1
LAPORAN INFEKSI RUMAH SAKIT DI RSUD DR. H. SOEMARNO SOSROATMODJO KUALA KAPUAS ( JANUARI, FEBRUARI DAN MARET) TAHUN 2017 1. PENDAHULUAN Sebagai sebuah penyakit yang berdiri sendiri ( terlepas dari keterkaitan penyakit dasar yang muncul) sebagai akibat tindakan medis dan asuhan keperawatan yang dilakukan baik sesuai SPO ataupun tidak, maka infeksi nasokomial dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit dasar. Akibat lain adalah hari rawat yang lebih panjang dan itu berarti perlu adanya tambahan biaya sedangkan bagi rumah sakit dapat memberikan kesan kurang baik terhadap pencegahan infeksi yang merupakan indicator keselamatan pasien rumah sakit. Terjangkitnya infeksi nasokomial/ HAIS atau sering disebut juga infeksi rumah sakit, artinya infeksi yang terjadi dirumah sakit. Hal ini berimplikasi sangat luas menimbulkan masalah bagi penderita dan dapat merugikan nama baik rumah sakit. 2. PENGORGANISASIAN Pada tahun ini sudah ada dua kali repisi SK Komite PPI. Berdasarkan keputusan direktur RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas nomor : 010/11560/RSUD-KPS/IV/ 2017 tanggal 12 April 2017 Komite PPI bertanggung jawab kepada Direktur RSUD . Kemudian untuk operasional ada Tim pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit yang terdiri dari Unsur Perawat ( IPCN: infection Prevention Control Nurse dan IPCLN ( infection Prevention Control Link Nurse) PPIRS mempunyai peran penting dalam rangka memberikan pelayanan prima terhadap pasien ,baik langsung maupun tidak langsung. Memberi pengertian dan tambahan wawasan terhadap pasien dan pengunjung tentang perkembangan penyakit dan kuman setidaknya akan mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien. 3. EVALUASI PROGRAM DARI KEGIATAN POKOK PROGRAM a. KINERJA SURVEILENS Surveilens pada bulan Januari- Maret 2017 mendapatkan hasil sebagai berikut :
2
ANGKA KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL JANUARI 2017 DATA JANUARI 2017 NO RUANGAN PLEBITIS IDO ISK DEKUBITUS VAP HAP IADP 1 ICU 9.17 0 0 0 0 0 0 2 VIP 0 0 0 0 0 0 0 3 MAWAR 0 0 0 0 0 0 0 4 ANGGREK 5.3 0 0 0 0 0 0 5 TERATAI 3.1 0 0 0 0 0 0 6 VK BERSALIN 0 0 0 0 0 0 0 7 CEMPAKA 0 0 0 0 0 0 0 8 ISOLASI 48.39 0 0 0 0 0 0 9 KENANGA 0 0 0 0 0 0 0 10 DAHLIA 5.5 0 0 0 0 0 0 11 PERINATOLOGI 36.3 0 0 0 0 0 0 12 HD 0 0 0 0 0 0 0 13 POLI BEDAH 0 0 0 0 0 0 0 14 POLI OBGYN 0 2.2 0 0 0 0 0
60 50 40
PLEBITIS
30
IDO ISK
20
DEKUBITUS
10
VAP POLI OBGYN
HD
POLI BEDAH
PERINATOLOGI
DAHLIA
KENANGA
ISOLASI
CEMPAKA
VK BERSALIN
TERATAI
ANGGREK
MAWAR
VIP
ICU
0
HAP IADP
Keterangan : Berdasarkan table dan grafik diatas angka phlebitis tertinggi pada bulan januari 2017 adalah diruang isolasi dengan angka 48.39 ‰ dan yang terendah diruang Teratai 3.1‰, sedangkan diruang mawar, vk bersalin, HD,dan ruang Vip, ruang
3
cempaka,ruang kenanga , poli bedah & poli Obgyn tidak ada angka kejadian. Untuk angka kejadia infeksi daerah operasi ada dipoli Obgyn 2.2 % . Untuk angka kejadian Isk, dekubitus,Vap, Hap,dan IADP tidak ditemukan di bulan Januari 2017. ANGKA KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL Februari 2017 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
RUANGAN PLEBITIS IDO ISK DEKUBITUS VAP HAP IADP ICU 15 0 0 0 0 0 0 VIP 0 0 0 0 0 0 0 MAWAR 0 0 0 0 0 0 0 ANGGREK 4.6 0 0 0 0 0 0 TERATAI 0 0 0 0 0 0 0 VK BERSALIN 0 0 0 0 0 0 0 CEMPAKA 0 0 0 0 0 0 0 ISOLASI 0 0 0 0 0 0 0 KENANGA 0 0 0 0 0 0 0 DAHLIA 0 0 0 0 0 0 0 PERINATOLOGI 100 0 0 0 0 0 0 HD 0 0 0 0 0 0 0 POLI BEDAH 0 0 0 0 0 0 0 POLI OBGYN 0 2.3 0 0 0 0 0
120 100 80
PLEBITIS
60
IDO ISK
40
DEKUBITUS
20
VAP POLI OBGYN
POLI BEDAH
HD
DAHLIA
PERINATOLOGI
KENANGA
ISOLASI
CEMPAKA
TERATAI
VK BERSALIN
ANGGREK
MAWAR
VIP
ICU
0
HAP IADP
Keterangan : Berdasarkan table dan grafik diatas angka Plebitis tertinggi pada bulan Februari 2017 adalah diruang perinatologi dengan Angka 100 ‰ dan terendah di ruang
4
Anggrek dengan angka 4, 6 ‰, untuk ruang mawar,ruang melati,Vk bersalin,ruang kenanga, ruang cempaka, ruang dahlia dan HD tidak ada angka kejadian plebitis. Untuk angka kejadian Infeksi Daerah Operasi ada dipoli Obgyn dengan angka 2.3 % Untuk angka kejadian ISK ,dekubitus, Vap, Hap dan IADP tidak ditemukan pada bulan Februari 2017. ANGKA KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL MARET 2017 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
RUANGAN PLEBITIS IDO ISK DEKUBITUS VAP HAP IADP ICU 11.5 0 0 0 0 0 0 VIP 0 0 0 0 0 0 0 MAWAR 0 0 0 0 0 0 0 ANGGREK 2.8 0 0 0 0 0 0 TERATAI 0 0 0 0 0 0 0 VK BERSALIN 8.8 0 0 0 0 0 0 CEMPAKA 0 0 0 0 0 0 0 ISOLASI 28 0 0 0 0 0 0 KENANGA 28 0 0 0 0 0 0 DAHLIA 4.6 0 0 0 0 0 0 PERINATOLOGI 0 0 0 0 0 0 0 HD 0 0 0 0 0 0 0 POLI BEDAH 0 0 0 0 0 0 0 POLI OBGYN 0 7.1 0 0 0 0 0
30 25
PLEBITIS
20 15
IDO
10
ISK
POLI OBGYN
POLI BEDAH
HD
PERINATOLOGI
DAHLIA
KENANGA
ISOLASI
CEMPAKA
VK BERSALIN
TERATAI
ANGGREK
VAP
MAWAR
0 VIP
DEKUBITUS ICU
5
HAP IADP
Keterangan : Berdasarkan table dan grafik diatas angka kejadian plebitis tertinggi pada bulan maret 2017 diruang isolasi dan kenanga dengan angka 28 ‰ dan angka
5
terendah di ruang anggrek dengan angka 2.8 ‰, ruang melati, ruang cempaka, ruang mawar,ruang teratai, ruang teratai dan HD. Untuk angka kejadian infeksi daerah operasi hanya ada di poli Obgyn dengan angka 7.1 %. Dekubitus , Vap, Hap, Iadp tidak ditemukan pada bulan maret 2017. ANGKA KEJADIAN PLEBITIS
Angka plebitis Bulan januari februari maret
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Angka plebitis 7.7 8.54 5.97
Angka plebitis
januari
februari
maret
ANGKA KEJADIAN INFEKSI DAERAH OPERASI
Angka IDO
Bulan Angka IDO Januari 0.15 Februari 0.16 Maret 0.5
0.5 0.4 0.3
Angka IDO
0.2 0.1 0
Januari
Februari
Maret
6 Analisis :
Dari beberapa table dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dari tiga bulan terakhir angka infeksi yang paling tinggi diurutan pertama adalah akibat tusukan jarum infuse / IV cateter yaitu mencapai rata- rata 7.7 ‰ pada bulan Januari, mengalami peningkatan pada bulan Februari menjadi 8.54 ‰ . dan pada bulan maret kembali turun menjadi 5.97 ‰. Walaupun mengalami penurunan data tersebut masih tinggi . karena menurut indicator mutu angka kejadian phlebitis target kinerjanya hanya ≤ 5 ‰ dari semua pasien yang terpasang jarum infuse. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung sesuai buku pedoman surveilen adalah : Jumlah kejadian phlebitis x 1000 Jumlah lama hari pemakaian cateter vena perifer Diurutan ke dua adalah infeksi daerah operasi angka mencapai rata- rata dibulan Januari 0.15 %, pada bulan Februari meningkat menjadi 0.16 %, dan pada bulan maret meningkat menjadi 0. 5 % menurut indicator mutu angka kejadian infeksi (IDO) angka tersebut masih dalam batas normal karna target kinerjanya ‹ 5 % . Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung sesuai buku pedoman surveilens adalah : Jumlah IDO dalam satu bulan X 100 Total jumlah operasi dalam satu bulan
Tingginya angka infeksi tersebut diatas kemungkinan oleh beberapa faktor antara lain : a) Kepatuhan terhadap kewaspadaan standar : • Budaya Hand Hygiene masih kurang, walaupun sarana / fasilitas wastafel sudah tersedia disemua tempat. • Penyediaan Handsrub yang belum merata di semua ruangan, dan penyedian sabun untuk cuci tangan di bagian barang sering tidak tersedia • Penyediaan lap tangan / tissu masih kurang. • Penyediaan alat pelindung diri masih belum maksimal dan kesadaran penggunaan APD juga masih kurang. • Pemahaman dan pelaksanaan tindakan dengan tehnik steril masih kurang. • Kebersihan lingkungan masih belum maksimal.
7
b) Kapas alkohol yang digunakan di semua ruangan menggunakan wadah yang bertutup tapi sering terbuka, sehingga alkohol mudah menguap dan menyebabkan kapas alkohol tersebut tidak efektif lagi sebagai desinfektan. c) Penggunaan kapas alkohol tidak sesuai dengan prosedur d) Pemasangan infus masih banyak ditemukan sudah tiga hari tapi tidak diganti-ganti e) Cara prosedur pemasangan belum sesuai dengan SPO yang telah ditetapkan f) Belum adanyan pelatihan untuk tehnik septik pengaplosan obat injeksi g) Jumlah set Ganti Verban (GV) yang tersedia masih kurang untuk memenuhi kebutuhan di ruangan. h) Cara menggunakan alat set GV steril belum sesuai dengan prosedur yang ada i) Kurangnya informasi ke keluarga pasien tentang perawatan, pentingnya nutrisi dan kebersihan pada pasien. b. KEWASPADAAN STANDAR 1) Kebersihan tangan Hasil monitoring cuci tangan triwulan pertama tahun 2017 adalah sebagai berikut PERSENTASE KEPATUHAN CUCI TANGAN TENAKES BERDASARKAN KESEMPATAN CUCI TANGAN PADA BULAN MARET 2017
No
Moment
1 2 3 4 5 6
Sebelum Kontak Px Sebelum Tind. Aseptik Setelah kontak Px Setelah kontak cairan tubuh setelah kontak lingk sebelum/sesudah srg tangan Kepatuhan Cuci tangan
Kepatuhan terhadap Moment 74% 91% 84% 97% 73% 58% 78%
8
KEPATUHAN CUCI TANGAN TENAKES BERDASARKAN MOMENT CUCI TANGAN 120%
Judul Sumbu
100% 80% 60% 40% 20% 0%
KEPATUHAN
Sebelum Kontak Px
Sebelum Tind. Aseptik
Setelah kontak Px
Setelah kontak cairan tubuh
setelah kontak lingk
74%
91%
84%
97%
73%
sebelum/s Kepatuhan Cuci esudah srg tangan tangan 58%
78%
Analisis : Berdasarkan grafik di atas didapatkan dari moment cuci tangan kepatuhan cuci tangan tertinggi ada di moment setelah kontak cairan tubuh pasien 97 %, yang terendah setelah kontak dengan lingkungan pasien 73 %, sedangkan kesadaran untuk mencuci tangan sebelum dan sesudahmenggunakan sarung tangan hanya 58 % .untuk mendapatkan hasil kepatuhan cuci tangan secara keseluruhan adalah jumlah cuci tangan yang dilakukan dibagi semua kesempatan yang dimiliki untuk cuci tangan . didapatkan hasil 78 %. jumlah cuci tangan yang dilakukan x 100 jumlah kesempatan yang dimiliki untuk cuci tangan
9
PERBANDINGAN KEPATUHAN CUCI TANGAN RUANGAN MARET 2017 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ruangan cempaka Perinatologi ICU IGD Kenanga ponek Hemodialisa Dahlia Isolasi Anggrek Mawar
120% 100% 80%
Kepatuhan Cuci Tangan 96% 82% 72% 17% 61% 100% 61% 100% 98% 67% 75%
100%
96% 82%
72%
61%
60%
100% 98%
61%
67%
75%
40% 20%
17%
0%
Kepatuhan Cuci Tangan
Keterangan : Dari data grafik diatas di dapatkan hasil kepatuhan cuci tangan tertinggi ada diruang ponek dan dahlia 100%.dan terendah di Igd. Dari hasil monitoring masih banyak perawat dan dokter yang menggunakan cincin pada saat melakukan pelayanan.
10
PERSENTASE KEPATUHAN CUCI TANGAN BERDASARKAN PROFESI TENAKES TERHADAP FIVE MOMENT MARET 2017 No 1 2 3 4 5 6 7
Moment Cuci Tangan Sebelum Kontak Px Sebelum Tind. Aseptik Setelah kontak Px Setelah kontak cairan tubuh setelah kontak lingk sebelum/sesudah srg tangan Rata-rata Kepatuhan
Dokter Dokter Perawat Akper Ahli Gizi Admin CS Sp Umum /Bidan 88% 5% 81% 100% 100% 0% 100% 0% 92% 100% 88% 14% 93% 100% 100% 100% 100% 86%
100% 9%
96% 69%
100% 100%
100%
100%
100% 89%
80% 88%
0% 13%
60% 82%
100% 100%
100%
100%
90%
Keterangan : Dari tabel diatas kepatuhan tertinggi ada di dokter spesialis 88%, kepatuhan perawat bidan 82 % dan kepatuhan terendah ada di dokter umum hanya 13 %. Peralatan cuci tangan yang tersedia adalah wastapel, air mengalir lancar, stiker cuci tangan masih tampak baik, pada saat pengamatan tanggal 24 maret- 02 April 2017 cairan handraf kosong. Tisue untuk cuci tangan tidak tersedia. Sabun cuci tangan tersedia tetapi menurut ruangan tebatas hanya mendapatkan dua isi ulang ukuran 250 CC, sedangkan kebutuhan satu bulan minimal 5 bungkus ukuran 250 cc.
11
2) Penggunaan APD Dari hasil monitoring kelengkapan APD masih kurang terutama apron, nurse cap,gogle, sarung tangan rumah tangga.masker N 95 hanya digunakan di ruang Isolasi sedangkan di luar ruang isolasi tidak mendapatkan. 3) Pengelolaan limbah dan benda tajam Dari hasil pengamatan bln januari- maret 2017 masih ditemukan jarum bekas pakai yang dibuang di sampah infeksius, ditemukan di ruang cempaka, Igd, Vk, Laboratorium, banyak juga ditemukan sampah rumah tangga yang di buang ke sampah infeksius. Cairan darah yang seharusnya di buang ke spoolhoke masih di buang ke smapah infeksius . Hal ini menambah beban insenerator. Pemilahan sampah di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas terdiri dari : • Sampah Infeksius Sampah yang berasal dari pelayanan klinis, perawatan, laboratorium dan atau semua benda yang sudah terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien. Pemusnahan sampah tersebut dilakukan di insenerator milik RS • Sampah Non Infeksius Sampah yang berasal dari limbah rumah tangga atau pembungkus alat medik yg tidak terkontaminasi dgn darah atau cairan tubuh pasien. . sampah jenis ini dipilah oleh petugas sebelum di angkut ke TPA • Sampah Benda Tajam Semua benda yang mempunyai permukaan tajam yang dapat melukai / merobek permukaan tubuh, masih ada ditemukan sampah lain didalam sampah benda tajam seperti : plester dan kapas alcohol dan tempat yang digunakan adalah septikbox ukuran 3 l untuk ruangan rawat inap dan poliklinik yang pasiennya sedikit dan 8 liter untuk r.Igd dan r. teratai, dan r. kenanga. • Pengelolaan Limbah Padat Pengelolaan limbah padat di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo belum terlaksana dengan baik, hal ini dibuktikan dengan masih ditemukannya penyebaran atau
12
penumpukan sampah disekitar lingkungan Rumah Sakit. Adapun proses pengolahan yang telah dilakukan adalah : Tempat Pengumpulan Sampah Tempat sampah padat infeksius dan non infeksius sudah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, anti bocor dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya namun ada beberapa tempat sampah yang penutupnya sudah los sehingga harus menggunakan tangan untuk membuka dan menutup tempat sampah tersebut. Tempat sampah Tempat sampah infeksius dan non infeksius sudah dibedakan dan sudah lengkap dengan label masingmasing sampah. Sampah infeksius menggunakan kresek warna kuning dan sampah non infeksius menggunakan kresek warna hitam Jarak tempat sampah Sudah terdapat 1 buah tempat sampah di setiap kamar dan setiap 10 – 20 meter pada ruangan tunggu terbuka. Warna plastic Warna plastik yang digunakan untuk mengumpul sampah sudah dibedakan, untuk sampah infeksius berwarna kuning dan sampah non infeksius menggunakan plastik berwarna hitam, namun masih ada ditemukan untuk penggunaan plastik pada tempat sampah salah Pembersihan bak sampah Tempat sampah sudah dibersihkan, namun tidak ada penjadwalan khusus, direkomendasikan tempat sampah dibersihkan setiap hari setelah sampah sudah dikosongkan .Tempat sampah yang sudah penuh sering tidak langsung diangkut/dikosongkan. Jadwal pengambilan sampah Pembuangan sampah sudah terjadwal pagi dan sore tetapi karena kontainer sampah terbatas dan tenaga juga empat orang saja ( dua pagi, dua sore), sehingga pengambilan dan saat pembuangan sampah lama.
13
•
Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) sudah tersedia tempat penampungan sampah sementara, sehingga setiap hari sampah diangkut di belakang RS . Sampah non infeksius dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara yang dikelola oleh Pemda. Tetapi sebelumnya tetap harus dipilah lagi oleh petugas sampah.
•
Tempat Sampah Pembuangan Akhir (TPA) Untuk sampah infeksius dan sampah benda tajam di di bakar di insenerator milik rs. Tetapi insenerator belum standar dan masih dalam lingkungan rumah sakit. Dalam sehari insenerator kita hanya mampu membakar 50 kg. Sedangkan sampah yang dihasilkan dari rumah sakit mencapai 100 kg. Belum lagi rs menerima sampah yang berasal dari beberapa puskesmas dan klinik . Pengelolaan Limbah Cair RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo menggunakan sistem pengolahan Air Limbah milik(IPAL), seharusnya pemeliharaannya tidak terlalu sulit karena sudah diset / atur oleh dosing pump untuk pemakaian conditioner dan settler. Tetapi permasalahannya saat ini alat mengalami kerusakan dan belum diperbaiki. Penampungan air akhir tidak terawat sehingga banyak tumpukan lumpur. Sehingga air belum bisa dipastikan apakah benar- benar sudah aman untuk dibuang.
•
4) Pengendalian lingkungan Kegiatan kebersihan rumah sakit dan lingkungan RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo selama tahun 2017 belum dilakukan semaksimal mungkin adapun permasalahan yang ditemukan adalah : • Tenaga yang kita miliki untuk clening service bukan tenaga yang terlatih • Peralatan yang digunakan juga masih seminim mungkin • Apd yang digunakan tidak lengkap • Laporan pengawasan dari koordinator cs sendiri belum pernah masuk ke Komite PPI.
14
Pengendalian Serangga , Tikus dan kucing Dari hasil evaluasi yang dilakukan dengan cara pembersihan ruangan dan lingkungan Rumah Sakit masih ditemukan adanya serangga dan tikus yang berkeliaran, tetapi belum ada pengendalian terhadap serangga dan tikus ini . sedangkan untuk kucing belum dilakukan penangkapan untuk tiga bulan terakhir . Di ruangan rawat inap banyak terdapat kursi- kursi yang robek , tehel pecah, bed ginekologi di ponek dan vk sudah berkarat dan sudah tidak layak untuk digunakan. 5) Penyuntikan yang aman Spo penyuntikan yang aman belum di sosialisasikan dan belum di edarkan secara tertulis keruangan rawat inap dan poliklinik. Selama bulan januari, februari, dan maret belum ada laporan pajanan jarum dari ruang rawat inap. 6) Kebersihan pernapasan etika batuk Sosialisasi etika batuk dilakukan dengan adanya poster dan liplet diruangan dan poliklinik . tetapi karena keterbatasan dana yang disediakan RS liplet sering kehabisan. 7) Praktek lumbal pungsi Spo lumbal fungsi yang akan digunakan belum ditetapkan oleh komite medik sehingga belum bisa dievaluasi hasil kepatuhannya. 8) Peralatan perawatan pasien Dari hasil evaluasi pelaksanaan pelayanan sterilisasi di RSUD dr. H. Soemarno sosroatmodjo sudah berlangsung cukup baik. Berikut akan dijabarkan hasil evaluasi bulan jan- maret 2017: • Pengiriman bahan non steril ke CSSD sering tidak sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan. • Water tretment belum ada di ruang CSSD • Zink di ruang CSSD belum dilengkapi kompresor air • Sebagian unit pelayanan dalam hal pemakaian instrumen tidak sesuai dengan prosedur sehingga mengurangi kualitas dari instrumen tersebut. • Bahan steril yang tidak terpakai lebih dari 3 x 24 jam tidak di kirim kembali ke CSSD untuk disterilkan kembali. • Kalibrasi sterilisator di CSSD belum terlaksana. • SDM di CSSD masih belum memadai sesuai dengan profesi yang dibutuhkan
15
• • • •
Pengiriman alat dari ruangan ke CSSD ada beberapa ruangan yang belum menggunakan kontainer Prinsip FIFO belum dilaksanakan dengan baik. Ruangan Ok central dan Ok IGD masih melakukan membersihan alat sendiri. Belum ada alat indikator mutu kimiawi yang digunakan pada alat di CSSD
9) Penanganan Linen Dari hasil evaluasi penanganan linen masih ditemukan beberapa kendala – kendala penanganan linen di RS antara lain : • Pengadaan linen di rs masih kurang, pengadaan linen terakhir pada tahun 2005 • trolley untuk linen bersih dan linen kotor belum ada • Tempat penampungan sementara di ruangan untuk linen infeksius dan non infeksius tidak tersedia. • Ruangan linen di rs belum standar • Untuk mesin cuci masih menggunakan mesin cuci rumah tangga • Belum ada timbangan di linen • Belum ada mesin jahit di linen. • Apd yang digunakan oleh petugas tidak sesuai dan masih sangat minim • Lemari penyimpanan untuk linen bersih tidak standar 10) Kesehatan karyawan untuk pemeriksaan kesehatan karyawan sudah dilaksanakan , walaupun pemeriksaan tidak secara menyeluruh . • pemeriksaan kesehatan pertama dilakukan di gajebo RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo kuala kapuas dilakukan bagian keperawatan. • pemeriksaan kesehatan kedua pada tanggal 4-5 april 2017 di R ok central, R. Perinatologi, R.Vk, R. Cempaka, R.isolasi, R. Icu. Scrining yang diperiksa adalah : HIV, HbsAg & HCV. Hasil yang didapat untuk pemeriksaan HIV ada 76 orang yg diperiksa dan hasilnya semua NR, untuk pemeriksaan HbsAg dari 76 orang yg diperiksa ada 3 orang yg harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dan untuk pemeriksaan
16
HCV dari 76 orang yang dilakukan pemeriksaan hasilnya semua NR.
11) Penempatan pasien Rsud kita sudah mempunyai ruang isolasi yang terdiri dari tujuh bed satu bed untuk anak, dan lima bed untuk orang dewasa. Satu bed untuk pasien Tb MDR. Ruang isolasi adalah ruangan kelas dua.karena keterbatasa tersebut pasien yang hak perawatannya kelas satu sering dirawat diluar ruang isolasi terutama di ruang kenanga, anggrek dan melati. Ruang isolasi di rs kita menggunakan sistem pengaturan udara secara alami, dan tidak dilengkapi dengan hepafilter maupun blower yang menggunakan UV. Jarak antara ruang isolasi dengan ruangan lain hanya tiga meter, sedangkan menurut standarnya minimal delapan meter. 12) Pembatasan Pengunjung Sampai saat ini bila kita perhatikan pembatasan waktu berkunjung masih belum terlaksana. Pembatasan pengunjung selain waktu juga pada anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak yang lolos. Diruang rawat inap belum bisa dilaksanakan pembatasan pengunjung, sehingga terkadang ruangan menjadi penuh, sehingga tidak salah jika ruang rawat inap secara keseluruhan menjadi ruangan yang memberikan kontribusi meningkatnya angka infeksi. Juga diruangan lain yang seharusnya menjadi ruangan “isolasi” digunakan juga oleh keluarga pasien untuk tidur dan menunggu pasien diruangan yang sama/diruang rawat. c. Pendidikan dan pelatihan a) Program kepada pasien dan pengunjung rumah sakit Program pendidikan dan pelatihan kepada pasien dan pengunjungnya belum dilaksanakan secara berkesinambungan. Sosialisasi tentang pengendalian infeksi masih sangat minim dilakukan, memberikan informasi tentang pengendalian infeksi kepada pengunjung menjadi bagian yang cukup penting untuk bisa terkendalinya infeksi nosokomial (HAIs)
17
b) Program kepada petugas Program pendidikan kepada petugas sedikit demi sedikit sudah berjalan, orientasi petugas/karyawan baru, sudah dilaksanakan meskipun belum sepenuhnya. Untuk tahap awal program sudah dilaksanakan kegiatan pelatihan cuci tangan. Program immunisasi belum dapat dilaksanakan pada bulan ini karena terbentur dengan anggaran, demikian juga dengan immunisasi bagi petugas/karyawan yang rencananya akan dilakukan immunisasi Hep.B. untuk petugas yang ada di gizi juga belum bisa dilakukan pemeriksaan sweb rectal per enam bulan. Beberapa pelatihan tindakan invasif, penanganan pasien infeksius dan pelatihan sterilisasi bagi petugas CSSD belum dapat dilaksanakan karena terbentur dengan anggaran untuk mengikuti pelatihan CSSD. Terkait dengan program penyehatan lingkungan dirasakan masih perlu banyak koreksi c) Program Orientasi dan Pengembangan Staff 1) Program Orientasi Semua karyawan baru belum diberikan orientasi tentang PPI, tetapi mahasiswa yang praktek sudah diberikan orientasi umum tentang cuci tangan, penggunaan APD, pembuangan sampah dan etika batuk. 2) Pengembangan Staff Program pengembangan staff yang ada di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo belum semua diberikan pendidikan dan pelatihan tentang PPI dasar terkait keuangan RS.dan para pelatih terutama IPCN belum pelatihan TOT PPI d. Tata hubungan kerja Sampai saat ini ada hal yang perlu kita koreksi bersama, yaitu tentang pelaksanaan pembangunan, kami dari PPI sudah membuatkan ICRA renovasi tetapi untuk implementasinya belum bisa dilaksanakan .ICRA renovasi PPI tentang bagimana tinjauan PPI dengan pembangunan yang ada seperti untuk menutup area yang sedang dibangun /direnovasi terkait dengan menjaga /meminimalisir kontaminasi udara dari debu, sehingga protap yang dibuat belum tersosialisasi dengan baik. Sweb udara untuk bangunan baru sebelum digunakan juga belum bisa dilaksanakan.
18
e. Penggunaan Anti Mikroba Penggunaan antibiotika dan antimikroba di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo belum ada standarisasi / formularium yang disepakati. Karena komite yang mengurus hal tersebut belum jalan. Bahwa pemetaan kuman di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo sudah pernah dilakukan dimana hasil peta kuman dapat digunakan untuk keperluan penggunaan antibiotika dan antimikroba yang wajar. Karena biaya untuk peta kuman cukup mahal maka boleh juga disepakati berdasarkan empiris yang dikumpulkan oleh praktisi disepakati dan diusulkan menjadi standar / formularium yang berlaku, sehingga antibiotika di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo dapat di kendalikan. Hal ini diperlukan karena pada umumnya kuman akan bermutasi menjadi resisten ketika terpapar, dan sedikit demi sedikit kuman akan membuat pertahan dirinya dengan bermutasi dan akhirnya kuman resisten. f. Beberapa Catatan Pelaksanaan Kegiatan Di Ok Terkait Dengan pencegahan infeksi • Ketika kita masuk ke OK di area Kotor kita wajib melepaskan alas kali / sepatu yang berasal dari luar Ok, akan tetapi kursi roda / brandcar dari luar bisa masuk sampai ke ruang RR. • Belum adanya petunjuk / batas yang memisahkan area-area di OK, termasuk area pasien preoprasi dan postoperasi, sehingga kedepan masuk dan keluar pasien dari pintu yang berbeda. • Tempat cucitangan steril jadi satu dengan tempat mencuci alat bedah dan alat pembersih lainnya • Air yang digunakan belum ada penyaringan water tretment ( karena air yang kita gunakan positif e. coli) g. Pelaksanaan Standar Precaution Selama tahun 2017 Tim PPI telah melakukan pengamatan terhadap kepatuhan petugas terhadap pelaksanaan Standar Precaution dan dari hasil pengamatan didapat bahwa pelaksanaan standar precaution masih belum optimal diantaranya budaya Hand Hygiene masih kurang, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tidak sesuai dengan indikasi
4. .REKOMENDASI TINDAK LANJUT: a. Mengaktifkan Peran IPCN-IPCLN secara paripurna, agar pelaksanaan PPI di lapangan berjalan dengan lebih baik, pada akhirnya tujuan RS menurunkan kejadian infeksi nosokomial dapat terwujud.
19
b. Bekerjasama dengan Bidang keperawatan untuk melakukan sosialisasi prosedur-prosedur keperawatan yang terbaru, terkait dengan pencegahan infeksi, dengan prioritas pemasangan / pemeliharaan iv line dan perawatan luka operasi. c. Penerapan Kewaspadaan Standar terus ditingkatkan. d. Perlu adanya pembinaan tenaga keperawatan kepada semua perawat di ruang rawat inap secara terus – menerus baik melalui Diklat Reguler, penyegaran SOP tindakan keperawatan dan controlling oleh IPCN (Infections Control Nurse) e. Bekerja sama dengan IPCLN dalam melakukan survei lapangan secara teratur sehingga angka kejadian infeksi jarum infus bisa dikurangi. f. Usulan: Ketidakpatuhan hand hygiene, penggunaan APD serta pemilahan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur dicatat sebagai salah satu point penilaian karyawan. 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI a) Kesimpulan Angka Infeksi rumah sakit / HAIs, di RS masih tinggi dan perlu pengendalian yang lebih intensif Perlu dilakukan langkah-langkah yang kongkrit untuk pengendalian infeksi ini sehingga manfaat pelatihan cuci tangan masih sangat rendah korelasinya untuk pengendalian infeksi. b) Rekomendasi Perlu adanya pelatihan / Refresh untuk pemasangan IV Chateter, dan pelatihan penangan pasien menular. Pelatihan dasar ppi untuk staf yang lain segera dilakukan Kepada Komite PPRA segera diaktifkan untuk membuat usulan penggunaan antibiotic dan antimikroba yang wajar, karena sudah dilakukan pemeriksan pemetaan kuman. Pengumpulan data / pelaporan harus sesuai dengan kejadiannya dan harus dipahami kapan kita laporkan sebagai infeksi, sehingga tidak ada yang ditutupi atau bahkan dilebihkan. Perlu pemahaman semua pihak tentang pembatasan kunjungan dimana waktu belum terkontrol dan anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak yang masuk keruangan rawat inap. Perlu difikirkan cara evakuasi pasien dengan kursi roda yang masuk dan keluar OK, karena bila diperhatikan sepatu petugas harus dilepas, sementara kursi roda masuk dengan frekwensinya cukup tinggi. Sebaiknya juga diatur pasien pre dan post op tidak satu pintu.
20
Jika memungkinkan nantinya didekat pintu OK dapat dipasang plang / pembatas untuk brankar / kursi roda agar tidak dapat masuk sampai kedalam, hanya sampai pintu OK saja. Bagi manajemen agar segera membuat pebaikan pada mesin ipal dan insenerator yang sesuai standar jauh dari pemukiman warga. Atau bekerjasama dengan pihak ke tiga. Kedepan mungkin dapat disediakan tisu towel untuk mengeringkan tangan setelah mencuci tangan / hand washing, karena mengeringkan tangan sudah tidak direkomendasikan dengan menggunakan handuk yang sehari ganti. Dukungan manajemen yang berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk pelayanan yang baik dan berkualitas. 6. Penutup Demikian laporan ini di buat mudah-mudahan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk beberapa kebijakan yang menyangkut PPIRS, tentunya untuk kemajuan rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan yang bermutu, dan turut berkontribusi untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan mandiri.