LAPORAN PENDAHULUAN ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura)
A. Definisi ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purupura) adalah suatu kelainan pada sel pembekuan darah yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan. Karena jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan bekuan tidak
memadai
dan
konstriksi
pembuluh
yang
terlukan
tidak
adekuat.
Klasifikasi ITP (Idiopathic Thrombocytopenia Purpura).
ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan yang dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan diatas 6 bulan disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak sedangkan kronik ITP sering terjadi pada dewasa. (Imran, 2008) Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik ITP akut
ITP Kronik
Awal penyakit
2-6 tahun
20-40 tahun
Rasio L:P
1:1
1:2-3
Trombosit
<20.000/ml
30.000-10.000/ml
Lama Penyakit
2-6 minggu
Beberapa tahun
Perdarahan
Berulang
Beberapa hari/ minggu
B. Etiologi Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi dikemukakan berbagai kemungkinan diantaranya ialah hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah, morbili, varisela dan sebagainya), intoksikasi makanan atau obat ( asetosal, PAS, fenibultazon, diamox, kina, sedormid) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan faktor pematangan ( misalnya malnutrisi), DIC ( misalnya pada DSS, leukimia, respiratory distress syndrome pada neonatus) dan terakhir dikemukakan bahwa ITP ini terutama yang menahun merupakan penyakit autonium.
Hal ini diketahui dengan ditemukannya zat anti terhadap trombosit dalam darah penderita. Pada neonatus kadang-kadang ditemukan trombositopenia neonatal yang disebabkan inkompatibilitas golongan darah trombosit antara ibu dan bayi (isoimunisasi).
C. Patofisiologi ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum terjadi. ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap glikoprotein yang terdapat pada membrane trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti antibody, hal tersebut dilakukan oleh magkrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikulo endotelial lainnya. Megakariosit pada sum-sum tulang bisa normal atau meningkat pada ITP. Sedangkan kadar tromboproitein dalam plasma, yang merupakan progenitor proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang berarti, terutama pada ITP kronis. Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemologis antara ITP akut dan kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombsitopenia diantara keduanya. Pada ITP akut, telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit meningkat karena adanya antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri, virus, atau pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit. Mediator lainnya akan meningkat selama terjadinya respon imun terhadap produksi trombosit. Sedangkan pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun sepertipada penyakit autoimun lainnya yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik terhadap antibodi.
D. Manifestasi Klinis
Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen.
Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol dan menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena adanya pendarahan dibawah kulit .
Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.
Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit.
Menoragia.
Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan.
Hematuria.
Melena.
E. Pemeriksaan Fisik -
Tipe perdarahan termasuk perdarahan retina, beratnya perdarahan.
-
Perabaan hati, limpa, kelenjar getah bening.
-
Infeksi
-
Gambaran dismorfik yang diduga kelainan kongenital termasuk kelainan tulang, kehilangan pendengaran.
F. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah : 1.
Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa :
Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter.
2.
Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.
Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal.
Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak
Pemeriksaan darah tepi. Hematokrit normal atau sedikit berkurang
3.
Aspirasi sumsum tulang Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali morfologi megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa granula). Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong. Karena dengan cara ini dapat ditentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan kadang-kadang dapat ditentukan penyebabnya.
G. Penatalaksanaan a. ITP Akut -
Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
-
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
-
Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
-
Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
b. ITP Menahun -
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Missal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
-
Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
1) Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral. 2) Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral. 3) Splenektomi. 4) Indikasi: -
Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
-
Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
-
Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
H. Komplikasi 1.
Reaksi tranfusi
2.
Relaps.
3.
Perdarahan susunan saraf pusat (kurang dari 1% kasus yang terkena)
4.
Efek samping dari kortikosteroid
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN 1. Tanda-tanda perdarahan. 1) Petekie terjadi spontan. 2) Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor. 3) Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan. 4) Menoragie. 5) Hematuria. 6) Perdarahan gastrointestinal. 2. Aktivitas / istirahat.
Gejala : - keletihan, kelemahan, malaise umum. - toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda : - takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat. - kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
3. Sirkulasi.
Gejala : - riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat. - palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : - TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
4. Integritas ego.
Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, penolakan transfuse darah.
Tanda : depresi.
5. Eliminasi.
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
Tanda : distensi abdomen.
6. Makanan / cairan.
Gejala : - penurunan masukan diet. - mual dan muntah.
Tanda : - turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
7. Neurosensori.
Gejala : - sakit kepala, pusing. - kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda : - epistaksis. - mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
8. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : - nyeri abdomen, sakit kepala.
Tanda : - takipnea, dispnea.
9. Pernafasan.
Gejala : - nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : - takipnea, dispnea.
10. Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis.
PENYIMPANGAN KDM Idiopathic, infeksi virus, hipersplenisme ↓ Antigen (makrofag) menyerang trombosit ↓ Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen (dipicu oleh antibody) ↓ Pembentukan neoantigen ↓ Trombositopeni ↓ Nyeri ← Merangsang reseptor nyeri ←
Perdarahan → Splenomegali ↓
Gg. Pemenuhan keb. O2 ← ↓ Hemoglobin ← Anemia
Gg. Perfusi jaringan
Kebutuhan Pengobatan ←
→ ↓ nafsu makan
Gg pemenuhan nutrisi
mudah lelah
↓ Kurang terpajan / informasi kurang pembelajaran
Intoleransi aktivitas
purpura
↓ Salah interprestasi informasi ↓
↓ Gg. Integritas kulit
Tidak mengenai sumber informasi ↓ Kurang Pengetahuan
Perb. Stat kes.
Resiko Tinggi Infeksi
↓ Respon psikologis ↓ Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik). 2. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun, intake makanan kurang, kongjungtiva. 3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Anemia. 4. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan hypoxia, takikardi. 5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan imobilisasi 7. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis
ditandai
dengan
immobilisasi,
kelemahan,
hipertermi,
perubahan turgor kulit. 8. Ansietas berhubungan denga perubahan status kesehatan 9. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan keterbatasan belajar, tidak familiar dengan sumber informasi.
Diagnose prioritas : Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan hypoxia, takikardi.
INTERVENSI KEPERAWATAN Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan nyeri yang dirasakan klien berkurang dengan tujuan : Melaporkan nyeri yang dialaminya Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas Mengikuti program pengobatan Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang
mungkin.
Kriteria Hasil : Nyeri yang dirasakan dapat berkurang
Intervensi
1) Tentukan
riwayat
Rasional
nyeri,
lokasi, 1) Memberikan
durasi dan intensitas
informasi
yang
diperlukan untuk merencanakan asuhan.
2) Evaluasi radiasi,
therapi:
pembedahan, 2) Untuk mengetahui terapi yang
khemotherapi,
biotherapi,
ajarkan klien dan keluarga tentang
dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
cara menghadapinya. 3) Berikan pengalihan seperti reposisi 3) Untuk meningkatkan kenyamanan dan aktivitas menyenangkan seperti
dengan
mengalihkan
mendengarkan musik atau nonton
klien dari rasa nyeri.
perhatian
TV 4) Menganjurkan tehnik penanganan 4) Meningkatkan kontrol diri atas stress (tehnik relaksasi, visualisasi,
efek samping dengan menurunkan
bimbingan), gembira, dan berikan
stress dan ansietas.
sentuhan therapeutik. 5) Evaluasi nyeri, berikan pengobatan 5) Untuk bila perlu.
mengetahui
efektifitas
penanganan nyeri, tingkat nyeri dan
sampai
sejauhmana
klien
mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri. 6) Diskusikan
penanganan
nyeri 6) Agar terapi yang diberikan tepat
dengan dokter dan juga dengan
sasaran.
klien 7) Berikan analgetik sesuai indikasi 7) Untuk mengatasi nyeri. seperti morfin, methadone, narkotik dll.
Dx 2 : Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tujuan: Menghilangkan mual dan muntah Kriteria hasil: Menunjukkan berat badan stabil
Intervensi
1) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional
1) porsi
lebih
meningkatkan
kecil
dapat
masukan
yang
sesuai dengan kalori. 2) Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.
2) anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat
badan dan malnutrisi yang serius. 3) Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
3) sangat
bermanfaat
dalam
perhitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi pasien. 4) Libatkan keluarga pasien dalam
4) meningkatkan
rasa
perencanaan makan sesuai dengan
keterlibatannya,
indikasi.
informasi pada keluarga untuk memahami
memberikan
kebutuhan
nutrisi
pasien.
Dx 3 : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Anemia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan kembali kebentuk normal dengan Tujuan: Tekanan darah normal, Pangisian kapiler baik. Kriteria hasil: Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil. Intervensi
1) Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
Rasional
1) memberikan derajat/ jaringan
informasi
keadekuatan dan
tentang perfusi
membantu
menentukan kebutuhan intervensi. 2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
2) meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
3) Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang. 4) Awasi upaya parnafasan, auskultasi
3) dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia. 4) dispne karena regangan jantung
bunyi nafas.
lama / peningkatan kompensasi curah jantung.
Dx 4 : Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan tujuan: Mengurangi distress pernafasan. Kriteria Hasil : Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif Intervensi
Rasional
1) Kaji / awasi frekuensi pernafasan, 1) perubahan kedalaman dan irama.
dispnea,
(seperti
takipnea,
penggunaan
otot
aksesoris) dapat menindikasikan berlanjutnya pengaruh
keterlibatan pernafasan
/ yang
membutuhkan upaya intervensi. 2) Tempatkan pasien pada posisi yang 2) memaksimalkan ekspansi paru, nyaman.
menurunkan
kerja
pernafasan
dan menurunkan resiko aspirasi. 3) Beri posisi dan Bantu ubah posisi 3) meningkatkan secara periodic.
areasi
semua
segmen paru dan mobilisasikan sekresi.
4) Bantu dengan teknik nafas dalam.
4) membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil.
5) Pemberian O2 sesuai indikasi.
5) Pemberian O 2 sesuai indikasi dapat memenuhi kebutuhan O 2 klien
Dx 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi. Kriteria hasil : pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya. menunjukkan
kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya
infeksi jumlah leukosit dalam batas normal menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi
Rasional
1) Awasi suhu.
1) Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi. 2) menurunkan
2) Dorong
keseimbangan
antara
aktivitas dan istirahat.
konsumsi/kebutuhan keseimbangan
oksigen
dan
memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi. 3) Diskusikan kebutuhan masukan 3) Malnutrisi dapat mempengaruhi nutrisi adekuat.
kesehatan
umum
menurunkan
tekanan
dan darah
terhadap infeksi. 4) Berikan terapi antibiotik bila 4) Dapat perlu.
diberikan
organisme
untuk
khusus
yang
teridentifikasi dengan kultur.
Dx 6 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan dari orang lain dengan tujuan: Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas. Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas. Intervensi
Rasional
1) Kaji
kemampuan
pasien
untuk 1)
melakukan aktivitas normal, catat
mempengaruhi
pilihan
intervensi.
laporan kelemahan, keletihan. 2) Awasi TD, nadi, pernafasan.
2)
manifestasi
kardiopulmonal
dari upaya jantung dan paru untuk
membawa
jumlah
oksigen ke jaringan. 3) Berikan lingkungan tenang.
3)
meningkatkan istirahat untuk menurunkan
kebutuhan
oksigen tubuh. 4) Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
4)
hipotensi postural / hipoksin serebral pusing,
menyebabkan berdenyut
dan
peningkatan resiko cedera.
Dx 7 : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan kerusakan bisa berkurang dengan tujuan : Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan. Kriteria Hasil : Kerusakan Kulit dapat berkurang Intervensi
Rasional
1) Kaji
integritas
kulit
untuk
1) Memberikan informasi untuk
melihat adanya efek samping
perencanaan
therapi
mengembangkan
kanker,
amati
penyembuhan luka.
awal
asuhan
dan
identifikasi
terhadap
perubahan
integritas kulit. 2) Anjurkan
klien
untuk
tidak
menggaruk bagian yang gatal. 3) Ubah posisi klien secara teratur.
2) Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi. 3) Menghindari penekanan yang terus
menerus
pada
suatu
daerah tertentu. 4) Berikan advise pada klien untuk
4) Mencegah trauma berlanjut
menghindari pemakaian cream
pada kulit dan produk yang
kulit,
kontra indikatif
minyak,
bedak
tanpa
rekomendasi dokter.
Dx 8 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Ditandai dengan :
Depresi
Adanya ancaman kematian
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas. Intervensi
Rasional
1) Kaji
tingkat
kecemasan
1)
(ringan,
sedang, berat). 2) Berikan
Dengan
mengetahui
kecemasan
klien,
tingkat sehingga
memudahkan tindakan selanjutnya.
dorongan
2) Dukungan yang baik memberikan
emosional.
semangat
tinggi
untuk
menerima
keadaan penyakit yang dialami. 3) Beri
dorongan
3) Mengungkapkan
masalah
yang
mengungkapkan
dirasakan akan mengurangi beban
ketakutan/masalah
pikiran yang dirasakan
4) Jelaskan
jenis
prosedur
dari
4) Penjelasan yang tepat dan memahami
pengobatan
penyakitnya
sehingga
bekerjasama
dalam
mau tindakan
perawatan dan pengobatan. 5) Beri
dorongan
5) Diharapkan kesabaran yang tinggi
spiritual
untuk
menjalani
menyerahkan
perawatan
dan
TYME
atas
pada
kesembuhannya.
Dx 9 : Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan keluarga mengerti akan penyakit klien dengan tujuan: Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan. Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman proses penyakit. Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.
Intervensi
Rasional
1) Berikan informasi tntang 1) memberikan dasar pengetahuan sehingga ITP.
Diskusikan
kenyataan bahwa terapi
keluarga / pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
tergantung pada tipe dan beratnya ITP. 2) Tinjau
tujuan
persiapan
dan 2) ketidak tahuan meningkatkan stress. untuk
pemeriksaan diagnostic. 3) Jelaskan yang
bahwa diambil
darah 3) merupakan untuk
pemeriksaan laboratorium
kekwatiran
yang
tidak
diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien / keluarga.
tidak akan memperburuk ITP.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai dengan literature). 5. EVALUASI
Hal-hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman.
LEMBAR KERJA 1. Klasifikasi Kata Sulit : 2. Kata Kunci Penyakit yg
Kata Kunci
berhubungan dgn Bintik” Merah
Keluar darah dr anus
Tidak demam
Perdarahan AIDS
+
-
-
DIC
+
-
+
Hemophilia
+
-
-
Thalasemia
-
+
-
ITP
+
+
+
3. Pertanyaan – pertanyaan Penting
1. Apa yang menyebabkan terjadinya bintik-bintik merah pada lengan, tungkai, dan badan pada penderita? 2. Mengapa pada penderita terdapat darah yang keluar dari anusnya? 3. Mengapa tidak terjadi demam? 4. Mengapa pada penderita ITP sebelumnya mengalami batuk dan pilek?
4. Jawaban Pertanyaan 1. Petekie adalah bintik merah kecil di kulit yang merupakan akibat keluarnya
sejumlah kecil darah. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya, regangkan kulit, jika bintik merah pada kulit tersebut hilang maka bukan petekie. Petekie merupakan tanda perdarahan yang sering ditemukan.Petekie terjadi akibat pecahnya pembuluh darah.
2. Perdarahan dari anus dengan warna merah segar dinamakan hematochezia.
Penyebab dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah. Nama penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amuba, tifus, disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun oleh sebab penyakit autoimun (inflammatory bowel disease). Pemeriksaan awal yang harus dilakukan adalah pemeriksaan tinja dan colok dubur. Pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan adalah kolonoskopi. Perdarahan merah segar dari anus ini lebih sering pada usia lanjut dari pada usia yang lebih muda. Pengobatan yang dilakukan adalah perbaikan keadaan umum, karena pada penderita ini keadaan badan agak lemas karena kekurangan darah dalam waktu yang lama. Pengobatan definitif disesuaikan dengan penyebabnya. Pada beberapa kasus dapat terjadi perdarahan yang banyak sehingga diperlukan
tindakan
bedah
untuk
mencari
sumber
perdarahan
dan
menghentikannya atau pada kasus yang tidak dapat dioperasi perlu tindakan radiologi intervensi untuk memberikan injeksi koagulasi pada fokus perdarahan. 3. Menurunnya jumlah trombosit pada penderita ITP, orang awam sering
menyalah tafsirkan sebagai demam berdarah. Hal itu terjadi sebab penyakit popular yang ditandai penurunan trombosit ialah demam berdarah. Meski sama-sama ditandai gejala penurunan jumlah trombosit, tetapi keduanya sangat berbeda. Karena itu jangan sampai salah membedakan ITP dengan demam berdarah. Yang membedakan antara keduanya ialah proses terjadinya kerusakan trombosit. Kerusakan trombosit pada demam berdarah disebabkan adanya infeksi kuman dengue. Kuman ini ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aegypti betina. Sedangkan kerusakan trombosit pada ITP karena diserang oleh
zat antibody yang dibentuk oleh tubuh itu sendiri sehingga jumlah trombosit menjadi berkurang. Pembeda
lainnya,
pada
ITP
gejalanya
berupa
bercak-bercak
kemerahan atua ruam kebiruan di kulit. Sedangkan demam berdarah bila sudah parah berupa bintik-bintik merah terutama di badan. Sementara pada demam berdarah, penderita mengalami demam dan penurunan trombosit tapi berangsur normal dalam delapan hari. Jika trombosit rendah lebih dari delapan hari, harus dipikirkan kemungkinan yang lain. Salah satunya adalah ITP.
4. Infeksi bakteri/virus pada saluran napas atas menyebabkan batuk pilek.
Bakteri/virus tersebut tidak dapat dihancurkan oleh imunitas seluler sehingga imunitas humoral diaktifkan. Akhirnya, dibentuk IgG. IgG tersebut memiliki reseptor pada membran trombosit. Trombosit yang dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja pada jaringannya sendiri). Antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan
pembuangan
dan
penghancuran
trombosit
oleh
sistem
makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah trombosit sehingga terjadi trombositopenia. Trombositopenia tersebut menimbulkan gejala-gejala perdarahan seperti gejala pada kasus.