BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang semakin maju berbagai permasalahan banyak yang muncul. Di sinilah guru sebagai ujung tombak pendidikan. Strategi pembelajaran seperti apa yang harus dilakukan guru. Bagaimana mengembangkan pembelajaran Matematika di sekolah dasar yang benar - benar mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal sesuai dengan yang diharapkan. Mampukah guru mewujudkan pelajaran matematika sebagai pelajaran yang tidak menakutkan tetapi menyenangkan bagi siswa. Guru memerlukan sarana dan prasarana yang konkrit bagaimana sebaiknya mengelola kegiatan belajar mengajar Matematika agar bermakna. Belajar akan lebih bermakna jika siswa "Mengalami" apa yang dipelajari, bukan "Mengetahui" apa yang dipelajari.Telah terbukti pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi berhasil berkompetesi "Mengingat" jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan memecahkan persoalan dalam jangka panjang. panjang. Proses belajar yang monoton dan tidak menarik akan berpengaruh pada proses hasil pelajaran matematika. Siswa merasa bosan mendengarkan penjelasan guru sehingga proses pembelajaran tidak berhasil. Hasil ulangan harian matematika tentang mengalikan berbagai pecahan di kelas V semester 1 SD Negeri Bukit Selamat Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun Pelajaran 2011/2012 2011/2012 yang mendapat mendapat nilai 75-100 ada 13 siswa atau 33 % dari 40
siswa. Melihat hal tersebut jelas bahwa proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh peran siswa serta keaktifan siswa sangat mendukung keberhasilan keberhasilan hasil belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa masih jauh dengan harapan guru. Tindak lanjut dilakukan oleh guru untuk menggugah menggugah keaktifan siswa dengan jalan memperbaiki proses belajar mengajar yang efektif, efektif , efisien dan menyenangkan. menyenangkan. Berdasarkan fakta di atas muncul suatu gagasan untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas. 1. Identifikasi masalah
Dari hasil pengamatan terhadap hasil tes formatif dan hasil refleksi diri dalam pembelajaran Matematika tersebut, peneliti berdiskusi dengan teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dalam proses pembelajaran yang peneliti laksanakan Setelah mengadakan refleksi ditemukan beberapa hal yang mungkin menjadi masalah: a.
Siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran.
b.
Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan.
c.
Siswa tidak aktif dalam diskusi kelompok.
d.
Siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran matematika.
e.
Siswa kurang berlatih soal-soal.
2. Analisis Masalah
Hasil diskusi antara peneliti dan teman sejawat disimpulkan bahwa faktor penyebab siswa kurang menguasai materi pelajaran Matematika tentang sifat-sifat bangun datar adalah:
2
a.
Penjelasan guru terlalu cepat, kurang konkret, tidak menarik karena hanya meggunakan metode ceramah.
b.
Kurang memberikan latihan soal - soal kepada siswa.
c.
Guru tidak menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi pelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan analisis masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dan penggunaan alat peraga model bangun datar dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar di kelas V semester I SD Negeri Bukit Selamat Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun Pelajaran 2011/2012?” 2011/2012 ?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan Penelitian yang akan dicapai adalah : 1. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga model bangun datar pada materi sifat-sifat bangun datar di kelas V SD Negeri Bukit Selamat Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dalam pembelajaran matematika pada materi sifat-sifat bangun
3
datar di kelas V SD Negeri Bukit Selamat Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun Pelajaran 2011/2012. 3. Mendeskripsikan dampak penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dan penggunaan alat peraga model bangun datar dalam pembelajaran matematika pada materi sifat-sifat bangun datar di kelas V SD Negeri Bukit Selamat Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun Pelajaran 2011/2012 terhadap hasil belajar siswa. Laporan ini dibuat berdasarkan catatan perbaikan pembelajaran, observasi, dan diskusi dengan teman sejawat dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dua siklus. Laporan ini memuat pendahuluan, penelitian, dan pembahasan pembahasan serta kesimpulan dan saran tindak lanjut.
D. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian sangatlah besar manfaatnya bagi guru, siswa dan sekolah pada umumnya. Manfaat Penelitian tindakan kelas bagi; 1. Siswa a. Siswa dapat meningkatkan ketrampilan dalam menyelesaikan soal-soal tentang sifat bangun datar dalam pelajaran matematika. b. Siswa
dapat
menghilangkan
image
tentang
sulitnya
matematika c. Siswa akan lebih termotivasi belajar matermatika. 2. Guru a.
Guru dapat lebih cepat mengetahui kesulitan belajar siswa
4
belajar
b.
Menambah kreativitas guru untuk menerapkan pembelajaran yang bervariasi
c.
Menambah wawasan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai model pembelajaran bagi siswa
3. Sekolah Memberi sumbangan penukaran sebagai peningkatan proses pembelajaran dan kunjungan guru, sehingga prestasi siswa meningkat dan kualitas sekolah semakin baik.
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu usaha yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, mengkonkretkan obyek matematika yang abstrak menjadi mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, sajian matematika sekolah tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, t etapi dapat juga digunakan pola pikir induktif. Tekanan pembelajaran matematika adalah sumber sense yang tidak hanya bermakna mengenal dan trampil melakukan operasi pada bilangan, tetapi lebih dari antara lain dapat memanfaatkan pengetahuan tentang bilangan untuk berbagai bidang lain tanpa melakukan operasi hitung (Depdikbud, 1995:1). 2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang. Melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdikbud, 1993:96).
6
Merujuk dari pengertian di atas bahwa tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar tersebut memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta ketrampilan dalam penerapan matematika. 3. Strategi Pembelajaran Matematika
Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu (KBBI, 2002:1092). Adapun strategi pembelajaran matematika yaitu mengaktifkan siswa untuk belajar. Pada dasarnya strategi pembelajaran matematika bertumpu pada dua hal berikut ini: a. Optimalisasi interaksi antar semua elemen pembelajaran termasuk di dalamnya guru, siswa dan media. b. Optimalisasi keikutsertaan seluruh sense siswa yang meliputi panca indra, nalar, rasa dan karsa (Depdikbud, 1995:2). 4. Fungsi Pembelajaran Matematika
Fungsi berarti kegunaan suatu hal (KBBI, 2002:322). Fungsi pembelajaran matematika adalah: a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol. b. Mengembangkan
ketajaman
penalaran
yang
dapat
membantu
memperjelas dan menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari.
7
c. Mengembangkan
pengenalan,
memahami
serta
mahir
dalam
menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktik kehidupan sehari-hari (Depdikbud, 1993:93).
5. Teori-teori Belajar Matematika
Teori artinya pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan didukung oleh data dan argumentasi (KBBI, 2002:1177). Ada beberapa ilmuwan yang mengemukakan teori pembelajaran Matematika a. Teori Dienes Menurut Dienes bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna, hanya jika disajikan pada anak dalam bentukbentuk konkret. Jadi abstraksi didasarkan pada intuisi dan pengalamanpengalaman konkret (Paimin, 1998:7). b. Teori Bruner Belajar matematika menurut Bruner merupakan suatu proses tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi pelajaran dan mencari hubungan-hubungan tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. Bruner melukiskan anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental. 1) Enactive,
yaitu
anak-anak
di
dalam
menggunakan/memanipulasi objek-objek secara langsung.
8
belajarnya
2) Iconic, yakni kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek. Pada tahal ini, anak tidak memanipulasi langsung objek-objek seperti dalam tahap enactive, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari objek. 3) Simbolic, yakni tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek (Paimin, 1998:6). c.
Teori Jaan Pieget Teori yang dikemukakan Jean Pieget disini adalah berhubungan dengan
Teori Perkembangan Mental. Dia membagi menjadi enam hukum atau konsep kekekalan diantaranya yaitu : 1) Hukum Kekekalan Materi (usia sekitar 7-8 tahun) Dalam pembelajaran di sini sering menggunakan benda-benda konkret, seperti tanah, batu, kelereng dan mainan. Penggunaan benda konkret yang dapat berubah perlu mendapat perhatian khusus seperti air dan tanah liat. Adanya hukum kekekalan materi pada anak ialah aanya persepsi anak bahwa benda-benda itu tidak berubah walaupun bentuknya berubah-ubah. 2) Hukum Kekekalan Bilangan (usia sekitar 6-7 tahun) Hukum kekekalan bilangan berarti berkenaan dengan banyaknya anggota suatu himpunan atau kumpulan benda. Dalam hukum ini siswa mulai dapat belajar berhitung dengan mengerti dan menjumlah. Belum memiliki konsep itu belajarnya melalui hafalan.
9
3) Hukum Kekekalan Panjang (usia sekitar 8-9 tahun) Untuk mengetahui apakah seorang anak memiliki konsep kekekalan panjang, ambillah dua utas tali yang sama panjang. Perlu penekanan pada anak untuk meyakini bahwa kedua utas tali itu sama panjang. Kemudian ubahlah salah satu tali. Kemudian kita tanyakan mana dari kedua tali itu yang lebih panjang, A atau B. Bila siswa menjawab A lebih panjang dari B itu artinya dia belum memiliki konsep kekekalan panjang. Anak yang demikian tentunya akan sulit bila ia belajar topik pengukuran. 4) Hukum Kekekalan Luas (usia sekitar 8-9 tahun) Konsep kekekalan luas dapat dicapai anak lebih cepat antara lain melalui tangram. 5) Hukum Kekekalan Berat (usia sekitar 9-10 tahun) Hukum kekekalan berat ialah prinsip yang mengatakan bahwa berat suatu benda itu tidak berubah walaupun bentuknya berubah-ubah. Dengan kata lain, berat benda itu tetap walaupun bentuknya berubahubah. 6) Hukum Kekekalan Isi (usia sekitar 14-15 tahun) Bila kita mengambil sebuah benda berat, kelereng misalnya, lalu kita masukkan ke dalam gelas yang berisi penuh air, maka air dalam gelas itu akan tumpah. Berdasarkan teori-teori tentang pembelajaran matematika, maka dalam penelitian tindakan kelas ini teori belajar matematika yang sesuai
10
dengan anak seusia sekolah dasar adalah teori yang dicetuskan oleh Jean Pieget. Secara sederhana dapat dicontohkan, dalam hal pengerjaan pecahan untuk memecahkan masalah, siswa akan lebih memahami cara menghitung pecahan apabila materi yang diberikan berhubungan dengan benda yang konkret. Dari pihak gurupun akan lebih mudah menjelaskan materi dan memotivasi anak didik sehingga anak didik berminat belajar matematika. 6. Model Pembelajaran Numbered Heads Together a. Pengertian
Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembalajaran yang lebih mengedepankan kepada aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya diprebsentasikan di depan kelas ( Agus Suprijono, 2009) NHT pertama kali dikenalkan oleh Spincer Kagan dkk ( 1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari struktur kelas tradisional. Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi
11
informasi, mendengarkan dengan cermat berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif. b. Langkah-langkah
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, 2) Masing masing kelompok mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok
dapat
mengerjakannya
atau
mengetahui
jawabannya, 4) Salah satu nomor dipanggil untuk melaporkan hasil diskusinya. 5) Kelompok lain memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor yang lain 6) Kesimpulan. 7. Media Pembelajaran a. Pengertian
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi yaitu sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan ( Marimba, 1989 : 51). Hamalik
(1986)
mengemukakan
bahwa
pemakaian
media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
12
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. b. Jenis-jenis Media/Alat Peraga
Arsyad (2006:37) mengelompokkan media/alat peraga dalam delapan jenis, yaitu: 1) Media/alat peraga cetak 2) Media/alat peraga pajang 3) Overhead transparacies 4) Rekaman audiotape 5) Seri slide dan filmstrips 6) Penyajian multi-image 7) Rekaman video 8) Komputer
c. Manfaat media/alat peraga dalam proses belajar Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15)
merincikan manfaat media / alat peraga pada proses pembelajaran, sebagai berikut: 1) Meletakkan dasar-dasar konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme. 2) Memperbesar perhatian siswa 3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
13
4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. 5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup. 6) Membantu
tumbuhnya
pengertian
yang
dapat
membantu
perkembangan kemampuan berbahasa. 7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media/alat peraga dalam proses belajar siswa, yaitu: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru. 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lainlain.
14
Mengacu pada dua pendapat tersebut di atas media/alat peraga sangat besar manfaatnya dalam proses pembelajaran, karena dengan media/alat peraga siswa akan lebih tertarik dan memahami materi pelajaran yang sedang diajarkan.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka tersebut diatas dapat diambil pokok pikiran bahwa pembelajaran matematika di SD adalah mempelajari setiap konsep secara bertahap untuk mendapatkan pengertian hubungan-hubungan, simbol-simbol kemudian mengoptimalkan konsep-konsep ke situasi yang baru. Pembelajaran matematika di SD akan berhasil apabila siswa termotivasi belajarnya, memanfaatkan media, memanfaatkan metode dan model pembelajaran. Dengan model pembelajaran Numbered Heads Together siswa akan meningkat kemampuan matematika dengan hasil belajar yang meningkat.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori serta kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sementara (hipoesis) tindakan penelitian ini adalah Bagaimana penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dan penggunaan alat peraga model bangun datar dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar di kelas V semester 1 SD Negeri Buket Selamat Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur Tahun Pelajaran 2011/2012?
15
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek Penelitian 1. Lokasi dan Nama Sekolah
Penelitian dilakukan di SD Negeri Dupak I Kecamatan Krembangan Kota Surabaya. Pada kelas V semester 1 tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa 40 anak yang terdiri dari 16 anak perempuan dan 24 anak laki-laki. 2. Mata pelajaran/Kelas/Semester
Yang menjadi objek penelitian adalah mata pelajaran Matematika Kelas V Semester 1 dengan indikator: menyebutkan sifat-sifat bangun datar dan menggambar bangun datar berdasarkan sifat-sifatnya. 3. Waktu Pelaksanaan
Penelitian pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pola penelitian tindakan kelas dilaksanakan 2 siklus. Siklus II dilaksanakan tanggal 13 Agustus 2011 pada jam Matematika. Siklus II dilaksanakan tanggal 20 Agustus 2011 pada jam Matematika. 4. Karakteristik Siswa
Karakteristik anak di SD Negeri Bukit Selamat Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur adalah sebagai berikut: a. Kemampuan intelegensi beragam.
b. Kesadaran belajar matematika kurang. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang sering tidak mengerjakan tugas dan nilai tes formatif rendah. c. Kondisi ekonomi orang tua yang beragam yaitu buruh dan hampir sebagian besar tukang becak. d. Kondisi lingkungan sekitar yang berada di daerah yang padat penduduk dan tingkat pereekonomiannya yang minim.
B. Deskripsi Per Siklus 1. SIKLUS I a. Proses Perencanaan
Tahap rencana ini Peneliti lakukan setelah mengidentifikasi masalah yang timbul dalam pembelajaran bersama teman sejawat. Sebelum melakukan perbaikan pembelajaran Peneliti berdiskusi dengan teman sejawat untuk mengatasi dan menemukan masalah yang ditemukan. Kemudian menyusun rancangan perbaikan mata pelajaran matematika dengan materi sifat-sifat bangun datar dengan menggunakan peraga model bangun datar dan metode diskusi di kelas V semester 1 dengan tujuan agar pemahaman siswa lebih meningkat. Adapun langkah - langkah perbaikan pembelajaran sebagai berikut: a. Identifikasi dan perumusan masalah. b. Merancang pembelajaran dengan metode tanya jawab, diskusi.
17
c. Menyusun lembar observasi aktivitas guru sebagai panduan bagi observer
dalam
mengobservasikan
pelaksanaan
perbaikan
pembelajaran. d. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa sebagai panduan bagi observer
dalam
mengobservasikan
pelaksanaan
perbaikan
pembelajaran. e. Merancang dan menyusun evaluasi.
2. Proses Pelaksanaan
Pembelajaran
dilaksanakan
pada
tanggal
13
Agustus
2011.
Pembelajaran siklus I dilaksanakan di SD Negeri Bukit Selamat Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur tempat Peneliti bertugas sehari-hari sebagai guru kelas. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan awal ( 5 menit ) a. Membuka pelajaran: - Pelajaran diawali dengan mengucapkan salam. - Guru mengecek kehadiran siswa. b. Apersepsi: - mengadakan tanya jawab tentang materi yang lalu. - Sebutkan macam-macam bangun datar! c. Menyampaikan tujuan pembelajaran. d. Kegiatan inti ( 40 menit )
18
1) Siswa memperhatikan bangun datar segitiga, persegi dan persegipanjang yang ditunjukkan guru. 2) Siswa membedakan berbagai gambar bangun datar segitiga, persegi, dan persegipanjang. 3) Siswa mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegipanjang. 4) Siswa memperhatikan guru cara menggambar bangun segitiga, persegi, dan persegipanjang. 5) Siswa membentuk kelompok dan mengerjakan tugas kelompok. 6) Siswa mendiskusikan hasil kerja kelompok di depan kelas dan kelompok lain menanggapinya. 7) Siswa diberi kesempatan menanyakan materi yang belum jelas. 8) Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru. e. Kegiatan Akhir ( 20 menit ) 1) Siswa mengerjakan tes formatif. 2) Guru menilai hasil pekerjaan siswa. 3) Guru menganalisa tes formatif. f. Tindak lanjut ( 5 menit ) 1) Guru memotivasi siswa untuk belajar lebih giat. 2) Guru memberi tugas PR sebagai perbaikan dan pengayaan 3) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
19
3. Proses Pengamatan
Pengamatan
pada
siklus I yang dilakukan oleh teman sejawat pada
proses pembelajaran baik kepada siswa maupun guru dengan mengisi data observasi dan mencatat hal - hal yang penting yang ditemukan selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap guru ditemukan hal-hal sebagai berikut : a. Guru sudah menggunakan alat peraga model bangun datar tetapi belum efektif dan optimal penggunaannya. b. Metode yang digunakan belum optimal. Hasil pengamatan terhadap siswa ditemukan hal-hal sebagai berikut: a. Kerjasama dalam mengerjakan tugas (diskusi) kelompok belum efektif. b. Minat belajar siswa masih rendah. Adapun instrumen yang digunakan dalam pengamatan pembelajaran ini adalah: a. Lembar observasi bagi guru. b. Lembar observasi bagi siswa. c. LKS. d. Lembar tes formatif. e. Lembar analisa tes formatif. Analisa hasil tes formatif siklus I menunjukkan adanya peningkatan nilai dibanding sebelum perbaikan. Dari 40 siswa 23 siswa dapat mencapai nilai ketuntasan belajar yaitu 75.
20
5. Proses Refleksi
Proses pembelajaran yang terlihat pada siklus I, kelas masih ramai, kurang aktif, kurang interaktif antara guru dan siswa karena masih terpusat pada guru. Guru tidak memberi kesempatan kepada siswanya untuk lebih mendalami materi, metode yang digunakan belum efektif. Berdasarkan temuan hasil refleksi maupun evaluasi pada perbaikan pembelajaran siklus 1, ternyata ada peningkatan hasil sebelum siklus I rata-rata 64. Nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 40 menjadi rata-rata kelas 73 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50. Sebelum diadakan perbaikan siswa yang tuntas diatas KKM yaitu 75 ada 9 dari 40 siswa atau 33%. Setelah diadakan perbaikan siswa yang tuntas diatas KKM yaitu 75 ada 23 siswa dari 40 siswa atau 58%.
2. SIKLUS II 1. Proses Perencanaan
Pelaksanaan
perbaikan
pembelajaran
siklus
II
Peneliti
merencanakannya hampir sama dengan pelaksanaan pembelajaran siklus I hanya ada beberapa hal yang perlu penanganan secara lebih matang lagi. Pelaksanaan pada penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together. Adapun prosedur pelaksanaannya sebagai berikut: a. Identifikasi
dan
perumusan
pembelajaran siklus 1.
21
masalah
berdasarkan
refleksi
b. Mengadakan perubahan pada RPP dengan menggunakan model pembelajaran numbered heads together. c. Menyusun lembar observasi aktivitas guru sebagai panduan bagi observer
dalam
mengobservasikan
pelaksanaan
perbaikan
pembelajaran. d. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa sebagai panduan bagi observer
dalam
mengobservasikan
pelaksanaan
perbaikan
pembelajaran. e. Merancang dan menyusun evaluasi. 2. Proses Pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2011. Pembelajaran siklus 2 dilaksanakan di SD Negeri Bukit Selamat Kecamatan Sungai Raya tempat Peneliti bertugas sehari-hari sebagai guru kelas. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan awal ( 5 menit ) a. Membuka pelajaran : -
Pelajaran
diawali
dengan
mengucapkan
salam
dengan
mengucapkan salam. -
Guru mengatur tempat duduk siswa dan memeriksa kehadirannya.
b. Apersepsi : Guru mengadakan tanya jawab tentang benda-benda di sekitar yang berbentuk segitiga, persegi, dan persegipanjang. c. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan inti ( 40 menit )
22
a. Siswa memperhatikan model bangun datar segitiga, persegi dan persegipanjang yang ditunjukkan guru. b. Siswa mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegipanjang. c. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. d. masing-masing kelompok mengerjakan tugas yang diberikan guru. e. Dengan bimbingan guru setiap kelompok mendiskusikan lembar kerja kelompok
dan
memastikan
setiap
anggota
kelompok
dapat
mengerjakannya atau mengetahui jawabannya. f. Guru berkeliling sambil membimbing kelompok yang memerlukan bantuan sekaligus penilaian proses. g. Salah satu nomor ditunjuk untuk mewakili masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. h. Kelompok lain memberi tanggapan dari hasil presentasi itu. i. Guru memvalidasi hasil kerja kelompok. j. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum jelas. k. Siswa menulis kesimpulan dengan urut dan jelas. 3) Kegiatan Akhir ( 20 menit ) a.
Siswa mengerjakan tes formatif.
b.
Guru menilai hasil pekerjaan siswa.
c.
Guru menganalisa tes formatif.
4) Tindak lanjut ( 5 menit )
23
a. Guru memotivasi siswa untuk belajar lebih giat. b. Guru memberi tugas PR sebagai perbaikan dan pengayaan. c. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
3. Proses Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat diperoleh adanya peningkatan dalam proses pembelajaran baik cara guru mengelola dan bersemangat dalam proses pembelajaran. Dari pengamatan terhadap guru diperoleh hal-hal sebagai berikut : a.
Penggunaan alat peraga model bangun datar terbukti sangat efektif
b.
Model pembelajaran yang digunakan sudah tepat yaitu Numbered Heads Together.
c.
Diskusi kelompok terlihat aktif dengan alat peraga model bangun datar yang digunakan dalam setiap kelompok.
d.
Peran guru dalam pembelajaran sangat aktif. Dari hasil pengamatan terhadap siswa:
a. Siswa berani maju ke depan mengerjakan soal latihan dengan pasti. b. Diskusi kelompok berjalan lancar dan aktif tiap anggota kelompok. c. Hasil belajar meningkat. Instrumen yang disertakan dalam perbaikan pembelajaran siklus II adalah : a. Lembar Pengamatan b. LKS. c. Lembar tes formatif.
24
d. Analisa tes formatif Hasil dari perbaikan pembelajaran siklus II menunjukkan peningkatan nilai yang diperoleh dari siswa, guru dan siswa terlihat aktif dalam proses pelajaran sehingga belajar lebih menyenangkan.
4. Proses Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 2 dan pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan diperoleh refleksi sebagai berikut: a. Dengan menggunakan model pembelajaran numbered heads together siswa lebih antusias dalam mengerjakan lembar kerja kelompok. b. Siswa lebih termotivasi dengan pembelajaran yang menarik. c. Secara umum pelaksanaan pembelajaran sudah baik karena guru telah menerapkan model pembelajaran numbered heads together yang cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas V pada mata pelajaran matematika
25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Siklus
Proses perbaikan pembelajaran yang Peneliti laksanakan dapat Peneliti uraikan secara singkat hasil-hasil yang diperoleh dari setiap tahap yaitu prencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi dari dua siklus. 1. SIKLUS I a. Hasil Perencanaan
Pada tahap perencanaan Peneliti rencana perbaikan pembelajaran untuk siklus I, menyiapkan alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan materi sifat-sifat bangun datar dengan menggunakan model bangun datar dan metode diskusi instrumen pelengkap yang dibutuhkan antara lain lembar observasi, lembar soal tes formatif dan lembar analisa penilaian. Semua rencana sudah Peneliti persiapkan dan dapat terlaksana dengan baik. Adapun data-data selengkapnya terlampir . b. Hasil Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I pada tanggal 13 Agustus 2010.
Prosedur
pelaksanaanya
melalui
pembelajaran pada umumnya.
26
tahap-tahap
sesuai
rencana
Dimulai dari kegiatan awal,kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang ditandai dengan evaluasi pembelajaran dengan tes formatif. Hasilnya dianalisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Dari hasil analisa tes formatif siklus 1 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 80 belum dapat mencapai nilai ketuntasan belajar 60. Nilai rata-rata kelas mencapai 64. Berdasarkan perolehan nilai siklus 1 yang belum mencapai ketuntasan belajar maka Peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Berikut ini adalah daftar nilai prasiklus dan perbaikan pembelajaran siklus I.
Tabel 1. Daftar Nilai Tes Formatif Sebelum Perbaikan Dan Perbaikan Siklus I Pra Siklus No
Siklus I
Nama Nilai
Ket
Nilai
Ket
1
Aidil Fitriansyah
40
BT
50
BT
2
Alfin Rahmatika
75
T
85
T
3
Asmaul Husnah
75
T
75
T
4
Azwanda
60
BT
70
T
5
Edi Syahputra
70
BT
55
BT
6
Fahri Miranda
55
BT
75
T
7
Fauzi Maulana
60
BT
75
T
8
Iskandar Juli
65
BT
75
T
9
Linda Yani
60
BT
70
T
10
Maulida
55
BT
80
T
27
11
Nurhayati
75
T
85
T
12
Nurmayana
70
T
90
T
13
Nanik Suningsih
50
BT
65
BT
14
Putri Faradila
70
T
75
T
15
Rahmad Syarifuddin
75
T
75
T
16
Reza Alfajri
45
BT
60
BT
17
Rika Julia
70
T
80
T
18
Rismi Hafizah
70
T
70
T
19
Rika Rizkia
55
BT
70
T
20
Risky Amalia
85
T
85
T
21
Ridha Aprilia
55
BT
65
BT
22
Rosi Ardiansyah
40
BT
65
BT
23
Safwani
65
BT
75
T
24
Sukmawati
70
T
80
T
25
Siti Nurul Aini
80
T
85
T
26
Sri Kemalayati
55
BT
70
T
27
Satumin
75
T
75
T
28
Sarinansih
60
BT
70
T
29
Suyanti
45
BT
60
BT
30
Safir Ramdhan
70
T
70
T
31
Sulaiman, AB
60
BT
65
BT
32
Shinta Oktavian
65
BT
70
T
28
33
Syarifah Aisyah
70
T
75
T
34
Suyanti
55
BT
80
T
35
Safir Ramadhan
60
BT
60
BT
36
Saputri Eka Wardhana
65
BT
75
T
37
Tasya Maulida
70
T
80
T
38
Tina Faradiba
50
BT
75
T
39
T. Aziz Afandi
75
T
80
T
40
Zahra Agustina
75
T
80
T
Ket.
T
Jumlah
2540
2920
Rata-rata
63,5
73
Ketuntasan (%)
33%
58%
=
BT =
Tuntas Belum Tuntas
Berikut ini adalah data nilai prasiklus dan perbaikan pembelajaran 1.
Tabel 2. Tabel Hasil Perolehan Nilai Evaluasi Prasiklus dan Siklus 1
Interval No.
Prasiklus
Ket
Siklus 1
Ket
Kelas 1
31-40
2
31 siswa
0
17 siswa
2
41-50
4
(67%)
1
(42%)
3
51-60
12
Tidak
4
Tidak
29
4
61-70
13
tuntas
12
tuntas
5
71-80
8
9 siswa
18
23 siswa
(33%) 6
81-90
(58%)
1
5 Tuntas
Jumlah
40
Tuntas
40
40
40
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40 siswa, terdapat 31 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar pada kegiatan prasiklus. Tetapi setelah diadakan perbaikan siklus 1 terdapat 17 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Tabel 3 Perkembangan Penguasaan Pembelajaran Matematika Prasiklus dan Siklus I
Siswa yang belum Siswa yang tuntas No
tuntas
Uraian Frekuensi
%
Frekuensi
%
1
Sebelum Siklus
9
33 %
31
67 %
2
Siklus I
23
58 %
17
42 %
2. Hasil Pengamatan
Observasi telah melakukan pengamatan dan mengumpulkan data tentang jalannya proses pembelajaran terhadap guru maupun siswa. Dari hasil pengamatan terhadap guru memperoleh data bahwa guru telah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran tetapi belum jelas diterima oleh siswa dan 30
penerapan metode kurang bervariasi Guru kurang aktif dalam diskusi kelompok siswa. Dari hasil pengamatan terhadap siswa diperoleh data bahwa dalam diskusi kelompok siswa kurang aktif. Siswa terlihat ragu - ragu dalam menjawab tugas dari guru. Hal ini disebabkan instruksi yang diberikan guru kurang dipahami siswa. Data hasil pengamatan selengkapnya ada pada lampiran. 4. Hasil Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus 1 terdapat kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : a. Kelebihan 1. Penggunaan metode dan media sudah baik sehingga menarik minat belajar siswa. 2. Siswa dalam berdiskusi kelompok sudah aktif b. Kekurangan 1. Guru belum menjelaskan penggunaan gambar model bangun datar secara efektif. 2. Penggunaan metode dalam pembelajaran kurang bermotivasi. 3. Antusias belajar siswa masih rendah karena guru kurang memberikan motivasi. Dari
data
yang
diperoleh
dapat
disimpulkan
bahwa
proses
pembelajaran pada siklus I masih menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi ajar masih rendah. Nilai yang diperoleh dari hasil tes formatif
31
dari 40 siswa 23 siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar dan 17 siswa belum dapat mencapai nilai ketuntasan belajar yaitu 42 %. Ketidakberhasilan proses perbaikan pembelajaran siklus disebabkan oleh : a. Penjelasan guru terhadap materi kurang dipahami siswa terutama dalam mempelajari sifat-sifat bangun datar dengan model bangun datar. b. Metode yang digunakan belum efektif. c. Guru kurang aktif dalam pembelajaran dan dalam diskusi kelompok.
3. SIKLUS II
1.
Hasil Prerncanaan
Perencanaan perbaikan siklus II Peneliti merancang lebih matang dan lengkap dengan harapan tujuan pembelajaran akan tercapai. Kelemahan dan kekurangan dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat pada siklus I akan Peneliti pecahakan pada proses perbaikan pembelajaran siklus II. Alat peraga yang digunakan lebih efektif penggunaannya. Instrumen yang dipersiapkan adalah lembar observasi, lembar kerja, lembar soal, lembar analisa. Data instrumen terlampir. 2. Hasil Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2011 dengan materi sifat-sifat bangun datar. Prosedur pelaksanaannya melalui tahap-tahap yang telah direncanakan.
32
Pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal, kegiatan Inti dan kegiatan akhir. Penggunaan alat peraga model bangun datar lebih diefektifkan, Semua dijelaskan secara rinci dan jelas agar siswa mudah memahaminya. Keefektifan model pembelajaran Numbered Heads Together dipantau oleh guru dalam pembelajaran sehingga tidak ada siswa yang tidak aktif berpartisipasi dalam pembelajaran tersebut. Dari hasil tes formatif siklus II menunjukkan peningkatan baik dalam proses maupun hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang dicapai oleh siswa. Dari 40 siswa ada 11 siswa yang dapat mencapai nilai ketuntasa belajar atau taraf serafnya mencapai 92 % dengan nilai rata-rata kelas mencapai 81. Pada perbaiakan pembelajaran siklus II ternyata dalam pembelajaran telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan seperti penerapan metode yang tepat, menggunakan alat peraga secara efektif sehingga membantu siswa dalam menerima penjelasan guru. Berikut ini adalah daftar nilai prasiklus dan perbaikan pembelajaran siklus I.dan Siklus II Tabel 4. Daftar nilai Formatif Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2 Pra Siklus No
Siklus I
Siklus I
Nama Nilai
Ket
Nilai
Ket
Nilai
1
Aidil Fitriansyah
40
BT
50
BT
70
2
Alfin Rahmatika
75
T
85
T
85
3
Asmaul Husnah
75
T
75
T
85
4
Azwanda
60
BT
70
T
80
33
Ket
5
Edi Syahputra
70
BT
55
BT
75
6
Fahri Miranda
55
BT
75
T
85
7
Fauzi Maulana
60
BT
75
T
85
8
Iskandar Juli
65
BT
75
T
85
9
Linda Yani
60
BT
70
T
85
10
Maulida
55
BT
80
T
85
11
Nurhayati
75
T
85
T
90
12
Nurmayana
70
T
90
T
90
13
Nanik Suningsih
50
BT
65
BT
80
14
Putri Faradila
70
T
75
T
80
15
Rahmad Syarifuddin
75
T
75
T
85
16
Reza Alfajri
45
BT
60
BT
80
17
Rika Julia
70
T
80
T
85
18
Rismi Hafizah
70
T
70
T
75
19
Rika Rizkia
55
BT
70
T
75
20
Risky Amalia
85
T
85
T
90
21
Ridha Aprilia
55
BT
65
BT
85
22
Rosi Ardiansyah
40
BT
65
BT
85
23
Safwani
65
BT
75
T
80
24
Sukmawati
70
T
80
T
85
25
Siti Nurul Aini
80
T
85
T
85
26
Sri Kemalayati
55
BT
70
T
80
34
27
Satumin
75
T
75
T
85
28
Sarinansih
60
BT
70
T
80
29
Suyanti
45
BT
60
BT
85
30
Safir Ramdhan
70
T
70
T
75
31
Sulaiman, AB
60
BT
65
BT
80
32
Shinta Oktavian
65
BT
70
T
75
33
Syarifah Aisyah
70
T
75
T
80
34
Suyanti
55
BT
80
T
85
35
Safir Ramadhan
60
BT
60
BT
75
36
Saputri Eka Wardhana
65
BT
75
T
85
37
Tasya Maulida
70
T
80
T
80
38
Tina Faradiba
50
BT
75
T
85
39
T. Aziz Afandi
75
T
80
T
80
40
Zahra Agustina
75
T
80
T
80
Jumlah
2540
2920
3280
Rata-rata
63,5
73
82
Ketuntasan (%)
33%
58%
92 %
Tabel 5 Daftar Hasil Tes Formatif Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Interval No.
Siklus Prasiklus
Ket
Ket
Kelas 1
31-40
Siklus
1
2
31 siswa
35
0
Ket II
17 siswa
0
1 siswa
2
41-50
4
(67%)
1
(42%)
0
(8%)
3
51-60
12
Tidak
4
Tidak
0
Tidak
4
61-70
13
5
71-80
8
tuntas
12 18
9 siswa 6
81-90
tuntas
1
tuntas
1 18
39
21
siswa
23 siswa
5 (33%)
(58%) (92%)
7
91-100
0
Tuntas
Jumlah
40
40
0
Tuntas
40
40
1
Tuntas
40
40
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika pada siklus II adanya peningkatan penguasaan materi pelajaran yang cukup memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif yang dicapai siswa. Tabel 6 Perkembangan Penguasaan Pembelajaran Matematika Sebelum Siklus, Siklus I dan II Siswa yang belum Siswa yang tuntas No
tuntas
Uraian Frekuensi
%
Frekuensi
%
1
Sebelum Siklus
9
33 %
31
67 %
2
Siklus I
23
58 %
17
42 %
3
Siklus II
39
92 %
1
8%
Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Sebelum siklus tingkat ketuntasan klasikal yang dicapai siswa sebesar 30%.
36
b. Pada siklus I tingkat ketuntasan klasikal yang dicapai siswa sebesar 50 %. c. Pada siklus II tingkat ketuntasan klasikal yang dicapai siswa sebesar 85% d. Hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II terlihat adanya peningkatan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang sangat signifikan. Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat adanya peningkatan penguasaan terhadap materi pelajaran yang cukup. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut: a. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar sebanyak 9 siswa dari 40 siswa atau sekitar 33 %, sedangkan siswa yang belum tuntas dalam belajar ada 31 anak dari 40 siswa atau sekitar 67%. b. Siklus I siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar sebanyak 23 siswa dari 40 siswa atau sekitar 58 %, sedangkan siswa yang belum tuntas dalam belajar ada 17 siswa dari 40 siswa atau kurang lebih 42%. c. Pada siklus II siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar sebanyak 39 anak dari 40 siswa atau sekitar 92 %, sedangkan siswa yang belum tuntas dalam belajar sebanyak 1 siswa dari 40 siswa atau sekitar 8 %. 3. Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan pembelajaran siklus II observer memperoleh data bahwa dalam pembelajaran guru sudah menggunakan alat peraga dan
37
menjelaskan penggunaannya secara jelas. Model Pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam pembelajaran sangat tepat. Hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa observer menemukan hal bahwa diskusi kelompok berjalan lancar dan hidup. Siswa bersemangat dalam bimbingan guru dan mantap dalam menerima penjelasan guru . Data – data dari hasil pengamatan dan pengumpulan data dapat dilihat pada bagian lampiran
4. Hasil Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II terdapat kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : a. Kelebihan 1) Penggunaan alat peraga berupa gambar pahlawan secara benar dan efektif dengan petunjuk yang jelas. 2) Pemilihan model pembelajaran yang tepat 3) Peran serta guru dalam diskusi kelompok artinya guru harus memberikan bimbingan kelompok ketika siswa melaksanakan diskusi. b. Kekurangan 1) Masih ada satu siswa yang belum melampaui KKM 75 2) Dengan kiat-kiat yang dipilih guru di atas terbukti sangat efektif meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
B. Pembahasan Tiap Siklus
38
Proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan dua siklus, berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan teman sejawat serta supervisor diperoleh gambaran sebagai berikut: 1. Pembahasan Siklus I
Pada siklus I suasana proses pembelajaran terlihat masih kurang aktif, interaksi guru dengan siswa masih terjadi satu arah (guru yang aktif bertanya dan menyuruh siswa). Namun demikian pada siklus ini semua siswa yang ditanya/ditugasi oleh guru sudah mau menjawab/mengerjakan dengan cukup baik, 23 siswa dari 40 siswa sudah mulai memahami materi dengan adanya contoh-contoh soal serta banyaknya latihan-latihan yang diberikan oleh guru. Sedangkan sisanya yakni 17 siswa dari 40 siswa masih belum mampu menguasai materi pelajaran. Dipandang dari sisi guru dalam perbaikan pembelajaran siklus I ini guru sudah aktif mensuport, memotivasi dan menggali pertanyaan dari siswa sendiri. Namun guru masih cenderung hanya memperhatikan siswa yang pandai saja dan terkesan sangat hati-hati sehingga kelihatan sangat kaku. 2. Pembahasan Siklus II
Kegagalan-kegagalan yang terjadi pada siklus I diantaranya guru kurang dalam memanfaatkan model pembelajaran Numbered Heads Together Kagan (2007) menyatakan bahwa Numbered Heads Together (NHT) suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model NHT adalah bagian dari
39
model pembelajaran kooperatif structural yang menekankan pada strukturstruktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif stuktur tersebut dikembangkan sebagai lahan alternative dari struktur kelas tradisional. (Agus Suprijono,2009) Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran adalah suatu proses komunikasi, melalui komunikasi informasi dapat diserap oleh siswa. Namun dalam proses komunikasi terkadang sering terjadi mis komunikasi (salah penafsiran). Sebaliknya guru kurang tepat di dalam menyampaikan suatu pesan kepada siswa, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menerima pesan tersebut. Dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tentang sifat-sifat bangun datar, guru memberikan konsep tentang bangun datar secara mendalam pada siswa. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari siswa dari salah penafsiran terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Diantaranya adalah: a. Memanfaatkan media/alat peraga matematika yang sederhana dalam pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar. Melalui alat peraga yang sesuai dengan materi maka siswa akan mudah menerima materi pelajaran dan mencegah terjadinya verbalisme pada siswa.
40
b. Menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together secara maksimal dalam menyampaikan materi pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar. Melalui hal-hal tersebut di atas, ternyata siswa lebih memahami dan mudah menangkap materi pelajaran karena siswa melakukan sendiri dan berlatih untuk mengerjakan soal-soal sendiri. Sehingga pada siklus II ini hasil tes formatif yang diperoleh siswa sangat memuaskan atau memenuhi kriteria keberhasilan dengan rata-rata 81 atau 81%. Maka perbaikan pembelajaran dapat dinyatakan berhasil walaupun melalui dua siklus.
41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Hal ini diindikasikan dari pencapaian target yakni 92% siswa mampu mencapai hasil belajar lebih dari 75. 2. Penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar. 3. Dampak penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dan penggunaaan alat peraga model bangun datar pada mata pelajaran matematika dengan standar kompetansi “Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun” dan kompetensi dasar “Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar” di kelas V semester 1 di SD Negeri Dupak II Kecamatan Krembangan Kota Surabaya tahun pelajaran 2010/2011 terbukti bahwa hasil belajar siswa meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan analisa hasil evaluasi pembelajaran tiap siklus yang menunjukkan peningkatan nilai yang dicapai siswa sesuai dengan tingkat ketuntasan belajar.
42
B. Saran 1. Bagi Guru
Berdasarkan simpulan di atas dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: a. Guru hendaknya menggunakan media atau alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran, agar siswa lebih mudah dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan. b. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran yang sesuai. c. Dalam pembelajaran matematika hendaknya siswa lebih banyak diberikan latihan untuk mengerjakan soal. d. Guru harus aktif dan kreatif agar dapat mengembangkan kualitas profesinya. 2. Bagi Siswa
Siswa harus senantiasa mampu menyalurkan kemampuan berpikir kritis. Untuk itu maka partisipasi aktif siswa sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. 3. Bagi Sekolah
Dalam interaksi belajar mengajar, guru memegang kendali utama untuk keberhasilan tercapainya tujuan. Oleh sebab itu guru harus memiliki keterampilan mengajar serta metode mengajar yang tepat. Sehingga prestasi siswa semakin meningkat dan secara langsung akan berpangaruh positif pada penilaian masyarakat terhadap sekolah. Di samping itu berdasarkan pengalaman melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui PTK, guru seyogyanya selalu aktif dalam kegiatan
43
KKG sehingga temuan-temuan dan permasalahan yang timbul dalam KBM dapat dicari solusi atau pemecahannya.
44
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono, 2010. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka. Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Matematika SMP/MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Erman Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer . Bandung: UPI. NCTM. 2000. Prinsiple and Standards for School Mathematics. Reston: The National Council of Teacher Mathematics, Inc. Spencer Kagan. 2007. NHT., (Online), (http://www.eazhul.org.uk/nlc/numbered heads .htm Sunaryo. 2008. Matematika 5 untuk SD/MI Kelas 5. BSE. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Sumanto dan Heny, K. 2008. Gemar matematika untuk SD/MI Kelas 5. BSE. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Suherman, M. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Tim Yustisia. Panduan Lengkap KTSP. Jogjakarta: Diperbanyak oleh Pustaka Yustisia. Wardani, I G A K, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
45
Lampiran
LAPORAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Waktu
: 2 x 35 menit
Sekolah
: SD Negeri Bukit Selamat
A. Masalah yang akan diatasi 1. Penggunaan metode pembelajaran 2. Penggunaan media pembelajaran B. Cara Mengatasi 1. Mengubah dominasi metode ceramah menjadi metode diskusi. 2. Menggunakan alat peraga model bidang datar segitiga, persegi dan persegi panjang. C. Hasil yang diperoleh 1.
Menunjukkan
keberhasilan
bila
dibandingkan
dengan
pelaksanaan
pembelajaran sebelum perbaikan. 2. Pada pembelajaran sebelum siklus I siswa yang tuntas belajar dengan nilai 75 ke atas ada 9 siswa atau 33 % pada siklus I dengan cara mengubah metode dan menggunakan Alat peraga. Hasil tes formatif siklus I meningkat, siswa yang mengalami ketuntasan belajar menjadi 23 siswa dengan nilai 75 atau tuntas 58 % dari 40 siswa seluruhnya.
46
Lampiran
REFLEKSI PEMBELAJARAN SIKLUS I
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Pelaksanaan
: Jum’at, 13 Agustus 2011
Sekolah
: SD Negeri Bukit Selamat
Refleksi
Saya guru kelas V SD Negeri Bukit Selamat Kecamatan Sungai Raya Setelah melakukan kegiatan pembelajaran siklus I mata pelajaran matematika dengan materi pokok tentang sifat-sifat bangun datar, ternyata mengalami beberapa masalah pada saat proses pembelajaran hal itu sangat mempengaruhi hasil tes formatif peserta didik yang sebagian belum mencapai target ketuntasan. Dari 40 peserta didik yang mencapai KKM ( 75 ) hanya 17 peserta didik yang mencapai nilai di atas KKM, berarti hanya 23 peserta didik yang mencapai target ketuntasan, atau 58% yang tuntas. Ketidak berhasilan peserta didik dalam mencapai target ketuntasan disebabkan beberapa faktor. Berikut hasil diskusi antara guru dan teman sejawat dalam mendeskripsikan faktor – faktor yang menyebabkan ketidak berhasilan itu. Faktor dari guru
-
Metode diskusi yang digunakan guru belum optimal.
Faktor dari peserta didik
1.
Masih kurangnya tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran.
2.
Peserta didik kurang mampu merespon pertanyaan guru dengan benar.
3.
Peserta didik kelihatan kurang aktif
4.
Peserta didik kurang berlatih soal-soal latihan.
47
Cara mengatasi masalah
1. Guru lebih mengoptimalkan dalam proses diskusi kelompok dengan cara memnfaatkan peraga model bangun datar. 2. Guru banyak memberikan latihan soal-soal.
Fokus
Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan konsep pembelajaran tutor sebaya pada kompetensi dasar “Mengidentifikasi bangun datar” Menyadari akan kekurangan dalam menyampaikan materi pelajaran matematika di kelas V ini, maka guru mengambil langkah perencanaan perbaikan pada siklus II.
48
Lampiran
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Waktu
: 2 x 35 menit
Pelaksanaan
: Jum’at , 20 Agustus 2011
Sekolah
: SD Negeri Bukit Selamat
A. Standar Kompetensi 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan anatar bangun. B. Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. C. Indikator
1
Menyebutkan sifat-sifat bangun datar.
2
Menggambar bangun datar berdasarkan sifat-sifatnya.
D. Tujuan Perbaikan Pembelajaran.
Dengan menggunakan model pembelajaran numbered heads together dan alat peraga model bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga, siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga.
E. Metode Pelajaran
Ceramah,
tanya jawab,
diskusi,
pemberian tugas.
F. Materi Pembelajaran Sifat – sifat bangun datar
1. Bangun segitiga Sifat-sifatnya : a. Mempunyai tiga sisi
49
b. Mempunyai tiga sudut Macam-macam segitiga menurut sudutnya:
a. Sigitiga siku-siku
b. Segitiga lancip
c. Segitiga tumpul
Macam-macam segitiga menurut sisinya :
a. Segitiga sembarang
b. Segitiga sama sisi
c. Segitiga samakaki
50
2. Bangun Persegi Sifat-sifatnya : A
C
3.
B
a.
Keempat sisinya sama panjang.
b.
Keempat sudutnya sama besar yaitu 90
c.
Mempunyai dua pasang sisi yang sejajar
0
D
Bangun persegipanjang Sifat-sifatnya : A
B
a.
mempunyai dua pasang sisi yang sejajar dan sama panjang yaitu AB // CD sama panjang.
C
D
AC // BD sama panjang. b.
Keempat sudutnya sama besar yaitu 90
0
G. Langkah-langkah Pembelajaran
1) Kegiatan awal ( 5 menit ) a.
Membuka pelajaran : - Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. - Mengecek kehadiran siswa.
b.
Apersepsi : Guru mengadakan tanya jawab tentang benda-benda di sekitar yang berbentuk segitiga, persegi, dan persegipanjang.
c.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti ( 40 menit ) a)
Siswa memperhatikan model bangun datar segitiga, persegi dan persegipanjang yang ditunjukkan guru.
b) Siswa mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegipanjang. c)
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
d) masing-masing kelompok mengerjakan tugas yang diberikan guru.
51
e)
Dengan bimbingan guru setiap kelompok mendiskusikan lembar kerja kelompok
dan
memastikan
setiap
anggota
kelompok
dapat
mengerjakannya atau mengetahui jawabannya. f)
Guru berkeliling sambil membimbing kelompok yang memerlukan bantuan sekaligus penilaian proses.
g) Salah satu nomor ditunjuk untuk mewakili masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. h) Kelompok lain memberi tanggapan dari hasil presentasi itu. i)
Guru memvalidasi hasil kerja kelompok.
j)
Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum jelas.
k) Siswa menulis kesimpulan dengan urut dan jelas. 3) Kegiatan Akhir ( 20 menit ) a.
Siswa mengerjakan tes formatif.
b.
Guru menilai hasil pekerjaan siswa.
c.
Guru menganalisa tes formatif.
4) Tindak lanjut ( 5 menit ) a.
Guru memotivasi siswa untuk belajar lebih giat.
b. Guru memberi tugas PR sebagai perbaikan dan pengayaan. c. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. G. Media dan Sumber Belajar
1. Media Model bangun datar segitiga, persegi dan persegipanjang 2. Sumber Belajar
Silabus BNSP Kl V tahun 2008
Buku Gemar Matematika 5 Penerbit Pusat Perbukuan Depdiknas halaman 128-130
Buku Penunjang Gemar Belajar Matematika 5 KTSP Penerbit “Aneka Ilmu” halaman 118-119
H. Evaluasi
1. Prosedur Penilaian a. Tes awal
:
-
52
b. Tes dalam proses
:
Mengamati
diskusi
kelompok
(Mengerjakan LKS) c. Tes Akhir 2. Jenis Tes: 3
Bentuk Tes
:
Tes Formatif ( pada kegiatan akhir )
:
Tes Tertulis
:
- Pilihan Ganda - Isian
4
Alat Penilaian a.
Lembar Kerja Kelompok
:
terlampir
b.
Lembar tes formatif Soal Tes Formatif
:
terlampir
Kunci jawaban
:
terlampir
Kriteria Penilaian
:
terlampir
Mengetahui :
Sungai Raya, 16 Agustus 2011
Kepala Sekolah,
Peneliti,
PONIYEM
ISRAWATI, A.Ma
NIP. 19620615 198309 2 003
NIP. 19621231 199809 2 051
53
Lampiran
LEMBAR KERJA KELOMPOK SIKLUS II
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Pelaksanaan
: Jum’at, 20 Agustus 2011
Sekolah
: SD Negeri Bukit Selamat
Kelompok
: .......................................
Anggota
: ...................................... : ...................................... : ...................................... : ......................................
Kegiatan
Sediakan : 1.
Gunting
2.
kertas karton
3.
penggaris
4.
busur
Tugas
Buatlah bangun datar dari kertas karton : 1.
segitiga samakaki, samasisi, siku-siku, tumpul, lancip.
2.
persegi
3.
persegipanjang
Bagaimana sifat masing-masing bangun tersebut?
54
Lampiran
LEMBAR SOAL TES FORMATIF PEMBELAJARAN SIKLUS II
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Pelaksanaan
: Jum’at, 20 Agustus 2011
Sekolah
: SD Negeri Bukit Selamat
Nama
: ...............................
Nomor
: ................................
I.
Pilihlah jawaban a,b,c atau d yang paling benar!
1.
Segitiga yang kedua sisinya sama panjang disebut ...
2.
a. segitiga sama sisi
b. Segitiga sama kaki
c. segitiga tumpul
d. Segitiga sembarang
Jumlah besar ketiga sudut bangun datar segitiga adalah ... . a. 180
0
b. 200
0
c. 360
0
d. 380
0
3. Gambar di samping merupakan bangun datar ... a. persegi b. layang-layang c. persegipanjang d. belah ketupat 4.
Mempunyai dua pasang sisi yang sejajar dan keempat sisinya sama panjang merupakan bangun datar…………..
5.
a. trapesium
b. Persegipanjang
c. layang-layang
d. persegi
Di bawah ini merupakan bangun datar segitiga sembarang. a.
b.
55
c.
d.
II
Isilah titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1.
Macam segitiga menurut panjang sisinya adalah ... .
2.
Macam-macam segitiga menurut besar sudutnya adalah ... .
3.
Ciri-ciri bangun datar persegipanjang adalah ... .
4.
Segitiga yang salah satu sudutnya lebih dari 90 disebut segitiga ... .
5.
Keempat sudutnya sama besar dan keempat sisinya sama panjang adalah
0
bangun datar ... .
56
Lampiran
LEMBAR JAWAB TES FORMATIF PEMBELAJARAN SIKLUS II
I.
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Pelaksanaan
: Jum’at , 20 Agustus 2011
Pilihan ganda
1. B 2. A 3. C 4. D 5. A II
Isian
1. Segitiga sembarang, segitiga sama sisi, segitiga sama kaki. 2. Segitiga lancip, segitiga siku,siku, segitiga tumpul. 3. Keempat sudutnya siku-siku, sisi sejajar sama panjang. 4. Segitiga siku-siku. 5. persegi
57