1 BAB 1 CEREBRO VASCULAR DISEASE DAN GANGGUAN KESADARAN
A. KO KONS NSEP EP DAS DASAR AR 1. Pengertian
Stroke/Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)/Cerebro Vascular Disease (CVD)/Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddarth, 2000: 94) atau merupakan suat suatu u kela kelain inan an otak otak baik baik seca secara ra fung fungsi sion onal al maup maupun un stru strukt ktur ural al yang yang disebabkan oleh keadaan patologis pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Doengoes, 2000: 290). Penyebab dari stroke adalah 1) trombosis, 2) embolisme serebral (3/4 kasus stroke), dan 3) perdarahan baik intra serebral maupunn subarachnoid (1/4 kasus stroke) (Hudak & Gallo, 1996: 254). Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neur neurol olog ogis is kare karena na insu insufi fisie siens nsii supl suplai ai dara darah h ke suatu suatu bagi bagian an dari dari otak otak.. Insu Insufi fisie siens nsii supl suplai ai dara darah h dise diseba babk bkan an oleh oleh tromb trombus us,, biasa biasany nyaa sekun sekunde der r terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Lynda Juall Carpenito, 1995). Menu Menuru rutt WHO WHO stro stroke ke adal adalah ah adan adanya ya defi defisi sitt neur neurol olog ogis is yang yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
2. Anat Anatom omii Fisi Fisiol olog ogii
a. Otak Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih lebih 100 triliun triliun neuron neuron.. Otak Otak terdir terdirii dari dari empat empat bagian bagian besar besar yaitu yaitu
2 serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. (Satyanegara, 1998) Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan kort kortek ekss sereb serebri ri.. Masin Masingg-ma masin sing g hemi hemisfe sferr sereb serebri ri terd terdir irii dari dari lobu lobuss frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan kegiatan memproses memproses dan mengintegrasi mengintegrasi informasi informasi sensorik sensorik yang lebih tinggi tinggi tingkatnya tingkatnya,, lobus lobus temporalis temporalis yang merupakan merupakan area sensorik sensorik untuk impuls impuls penden pendengar garan an dan lobus lobus oksipi oksipital talis is yang yang mengan mengandun dung g kortek kortekss penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna. Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duram uramat ater er
yan yang
men menyeru yerup pai
atap atap
ten tenda
yaitu aitu
tent tento orium rium,,
yang ang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai sebagai pusat refleks yang mengkoordina mengkoordinasi si dan memperhalus memperhalus gerakan gerakan otot,
serta
mengubah
tonus
dan
kekuatan
kontraksi
untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh. Bagian Bagian-ba -bagia gian n batang batang otak otak dari dari bawah bawah ke atas adalah adalah medula medula oblong oblongata, ata, pons pons dan mesens mesensefal efalon on (otak (otak tengah tengah). ). Medula Medula oblong oblongata ata merupakan merupakan pusat refleks yang penting untuk untuk jantung, jantung, vasokonstriktor, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons meru erupak pakan
mata ata
ran rantai tai
pen penghub ghubun ung g
yan yang
penti entin ng
pada ada
jara jarass
kortik kortikoser oserebe eberali raliss yang yang menyat menyatuka ukan n hemisfe hemisferr serebri serebri dan serebel serebelum. um. Mesense Mesensefal falon on merupa merupakan kan bagian bagian pendek pendek dari dari batang batang otak otak yang yang berisi berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan. Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapa dapatt
dime dimeng nger erti ti sepe sepenu nuhn hnya ya,, teta tetapi pi lesi lesi pada pada subt subtal alam amus us akan akan
menimb menimbulk ulkan an hemiba hemibalis lismus mus yang yang ditand ditandai ai dengan dengan geraka gerakan n kaki kaki atau atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus Epitalamus berperanan
3 pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan dengan pengaturan pengaturan rangsangan rangsangan dari sistem susunan susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)
b. Sirkulasi darah otak Otak Otak mene meneri rima ma 17% 17% curah curah jant jantun ung g dan dan meng menggu guna naka kan n 20% 20% konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi. (Satyanegara, 1998) Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam dalam tengko tengkorak rak dan bercab bercabang ang kira-k kira-kira ira seting setinggi gi kiasma kiasma optiku optikum, m, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama (terutama medial) medial) lobus lobus frontalis frontalis dan parietalis serebri, termasuk termasuk korteks korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri. Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang yang sama. sama. Arteri Arteri verteb vertebral ralis is memasu memasuki ki tengko tengkorak rak melalu melaluii forame foramen n magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai seting setinggi gi otak otak tengah tengah,, dan di sini sini bercab bercabang ang menjad menjadii dua memben membentuk tuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris. Ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memper memperdar darahi ahi sebagi sebagian an diense diensefalo falon, n, sebagi sebagian an lobus lobus oksipi oksipitali taliss dan tempor temporalis alis,, aparatu aparatuss koklear koklearis is dan organorgan-org organ an vestib vestibula ular. r. (Sylvi (Sylviaa A. Price, 1995)
4 Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem: kelompok vena interna yang mengumpulkan darah ke vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak yang mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung. (Harsono, 2000) Sirkulasi Willisi adalah area dimana percabangan arteri basilar dan karotis internal bersatu. Sirkulus Willisi terdiri atas dua arteri serebral, arteri komunikans anterior, kedua arteri serebral posterior dan kedua arteri komunikans anterior. Jaringan sirkulasi ini memungkinkan darah bersirkulasi dari satu hemisfer ke hemisfer yang lain dan dari bagain
anterior
ke
posterior
otak.
Ini
merupakan
sistem
yang
memungkinkan sirkulasi kolateral jika satu pembuluh mengalami penyumbatan. (Hudak & Gallo, 1996: 254)
3. Faktor Resiko Stroke
a. Hypertensi, faktor resiko utama b. Penyakit kardiovaskuler c. Kadar hematokrit tinggi d. DM (peningkatan anterogenesis) e. Pemakaian kontrasepsi oral f. Penurunan tekanan darah berlebihan dalam jangka panjang g. Obesitas, perokok, alkoholisme h. Kadar esterogen yang tinggi i.
Usia > 35 tahun
j.
Penyalahgunaan obat
k. Gangguan aliran darah otak sepintas l.
Hyperkolesterolemia
m. Infeksi n. Kelainan pembuluh darahh otak (karena genetik, infeksi dan ruda paksa) o. Lansia p. Penyakit paru menahun (asma bronkhial)
5 q. Asam urat (Brunner & Suddarth, 2000: 94-95, Harsono, 1996:60-65)
4. Klasifikasi
a. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu: a) Stroke Haemorhagi Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja et. al, 1994) Perdarahan otak dibagi dua, yaitu: (a)
Perdarahan Intraserebral Pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma)
terutama
karena hypertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hypertensi sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons dan serebelum. (Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Syaraf Indonesia, Siti Rohani, 2000, Juwono, 1993: 19).
(b)
Perdarahan Subarachnoid Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar
6 parenkim otak (Juwono, 1993: 19). Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang sub arachnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik,
afasia,
dll).
(Simposium
Nasional
Keperawatan
Perhimpunan Perawat Bedah Syaraf Indonesia, Siti Rohani, 2000). Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya
peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan
subarakhnoid
dapat
mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang
berasal
dari
darah
dan
dilepaskan
kedalam
cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasispasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia danlain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala
7 disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak. Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA) Gejala Timbulnya Nyeri Kepala Kesadaran Kejang Tanda rangsangan Meningeal. Hemiparese Gangguan saraf otak
PIS Dalam 1 jam Hebat Menurun Umum +/-
PSA 1-2 menit Sangat hebat Menurun sementara Sering fokal +++
++ +
+/+++
Disadur dari Laporan Praktik Klinik Keperawatan Medical Bedah di Ruang Syaraf RSUD Dr. Soetomo Surabaya
b)
Stroke Non Haemorhagic (CVA Infark) Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umummnya baik.
Tabel 2. Perbedaan antara CVA infark dan CVA Bleeding sebagai berikut: Gejala (anamnesa) Permulaan (awitan) Waktu (saat “serangan”) Peringatan Nyeri Kepala Kejang Muntah Kesadaran menurun
Infark Sub akut/kurang mendadak Bangun pagi/istirahat + 50% TIA +/Kadang sedikit
Perdarahan Sangat akut/mendadak Sedang aktifitas +++ + + +++
Koma/kesadaran menurun Kaku kuduk Kernig pupil edema Perdarahan Retina Bradikardia Penyakit lain
+/hari ke-4 Tanda adanya aterosklerosis di retina,
+++ ++ + + + sejak awal Hampir selalu hypertensi,
8 koroner, perifer. Emboli pada ke-lainan katub, fibrilasi, bising karotis Pemeriksaan: Darah pada LP X foto Skedel
+
Angiografi
Oklusi, stenosis
CT Scan
Densitas berkurang (lesi hypodensi)
Opthalmoscope
Crossing phenomena Silver wire art
Lumbal pungsi • Tekanan • Warna • Eritrosit Arteriografi EEG
Normal Jernih < 250/mm3 oklusi di tengah
aterosklerosis, HHD
+ Kemungkinan pergeseran glandula pineal Aneurisma. AVM. massa intra hemisfer/ vaso-spasme. Massa intrakranial densitas bertambah. (lesi hyperdensi) Perdarahan retina atau corpus vitreum Meningkat Merah >1000/mm3 ada shift shift midline echo
Disadur dari Makalah Simposium Sehari “Peran Perawat dalam Kegawat Daruratan” dalam Rangka Dirgahayu PPNI XIX di Tirta Graha Lantai V Jl. Myjen Prof. Dr. Moestopo No. 2 Surabaya (Gedung PDAM Kotamadya Surabaya yang diselenggarakan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II Kotamadya Suarabaya.
b. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya: a) TIA (Trans Iskemik Attack): Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam. b) Stroke involusi: Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari. c) Stroke komplit: Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
5.
Manifestasi Klinis
9 Menurut Hudak dan Gallo dalam bukunya Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik (1996: 258-260), terdapat manifestasi akibat stroke, yaitu: a. Defisit Motorik
Hemiparese, hemiplegia
Distria (kerusakan otot-otot bicara)
Disfagia (kerusakn otot-otot menelan)
b. Defisit Sensori
Defisit visual (umum karena jaras visual terpotong sebagian besar pada hemisfer serebri)
• Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada setengah bidang pandang pada sisi yang sama)
• Diplopia (penglihatan ganda) • Penurunan ketajaman penglihatan
Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin)
Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh)
c. Defisit Perseptual (Gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi diri dan/atau lingkungan)
Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas yang mengalami paralise; kelainan unilateral)
Disorientasi (waktu, tempat, orang)
Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-obyek dengan tepat)
Agnosia
(ketidakmampuan
untuk
mengidentifikasi
lingkungan
melalui indera)
Kelainan
dalam
menemukan
letak
obyek
dalam
ruang,
memperkirakan ukurannya dan menilai jauhnya
Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
10
Disorientasi kanan kiri
d. Defisit Bahasa/Komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara yang dapat difahami) - dapat berbicara dengan menggunakan respons satu kata
Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan - mampu untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-kata dengan tidak tepat dan tidak sadar tentang kesalahan ini)
Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) – tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat
Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan)
e. Defisit Intelektual
Kehilangan memori
Rentang perhatian singkat
Peningkatan distraktibilitas (mudah buyar)
Penilaian buruk
Ketidakmampuan untuk mentransfer pembelajaran dari satu situasi ke situasi yang lain
Ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau berpikir secara abstrak
f.
Disfungsi Aktivitas Mental dan Psikologis
Labilitas emosional (menunjukkan reaksi dengan mudah atau tidak tepat)
Kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial
Penurunan toleransi terhadap stres
Ketakutan, permusuhan, frustasi, marah
11
Kekacauan mental dan keputusasaan
Menarik diri, isolasi
Depresi
g. Gangguan Eliminasi (Kandung kemih dan usus)
Lesi unilateral karena stroke mengakibatkans sensasi dan kontrol partial kandung kemin, sehingga klien sering mengalami berkemih, dorongan dan inkontinensia urine.
Jika lesi stroke ada pada batang otak, maka akan terjadi kerusakan lateral yang mengakibatkan neuron motorik bagian atas kandung kemih dengan kehilangan semua kontrol miksi
Kemungkinan untuk memulihkan fungsi normal kandung kemih sangat baik
Kerusakan fungsi usus akibat dari penurunan tingkat kesadaran, dehidrasi dan imobilitas
Konstipasi dann pengerasan feses
h. Gangguan Kesadaran
11
6. Patofisiologi Infark Otak (Proses yang terjadi sesudah obstruksi vena dan arteri) Aliran darah
Obstruksi vena
Obstruksi arteri
Dilatasi
↓ tek.pulsasi & aliran darah
↑ tek.kapiler & reduksi aliran drh
Hilangnya aliran pulsatif Vasoparalisis
Stagnasi darah
Edema interstitial
Diapedesis
Adesi & penimbunan trombosit
Aliran kolateral
Iskemia
Otak
Endotelium Infark hemoragik
Edema interstitial
Gel fibrin Edema seluler
Pelepasan prostasiklin
Edema neuronal
Edema astrositik
Jendalan darah Diapedesis & penurunan resistensi sawar darah otak
Akumulasi lipid, aktivitas lisosomal autofagik, inclusion nuclear & sitoplasmik, vakuolasi, modifikasi dalam mikrotubuli, inhibisi divisi mikotik
Mati
12
Patofisiologi CVA karena Emboli/trombus dan perdarahan Pembuluh darah Trombus/Embolus karena plak ateromatosa, fragmen, lemak, udara, bekuan darah
Hypertensi/aterosklerosis PD lunak
Oklusi Perfusi jaringan cerebral
Mendesak arteriol Herniasi/pecahnya tunika intima
↓ PD pecah
Aneurisma
Iskemia Perdarahan Hypoxia
Metabolisme anaerob
Asam laktat
↑
Aktifitas elektrolit terganggu
Na & K pump gagal Na & K influk
Retensi cairan
ODEMA SEREBRAL
Nekrotik jaringan otak (mikrositik neuron)
Oksipital Ssefalgia mata ipsilateral, hemianopia
Temporalis kiri Nyeri telinga homolateral, disfasia, hemianopia, kuadranopia
Parietalis Nyeri homolateral, defisit sensorik kontralateral, hemipares ringan
Frontal Hemiparese kontralateral, sefalgia bifrontal
Infark
Gg.kesadaran, kejang fokal, hemiplegia, defek medan penglihatan, afasia
Gg. rasa nyaman (nyeri), Gg. Istirahat, intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri (sindroma), Gg. Komunikasi/bicara, ketergantungan, Gg.persepsi sensori, Gg. Perfusi jaringan, Gg. Mobilitas fisik, Gg. Konsep diri, Gg. Menelan, integritas kulit, Gg. Nutrisi, resiko injury, dll
13
Perdarahan
Pons Nyeri kepala Rigiditas deserebri Hemisfer dominan Hemiplegia kontralateral Afasia fasia anomia berat dg Paralisis homolateral pemahaman & Defiasi mata repetisi lumayan
Subtalamik diensefalon Bola mata melirik ke bawah-dalam dg paralisis gerakan ke atas & posisi kedua bola mata melihat ujung hidung
Thalamus
Hemisfer non dominan Anosognosia Kapsula interna Hemiparese hemiplegia kontralateral substansia alba hemianopia
gg. komunikasi verbal, integritas kulit, mobilitas fisik, perawatan diri, intoleransi aktivitas, konsep diri, ketergantungan, dll
Koma mendadak
Subthalamus & mesensefalon dorsal Pupil mengecil Reaksi terhadap cahaya lambat
Hemisfer Gg. sensori penglihatan
Mati
gg. rasa nyaman (nyeri) gg. Istirahat/tidur kejang resiko injury gg. Perfusi jaringan kebutuhan oksigen integritas kulit mobilitas fisik perawatan diri intoleransi aktifitas gg. Sensori persepsi
Frontalis Gg. motorik Parietalis Gg. proses & integrasi informasi sensorik Temporalis Gg. pendengaran Oksipitalis Gg. penglihatan & sensori warna
TIK ↑
Putamen Hemiplegia Sefalgia Muntah Kedasaran ↓ Defek hemisensorik Gg.Grk bola mata
Medula oblongata Gg. Jantung Gg. Pernafasan Refleks telan ↓ Muntah Hypersalivasi Gg. Sistem syaraf simpatis
Serebelum Gg. Okulomotor Gg. Keseimbangan Nistagmus Muntah terusmenerus Singultus
TIK ↑
gg. perfusi jaringan, defisit volume cairan, pola nafas tak efektif, resiko perubahan suhu tubuh, resiko infeksi, resiko cedera, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, bersihan jalan nafas tak efektif
Mesensefalon Paralisis okulomorius ipsilateral Koma TIK ↑
gg. perfusi jaringan gg. Sirkulasi bersihan jalan nafas tidak efektif resti aspirasi gg. Eliminasi uri & alvi gg. Pola nafas tak efektif gg. Nutrisi kurang dari kebutuhan rasa nyaman kebersihan mulut, dll
15 GANGGUAN KESADARAN
A. PENGERTIAN KESADARAN
Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan pembatasan (limitasi) terhadap lingkungan dan dirinya sendiri (melalui perhatian). Bila kesadaran baik, maka akan terjadi orientasi (waktu, tempat dan orang), pengertian yang baik serta pemakaian informasi yang masuk secara efektif (melalui ingatan dan pertimbangan). (Maramis, 1994: 101). Kualitas kesadaran klien merupakan parameter paling mendasar dan paling penting yang harus ditentukan dan dikaji untuk menentukan status kerusakan pada sistem persyarafan khususnya pada kasus stroke. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persyarafan (Hudak & Gallo, 1996: 160) B. JENIS KESADARAN a.
Isi Kesadaran
a)
Kognitif
b)
Afektif
b.
Derajat/tingkat kesadaran (Aurosal) (Juwono, 1993: 1)
C. BENTUK KESADARAN a. Kesadaran Menurun
Kesadaran menurun adalah keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan (secara kuantitatif), kemudian muncullah amnesia sebagian atau total. Beberapa tingkat dalam menurunnya kesadaran yaitu: a)
Apati Mulai mengantuk, acuh-tak acuh terhadap stimulus, untuk menarik perhatiannya diperlukan stimulus yang sedikit lebih keras
b)
Somnolen Sudah mengantuk, untuk menarik perhatiannya dibutuhkan stimulus yang lebih keras
16 c)
Sopor Ingatan, orientasi dan pertimbangan sudah hilang. Hanya berespon dengan rangsangan yang keras
d)
Subkoma dan koma Tidak ada respon terhadap stimulus yang kuat/keras, pupil melebar, reflek muntah hilang. (Maramis, 1996: 101)
b. Kesadaran Meninggi
Kesadaran meninggi adalah keadaan dengan respon yang meninggi terhadap stimulus, biasanya disebabkan pengaruh berbagai zat yang menstimulus otak (psikosimultan) atau oleh faktor psikologi. (Maramis, 1996: 102) Selain kesadaran menurun, terdapat beberapa sistem yang digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam keawasan dan keterjagaan, istilah-istilah tersebut antara lain: (Hudak & Gallo, 1996: 160) a)
Terjaga: normal
b)
Sadar Dapat tidur lebih dari biasanya atau sedikit bingung saat pertama kali terjaga, tetapi berorientasi sempurna ketika bangun. Dapat berorientasi dan berkomunikasi
c)
Letargi/somnolen Mengantuk tetapi dapat mengikuti perintah sederhana ketika dirangsang
d)
Stupor Sangat sulit dibangunkan, tidak konsisten dapat mengikuti perintah sederhana atau berbicara satu kata atau frase pendek. Menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri. Pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Non verbal dengan menganggukkan kepala.
e)
Semikomatosa Gerak bertujuan ketika dirangsang; tidak mengikuti perintah atau berbicara koheren
f)
Koma Dapat berespon dengan postur secara refleks ketiak distimulasi atau dpat tidak berespon pada setiap stimulus.
17 Berdasarkan kwalitas kesadaran, yaitu pengkajian mutu mental seseorang terhadap dunia luar: (Catatan Ruang Tropik Wanita, 1998) a)
Composmentis Bereaksi secara adekuat
b)
Abstensia/kesadaran tumpul/drowsky Tidak tidur dan tidak megitu waspada, perhatian terhadap sekeliling berkurang, cenderung mengantuk
c)
Bingung/confused Disorientasi waktu, tempat dan orang
d)
Delirium Mental dan motorik kacau, ada halusinasi dan bergerak sesuai dengan kekacauan pikirannya
e)
Apatis Tidak tidur, tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa
D. GANGGUAN KESADARAN a. Gangguan Isi Kesadaran
a)
Gangguan Kognitif
Afasia
Gangguan persepsi
Gangguan berfikir
Gangguan daya ingat
b)
Gangguan Afektif
Apatis
Agitasi
b. Gangguan Kesadaran Akut
a) Kesadaran Berkabut (clouding of Consciousness)
Penurunan kewaspadaan (awareness)
Penurunan keadaan bangun
Hypereksitabilitas
18
Iritabilitas
Mengantuk diselingi agitasi
Gagguan perhatian
Kebingungan
Gangguan persepsi sensori (terutama persepsi visual)
Tidak selalu ada disorientasi
Akut atau subacut confusional state bila berat
Salah interpretasi
Gangguan ingatan (kesulitan mengulang angka-angka ke belakang lebih dari 4 atau 5 angka).
b) Delirium
Disorientasi
Takut
Iriabilitas
Gangguan persepsi sensori dan halusinasi visual
Tidak mengenal diri sendiri dan lingkungannya
Penyakiy yang menyebabkan delirium
c) Optundation
Penumpulan mental (torpidity)
Penurunan kewaspadaan yang cukup berat
Penurunan minat
Lambatnya jawaban terhadap rangsangan
Sering mengantuk dan banyak tidur
d) Stupor e) Koma
c. Gangguan Kesadaran Sub akut atau Kronik
a) Demensia b) Hypersomnia c) Keadaan vegetatif (termasuk coma vigil, spsllic syndrome, mati serebral, mati neokortikal, dementia total)
19 d) Mutisme akinetik e) Apallic syndrome: fungsi neokorteks tidak ada tapi batang otak masih ada f) Locked-in syndrome:
Tidak ada penurunan kesadaran
Kelumpuhan keempat ekstremitas dan syaraf otak bawah
Pergerakan bola mata ke atas dan berkedip masih ada
g) Mati otak Fungsi korteks, subkortikal dan batang otak secara permanen sudah tidak ada. (Juwono, 1993: 1-4)
E. PROSES PATOLOGIS PENYEBAB GANGGUAN KESADARAN
a. Keadaan yang secara luas dan langsung menekan fungsi hemisfer serebri (biasanya pada waktu bersamaan juga mengenai struktur batang otak) b. Kelainan yang menekan atau merusak substansia grisea (diencepalon, mesenchepalon dan pons atas).
F. CARA PENGUKURAN TINGKAT KESADARAN a. Glasgow Coma Scale (GCS)
a) Respon Membuka Mata Spontan
4
Terhadap bicara
3
Terhadap nyeri
2
Tidak ada respon
1
b) Respon Verbal Terorientasi
5
Percakapan yang membingungkan
4
Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai 3 Suara mengguman
2
Tidak ada respon
1
c) Respon Motorik Mengikuti perintah
6
Menunjuk tempat rangsangan
5
20 Menghindar dari stimulasi
4
Fleksi abnormal (dekortikasi)
3
Ekstensi abnormal (deserebrasi) 2 Tidak ada respon
1
Penilaian: Nilai 3
: kesadaran terburuk
Nilai 3-5
: koma yang dalam
Nilai 6-10
: gangguan kesadaran intermediate
Nilai 11-14
: kesadaran lebih baik
Nilai 15
: terbaik
b. Penggambaran stimulus dan respon klien
a) Panggil pasien dengan namanya b) Panggil namanya dengan keras c) Kombinasikan memanggil nama dengan sentuhan ringan d) Kombinasikan memanggil nama dengan sentuhan kasar (guncangan dan kejutan) e) Timbulkan nyeri
c. Skala Tingkat (Reaksi – Stimuli)
1 2 3
4 5 6 7 8
Terjaga; tidak menunda respon Mengantuk tetapi berespon terhadap stimulus lembut. Bingung tentang nama, tempat dan waktu Sangat mengantuk, berespon terhadap rangsangan yang kuat dengan orientasi gerakan mata, memenuhi perintah atau menunjuk dan secara aktif berupaya untuk menyingkirkan stimulus Tidak sadar. Dapat menunjuk tetapi tidak berhasil menyingkirkan stimulus Tidak sadar. Gerakan menghindar pada setiap stimulus Tidak sadar. Gerakan fleksi yang umum terhadap nyeri Tidak sadar. Gerakan ekstensi yang umum terhadap nyeri Tidak sadar. Tidak berespon pada stimulasi nyeri
21
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STROKE
a. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan. (Lismidar, 1990) a)
Pengumpulan data Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E. Doenges et al, 1998) (a)
Data demografi Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
(b)
Keluhan utama Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
(c)
Riwayat penyakit sekarang Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya te rjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000) Sedangkan stroke infark tidak terlalu mendadak, saat istirahat atau bangun pagi, kadang nyeri copula, tidak kejang dan tidak muntah, kesadaran masih baik.
(d)
Riwayat penyakit dahulu
22 Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti
koagulan,
aspirin,
vasodilator,
obat-obat
adiktif,
kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995) (e)
Riwayat penyakit keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)
(f)
Riwayat psikososial Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.(Harsono, 1996)
(g)
Pola-pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
Pola nutrisi dan metabolisme Adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut, kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia ditandai dengan kesulitan menelan, obesitas (Doengoes, 2000: 291)
Pola eliminasi Gejala menunjukkan adanya perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine, anuria. Adanya distensi abdomen (distesi bladder berlebih), bising usus negatif (ilius paralitik), pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.(Doengoes, 1998 dan Doengoes, 2000: 290)
Pola aktivitas dan latihan Gejala menunjukkan danya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
23 Tanda yang muncul adalah gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik (hemiplegia) dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran (Doengoes, 1998, 2000: 290)
Pola tidur dan istirahat Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot
Pola hubungan dan peran Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
Pola persepsi dan konsep diri Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
Pola sensori dan kognitif Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/ kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
Pola reproduksi seksual Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
Pola penanggulangan stress Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
Integritas ego Terdapat gejala perasaan tak berdaya, perasaan putus asa dengan tanda emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira, kesulian mengekspresikan diri (Doengoes, 2000: 290)
Pola tata nilai dan kepercayaan
24 Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. (Marilynn E. Doenges, 2000)
(h)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
• Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran • Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
• Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
Pemeriksaan integumen
• Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
• Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis • Rambut : umumnya tidak ada kelainan
Pemeriksaan kepala dan leher
• Kepala : bentuk normocephalik • Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi • Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
Pemeriksaan dada Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan, adanya hambatan jalan nafas. Merokok merupakan faktor resiko.
Pemeriksaan abdomen Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
25
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
Pemeriksaan ekstremitas Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan neurologi
• Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central. Penglihatan menurun, diplopia, gangguan rasa pengecapan dan penciuman, paralisis atau parese wajah.
• Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada salah satu sisi tubuh, kelemahan, kesemutan, kebas, genggaman tidak sama, refleks tendon melemah secara kontralateral, apraksia
• Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya rangsang sensorik kontralteral.
• Pemeriksaan refleks • Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.
• Sinkop/pusing, sakitkepala, gangguan status mental/tingkat kesadaran, gangguan fungsi kognitif seperti penurunan memori, pemecahan masalah, afasia, kekakuan nukhal, kejang, dll (Jusuf Misbach, 1999, Doengoes, 2000: 291) 2) Pemeriksaan penunjang a) Pemeriksaan radiologi (1)
CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993), edema, hematoma, iskemia dan infark (Doengoes, 2000: 292)
26 (2)
MRI: untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E. Doenges, 2000: 292)
(3)
Angiografi serebral: untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998) atau membantu menenukan penyebab stroke yang lebih spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur (Doengoes, 2000: 292)
(4)
Pemeriksaan foto thorax: dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke. (Jusuf Misbach, 1999), menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari massa yang meluas (Doengoes, 2000: 292)
b) Pemeriksaan laboratorium (1)
Pungsi lumbal: pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998). Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli dan TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandungdarah menunjukkan
adanya
perdarahan
subarachnoid
atau
intrakranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan proses inflamasi (Doengoes, 2000: 292) (2)
Pemeriksaan darah rutin
(3)
Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999)
(4)
Pemeriksaan darah lengkap: unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri. (Linardi Widjaja, 1993)
27 b. Prioritas Keperawatan
1. Meningkatkan perfusi dan oksigenasi serebral yang adekuat 2. Mencegah/meminimalkan komplikasi dan ketidakmampuan yang bersifat permanen 3. Membantu pasien untuk menemukan kemandiriannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari 4. Memberikan dukungan terhadap proses koping dan mengintegrasikan perubaahan dalam konsep diri pasien 5. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosisnya dan kebutuhan tindakan/rehabilitasi
c. Tujuan Pemulangan
1. Fungsi serebral membaik/meningkat, penurunan fungsi neurologis dapat diminimalkan/dapat didtabilkan 2. Komplikasi dapat dicegah dan diminimalkan 3. Kebutuhan pasien sehari-hari dapat dipenuhi oleh pasien sendiri atau dengan bantuan yang minimal dari orang lain 4. Mampu melakukan koping dengan cara yang positif, perencanaan untuk masa depan 5. Proses dan prognosis penyakit dan pengobatannya dapat dipahami
d. Diagnosa keperawatan
1)
Perubahan perfusi jaringan otak
(serebral) berhubungan dengan
perdarahan intracerebral, edema serebral, gangguan oklusi (Marilynn E. Doenges, 2000: 293) 2)
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, parastesia, hemiparese/hemiplagia (Donna D. Ignativicius, 1995, doengoes, 2000: 295)
3)
Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori, penurunan penglihatan (Marilynn E. Doenges, 2000)
4)
Gangguan/kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
penurunan sirkulasi darah otak, kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus
28 otot fasial, kelemahan umum (Donna D. Ignativicius, 1995, Doengoes, 2000: 298) 5)
Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)
6)
Resiko
gangguan
nutrisi
berhubungan
dengan
kelemahan
otot
mengunyah dan menelan ( Barbara Engram, 1998) 7)
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, integrasi, stres psikologis (Doengoes, 2000: 300)
8)
Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi, kontrol/koordinasi
otot,
kerusakan penurunan
neuromuskuler,
kehilangan
kekuatan/ketahanan,
kerusakan
perseptual, nyeri, depresi (Donna D. Ignativicius, 1995, Doengoes, 2000: 301) 9)
Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama (Barbara Engram, 1998)
10)
Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
penurunan refleks batuk dan menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998) 11)
Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Donna D. Ignatavicius, 1995) 12)
Gangguan harga
diri berhubungan dengan perubahan
biofisik,
psikososial, persepsi kognitif (Doengoes, 2000: 303)
e. Perencanaan
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah: Perubahan perfusi jaringan otak (serebral) berhubungan dengan perdarahan intracerebral, edema serebral, gangguan oklusi dibuktikan oleh perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon motorik/sensori, gelisah, defisit sensori, bahasa, intelektual dan emosi, perubahan VS Tujuan: Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal Kriteria hasil:
29
•
Klien tidak gelisah, mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan motorik/sensori
•
Tidak ada tanda TIK meningkat
•
Menunjukkan tidak ada kelanjutan deteriorasi/kekambuhan defisit
•
Tanda-tanda vital stabil (nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)
Rencana tindakan a)
Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebabsebab gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya
b)
Anjurkan kepada klien untuk bed rest total
c)
Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua jam
d)
Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal tipis)
e)
Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
f)
Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
g)
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor
Rasional a)
Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
b)
Untuk mencegah perdarahan ulang
c)
Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat
d)
Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
e)
Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang
f)
Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya
30 g)
Memperbaiki sel yang masih viabel
Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
kelemahan,
parastesia,
hemiparese/hemiplagia Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya Kriteria hasil
•
Tidak terjadi kontraktur sendi (mempertahankan posisi optimal dan mempertahankan fungsi secara optimal)
•
Bertambahnya kekuatan otot
•
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
•
Mempertahankan integritas kulit
Rencana tindakan a)
Ubah posisi klien tiap 2 jam
b)
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
c)
Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
d)
Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
e)
Tinggikan kepala dan tangan
f)
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional a)
Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
b)
Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
c)
Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
Gangguan persepsi sensori: perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori Tujuan: Meningkatnya persepsi sensorik: perabaan secara optimal. Kriteria hasil:
31
•
Klien dapat mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi
•
Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa
•
Klien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap
persepsi
perubahan sensori Rencana tindakan a)
Tentukan kondisi patologis klien
b)
Kaji kesadaran sensori, seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian tubuh/otot, rasa persendian
c)
Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti memberikan klien suatu benda untuk menyentuh, meraba. Biarkan klien menyentuh dinding atau batas batas lainnya.
d)
Lindungi klien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lindungan yang berbahaya. Anjurkan pada klien dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan terhadap suhu air dengan tangan yang normal
e)
Anjurkan klien untuk mengamati kaki dan tangannya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh yang sakit. Buatlah klien sadar akan semua bagian tubuh yang terabaikan seperti stimulasi sensorik pada daerah yang sakit, latihan yang membawa area yang sakit melewati garis tengah, ingatkan individu untuk merawata sisi yang sakit.
f)
Hilangkan kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan.
g)
Lakukan validasi terhadap persepsi klien
Rasional a)
Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan
b)
Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan perasaan kinetik berpengaruh terhadap keseimbangan/posisi dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko terjadinya trauma.
c)
Melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi diri. Membantu klien untuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan dari daerah yang terpengaruh.
d)
Meningkatkan keamanan klien dan menurunkan resiko terjadinya trauma.
32 e)
Penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalan mengintegrasikan sisi yang sakit.
f)
Menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan/kebingungan yang berhubungan dengan sensori berlebih.
g)
Membantu klien untuk mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus.
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi Tujuan: Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi Kriteria hasil
•
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
•
Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Rencana tindakan a)
Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri
b)
Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh
c)
Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
d)
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya
e)
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
Rasional a)
Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
b)
Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
c)
Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
33 d)
Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu
e)
Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan Tujuan: Tidak terjadi gangguan nutrisi Kriteria hasil
•
Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
•
Hb dan albumin dalam batas normal
Rencana tindakan a)
Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
b)
Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
c)
Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
d)
Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu
e)
Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang
f)
Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air
g)
Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan
h)
Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan
i)
Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang
Rasional a)
Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
b)
Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
c)
Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler
34 d)
Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan
e)
Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
f)
Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
g)
Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak
h)
Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
i)
Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama Tujuan: Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit Kriteria hasil
•
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
•
Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
•
Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
Rencana tindakan a)
Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin
b)
Rubah posisi tiap 2 jam
c)
Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
d)
Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi
e)
Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi
f)
Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit
35 Rasional a)
Meningkatkan aliran darah kesemua daerah
b)
Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
c)
Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
d)
Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
e)
Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
f)
Mempertahankan keutuhan kulit
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Wendra, 1999, Petunjuk Praktis Rehabilitasi Penderita Stroke, Bagian Neurologi FKUI /RSCM, UCB Pharma Indonesia, Jakarta. Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta. Depkes RI, 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Diknakes, Jakarta. Doenges, M.E., Moorhouse M.F.,Geissler Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
A.C.,
2000, Rencana
Asuhan
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta. Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
36 Hudak C.M., Gallo B.M., 1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik , Edisi VI, Volume II, EGC, Jakarta. Ignatavicius D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, An HBJ International Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia. Ignatavicius D.D., Workman M.L., Mishler M.A., 1995, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, 2nd edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia. Islam, Mohammad Saiful, 1998, Stroke: Diagnosis Dan Penatalaksanaannya, Lab/SMF Ilmu Penyakit Saraf, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Juwono, T., 1993, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek , EGC, Jakarta. Lismidar, 1990, Proses Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta. Mardjono M., Sidharta P., 1981, Neurologi Klinis Dasar , PT Dian Rakyat, Jakarta. Price S.A., Wilson L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta. Rochani, Siti, 2000, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Saraf Indonesia, Surabaya. Satyanegara, 1998, Ilmu Bedah Saraf , Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu Pendekatan Baru Millenium III , Bangkalan. Widjaja, Linardi, 1993, Patofisiologi dan Penatalaksanaan Stroke, Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
BAB 2 TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STROKE INFARK TROMBOSIS
A. DATA DATA DASA DASAR R a. Info Inform rmas asii Umum Umum
Tang anggal gal Peng engkaji kajian an Jam Pengkajian Ruang Pe Perawatan Kelas/Kamar/Bed Tanggal MRS Jam MRS Kedatangan Sumber Data Diagnosa Medis Nomor Rekam Medik
11 Novem ovembe berr 2002 Pukul 10.00 WIB Rawat In Inap Syaraf A III/15/1 7 November 2002 13.25 WIB Diantar istri dan anaknya Subyektif: Istri klien Obyektif: status klien di ruangan dan hasil pemeriksaan CVA Infark trombosis 10155023
b. Iden Identi tita tass Klie Klien n
Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Suku/Bangsa Bahasa Alamat Istri Penanggung Biaya
Tn. S 62 tahun Laki-laki SMA Pensiunan PNS Jawa/Indonesia Jawa dan Indonesia Winongan Pasuruan Ny. M ASKES
c. Kelu eluhan han Uta Utama Data Subyektif “Kaki suami saya kok sekarang tidak bisa bergerak, padahal kemarin masih bisa” “Badannya panas terus mulai kemarin” “Sua “Suami mi saya saya kan kan diab diabet et dan dan dapa dapatt diab diabet etaso asoll susu susu,, kata kata peraw perawat atny nyaa haru haruss diminumkan jam 23.00 WIB, lalu kapan lagi?” “Saya rasanya bingung suster” d. Ala Alasan san Ma Masuk suk
Data “Pingsan di tempat sholat sambil membawa kopyah, tidak mau Subyektif berbicara, pelo, lalu saya bawa ke rumah sakit di UGD dan ngamar
sejak Kamis kemarin”
Data Obyektif
(dari Rekam Medik saat pemeriksaan di UGD RSUD Dr. Soetomo tanggal 7 Novenber 2002 pukul 13.25 WIB) Pingsan di tempat sholat, tidak mau berbicara didahului pelo, tidak ada sakit kepala sebelum serangan, tidak ada lemah anggota gerak, tidak muntah dan tidak pusing.
e. Riwa Riwaya yatt Peny Penyak akit it Seka Sekara rang ng
“Sejak Rabu malam Bapak sudah gelisah dan tidak mau bicara, kemudian saya sarankan untuk istirahat dan Bapak tidur tanpa saya temani temani agar bisa beristirahat beristirahat dengan nyaman. Pada waktu shubuh shubuh saya saya mend menden enga garr suar suaraa ‘ged ‘gedeb ebug ug’, ’, saya saya kira kira Bapa Bapak k jatu jatuh h dari dari tempat tidur, ternyata tidak, akhirnya saya tahu kalau Bapak jatuh Data di tempat sholat sam sambil membewa kopyah sep sepert erti mau Subyektif sembahyang, bapak pingsan, lalu sadar tapi tidak bisa bicara dan pelo, tidak pusing, tidak muntah, tidak kejang, a khirnya saya bawa ke sini” “Saat kejadian, tidak saya lakukan apa-apa, langsung dibawa ke rumah sakit saja, wong bingung dan takut terjadi apa-apa”
Data Obyektif
(dari Rekam Medik saat pemeriksaan di UGD RSUD Dr. Soetomo tanggal 7 Novenber 2002 pukul 13.25 WIB) Pingsan di tempat sholat, tidak mau berbicara didahului • pelo, tidak ada sakit kepala sebelum serangan, tidak ada lemah anggota gerak, tidak muntah dan tidak pusing. • T=140/90 mmHg, nadi 86 x/menit, suhu tak diukur, GCS 4X5 (afasia motorik) RP: babs -/-, chad -/-, schief +/+, HT +/+ • RF: BPR +3/+3, TPR +2/+2, BHR ---/+++ •
f. Riwa Riwaya yatt Peny Penyak akit it Dahu Dahulu lu
“Bap “Bapak ak memp mempun unya yaii saki sakitt dara darah h ting tinggi gi sejak sejak masih masih beke bekerj rja, a, tepatn tepatnya ya saya saya kurang kurang tahu dan tidak tidak begitu begitu hafal, hafal, tetapi tetapi tetap tetap berobat sejak bekerja dulu di Puskesmas, kan saya pegawai Puskesmas di tempat saya” “Pengobatan untuk tekanan darah tingginya semenjak bulan April 2002 002 tid tidak terk terko ontro ntrol, l, kare karena na dokt dokter er di Pasur asuru uan hany hanyaa Data memntingkan kencing manisnya Bapak” Subyektif “Selain itu, Bapak mempunyai sakit kencing manis, baru diketahui sejak April 2002 kemarin, diketahui karena badannya bertambah gemuk. Untuk mengobatinya Bapak mendapat obat dari dokter rumah sakit dan makanannya saya atur sesuai keterangann dari teman ahli gizi di Puskesmas tempat saya bekerja” “Penyakit menular yang lain tidak ada” Data (dari Rekam Medik saat pemeriksaan di UGD RSUD Dr. Soetomo
Obyektif
tanggal 7 Novenber 2002 pukul 13.25 WIB) adanya diabetes mellitus sejak April 2002, HT +
g. Riwaya Riwayatt Penyak Penyakit it Keluar Keluarga ga
Data “Saya tidak tahu apakah ada keturunan darah tinggi dan kencing Subyektif manis anis dari ari mertu ertua, a, seda sedan ngkan gkan saya saya dan dan anak anak-a -ana nak k tid tidak mempunyai sakit seperti Bapak dan penyakit lain, paling cuma flu biasa” Data Obyektif
(dari Rekam Medik saat pemeriksaan di UGD RSUD Dr. Soetomo tanggal 7 Novenber 2002 pukul 13.25 WIB) keluarga dalam batas normal
h. Genogram X
X
Laki-laki Perempuan
i.
X
X
X
X
meninggal
Serumah
klien
Pemer meriksa iksaan an Fisik isik Keadaan Umum Data obyektif (melalui observasi): Klien gemuk, BB ± 70 Kg, berbaring diatas tempat tidur, kesadaran menurun, ngorok, mulut terbuka, lubang hidung sebelah kiri dipasang NG tube dengan cairan cairan jernih, jernih, rambut rambut ikal ikal acak-a acak-acak cakan, an, kering keringat at di tubuh, tubuh, kulit kulit teraba teraba panas, panas, tangan dan kaki kanan plegi (hemiplegi), tangan kiri sering digerakkan untuk meng mengusa usap p kepa kepalan lanya ya,, kaki kaki kiri kiri terp terpas asan ang g infu infuss RL sesa sesa 50 cc tida tidak k bisa bisa digerakkan, terpasang dower cateter dengan PU 400 cc warna merah kehitaman.
Pemeriksaan per Sistem a) B1 (Bre (Breat athi hing ng)) Data “Suami saya nafasnya ngongsro, seperti sesak” Subyektif “tidak batuk, tidak mempunyai asma dan sakit paru lain” “riwayat merokok sejak muda”
“di rumah suka ngorok saat tidur” “kelihatannya masih bisa menelan” Inspeksi Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot-otot bantu nafas, nafas melalui mulut dan hidung, frekuensi cepat, terdengar ngorok, ekspansi paru kanan kiri simetris, tidak terlihat nafas tertinggal pada salah satu sisi dada, RR 40 x/menit, tidak menggunakan alat bantu nafas Palpasi Tidak apa krepitasi, tidak ada benjolan Perkusi Pada seluruh lapang paru suara sonor Auskultasi Stridor pada kedua paru; paling keras pada bronchial, tidak ada wheezing pada seluruh lapang paru, tidak ada ronchi pada Data seluruh lapang paru, nafas vesikuler terdengar pada kedua Obyektif paru, suara nafas bronchial +, suara nafas bronchovesikuler +. Hasil pemeriksaan laboratorium dan foto thoraks Hasil pemeriksaan analisa gas darah belum ada Foto thorax AP (kurang inspirasi): Cor: kesan tak tampak prominent • Pulmo: tak tampak infiltrat, tak tampak kelainan • Kedua sinus phrenicocostalis tajam • Kesimpulan tidak ada kelainan pada paru • Lain-lain: Program dokter 7-11-2002: thoraks foto 8-11-2002: thoraks foto 11-11-002: thoraks foto, beri O 2 masker 6 lpm b) B2 (Blood) Riwayat “Bapak mempunyai tekanan darah tinggi sejak bekerja, dan berobat terus” “Tiga bulan yang lalu saya tidak memperhatikan tekanan darah tingginya, tidak kontrol” “sebelum sakit tidak ada nyeri dada” Data Copula Subyektif “Saat masuk tidak ada pusing” Batuk/hemoptisis “kalau batuk ada, bersin juga ada, tapi tidak berdarah” Saat di RS: “Bapak tekanan darahnya masih tinggi” Kulit/sirkulasi “tidak pucat Data O byektif
Tekanan darah 190/100 mmHg lengan kiri berbaring
Nadi palpasi 120 x/menit arteri radialis tangan kiri, kualitas kuat, irama teratur Inspeksi Tidak terlihat undulasi apeks jantung pada ICS V Palpasi Tidak teraba undulasi apeks jantung pada ICS V Auskultasi jantung Pada apeks jantung ICS V terdengar 120 x/menit, irama teratur, kualitas kuat, S1 dan S2 tunggal, tidak ada suara tambahan; murmur sistolik; murmur diastolik; gallop; S3; S4. Ekstrimitas Suhu akral hangat, pengisian kapiler cepat pada jari tangan dan kaki (<2 detik) Warna umum Wajah dan lengan merah sehat, mukosa bibir merah muda, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada kemerahan/petekia pada kulit Turgor kulit: baik, < 2 detik (pada kulit perut) Intake cairan: • RL 2 fles tiap hari • Minum susu jam 08.00 WIB sebanyak 200 cc • Minum jus buah pepaya jam 09.30 WIB sebanyak 150 cc • Minum air putih untuk membilas susu dan jus sejumlah 100 cc Output cairan • Urine bag mulai pagi (jam ± 05.00 WIB) sampai jam 10.00 WIB sejumlah 400 cc • Keringat dan nafas (IWL) tidak terukur Lain-lain Tekanan intra kranial tak terukur Tidak ada perdarahan kulit Program dokter: • 7-11-2002: - lab cito - lab lengkap - elektrolit - Piracetam 12 gr IV dalam 20’ dilanjutkan 3 X 4 gr (IV) - ASA 1 X 100 mg (PO) • 8-11-2002: - lab darah - lab darah GDA - Piracetam 4 X 3 gr IV - ASA 1 X 100 mg PO - EKG
• 9-11-2002: - cek lab darah GDA • 11-11-2002: - Nicholin 3 X 200 gr IV - ASA 1 X 100 mg PS - Transamin 3 X 200 mg PS Hasil laboratorium • 7-11-2002 (darah) - Hb = 13,7 g/dl (N=13,4-17,7) - Leuko = 20,1 x 10 9/L (N=4,3-10,3) - Trombo = 339 x 10 9/L (N=150-350) - PCV = 0,40 (N=0,40-0,47) - GDA = 64 mg/dl (N=<200) - SGOT = 20 U/l (N=<42) - Elektrolit (Kalium) = 3,96 meq/L (N=3,8-5,0) - Elektrolit (Natrium) = 142 meq/L (N=136-144) • 8-11-2002 (darah) - sedimen eryt = penuh - sedimen leuko = 8-10 - sedimen sel epitel = 0-1 - LED = 102 mm/jam (<15) - GDA = 138 mg/dl, jam 18.35 WIB = 124 mg/dl • 9-11-2002 (darah) - GDP = 208 mg/dl (N=70-110) - GD 2 jPP = 216 mg/dl (N=<200) - Cholesterol total = 226 mg/dl (N=100-240) - SGOT = 25 U/l (N=<42) - SGPT = 17 U/l (N=<40) - Fosfat alkali = 157 BU (N=73-270) - Protein total = 6,6 G/dl (N=6,3-8,8) - Albumin = 3,4 G/dl (N=3,2-4,5) - Globulin = 3,2 mg/dl (N=2,6-3,6) - Asam urat = 6,4 mg/dl (<7,9) - HDL = 33 - LDL = 176 - TG = 127 • 10-11-2002 (darah) - GDA jam 08.30 WIB = 173 mg/dl - Bj plasma jam 08.30 WIB = 1,029 • 11-11-2002 - WBC = 16,75 + 10^g/l (4,30-11,3) - Lym = 1,87 10^ g/l (1,30-4,10) - MID = 0,70 + 10^ g/l (0,15-0,70) - Gra = 14,18 + 10^ g/l (2,50-7,50) - Ly% = 11,2 - % (25,9-40,0) - MI% = 4,2 % (3,0-7,0) - GR% = 84,6 + % (50,0-75,0) - RBC = 4,97 10^ 12/l (4,33-5,95)
-
HGB = 13,8 g/l (11,4-17,7) HCT = 39,81% (38,0-47,0) MCV = 80 fl (80-93) MCH = 27,7 pg (270-310) MCHC = 34,5 g/dl (32,0-36,0) RDwC = 15,9% PLT = 228 10^ g/l (150-350) PDwC = 37,6% PCT = 0,18% MPV = 7,8 – fl (8,0 – 15,0)
c) B3 (Brain) Riwayat “Tidak sadar di tempat sholat, tidak mau bicara, pelo, tidak ada pusing dan nyeri, tidak ada mual, tidak ada kesemutan” di ruangan Data “saat masuk masih sadar, mulai hari Sabtu tidak sadar sampai Subyektif sekarang” “tidak bisa bicara sama sekali” “sering geleng-geleng kepala” “sepertinya bisa mendengar” Data Obyektif
Tingkat kesadaran • Semikomatosa (gerak bertujuan ketika dirangsang, yaitu ketika dicubit klien menggerakkan tangan kirinya untuk menolak stimulus tersebut, tidak mengikuti perintak perawat) GCS: (11-11-2002 saat pengkajian) • 1 (tidak ada respon, hanya kedip-kedip saja) 1 (tidak ada respon verbal) 5 (menggerakkan tangan kiri ke arah tempat rangsangan, yaitu cubitan di mammae kanan) • GCS tgl 7-11-02: 4X5 • GCS tgl 8-11-02: 3X5 GCS tgl 10-11-02 jam 08.30 WIB = 113, jam 10.30 • WIB = 2X5 • Skala tingkat reaksi-stimulasi (11-11-2002 saat pengkajian) = 4 (tidak sadar. Dapat menunjuk tetapi tidak berhasil menyingkirkan stimulus) Respon fisiologis BPR +3/+3, TPR +2/+2, BHR ---/+++ Respon patologis babs -/-, chad -/-, schief +/+ N I (Olfaktorius): tak terdeteksi N II (Optikus): tak terdeteksi N III (Okulomorius), N IV (Troklear), N VI (Abdusen): - Akomodasi lensa tak terdeteksi
-
Pupil Bulat isokor, diameter 3 mm, tidak ada perbedaan lebar, reaksi cahaya langsung + (konstriksi pupil yang cepat). - Tidak ada ptosis - Kedudukan bola mata kanan dan kiri di tengah - Pergerakan bola mata ke kanan dan ke kiri N V (Trigeminal: Optalmikus, mandibularis, maksilaris) - Berkedip ketika kornea di gores dengan kassa - Refleks mengunyah tah terdeteksi - Reaksi sentuhan tak terdeteksi - Mulut membuka terus N VII (Fasial): tak terrdeteksi N VIII (Akustikus): tak terdekeksi N IX (Glosofaringeus) dan N X (Vagus): Saat disentuh bagian tenggorokan belakang, terdapat reflek tersedak dan batuk N XI (aksesorius spinal): tak terdeteksi N XII (Hypoglosus): tak terdeteksi Status mental: susah dievaluasi Lain-lain: • Hemiplegia kanan, tungkai kesan lateralisasi dekstra, tidak ada rinorroe, otoroea, kaku kuduk +, brudzinski -, gerakan mata normal yaitu saat kepala digerakkan ke kanan mata berputar ke arah kiri. • CT Scan kepala dengan irisan axial//OM line tanpa kontras tanggal 7-11-2002: Tampak area hypodeus abnormal, batas tegas dengan
densitas meyerupai liquor di daerah capsula interna dan basal ganglia kiri Sistem ventrikel tampak dilatasi, sisterna sedikit melebar Sulci dan gyri tampak sedikit lebar dan dalam Tak tampak deviasi midline structur Tak tampak kalsifikasi abnormal Sella media index 3,1 Kesimpulan:
• •
- Old ischemic cerebral infarction di capsula interna dan corona radiata kiri -Moderate internal cerebral atrophy Hasil laboratorium tanggal 7-11-2002: - Elektrolit (Kalium) = 3,96 meq/L (N=3,8-5,0) - Elektrolit (Natrium) = 142 meq/L (N=136-144) Program dokter: 7-11-2002: CT Scan kepala tanpa kontras. Observasi
kesadaran 8-11-2002: CT Scan kepala tanpa kontras. Observasi
kesadaran
10-11-2002: observasi kesadaran 11-11-2002: observasi kesadaran
d) B4 (Bladder) Pola buang air kecil “di rumah biasa saja, kalau banyak minum ya kencingya banyak, tapi ukurannya tidak tahu” Riwayat perdarahan “Tidak pernah ada perdarahan saat kencing” Riwayat penyakit saluran kencing “dulu pernah sakit kencing batu, tapi sudah dinyatakan sembuh oleh dokter” Lain-lain Data “Saat masuk dipasang kateter kondom hari kamis, lalu karena Subyektif perutnya penuh (tempat kencingnya) maka diganti kateter selang hari jum’at” “kencing pagi tadi (11-11-02 jam 05.00 WIB) dibuang oleh perawat tapi jumlahnya tidak tahu” “warna kencingnya sekarang kok jadi merah ya, padahal saat dipasang kateter selang belum berdarah, tapi selang beberapa waktu (lupa berapa jam) keluar kencingnya merah” “Kenapa ya kok bisa terjadi begitu?” Data Obyektif
Inspeksi warna dan jumlah Warna merah, jumlah tanggal 11-11-2002 mulai jam 05.00 WIB sampai 10.00 WIB sebanyak 400 cc Palpasi kandung kencing: tidak tegang RL 2 fles tiap hari • Minum susu jam 08.00 WIB sebanyak 200 cc • • Minum jus buah pepaya jam 09.30 WIB sebanyak 150 cc Minum air putih untuk membilas susu dan jus • sejumlah 100 cc Output cairan • Urine bag mulai pagi (jam ± 05.00 WIB) sampai jam 10.00 WIB sejumlah 400 cc • Keringat dan nafas (IWL) tidak terukur Keadaa genitalian eksterna: Tidak ada kemerahan, tidak kotor Sistem drainage dan fiksasi kateter Drainage tidak ada sumbatan, tidak ada kristal di selang, fiksasi kateter di inguinal Nyeri tekan abdomen: tak terdeteksi Lain-lain: Program dokter • 7-11-2002: lab darah ureum, serum creatinin,
•
elektrolit, pasang cateter foley 11-11-2002: UL, LFT, RFT ulang
Hasil laboratorium • 7-11-2002 (darah): - BUN = 13 mg/dl (N=10-20) - Serum creatinin = 1,75 mg/dl (N=<1,5) - Elektrolit (Kalium) = 3,96 meq/L (N=3,8-5,0) - Elektrolit (Natrium) = 142 meq/L (N=136-144) • 9-11-2002 (darah): - BUN = 39,3 mg/dl (N=10-20) - Serum creatinin = 2,2 mg/dl (N=<1,5) - Fosfat alkali = 157 BU (N=73-270) - Protein total = 6,6 G/dl (N=6,3-8,8) - Albumin = 3,4 G/dl (N=3,2-4,5) • 11-11-2002 (urine) - SG = 1,020 - PH = 6,5 - Leuko = 100/µl ++ - Nitrit = negatif - Protein = 150 mg/dl ++ - UBG = normal - Bilirubin = negatif - Erytrosit = 250/µl +++ - Kejernihan = hematuri
e) B5 (Bowel) Pola buang air besar “di rumah berak biasanya 1 kali dalam sehari” “di rumah sakit sejak masuk sampai sekarang belum berak” Makan “di rumah makan biasanya, 3 kali porsi sedang, kandungan gizi sedang, menghindari garam dan kolesterol, semenjak terkena kencing manis Bapak menghindari manis-manis dan mengandung lemak” “di rumah sakit mendapat susu 3 kali yaitu pagi; siang dan sore Data masing-masing waktu sebanyak 1 gelas, habis, diabetasol Subyektif coklat, nah ini hanya tahu jam 11 malam, kapan lagi diberikan?” Keadaan gaster “saat masuk tidak ada mual dan muntah” “saat di RS, tidak ada muntah” haemoroid: “bapak tidak punya wasir” fungsi menelan: “masih bisa batuk dan bersin, menelan mungkin tidak bisa” Data
Pola buang air besar: tak terdekteksi
Nyeri tekan abdomen; tak terdeteksi Abdomen kenyal, tidak distended, tidak terasa massa feses Bising usus 4 x/menit, positif pada kuadran kiri atas Haemoroid: tidak ada haemoroid Makan: mendapatkan sonde diet KV 2100 kal sebanyak 6 x 200 cc dan diabetasol (selang waktu makan 4 jam), dihabiskan, pantangan manis dan garam/asin, lemak Hidung: Terpasang NG Tube di lubang hidung kiri, cairan merah kehitaman 17 cc Mulut: Terbuka, kotor, berbau Tenggorokan: refleks telan tidak terdeteksi Anus: tidak ada melena, konstipasi Lain-lain: Program dokter: 7-11-2002
• lab darah lengkap (terutama GDA, GDP, 2jPP, chol,
Obyektif
TG, HDL, LDL, Albumin, SGOT, SGPT) • elektrolit (K, Na, Cl) • ulsikur 3 x 1 amp (IV) • dextrose 40% drips 1 fles • puasa 1 x 24 jam 8-11-2002
• cek GDA, jika kurang lakukan penambahan gula dan cek ulang GDA • jam 03.10 WIB : bolus D 40% 1 fles, infus D10% 20 tts/mnt • ulsikur 3 x 1 amp (IV) • alinamin F 2 x 1 amp (IV) • diet KV 1800 kal • jam 08.30 WIB : cek GDA 10-11-2002
• RL 1000 cc • Cefotaxim 3 x 1 gr (test dulu) • jam 10.30 WIB karena febris, beri xyllo : della = 2:1 11-11-2002
• cek GDA setiap 2 hari • diet KV 2100 kal, bila kesadaran menurun diet sonde 6 x 200 cc • sementara obat hypoglikemia stop Hasil laboratorium: sama dengan di B2 (Blood) f) B6 (Bone)
Riwayat “jatuh pingsan di tempat sholat, tidak mau bicara, pelo” “punya darah tinggi sejak bekerja, berobat terus, 3 bulan terakhir tidak kontrol” Saat di RS Ekstrimitas “Tangan dan kaki kanan suami saya tidak bisa digerakkan sejak masuk, kaki kiri kok sekarang tidak bergerak juga?” Data “Tangan kiri masih bisa digerakkan” Subyektif Kulit “ada luka pada pantat, kulitnya lecet, ada yang besar dan ada yang kecil” Pekerjaan/Aktivitas “Bapak sebagai pegawai negeri, tapi sudah pensiun” Keterbatasan karena kondisi “Kamis-Jumat masih bisa bergerak, molak-malik, tapi sejak Sabtu dan tidak sadar, Bapak tidak bisa apa-apa” “Berbaring saja sejak Sabtu dengan bantal satu” Aktivitas • Klien bedrest tanpa bantal • Bahu sisi kanan dan kaki ditopang bantal Kesadaran menurun • Ekstrimitas • Hemiplegia (lateralisasi dekstra) • Kaki kiri tidak bergerak, tahanan terhadap rangsang gerak tidak ada • Tangan kiri bergerak aktif Kulit Data Turgor baik (<2“) • Obyektif Sawo matang • • Petekia • Keringat • Teraba panas • Dibedaki Dekubitus grade I pada pantat, terdapat 2 luka yaitu • luka I dengan panjang ± 7 cm lebar ± 5 cm, dan luka II panjang dan lebar ± 1 cm. Warna kulit yang terkelupas kehitaman, basah, warna lapisan selanjutnya merah Tidak pucat, tidak cyanosis, perfusi jaringan bagus • j.
Status Psikologi: pada pasien tak terkaji, pada keluarga (istri) terkaji istri sudah menerima apa adanya yang terjadi pada klien, mampu berinteraksi dengan klien dan keluarga lain dalam ruangan (kamar 15), kooperatif terhadap tindakan dan instruksi dari dokter dan perawat. k. Pemeriksaan vital sign: 8-11-2002: Tensi 190/120 mmHg, Nadi 100 x/menit, Suhu 38,1 oC
9-11-2002: Tensi 200/130 mmHg, Nadi 120x/menit, Suhu 39 oC 10-11-2002: Tensi 195/100 mmHg, Nadi 120 x/menit, Suhu 39,1 oC 11-11-02 jam 05.00 WIB: T=210/150 mmHg, N=120 x/menit, Suhu 38,5 oC 11-11-02 jam 10.00 WIB: T=190/100 mmHg, N=120 x/menit, Suhu 40,1 oC B. ANALISA DATA Analisa data ini dilakukan untuk persistem B1. Breathing Tgl Data Faktor yang berhubungan Masalah 11- Data Subyektif CVA Infark trombosis Resiko 11- • “Suami saya nafasnya ↓ terhadap 2002 ngongsro, seperti sesak” oklusi perubah • “Tidak batuk, tidak ↓ an fungsi mempunyai asma dan sakit paru perfusi jar. cerebral ↓ pernafas lain” ↓ an • “Riwayat merokok sejak iskemia muda” Resiko ↓ • “di rumah suka ngorok Ortohypoksia statik saat tidur” ↓ pneumo “Kelihatannya masih bisa • nekrotik jar. Otak nia menelan” ↓ infark Data Obyektif ↓ RR=40 x/menit • kesadaran ↓ Tidak menggunakan alat • ↓ bantu nafas tirah baring lama • Frekuensi cepat (imobilisasi) Klien bedrest (tidur • ↓ terlentang) mulai Kamis (saat komplian paru ↓ masuk) sampai pengkajian ↓ • Seluruh lapang paru mikroatelektasis paru terdengan suara sonor ↓ Stridor kedua paru; paling • retensi sputum keras pada bronchial ↓ • Tidak ada wheezing pada ketidakefektifan bersihan seluruh lapang paru jalan nafas (resiko) • Kesadaran menurun ortostatik pneumonia (semi-komatosa) dengan GCS (resiko/aktual) 115 • Program dokter beri O2 masker 6 lpm • Tidak ada sputum yang terakumulasi Ekspansi dada simetris • dan terlihat nafas tidak
•
tertinggal pada salah satu dada Lab 11-11-2002 WBC=16,75+10^g/l HGB=13,8 g/l HCT=39,81%
B2. Blood Tgl Data 11- Data Subyektif 11- “Badannya panas 2002 kemarin” “kulit tidak pucat”
Faktor yang berhubungan CVA Infark trombosis terus
mulai
Data Obyektif Suhu: 40,1 o C aksiler RR 40 x/menit, frekuensi cepat Nafas melalui mulut dan hidung Suhu akral hangat Tensi=190/100 mmHg Nadi=120 x/mmHg Intake cairan:
• RL 2 fl/hari • Minum susu (PS) jam 08.00 • •
WIB 200 cc Minum jus buah pepaya jam 09.30 WIB 150 cc Minum air putih untuk membilas susu dan jus sejumlah 100 cc
Output cairan:
• •
Urine bag mulai pagi (jam ± 05.00 WIB) sampai jam 10.00 WIB sejumlah 400 cc Keringat dan nafas (IWL) tidak terukur
Keringat banyak (dehidrasi) Kulit teraba/terasa panas Kesadaran menurun Kesimpulan CT scan:
• Old
ischemic cerebral infarction di capsula interna
↓ oklusi
↓ perfusi jar. cerebral ↓
↓ iskemia
↓ hypoksia
↓ nekrotik jar. Otak
↓ infark
↓ kesadaran ↓
↓ ketidakefektifan termoregulasi dan infeksi
↓ perubahan suhu tubuh: hypertermia
Masalah Perubah an suhu tubuh: hyperter mia
•
•
• •
•
•
dan corona radiata kiri Moderate internal cerebral atrophy Hasil laboratorium 7-11-2002 (darah) - Hb = 13,7 g/dl (N=13,417,7) - Leuko = 20,1 x 10 9/L (N=4,3-10,3) - GDA = 64 mg/dl (N=<200) - BUN = 13 mg/dl (N=1020) - Serum creatinin = 1,75 mg/dl (N=<1,5) - Elektrolit (Kalium) = 3,96 meq/L (N=3,8-5,0) - Elektrolit (Natrium) = 142 meq/L (N=136-144) 8-11-2002 (darah) - GDA = 138 mg/dl, jam 18.35 WIB = 124 mg/dl 9-11-2002 (darah) - GDP = 208 mg/dl (N=70-110) - GD 2 jPP = 216 mg/dl (N=<200) - BUN = 39,3 mg/dl (N=10-20) - Serum creatinin = 2,2 mg/dl (N=<1,5) - Protein total = 6,6 G/dl (N=6,3-8,8) - Albumin = 3,4 G/dl (N=3,2-4,5) - Globulin = 3,2 mg/dl (N=2,6-3,6) 10-11-2002 (darah) - GDA jam 08.30 WIB = 173 mg/dl - Bj plasma jam 08.30 WIB = 1,029 11-11-2002 - HGB = 13,8 g/l ( 11,417,7) - HCT = 39,81% (38,047,0) - PCT = 0,18%
11112002
Data Subyektif “Badannya panas kemarin” “kulit tidak pucat” Data Obyektif
CVA Infark trombosis terus
mulai
Suhu: 40,1 C aksiler o
↓ oklusi
↓ perfusi jar. cerebral ↓
↓
RR 40 x/menit, frekuensi cepat
iskemia
Nafas melalui mulut dan hidung
↓
Suhu akral hangat Tensi=190/100 mmHg Nadi=120 x/mmHg Intake cairan:
• RL 2 fl/hari • Minum susu (PS) jam 08.00 • •
•
Urine bag mulai pagi (jam ± 05.00 WIB) sampai jam 10.00 WIB sejumlah 400 cc Keringat dan nafas (IWL) tidak terukur
Keringat banyak (dehidrasi) Kulit teraba/terasa panas Kesadaran menurun Kesimpulan CT scan:
• Old •
↓ nekrotik jar. Otak
↓ infark
↓ odema serebral
WIB 200 cc ↓ Minum jus buah pepaya jam disfungsi neurohormonsl 09.30 WIB 150 cc restriksi cairan Minum air putih untuk membilas susu dan jus hypertermia sejumlah 100 cc
Output cairan:
•
hypoksia
ischemic cerebral infarction di capsula interna dan corona radiata kiri Moderate internal cerebral atrophy
BJ Plasma tgl 10-11-2002 jam
08.30 WIB = 1,029 Natrium (7-11-2002)=142 meq/L Restriksi cairan RL 2 fles/hari Turgor kulit baik GDA
10-11-2002 jam 08.30 WIB = 173 mg/dl
↓ evaporasi ↑
↓ keseimbangan asupan cairan terganggu
↓ resiko kekurangan cairan
Resiko kekurang an cairan
BB
± 70 kg, awal masuk tak
terukur Urine warna merah Laboratorium
urine terdapat eritrosit 250 µl ++ dengan kejernihan hematuria
B3. Brain Tgl Data Faktor yang berhubungan Masalah 11- Data Subyektif CVA Infark trombosis Resiko 11- “Tidak sadar di tempat sholat, tinggi ↓ 2002 peningtidak mau bicara, pelo, tidak ada oklusi katan pusing dan nyeri, tidak ada mual, ↓ tekanan tidak ada kesemutan” perfusi jar. cerebral ↓ intra “saat masuk masih sadar, mulai ↓ kranial hari Sabtu tidak sadar sampai iskemia sekarang” ↓ “tidak bisa bicara sama sekali” hypoksia bapak mempunyai tekanan darah ↓ tinggi sejak bekerja, tetapi nekrotik jar. Otak berobat terus” ↓ “sejak 3 bulan yang lalu lupa infark kontrol” ↓ “sering geleng-geleng kepala” odema serebral “Bapak tekanan darahnya masih ↓ tinggi” resiko ↑ TIK “tidak pucat” “sepertinya masih bisa menelan” “nafas ngorok” Data Obyektif Tingkat kesadaran semikomatosa dengan GCS 115 Skala tingkat reaksi stimuli=4 Tensi 190/100 mmHg Nadi 120 x/menit RR 40 x/menit, frekuensi cepat Tidak ada wheezing Wajah dan lengan merah sehat, mukosa bibir merah muda, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada kemerahan/ petekia pada kulit Suhu akral hangat
Pengisian kapiler (capiler refile) cepat (<2”) TIK tidak terukur GDA 10-11-2002 jam 08.30 WI 173 mg/dl Kesimpulan CT scan: • Old ischemic cerebral infarction di capsula interna dan corona radiata kiri • Moderate internal cerebral atrophy Trombosit (7-11-2002) 339 x 109/L Gra (11-11-2002)=14,18 + 10^ g/l (2,50-7,50) GR% (11-11-2002) = 84,6 + % (50,0-75,0) Pupil Bulat isokor, diameter 3 mm, tidak ada perbedaan lebar, reaksi cahaya langsung + (konstriksi pupil yang cepat). N IX (Glosofaringeus) dan N X (Vagus): Saat disentuh bagian tenggorokan belakang, terdapat reflek tersedak dan batuk Muntah tidak ada
B4. Bladder Tgl Data Faktor yang berhubungan 11- Data Subyektif CVA Infark trombosis 11- , “Badannya panas terus mulai ↓ 2002 kemarin” oklusi , “Dulu pernah sakit kencing batu, ↓ tapi sudah dinyatakan sembuh perfusi jar. cerebral ↓ oleh dokter” ↓ , “Saat masuk dipasang kateter iskemia kondom hari kamis, lalu karena ↓ perutnya penuh (tempat hypoksia kencingnya) maka diganti ↓ kateter selang hari jum’at” nekrotik jar. Otak , “Warna kencingnya sekarang ↓ kok jadi merah ya, padahal saat infark dipasang kateter selang belum ↓ berdarah, tapi selang beberapa kesadaran ↓ waktu (lupa berapa jam) keluar ↓ kencingnya merah” tirah baring lama
Masalah Resiko infeksi saluran kencing
11112002
Data Obyektif (imobilisasi) , Warna merah, jumlah tanggal dan terpasangnya dower kateter sebagai benda 11-11-2002 mulai jam 05.00 asing WIB sampai 10.00 WIB ↓ sebanyak 400 cc resiko ISK , Keadaan genitalian eksterna: Tidak ada kemerahan, tidak kotor , Sistem drainage dan fiksasi kateter: Drainage tidak ada sumbatan, tidak ada kristal di selang, fiksasi kateter di inguinal Data Subyektif CVA Infark trombosis , “saat masuk masih sadar, mulai ↓ hari Sabtu tidak sadar sampai oklusi sekarang” ↓ , “berbaring terus mulai Kamis” perfusi jar. Cerebral ↓ Data Obyektif Tingkat kesadaran semikomatosa dengan GCS 115 Skala tingkat reaksi stimuli=4 Tirah baring lama PU tgl 11-11-2002 mulai jam 05.00 WIB-10.00 WIB = 400 cc Sistem drainage dan fiksasi kateter: Drainage tidak ada sumbatan, tidak ada kristal di selang, fiksasi kateter di inguinal Kejernihan hematuria, tidak ada
Resiko stagnasi urine
↓ iskemia
↓ hypoksia
↓ nekrotik jar. Otak
↓ infark
↓ kesadaran ↓
↓ tirah baring lama (imobilisasi)
↓ stagnasi urine B5. Bowel Tgl Data Faktor yang berhubungan Masalah 11- Data Subyektif CVA Resiko 11- terhadap ↓ “badannya panas terus sejak 2002 perubah kemarin” proses infeksi an nutrisi “mendapat susu 6x200 cc, ↓ dan diabetasol” peningkatan metabolisme Data Obyektif dan kesadaran menurun RR 40 x/menit ↓ BB 70 Kg perubahan nutrisi o Suhu 40,1 C Kesadaran \semikomatosa dengan GCS 115
•
• •
•
•
Hasil laboratorium 7-11-2002 (darah) - Hb = 13,7 g/dl (N=13,417,7) - Leuko = 20,1 x 10 9/L (N=4,3-10,3) - GDA = 64 mg/dl (N=<200) - BUN = 13 mg/dl (N=1020) - Serum creatinin = 1,75 mg/dl (N=<1,5) - Elektrolit (Kalium) = 3,96 meq/L (N=3,8-5,0) - Elektrolit (Natrium) = 142 meq/L (N=136-144) 8-11-2002 (darah) - GDA = 138 mg/dl, jam 18.35 WIB = 124 mg/dl 9-11-2002 (darah) - GDP = 208 mg/dl (N=70-110) - GD 2 jPP = 216 mg/dl (N=<200) - BUN = 39,3 mg/dl (N=10-20) - Serum creatinin = 2,2 mg/dl (N=<1,5) - Protein total = 6,6 G/dl (N=6,3-8,8) - Albumin = 3,4 G/dl (N=3,2-4,5) - Globulin = 3,2 mg/dl (N=2,6-3,6) 10-11-2002 (darah) - GDA jam 08.30 WIB = 173 mg/dl - Bj plasma jam 08.30 WIB = 1,029 11-11-2002 - HGB = 13,8 g/l ( 11,417,7) - HCT = 39,81% (38,047,0) - PCT = 0,18%
Data Subyektif “Suami saya kan diabet dan
Kondisi sakitnya
↓
Kurang nya
dapat diabetasol susu, kata perawatnya harus diminumkan jam 23.00 WIB, lalu kapan lagi?” Data Obyektif istri klien menanyakan tentang diet diabet istri klien meminta penjelasan tentang jadual diet Data Subyektif “saat masuk masih sadar, mulai hari Sabtu tidak sadar sampai sekarang” “di rumah sakit sejak masuk sampai sekarang belum berak” Data Obyektif abdomen supel, tidak teraba massa feses kesadaran semikomatosa dengan GCS 115 klien tirah baring lama
informasi yang tidak jelas/kurang
↓ kurangnya pengetahuan
CVA Infark trombosis
↓
pengeta huan tentang pengatur an jadual diet DM
Konstipa si
oklusi
↓ perfusi jar. Cerebral ↓
↓ iskemia
↓ hypoksia
↓ nekrotik jar. Otak
↓ infark
↓ kesadaran ↓
↓ tirah baring lama (imobilisasi)
↓ motilitas usus ↓
↓ konstipasi B6. Bone Tgl Data Faktor yang berhubungan 11- Data Subyektif CVA Infark trombosis 11- ↓ “saat masuk masih sadar, 2002 mulai hari Sabtu tidak sadar oklusi sampai sekarang” ↓ Tangan dan kaki kanan perfusi jar. cerebral ↓ suami saya tidak bisa digerakkan ↓ sejak masuk, kaki kiri kok iskemia sekarang tidak bergerak juga?” ↓ “Tangan kiri masih bisa hypoksia digerakkan” ↓ Keterbatasan karena kondisi: nekrotik jar. Otak
Masalah Mobilitas fisik
“Kamis-Jumat masih bisa bergerak, molak-malik, tapi sejak Sabtu dan tidak sadar, Bapak tidak bisa apa-apa” “Berbaring saja sejak Sabtu dengan bantal satu”
↓ infark
↓ hemiplegia, paraplegia, kelemahan, penurunan kesadaran
↓
Data Obyektif kerusakan mobilitas fisik Aktivitas Klien bedrest tanpa bantal • Bahu sisi kanan dan kaki • ditopang bantal Kesadaran menurun semikomatosa dengan GCS 115 Ekstrimitas Hemiplegia (lateralisasi • dekstra) • Kaki kiri tidak bergerak, tahanan terhadap rangsang gerak tidak ada Tangan kiri bergerak aktif • belum dimobilisasi Respon fisiologis: BPR +3/+3, TPR +2/+2 11- Data Subyektif 11- “saat masuk masih sadar, 2002 mulai hari Sabtu tidak sadar sampai sekarang” Tangan dan kaki kanan suami saya tidak bisa digerakkan sejak masuk, kaki kiri kok sekarang tidak bergerak juga?” “Tangan kiri masih bisa digerakkan” Keterbatasan karena kondisi: “Kamis-Jumat masih bisa bergerak, molak-malik, tapi sejak Sabtu dan tidak sadar, Bapak tidak bisa apa-apa” “Berbaring saja sejak Sabtu” Data Obyektif klien tirah baring lama kesadaran semikomatosa dengan GCS 115 hemiplegia
CVA Infark trombosis
↓ oklusi
↓ perfusi jar. cerebral ↓
↓ iskemia
↓ hypoksia
↓ nekrotik jar. Otak
↓ infark
↓ kesadaran menurun
↓ ketidakmampuan merawat diri
Syndroma Defisit perawatan diri
11112002
lateralisasi dekstra Data Subyektif “ada luka pada pantat, kulitnya lecet, ada yang besar dan ada yang kecil”
CVA Infark trombosis
↓
Integritas kulit
oklusi
↓
perfusi jar. Cerebral ↓ Data Obyektif ↓ Aktivitas iskemia Klien bedrest tanpa bantal • ↓ Bahu sisi kanan dan kaki • hypoksia ditopang bantal ↓ Kesadaran menurun • nekrotik jar. Otak Ekstrimitas ↓ • Hemiplegia (lateralisasi infark dekstra) ↓ • Kaki kiri tidak bergerak, kesadaran ↓ tahanan terhadap rangsang gerak ↓ tidak ada tirah baring lama • Tangan kiri bergerak aktif (imobilisasi) Kulit ↓ • Turgor baik (<2“) Sirkulasi ↓ • Sawo matang • Petekia ↓ • Keringat Oksigenasi perifer Teraba panas • terganggu Dibedaki • ↓ Dekubitus grade I pada gangguan integritas kulit • pantat, terdapat 2 luka yaitu luka I dengan panjang ± 7 cm lebar ± 5 cm, dan luka II panjang dan lebar ± 1 cm. Warna kulit yang terkelupas kehitaman, basah, warna lapisan selanjutnya merah Tidak pucat, tidak cyanosis, perfusi jaringan bagus C. DIAGNOSA KEPERAWATAN No 1.
2.
Pernyataan Diagnosa Keperawatan
Tanggal Ditemukan Diatasi 11-11-2002
Resiko tinggi peningkatan tekanan intra kranial b.d. oklusi dan edema serebri (meningkatnya volume intra kranial) Perubahan suhu tubuh: hypertermia b.d. 11-11-2002 ketidak efektifan termoregulasi sekunder
Terulang
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. 11.
12. 13.
terhadap penurunan kesadaran dan proses infeksi Resiko tinggi terhadap perubahan fungsi pernafasan b.d. imobilisasi Resiko tinggi ortostatik pneumonia b.d. mikroatelektasis paru sekunder terhadap imobilisasi Syndroma defisit perawatan diri b.d. kesadaran menurun (semikomatosa) Resiko tinggi kekurangan cairan b.d. peningkatan evaporasi dan peningkatan kebutuhan metabolisme, disfungsi neurohormonal dan restriksi cairan Kerusakan mobilitas fisik b.d. hemiplegia dan penurunan kesadaran Kerusakan integritas kulit b.d. tirah baring lama (imobilisasi) sekunder terhadap penurunan kesadaran Konstipasi b.d. penurunan refleks mengejan dan penurunan motilitas usus sekunder terhadap imobilisasi Resiko tinggi infeksi saluran kencing b.d. imobilisasi Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. peningkatan kebutuhan metabolisme dan penurunan kesadaran Resiko tinggi stagnasi urine b.d. imobilisasi Kurangnya pengetahuan tentang pengaturan jadual diet DM b.d. informasi yang tidak jelas dan kurang
11-11-2002 11-11-2002
11-11-2002 11-11-2002
11-11-2002 11-11-2002
11-11-2002
11-11-2002 11-11-2002
11-11-2002 11-11-2002
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN a. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 1 Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi peningkatan tekanan intra kranial b.d. oklusi dan edema serebri (meningkatnya volume intra kranial) Tujuan Tidak terjadi peningkatan tekanan intra ranial selama 2x24 jam Klien akan mempertahankan TIK dalam batas normal Segera diketahui apabila terdapat tanda TIK meningkat mendadak Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB Kriteria hasil , Klien tidak gelisah , Tidak ditemukan chusing syndroma
, , ,
TIK 15-18 mmHg (60-180 mmH 2O) Mempertahankan GCS pada kondisi yang sama atau lebih baik Tidak terdapat pupil edema Rencana Tindakan Rasional a. Berikan penjelasan kepada keluarga tentang Meningkatkan keikutsertaan sebab dan akibat TIK meningkat dengan keluarga dalam upaya bahasa yang sederhana dan jelas pada tanggal menghindari TIK meningkat 11-11-2002 pukul 11.30 WIB dan saat klien bertanya di lain waktu. b. Kaji tingkat kesadaran, tanda TIK meningkat Adanya penurunan kesadaran dan tanda-tanda vital tiap 3 jam yaitu pada ketingkat yang lebih buruk, jam 09.00 WIB, 12.00 WIB, 15.00 WIB, chusing syndroma dan 18.00 WIB, 21.00 WIB, 24.00 WIB, 03.00 perubahan VS menunjukkan WIB, 06.00 WIB TIK meningkat c. Tetapkan klien pada posisi bedrest total Aktivitas dan stimulasi yang kontinyu meningkatkan TIK d. Pertahankan posisi head up 30o dan kurangi Mengurangi tekanan arteri dan manipulasi yang berlebihan selama meningkatkan drainage vena perawatan serta memperbaiki sirkulasi serebral e. Berikan lingkungan yang nyaman dengan mengurangi stimulus, yaitu membatasi pengunjung, hawa panas f. Bantu ADL klien g. Penuhi kebutuhan oksigennya (beri oksigen sesuai advis)
h. Kolaborasi diet tinggi serat dan pemberian laxadin serta mobilisasi pasif i. Berikan obat anti hypertensi, anti koagulasi dan anti fibrotik sesuai advis (nicholin 2x1 amp) pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB
Stimulasi yang meningkatkan TIK
kontinyu
Minimalisasi stimulus Mencegah hypoxia yang menyebakan vasodilatasi serebral dan TIK meningkat Pencegahan konstipasi Meningkatkan dan memper baiki aliran darah cerebral dan mencegah pembekuan saat trombus
b. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 2 Diagnosa Keperawatan Perubahan suhu tubuh: hypertermia b.d. ketidak efektifan termoregulasi sekunder terhadap penurunan kesadaran dan proses infeksi Tujuan Suhu tubuh kembali normal 2x24 jam Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB Kriteria hasil , Mempertahankan suhu tubuh dan pemeriksaan laboratorium yang ada
,
Tidak dijumpai karakteristik mayor dan minor hypertermia Rencana Tindakan Rasional a. Kaji faktor yang memperberat resiko, Suhu ruangan yang panas akan seperti dehidrasi dan hawa lingkungan meningkatkan evaporasi b. Pantau intake dan output cairan tiap 6 jam, yaitu pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB
c. Longgarkan baju, rapikan seprei dan beri pakaian tipis
d. Beri kompres pada belakang kepala dan arteri besar
e. Berikan antipiretik dan antibiotik sesuai advis,yaitu paracetamol 3x1 jam 10.00 WIB, 18.00 WIB, 24.00 WIB tablet dan ceftriaxone 3x2gr jam 08.00 WIB, 16.00 WIB dan 23.00 WIB c. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 3
Ketidakseimbangan antara input dan output cairan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan kekurangan cairan tubuh Penekanan oleh laken dan baju tebal meningkatkan suhu permukaaan tubuh dan menghalangi sirkulasi Hypotalamus sebagai pusat termoregulasi dan kompres pada arteri yang besar mempercepat penurunan panas (penguapan) Menstimulasi hypotalamus untuk menurunkan panas dan mencegah/mematikan bakteri penyebab infeksi
Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi terhadap perubahan fungsi pernafasan b.d. imobilisasi Tujuan Tidak terjadi perubahan fungsi pernafasan dalam 2x24 jam Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB Kriteria hasil , Bersihan jalan nafas efektif (tidak ada wheezing; akumulasi sekret) , Pertukaran gas tidak rusak/terganggu (PaO2, PCO2, saturasi O2 normal) , Pola nafas efektif (ventilasi normal) Rencana Tindakan Rasional a. Kaji faktor penyebab yaitu penurunan Koma memberikan dampak pada kesadaran beratnya penurunan fungsi pernafasan b. Lakukan mobilisasi pasif (mika/miki) tiap Meningkatkan komplian paru 2 jam jika tak ada kontraindikasi (mulai sehingga pengembangan paru jam 12.00 WIB tgl 11-11-2002) optimal dan mencegah atelektsis paru c. Posisikan klien ke sebelah kanan setelah Mencegah regurgitasi dan aspirasi makan (sonde) d. Posisikan head up 30o Meningkatkan ekspansi paru, menghindari aspirasi dan adanya gaya grafitasi e. Monitor pernafasan; frekuensi, irama, Perubahan pernafasan
kecepatan, isi paru
menunjukkan adanya gangguan pada paru f. Berikan nebulezer tiap 6 jam mulai jam Sekret yang encer mudah 12.00 WIB tanggal 11-11-2002 teraspirasi sehingga menurunkan kemungkinan akumulasi sekret an perubahan pola nafas
d. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 4 Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi ortostatik pneumonia b.d. mikroatelektasis paru sekunder terhadap imobilisasi Tujuan Tidak terjadi ortostatik pneumonia dalam 2x24 jam Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB Kriteria hasil , Komplian paru normal , Tidak terjadi atelektasis paru , Ekspansi paru maksimal , Tidak ada akumulasi sekret , RR dalam batas normal (respon pernafasan normal) Rencana Tindakan a. Berikan posisi head up 30o
b. Berikan penjelasan kepada keluarga tentang akibat tirah baring lama c. Mobilisasi pasif pada klien posisi miring kanan dan kiri tiap jam jika tanpa ada kontra indikasi mulai jam 12.00 WIB tanggal 11-11-2002 d. Berikan chest terapy dengan fibrasi dan nebulezer tiap 6 jam atau jika ada akumulasi sekret mulai jam 12.00 WIB tanggal 11-11-2002 e. Monitor pernafasan, tanda aspirasi dan obstruksi khususnya auskultasi paru tiap 6 jam mulai jam 12.00 WIB tanggal 11-112002
Rasional Meningkatkan ekspansi paru, menghindari aspirasi dan adanya gaya grafitasi Meningkatkan kerjasama keluarga dalam melakukan tindakan Meningkatkan komplian paru sehingga pengembangan paru optimal dan mencegah atelektsis paru Fibrasi ringan memudahkan sekret lepas dari perlengketan dan nebulezer mengencerkan sekret sehingga mudah untuk diaspirasi Perubahan pernafasan menunjukkan adanya gangguan pada paru
e. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 5 Diagnosa Keperawatan Syndroma defisit perawatan diri b.d. kesadaran menurun (semikomatosa) Tujuan
Klien terawat sesuai dengan kemampuan dan kemandirian pasien selama perawatan Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB Kriteria hasil , Kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi mulai dari eating, bathing, toileting, dressing, dan instrumenting Rencana Tindakan Rasional a. Berikan diet KV 2100 kal personde dari Kebutuhan makanan harus RS (3X200 cc) tiap 4 jam, yaitu jam 08.00 terpenuhi untuk metabolisme WIB, 12.00 WIB, 16.00 WIB, dan tubuh. Ketidakmampuan klien diabetasol (3x200 cc) jam 20.00 WIB, memenuhi konsumsi tubuh dengan 24.00 WIB dan 04.00 WIB serta jus buah mandiri memudahkan menurunnya pepaya 150 cc tiap jam 10.00 WIB kondisi tubuh b. Mandikan klien 2 kali sehari jam 05.00 Membersihkan kotoran sehingga WIB dan 15.00 WIB meningkatan kenyamanan c. Lakukan oral higiene dengan betadin Mengurangi koloni kuman, kumur 2 kali seari jam 08.15 WIB dan menghindari infeksi sekunder dan 15.00 WIB meningkatkan kenyamanan klien d. Bantu jika BAB dan buang urine dari Mengurangi infeksi dan urobag memperhatikan kebutuhan klien e. Ganti baju klien 1 haari sekali atau jika Baju yang basah dan melipat-lipat sudah basah membuat klien tidak nyaman
f. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 6 Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi kekurangan cairan b.d. peningkatan evaporasi dan peningkatan kebutuhan metabolisme, disfungsi neurohormonal dan restriksi cairan Tujuan Klien akan mempertahankan hidrasi yang kuat 2x24 jam Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB Kriteria hasil , Tensi stabil , Perfusi perifer normal, akral hangat, warna merah muda , Urine normal 1 cc/kg BB/jam , Klien tidak sesak, tidak ada ronchi Rencana Tindakan Rasional a. Berikan penjelasan kepada keluarga sebab Meningkatkan kerjasama keluarga dan akibat kekurangan cairan dalam melakukan tindakan b. Catat intake dan output cairan, tanda vital Output cairan yang berlebih dari tiap 6 jam mulai jam 12.00 WIB tanggal pemasukan, hypotensi, bradikardia 11-11-2002 menunjukkan defisit cairan c. Laporkan tanda defisit cairan (hypotensi, Antisipasi dini terjadinya defisit oliguria, membran mukosa kering, turgor cairan kulit buruk)
d. Hitung keseimbangan cairan selama 24 jam e. Laporkan tanda TIK meningkat dan pantau nilai serum elektrolit dan Bj Plasma
Ketidak seimbangan cairan akan meningkatkan odema otak Hypernatremia menyebabkan akumulasi cairan sehingga odema akan semakin meningkat dan penurunan Bj Palsma menunjukkan defisit cairan sudah terjadi
f. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 7 Diagnosa Keperawatan Kerusakan mobilitas fisik b.d. hemiplegia dan penurunan kesadaran Tujuan Mobilitas fisik dapat dipertahankan dalam kondisi yang optimal 2x24 jam Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB Kriteria hasil, klien mampu: , Mempertahankan posisi optimal dari fungsi dengan tidak adanya kontraktur dan footdrop , Mempertahankan.meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi , Integritas kulit dipertahankan Rencana Tindakan Rasional a. Ubah posisi minimal tiap 2 jam mulai jam Menurunkan terjadi resiko 112.00 WIB (11-11-2002) trauma/iskemia jaringan daerah yang terkena kerusakan sirkulasi b. Mulailah melakukan latihan rentang gerak Meminimalkan atrofi otot, pasif pada semua ekstrimitas. Libatkan meningkatkan sirkulasi, membantu keluarga mencegah kontraktur c. Sokong dan posisikan ekstrimitas dalam Mencegah kontraktur atau footdrop posisi fungsionalnya d. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi secara Program yang khusus dapat aktif dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti e. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 8 Diagnosa Keperawatan Kerusakan integritas kulit b.d. tirah baring lama (imobilisasi) sekunder terhadap penurunan kesadaran Tujuan Kerusakan integrasi kulit dapat diminamilisasi 2x24 jam Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB Kriteria hasil, klien mampu: , Luka tidak meningkat pad grade yang lebih tinggi , Vaskularisasi dan oksigenasi jaringan adekuat Rencana Tindakan Rasional a. Ubah posisi minimal tiap 2 jam mulai jam Menurunkan terjadi resiko iskemia
112.00 WIB (11-11-2002)
jaringan daerah yang terkena kerusakan sirkulasi dan meningkatkan vaskularisasi b. Lakukan rawat luka tiap pagi hari pukul Mencegah kuman bersrang, 09.00 WIB dan monitor keadaan luka meningkatkan oksigenasi c. Identifikasi derajat perkembangan luka Monitoring luka tekan d. Kolaborasi dengan dokter untuk Interdependent task penanggulangan luka tekan
e. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 9
Diagnosa Keperawatan Konstipasi b.d. penurunan refleks mengejan dan penurunan motilitas usus sekunder terhada p imobilisasi Tujuan BAB klien lancar dan tidak ada konstipasi Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB Kriteria hasil, klien mampu: , Klien dapat BAB , Tidak ada kesulitan defekasi , Konsistensi lunak Rencana Tindakan a. Berikan diet seimbang dan jus buah pepaya tiap jam 10.00 WIB b. Monitor dan berikan cairan yang adekuat sesuai program terapi cairan c. Lakukan mobilisasi mika miki tiap 2 jam d. Berikan laksan sesuai terapi e. Kalau perlu berikan gliserin spruit
Rasional Meningkatkan peristaltik usus dan memperlancar defekasi Mempermudah absorbsi, memperlembek feses dan menstimulasi pengosongan usus Menghindari penurunan peristaltik usus Meningkatkan peristaltik usus untuk mempermudah defekasi Melembekkan feses yang terakumulasi dan mengeras
f. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 11 Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. peningkatan kebutuhan metabolisme dan penurunan kesadaran Tujuan Klien dapat mempertahankan berat badan adekuat selama 2x24 jam Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil, klien mampu: , Berat badan optimal , Konjungtiva merah , Tidak ada edema akral , Diet terpenuhi Rencana Tindakan a. Berikan penjelasan pada keluarga tentang sebab dan akibat kurang nutrisi b. Kontrol fungsi peristaltik bila akan memberikan sonde, beri sonde sesuai diet yang dianjurkan
Rasional Meningkatkan kerjasama
Peristaltik menurun menunjukkan kemungkinan dilatasi lambung, ulkus peptikum sehingga meningkatkan asam lambung dan memungkinkan perdarahan c. Monitor tanda kurang nutrisi (kadar HB, Mencegah penurunan kebutuhan albumin, BB) nutrisi
d. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 13 Diagnosa Keperawatan Kurangnya pengetahuan tentang pengaturan jadual diet DM b.d. informasi yang tidak jelas dan kurang Tujuan Keluarga mengerti pengaturan jadual diet DM setelah diberi penjelasan Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB Kriteria hasil, keluarga mampu: , Mematuhi jadual det DM , Mandiri menentukan diet DM Rencana Tindakan Rasional a. Berikan penjelasan pada keluarga tentang Meningkatkan kerjasama diet DM dan pemenuhan jadual b. Buatkan jadual terstruktur untuk Memberikan pegangan pada pemberian sonde feeding yaitu diet KV keluarga untuk memenuhi diet 2100 kal personde dari RS (3X200 cc) klien dan meningkatkan tiap 4 jam, yaitu jam 08.00 WIB, 12.00 pengetahuan keluarga WIB, 16.00 WIB, dan diabetasol (3x200 cc) jam 20.00 WIB, 24.00 WIB dan 04.00 WIB serta jus buah pepaya 150 cc tiap jam 10.00 WIB c. Pantau pemenuhan jadual diet DM (KV) Monitor peningkatan pengetahuan keluarga
E. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN Tanggal 11-11-002 No Tindakan Respon Klien Jam Dx 11. 1 Memberikan penjelasan kepada “oh jadi begitu ya, ya saya
30 WIB
12. 00 WIB
11. 30 WIB 11. 30 WIB 11. 35 WIB 10. 00 WIB 10. 00 WIB 13. 00 WIB
11. 30 WIB 12. 00 WIB
1
keluarga tentang sebab TIK yaitu manipulasi klien yang berlebihan, mengedan, nyeri yang tidak ditolelir dan akibat TIK meningkat yaitu bradikardia, puil edema, muntah proyektil, peningkatan tekanan darah sistole dengan bahasa yang sederhana dan jelas Mengkaji tingkat kesadaran, tanda TIK meningkat dan tanda-tanda vital pada jam 12.00 WIB
tidak akan menggerak-gerakkan bapak kecuali oleh perawat dan saat miring-miring” istri terlihat mengerti
Memberikan oksigen masker 5 lpm
Oksigen terberikan 5 lpm, RR 40 x/mnt
GCS 115, Tensi 170/120 mmHg, Nadi 120 x/menit, Suhu 39oC, RR 40 x/menit, tidak ada pupil edema, tidak ada muntah proyektil, klien tidak gelisah 1 Mempertahankan klien pada posisi Klien bedrest dengan diberi bedrest total dan memberitahukan bantal pada kelurga untuk memposisikan bedrest 1,3 Memposisikan klien head up 30o Klien memakai bantal 1 buah ,4 dengan memberi bantal 1 buah dan menngurangi manipulasi yang berlebihan 1 membatasi pengunjung dan penjaga, Penjaga hanya istrinya mengopres ketiak dan kepala bagian bergantian dengan anaknya, belakang kettiak dan copula bagian belakang terkompres air biasa 1 Membantu sonde feeding jus buah Sonde diberikan jus buah pepaya 150 cc, kompres pepaya 150 cc, retensi jernih 1
1,9
Kolaborasi pemberian laxadin serta mobilisasi pasif dengan menggerakkan lengan dan kaki bergantian dan mengajak istri untuk ikut serta 2 Mengkaji faktor yang memperberat resiko, seperti dehidrasi dan hawa lingkungan 2,6 Memantau dan mencatat intake dan ,9 output cairan
Dokter menerima usulan dan memberikan resep laxadin 3xCII,
Klien berkeringat banyak, kulit teraba panas, suhu lingkungan panas Intake: , Infus RL 250 cc , Sonde susu 200 cc , Sonde jus 150 cc , Air putih 100 cc Output: , Urine jam 10.00 WIB=400 cc
, 11. 30 WIB 11. 30 WIB 11. 30 WIB 12. 00 WIB 11. 30 WIB 10. 15 WIB 12. 00 WIB 13. 00 WIB 11. 45 WIB
10. 00 & 12. 00 WIB 08. 00 WIB 12. 00 WIB 12. 15
2
2
Melonggarkan baju, merapikan seprei, memberi baju yang menyerap keringat Memberi kompres pada belakang kepala dan arteri besar
2
Urine jam 12.00 WIB=10 cc , IWL tak terukur Baju longgar, seprei rapi, baju langsungmenyerap keringat Klien terkompres
Memberikan paracetamol 1 tablet personde jam 11.30 WIB, ceftriaxone 3x2gr IV jam 08.00 WIB 3,4 Mengkaji faktor penyebab yaitu penurunan kesadaran
Pamol dan ceftriaxone terberikan. Suhu jam 12.00 WIB 39,9oC GCS 115
3,4 ,7, 8,9 3
Pasien miring kiri dengan disangga bantal di punggung
Memiringkan pasien kearah kiri
Memposisikan kepala klien ke Copula miring kanan, tidak ada sebelah kanan setelah makan (sonde) refluk dan aspirasi
3,4
Memonitor pernafasan; frekuensi, RR 40 x/mnt, frekuensi cepat, irama, kecepatan, isi paru irama teratur, wheezing tidak ada 3,4 Memberikan nebulezer selama 15 Nebulezer diberikan, suara menit nafas bersih, stridor ada, wheezing tidak ada, sekret tidak ada, refleks menelan ada 3,4 Memberikan penjelasan kepada Istri: “saya sudah mengerti” keluarga tentang akibat tirah baring lama yaitu komplian paru menurun, paru bisa lengket, akumulasi dan stagnasi sekret, perubahan nafas, sesak dan akibatnya pernafasan tidak ada 5,9 Memberikan diet KV 2100 kal Diet terberikan, kebutuhan personde dari RS jam 12.00 WIB, eating terpenuhi, tidak ada jus buah pepaya 150 cc tiap jam muntah, aspirasi tidak ada 10.00 WIB 5,9
Oral higiene dengan betadin kumur
Rongga betadin
mulut
bersih,
bau
5
membuang urine dari urobag
5
Mengganti baju klien karena basah
10 cc mulai jam 10.00 WIB – 12.00 WIB, warna merah, tidak ada kristal Terpasang baju dengan kancing depan warna merah dari kain
WIB 11. 15 WIB
6
12. 10 WIB 13. 00 WIB 12. 30 WIB
6
10. 30 WIB
8
10. 30 13. 00 12. 00 WIB
8
12. 00 WIB 13. 00 WIB 11. 00 WIB 11. 00
7
7
8 11
11
11
13
13
nylon Memberikan penjelasan kepada Istri mengerti keluarga sebab kekurangan cairan yaitu panas dengan evaporasi yang meningkat, proses infeksinya dan akibat kekurangan cairan yaitu penurunan kesadaran, kurang kebutuhan cairan, BB menurun, gangguan ginjal dll Memonitor tanda defisit cairan T=175/120 mmHg, PU=10 cc (hypotensi, oliguria, membran dalam 2 jam, mukosa lembab, mukosa kering, turgor kulit buruk) turgor baik Kolaborasi untuk pemeriksaan BJ Terkolaborasikan Plasma Menggerakkan tangan dan kaki klien Termobilisasi pasif, tidak ada dan melibatkan keluarga foot drop, tidak ada atropi, keluarga ikut serta dan mengerti rawat luka dan memonitor keadaan Jaringan nektirik ada, lebar luka luka sesuai pengkajian, vaskularisasi lancar, tidak ada tanda infeksi pada jaringan Mengidentifikasi derajat perkem- Grade I bangan luka tekan Kolaborasi dengan dokter untuk Terkolaborasikan penanggulangan luka tekan Memberikan penjelasan pada keluarga tentang sebab kurang nutrisi karena kesadaran yang menurun, metabolisme meningkat asupan kurang, hypertermia, proses infeksi dan akibat kurang nutrisi BB turun, penurunan kesadaran tahap lanjut, gangguan inernal Mengontrol fungsi peristaltik bila Terdengar susu masuk ke akan memberikan sonde gaster, perstaltik positif jumlah 5 x/menit Memonitor tanda kurang nutrisi dan Kadar Hb sesuai pemeriksaan mengkolaborasikan dengan dokter lab diatas, terkolaborasikan (kadar HB, albumin) untuk pemeriksaan Hb ulang Memberikan penjelasan pada Istri klien mengerti keluarga tentang diet DM dan pemenuhan jadual Membuatkan jadual terstruktur Jadual diberikan ke istri klien untuk pemberian sonde feeding yaitu dan dipatuhi diet KV 2100 kal personde dari RS (3X200 cc) tiap 4 jam, yaitu jam
12. 00 WIB
08.00 WIB, 12.00 WIB, 16.00 WIB, dan diabetasol (3x200 cc) jam 20.00 WIB, 24.00 WIB dan 04.00 WIB serta jus buah pepaya 150 cc tiap jam 10.00 WIB 13 Memantau pemenuhan jadual diet Diet terberikan jam 10.00 WIB DM (KV) dan jam 12.00 WIB
b.
Jam 08. 00 WIB & 12. 00 WIB
08. 00 WIB 08. 00 WIB 08. 00 WIB 08. 00 WIB 08. 00 WIB 9. 30 WIB 08. 00 WIB
Tanggal 12-11-2002 No Dx 1
1
1,3 ,4
1
1
1
1,9 2
Tindakan
Respon Klien
Mengkaji tingkat kesadaran, tanda Jam 08.00 WIB TIK meningkat dan tanda-tanda vital Tensi 170/100 mmHg, Nadi 120 x/menit, RR 44 X/menit, suhu 39oC, GCS 115, tidak ada pupil edema, tidak ada muntah proyektil, klien tidak gelisah Jam 09.50 WIB suhu 40,1 oC, pamol diberikan Jam 12.00 WIB Tensi 180/100 mmHg, Nadi 120 x/menit, Suhu 40,3 oC, RR 44 x/menit, GCS 111 tidak ada pupil edema, tidak ada muntah proyektil, klien tidak gelisah Mempertahankan klien pada posisi Klien bedrest dengan diberi bedrest total bantal Memposisikan klien head up 30o dengan memberi bantal 1 buah dan menngurangi manipulasi yang berlebihan membatasi pengunjung dan penjaga, mengompres ketiak dan kepala bagian belakang Mempuasakan pasien karena ada hematemesis
Klien memakai bantal 1 buah
Penjaga istri dan anaknya, ketiak dan kepala bagian belakang terkompres air biasa Pasien dipuasakan
Memberikan oksigen masker 5 lpm, Oksigen terberikan 5 lpm, RR mengecek tabung dan saluran udara 44 x/mnt Memberikan laxadin CII dan inpepsa Mengkaji faktor yang memperberat resiko, seperti dehidrasi dan hawa lingkungan
Laxadin dn inpepsa diberikan Klien berkeringat banyak, kulit teraba panas, suhu lingkungan panas
13. 00 WIB
2,6 ,9
Memantau dan mencatat intake dan output cairan
11. 30 WIB 08. 00 WIB 12. 00 WIB 11. 30 WIB 08. 00 WIB & 12. 00 WIB
2
Memberi kompres pada belakang kepala dan arteri besar
2
Intake: , Infus RL 300 cc , Puasa Output: , 400 cc , IWL tak terukur Klien terkompres
Memberikan paracetamol 1 tablet personde jam 08.00 WIB, ceftriaxone 3x2gr IV jam 08.00 WIB 3,4 Mengkaji faktor penyebab yaitu penurunan kesadaran
Pamol dan ceftriaxone terberikan. Suhu jam 12.00 WIB 40,3oC GCS 111
3,4 ,7, 8,9 3,4
Pasien miring kanan dengan disangga bantal di punggung
08. 00 WIB
3,4
08. 00 WIB 13. 00 WIB 12. 15 WIB 12. 10 WIB 13. 00 WIB 08. 30 WIB
5,9
5
5
6
7
7
Memiringkan pasien kearah kanan
Memonitor pernafasan; frekuensi, 08.00 WIB irama, kecepatan, isi paru RR 44 x/mnt, frekuensi cepat, irama teratur, wheezing tidak ada 12.00 WIB RR 40 x/mnt, frekuensi cepat, irama teratur, wheezing tidak ada Memberikan nebulezer selama 15 Nebulezer diberikan, suara menit nafas bersih, stridor ada, wheezing tidak ada, sekret tidak ada, refleks menelan ada Oral higiene dengan betadin kumur Rongga mulut bersih, bau betadin membuang urine dari urobag
Jam 13.00 WIB sebanyak 400 cc, warna merah, tidak ada kristal Mengganti baju klien karena basah Terpasang baju dengan kancing depan warna kuning garis-garis dari kain nylon Memonitor tanda defisit cairan T=180/100 mmHg, PU=400cc (hypotensi, oliguria, membran jam 13.00 WIB, mukosa mukosa kering, turgor kulit buruk) lembab, turgor baik Kolaborasi untuk pemeriksaan BJ Terkolaborasikan, tetapi bellum Plasma diperiksakan Menggerakkan tangan dan kaki klien Termobilisasi pasif, tidak ada dan melibatkan keluarga foot drop, tidak ada atropi, keluarga ikut serta dan
09. 00 WIB 09. 00 10. 00 WIB 12. 00 WIB
mengerti 8 rawat luka dan memonitor keadaan Jaringan nekrotik ada, lebar luka luka tetap seperti kemarin, vaskularisasi lancar, tidak ada tanda infeksi pada jaringan 8 Mengidentifikasi derajat perkem- Grade I bangan luka tekan 11 Memonitor tanda kurang nutrisi dan Kadar Hb sesuai pemeriksaan mengkolaborasikan dengan dokter lab diatas, terkolaborasikan (kadar HB, albumin) untuk pemeriksaan Hb ulang tetapi belum diperiksa 13 Memantau pemenuhan jadual diet Pasien puasa DM (KV)
F. CATATAN PERKEMBANGAN Tgl No Jam Dx 111 112002 jam 13. 30 WIB
11112002 jam 13. 30 WIB 11112002 jam 13. 30 WIB 11112002 jam
2
Perkembangan S O
A P S O
3,4
A P S O
A
5
P S O
Istri “tekanan darahnya masih tinggi, tapi tidak gelisah” Tensi: 175/110 mmHg, nadi 120 x/menit, RR 44 x/menit, suhu 39,9 oC Akral hangat, capiler refile baik, turgor baik, ada hematemesis, tidak ada pupil edema (diameter 3 mm), refleks cahaya langsung positif, GCS 115 Tidak ada chusing syndroma Nafas cepat Lanjutkan rencana b - i Istri “badannya panas terus” RR 44 x/menit, frekuensi cepat, irama teratur, stridor, evaporasi meningkat, keringat banyak, PU 450 cc, IWL tak terukur, sonde 450 cc, infus 300 cc, terkompres Klien terkompres, terobservasi TTV, tanda dehidrasi Lanjutkan rencana a-e Istri “tetap sesak, tidak ada riyak” Posisi head up 30 o, miring kiri, wheezing tidak ada, RR 44 x/menit, tidak ada retraksi otot nafas, O2 5 lpm, tidak ada sputum terakumulasi, nebulezer diberikan, reflek telan ada Pasien bedrest, head up 30 o, O2 diberikan terpasang masker, tidak ada ortostatik pneumonia dan gangguan bersihan jalan nafas Lanjutkan rencana Istri “semuanya perlu bantuan, terima kasih telah dibantu” Oral higiene dilaksanakan, seka sudah, baju sudah diganti, sonde susu diberikan 400 cc dan jus buah 150 cc, air 100 cc
13. 30 WIB 11112002 jam 13. 30 WIB 11112002 jam 13. 30 WIB 11112002 jam 13. 30 WIB 11112002 jam 13. 30 WIB
A Semua keperluan dibantu P Lanjutkan rencana keseluruhan 6
S O mukosa merah muda, kulit panas, suhu 39,9 C, diaporesis, infus dan sonde diberikan A kebutuhan cairan terpenuhi, terobservasi P lanjutkan rencana
7
S O tidak ada kontraktur, tidak ada drop fet, klien miring kiri, posisi head up 30o A dilakukan mobilisasi pasif dengan posisi klien miring kiri, posisi head up 30o P lanjutkan rencana
8
S O luka terawat, grade I, vaskularisasi lancar, diameter sama seperti pengkajian (luka I panjang 7 cm lebar 5 cm dan luka II panjang dan lebar 1 cm) A integritas kulit tetap terjaga dan terawat P lanjutkan rencana
9
S O A P
- Istri “bapak belum berak” massa feses di abdomen tak terasa, belum BAB, laksan diberikan kondisi bowel terkaji lanjutkan rencana
G. EVALUASI Tgl No Jam Dx 121 112002 jam 13. 30 WIB
Perkembangan S O
A P
12-
2
S
Istri “tekanan darahnya masih tinggi” Tensi: 180/100 mmHg, nadi 108 x/menit, RR 44 x/menit, suhu 40,3 oC Akral hangat, capiler refile baik, turgor baik, ada hematemesis, tidak ada pupil edema (diameter 3 mm), refleks cahaya langsung positif, GCS 115 Tidak ada chusing syndroma Nafas cepat. Masalah teratasi, tidak ada TIK meningkat Stop rencana, tetapi tetap waspadai peningkatan TIK mendadak dengan membuat atau melanjutkan rencana untuk selanjutnya selama klien masih dalam perawatan -
112002 jam 13. 30 WIB
O
A P
12112002 jam 13. 30 WIB
3,4
12112002 jam 13. 30 WIB 12112002 jam 13. 30 WIB 12112002 jam 13. 30 WIB 12112002 jam 13. 30 WIB 12112002
5
S O
A P S
Istri “badannya panas terus” RR 44 x/menit, frekuensi cepat, irama teratur, stridor, evaporasi meningkat, keringat banyak, PU 400 cc, IWL tak terukur, sonde tidak ada karena puasa, terkompres Masalah belum tertasi Lanjutkan rencana a-e, dan kolaborasikan ke dokter tentang peningkatan suhu tubuh, kemungkinan karena proses infeksi dan kemungkinan karena proses di sentral Istri “sesak, tapi sepertinya masih bisa menelan, karena tidak ada riyaknya” Posisi head up 30 o, miring kiri, wheezing tidak ada, RR 44 x/menit, tidak ada retraksi otot nafas, O2 5 lpm, tidak ada sputum terakumulasi, nebulezer diberikan, reflek telan ada Masalah teratasi Stop rencana. Tetapi lakukan auskultasi rutin terhadap isi paru, monitor pernafasan dan cegah ortostatik pneumonia -
O Oral higiene dilaksanakan, seka sudah, baju sudah diganti, sonde susu tidak diberikan karena puasa karena ada hematemesis 17 cc A Semua keperluan dibantu, masalah belum selesai P Lanjutkan rencana keseluruhan 6
S O mukosa merah muda, kulit panas, suhu 39,9 C, diaporesis, infus dan sonde tidak diberikan, cairan lambung 17 cc merah kehitaman A kebutuhan cairan terpenuhi, terobservasi dan masalah tidak teratasi P lanjutkan rencana
7
S O tidak ada kontraktur, tidak ada drop fet, klien miring kiri, posisi head up 30o A dilakukan mobilisasi pasif dengan posisi klien miring kiri, posisi head up 30o. masalah teratasi P stop rencana
8
S O luka terawat, grade I, vaskularisasi lancar, diameter sama seperti pengkajian (luka I panjang 7 cm lebar 5 cm dan luka II panjang dan lebar 1 cm) A integritas kulit tetap terjaga dan terawat. Masalah belum teratasi P lanjutkan rencana
9
S - Istri “bapak belum berak” O massa feses di abdomen tak terasa, belum BAB, laksan diberikan A kondisi bowel terkaji. Masalah belum teratasi