DIAGNOSA MEDIS, DIAGNOSA KEPERAWATAN, ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI DAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH Dosen pengampu : Ns. Madya Sulisno, M.Kep
Disusun oleh
ISA TRI EDI ENDANG EKO BUDININGSIH SIO ANDI SUTANTI LUCKY ERLANDI PRANIANTO KUROTUL AINI ADITYA TRI NUGROHO NUR ASYATUL JANNAH
22020111150018 22020111150018 22020111150019 22020111150019 22020111150020 22020111150020 22020111150021 22020111150022 22020111150022 22020111150023 22020111150023 22020111150024 22020111150024 22020111150025
PDOGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP DIRI Masalah keperawatan uatama
1. Gangguan gambaran diri
Contoh diagnosa keperawatan yang lengkap
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan harga diri rendah Gangguan gambaran diri berhubungan dengan defisit perawatan diri
2. Gangguan identitas diri
Gangguan identitas diri berhubungan dengan perubahan penampilan peran Gangguan identitas berhubungan dengan keracunan obat yang dimanifestasika dengan control impuls yang kacau dan hilang
3. Gangguan penampilan peran Gangguan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah 4. Gangguan harga diri
Harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri yang tidak realistik Harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri terlalu tinggi
Menurut NANDA dalam Potter dan Perry (2005) diagnosa keperawatan berkaitan dengan konsep diri adalah : 1. Perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan Kebingungan identitas setelah konflik sebelumnya dengan orang tua sendiri, Kurang persiapan peran. 2. Ansietas berhubungan dengan persepsi tentang penuaan usia baya dan dampaknya terhadap keamanan pekerjaan, Konflik peran perkawinan, Kekhawatiran tentang seksualitas. 3. Ketakutan yang berhubungan dengan perasaan tidak berdaya akibat baru mengalami rampokan, Krisis yang tidak teratasi sebagai korban pelecahan. 4. Gangguan penyesuaian yang berhubungan dengan Ansietas tentang citra tubuh, Takut tentang penyakit Terminal 5. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan Ambiguitas peran, Depresi.
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan Harga diri rendah, Disfungsi hubungan orang tua-anak, Harapan peran yang tidak jelas. 7. Konflik peran menjadi orang tua berhubungan dengan perasaan kehilangan kontrol ( kelahiran dengan defek kongenital ) 8. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidak sesuaian harapan peran di rumah dan di tempat kerja, perasaan rendahnya nilai diri. 9. Distress spiritual berhubungan dengan kebingungan identitas ( usia baya ), perubahan citra tubuh ( mis : paralisis kecelakaan ), penyalahgunaan obat dan alkohol.
DIAGNOSA MEDIS TERKAIT DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI
1. Stroke 2. CAD 3. Gagal ginjal Kronik 4. Kelumpuhan 5. Post operasi 6. Penyakit-penyakit terminal 7. Penyakit infeksi yang membutuhkan isolasi pasien
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI A. PENGKAJIAN
1. Faktor predisposisi a. Faktor yang mempengaruhi harga diri Pengalaman masa kanak-kanak dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan dan ketidakpsatian diri. Anak yang tidak menerima kasih sayang akan gagal mencintai dirinya dan orang lain. Individu yag kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri. Ia akan tegantung pada orang lain dan gagal mengembangkan kemamapuan sendiri. Ia mengingkari kebebasan menekspresikan sesuatu termasuk kemungkanan berbuat salah dan menjadi pribadi yang kasar dan banyak menuntut diri sendiri. Ideal diri yang di tetapkan tidak dapat dicapai. b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran Peran sesuai dengan jenis kelamin diterima sebagai suatu kebenaran umum di masyarakat, misalnya wanita dianggap kurang rasional, sensitif, penuh dengan ketelitian, tekun dan kurang mandiri, sedangkan pria dianggap lebih mandiri, rasionalistis, lebih kuat dan kurang hangat. Apabila seseorang berperan tidak sesuai dengan lazimnya menurut jenis kelamin, maka akan menimbulkan konflik baik pada diri sendiri maupun dengan sosial. Sebagai contoh perempuan dianggap sebagai ibu rumah tangga dan mengurus keluarga namun ia kemudian berkarir, hal tersebut tidak lazim di masyarakat, sehingga dapat menimbulkan konflik peran. c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri. Pengalaman masa kanak-kanak yang selalu mengganggap adanya kecurigaan dari orang tua serta adanya intervensi yang berlebihan dari orang tua akan menyebabkan seseorang menjadi peragu dengan keputusan yang diambilnya.
Teman sebayanya merupakan factor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diinginkan, dan dimiliki oleh kelompoknya. 2. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari l uar individu ( internal or eksternal sources ), yang dibagi 5 ( lima ) kategori : a. Ketegangan peran, adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini : b. Konflik peran : ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan dengan yang diinginkan c. Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya d. Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks e. Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti Transisi peran sehat – sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan : a.Kehilangan bagian tubuh b.Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh c.Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan d. Prosedur pengobatan dan perawatan Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan bio – kimia, gangguan penggunaan obat, alkoholdan zat.
B. DIAGNOSA Masalah keperawatan uatama
1. Gangguan gambaran diri
Contoh diagnosa keperawatan yang lengkap
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan harga diri rendah
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan defisit perawatan diri 2. Gangguan identitas diri
Gangguan identitas diri berhubungan dengan perubahan penampilan peran Gangguan identitas berhubungan dengan keracunan obat yang dimanifestasika dengan control impuls yang kacau dan hilang
3. Gangguan penampilan peran Gangguan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah 4. Gangguan harga diri
Harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri yang tidak realistik Harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri terlalu tinggi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN No
1
Prinsip
Rasional
Tindakan Keperawatan
Tujuan : Meningkatkan kesadaran diri klien
Bekerja dengan sumber
Beberapa sumber
1. Pastikan identitas klien
yang dimiliki klien
seperti kontrol diri,
2. Berikan tindakan pendukung untuk
dan persepsi diri, dibutuhkan sebagai dasar untuk asuhan keperawatan lanjut
mengurangi ansietas. 3. Perlakukan klien dengan cara tidak menuntut. 4. Terima dan upayakan untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan non-verbal 5. Cegah isolasi klien 6. Tekankan perilaku yang tepat 7. Secara bertahap tingkatkan aktifitas dan tugas yang memberikan
pengalaman positif. 8. Bantu dalam hyegine personal dan berpakaian. 9. Dorong klien untuk merawat diri Memaksimalkan
Kebersamaan perlu
partisipasi klien dalam
untuk klien langsung
partisipasi klien dalam keputusan
hubungan terapeutik
tanggung jawab
yang mempengaruhi perawatan.
tertinggi untuk perilaku dan respon
1. Secara bertahap tingkatkan
2. Tunjukan bahwa klien adalah individu yang bertanggung jawab.
koping 2.
Tujuan : Mendorong eksplorasi diri klien
Tunjukan Minat dan terima perasaan dan
Ketika perawat
pikiran klien
menunjukan minat
emosi, keyakinan, perilaku, dan
dan menerima
pikiran baik secara verbal,
perasaan dan pikiran
nonverbal maupun secara langsung
klien, perawat membantu klien untuk melakukanya juga
1. Dorong ekspresi klien tentang
2. Gunakan ketrampilan komunikasi terapeutik dan respons empatik. 3. Perhatikan penggunaan berfikir logis dan ilogis dan laporkan serta observasi respons emosional
Bantu klien
Pengungkapan diri
1. Dapatkan persepsi klien tentang
mengklarifikasi konsep
dan memahami
diri dan hubungan
persepsi diri dalah
dengan oranng lain
prasyarat untuk
melalui pengungkapan
membawa perubahan
diri
masa depan, berfungsi 4. Bantu menggambarkan bagaimana
ketakutan dan kelemahan 2. Bantu dalam menggambarkan ideal diri 3. Identifikasi kritisme diri
untuk menurunkan
klien merasakan hubungan dengan
ansietas
orang lain dan kejadian. 5. Bersikap terbuka terhadap perasaan anda sendiri
Sadari dan kontrol
Kesadaran diri
perasaan anda sendiri
memungkinkan perawat meniru perilakku yang tepat
1. Terima perasaan positif dan negatif anda. 2. Praktikan penggunaan diri terapeutik, bagikan perasaan anda dengan klien, gambarkan bagaimana orang lain merasakanya, dan cerminkan persepsi anda tentang perasaan klien.
Berespon secara
Simpati dapat
1. Gunakan respon empatik dan
empatis, menekankan
menguatkan
pantau diri anda sendiri untuk
bahwa kekuatan untuk
pengasihan diri
perasaan empati atau kasihan.
berubah berada pada
pasien, oleh karena itu 2. Tetapkan bahwa klien bukan tidak
klien
perawat harus
berdaya atau tidak mampu ketika
mengkomunikasikan
menghadapi masalah.
bahwa siruasi hidup
3. Tunjukan secara verbaldan perilaku
klien adalah subyek
bahwa klien bertanggung jawab
pengendalian orang
untuk perilaku, termasuk pilihan
lain
respon koping adaptif dan maladaptif 4. Diskusikan dengan klien lingkup piilihan, bidang kekuatan, dan sumber koping yang tersedia.
Tujuan : membantu klien dalam evaluasi diri
Bantu klien
Hanya setelah
mengklarifikasi
masalah secara akurat
masalah tertantu
terdefinisi dapat
1. Identifikasi stresor relevan dengan klien dan minta untuk menilainya. 2. Klarifikasi bahwa keyakinan klien
mengubah pilihan
mempengaruhi perilaku dan
yang diajukan.
perasaan 3. Secara bersama, identifikasi area kekuatan.
4. Tempatkan konsep berhasil dan gagal dalam perspektif yang tepat. 5. Gali penggunaan sumber koping Gali respons koping
Periksa pilihan yang
adaptif dan maladaptif
dibuat klien selama
koping dipilih dan mempunyai
pada masalah
koping akan
konsekuensi positif dan negatif.
membantu memastikan keberhasilan dan kegagalan respons
1. Gambarkan bagaimana respons
2. Bandingkan respons adaptif dan maladaptif. 3. Secara bersama identifikasi kerugian respons koping maladaptif klien. 4. Secara bersama identifikasi keuntungan atau ganjaran respons koping maladaptif klien
Tujuan : Membantu klien dalam membentuk tujuan realistik
Bantu klien
Hanya ketika semua
mengidentifikasi solusi
alternatif yang
hanya orang tersebut yang dapat
alternatif
memungkinkan telah
mengubah dirinya, bukan orang
dievaluasi dapat
lain.
mengefektifkan perubahan
1. Bantu klien memahami bahwa
2. Bila klien memiliki persepsi tidak konsisten, tunjukan bahwa berikut ini dapat berubah : keyakinan yang akan membawanya lebih dekat dengan realitas 3. Secara bersama meninjau sumber koping
Bantu klien
Penyusunan tujuan
1. Dorong klien membentuk tujuan
mengkonseptualisasikan yang mencakup tujuan realistik
definisi jelas
pribadi. 2. Secara bersama diskusikan
perubahan yang
konsekuensi emosional dan praktis
diharapkan adalah
dan setiap tujuan.
perlu.
3. Bantu klien mendefinisikan perubahan konkret yang dibuat. 4. Dorong klien untuk memasuki pengalaman baru untuk potensi pertumbuhan. 5. Gunakan model peran dan bermain peran bila tepat.
Tujuan : Membantu klien bertanggung jawab untuk memutuskan dan mencapai tujuan
Bantu klien melakukan
Obyektif akhir dalam
tindakan yang perlu
peningkatan
untuk mengubah
kesadaran klien
respons maladaptif dan
adalah untuk
mempertahankanya,
mengganti respons
1. Berikan kesempatan untuk berhasil. 2. Tekankan kekuatan, ketrampilan, dan aspek dari kepribadian klien. 3. Bantu klien dalam meningkatkan
koping maladaptif
bantuan (mis: pelayanan
dengan respons yang
vokasional, finansial dan sosial)
lebih adaptif
4. Gunakan keluarga dan kelompok untuk meningkatkan harga diri klien. 5. Berikan klien cukup waktu untuk berubah. 6. Berikan dukungan dan penguatan positif untuk mempertahankan kemajuan.
Tujuan : membantu
klien mengenali tujuan yang tercapai dan mengevaluasi tujuan yang tidak tercapai
Bantu Klien secara
Penguatan terhadap
terarah meninjau ulang
peningkatan membuat
pencapaian dan gali
penguatan konsep diri
alasan adanya masalah
akan memotivasi
dan kemunduran
kelanjutan perubahan
1. Secara bersama tinjau ulang kemajuan yang dibuat. 2. Tegaskan pencapaian dengan klien dan keluarga atau orang terdekat. 3. Evaluasi apa yang paling berperan dalam keberhasilan. 4. Bantu klien membahas perasaan mengenai tujuan yang tidak tercapai.
D. EVALUASI
Keberhasilan dalam memenuhi setiap tujuan klien memerlukan penggunaan kriteria evaluasi obyektif. Evaluasi dianjurkan berorientasi pada kemajuan klien sehingga perubahan dapat dengan cepat ditangani. Tujuanya mungkin tidak realistis karena perubahan kondisi klien atau adanya informasi-informasi baru. Hasil yang diinginkan klien dengan gangguan konsep diri meliputi penerimaan diri dan penerimaan dalam perubahan penampilan atau fungsi. Adanya interaksi sosial, perawatan diri yang adekuat penerimaan penggunaan alat protesik dan pernyataan yang menunjukan pemahaman tentang penyuluhan, semua itu menunjukan adanya kemajuan. Sikap positif kearah rehabilitasi dan peningkatan gerakan kearah kemandirian memudahkan kembalinya pada peran sebelumnya ditempat kerja atau di rumah. Adaptasi klien terhadap perubahan besar memerlukan waktu satu tahun atau lebih lama, tetapi kenyataanya bahwa periode ini tidak selalu bermakna maladaptasi. Perawat harus mencari tanda bahwa klien telah mengalami penurunan stresor. Pengaturan ulang konsep diri memerlukan waktu, oleh karena itu memerlukan waktu beberapa tahun untuk pengaturan ini berkembang dan perubahan serta perkembangan tambahan juga
memerlukan waktu. Meskipun perubahan mungkin lambatt perawatan klien dengan gangguan konsep diri dapat memberikan dampak postif .
SAK HDR
A. DESKRIPSI
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.
B. KARAKTERISTIK PERILAKU
1. Perasaan negatif terhadap diri sendiri 2. Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna, dan tidak mampu. 3. Mengatakan hal-hal yang negatif terhadap keadaan tubuhnya. 4. Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai mana fungsinya. 5. Menarik diri dari kehidupan sosial. 6. Kritis terhadap diri sendiri dan / orang lain. 7. Destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri. 8. Pembicaraan kacau. 9. Mempersepsikan adanya ketegangan peran. 10. Mudah tersinggung atau marah. 11. Produktifitas menurun. 12. Pandangan hidup yang ekstrim. 13. Penolakan terhadap diri sendiri. 14. Menarik diri dari realitas. 15. Mengatakan pesimis dalam menghadapi kehidupan. 16. Merasa diri tidak adekuat. 17. Keluhan fisik. 18. Penyalahgunaan obat.
C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial 2. Distres spiritual 3. Perubahan proses berfikir : curiga 4. Perubahan interaksi sosial : menarik diri 5. Potensial amuk 6. Perubahan pola seksualitas : menurunnya gairah seksual. D. TUJUAN KEPERAWATAN
1. Pasien mampu melakjukan interaksi dengan lingkungannya. 2. Pasien tidak mengalami distress. 3. Pasien tidak memperlihatkan perasaan curiga terhadap lingkungannya. 4. Pasien mampu melakukan hubungan interpersonal yang baik. 5. Pasien mampu mengontrol perilaku marah. 6. Pasien mampu mengembalikan gairah seksualnya.
E. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Psikoterapeutik a. Bina hubungan saling percaya 1) Kenalkan nama, tugas, waktu kerja perawat kepada pasien. 2) Jelaskan kepada pasien bahwa perawat telah siap mendengarkan apa yang dikatakannya. 3) Nyatakan kesediasn perawat membantu pasien. 4) Dengarkan dengan penuh perhatian akan minat pernyataan pasien. b. Bantu pasien memperluas kesadaran dirinya 1) Anjurkan
pasien
untuk
mengungkapkan
segala
sesuatu
yang
dirasakan seperti: hubungannya dengan orang lain, pekerjaan, urusan rumah tangga, sekolah, dsb. 2) Tanyakan kepada pasien tentang kejadian berkaitan dengan pikiran, perasaan dan keyakinannya. 3) Luruskan kesalahan persepsi pasien tanpa mendebat. c. Bantu pasien mengenal kekuatan dan kelemahannya
1) Anjurkan pasien menyebutkan atau menuliskan minimal 5 kelebihan yang dimilikinya. 2) Dukung pernyataan pasien tentang kelebihan yang telah dimiliki oleh pasien. 3) Bicarakan dengan pasien kekurangan yang dimilikinya serta jelaskan bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. d. Bantu pasien mengevaluasi diri 1) Tanyakan kepada pasien keberhasilan yang pernah diraih. 2) Bicarakan kegagalan yang pernah dialami pasien: sebab-sebab kegagalan, cara mengatasinya, serta respon pasien terhadap kegagalan. 3) Jelaskan kepada pasien kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. e. Bantu pasien membuat rencana yang realistis 1) Tanyakan kepada pasien tujuan serta keberhasilan yang ingin dicapai. 2) Bantu pasien memilih prioritas tujuan yang pasti dapat dicapainya. 3) Bicarakan dengan pasien konsekuensi dari tujuan yang telah dipilih dengan memberi contoh bermain peran dan mendemonstrasikan kembali. f.
Bantu pasien membuat keputusan mencapai tujuan 1) Beri pasien kesempatan untuk melakukan yang telah dipilih. 2) Tunjukan keberhasilan yang telah dicapai, dan beri penghargaan yang sesuai. 3) Ikut sertakan pasien dalam kelompok. 4) Beri dukungan positif untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pasien.
2. Pendidikan kesehatan a. Anjurkan
pasien
untuk
mengikuti
latihan
keterampilan
untuk
mengembangkan bakat yang dimiliki. b. Bimbing setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan dari masing-masing anggota keluarganya.
c. Bimbing pasien untuk menguraikan pola hubungannya dengan tiap anggota keluarga. d. Bimbing pasien untuk mencoba cara-cara baru dalam berhubungan dengan anggota keluarga yang lain. e. Beri informasi kepada keluarga cara merawat pasien dengan harga diri rendah: 1) Karakteristik harga diri rendah 2) Cara merawat pasien 3) Sistim rujukan dan fasilitas 3. Kegiatan hidup sehari-hari a. Pemenuhan nutrisi dan cairan 1) Jelaskan kepada pasien bahwa makan dan minum yang cukup penting untuk kesehatannya. 2) Jelaskan bahwaw kondisi fisik yang sehat akan meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah. 3) Sajikan makanan secara menarik. 4) Pantau berat badan pasien secara teratur. b. Bantu pasien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya 1) Arahkan kegiatan pasien sesuai dengan kemampuan minimal yang dimilikinya. 2) Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai. 3) Beri kegiatan kepada pasien secara bertahap. 4) Bimbing pasien melakukan asuhan mandiri. 4. Lingkungan terapeutik a. Lingkungan fisik 1) Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindari alat-alat yang dapat digunakan pasien untuk mencederai diri sendiri dan orang lain. 2) Tata ruangan secara menarik seperti: tempelkan poster-poster yang cerah untuk meningkatkan gairah hidup, hadirkan musik yang ceria, acara televisi berupa komedi yang lucu.
3) Beri kesempatan kepada pasien untuk merawat dan menyimpan barang-barang milik pribadinya pada lemari-lemari atau kamar khusus. b. Lingkungan sosial 1) Beri penjelasan kepada pasien setiap akan melakukan tindakan keperawatan, terutama yang berkaitan dengan privasi (hak pribadi pasien) misalnya: tindakan pengikatan, pemberian obat baik secara oral maupun parenteral, dan lain-lain. 2) Terima pasien sebagaimana adanya dengan tidak mengeluarkan katakata yang mengejek atau merendahkan. 3) Anjurkan keluarga agar menerima pasien sebagaimana adanya. 4) Sertakan keluarga dalam menyelesaikan masalah pasien. 5) Jelaskan kepada keluarga bahwa setiap keluarga unik, mempunyai kelebihan dan kekurangan.
F. EVALUASI
1. Pasien dapat melakukan interaksi dengan orang lain dan lingkungannya. 2. Pasien tidak mengalami distress. 3. Pasien mau berinteraksi dengan orang lain tanpa memperlihatkan rasa curiga. 4. Pasien dapat melakukan hubungan interpersonal dengan baik. 5. Pasien dapat menyebutkan cara mengekspresikan marah yang konstruktif. 6. Pasien dapat menampilkan seksualitas yang normal.