LAPORAN INFEKSI RU MAH SAKIT DI RSUD DR. H. SOEMARNO SOSROATMODJO KUALA KAPUAS BULAN OKTOBER- DESEMBER 2016 KOMITE PPI
LAPORAN INFEKSI RUMAH SAKIT DI RSUD DR. H. SOEMARNO SOSROATMODJO KUALA KAPUAS ( OKTOBER- DESEMBER) TAHUN 2016 1. PENDAHULUAN Terjangkitnya infeksi nasokomial/ HAIS atau sering disebut juga infeksi rumah sakit, artinya infeksi yang terjadi dirumah sakit. Hal ini berimplikasi sangat luas menimbulkan masalah bagi penderita dan dapat merugikan nama baik rumah sakit. Sebagai sebuah penyakit yang berdiri sendiri ( terlepas dari keterkaitan penyakit dasar yang muncul) sebagai akibat tindakan medis dan asuhan keperawatan yang dilakukan baik sesuai SPO ataupun tidak, maka infeksi nasokomial dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit dasar. Akibat lain adalah hari rawat yang lebih panjang dan itu berarti perlu adanya tambahan biaya sedangkan bagi rumah sakit dapat memberikan kesan kurang baik terhadap pencegahan infeksi yang merupakan indicator keselamatan pasien rumah sakit. 2. PENGORGANISASIAN Pada tahun ini sudah ada satu kali repisi SK Komite PPI. Berdasarkan keputusan direktur RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas nomor : 010/1596/RSUD-KPS/X/ 2016 tanggal 11 Oktober 2016 Komite PPI bertanggung jawab kepada Direktur RSUD . Kemudian untuk operasional ada Tim pencegahan dan Pengendalian lnfeksi Rumah Sakit yang terdiri dari Unsur Perawat ( IPCN: infection Prevention Control Nurse dan IPCLN (infection Prevention Control Link Nurse) PPIRS mempunyai peran penting dalam rangka memberikan pelayanan prima terhadap pasien ,baik langsung maupun tidak langsung . Memberi pengertian dan tambahan wawasan terhadap pasien dan pengunjung tentang perkembangan penyakit dan kuman setidaknya akan mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien . Kendala yang dihadapi saat ini : Panduan , pedoman dan beberapa kerjasama yang semestinya dilakukan dengan unit lainnya menjadi tidak dapat dilakukan contohnya mendisain sebuah ruangan seharusnya melibatkan unsur PPIRS untuk memberikan masukan kepada Tim I Unit/ Pihak yang melaksanakan pembangunan sehingga sesuai atau paling tidak mendekati kaidah PPI setidaknya PPI memberikan masukan tentang ventilasi untuk sehingga turn over udara diruangan menjadi seimbang , pencahayaan, suhu ruangan dan lain- lain.
1
Laporan data surveilens HAIS dipoli klinik masih menggunakan data manual , karena belum ada computer di poli yang berkaiatan ( poli bedah , poli OBGYN , poli mata, poli gigi, poli THT) yang sering melakukan tindakan dan operasi. Harapan-harapan : Penggorganisasian PPIRS kedepan bisa memberikan kontribusi yang baik untuk peningkatan mutu layanan di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas dan bisa berkolaborasi dengan unit yang lain untuk kemajuan RS dan akhirnya berpartisifasi dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, Sehat dan mandiri sehingga usia harapan hidup akan lebih baik. 3. KINERJA SURVEILENS Surveilens pada bulan Oktober- Desember 2016 mendapatkan hasil sebagai berikut :
ANGKA KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL OKTOBER 2016 NO
RUAN GAN
PLEBITIS
IDO
ISK
DEKUBITUS
VAP
HAP
IADP
1
ICU
44.94
0
0
0
0
0
0
2
VIP
18.7
0
0
0
0
0
0
3 4
MAWAR
0
0
0
0
0
0
0
0 0
5
0
0
0
0
21.6 0
0 0
0 0
0 0
0 0
ISOLAS I
0 84.7
0 0
0 0
0 0
0 0
KENANGA
32.5
0
0
0
0
43 .6
0
0
0
0
0 0 0.9
0 0 0
0 0 0
0 0 0
6.6
0
0
0
ANGGREK TERATAI
5 6 7
VK BERSALIN
8 9
CEMPAKA
10
DAHLIA
11
PERINATOLOGI
12 13
HD POLI BEDAH
0 0 0
14
POLI OBGYN
0
0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
2
90 80 70
~--------------
-1---------- - - - - - - i - - - - - - - -- - lt-a-- - - - - -
60 50 40
-
PLEBITIS
-
100 ISK
30 20
10 0 <( (/) <( <( 0 :::> a.. a:: ::..: ~ z <( w I..? :::; t9 :::; :...: ~ 0_J I a:: I<( :'.) z <( <( I ~ I..? a:: Vl a.. 0 <( <( <( 0 I..? w a:: ~
>
~
z<(
I-
w
al
:...:
w
~
u
z
0
w
::..:
z
0 w
>I..? co
<(
:::;
:::;
ii:
0 0 a.. a..
I-
z
>
I
w
<(
co 0
-
DEKUBITUS
-
VAP
-
HAP IADP
a..
Keterangan : Berdasarkan table dan grafik diatas angka phlebitis tertinggi pada bulan oktober 2016 adalah diruang isolasi dengan angka 84. 7 %0 dan yang terendah diruang anggrek 5%o, sedangkan diruang mawar, vk bersalin, HD,dan ruang perinatologi tidak ada angka kejadian . Untuk angka kejadia infeksi daerah operasi ada dipoli Obgyn 6.6 % tertinggi dan terendah di poli bedah 0,9 %. Untuk ruangan rawat inap tidak ada angka kejadian untuk 100. Untuk angka kejadian lsk, dekubitus,Vap, Hap,dan IADP tidak ditemukan di bulan Oktober 2016. ANGKA KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL NOVEMBER 2016 NO
RUAN GAN
PLEBITIS
ISK
IDO
DEKUBITUS
VAP
HAP
IADP
1
ICU
48
0
0
0
0
0
0
2
VIP
8.26
0
0
0
0
0
0
3
MA WAR
0
0
0
0
0
0
4
ANGGREK
0 4.78
0
0
0
0
0
0
5 6
TERATAI
12.77
0
0
0
0
0
0
7
CEMPAKA
0
0
0
0
0
0
8
ISO LAS I
0 46.3
a
a
a
0
0
9
KENANGA
11
0
200
0
0
0
0 0
0 42.5
0
a
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0
VK BERSALIN
10
DAHLIA
11
PERINATOLOGI
12
HD
0
13
POLI BEDAH
a
0 1.2
a
0 0
0 0
0 0
0 0
14
POLI OBGYN
0
16.6
0
0
0
0
0
3
-
PLEBITIS
-
IDO
ISK
::::>
~
a..
>
a:
:><:
~
UJ
~
t!J t!J
~
a:
~
z
~
z
I~
a:
UJ
I-
~
V}
a:
UJ
al
:><:
>
~
:><:
~
a..
~
UJ
u
Vi ~ ~
0
~
~
t!J
z ~ z UJ :><:
~
::::;
ID
0~ ~ 0 Cl I-
I
~
z
a:
Cl I
I
z
Cl
t!J
~
UJ
al
::::; 0 a..
>-
-
DEKUBITUS
-
VAP
-
HAP
IADP
al
0 ::::; 0 a..
UJ
a..
Keterangan : Berdasarkan table dan grafik diatas angka Plebitis tertinggi pada bulan November 2016 adalah diruang lsolasi dengan Angka 46,3 %0 dan terendah di ruang Anggrek dengan angka 4, 78 %0, untuk ruang mawar, ruang cempaka , ruang dahlia dan HD tidak ada angka kejadian plebitis. Untuk angka kejadian lnfeksi Daerah Operasi ada dipoli Obgyn yang tertinggi dengan angka 16,6 % dan terendah di poli bedah dengan angka 1,2 % . Untuk angka kejadian ISK ,dekubitus, Vap, Hap dan IADP tidak ditemukan pada bulan November 2016.
4
ANGKA KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DESEMBER 2016 NO
PLEBITIS
RUANGAN
1 2 3 4
ICU
21.5
VIP
0 26 19.2
MAWAR ANGGREK
IDO
DEKUBITUS
ISK
!ADP
0 0 0
0
0
0
0 0
0 0
0 0
0
0
0
0
0
0
3.9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 19.8 37.2
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0
0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
42.5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TERATAI
6
VK BERSALIN
7
CEMPAKA
8 9
ISO LAS I
10
DAHLIA
11
PERINATOLOGI
12 13 14
HD
0
0
0
POLI BEDAH
0
0
0
0 0 0
POLI OBGYN
0
8.3
0
0
45
~-----------------
40 35 30
- 1 - - - - - - - - - - -_,,1--- --- - - -
0
+ - - - - - - - - - - - - ---- - - +-------------._--I,______
25 -1-------- - - - -_,r--...----....-t- - - 20
HAP
0 0 0
5
KENANGA
VAP
0 0 0
-t-1t----~-------------11-----
-
PLEBITIS
-
IDO
ISK
15 10
-l--~----+-----lr-----+-+------
5
-l-----t,-#-------------t~-------1--
-
DEKUBITUS
-
VAP
-
HAP
0 :::> ~
a...
>
er: <(
3
<(
~
~
LJ.J
er:
l!) l!)
z<(
<{ ~
<(
er:
lU ~
z
::;
<( V'l
er: m
lU ~
>
<( ~
<(
a... ~
LJ.J
u
Vl
<(
-'
0 !!!
<( l!)
z<( z LJ.J ~
<(
::; ::i:: <(
0
G a::i:: 0 -' 0 ~
::i::
z
a lU
l!)
<(
m
<(
::;
ii:
0 a...
z
>m
IADP
0
::;
0 a...
LJ.J
a...
Keterangan : Berdasarkan table dan grafik diatas angka kejadian plebitis tertinggi pada bulan desember 2016 diruang perinatologi dengan angka 42,5 %0 dan angka terendah di ruang teratai dengan angka 3,9 %0, ruang vk, ruang cempaka , ruang dahlia, dan HD. Untuk angka kejadian infeksi daerah operasi hanya ada di poli Obgyn dengan angka 8,3 %. Dekubitus , Vap, Hap, ladp tidak ditemukan pada bulan desember 2016.
5
Analisis: Dari beberapa table dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dari tiga bulan terakhir angka infeksi yang paling tinggi diurutan pertama adalah akibat tusukan jarum infuse I IV cateter yaitu mencapai rata- rata 17,9 %0 pada bulan Oktober, mengalami penurunan pada bulan November menjadi 12,39 %0 . dan pada bulan desember kembali turun menjadi 12, 15 %0. Walaupun mengalami penurunan data tersebut masih sangat tinggi . karena menurut indicator mutu angka kejadian phlebitis target kinerjanya hanya =:; 5 %0 dari semua pasien yang terpasang jarum infuse. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung sesuai buku pedoman surveilen adalah :
Jumlah kejadian phlebitis x 1000 Jumlah lama hari pemakaian cateter vena perifer Diurutan ke dua adalah daerah operasi angka mencapai rata- rata dibulan oktober 0.53 %, pada bulan November meningkat menjadi 1.27 %, dan pada bulan desember kembali turun menjadi 0. 59 % menurut indicator mutu angka kejadian infeksi (100) angka tersebut masih dalam batas normal karna target kinerjanya < 5 % . Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung sesuai buku pedoman surveilens adalah:
Jumlah IDO dalam satu bu Ian X 100 Total jumlah operasi dalam satu bulan
Tingginya angka infeksi tersebut diatas kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : a. Kepatuhan terhadap kewaspadaan standar : • Budaya Hand Hygiene masih kurang , walaupun sarana I fasilitas wastafel sudah tersedia disemua tempat. • Penyediaan Handsrub yang belum merata di semua ruangan • Penyediaan lap tangan I tissu masih kurang . • Penyediaan alat pelindung diri masih belum maksimal dan kesadaran penggunaan APO juga masih kurang. • Pemahaman dan pelaksanaan tindakan dengan tehnik steril masih kurang. • Kebersihan lingkungan masih belum maksimal. b. Kapas alkohol yang digunakan di semua ruangan menggunakan wadah yang bertutup tapi sering terbuka, sehingga alkohol mudah menguap dan menyebabkan kapas alkohol tersebut tidak efektif lagi sebagai desinfektan. c. Penggunaan kapas alkohol tidak sesuai dengan prosedur 6
d. Pemasangan infus masih banyak ditemukan sudah tiga hari tapi tidak digantiganti e. Cara prosedur pemasangan belum sesuai dengan SPO yang telah ditetapkan f. Belum adanyan pelatihan untuk tehnik septik pengaplosan obat injeksi g. Jumlah set Ganti Verban (GV) yang tersedia masih kurang untuk memenuhi kebutuhan di ruangan . h. Cara menggunakan alat set GV steril belum sesuai dengan prosedur yang ada i. Kurangnya informasi ke keluarga pasien tentang perawatan, pentingnya nutrisi dan kebersihan pada pasien. 4. KEGITAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN Kampanye Cuci tangan (hand Hygiene campain) Adalah masih menjadi sasaran awal untuk pengendalian infeksi pada tanggal 5- 10 september 2016 telah dilaksanakan kegitan pitstop yang diikuti oleh seluruh karyawan mulai dari direktur , manajemen dan stafnya, para dokter, farmasi , laboratorium, perawat, radiolagi , bag umum, securiti, dan tidak terkecuali House Keepyng. Meskipun pada akhimya peserta yang mengikuti pelatihan dinyatakan lulus namun pada proses observasi dilapangan terdapat : • 29 % sudah mengikuti pelatihan PPI dasar • Dan ada 71 % ( 390) orang belum mengikuti pelatihan PPI dasar, akan disusulkan pelatihannya. • Kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan 78 % ( dari lima moment yang digunakan kepatuhan yang paling rendah 58% dan kepatuhan yang paling tinggi di sesudah kontak cairan tubuh 100 %. 5.
Evaluasi Program Dari Kegiatan Pokok Program a. Program kepada pasien dan pengunjung rumah sakit Program pendidikan dan pelatihan kepada pasien dan pengunjungnya belum dilaksanakan secara berkesinambungan. Sosialisasi tentang pengendalian infeksi masih sangat minim dilakukan, memberikan informasi tentang pengendalian infeksi kepada pengunjung menjadi bagian yang cukup penting untuk bisa terkendalinya infeksi nosokomial (HAis) b. Program kepada petugas Program pendidikan kepada petugas sedikit demi sedikit sudah berjalan, orientasi petugas/karyawan baru, sudah dilaksanakan meskipun belum sepenuhnya. Untuk tahap awal program sudah dilaksanakan kegiatan pelatihan cuci tangan . Program immunisasi belum dapat dilaksanakan pada bulan ini karena terbentur dengan anggaran, demikian juga dengan immunisasi bagi petugas/karyawan yang rencananya akan dilakukan immunisasi Hep.B. untuk petugas yang ada di gizi juga belum bisa dilakukan pemeriksaan sweb rectal per enam bulan. Beberapa pelatihan tindakan invasif, penanganan pasien infeksius dan pelatihan sterilisasi bagi petugas CSSD belum dapat dilaksanakan karena terbentur 7
dengan anggaran untuk mengikuti pelatihan CSSD. Terkait dengan program penyehatan lingkungan dirasakan masih perlu banyak koreksi c. Tata hubungan kerja Sampai saat ini ada hal yang perlu kita koreksi bersama, yaitu tentang pelaksanaan pembangunan, kami dari PPI sudah membuatkan ICRA renovasi tetapi untuk implementasinya belum bisa dilaksanakan .ICRA renovasi PPI tentang bagimana tinjauan PPI dengan pembangunan yang ada seperti untuk menutup area yang sedang dibangun /direnovasi terkait dengan menjaga /meminimalisir kontaminasi udara dari debu, sehingga protap yang dibuat belum tersosialisasi dengan baik. Sweb udara untuk bangunan baru sebelum digunakan juga belum bisa dilaksanakan . d. Penggunaan Anti Mikroba Penggunaan antibiotika dan antimikroba di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo belum ada standarisasi I formularium yang disepakati. Karena komite yang mengurus hal tersebut belum jalan. Bahwa pemetaan kuman di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo sudah pernah dilakukan dimana hasil peta kuman dapat digunakan untuk keperluan penggunaan antibiotika dan antimikroba yang wajar. Karena biaya untuk peta kuman cukup mahal maka boleh juga disepakati berdasarkan empiris yang dikumpulkan oleh praktisi disepakati dan diusulkan menjadi standar I formularium yang berlaku, sehingga antibiotika di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo dapat di kendalikan . Hal ini diperlukan karena pada umumnya kuman akan bermutasi menjadi resisten ketika terpapar, dan sedikit demi sedikit kuman akan membuat pertahan dirinya dengan bermutasi dan akhirnya kuman resisten. e. Pembatasan Pengunjung Sampai saat ini bila kita perhatikan pembatasan waktu berkunjung masih belum terlaksana. Pembatasan pengunjung selain waktu juga pada anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak yang lolos. Diruang rawat inap belum bisa dilaksanakan pembatasan pengunjung, sehingga terkadang ruangan menjadi penuh, sehingga tidak salah jika ruang rawat inap secara keseluruhan menjadi ruangan yang memberikan kontribusi meningkatnya angka infeksi. Juga diruangan lain yang seharusnya menjadi ruangan "isolasi" digunakan juga oleh keluarga pasien untuk tidur dan menunggu pasien diruangan yang sama/diruang rawat. f.
Laporan Pengujian Pemeriksaan Pada tanggal 24 agustus 2016 telah dilakukan uji bakteri udara. Disemua ruangan terdapat jamur 1) Di ruang IGD usap lantai hasil kultur pseudomonas aeroginosa & stapyhylococcus sp. Sampel udara angka kuman 420 sedangkan batas normal 200, usap dinding hasil negative, usap alat hasil negatif 8
2) Diruang IGD ponek sweb lantai ada kuman staphylococcus sp, angka kuman udara 230 batas normal 200.usap dinding negative,usap alat negative. 3) Diruang ICU usap lantai tidak ada kuman, tetapi usap dinding ada kuman staphylococcus sp, udara 100 batas maksimum 200, alat negative. 4) Diruang VIP ( dikamar no 3) usap dinding ada kuman staphylococcus sp, usap lantai negative, usap udara 120. 5) Ok IGD usap alat tidak ada pertumbuhan kuman , kuman udara 30 batas maksimum 10. Usap meja staphylococcus sp 6) Di ruang anggrek no A6 swep lantai terdapat kuman acinetobacter baumannii dan staphylococcus sp, usap dinding negative,kultur udara 160 batas maksimum 200-500 . 7) Diruang mawar kamar 3, usap lantai enterobacter aerogenes, usap dinding acinetobacter baumannii dan staphylococcus sp, angka kuman udara 210 batas maksimal 200-500. 8) Diruang Teratai kamar satu , usap lantai hasil kuman acinetobacter baumannii, pantoe spp, staphylococcus sp, usap dinding negative, angka kuman udara 5730 batas maksimal 200- 500.usap alat negative 9) Di ruang tindakan VK kala II , usap lantai terdapat kuman acinetobacter radioresistens, usap dinding negative, usap alat negative, kultur udara 440 batas maksimal 10. 10) Ruang isolasi sweb lantai terdapat kuman stapyhylococcus aureus , usap dinding negative ,usap alat negative, angka kuman di udara 530 batas maksimal 200. 11) Di ruang hemodialisa usap lantai terdapat kuman staphylococcus sp , usap dinding negative , sweb udara 590 . 12) Ruang cempaka pada lantai terdapat kuman acinetobacter baumannii, tidak ada pertumbuhan kuman di dinding, sweb udara 250 batas maksimal 200-500. 13) Ruang penatologi sweb lantai terdapat staphylococcu aureus, usap dinding negative ,usap alat negative , sweb udara 300 batas maksimal 200. 14) Diruang kenanga kamar satu sweb lantai terdapat acinetobacter baumannii , usap dinding negative, usap alat negative, sweb udara 200 batas maksimal 200-500. 15) Di ruang dahlia pada lantai terdap at kuman acinetobacter lwoffi, usap dinding negative, sweb udara 620 batas maksimum 200-500. 16) Ruang OK sentral kamar satu pada lantai tidak ada kuman,usap dinding negative, usap alat negative , sweb udara 130 batas maksimal 10, usap meja negative, usap lampu negative. Dikamar dua sweb udara 140 batas maksimal 10,dimeja operasi negative.
9
g. Beberapa Catatan Pelaksanaan Kegiatan Di Ok Terkait Dengan PPI • Ketika kita masuk ke OK di area Kotor kita wajib melepaskan alas kali I sepatu yang berasal dari luar Ok, akan tetapi kursi roda I brandcar dari luar bisa masuk sampai ke ruang RR • Belum adanya petunjuk I batas yang memisahkan area-area di OK, termasuk area pasien preoprasi dan postoperasi, sehingga kedepan masuk dan keluar pasien dari pintu yang berbeda. • Tempat cucitangan steril jadi satu dengan tempat mencuci alat bedah dan alat pembersih lainnya • Air yang digunakan belum ada penyaringan water tretment ( karena air yang kita gunakan positif e. coli) h. Pelaksanaan Standar Precaution Selama tahun 2016 Tim PPI telah melakukan pengamatan terhadap kepatuhan petugas terhadap pelaksanaan Standar Precaution dan dari hasil pengamatan didapat bahwa pelaksanaan standar precaution masih belum optimal diantaranya budaya Hand Hygiene masih kurang, penggunaan Alat Pelindung Diri (APO) yang tidak sesuai dengan indikasi. i.
Kebersihan Rumah Sakit dan Lingkungan Kegiatan kebersihan rumah sakit dan lingkungan RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo selama tahun 2016 belum dilakukan semaksimal mungkin adapun permasalahan yang ditemukan adalah : • Tenaga yang kita miliki bukan tenaga yang terlatih • Peralatan yang digunakan juga masih seminim mungkin • Apd yang digunakan tidak lengkap • Laporan pengawasan dari koordinator cs sendiri belum pernah masuk ke Komite PPI.
j.
Penyediaan Air Bersih dan Pemeriksaan Baku Mutu Air Penyediaan sumber air bersih di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo mengambil air PAM karena akan mengurangi beban pengelolahan sehingga tinggal beban pengawasan kualitas airnya. Air bersih dirumah sakit bukan hanya untuk keperluan pasien saja , melainkan untuk keperluan karyawan/ petugas, pengunjung, penunggu pasien, pembersih peralatan dan untuk memasak makanan pasien, jenis pemakaian air serta mengingat fungsi Rumah Sakit sebagai tempat penyembuhan dan pemulihan penyakit, maka kualitas air penting untuk diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo telah melakukan pemeriksaan mutu air sekali 6 bulan , sample air yang diambil berasal dari ruang OK/CSSD dan Dapur. Pemeriksaan dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Daerah pada tanggal 05 november 2016 diruang hemodialisa tidak terdapat kuman karena disana sudah menggunakan 10
watertretmen . Kesimpulan : berdasarkan sampel dari parameter Ph dan sisa klor yang diperiksa diketahui bahwa Air PDAM tersebut Tidak Memenuhi persyaratan sebagai air bersih . Diruang Gizi pemeriksaan bakteriologi terdapat coliform dan E.Colli. kesimpulan : berdasarkan sampel dari parameter sisa klor, dan Coliform yang diperiksa diketahui bahwa , air PDAM tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagai air bersih. Di pipa sumber PDAM yang berada di RS hasil pemeriksaan bakteriologi terdapat Coliform > 240 dan E. colli 2,2 . k. Pemilahan dan Pembuangan Sampah Pemilahan sampah di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas terdiri dari : • Sampah lnfeksius Sampah yang berasal dari pelayanan klinis , perawatan, laboratorium dan atau semua benda yang sudah terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien. • Sampah Non lnfeksius Sampah yang berasal dari limbah rumah tangga atau pembungkus alat medik yg tidak terkontaminasi dgn darah atau cairan tubuh pasien . • Sampah Benda Tajam Semua benda yang mempunyai permukaan tajam yang dapat melukai I merobek permukaan tubuh , masih ada ditemukan sampah lain didalam sampah benda tajam seperti : plester dan kapas alcohol dan tempat yang digunakan masih menggunakan dirigen. Sesuai saran dari surveyor akreditasi dan menurut standar PPI tempat yang digunakan adalah septikbox.
I.
Pengelolaan Limbah Padat Pengelolaan limbah padat di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo belum terlaksana dengan baik, hal ini dibuktikan dengan masih ditemukannya penyebaran atau penumpukan sampah disekitar lingkungan Rumah Sakit. Adapun proses pengolahan yang telah dilakukan adalah : • Tempat Pengumpulan Sampah 1) Tempat sampah padat infeksius dan non infeksius sudah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan , tahan karat, kedap air, anti bocor dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya namun ada beberapa tempat sampah yang penutupnya sudah los sehingga harus menggunakan tangan untuk membuka dan menutup tempat sampah tersebut. 2) Tempat sampah benda tajam sudah menggunakan wadah yang tahan tusuk dan disposible, walaupun yang digunakan adalah diregen bekas cairan dari HD.
11
•
•
3) Tempat sampah infeksius dan non infeksius sudah dibedakan dan sudah lengkap dengan label masing-masing sampah. Sampah infeksius menggunakan kresek warna kuning dan sampah non infeksius menggunakan kresek warna hitam 4) Sudah terdapat 1 buah tempat sampah di setiap kamar dan setiap 10 - 20 meter pada ruangan tunggu terbuka. 5) Warna plastik yang digunakan untuk mengumpul sampah sudah dibedakan , untuk sampah infeksius berwarna kuning dan sampah non infeksius menggunakan plastik berwarna hitam, namun masih ada ditemukan untuk penggunaan plastik pada tempat sampah salah 6) Tempat sampah sudah dibersihkan, namun tidak ada penjadwalan khusus , direkomendasikan tempat sampah dibersihkan setiap hari setelah sampah sudah dikosongkan 7) Tempat sampah yang sudah penuh sering tidak langsung diangkut/dikosongkan. 8) Pembuangan sampah belum terjadwal dan saat pembuangan sampah housekeeping tidak membedakan sampah infeksius dan non infeksius ( masih digabung ) Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) sudah tersedia tempat penampungan sampah sementara, sehingga setiap hari sampah diangkut di belakang RS . Sampah non infeksius dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara yang dikelola oleh Pemda. Tetapi sebelumnya tetap harus dipilah lagi oleh petugas sampah. Tempat Sampah Pembuangan Akhir (TPA) Untuk sampah infeksius dan sampah benda tajam di di bakar di insenerator milik rs. Tetapi insenerator belum standar dan masih dalam lingkungan rumah sakit. Dalam sehari insenerator kita hanya mampu membakar 50 kg. Sedangkan sampah yang dihasilkan dari rumah sakit mencapai 100 kg. Bel um lagi rs menerima sampah yang berasal dari beberapa puskesmas dan klinik .
m. Pengelolaan Limbah Cair RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo menggunakan sistem pengolahan Air Limbah milik(IPAL), seharusnya pemeliharaannya tidak terlalu sulit karena sudah diset I atur oleh dosing pump untuk pemakaian conditioner dan settler.
Tetapi permasalahannya saat ini alat mengalami kerusakan dan belum diperbaiki. Penampungan air akhir tidak terawat sehingga banyak tumpukan lumpur. Sehingga air belum bisa dipastikan apakah benar- benar sudah aman untuk dibuang. n. Pengendalian Serangga , Tikus dan kucing Dari hasil evaluasi yang dilakukan dengan cara pembersihan ruangan dan lingkungan Rumah Sakit masih ditemukan adanya serangga dan tikus yang
12
berkeliaran , tetapi belum ada pengendalian terhadap serangga dan tikus ini . sedangkan untuk kucing sudah dilakukan penangkapan secara bertahap di lakukan . kucing yang ditangkap di buang ke TPA , dan sebelumnya di beri tanda oleh petugas. Tetapi masih banyak kucing yang lain yang dibuang ke rumah sakit.
o. Penanganan Linen Dari hasil evaluasi penanganan linen, linen RS dibersihkan secara di laundry, namun masih ditemukan beberapa kendala - kendala penanganan linen di RS antara lain : • Penyediaan linen yang masih kurang , sehingga ada beberapa tempat tidur pasien yang seharusnya diganti jadi tidak diganti • Pendistribusian linen ke ruangan pasien belum sesuai , dalam prosedur diminta tempat antara linen bersih dan linen kotor harus dibedakan, namun perawat/petugas masih menggunakan satu tempat • trolley untuk linen bersih dan linen kotor belum ada • Petugas belum membedakan antara linen infeksius dan linen non infekius • Ruangan linen di rs belum standar • Untuk mesin cuci masih menggunakan mesin cuci rumah tangga • Belum ada timbangan di linen • Belum ada mesin jahit di linen. • Apd yang digunakan oleh petugas tidak lengkap • Lemari penyimpanan tidak standar p. Sterifisasi Dari hasil evaluasi pelaksanaan pelayanan sterilisasi di RSUD dr. H. Soemarno sosroatmodjo sudah berlangsung cukup baik. Berikut akan dijabarkan hasil evaluasi 2016: • Pengiriman bahan non steril ke CSSD sering tidak sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan . • Water tretment belum ada di ruang CSSD • Zink di ruang CSSD belum dilengkapi kompresor air • Sebagian unit pelayanan dalam hal pemakaian instrumen tidak sesuai dengan prosedur sehingga mengurangi kualitas dari instrumen tersebut. • Bahan steril yang tidak terpakai lebih dari 3 x 24 jam tidak di kirim kembali ke CSSD untuk disterilkan kembali. • Kalibrasi sterilisator di CSSD belum terlaksana. • Pemeriksaan mikrobiologi terhadap bahan steril belum terlaksana. • SOM di CSSD masih belum memadai sesuai dengan profesi yang dibutuhkan • Pengiriman alat dari ruangan ke CSSD belum menggunakan kontainer • Prinsip FIFO belum dilaksanakan dengan baik.
13
•
Ruangan Ok central dan Ok IGD masih melakukan membersihan alat sendiri.
•
Belum ada alat indikator mutu kimiawi yang digunakan pada alat di CSSD
q. Program Orientasi dan Pengembangan Staff 1) Program Orientasi Semua karyawan baru baik medis maupun non medis belum diberikan orientasi mengenai Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi. Karena tidak ada koordinasi dari Tu maupun dari bagian lain yang melakukan penerimaan. 2) Pengembangan Staff Program pengembangan staff di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo sudah berlangsung beberapakali antaralain : • Pelatihan internal ~ Pitstop Hand Hygiene sudah dilakukan selama seminggu kepada seluh karyawan RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo (berlangsung September 2016) ~ Pemberian diklat mengenai PPI dasar kepada seluruh karyawan belum bisa dilaksanakan seluruhnya, yang sudah mengikuti kepala ruangan dan clening service. • Pelatihan Eksternal tahun 2016 di ikuti oleh 3 orang ( ketua komite PPI & dua orang IPCN) yaitu "Pelatihan Perawat Pencegahan Pengendalian lnfeksi di Rumah Sakit (Infection Control Nursel1CN)" di Jakarta yang diadakan oleh Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali lnfeksi Indonesia (HIPPI) . materi yang diberikan adalah : ~ lmplementasi PPI terkini di RS dan pelayanan kesehatan ~ lmplementasi kebersihan tangan ~ Efektifitas alat pelindung diri di RS dan Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya ~ Desinfeksi dan sterilisasi peralatan perawatan pasien ~ Perlindungan kesehatan karyawan ~ Managemen limbah dan benda tajan RS ~ Penanganan linen dan loundry di RS ~ Aplikasi PPI di RS ~ Tehnik pengambilan spesimen ~ lmplementasi bundle HAIS ~ Penggunaan Anti Mikroba yang rasional ~ Surveilen HAIS ~ Audit Program PPI ~ ICRA (Infection Control Risk Assesment)
6. REKOMENDASI TINDAK LANJUT:
14
a. Mengaktifkan Peran IPCN-IPCLN secara paripurna, agar pelaksanaan PPI di lapangan berjalan dengan lebih baik, pada akhirnya tujuan RS menurunkan kejadian infeksi nosokomial dapat terwujud . b. Bekerjasama dengan Bidang keperawatan untuk melakukan sosialisasi prosedur-prosedur keperawatan yang terbaru , terkait dengan pencegahan infeksi , dengan prioritas pemasangan I pemeliharaan iv line dan perawatan Iuka operasi. c. Penerapan Kewaspadaan Standar terus ditingkatkan. d. Perlu adanya pembinaan tenaga keperawatan kepada semua perawat di ruang rawat inap secara terus - menerus baik melalui Diklat Reguler, penyegaran SOP tindakan keperawatan dan controlling oleh IPCN (Infections Control Nurse) e. Bekerja sama dengan IPCN dalam melakukan survei lapangan secara teratur sehingga angka kejadian infeksi jarum infus bisa dikurangi. f. Usulan: Ketidakpatuhan hand hygiene, penggunaan APD serta pemilahan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur dicatat sebagai salah satu point penilaian karyawan. 7.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI a) Kesimpulan );>- Angka lnfeksi rumah sakit I HAis, di RS Masih terlalu tinggi dan perlu pengendalian yang lebih intensif );>- Perlu dilakukan langkah-langkah yang kongkrit untuk pengendalian infeksi ini sehingga manfaat pelatihan cuci tangan masih sangat rendah korelasinya untuk pengendalian infeksi. b) Rekomendasi );>- Perlu adanya pelatihan I Refresh untuk pemasangan IV Chateter, dan pelatihan penangan pasien menular. );>- Pelatihan dasar ppi untuk staf yang lain segera dilakukan );>- Kepada Komite PPRA segera diaktifkan untuk membuat usulan penggunaan antibiotic dan antimikroba yang wajar, karena sudah dilakukan pemeriksan pemetaan kuman. );>- Pengumpulan data I pelaporan harus sesuai dengan kejadiannya dan harus dipahami kapan kita laporkan sebagai infeksi, sehingga tidak ada yang ditutupi atau bahkan dilebihkan . );>- Perlu pemahaman semua pihak tentang pembatasan kunjungan dimana waktu belum terkontrol dan anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak yang masuk keruangan rawat inap. );>Perlu difikirkan cara evakuasi pasien dengan kursi roda yang masuk dan keluar OK, karena bila diperhatikan sepatu petugas harus dilepas, sementara kursi roda masuk dengan frekwensinya cukup tinggi. Sebaiknya juga diatur pasien pre dan post op tidak satu pintu. );>- Jika memungkinkan nantinya didekat pintu OK dapat dipasang plang I pembatas untuk brankar I kursi roda agar tidak dapat masuk sampai kedalam, hanya sampai pintu OK saja.
15
~
~
~
Bagi manajemen agar segera membuat pebaikan pada mesin ipal dan insenerator yang sesuai standar jauh dari pemukiman warga . Atau bekerjasama dengan pihak ke tiga . Kedepan mungkin dapat disediakan tisu towel untuk mengeringkan tangan setelah mencuci tangan I hand washing, karena mengeringkan tangan sudah tidak direkomendas.fKan dengan menggunakan handuk yang sehari ganti. Dukungan manajemen yang berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk pelayanan yang baik dan berkualitas.
8. Penutup Demikian laporan ini di buat mudah-mudahan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk beberapa kebijakan yang menyangkut PPIRS, tentunya untuk kemajuan rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan yang bermutu, dan turut berkontribusi untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan mandiri.
16