. c. Cukup dikenal masyarakat. d. Mau dan mampu menjadi koordinator kegiatan lintas sektoral. 4.
Perda tentang garam beryodium. a. Mengatur tentang peredaran garam beryodium. b. Tersedia sana untuk pelaksanaan Perda. c. Dasar sanksi hokum pelanggaran Perda.
5.
Pelaksanaan surveilans GAKY dengan data laboratorium
tentang garam dan UIE. Pemantauan berkala, deteksi dini dan intervensi terhadap status GAKY masyarakat terutama menggunakan indicator garam dan UIE. 6.
Program penyuluhan masal, dan mobilisasi social tentang
bahaya GAKY dan perlunya mengkonsumsi garam beryodium. Terjadwal secara berkala sesuai dengan kebutuhan daerah endemic sedang dan berat minimum sekali setahun. Kerahkan segala kemampuan untuk memudahkan penyampaian pesan. 7.
Data berkala
tentang
garam
dari tingkat
produsen,
perdagangan dan rumah tangga. Hasil pemantauan minimum satu
15
kali/6 bulan, disajikan mulai dari cakupan kepala desa, Kecamatan hingga Kabupaten. 8.
Data berkala tentang UIE kelompok rawan dengan
sampling representative untuk daerah beresiko tinggi. Minimum 1 kali/2 tahun dari 300 bumil dalam Kecamatan TGR tertinggi. 9.
Kerjasama dengan produsen garam beryodium untuk
menjaga kualitas. Incognito selalu berkunjung ke produsen untuk mengecek kualitas garam. Pendekatan mulai dari persuasive hingga sanksi bila melanggar Perda. 10.
Ada database dari pemantauan berkala tentang garam
beryodium, UIE, jika TSH Neonatal yang selalu diumumkan pada masyarakat. Record tentang hasil surveilans dari waktu ke waktu minimal tahunan. Untuk menilai kemajuan program dengan membandingkan antar wilayah Kecamatan. Penghargaan bagi kecamatan yang berhasil mengiurangi angka penderita GAKY.
KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)
Yaitu
peningkatan
pengetahuan
seluruh
masyarakat
(blanket
approached ) melalui advokasi, penyuluhan, kampanye dan pendidikan tentang: 1.
Dampak GAKY terhadap kualitas SDM.
2.
Pentingnya mengkonsumsi garam beryodium.
3.
Hak memperoleh kapsul bagi kelompok rawan di daerah endemik
sedang dan berat. 4.
Perlunya tindakan dini bagi penderita GAKY.
5.
Peran masyarakat dalam program penanggualangan GAKY.
6.
Penganeka ragaman pangan.
Strateginya KIE untuk penaggulangan GAKY berupa: 1.
Pembentukan team GAKY tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan
Desa. 2.
Advokasi, penyuluhan dan mobilisasi sosial.
16
3.
Menggunakan media sebanyak mungkin.
4.
Memasuki ke semua jalur pemasaran sosial
5.
Penerapan sangsi bagi pelanggar PERDA.
6.
Pemenuhan persediaan garam beriodium dan kapsul dalam jumlah
yang cukup. 7.
Pemantauan berkala pencapaian program.
Suveilans GAKY
Kegiatan pemantauan berkala secara berkesinambunagn terhadap beberapa indikator GAKY untuk dapat melakukan deteksi dini adanya masalah yang mungkin timbul agar dapat dilakukan tindakan/intervensi sehingga keadaan yang lebih buruk dapat dicegah. Kegunaan surveilans dalam penanggulangan GAKY yaitu: 1.
Mengetahui luas dan beratnya masalah pada situasi terakhir.
2.
Mengetahui daerah yang harus mendapat prioritas.
3.
Memperkirakan kebutuhan sumberdaya yang diperlukan untuk
intervensi. 4.
Mengetahui target sasaran yang paling tepat.
5.
Mengevaluasi keberhasilan program.
Iodisasi garam
Iodisasi garam merupakan program universal (dilakukan di semua negara di dunia yang mempunyai masalah GAKY. Cakupan dalam program ini yaitu: 1.
Pengguaan garam beryodium untuk semua umur.
2.
Fortifikasi garam dengan KIO3.
3.
Semua garam konsumsi harus mengandung iodium minimal 30
ppm Kalium yodat (= 15 ppm iodium) SNI 01-3556.2-1994/Rev2000. Dikuatkan dengan PP Nomor 15 Tahun 1991, SK Menteri Perindustrian Nomor 29/M/SK/2/1995.
17
Strategi program ini adalah mandatory program, yaitu menjamin penyediaan garam beryodium untuk semua penduduk di semua lapisan masyarakat;
kerjasama
dengan
produsen
atau
memproduksi
garam
beryodium. Langkah-langkah yang harus dijalankan dalam pelaksanaan program ini: 1.
KIE: Advokasi, penyuluhan massal, mobilisasi sosial.
2.
Regulasi: Peraturan Daerah, penerapan sangsi hukum.
3.
Pemantauan berkala pada tingkat produsen, perdagangan dan konsumen.
Kapsul minyak beriodium
Yaitu program jangka pendek untuk mempercepat perbaikan status iodium masyarakat khususnya daerah endemik sedang dan berat pada kelompok rawan. Khususnya ketika coverage garam beryodium belum mencapai 0%. Diberikan sekali atau 2 kali setahun. Ketentuan pemberian kapsul minyak beryodium menurut umur dan jenis kelaminnya adalah sebagai berikut:
Kelompok Umur
Bayi < 1 tahun Anak balita 1-5 tahun Wanita 6-35 tahun Wanita hamil Wanita menyusui Pria 6-20 tahun
Dosis Pemberian/tahun 100 mg ½ 200 mg 1 400 mg 1 200 mg 1 200 mg 1 400 mg 2
Kapsul
Strategi program pemberian kapsul minyak beryoduim yaitu: •
Penyediaan kapsul.
•
KIE, advokasi; Penyuluhan, Pelatihan Petugas Kesehatan.
•
Libatkan komponen masyarakat dan potensial menjangkau kelompok sasaran.
•
Pemantauan pencapaian target.
18
B.2. Balai Penelitian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (BP GAKY)
BP GAKY merupakan pusat penelitian, pencegahan dan pengendalian GAKY di Indonesia yang berada di bawah naungan pemerintah yang terletak di Kabupaten Magelang. Balai ini didirikan sebagai salah satu upaya penanggulangan GAKY di Indonesia karena GAKY sudah seperti fenomena gunung es. Kabupaten Magelang adalah daerah yang mempunyai kasus gangguan akibat kekurangan yodium tertinggi di Indonesia. Sehingga didirikan Balai Penelitian GAKY (BP GAKY) di Magelang. Pengendalian yang dilakukan di BP GAKY berupa pemeriksaan laboratorium (urine dan darah), pemeriksaan palpasi, penyinaran dengan sinar laser, penyinaran dengan infra merah, pemberian fasilitas bermain dan belajar untuk batita, balita dan anak-anak untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan mereka. Penyinaran dengan sinar laser dilakukan pada batita, balita, dan anak-anak yang mengalami keterlambatan pertumbuhan, gangguan saraf dan pergerakan akibat kekurangan yodium. Penyinaran ini bersifat akupuntur yang berfungsi untuk merangsang saraf, sehingga dengan penyinaran dengan sinar laser secara terus-menerus dalam waktu berkala dapat meningkatkan pertumbuhan dan pergerakan serta mengurangi gangguan saraf pada anak. Penyinaran dengan sinar laser dilakukan 2 kali seminggu, maksimal 5 paket, dimana dalam satu paket terdapat 12 kali penyinaran.
Gambar 4.1. Batita yang sedang disinari laser
19
Gambar 4.2. Sinar infra merah
Gambar 4.3. Balita yang sedang disinari infra merah
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan urine dan analisanya yaitu: •
Sampling random 300 orang kelompok paling rawan (ibu hamil) untuk diambil yrine sesaat.
•
Frekuensi 1x/1-2 tahun.
•
Kirim ke laboratorium dengan prosedur baku kirim 10% untul pemeriksaan duplo di lab-terakreditasi/rujukan.
•
Hasil diurutkan dari terendah hingga tertinggi.
•
Tentukan nilai median.
20
Kriteria Epidemiologi untuk menilai status Iodium berdasarkan median konsentrasi Iodium dalam urin pada kelompok rawan: Median UIE <20 20-49 50-99 100-199 200-299
Asupan Iodium Kurang Kurang Kurang Cukup Lebih
Status Gizi Iodium Kurang Iodium berat Kurang Iodium sedang Kurang Iodium ringan Optimum Resiko IIH dalam 5-10 tahun
program pada kelompok umur >300
Sangat berlebihan
tertentu. Berisiko trhadap kesehatan lebih luas IIH, autoimun, penyakit thyroid, dll
Cara palpasi pada GAKY yaitu sebagai berikut: Cara A, dari depan
Palpator bersiap duduk/berdiri setinggi rata-rata calon subyek dan
•
membelakangi sumber cahaya. •
Subyek berdiri tepat di depan palpator menghadap sumber cahaya.
•
Jarak 1m pandang dengan teliti leher subyek, apabila terjadi
pembengkakan kelenjar thyroid. Subyek diminta mendongak penuh dan menelan ludah(amati ada
•
tidaknya pembesaran yang bergerak kiri-kanan trakea, kemudian tandai). Lakukan palpasi menggunakan dua ibu jari kiri dan kanan trakea
•
dari bawah ke atas. Tandai jika ada pembesaran teraba (cocokkan dengan ibu jari kiri subyek).
Cara B, dari belakang
Palpasi dilakukan dengan ketiga jari tengah, kiri dan kanan trakea ditandai jika ada pembesaran kelenjar gondok lebih dari ibu jari tangan kiri subyek.
Tabel Klasifikasi Gondok
21
Tidak teraba dan tidak terlihat Kelenjar tiroi teraba lebih besar
Klasifikasi
Klasifikasi Grade yang
Grade 1990 0 1A
disederhanakan 2001 tak teraba dan tak terlihat. teraba tapi tak nampak pada
daripada ujung ibu jari kiri
leher posisi normal, thyroid
(teraba tapi tidak tampak pada
tidak
leher posisi normal) Tampak membesar ketika leher
noduler.
nampak
membesar,
1B
mendongak penuh (tidak pda posisi normal) Tampak (membesar) pada leher
2
dalam posisi normal
2
ketika
nyata,
menelan
leher
dalam
nampak posisi
normal. Tampak dan membesar
3
Kriteria Epidemiology untuk menilai tingkat endeminitas berdasarkan pervalensi gondok anak sekolah: Endemik Tidak Total Goiter 0,0 - 4,9%
Ringan 5,0 – 19,9%
Sedang 20,0 – 29,9%
Berat > 30%
Rate (TGR) Di BP GAKY terdapat banyak pasien baik batita, balita, anak maupun dewasa yang berasal dari berbagai daerah. Salah satu pasien di BP GAKY adalah Muhammad Abdul Fatah (Fatah), usia 3,5 tahun yang berasal dari Desa Tempuran Kabupaten Magelang. Pada awal pemeriksaan, usia Fatah 2,5 tahun, dengan berat badan 10,1 kg, tinggi badannya 83 cm, lingkar dadanya 51 cm, lingkar kepalanya 48,5 cm, tinggi duduknya 42 cm.
22
Gambar 4.4. Fatah, salah satu pasien BP GAKY (responden)
Hasil pemeriksaan oleh petugas kesehatan di BP GAKY menunjukkan bahwa: 1.
Berat badan terhadap umur baik
2.
Tinggi badan terhadap umur normal
3.
Berat badan terhadap tinggi badannya normal
4.
Tidak terdapat kecacatan fisik
5.
Terdapat hambatan motorik berupa belum mampu untuk berdiridan merangkak.
6.
Tidak terdapat hambatan fungsional kognitif.
Menurut rekam medis yang ada di BP GAKY yaitu: 1.
Riwayat ibu responden saat usia subur (sebelum hamil) -
Berat badan sebelum hamil 52 kg
-
Tidak pernah sakit parah
-
Tidak mengalami gondok/hipertiroid
-
Menderita anemia berupa capai/lemas, dan kepala pusing.
-
Tidak ada keluhan gejala sakit sebelum hamil.
-
Anak yang lain dari ibu responden tidak ada yang menderita gondok.
-
Keluarga ibu responden tidak ada yang menderita gondok.
23
-
Kontrasepsi yang digunakan ibu adalah pil selama 3 tahun.
-
Merencanakan ingin mempunyai bayi segera.
-
Tidak ada peristiwa yang mengganggu psikologis ibu (membuat ibu tidak tenang) sebelum ibu hamil.
2.
Riwayat kehamilan -
Berat badan ibu ketika hamil trimester tiga (sebelum melahirkan) adalah 64 kg.
-
Ibu tidak pernah dinyatakan menderita infeksi berat selama hamil.
-
Ibu bukan penderita gondok/hipertiroid/
-
Ibu mengalami anemia berupa capai/lemas.
-
Keluhan rasa sakit yang dirasakan selama kehamilan adalah kaki bengkak pada timester tiga.
-
Obat-obatan yang dikonsumsi saat hamil adalah obat penambah darah dari dokter.
-
Tidak ada jamu-jamuan yang sering diminun selama hamil.
-
Kehamilan responden adalah kehamilan yang dikehendaki.
-
Tidak
ada
hal-hal
yang
mengganggu
psikologis
(kurang
menyenangkan) selama hamil. -
Tidak mengalami kecelakaan.
-
Saat kehamilan, ibu memeriksakan kehamilan selama 6 kali di Puskesmas.
3.
Riwayat responden Pemeriksaan responden menggunakan sinar laser dan infra merah. Hasilnya adalah sebagai berikut: Paket pemeriksaan Paket I
Kemampuan responden Belum bisa berdiri.
Paket II Paket III
Baru mulai merangkak. Belum bisa berdiri sendiri. bisa berdiri • Belum sendiri. Bisa pegangan
Paket pemeriksaan
Kemampuan responden
24
Paket IV
Belum bisa berdiri. Bisa pegangan. Bisa berjalan merambat. Belum bisa berdiri.
Paket V
Bisa berjalan merambat. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu responden dan rekam medis yang didapat, dapat disimpulkan bahwa responden mengalami gangguan akibat kekurangan yodium berupa gangguan saraf motorik. Pada anak yang normal, usia 2,5 tahun, anak sudah bisa berjalan dan merangkak. Namun pada usia 2,5 tahun responden belum bisa berdiri. Gangguan motorik tersebut sudah disampaikan oleh petugas medis saat ibu responden melahirkan responden. Penyebab gangguan motorik pada responden adalah karena kurangnya konsumsi yodium sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan. Hal tersebut sesuai dengan landasan teori bahwa fungsi yodium adalah mengatur fungsi syaraf dan jaringan otot, memperkuat otot-otot rangka, mengatur peredaran darah dan mencapai pertumbuhan yang normal dan pematangan tulang. Sehingga gangguan akibat kekurangan yodium tidak hanya gondok atau kretin saja, namun adanya gangguan saraf motorik seperti yang terjadi pada responden juga merupakan dampak dari kekurangan yodium. Kekurangan yodium pada responden dipengaruhi oleh faktor geografis.
Tempat
tinggal
keluarga
responden
terletak
di
daerah
pegunungan. Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. Daerah pegunungan merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti
daerah tersebut akan
mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).
25
Faktor lain yang ikut berperan dalam GAKY pada responden adalah dikonsumsinya bahan-bahan goiterogenik pada keluarga responden hampir setiap harinya, seperti ubi jalar, ubi kayu, kubis/kol, sawi, lobak, buncis, rebung, kacang tanah, sorgum, jagung dan daun singkong. Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992). Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun dan umbi singkong, gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung); kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro); kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka). Penaggulangan gangguan yang dialami oleh responden adalah penyinaran dengan sinar laser dan infra merah. Penyinaran tersebut terbukti bisa merangsang saraf sehingga terdapat perkembangan saraf motorik pada responden. Hali ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan responden di BP GAKY. Pada awal pemeriksaan, responden belum bisa berdiri dan merangkak (penyinaran paket I). Namun pada paket III responden mampu untuk berpegangan pada alat bantu yang tersedia di BP GAKY. Kemudian pada paket ke IV, responden mampu untuk berjalan merambat pada alat bantu.
26
Gambar 4.5. Alat bantu untuk pegangan, berdiri, dan berjalan merambat
Gambar 4.6. Balita yang sedang latihan berpegangan, berdiri dan berjalan merambat dengan alat bantu
Gambar 4.7. Balita yang sedang latihan berdiri dan berjalan dengan alat bantu BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
27
A.
Kesimpulan
1.
GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) atau IDD ( Iodine
Deficiency Disorder ), yaitu kumpulan gejala klinis sebagai dampak dari kekurangan iodium. 2.
Balai Penelitian GAKY (BP GAKY) merupakan pusat penelitian,
pencegahan dan pengendalian GAKY di Indonesia yang berada di bawah naungan pemerintah yang terletak di Kabupaten Magelang. 3.
Faktor-faktor penyebab GAKY antara lain, faktor defisiensi iodium
dan iodium excess, faktor geografis dan non geografis, faktor bahan pangan goiterogenik, dan faktor zat gizi lain seperti defisiensi protein. 4.
Program penanggulangan GAKY era otonomi adalah promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang meliputi: a. Iodisasi garam: garam mengandung 30 – 80 ppm Iodium. b. Suplementasi kapsul Iodium: 200 mg Iodium/Cps pada target sasaran tertentu di daerah endemik berat dan sedang. c. KIE tentang dampak GAKY terhadap SDM, pentingnya garam beryodium, peran masyarakat dalam program penanggulangan GAKY (law inforcement and social enforcement ). d. Survailan GAKY, yaitu pemantauan berkala, deteksi dini dan intervensi menggunakan indikator garam beryodium, UIE kelompok rawan, gondok kelompok rawan, TSH neonatal (NHI). e. Pencapaian delapan dari 10 indikator program penanggulangan GAKY lanjutan.
B.
Saran
28
1.
Melakukan fortifikasi yodium pada berbagai jenis bahan makanan yang di konsumsi oleh penduduk yang tinggal di daerah endemik pada garam, gandum, minyak, mie instan, dan lain-lain.
2.
Melakukan
pemupukan
yodium
penyuluhan
kepada
di
lahan
pertanian di daerah endemik. 3.
Melakukan
masyarakat
tentang pentingnya penggunaan garam yodium kehidupan sehari-hari di daerah endemik.
29
DAFTAR REFERENSI
Anonim. 2002. Magelang yang Masih Terus Kekurangan Yodium. http://www.depkes.go.id/index.php? option=news&task=viewarticle&sid=1238&Itemid=2. Diakses pada tanggal 9 Juni 2009. . 2006. Sosialisasi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi? newsid1140058884,13920. Diakses pada tanggal 9 Juni 2009. . 2008. Penyakit Akibat Kekurangan Yodium. http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/458-penyakit-akibatkekurangan-yodium. Diakses pada tanggal 9 Juni 2009. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Penentuan Kadar Spesi Iodium dalam Garam Beriodium dan Makanan dengan Metode HPLC Pasangan Ion. http://74.125.153.132/search? q=cache:1SCHiWzQ2ksJ:perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoP OM/0306.pdf+PENENTUAN+KADAR+SPESI+IODIUM+DALAM+G ARAM+BERIODIUM+DAN+MAKANAN+DENGAN+METODE+HP LC+PASANGAN+ION&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=idhttp://www.speec h-therapy.co.cc/2009/03/gaky-penyakit-penyebab-retardasi-mental.html. Diakses pada tanggal 9 Juni 2009. Siagian, A. 2003. Pendekatan Fortifikasi Pangan untuk Mengatasi Masalah Kekurangan Zat Gizimikro. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmalbiner5.pdf . Diakses pada tanggal 9 Juni 2009. Brody, T. 1999. Nutritional Biochemistry. Second Edition. Academic Press. University of California at Berkeley, California. Chan, M., Javalera, and A. Rayes. 1988. A Discriptive Study abouth The General Preceptions and Behavior Related to Goiter of Females Fifteen Years old and above in Three Barangays of Ternate, Govite, Philipina . College of Public Health, University oh Philipina. Manila. DepKes RI. 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium . Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. DitJen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Kapsul Minyak Beriodium. DirJen Pembinaan Gizi Masyarakat. DepKes Jakarta.
30
Djokomoeldjanto, R. 1993. Hipotiroidi di Daerah Defisiensi Iodium . Kumpulan Naskah Simposium GAKI. Hal. 35-46. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ganong, W.F. 1989. Review of medical Physiology , 14th Ed. A Lange Medical Book. Prentice Hall International Inc. Gibson, R.S. 1990. Principles of Nutritional Assessment . Oxford University Press. Oxford. Harper, L.J., Deaton and J.A. Driskel. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian (Penerjemah : Soehardjo). UI Press, Jakarta. Hetzel, B.S. 1989. An Overview of the Prevention and Control of Iodine Deficiency Disorder ; in Hetzel, J.T. Dunn and J.B. Stanbury (ed) Hal. 7-29. Elvsevier Science Plubbisher. New York. Jalal, F. 1998. Agenda Perumusan Program Gizi Repelita VII untuk Mendukung Manusia yang Pengembangan Sumberdaya Berkualitas . Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta. Kodyat, B. 1996. Nutritional in Indonesia : Problems, Trends, Strategy and Program Directorate of community Nutrition, Departemen Health, Jakarta. Muchtadi.
dkk. 1992. Masalah-Masalah Fortifikasi Penanggulangan GAKI . PAU. IPB. Bogor.
Iodium
dalam
Muhilal, Jalal dan Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi Rata – Rata yang Dianjurkan. Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional VI. LIPI. Jakarta. Nurlaila,A., R. Syukur, J. Genisa dan L. Mathius. 1997. Studi Pengembangan Menu Makanan Rakyat Kaya Iodium dengan Subtitusi Rumput Laut dan Analisa Daya Terima . Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Sauberlich, H.E. 1999. Assessment of Nutritional Status. Second Edition. CRC Press. Boca Raton London New York Washington, DC. Soehardjo. 1990. Petunjuk Laboratorium Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat . PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Thaha, A.R. 1996. Pemetaan GAKI di Propinsi Maluku . Kerjasama FKM Unhas dengan Kanwil DepKes Propinsi Maluku. WHO. 1994. Indicator for Assesing Iodine Deficiency Disorder and Their Control Through Salt Iodization . Geneva.
31