BAB I PENNDAHULUAN 1.1 Latar Latar Belakang Belakang
Dalam Dalam proses proses berkem berkemih ih secara secara normal normal,, seluruh seluruh kompon komponen en sistem sistem saluran kemih bagian bawah yaitu detrusor, leher buli-buli dan sfingter uretra eksterna berfungsi secara terkordinasi dalam proses pengosongan maupun pengisian urin dalam buli-buli. Bila salah satu bagian tersebut mengalami kelainan kelainan maka terjadi gangguan gangguan berkemih. berkemih. Secara fisiologis fisiologis dalam setiap proses miksi diharapkan empat syarat berkemih yang normal terpenuhi, yaitu (1 (1 kapa kapasi sita tass buli buli-b -bul ulii yang adek adekua uat, t, (! (! peng pengos oson onga gan n buli buli-b -bul ulii yang yang sempurna, (" proses pengosongan berlangsung di bawah kontrol yang baik, (# (# seti setiap ap peng pengisi isian an dan dan peng pengoso osong ngan an buli buli-b -bul ulii tida tidak k berak berakib ibat at buru buruk k terhadap saluran kemih bagian atas dan fungsi ginjal. Bila salah satu atau beberapa aspek tersebut mengalami kelainan maka dapat timbul gangguan miksi yang disebut inkontinensia urin. $nkontinensia yang timbul sekunder akib akibat at
neur neurop opati ati
diseb disebut ut
buli buli-b -bul ulii
neur neurog ogen enik ik..
Buli Buli-b -bul ulin ineu euro roge geni nik k
merupakan kelainan organik yang perlu mendapat perhatian karena kasus inilah inilah yang yang paling paling sering sering ditemu ditemukan kan sebaga sebagaii akibat akibat mening meningomi omielo elokel kel.. %onsekuensi utama akibat buli-buli neurogenik ialah kerusakan ginjal dan inkontinensia urin. %erusakan ginjal berkaitan dengan peninggian tekanan intra intra-& -&esi esika ka atau atau adan adanya ya reflu refluks ks &esi &esiko ko urete ureteral ral sebag sebagai ai peny penyert ertaa dan dan timbu timbulny lnyaa infe infeksi ksi salur saluran an kemi kemih. h. $nfek $nfeksi, si, refl refluk ukss dan dan obst obstru ruks ksii serin sering g ditemukan secara bersama-sama pada buli-buli neurogenik. (Sari 'ediatri, !. Berb Berbag agai ai kepu kepust stak akaa aan n melap melapor orka kan n insid insiden enss maup maupun un pre& pre&ale alens nsii berdasarkan keluhan seperti mengedan, polakisuria, ngompol sehingga diagnosis definitif yang ditegakkan berbeda satu sama lain. Dengan adanya kesimpang-si kesimpang-siuran uran mengenai mengenai diagnosis diagnosis inkontinen inkontinensia sia urin timbullah timbullah masalah dalam dalam menilai menilai sensiti sensiti&it &itas as dan spesif spesifisit isitas as penemu penemuan an gejala) gejala) tanda tanda klinik klinik seca secara ra
epid epidem emio iolo logi gik. k.
*arias riasii
dala dalam m
inte interp rpre reta tasi si
diag diagno nost stik ik
akan akan
mempengaruhi pre&alensi inkontinensia pada berbagai penelitian, sehingga pre&alensi
yang
lebih
akurat
sulit
ditentukan.
+eskipun
demikian
1
diperkirakan sekitar ! kasus poliklinik nefrologi anak terdiri dari kasuskasus kasus komple kompleks ks $S% berula berulang ng inkont inkontine inensia nsia fungsi fungsiona onall atau atau disfun disfungsi gsi sfingter non neuropati. (Sari 'ediatri, !. Di antara kelompok buli-buli buli-buli neurogenik neurogenik,, mielodisplasia mielodisplasia merupakan etiologi tersering dan di antaranya berupa mielomeningokel. Data yang dapat dikumpulkan dari kasus rawat jalan maupun rawat inap di Bagian $lmu %esehatan /nak 0S+ selama 11 tahun diperoleh 12 kasus inkontinensia urin, urin, sebagi sebagian an di antaran antaranya ya diagno diagnosis sis defini definitif tif belum belum dapat dapat ditega ditegakka kkan, n, namun di antara kasus yang terdiagnosis lebih spesifik, buli-buli neurogenik akib akibat at spin spinaa bifid bifidaa cuku cukup p domi domina nan. n. Semu Semuaa kasu kasuss diser disertai tai deng dengan an $S% $S% berulang dan pada pengamatan ternyata 11 kasus di antaranya sudah mengalami gagal ginjal kronik. (Sari 'ediatri, !. 'enanganan 'enanganan yang baik dan tepat harus dimulai dari upaya diagnostik diagnostik yang akurat. 'rioritas utama ialah pemeliharaan fungsi ginjal, pemberantasan infeksi infeksi berulang berulang dengan dengan memperhatik memperhatikan an kondisi kondisi neurologis neurologis yang diderita. diderita. %erjasam %erjasamaa antar antar disipl disiplin in seperti seperti urolog urologii dan rehabi rehabilita litasi si medik medik sangat sangat diperlukan, namun di atas segalanya, perhatian, kesabaran, dan dedikasi untuk meno menolo long ng pasi pasien en sang sangat at pent pentin ing g ditingkatkan. 1.2 Tu Tujuan juan 1.!.1 3ujuan 4mum +aha +ahasi sisw swaa
mamp mampu u
agar agar kual kualit itas as hidu hidup p
mema memaha hami mi dan dan
pasi pasien en dapa dapatt
menj menjel elas aska kan n
asuh asuhan an
kepera keperawata watan n pada pada klien klien dengan dengan ganggu gangguan an disfun disfungsi gsi pola pola berkem berkemih5 ih5 Neurogenic Neurogenic Bladder . 1.!.! 3ujuan %husus 1. +enget +engetahu ahuii anatomi anatomi dan fisiol fisiologi ogi &esik &esikaa urunaria urunaria !. +enge +engetah tahui ui def defin inisi isi dari dari Neurogen Neurogenic ic Bladder ". +eng +enget etah ahui ui etio etiolo logi gi dan dan fakt faktor or peny penyeb ebab ab terj terjad adin iny ya Neurogenic Bladder #. +enget +engetahu ahuii patofis patofisiol iologi ogi dari dari Neurogenic Bladder Bladder 6. +enge +engetah tahui ui mani manifes festa tasi si klin klinis is yang munc muncul ul pada pada klien klien deng dengan an Neurogenic Bladder Bladder 7. +enjela +enjelaska skan n 8e 8eb of aution aution terjad terjadiny inyaa Neurogenic Bladder Bladder 9. +en +engeta getah hui pemer emerik iksa saan an diag diagno nost stik ik yang ang dila dilaku kuka kan n
untu untuk k
mendiagnosa Neurogenic mendiagnosa Neurogenic Bladder Bladder
2
2. +enje enjellaska skan penata atalak laksanaan pada ada Bladder . +en +enjela jelask skan an pro proses ses
klien dengan Neurogenic
asu asuhan han keper eperaw awat atan an pada pada klien lien deng engan
Neurogenic Bladder Bladder 1.3 Manfaat 1.".1 +anfaat /kademik +ahasiswa +ahasiswa mampu memahami memahami anatomi anatomi dan fisiologi bladder, definisi, definisi, etio etiolo logi gi,,
mani manife fest stas asii
klin klinik ik,,
pato patofi fisi siol olog ogi, i,
8:, 8:,
peme pemeri riks ksaa aan n
diagnostic, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari ;eurogenic Bladder. 1.".! +anfaat %linik +ahasiswa mampu mempraktikkan asuhan keperawatan dari ;erugenic Bladder yang ada di klinik dengan benar.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anat!" #"$"lg" %e$"&a Ur"nar"a 'an Sf"ngter
!.1.1 Struktur makroskopis dan mikroskopis &esika urinaria
undus berbentuk segitiga (trianguler dan hampir seluruhnya tertutup oleh peritoneum. Disebelah belakang (posterior peritoneum melipat
4
ke atas dan berada di atas corpus uteri, peritoneum tersebut melekat secara longgar dan melipat-lipat. Susunan peritoneum yang demikian ini memungkinkan gerakan yang penting bagi &esica urinaria dan uterus. %antong peritoneum digambarkan sebagai excavatio vesica uriterina. ( /natomi dan >isiologi 3erapan dalam %ebidanan, !" !.1.1.! Struktus +ikroskopik *esica 4rinaria a. Struktur +ikrosokopik %eseluruhan *esica 4rinaria %ecuali 3rigonum 3abel 1 5 Struktur +ikroskopik /pe=, er&i= dan >undus dari *esica 4rinaria ( /natomi dan >isiologi 3erapan dalam %ebidanan, !" 1.
?pitel 3ransisional
?pitel transisional yang mempunyai gambaran
khas
dapat
berdistensi
(meregang, kontraksi (berkerut, dan impermeabel membran
terhadap
mukosa
air,
yang
adalah melapisi
bagian dalam &esica urinaria. +embran mukosa ini tersusun dalam bentuk lipatan-lipatan
atau
rugae,
yang
memungkinkan &esica urinaria dapat !.
@aringan ikat
mengalami distensi (peregangan. Bersifat areoler
".
:tot
+erupakan otot nonstriata (kadangkadang secara sinonim disebut otot polos atau halus atau in&olunter. :tot ini merupakan jenis otot yang dijumpai pada berbagai organ dalam tubuh yang memerlukan jawaban yang lambat,terus-menerus, dan automatik. :tot ini tersusun dalam tiga lapisan yaitu lamina media,terdiri atas serabut sirkuler yang terletak antara lamina
5
interna dan lamina e=terna serabut longitudinal. 8alaupun demikian,terdapat
saling
menyilang antara serabut pada setiap lapisan, dan lapisan-lapisan tersebut tidak dapat dibedakan secara tegas. :tot pada corpus &esicae urinarie #.
'eritoneum
disebut !u$&ulu$ 'etru$$r. +enutupi permukaan superior &esica urinaria.
6
Aambar 1 5 Struktur +ikroskopis *esica 4rinaria
b. Struktur +ikroskopik 3rigonum 3rigonum memiliki bentuk segitiga (trianguler dengan masing-masing sisi segitiga tersebut berukuran panjang !," cm pada saat &esica urinaria berkontraksi. 'ada &esica urinaria yang meregang (distensi ukuran tersebut dapat meningkat sampai 6 cm. %edua ureter memasuki &esica urinaria pada sudut lateral secara miring yang menyusuri dinding &esica urinaria sejauh ! cm. %edua ureter saat memasuki &esica urinaria menyebabkan lapisan epitel pada &esica urinaria tersebut menonjol. 'enonjolan lapisan epitel ini membantu mencegah aliran balik (regurgitasi urine ke ureter pada saat &esica urinaria penuh,karena terdapat tekanan pada jaringan yang menonjol tersebut. 4retra meninggalkan lubang ketiga yang berada pada cer&i= &esicae urinariae. ( /natomi dan >isiologi 3erapan dalam %ebidanan, !" 3abel ! 5 Struktur +ikroskopis 3rigonum ( /natomi dan >isiologi 3erapan dalam %ebidanan, !" 1.
?pitel transisional
+elapisi trigonum, tetapi epitel ini terletak rata dan halus tanpa rugae, karena
daerah
ini
tidak
dapat
7
diregangkan,
tidak
seperti
&esica
urinaria.
!.
@aringan ikat
Berjenis areoler.
".
:tot
Le!(aran
atau
Mer&"er
lembaran
interureterica adalah otot yang terletak antara kedua ostium ureter. /pabila lembaran otot tersebut berkontraksi saat berkemih,
maka
otot
ini
menekan
(kompresi lebih lanjut jaringan yang menonjol pada kedua ostium ureter, dan menutup
tonjolan
tersebut
sehingga
urine tidak mengalir balik ke ureter. :tot mercier ini merupakan otot non-striata (polos. )tt (ell, juga merupakan otot nonstriata, meluas antara masing-masing ostium ureter dan ostium uretra. :tot ini melanjutkan diri ke dinding otot uretra separo
panjangnya.
:tot
ini
ikut
berperan dalam membuka ostium uretra apabila sudut urethro&esical berubah pada saat mulainya berkemih dan otototot ini mengarahkan aliran urine ke dalam lumen uretra.
8
!.1.! Struktur :tot Detrusor dan Sfingter *esica 4rinaria Susunan
sebagian besar
otot polos
&esica urinaria apabila
berkontraksi akan menyebabkan pengosongan pada &esica urinaria. 'engaturan serabut detrusor pada daerah leher &esica urinaria berbeda antara pria dan wanita dimana pria mempunyai distribusi yang sirkuler dan serabutserabut tersebut membentuk suatu sfingter leher &esica urinaria yang efektif untuk mencegah terjadinya ejakulasi retrograd sfingter interna yang eki&alen. Sfingter uretra (rhabdosfingter terdiri dari serabut otot lurik berbentuk sirkuler. 'ada pria, rhabdosfingter terletak tepat di distal dari prostat sementara pada wanita mengelilingi hampir seluruh uretra. 0habdosfingter secara anatomis berbeda dari otot-otot yang membentuk dasar pel&is. 'ada pemeriksaan elektromiografi otot ini menunjukkan suatu discharge tonik konstan yang akan menurun bila terjadi relaksasi sfingter pada awal proses miksi. (>ai and +offat, !#C Snell, !7C 8a=man, !1
!.1." 'ersyarafan *esica 4rinaria dan Sfingter 1. 'ersyarafan parasimpatis (;.pel&ikus 'engaturan fungsi motorik dari otot detrusor utama berasal dari serabut preganglion
parasimpatis
dengan
badan
sel
terletak
pada
kolumna
intermediolateral medula spinalis antara S! dan S#. Serabut preganglioner keluar dari medula spinalis bersama radiks spinal anterior dan mengirim akson melalui ;.pel&ikus ke pleksus parasimpatis di pel&is. Serabut postganglioner pendek berjalan dari pleksus untuk menginer&asi organ-organ pel&is. 3idak terdapat perbedaan khusus postjunctional antara serabut postganglioner dan otot polos musculus detrusor. Sebaliknya, serabut postganglioner mempunyai jaringan difus sepanjang serabutnya yang mengandung &esikel dimana asetilkolin
dilepaskan.
+eskipun
pada
beberapa
spesies
transmitter
nonkolinergik-nonadrenergik juga ditemukan, namun keberadaannya pada manusia diragukan. !. 'ersyarafan simpatis (;.hipogastrik dan rantai simpatis sakral
9
*esica urinaria menerima iner&asi simpatis dari rantai simpatis thorakolumbal melalui n.hipogastrik.
urinarius
yang
mendapat
persarafan
somatik.
:nufrowic
menggambarkan suatu nukleus pada kornu &entralis medula spinalis pada S!, S", dan S#. ;ukleus ini yang umumnya dikenal sebagai nukleus :nuf, mengandung badan sel dari motor neuron yang menginner&asi baik sfingter anal dan uretra. ;ukleus ini mempunyai diameter yang lebih kecil daripada sel kornu anterior lain, tetapi suatu penelitian mengenai sinaps motor neuron ini pada kucing menunjukkan bahwa lebih bersifat skeletomotor dibandingkan persarafan perineal parasimpatis preganglionik. Serabut motorik dari sel-sel ini berjalan dari radiks S!, S" dan S# ke dalam n.pudendus dimana ketika melewati pel&is memberi percabangan ke sfingter anal dan cabang perineal ke otot lurik sfingter uretra. Secara elektromiografi, motor unit dari otot lurik sfingter sama dengan serabut lurik otot tapi mempunyai amplitudo yang sedikit lebih rendah. #. 'ersyarafan sensorik traktus urinarius bagian bawah Sebagian besar saraf aferen adalah tidak bermyelin dan berakhir pada pleksus suburotelial dimana tidak terdapat ujung sensorik khusus. %arena banyak dari serabut ini mengandung substansi ', /3' atau calcitonin generelated peptide dan pelepasannya dapat mengubah eksitabilitas otot, serabut pleksus ini dapat digolongkan sebagai saraf sensorik motorik daripada sensorik murni. %etiga pasang saraf perifer (simpatis torakolumbal, parasimpatis sacral dan pudendus mengandung serabut saraf aferen. Serabut
10
aferen yang berjalan dalam n.pel&ikus dan membawa sensasi dari distensi &esica urinaria tampaknya merupakan hal yang terpenting pada fungsi &esica urinaria yang normal. /kson aferen terdiri dari ! tipe, serabut yang tidak bermyelin dan serabut / bermyelin kecil. 'eran aferen hipogastrik tidak jelas tetapi serabut ini menyampaikan beberapa sensasi dari distensi &esica urinaria dan nyeri. /feren somatik pudendal menyalurkan sensasi dari aliran urine, nyeri dan suhu dari uretra dan memproyeksikan ke daerah yang serupa dalam medula spinalis sakral sebagai aferen &esica urinaria. Eal ini menggambarkan kemungkinan dari daerah-daerah penting pada medulla spinalis sakral untuk intergrasi &iserosomatik. ;athan dan Smith (161 pada penelitian pasien yang telah mengalami kordotomi anterolateral, menyimpulkan bahwa jaras ascending dari &esica urinaria dan uretra berjalan di dalam traktus sphinothalamikus. Serabut spinobulber pada kolumna dorsalis juga berperan pada transmisi dari informasi aferen. (>ai and +offat, !#C Snell, !7C 8a=man, !1
Aambar 1 5 'ersyarafan *esica 4rinaria
11
!.1.# Eubungan dengan persarafan *esika 4rinaria dengan Susunan Saraf 'usat 1. 'usat +iksi 'ons 'ons merupakan pusat yng mengatur miksi melalui refleks spinal bulbospinal atau long loop refleks. Demyelinisasi Aroat (1 menyatakan bahwa pusat miksi pons merupakan titik pengaturan (switch point dimana refleks transpinal-bulber diatur sedemikian rupa baik untuk pengaturan pengisian atau pengosongan &esica urinaria. 'usat miksi pons berperan sebagai pusat pengaturan yang mengatur refleks spinal dan menerima input dari daerah lain di otak. !. Daerah kortikal yang mempengaruhi pusat miksi pons Beberapa
penelitian
menunjukkan
bahwa
lesi
pada
bagian
anteromedial dari lobus frontal dapat menimbulkan gangguan miksi berupa urgensi, inkontinens, hilangnya sensibilitas kandung kemih atau retensi urine. 'emeriksaan
urodinamis
menunjukkan
adanya
&esica
urinaria
yang
hiperrefleksi. (>ai and +offat, !#C Snell, !7 !.1.6 >isiologi 'engaturan >ungsi Sfingter dan *esica 4rinaria 1. 'engisian urine 'ada pengisian &esica urinaria, distensi yang timbul ditandai dengan adanya akti&itas sensor regang pada dinding &esica urinaria. 'ada &esica urinaria normal, tekanan intra&esikal tidak meningkat selama pengisian sebab terdapat inhibisi dari akti&itas detrusor dan acti&e compliance dari &esica urinaria. $nhibisi dari akti&itas motorik detrusor memerlukan jaras yang utuh antara pusat miksi pons dengan medulla spinalis bagian sakral. +ekanisme acti&e compliance &esica urinaria kurang diketahui namun proses ini juga memerlukan iner&asi yang utuh Selain akomodasi &esica urinaria, kontinens selama pengisian memerlukan fasilitasi aktifitas otot lurik dari sfingter uretra, sehingga tekanan uretra lebih tinggi dibandingkan tekanan intra&esikal dan urinetidak mengalir keluar !. 'engaliran urine 'ada orang dewasa yang normal, rangsangan untuk miksi timbul dari distensi &esica urinaria yang sinyalnya diperoleh dari aferen yang bersifat sensitif terhadap regangan. +ekanisme normal dari miksi &olunteer tidak
12
diketahui dengan jelas tetapi diperoleh dari relaksasi oto lurik dari sfingter uretra dan lantai pel&is yang diikuti dengan kontraksi &esica urinaria. $nhibisi tonus simpatis pada leher &esica urinaria juga ditemukan sehingga tekanan intra&esikal diatas)melebihi tekanan intra uretral dan urine akan keluar. 'engosongan kandung kemih yang lengkap tergantung adri refleks yang menghambat aktifitas sfingter dan mempertahankan kontraksi detrusor selama miksi. (Auyton, !9C Sherwood, !1
2.2 Def"n"$" Neurogenic Bladder
Neurogenic Bladder adalah disfungsi yang merupakan akibat dari lesi dari sistem saraf dan menyebabkan inkontinensia urin. Eal ini kemungkinan disebabkan oleh cedera tulang belakang, tumor tulang belakang, herniasi diskus tulang belakang, multiple sclerosis, gangguan kongenital (spina bifida atau myelomenigocele, infeksi, atau komplikasi dari diabetes mellitus. (Brunner F Suddart. Semua jenis disfungsi kandung kemih yang disebabkan oleh gangguan dari persarafan kandung kemih normal oleh sistem saraf yang disebut sebagai kandung kemih neurogenik (nama lain dari gangguan ini termasuk disfungsi neuromuskular dari saluran kemih bawah, disfungsi kandung kemih neurologis, dan kandung kemih neuropatik. %ndung kemih neurogenik bisa hyperreflexic (hipertonik, kejang, atau otomatis atau lembek (hipotonik, lemah, atau otonom. Sebuah neuron motor atas lesi (pada atau di atas kedua &ertebra sacral keempat menyebabkan kandung kemih neurogenik kejang, dengan kontraksi spontan otot detrusor, peningkatan tekanan intra&esical berkemih, hipertrofi kandung kemih dinding dengan trabeculation, dan kejang sfingter urin. motor lebih rendah neuron lesi (menjadi rendah yang kedua &ertebra sacral keempat menyebabkan kandung kemih neurogenik lembek, dengan tekanan intra&esical menurun, kapasitas kandung kemih meningkat, retensi urin sisa, dan kontraksi detrusor yang buruk (@acGueline.
13
2.3 Et"lg" Neurogenic Bladder /. %elainan pada sistem saraf pusat 5
1. /lheimerHs disease 'ada tahap lanjut, beberapa klien dengan alheimer sering berkemih tidak pada tempatnya, biasanya yang berhubungan dengan penurunan status kognitif pada klien tersebut. 'enurunan refleks kandung kemih yang bersifat progresif dan klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postiral. (Suanne. Smelter.F Brenda. A Bare !. +eningomielocele +eningomielocele atau +yelomeningokel ialah jenis spina bifida yang kompleks dan paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari tubuh, kulit diatasnya tampak kasar dan merah. @ika pada tonjolan terdapat syaraf yang mempersyarafi otot atau e=tremitas, maka fungsinya dapat terganggu dengan fungsi kolon dan ginjal yang juga ter pengaruh. ". 3umor otak atau medulla spinalis 3umor medula spinalis akan memberikan tanda dan gelaja khas pada bagian lumbo sakral dan merupakan kasus tumor dengan diagnostik rumit karena letaknya berada didekat segmen lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf desendens dari tingkat medula spinalis yang lebih tinggi. %ompresi medula spinalis lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut, namun menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. Selain itu juga terjadi kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda Babinski bilateral. ;yeri umumnya teralihkan ke selangkangan.
14
'ada multiple sklerosis terjadi kerusakan myelin (demyelinasi yang menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan pesan ke dan dari otak. %elemahan ekstremitas spastic dan kehilangan reflek abdomen juga terjadi akibat keterlibatan jaras motorik utama (traktus piramidal dari medulla spinalis. %erusakan akson-akson sensori dapat menghasilkan disfungsi sensori. +aka pada pemeriksaan b# akan ditemukan disfungsi
kandung
kemih
dimana
lesi
pads
traktus
kortikospinalis
menimbulkan gangguan pengaturan sfingter sehingga timbul keraguan untuk berkemih. frekuensi, dan urgensi berkemih yang menunjukkan berkurangnya kapasitas kandung kemih yang spastik. (/rif +uttaGin, !2 6. edera medulla spinalis edera
pada
medula
spinalis
dapat
berupa
kontusio,
kompresi,laserasi, transeksi parsial atau transeksi total. edera dapat terjadi pada &ertebra ser&ikal, torakal, lumbal atau sakral. Dengan adanya luka pada sunsum tulang belakang,pergerakkan dan sensasi pada tingkat di bawah bagian yang terkena akan mengalalami gangguan. edera medula spinalis diantara pons dan sakral menghasilkan spastic bladder atau o&eracti&e bladder. :rang dengan paraplegic atau quadriplegic memiliki lower extremity spasticity. /walnya, setelah trauma medula spinalis, indi&idu masuk kedalam fase shock spinal dimana sistem saraf berhenti. Setelah 7-1! minggu, sistem saraf aktif kembali. %etika sistem saraf aktif kembali, menyebabkan hiperstimulasi organ yang terlibat. 'erubahan fungsi kandung kemih neurogenik akan ditandai dengan adanya berkemih secara spontan dalam jumlah yang sedikit dengan inter&al sering. 'ola berkemih seperti ini mencerminkan adanya lesi motor neuron atas. /rkus refleks tetap baik, tetapi mekanisme menghambatnya hilang. Stimulasi ringan seperti mengusap daerah perut atau paha ataupun genitalia dapat merangsang berkemih. %andung kemih atonik dikarakteristikan adanya retensi urin tanpa indi&idu merasakan adanya kebutuhan untuk berkemih. %adang kemih distensi berlebihan, urine menetes terus menerus. @enis gangguan fungsi kandung kemih seperti ini mencerminkan gangguan pada motor neuron bawah
15
(<+;. /rkus refleks hilang dan rangsangan tidak dapat mencapai otak. (Barbara ?ngram, ! B. %elainan pada sistem saraf tepi 5 1. ;europati alkoholik !. Diabetes neuropati ". %erusakan saraf akibat operasi pel&is #. %erusakan saraf dari herniasi diskus Eerniasi diskus inter&ertebralis (Eerniation of inter&ertebral disk atau disebut juga hernia nucleus pulposus (E;' adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh penonjolan nucleus pulposus dari diskus kedalam analus (cincin fibrosus disekitas diskus, yang disertai dengan kompresi dari akar akar saraf. Eerniasi dapat terjadi di lumbal, lumboskral, region scapula, region ser&ikal, dan berbagai kolumna &ertebralis (>ransisca,!2. Eerniasi diskus inter&ertebralis (E;' merupakan penyebab utama nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh. Eerniasi dapat parsial atau komplet, dari massa nucleus pada daerah &ertebra <#-<6, <6-S1 atau 6-7, 7-9 adalah yang paling banyak terjadi dan mungkin sebagai tampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan (Doenges, 1. %erusakan saraf dari herniasi diskus ini akan menyebabkan komplikasi berupa menurunnya atau hilangnya fungsi dari usus dan kandung kemih.
6. Defisiensi &itamin B1! %ekurangan &itamin B1! akan mengganggu berjalannya siklus krebs sehingga terbentuk asam lemak yang tidak normal dan mengganggu pembentuka mielin. 'ada 17 pasien dengan defisiensi &itamin B1! ini akan mengalami posterolateral sklerosis tipe sub acute combined degeneration. Aejala klinis yang timbul salah satunya terjadinya disfungsi pada kandung kemih. Aejala yang lain antaa lain parestesi dimulai dari bagian distal ke proksimal dengan distribusi simetris pada keempat anggota gerak, terdapat parese yang spastik akibat gangguan traktus
16
kortikospinalis dan reflek tendon bisa menurun atau meningkat dengan reflek patologis positif (6. (/lan, ?.E. 1# 2.* Man"fe$ta$" Kl"n"$ Neurogenic Bladder Aejala-gejala disfungsi Neurogenik bladder terdiri dari urgensi,
frekuensi, retensi dan inkontinens. Eiperrefleksi detrusor merupakan keadaan yang mendasari timbulnya frekuensi, urgensi dan inkontinens sehingga kurang dapat menilai lokasi kerusakan (localising &alue karena hiperrefleksia detrusor dapat timbul baik akibat kerusakan jaras dari suprapons maupun suprasakral. 0etensi urine dapat timbul sebagai akibat berbagai
keadaan
patologis.
'ada
pria
adalah
penting
untuk
menyingkirkan kemungkinan kelainan urologis seperti hipertrofi prostat atau striktur. 'ada penderita dengan lesi neurologis antara pons dan medulla spinalis bagian sakral, DDS dapat menimbulkan berbagai derajat retensi meskipun pada umumnya hiperrefleksia detrusor yang lebih sering timbul. 0etensi dapat juga timbul akibat gangguan kontraksi detrusor seperti pada lesi <+;. 0etensi juga dapat timbul akibat kegagalan untuk memulai refleks niksi seperti pada lesi susunan saraf pusat. +eskipun hanya sedikit kasus dari lesi frontal dapat menimbulkan retensi, lesi pada pons juga dapat menimbulkan gejala serupa. $nkontenensia urine dapat timbul akibat hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons dan suprasakral. $ni sering dihubungkan dengan frekuensi dan bila jaras sensorik masih utuh, akan timbul sensasi urgensi.
2.+ Kla$"f"ka$" 1. $nternational ontinence Society 3ujuan dari sistem klasifikasi
adalah untuk
memfasilitasi
pemahaman tentang patofisiologi yang terlibat dan pilihan manajemen topredict dan prognosis. Sistem seperti ini harus merupakan mekanisme singkat menggambarkan temuan >ungsi Ainjal, memberikan indikasi situs
17
perkiraan dan etiologi dari lesi menyinggung, dan menunjukkan pilihan pengobatan. Sebuah profesi sistem klasifikasi tersedia untuk disfungsi saluran
kemih
bawah
berdasarkan
deskriptif
etiologicterminology,
anatomi, dan. Baru-baru ini, sejalan dengan meningkatnya penggunaan e&aluasi
>ungsi
Ainjal,
deskriptif
IfungsionalI
sistem
klasifikasi
berdasarkan disfungsi baik dari kandung kemih atau outlet yang telah dijelaskan oleh 8ein. Sistem ini telah memungkinkan pendekatan logis untuk klasifikasi dan dapat diperluas untuk memperjelas etiologi dan terapi. 'ada tahun 191, Bors dan omar memperkenalkan sistem klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi lesi dari pengamatan sumsum tulang belakang-luka pasien. Sistem ini menggambarkan lesi sebagai neuron motorik atas (4+;5 suprasacral atau lebih rendah motor neuron (<+;5 sacral atau infrasacral dan komentar tentang kelengkapan lesi dan apakah sphincter bertindak secara terkoordinasi dengan kandung kemih. ?stimasi sisa urin digunakan untuk menentukan apakah sphincter kandung kemih dan dikoordinasikan (seimbang. ungsi Ainjal telah menunjukkan ada hubungan yang tepat notr antara kandung kemih dan sfingter akti&itas dan lokasi anatomi lesi neurogenik. Sistem ini seringkali sulit untuk diterapkan pada pasien dengan penyakit neurologis multicentric dan karena itu tidak memuaskan untuk penggunaan klinis rutin.
18
dari kedua tungkai sensorik dan motorik refleks berkemih adalah hasil dalam kandung kemih arefle=ic mampu kontraksi atau sensasi, bersama dengan mekanisme sfingter tidak aktif. %andung bermotor lumpuh juga menghasilkan suatu detrusor arefle=ic. Dalam derser&ation sensorik dari kandung kemih, meskipun pada akhirnya o&erdistention kandung kemih menyebabkan kerusakan myogenic dan kegagalan kontraktil. Sistem klasifikasi ini sering klinis berlaku dan mudah diingat. Sayangnya, karena lesi tidak lengkap, atau pola yang tidak biasa dari disfungsi sfingter terkait, pasien banyak yang tidak cocok dengan kategori. 4rodinamik telah menjadi lebih canggih dan mampu menyediakan data yang obyektif untuk klasifikasi disfungsi saluran kemih bagian bawah. %rane antara lain, telah mengembangkan klasifikasi di mana akti&itas otot detrusor yang diklasifikasikan menurut apakah itu fungsional normal, hyperrefle=ic, atau arefle=ic. Eyperrefle=ia didefinisikan sebagai adanya kontraksi detrusor disengaja, paling sering dikaitkan dengan lesi neurogenik atas
sumsum
tulang belakang sacral.
sfingter
dyssynergia ini paling sering terlihat setelah cedera tulang lengkap suprasacral tulang belakang. Setelah periode kejutan tulang belakang. +ulus sfingter dyssynergia terlihat pada lesi lengkap atas 3-7 dengan hyperrefle=ia detrusor dan dyssynergia sfingter lurik. Detrusor arefle=ia adalah ketidakmampuan untuk menghasilkan kontraksi berkemih dan mungkin sekunder untuk dekompensasi kandung kemih otot atau berbagai kondisi lain yang produse penghambatan pada tingkat pusat batang otak berkemih, sumsum tulang belakang sacral, ganglia kandung kemih, atau kandung kemih otot polos . +asyarakat kontinensia $nternasional ($S telah mengusulkan perpanjangan dan penyederhanaan ini klasifikasi >ungsi Ainjal. 3ahapan penyimpanan dan berkemih saat berkemih dijelaskan secara terpisah di bawah judul fungsi uretra dan kandung kemih.
Detrusor
4rethra
;ormal :&eracti&e 4nderacti&e ;ormal :&eracti&e
19
Sensation
4nderacti&e ;ormal :&eracti&e 4nderacti&e
Strage ,-a$e
%"'"ng ,-a$e
Bla''er fun&t"n De$tru$r a&t""t/ 0 Nr!al$ta(le )era&t"e 0 -",erreflek$un$ta(le
Bla''er fun&t"n Destrusor acti&ity ;ormal 4nderacti&e acontractile
Bla''er $en$at"n 0 Nr!al H/,er$en$"t"e H/,$en$"t"e a($ent Bla''er &a,a&"t/ an' &!,l"an&e 0 Nr!al -"gl
Uret-eral fun&t"n Nr!al "n&!,etent
Uret-ral fun&t"n ;ormal :bstructi&e
5
dissynergia)mechanical
!. +enurut Bors and omar Sensory neuron lesion, motor neuron lesion, upper motor neuron lesion, lower motor neuron lesion dan mi=ed upper and lower motor neuron lesion ". Bradley classification 5
20
traktus
kortikospinal yang
menyebabkan gangguan fungsi inhibisi pada muskulus detrusor. d. 0efleks neurogenic bladder 3ipe ini umumnya terjadi pada cidera yang menyebabkan terputusnya pusat serebral dan pontine micturition centre ('+ dengan medulla spinalis. e. /utonomous neurogenic bladder 3erjadi pada cedera yang mengakibatkan terpisahnya motor neuron dan sensory neuron bladder dari sacral spinal cord. 6. %lasifikasi %rane a. Detrusor hiperrefleks 5 umumnya dikaitkan dengan lesi supraspinal. b. Detrusor arefleks 5 dapat merupakan bentuk dekompensasi detrusor atau akibat dari beberapa kondisi yang menimbulkan inhibisi pada '+. 7. %lasifikasi 8ain, Benson, and 0aeer (fungsional kandung kemih a. >ailure to empty5 kegagalan yang terjadi pada fase miksi akibat kontraksi detrusor yang tidak adekuat. %egagalan relaksasi sfingter atau kombinasi keduanya.
21
b. >ailure to store 5 kegagalan pada fase penyimpanan yang terjadi akibat hiperaktif detrusor, daya renggang rendah dankegagalan sfingter berkontraksi. 2. Patf"$"lg" Neurogenic Bladder
langsung mengganggu busur refleks dan menyebabkan interpretasi tidak sesuai pada impuls eferen dan aferen. %etika kandung kemih mengisi, pesan ditransmisikan melalui serat aferen ke korteks otak. Sebenarnya impuls ini dari yang diinterpretasikan dengan benar, namun cedera esi l"&er m"t"r neur"n menyebabkan tidak ada dorongan untuk berkemih. %andung kemih yang
esi upper m"t"r neur"n
flaccid menyebabkan retensi urin (Black dan @acob, 1". 'ada lesi upper motor neuron, impuls tidak dikirim ke atau dari eur"geni )ladder area lebih rendah dari spinal cord ke korteks. %etika kandung kemih klien distensi, tidak ada sensasi yang ditranmisikn, namun akti&itas lengkung refleks dapat terjadi, dan klien akan memiliki inkontinensia refleks urin. /lasidkerusakan adalah daerah korteks itu sendiri, seperti dengan stroke %etika pastik
atau trauma, klien tidak bisa benar menafsirkan impuls yang sedang dikirim. klien dengan kandung kemih disfungsional lebih mungkin dari K"ntraksi sp"ntan m detrus"r psme s(ngter urinar+ biasanya untuk mengembangkan 43$ serius, kerusakan kulit yang Pe tekanan intra$asikal saat )erkemih berhubungan dengan inkontinensia, dan penyakit ginjal bahkan karena o&erdistention kronis kandung kemihdinding (Black dan @a cob, 1". 'ipertr"( )ladder Bladder spasti
*etensi urin
!nk"ntinensia #$er %"& PK !K
rea tidak ,K Peru)ahan p"la eliminasi urin ,K .angguan p"la tidur mampu ,erauni keluar ma tu)uh *e%uks PK Am)ang )atas
,K Ansietas
22 .inal idak tenggela mampu
2.4 Pe!er"k$aan D"agn$t"& Neurogenic Bladder 1. *oiding cystourethrography5 menge&aluasi fungsi leher kandung kemih,
refluks &esikoureter profidan kontinensia !. 'emeriksaan urodinamika5 terdiri dari sistometri, uroflometri, profil tekanan uretra dan elektromielografi sfingterC menge&aluasi kerja kandung kemih untuk penyimpanan urine, pengosongan kandung kemih dan kecepatan aliran urine keluar dari kandung kemih pada saat buang air kecil. ". 0etrograde urethrography5 mengungkapkan keberadaan striktur dan di&ertikulumC berkurang atau terganggunya aliran urin. 2.5 Penatalak$anaan Neurogenic Bladder Dasar dari penatalaksanaan dari disfungsi kandung kemih adalah untuk mempertahankan fungsi gunjal dan mengurangi gejala. 1. $nterupsi neuron sensorik diobati dengan melatih kandung kemih (bladder training. %andung kemih di kosongkan dengan kateter pada inter&al-inter&al yang telah ditetapkan (setiap !-# jam. Bladder training salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi &esica urinaria yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi
optimal
penatalaksanaan
neurogenik gangguan
(4+;
atau
pengosongan
<+;.
kandung
Sedangkan
kemih
dapat
dilakukan dengan cara5 a.Stimulasi kontraksi detrusor, suprapubic tapping atau stimulasi perianal b. %ompresi eksternal dan penekanan abdomen, credeHs manoeu&re c.lean intermittent self-catheterisation d. $ndwelling urethral catheter !. 'enatalaksanaa operatif 3indakan operatif berguna pada penderita usia muda dengan kelainan neurologis kongenital atau cedera medula spinalis. (Brunicardi, !7C 0opper and Brown, !6C 0ackley, !C Areenfield, 19C 8a=man, !1 ". $nterupsi neuron motorik atas dan korteks diobati dengan drainase kateter, atau perangsangan lengkung refleks secara manual dengan menggosok daerah abdomen atau perineum. #. $nterupsi neuron motorik bawah diobati dengan drainase kateter atau kompresi manual atas kandung kemih. 6. +aneu&er &alsal&a, pemasangan sendiri kateter urine yang indwelling atau intermiten, maneu&er crede, bladder training.
23
2.16K!,l"ka$" Neurogenic Bladder 1. $S% diakibatkan oleh urin yang ditahan terlalu lama sebelum dieliminasi
(@efferson, !. !. 0etensi urine sisa terjadi jika otot yang berfungsi untuk mengeluarkan urin tidak menerima stimulus untuk melepaskan urin ". Aagal ginjal karena cadangan urin dari kandung kemih yang terlalu berat. %ondisi tersebut mengakibatkan insufisiensi ginjal. $nsufisiensi ginjal dapat menyebabkan toksik lebih banyak berada di dalam darah (uremia daripada yang dikeluarkan dalam urin (Auidelines, !1. #. $nkontinensia terjadi ketika otot-otot yang berfungsi untuk menahan urin dalam tidak menerima stimulus yang tepat. 2.11 Prgn$"$ Neurogenic Bladder 'rognosis dari penyakit ini umumnya baik apabila segera ditangani dengan baik pula. 'rioritas utama ialah pemeliharaan fungsi ginjal, pemberantasan infeksi berulang dengan memperhatikan kondisi neurologis yang diderita. %arena tidak memungkinkannya penyakit ini untuk terjadi recovery yang lengkap seperti semula, maka perlu penanganan segera agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah (+edical Disability /d&isor.
24
BAB III ASUHAN KEPE7A8ATAN 3.1 Ka$u$ $e!u /n. J 1 tahun dibawa ke ke 0S. B dengan keadaan lemah, ibu
mengatakan klien selalu menangis dan rewel saat akan kencing, ibu mengatakan kencing hanya bisa menetes tidak bisa lancar seperti anak biasanya, dan klien masih tetap rewel meskipun kencing sudah tidak keluar sejak ! minggu yang lalu. Sekitar ! hari yang lalu ibu klien merasa diperut bagian bawah terasa membesar dan klien menangis mungkin nyeri tekan. %lien lahir dengan cacat bawaan pada medulla spinalis, spina bifida. :rang tua klien tidak melakukan operasi karena belum mampu mambayar biaya operasi. Sebelumnya tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti klien. 3anda-tanda &ital diperoleh suhu "7,6 o a=illa, nadi lemah dan teratur, 2#=)menit, pernafasan teratur , "=)menit. AS #67 , bunyi jantung S1 S! tunggal, nyeri tekan abdomen bawah akral hangat, kering dan merah turgor normal, 03 ! detik, bising usus 6=)menit. @umlah urin kurang lebih 6 cc ) !# jam . $bu klien mengatakan cemas dengan keadaan
penyakit anaknya
dan
tidak
bersemangat.
Saat
pemeriksaan fisik terjadi penurunan reflek motorik bagian kaki klien jg blm bisa berjalan dengan lancar. 3.2 Pengkaj"an 1. %eluhan 4tama $bu mengatakan klien selalu menangis dan rewel saat akan kencing, ibu mengatakan kencing hanya bisa menetes tidak bisa lancar seperti anak biasanya, dan klien masih tetap rewel meskipun kencing sudah tidak keluar sejak ! minggu yang lalu. !. 0iwayat %eperawatan a. 0iwayat 'enyakit Sebelumnya 5 %lien lahir dengan cacat bawaan pada medulla spinalis, spina bifida. b. 0iwayat 'enyakit Sekarang 5 ibu mengatakan klien selalu menangis dan rewel saat akan kencing, ibu mengatakan kencing hanya bisa menetes tidak bisa lancar
25
seperti anak biasanya, dan klien masih tetap rewel meskipun kencing sudah tidak keluar sejak ! minggu yang lalu. c. 0iwayat %esehatan %eluarga5 3.3 Pe!er"k$aan #"$"k %eadaan 4mum5 kondisi umum terlihat lemah, melakukan akti&itas seperlunya. 3anda-tanda *ital5 suhu "7,6 o a=illa, nadi lemah dan teratur, 2#=)menit, pernafasan teratur , "=)menit. 1 B1 breathing 'ada pasien dengan masalah disfungsi perkemihan biasanya pada sistem pernapasan tidak ditemukan kelainan. ! B! blood ;yeri dada (-, @antung S1 S! tunggal normal, :dema ekstremitas atas dan bawah (- " B" brain AS %epala dan wajah
5#67 5 tidak ada kelainan.
# B# blader -
Ainjal
/pabila ginjal terinfeksi atau mengalami peradangan, biasanya akan timbul nyeri di daerah pinggul. /danya nyeri tekan di daerah pinggul pada awal penyakit pada saat memperkusi sudut kostovertebra (sudut yang dibentuk oleh tulang belakang dan tulang rusuk ke-1!. 'eradangan ginjal menimbulkan nyeri selama perkusi dilakukan. /uskultasi juga dilakukan untuk mendeteksi adanya bunyi bruit di arteri ginjal (bunyi yang dihasilkan dari perputaran aliran darah yang melalui arteri yang sempit.
26
'erawat yang memiliki keterampilan tinggi belajar mempalpasi ginjal selama proses pemeriksaan abdomen. 'osisi, bentuk, dan ukuran ginjal dapat mengungkapkan adanya masalah seperti tumor. -
%andung %emih Saat diraba terasa seperti terisi penuh, dan saat dilakukan penekanan
ringan klien menunjukan ekspresi kesakitan dan menangis. 6 B6 bowel Bising usus 5 6=)menit +ulut dan tenggorok 5 kering, agak merah (iritasi. /bdomen 5 supel, distensi (- 0ectum 5 tidak ada kelainan. 7 B7 bone 3erjadi penurunan reflek motorik bagian kaki klien jg blm bisa berjalan dengan lancar. ?=tremitas5 - /tas - Bawah - 3ulang Belakang
5 tidak ada kelainan. 5 mengalami kelemahan. 5 terdapat spina bifida
%ulit5 - 8arna kulit 5 merah normal - /kral
5 hangat kering.
- 3urgor
5 cukup.
3.* Anal"$a Data Data DS 5 klien selalu menangis
dan rewel saat akan
Anal"$a Spina bifida
Shock spinal
Ma$ala'erubahan pola eleminasi
urin
kencing, ibu mengatakan kencing hanya bisa menetes tidak bisa lancar seperti anak biasanya, dan klien masih tetap rewel meskipun kencing sudah tidak keluar sejak ! minggu yang lalu
+encegah terjadinya pengosongan kandung kemih ;eurogenik blader %elumpuhan saraf perkemihan
27
D: 5 @umlah urin kurang
%andung kemih terasa
lebih 6 cc) !# jam, nyeri tekan pada abdomen bawah
penuh :tot detrusor tidak bereaksi
dan keinginan kencing saat palpasi.
'erubahan pola eliminasi urin
DS 5 cemas dengan keadaan penyakitnya. D: 5 klien nampak tidak
;eurogenic bladder
/nsietas (keluarga
3idak bisa kencing dengan lancar
bersemangat
+enangis %risis situasi /nsietas (keluarga
3.+ D"agn$a 'an Interen$" Ke,eraatan 1. 'erubahan pola eleminasi urin berhubungan dengan kelumpuhan saraf
perkemihan. 3ujuan5 dalam waktu !=!# jam pola eliminasi optimal sesuai dengan kondisi klien %riteria5 produksi urine 6cc)jam, klien dapat melakukan eliminasi urin dengan atau tanpa pemasangan kateter N. 1.
Interen$" %aji pola berkemih dan catat
7a$"nal +engetahui fungsi ginjal
2.
produksi urine tiap 7 jam /njurkn keluarga untuk
+embantu menampung pengeluaran
3.
memakaikan pampers Sarankn keluarga untuk segera
urine /gar tidak terjadi ruam popok
mengganti pampers bila sudah terasa penuh, bersihkan area bekas *.
pampers.
Bladder training membantu
dengan usia klien
peningkatan kemampuan dari pola eliminasi urin pada klien yang
28
mengalami gangguan komunikasi eliminasi urin !. /nsietas b.d krisis situasi 3ujuan5 a. %eluarga dan klien dapat mengurangi rasa cemasnya. b. %lien dan keluarga rileks F dapat melihat dirinya secara objektif. c. %eluarga klien menunjukkan koping yang efektif. %riteria e&aluasi 5 - +engakui dan mendiskusikan takut)masalah - +enunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks)istirahat ;o . 1.
!.
".
$nter&ensi
0asional
$dentifikasi persepsi orang tua
+endefinisikan lingkup masalah
pasien tentang ancaman yang ada
indi&idu dan keluarga untuk
dari situasi penyakit :bser&asi respon fisik,seperti
mempengaruhi pilihan inter&ensi. Berguna dalam e&aluasi derajat
gelisah, tanda &ital, gerakan
masalah khususnya bila
berulang.
dibandingkan dengan pernyataan
Dorong orang tua untuk mengakui
&erbal. +emberikan kesempatan untuk
dan menyatakan rasa takut.
menerima masalah, memperjelas kenyataan takut dan menurunkan
#.
$dentifikasi pencegahan keamanan
ansietas. +emberikan kayakinan untuk
yang diambil, seperti marah.
membantu ansietas yang tak perlu.
29
BAB I% PENUTUP *.1 Ke$"!,ulan Neurogenic Bladder adalah disfungsi yang hasil dari lesi dari sistem saraf
dan menyebabkan inkontinensia urin. Eal ini bisa disebabkan oleh rusaknya sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi. %asus ini banyak terjadi sehingga perlu mendapat perhatian khusus. 4mumnya penderita tidak dapat pulih dengan sempurna, karena itu untuk menghindari akibat yang lebih parah, penanganan yang baik dan tepat harus dimulai dari upaya diagnostik yang akurat. 'rioritas utama ialah pemeliharaan fungsi ginjal, pemberantasan infeksi berulang dengan memperhatikan kondisi neurologis yang diderita. *.2 Saran
+engetahui banyaknya komplikasi yang dapat diakibatkan oleh adanya neurogenic bladder ini, maka penanganan dan perawatan yang tepat harus diperhatikan. Selain dengan bantuan petugas medis, pasien maupun keluarga juga harus memahami perawatan sehingga mampu melakukan perawatan mandiri di rumah karena prognosis dari penyakit ini tidak memungkinkan untuk terjadi recovery lengkap seperti semula. Sehingga penting bagi perawat untuk selalu memberikan health education kepada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. %erjasama antar disiplin seperti urologi dan rehabilitasi medik sangat diperlukan. ;amun di atas segalanya, perhatian, kesabaran, dan dedikasi untuk menolong pasien sangat penting agar kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan.
30
DA#TA7 PUSTAKA
/lan, ?.E. ?mery. 1#. Diagnositic Criteria for Neuromuscular Disorders p. 4! "#$ %#!%&. ;etherlands5 ?;+ Black, @oyce + and @acobs, ?sther +atassarin. 1". 'uckman and (orensen)s *edical +surgical Nursing .
Documenting
-atient Care$
?dition
", >./. Da&is
ompany,
'hiladelphia. ?ngram, Barbara. !. 0encana 1suhan ,eperawatan *edikal Bedah volume 2 cetakan 3. @akarta5 ?A %owalak, @ennifer ' dkk. !". -rofessional /uide o -athophysiologi. 4S/5
?disi $$$ Eal ""1-"#. @akarta5 '3.
Aramedia 'ustaka 4tama Smelter, Suanne ., Brenda. A Bare. !9. ,eperawatan *edikal Bedah ! ?disi 2. @akarta5 ?A +uttaGin, /rif.!9. 'engantar asuhan keperawatan dengan gangguan system persarafan. Salemba +edika.@akarta arpenito,
!1. Buku (aku Diagnosa ,eperawatan.
?A.
@akarta. Doenges, +arilyn ?, et all. 1". Nursing Care -lans /uidelines for -lanning and Documenting -atient Care$ ?dition ", >./. Da&is ompany, 'hiladelphia. 0esnick, +.$. F :lder 0./. (19. Diagnosis of /enitourinary Disease. 6# nd ed7. ;ew Jork5 3hieme +edical 'ublishers $nc.
31