BAB I PENDAHULUAN
Telinga sebagai alat pendengaran adalah suatu indera terpenting yang berperan dalam pembentukan kualitas sumber da ya manusia. Secara anatomis, telinga dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar menangkap bunyi, menghantarkannya dan memperkuat serta menentukan arah datangnya bunyi. Telinga tengah mengubah getaran suara menjadi gelombang cairan. Kemudian telinga dalam mengubah getaran cairan menjadi rangsangan saraf. Otitis media supuratif kronik adalah suatu radang telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Berdasarkan klasifikasinya, otitis media terbagi atas otitis media supuratif (otitis media supuratif akut, otitis media supuratif subakut, otitis media supuratif kronis) dan otitis media non supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa dan otitis media efusi). Beberapa faktor yang menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media supuratif kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene yang buruk Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit infeksi telinga kronis yang memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di negara berkembang dan negara maju prevalensinya berkisar antara 1-46%, den gan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggris kurang dari 1%.
1
BAB II LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
- Nama
: Tn. Y
-
Umur
: 35 tahun
-
Jenis kelamin
: Laki-laki
-
Alamat
: RT 02 Rantau Karya, Tanjab Barat
-
Agama
: Kristen Protestan
-
Pekerjaan
: Petani
ANAMNESIS 1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan keluarnya cairan dari telinga kiri ± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. 2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Awalnya, pasien mengalami demam yang naik turun sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Demam disertai dengan nyeri telinga kiri, tetapi nyeri yang dirasakan tidak berat sehingga tidak mengganggu aktivitas. Lalu 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, demam tidak kunjung hilang dan nyeri telinga kiri semakin memberat yang disertai dengan keluarnya cairan dari liang telinga kiri. Pasien berobat ke Puskesdes dan diberikan obat oleh bidan berupa Paracetamol dan Amoksisilin. Saat minum obat, keluhan berkurang, demam dan nyeri sudah tidak ada, tetapi saat obat habis, keluhan cairan dari telinga kiri masih keluar. Saat keluar cairan, pasien mengaku menggunakan cotton bud dengan tujuan untuk mengeluarkan cairannya, tetapi cairan tetap tidak berhenti keluar. Keluhan disertai dengan telinga kiri berdengung, terasa gatal, dan terjadi penurunan pendengaran.
2
3. Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat ke puskesdes tapi tidak ada perubahan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang serupa (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat asma (-), alergi obat atau makanan (-)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang serupa (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat asma (-), alergi obat atau makanan (-)
III. HAL-HAL PENTING TELINGA
Gatal
HIDUNG
TENGGOROK
LARING
: -/+
Rinore : -/-
Sukar Menelan : -
Suara parau : -
Dikorek :+/+
Buntu : -/-
Sakit Menelan : -
Afonia : -
Nyeri
Bersin
Trismus :-
Sesak napas : -
:-/-
:-
Bengkak :-/-
* Dingin/Lembab : -
Ptyalismus : -
Rasa sakit : -
Otore
:-/+
* Debu Rumah
Rasa mengganjal : -
Rasa mengganjal: -
Tuli
:-/+
Berbau : -/-
Rasa Berlendir : -
Tinitus
:-/+
Mimisan : -/-
Rasa Kering : -
Vertigo
:-
Nyeri Hidung : -/-
Mual
:-
Suara sengau : -
:-
Muntah : -
3
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
-
Kesadaran
: compos mentis
-
Pernapasan
: 20 i/x
-
Suhu
: 36,7 °C
- Nadi
: 88 i/x
-
: 130/80 mmHg
TD
a) Telinga Daun Telinga
Kanan
Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia
-
-
Keloid
-
-
Perikondritis
-
-
Kista
-
-
Fistel
-
-
Ott hematoma
-
-
Kanan
Kiri
-
-
Serumen prop
Minimal (+)
-
Epidermis prop
-
-
Korpus alineum
-
-
Jaringan granulasi
-
-
Liang Telinga
Atresia
4
Exositosis
-
-
Osteoma
-
-
Furunkel
-
-
Sekret
-
+
Kanan
Kiri
Hiperemis
-
-
Retraksi
-
-
Bulging
-
-
Atropi
-
-
Perforasi
-
+ (sentral)
Bula
-
-
Sekret
-
+
Kanan
Kiri
Fistel
-
-
Kista
-
-
Abses
-
-
Kanan
Kiri
Fistel
-
-
Kista
-
-
Membrana Timpani
Retro-aurikular
Pre-aurikular
5
Abses
-
-
b) Hidung Rinoskopi Anterior
Vestibulum nasi
Kanan
Sekret (-), Hiperemis (-), Sekret (-), Hiperemis (-), bisul(-), krusta (-), polip (-)
Kavum nasi
Kiri
bisul (-), krusta (-), polip (-)
Sekret (-), hiperemis (-), Sekret (-), hiperemis (-), edema mukosa (-)
edema mukosa (-)
Selaput lender
Dbn
Dbn
Septum nasi
Deviasi (-)
Deviasi (-)
Lantai + dasar hidung
Dbn
Dbn
Konka inferior
edema (-), hiperemis (-)
edema (-), hiperemis (-)
Meatus nasi inferior
Sekret (-)
Sekret (-)
Konka media
edema (-), hiperemis (-)
edema (-), hiperemis (-)
Meatus nasi media
Sekret (-)
Sekret (-)
Polip
-
-
Korpus alineum
-
-
Massa tumor
-
-
6
Rinoskopi Posterior
Kanan
Kiri
Kavum nasi
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Selaput lender
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Koana
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Septum nasi
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Adenoid
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Massa tumor
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Kanan
Kiri
Sinus Maxillaris
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sinus Frontalis
Tidak dilkukan
Tidak dilakukan
Transiluminasi Sinus
c) Mulut Hasil
Selaput lendir mulut
Dbn
Bibir
Sianosis (-), sudur bibir (N), gerakan bibir (N)
Lidah
Atropi papil (-), parese (-)
Gigi
Karies (-)
7
Kelenjar ludah
Dbn
d) Faring Hasil
Uvula
Bentuk edema (-), hiperemis (-)
Palatum mole
Hiperemis (-)
Palatum durum
Hiperemis (-)
Plika anterior
Dbn
Tonsil
Dekstra : tonsil T1 , hiperemis (-), permukaan rata, kripta melebar (-), detritus (-), mobilitas normal Sinistra : tonsil T1, hiperemis
(-), permukaan rata, kripta
melebar (-), detritus (-), mobilitas normal Plika posterior
Hiperemis (-)
Mukosa
Hiperemis (-), granula (-)
orofaring
e) Laringoskopi indirect Hasil
Pangkal lidah
Sulit dinilai
Epiglottis
Sulit dinilai
Aritenoid
Sulit dinilai
8
Plika vocalis
Sulit dinilai
Massa
Sulit dinilai
f) Kelenjar Getah Bening Leher Kanan
Kiri
Regio I
Dbn
Dbn
Regio II
Dbn
Dbn
Regio III
Dbn
Dbn
Regio IV
Dbn
Dbn
Regio V
Dbn
Dbn
Regio VI
Dbn
Dbn
area Parotis
Dbn
Dbn
Area postauricula
Dbn
Dbn
Area occipital
Dbn
Dbn
Area supraclavicula
Dbn
Dbn
V.
PEMERIKSAAN AUDIOLOGI
Tes Pendengaran
Kanan
Kiri
Tes rinne
(+)
(-)
Tes weber
Tidak ada lateralisasi
Lateralisasi ke kiri
9
Tes schwabach
VI.
Sama dengan
Schwabach
pemeriksa/N
memanjang
DIAGNOSIS BANDING
1. Otitis Media Akut 2. Otitis Media Supuratif Subakut VII. DIAGNOSIS
Otitis Media Supuratif Kronis Auricula Sinistra
VIII. PENATALAKSANAAN a) Non Medikamentosa :
- Menjaga kebersihan telinga - Tidak mengorek telinga dengan menggunakan cotton bud atau benda lain - Menghindari air masuk ke dalam telinga b) Medikamentosa
- H2O2 3% untuk auricula sinistra (cuci telinga) - Ofloxacin 2x2 tetes untuk auricula sinistra - Amoxicillin-clavulanate 3x500 mg per oral
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Audiometri b) Uji resistensi dan kultur kuman dari sekret telinga
10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Anatami Telinga 3.1.1
Anatomi Telinga
3.1.1.1 Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkan ya terdiri dari tulang. Panjang kira kira 2½-3 cm.1,2
3.1.1.2 Telinga Tengah
Telinga tubuh berbentuk kubus dengan :1,2
Batas luar
: membran timpani
Batas depan
: tuba eustachius
Batas bawah
: vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars servikalis
Batas atas
: tegmen timpani (meningen/otak)
Batas dalam
: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis
semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong, tingkap bundar, promontorium.
3.1.1.3 Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak 11
lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani disebelah bawah dan skala media diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan perilimfe, sedangkan skala media berisi cairan endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (reissner membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis corti yang membentuk organ corti.1,2
Gambar 3.1
3.1.2
Anatomi Telinga
Anatomi Membran Timpani
Rongga yang terdapat antara membran timpani dengan tulang labirin yang terdapat ditulang petrosus berisi antara lain rantai osikuler, tuba eustachius dan sistem vascular. Rongga timpani dibagi menjadi: epitimpani, mesotimpani dan hipotimpani . Membran timpani merupakan dinding lateral kavum timpani yang memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. 12
Membran timpani ini berbentuk oval dan mempunyai ukuran panjang vertical rata-rata 9-10 mm, dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, tebal kirakira 0,1 mm. Membran ini tipis, licin dan berwarna putih mutiara (Dhingra, 2007). Membran timpani terdiri dari tiga lapisan, lapisan luar terdiri dari epitel skuamosa, bagian dalam merupakan lanjutan dari mukosa telinga tengah yang dilapisi epitel kuboidal. Lapisan tengah merupak an lapisan fibrosa yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan radial dan sirkuler (sirkumferensial) Secara anatomis membran timpani dibagi dalam dua bagian yaitu: 1. Pars tensa, merupakan bagian terbesar dari membran timpani merupakan suatu permukaan yang tegang dan bergetar dengan sekelilingnya yang menebal dan melekat di annulus timpanikus pada sulkus timpanikus pada tulang temporal. 2. Para flaksida atau membran Shrapnel’s, letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh dua lipatan yaitu plika maleolaris anterior (lipatan muka) dan plika maleolaris posterior (lipatan belakang).1,2,3
Gambar 3.2 Anatomi Membran Timpani
3.2
Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. 13
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana meissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukles auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39 -40) di lobus temporalis.2,4
3.3
Definisi Otitis Media Supuratif Kronis
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut sebagai otitis media perforata (OMP) atau dalam sehari- hari disebut congek. Yang disebut otitis media supuratif kronis adalah infeksi di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah dan terus menerus atau hilang timbul dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung selama lebih dari 2 bulan.2
3.4
Epidemiologi Otitis Media Supuratif Kronis
Otitis media dapat mengenai semua umur, tetapi sering mengenai anak-anak. Peningkatan prevalensi otitis media sangat dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti kondisi sosial ekonomi, kejadian ISPA, tempat tinggal yang padat, higiene dan nutrisi yang jelek. Penjalaran ISPA menjadi otitis media terutama terjadi pada anak-anak, hal
14
ini dikarenakan pada anak saluran antara telinga tengah dan nasofaring lebih pendek dan lebar, serta arahnya yang lebih horizontal.2,5
3.5
Etiologi dan Patogenesis Otitis Media Supuratif Kronis
Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans ( streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus. Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah, atau higiene buruk. Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis media nekrotikans akut menjadi awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum organisme yang virulen, terutama berasal dari nasofaring terbesa pada masa kanakkanak, atau karena rendahnya daya tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi perforasi pada membrane timpani setelah penyakit akut berlalu membran timpani tetap berlubang atau sembuh dengan membrane atrofi. Pada saat ini kemungkinan besar proses primer untuk terjadinya OMSK adalah tuba eustachius, telinga tengah, dan sel-sel mastoid. Faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis sangat majemuk, antara lain : 1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat : a. infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang b. obstruksi anatomic tuba eustachius parsial atau total 2. Perforasi membran timpani yang menetap 15
3. Terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah 4. Obstruksi terhadap aerasi telinga tengah atau rongga m astoid 5. Terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten di mastoid 6. Faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.2,3
3.6
Letak Perforasi Membran Timpani pada Otitis Media Supuratif Kronis
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Oleh karena itu di sebut perforasi sentral, marginal atau atik. Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani.
Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung
berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi di pars flaksida.2
3.7
Jenis Otitis Media Supuratif Kronis
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu : (1) OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna) dan (2) OMSK tipe bahaya (tipe tulang = maligna). Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang. OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering. Proses peradangan OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma. Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal
16
atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal.2
3.8
Tanda dan Gejala Otitis Media Supuratif Kronis 3.8.1
OMSK Tipe Benigna
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten. Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.2 Perforasi membran timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya . Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapat tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid dan setelah satu atau dua kali pengobatan local abu busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari perforasi besar tipe sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani merupakan diagnosa khas pada omsk tipe benigna.2
3.8.2
OMSK Tipe Maligna dengan Kolesteatom
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil, berwarna putih mengkilat. Gangguan pendengaran tipe 17
konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.2
3.9
Diagnosis Otitis Media Supuratif Kronis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur dan pemeriksaan BERA (brainsteam evoked response audiometry) bagi pasien/anak yang tidak kooperatif.
3.10
Penatalaksanaan
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-, disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1) adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, (2) terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, (3) sudah terbentuk jaringan patalogik yang ireversibel dalam rongga mastoid dan (4) gizi dan higiene yang kurang.2
3.10.1 Terapi Tipe Benigna
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat cuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi 18
terhadap penisilin). Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin klavulanat. Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk mengehentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.2,6
3.10.2 Terapi Tipe Maligna
Prinsip
terapi
OMSK
tipe
bahaya
ialah
pembedahan,
yaitu
mastoidektomi. Jadi bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses sub periosteal retroaurikuler maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.2
3.10.3 Jenis Pembedahan Pada OMSK
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat lain (1) mastoidektomi sederhana (Simple mastoidectomy), (2) mastoidektomi radikal, (3) mastoidektomi radikal dengan modifikasi, (4) miringoplasti, (5) timpanoplasti, (6) pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty). Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau kolesteatom sarana yang tersedia serta pengalaman operator. Sesuai dengan luasnya infeksi atau luas kerusakan yang sudah 19
terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya. Indikasi mastoidektomi :2,5 1. untuk mengobati mastoiditis yang sudah tidak respon terhadap antibiotika. 2. melakukan operasi pada keganasan disekitar telinga. 3. Mencegah komplikasi lebih lanjut dari mastoiditis : meningitis, abses otak, trombosis pada vena otak. 4. Kolesteatoma 5. dalam rangka memperbaiki trauma pada n. VII
3.10.4 Mastoidektomi Radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma yang sudah meluas. Mastoidektomi radikal klasik adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan seluruh dinding belakang liang telinga, membersihkan seluruh sel mastoid yang mempunyai drainase ke kavum timpani yaitu pembersihan total sel-sel mastoid di sudut sinodura, di daerah segitiga trautmann, disekitar kanalis fasialis, di sekitar
liang telinga yaitu di prosesus zigomatikus, juga di
prosesus mastoid sampai ke ujung mastoid. Kemudian membuang inkus dan maleus, hanya stapes dan sisa stapes yang dipertahankan, sehingga terbentuk kavitas operasi yang merupakan gabungan rongga mastoid, kavum timpani, dan liang telinga. Mukosa Kavum Timpani juga harus dibuang seluruhnya, muara tuba Eustachii ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud tindakan ini adalah membuang seluruh jaringan patologis dan meninggalkan kavitas operasi yang kering, namun harapan ini sering kali gagal. Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali. Modifikasi operasi ini adalah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatoplasti yang
20
lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.2
3.10.5 Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma didaerah atik, tetapi belum merussak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah untuk membuang
semua
jaringan
patologik
dari
rongga
mastoid
dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.2
3.10.6 Komplikasi Mastoidektomi 3 Komplikasi segera :
1. Paresis n. Fasialis 2. kerusakan korda timpani 3. tuli saraf 4. Trauma pada osikel 5. gangguan keseimbangan 6. fistel labirin , trauma Labirin 7. trauma pada sinus sigmoid, bulbus jugularis, bocornya LCS 8. Infeksi Komplikasi Kemudian :
1. Kolesteatoma rekuren 2. reperforasi 3. Lateralisasi tandur/jabir 4. stenosis liang telinga luar, displasia.
3.10.7 Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan pada 21
membran timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.2
3.10.8 Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II,III,IV dan V. Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.2
3.10.9 Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa membutuhkan dinding posterior liang telinga).
3.11
Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis
Beberapa penulis mengemukakan klasifikasi komplikasi otitis media yang berlainan, tetapi dasarnya sama. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :2
22
A. Komplikasi di telinga tengah : 1. Perforasi membran timpani persisten 2. Erosi tulang pendengaran 3. Paralisis nervus fasialis B. Komplikasi di telinga dalam : 1. Fistula labirin 2. Labirintis supuratif 3. Tuli saraf (sensorineural) C. Komplikasi ekstradural 1. Abses esktradural 2. Trombosis sinus lateralis 3. Petrosis D. Komplikasi ke susunan saraf pusat 1. Meningitis 2. Abses otak 3. Hidrosefalus otitis
23
BAB IV ANALISIS KASUS
Yang Ditemukan pada Pasien Anamnesis :
Teori Otitis Media Supuratif Kronik Manifestasi Klinis :
Pasien mengeluh
keluar cairan - Keluar cairan dari telinga sejak 2
dari telinga kiri sejak ± 2 bulan yang bulan atau lebih lalu, telinga kiri berdengung, terasa - Penurunan pendengaran gatal, penurunan pendengaran, riwayat - Nyeri pada telinga demam (+) 3 bulan yang lalu
- Tinitus
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Fisik :
Terdapat sekret berwarna putih - Gejalanya berupa discharge mukoid kekuningan dan berbau pada telinga (dapat konstan atau intermitten) kiri, perforasi sentral pada membran -Gangguan timpani
telinga
kiri,
tes
penala (Pasien
pendengaran
dengan
derajat
konduktif ketulian
didapatkan hasil tuli konduktif pada tergantung beratnya kerusakan tulangtelinga kiri, tes berbisik didapatkan tulang pendengaran) hasil 6/6 pada telinga kanan dan 4/6 -Perforasi membran timpani, sering pada telinga kiri.
berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya
Tatalaksana :
Tatalaksana :
a) Non Medikamentosa :
a) Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
- Menjaga kebersihan telinga
(KIE) yaitu pasien dianjurkan untuk
- Tidak mengorek telinga dengan
tetap menjaga kebersihan telinga dan
menggunakan cotton bud atau benda
tidak mengorek-ngorek liang telinga,
lain
antibiotik harus diminum sampai habis
24
- Menghindari air masuk ke dalam walaupun gejala sudah hilang, telinga telinga
jangan
dulu
terkena
air,
jangan
berenang dan bila mandi telinga ditutup b) Medikamentosa
dengan kapas, datang kembali untuk
- H2O2 3% untuk auricula sinistra
kontrol setelah 1 minggu untuk melihat
- Ofloxacin 2x2 tetes untuk auricula perkembangan peyembuhan. sinistra - Amoxicillin-clavulanate 3x500 mg b) Medikamentosa, yaitu terapi dengan per oral
pembersihan pencuci
telinga
telinga.
berkurang,
dengan Setelah
maka
terapi
obat sekret
dilanjutkan
dengan memberikan tetes telinga yang mengandung
antibiotik
dan
kortikosteroid. Selain antibiotik topikal diperlukan juga antibiotik sistemik Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Penunjang :
a) Audiometri
a) Audiometri
b) Uji resistensi dan kultur kuman dari sekret telinga
Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran b) Pemeriksaan bakteriologi Untuk pemberian antibiotik spesifik. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK
adalah
Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus.
25
BAB V KESIMPULAN
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul serta kehilangan fungsi pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung. OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu : (1) OMSK tipe aman (tipe mukosa =
tipe benigna) dan (2) OMSK tipe bahaya (tipe tulang =
maligna). Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang, disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid, dan gizi serta higiene yang kurang diperhatikan.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC 2. FK UI. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi keenam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Van den Broek, Fenestra. 2010. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan Telinga. Edisi ke 12. Jakarta : EGC 4. Guyton, Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC 5. World Health Organization. Burden of Illnessand Management Options Child and Adolescent Health and Development Prevention of Blindness and Deafness (online). Geneva, Switzeland, 2004. Diakses tanggal 30 Oktober 2017. 6. R.Suheryanto, Efektivitas Ofloxacin Tetes Telinga pada Otitis Media Purulenta Akut Perforata di Poliklinik THT RSUD Malang. 2000
27