NEOPLASMA OVARIUM KISTIK
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA CYSTOMA CYSTOMA OVARI OVARI 1.1
Pengertian
Tumor jinak ovarium adalah bentuk padat atau kista yang dapat tumbuh secara alami. Tumor ovarium biasanya asimtomatis sampai mereka besar yang dapat menyebabkan tekanan pada pelvic ini merupakan deteksi dini dari keganasan. 1.2
Klasifikasi
1.2.1 Benigna A . Kistik 1. Non Neolastik Folikel Lutein Stein Levental Endometrial Peradangan tuba ovarial Inclusion Germinal 2. Neoplastik Cystadenoma Mucinosium Cystadenoma Serosum Oermoid B . Solid Fibroma Lymphangioma Mesothelioma Osteochondroma Brenner 1.2.2 Maligna Kistik Solid 1.2.3
Tumor Maligna yang lain ( jarang )
Teratoma Chorionephithelioma Sarkoma Lymphoma Melanoma 1.2.4
Tumor dengan potensi endokrin ( Malignitas Rendah )
Dysontogenik
Tumor sisa adrenat, biasanya mengadakan virilisasi Adenoma sel hilus, pengaruhnya virilisasi Pembagian Kista Ovarium berdasarkan lokaslisasi Kista Bebas ( Pedunculata ) : Gerakan Bebas Batas jelas Kista Intraligamentair Letaknya diantara dua ligamentum latum Gerakan terbatas Tampak pembuluh pembuluh darah yang bersilangan antara satu sama lain Kista Psedu Intraligamentair Letaknya diluar Ligamen latum Gerakan terbatas, karena perlekatan Gambaran pembuluh darah biasa 1.3 Etiologi 1.3.1
Sampai sekarang penyebab dari kistik ovarium belum ditemukan secara
pasti, tetapi beberapa pendapat para ahli menyebutkan bahwa individu yang mempunyai riwayat heriditor menghidap tumor prosentasenya lebih tinggi dari pada yang tidak mempunyai riwayat tumor 1.3.2
Mengenai terjadinya Kista ada dua teori
Disebabkan oleh karena perkembangan yang tidak sempurna pada akhir Stadium Glastomer. Tumor ini berasal dari perkembangan sel telur yang t idak dibuahi dalam ovarium.
1.4
Gejala
Gejala yang timbul merupakan asosiasi dari penekanan meliputi konstipasi, sering kencing, terasa penuh diperut dan terasa berat nyeri pada saat defekasi dan dispareunia ( nyeri waktu koitus ). Nyeri akut biasanya terjadi pada saat menstruasi, perutnya membesar dan pakaiannya tidak muat / cukup. Umumnya mereka hamil, gejala akhir meliputi distensi abdominal dengan dyspnea, edoma perifer dan anorexia. Nyeri pelvis muncul sebagai gejala lanjut, jika tumor ovari tumbuh secara cepat dan jika tumor me mproduksi hormon akan mempengaruhi menstruasi menjadi irreguler dan efek maskulin atau feminin. 1.5 Patofisiologi Tumor ini berasal dari epitel permukaan Ovarium
invaginasi yang sederhana dari epitel Germinal sampai ke invaginasi disertai permukaan ruangan kista yang luas Terjadi pembentukan papil – papil Kearah dalam Tumor Kistik 1.6 Komplikasi 1.6.1 Torsi Faktor yang menyebabkan torsi bermacam – macam, yaitu penting adalah faktor faktor dari tumor sendiri, gerakan yang se konyang – konyang dan gerakan peristaltik dari usus. 1.6.2
Ruptur dari kista
Hal ini jarang terjadi tetapi dapat te rjadi secara spontan atau oleh trauma. Pada kedua – duanya disertai gejala sakit, eneg dan muntah – muntah. 1.6.3
Superasi dari kista
Kista Dermoid lebih sering dikenal radang, mungkin karena isinya yang merangsang atau mungkin pula berat tumornya yang dapat mengganggu peredaran darah, gejala – gejalanya seperti pada peradangan biasanya, yaitu : sakit, nyeri tekanan, perut tegang, demam dan leukositosis, kalau dibiarkan bisa terjadi peritonitis. 1.6.4
Perubahan Keganasan
Dari suatu tumor kistik benigna dapat terjadi keganasan lebih kecil dibandingkan dengan jenis serosum. Biasanya bila terjadi keganasan, berupa Ca. Epidermoid, kadang – kadang berbentuk sarcoma. 1.7
Pemeriksaan Diagnostic
1.7.1 Laparoscopi Untuk mengetahui apakah sebuah Tumor berasal dari uterus, dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor tersebut. 1.7.2
Ultrasonografi
Untuk menentukan letak tumor dan batasnya, apakah tumor berasal di ute rus, ovarium atau dari blader, apakah , tumor kistik atau soli dan dapat dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak. 1.7.3 Parasentesis Fungsi pada ascites berguna untuk menentukan sebab ascites, perlu diingat bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonea dengan kista dengan dinding kista tertusuk 1.8 1.8.1
Penatalaksanaan Satu-satunya pengobatan untuk neoplasma dari ovarium adalah operasi.
Jenis dan luasnya operasi tergantung pada jenis usia wanita dan perlu atau tidaknya wanita hamil lagi, sebaiknya isi kista segera dibuka, sebelum perut ditutup kembali. 1.8.2
Pada wanita yang lebih tua ( lebih dari 40 tahun ) jalan yang baik adalah
hysterectomy totalis dan salping – oophorectomy bilateral walaupun tidak ada tanda-tanda keganasan
BAB 2 ASKEP TEORI 2.1 Ketakutan / ansietas : peningkatan ketegangan, ketakutan, penurunan kepercayaan diri. 2.1.1 Kiteria hasil / tujuan : Pasien dapat melakukan penurunan rasa takut atau cemas yang berkurang ketingkat yang dapat diatai. 2.1.2 Interfensi Keperawatan : 1) Identifikasi dan rasa cemas dan takut yang me ngharuskan dilakukannya penundaan prosedur pembedahan. R :Rasa takut yang berlebihan atau yerus menerus akan mengakibatkan stress yang berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur / zat – zat anestesi. 2) Validasi dari rasa takut, sediakan informasi yang akurat dan actual. R : Mengidensifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk menghadapinya secara realitas, misalnya kesalahan identifikasi / operai yang salah, kesalahan anggota tubuh yang dioperai, penggambaran yang salah. 3) Informasikan pasien / orang terdekat tentang perang advokat perawat intraoprasional. R : Kembangkan rasa percaya / hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan control pada lingkungan asing. 4) Berikan petunjuk / penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang.Tinjau lingkungan sesuai kebutuhan. R : Ketidak seimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk – petunjuk yang panjang dan berbelit – belit. 5) Kontrol stimuli ekstrenal R : Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas.
6) Diskusikan penundaan atau penangguhan pembedahan dengan dokter, anestesiologi, pasien dan keluarga sesuai kebutuhan. R :Mungkin diperlukan rasa takut yang berlebihan tidak berkurang atau tidak teratasi. 2.2 Kurang pengetahuan : mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. 2.2.1 Kriteria Hasil / Tujuan : Mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses preoperasi dan harapan paskal operasi. 2.2.2 Interfensi keperawatan 1) Kaji tingkat pemahaman pasien. R : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran paskal o perasi. 2) Tinjau ulang patologi khusus dan antipati prosedur pembendahan. R: Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk mengikuti prosedur, dan adanya kesempatan untuk menjelaskan kesalahan konsep. 3)
Sediakan kesempatan untuk melatih batuk, napas dalam dan latihan otot.
R:
Meningkatkan pengajaran dan aktifitas paskal operasi.
4)
Informasikan pasien / orang terdekat mengenahi rencana perjalanan,
komonikasi dokter / orang terdekat. R : Informasi logistic mengenahi jadwal dan kamar operasi dan juga dimana dan kapan ahli bedah akan berkomonikasi dengan orang terdekat untuk mengurangi stress dan menjelaskan kesalahan konsep, mencegah kebingungan dan keraguan akan kesehatan pasien. 2.3 Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, penurunan masukan sekunder terhadap pembedahan, terapi radiasi ,penurunan pemasukan oral, mual muntah dan ketidak nyamanan mulut. 2.3.1 Tujuan Asupan nutrisi terpenuhi secara adekuat 2.3.2 Kriteria Hasil -
Berat badan stabil
-
Nafsu makan meningkat
-
Porsi makanan yang dihidangkan dihabiskan
2.3.3 Intervensi 1)
Pantau masukan makanan setiap hari
R : Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi 2)
Motivasi pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan
cairan adekuat
R : Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan serta cairan ( menghilangkan produksi sisa ) 3)
Hidangkan makanan yang sesuai selera pasien
R : Untuk menambah nafsu makan pasien 4)
Hindari makanan dengan bumbu merangsang dan berlemak
R:
Dapat menstimulus respon mual muntah
5)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik
R:
Obat antiemetik menurunkan reaksi mual muntah
2.4 Ancietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian, ancaman atau perubahan pada status kesehatan / sosioekonomi, fungsi peran, pola interaksi, kuranganya informasi mengenai penyakitnya dan prosedur pemeriksaan 2.4.1 Tujuan Pasien mampu menunjukkan hilangnya / berkurangnya kecemasan 2.4.2 Kriteria hasil -
Pasien mengatakan rasa cemas hilang atau berkurang
-
Ekspesi wajah tenang
-
Tanda – tanda vital dalam batas normal
2.4.3 Intervensi 1)
Motivasi pasien pasien untuk mengungkapkan perasaan cemasnya
R : 2)
Pengungkapan perasaan akan mengurangi cemasnya Beri penjelasan kepada pasien tentang penyakitnya dan cara mengatasinya
R : Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi kecemasan akibat kurang informasi 3)
Ciptakan suasana lingklungan yang aman, nyaman dan tenang
R
:
4)
Anjurkan keluarga untuk terus mendampingi dan memberi motivasi pada
Lingkungan yang nyaman mengurangi kecemasan
pasien R
: Peran keluarga sangat mendukung secara psikologis untuk mengurangi
kecemasan 5)
Ciptakan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
R
:
Hubungan terapeutik membantu pasien mengungkapkan perasaan
cemasnya
BAB 3 TINJAUAN KASUS 3.1
BIODATA :
Nama pasien
: Ny Wasilah
Umur
: 20 th
Status
: Janda
Agama
: Islam
Pendidikan Pekerjaan Alamat
No. Reg 319688
: SMP : Guru MTS
: Ds. Wonosari RT. 2 RW. 3 Gondang Wetan Pasuruan
Diagnosa Medis
: Cystoma Ovari
Tanggal MRS : 10 – 9 – 2003 Tanggal Pengkajian : 24 – 9 – 2003 Golaongan Darah
: O
Suami Nama
: Tn. Suadi
Umur
: 30 th
Pendidikan Agama
: Islam
Pekerjaan 3.2
: SMP : Wiraswasta
KELUHAN UTAMA
Saat MRS : Perut terasa kembung sejak 26 hari yang lalu. Saat Pengkajian : Nyeri abdomen skala 5, sesak, perut terasa kembung.
3.3
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Perut kembung sejak 26 hari yang lalu berobat kedokter tidak ada perubahan, lalu dibawa ke RS. Pasuruan dan MRS 1 minggu, lalu dirujuk ke RSSA Malang didiagnosa cystoma ovari, tanggal 10 – 9 – 2003, MRS diruang 9 gynecology. 3.4
RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
Pasien tidak pernah mempunyai penyakit sampai menyebabkan harus dirawat dirumah sakit. 3.5
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Dari anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menular, pe nyakit kronis atau akut maupun menurun seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus, Jantung
atau TBC Genogram
Keterangan : : Laki – laki : Pasien : Wanita
: Cerai
: Meninggal
3.6
DATA PSIKO SOSIAL
Orang yang paling dekat dengan pasien adalah Bapak dan Ibu pasien, pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, lingkungannya, teman, sesama pasien di RS dan perawat. 3.7
POLA SEHARI – HARI
Dirumah Dirumah sakit Nutrisi : Makan : 1 porsi, nasi, sayur, lauk, 3 x / hari ( oral ) Minum : ½ gelas air putuh / susu, 5 x / hari ( diminum ) Istirahat tidur : Pasien tidur 4 – 5 jam Aktifitas : Pasien mengajar di MTS ± 6 jam Kebersihan diri : Pasien mandi 2 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, keramas 3 x / minggu Eliminasi : BAB : 1 x / hari BAK : 6 x / hari Nutrisi : Makan : 1 porsi, nasi, sayur, lauk buah, 3 x / hari ( oral ), porsi rumah sakit Minum : 100 CC air putuh + susu, 5 x / hari ( diminum ) Istirahat Tidur : Pasien tidur 3 – 4 jam, sering terbangun karena sesak, tidur siang ± 1 jam. Aktifitas : Pasien hanya tiduran, jalan – jalan sebentar, kadang – kadang kekamar kecil untuk personal hygieme dan kancing. Kebersihan diri : Pasien mandi 2 x / hari diseka keluarga, gosok gigi 2 x / hari
Eliminasi : BAB : 3hari 1 x BAK : 4 x / hari
3.8
KEADAAN / PENAMPILAN / KESAN UMUM PASIEN
KU gelisah dan cemas, pasien pucat, pasien selalu memegangi perutnya, wajah tampak grimace. Pasien terpasang infus NS 20 tetes / mnt pada kangan kiri. 3.9 TANDA – TANDA VITAL Suhu Tubuh : 376
0C
Denyut Nadi : 96 x / menit Tekanan Darah Pernafasan
: 28
BB
: -
TB
: 145 cm
3.10
: 110 / 80 mmHg x / menit
PEMERIKSAAN FISIK
3.10.1
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala / rambut Mata
: Bentuk kepala lonjong wajah simetris, rambut tipis agak kotor
: Simetris kanan kiri, reflek pupil ( + ), konjuctiva anemis, sclera tidak
icterus. Hidung : Simetris, secret ( - ), PCH ( - ) Telinga
: Simetris kanan kiri, serumen ( - )
Mulut
: Bibir pucat, tidak ada luka dan sariawan
Leher
: Tidak ada pembesaran tiroid
3.10.2
Pemeriksaan payudarah dan ketiak
Inspeksi : Puting tampak menonjol, tidak ada peradangan Papasil : Tidak ada penonjolan pada daerah axilla dan mammae
3.10.3
Pemeriksaan Dada / Thorak
Inspeksi
: Dada simetris, tidak ada luka
Auskultasi : Ada suara tambahan ( Whezing ) 3.10.4
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi Auskultasi
: Bentuk abdomen bulat membesar ( buncit ) : Bising usus ( + ) 15 x / menit, Djj tidak terdengar
Papalsi
: Ada nyeri tekan pada abdomen bawah, masa ( + ), φ 20 x 30 cm
Perkusi
: asitas ( + ), suara pekak.
3.10.5
Pemeriksaan Genetalia dan sekitarnya
Inspeksi : tidak keluar darah, tidak ada oedema dan varices 3.10.6
Pemeriksaan Punggung
Punggung tidak terdapat skoliasis, Kypose, hyperlordose 3.10.7
pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada oedema,varices, kelainan kongenital, reflek patella ( + ) 3.10.8
Pengkajian status obstetric
·
Menarche
·
Lamanya haid : 8 hari
·
Sklus Haid
·
HPHT : -
·
Kelainan – kelainan haid : tidak pernah mengalami keputihan
·
Menopause
·
Riwayat persalinan terdahulu : GoPooo
3.11
: 13 th : 30 hari
: -
DATA KELUARGA BERENCANA
Pasien belum pernah menggunakan alat konstrasepsi 3.12
INFORMASI LAIN
Terapi Lab
: Amoksilin, Ferofat ( 3 x 1)
: 18 – 9 – 2003 : Leukosit HB
: 7,9 gr / dl ( N : 11,0 – 16,5 )
PCV
; 22,8 % ( N : 35 – 50 )
Trombosit
:505.000 / ul ( N :150.000 – 390.000)
26 – 9 – 2003 : Leukosit
: 22.800 / ul ( N : 3500 – 10.000 )
HB
: 7,7 gr / dl ( N : 11,0 – 16,5 )
PCV
; 22,5 % ( N : 35 – 50 )
Trombosit
:504.000 / ul ( N :150.000 – 390.000)
29 – 9 – 2003 : GD puasa Ureum Kreatinin SGOT SGPT Albumin USG
: 2100 / ul ( N : 3500 – 10.000 )
: 100 mg / dl
: 34.9 mg / dl ; 1,1 mg / dl : 27 mU / ml : 14 mU / ml : 1,9 g / dl
: 11 – 9 – 2003 : Tampak suatu masa padat dan sebagian kistik dengan
bintik – bintik klasifikasi mengisi cavum pelvis, Cu antofleksi dengan endometrialline, terdorong oleh masa tumor keatas, acites ( + ) 3.13 PENATALAKSANAAN 3.13.1
Beri posisi ½ duduk
3.13.2
Transfusi PRC sampai dengan HB > 10 gr /dl
DAFTAR PUSTAKA 1. Bagian Obstetri dan Ginekologi ; GINEKOLOGI, Fakultas Kedokteran Unifersitas Padjajaran – Bandung : 1981. 2.
Hilgers R . G : Malignan Neoplasma Of The Vagina Gynekol. Obstet . 4 : 44,
1980 3. Lynda Juall Carpenito , Dianogsa Keperawatan ( Handbook Of Nursing Dianogsis ) Penerbit EGC , 1995. 4. Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C, Geissler, Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit ECG, 2000. Tags: jovan Prev: Chd Next: Luka bakar
reply share
audio reply video reply Add a Comment U2FsdGVkX1-95
reply
1
reply
713:U2FsdGVkX
Add a comment to this blog entry, for everyone Send jovandc a personal message
Quote original message
Submit
Preview & Spell Check
submitted
© 2010 Multiply · English · About · Blog · Terms · Privacy · Corporate · Advertise · Translate · API · Contact · Help
Kistoma Ovari PENGERTIAN
Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas (Winkjosastro. et.all. 1999).
Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul. Kiste ovarii adalah tumor jinak pada ovarium. Merupakan tumor paling banyak pada wanita usia 20 – 40 th. Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan (Soemadi, 2006). Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seper ti bubur (Dewa, 2000). Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998). Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong (Agusfarly, 2008). Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium. Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.
JENIS - JENIS
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu : (Ignativicus, bayne, 1991) 1. Kista non neoplasma Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone diantaranya adalah : Kista non fungsional o Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam korteks
o
Kista fungsional Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progeste rone setelah ovulasi. Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma (Winjosastro. et.all 1999) Kistoma ovarii simpleks o Adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Kistodenoma ovarii musinoum o Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain Kistadenoma ovarii serosum o Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium) Kista Endrometreid Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan endometroid o
Kista dermoid Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis
PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena
stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang ber lebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesote lium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, te rmasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
TANDA DAN GEJALA
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium : 1. 2. 3. 4.
Perut terasa penuh, berat, kembung Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil) Haid tidak teratur Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha. 5. Nyeri sanggama 6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera :
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba 2. Nyeri bersamaan dengan demam 3. Rasa ingin muntah
PENATALAKSANAAN
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi jaringan (long. 1996). Fase-fase penyembuhan luka antara lain : 1. Fase I Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan j aringan rusak terbentuk fibrin yang menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik.
2. Fase II Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu minggu, j aringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, ter gantung pada tempat dan liasanya bedah.
3. Fase III Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah menurun. Luka
sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, t erjadi pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan akan terjadi ceruk yang berlapis putih. ASKEP PADA KISTA OVARIUM ASUHAN KEPERAWATAN PADA KISTOMA OVARII KISTOMA OVARI A. PENGERTIAN Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas (Winkjosastro. et.all. 1999). Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul. B. ETIOLOGI Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu : (Ignativicus, bayne, 1991) 1. Kista non neoplasma Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone diantaranya adalah : a. Kista non fungsional Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam korteks b. Kista fungsional - Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi. - Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG te rdapat pada mola hidatidosa. - Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium. 2. Kista neoplasma (Winjosastro. et.all 1999) a. Kistoma ovarii simpleks Adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista b. Kistodenoma ovarii musinoum Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang per tumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain c. Kistodenoma ovarii serosum Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium) d. Kista Endrometreid Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan endometroid e. Kista dermoid Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis. f. Kista endrometroid Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan endometroid g. Kista dermoid Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis
C. PATHOFISIOLOGI
1. Kista non neoplasma (Ignativicius bayne, 1991) a. Kista non fungsional Kista inkulasi dalam konteks yang dalam timbul ivaginasi dan permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium tuba berkurang 1 cm sampai beberapa cm . b. Kista fungsional i. Kista folikel, kista di bentuk ketika folikel yang matang me njadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis, evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan pada wanita sebelum pubertas, setelah menopause atau kista lebih dari 8 cm. ii. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progre sterone setelah ovulasi. Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah pelvis. Jika ruptur perdarahan intraperitorial, terapinya adalah operasi ooverektomi. iii. Kista tuba lutein, ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua kehamilan dibentuk sebagai hasil lamanya stimulasi ovarium, berlebihnya HCG. Tindakanya adalah mengangkat mola. iv. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium dengan produk kista yang banyak. Hiperplasi endometrim atau kariokarsinoma dapat terjadi pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi 1.11dan oovorektomi. 2. Kista Neoplasma Jinak (Winkjosastro.et.all. 1999). a. Kistoma ovarii simpleks. Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran tingkai). Diduga kista ini adalah jenis kista denoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium. b. Kistoderoma ovarii musinosum. Asal kista ini belum pasti, namun diduga berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya 1 elemen mengalahkan elemen yang lain atau berasal dari epitel germinativum. c. Kristoderoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritoneum disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas dan 30 % sampai 50 % akan mengalami keganasan. d. Kista endrometroid. Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium,
e. Kista dermoid. Pada suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur e ktoderma dengan deferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebastea putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen aktoderm. Tumor berasal dari sel te lur melalui proses patogenesis. D. GAMBARAN KLINIS Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukan adanya gejala sampai periode wamtu terte ntu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ini berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosa sering ditemukan pada saat pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh adanya ketidakteraturan menstruasi, nyeri pada perut bawah, rasa sebah pada perut dan timbul benjol pada perut. Pada umumnya kista denoma ovarii serosim tak mempunyai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu,. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagala karena ovarium pun dapat berbentuk multivokuler. Meskipun lazimnya berongga satu, warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler kedalam rongga kista sebesar 0 % dan keluar pada permukaan kista sebesar 5 % isi kista cair kuning dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiripun kecil tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma). E. PROSES PENYEMBUHAN LUKA Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi jaringan (long. 1996). Fase-fase penyembuhan luka antara lain : 1. Fase I Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik. 2. Fase II Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat dan liasanya bedah. 3. Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar t ak menggunakan otot yang terkena. 4. Fase IV Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi tegang. B ila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan akan terjadi c eruk yang berlapis putih. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor berasal dari ute rus, ovarium, atau kadang kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak. Pola aktifitas klien di rumah setelah pemulangan (long, 1996) : - Berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu dirumah, tetapi tidak boleh mengendarai / menyetir untuk 3-4 minggu. - Hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis. - Aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi.(Long, 1996) G. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN FOKUS INTERVENSI 1. Resiko aspirasi b. d penurunan kesadaran (Carpenito, 2001). Tujuan : tidak terjadi aspirasi yang b.d. penurunan kesadaran KH : tidak mengalami aspirasi, pasien dapat mengungkapkan tindakan untuk menghindari aspirasi Intervensi : a. Perthankan posisi baring miring jika tidak ada kontra indikasi karena udara. b. Kaji posisi lidah, pastikan bahwa lidah tidak jatuh ke belakang menyumbat jalan nafas.
c. Jaga bagian kepala tempat tidur tetap tinggi jika tidak ada kontraindikasi. d. Kebersihan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissu atau penghisap dengan perlahan-lahan e. Kaji kembali dengan sering adanya obstruksi benda-benda dari mulut dan tenggorokan. 2. Resiko injur b.d. penurunan kesadaran (Carpenito, 1995) Tujuan : tidak terjadi injuri b.d. penurunan kesadaran KH : GCS normal (E4, V5, M6) Intervensi : a. Gunakan tempat tidur yang rendah dengan pagar pengaman t erpasang b. Jauhkan benda-benda yang dapat melukai pasien dan anjurkan keluarga untuk menemani pasien. 3. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen b.d. insisi abdomen (long, 1996) Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi KH : Skala nyeri 0, pasien mengungkapkan nyeri berkurang, TTV normal. Intervensi : a. Jelaskan penyebab nyeri pada pasien b. Kaji skala nyeri pasien c. Ajarkan teknik distraksi selama nyeri d. Berikan individu kesempatan untuk istirahat yang cukup. e. Berikan obat analgesik sesuai program. f. Evaluasi efektifitasnya setelah 30 menit pemberi obat analgesik. 4. Resiko infeksi b.d. infeksi kuman sekunder terhadap pembedahan (Carpenito, 1995). Tujuan : tidak terjadi infeksi
KH : Tidak ada tanda-tanda infeksi (TTV normal, tidak ada peningkatan leukosit ) Intervensi : a. Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV. b. Gunakan teknik antiseptik dalam merawat pasien. c. Instruksikan keluarga dan orang lain untuk mencuci tangan sebelum mendekati pasien. d. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi. e. Berikan terapi antibiotik sesuai program. 5. Resiko konstipasi b.d. pembedahan abnormal (Doengoees, 2000). Tujuan : tidak terjadi konstipasi. KH : Peristaltik usus bormal (5-35x/menit), pasien menunjukan pola eliminasi seperti biasanya. Intervensi : a. Monitor peristaltic usu, karakteristik feses dan frekuensinya. b. Dorong pemasukan cairan adekua, termasuk sari buah bila pemasukan peroral dimulai. c. Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan. 6. Gangguan pemenuhan kebutuhan diri (mandi, makan, minum, BAK, BAB, berpakaian) d.b. keletihan pasca operasi dan nyeri. (Carpenito, 2001). Tujuan : kebersihan diri pasien terpenuhi KH : pasien dapat berpartisipasi secara fisik maupun verbal dalam aktifitas pemenuhan kebutuhan dirinya. Intervensi : a. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaanya tentang kurangnya kemampuan perawatan diri. b. Berikan bantuan dalam perawatan diri pasien.
7. Cemas d.b. kurangnya informasi (Doengoes, 2000). Tujuan : pasien mengetahui tentang efek samping dari operasinya KH : pasien mengatakan memahami tentang kondisinya Intervensi : a. Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa depan. b. Diskusikan dengan lengkap tentang masalah yang diantisipasi selama masa penyembuhannya. c. Diskusikan melakukan kembali aktifitasnya. d. Identifikasi keterbatasan individu. e. Idendifikasi kebutuhan diet f. Dorong minum obat yang diberikan secara rutin g. Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik.