DIAGNOSIS PERSIAPAN ANESTESI
PERSIAPAN ANESTESI Persiapan Anestesi secara umum dapat terdiri dari : I. Persiapan Pasien. Persiapan pasien adalah penilaian dan pemeriksaan pasien pra anestesi (Visite pre-operatif Anestesi), yang meliputi: a. Anamnesa. Anamnesa dapat meliputi : - Nama/ Umur/ Alamat. - Pekerjaan. - Riwayat penyakit sekarang dan penyakit yang lalu. - Riwayat terapi obat-obatan. - Riwayat alergi. - Riwayat Anestesi sebelumnya. - Kebiasaan merokok, alkoholik atau obat-obatan. b. Pemenksaan: ▪ Fisik: - Pemeriksaan Fisik lengkap Termasuk semua sistem organ secara umum. - Pemeriksaan khusus Sesuai dengan riwayat penyakit yang ada dan pemeriksaan fisik yang didapat secara umum. ▪ Laboratorium : - Laboratorium rutin. - Laboratorium sesuai dengan penyakit yang ada. ▪
Penunjang Lain : - Radiologi: Foto Thorax. - Screening test pra Anestesi. Bila ada tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan kelainan jantung atau paru-paru.
- EKG Pada pasien diatas 40 tahun. Pada pasien yang menunjukkan kelainan Cardiovasculer walaupun usia dibawah 40 tahun. 1
Dari hasil pemeriksaan pra Anestesi diatas dapat digolongkan dalam klasifikasi Status Fisik ASA Anestesi yang akan menunjukkan resiko Anestesi yang akan menunjukkan resiko Anestesi yang dialami penderita sesuai dengan Fisik ASA nya. Klasifikasi Status Fisik ASA : ASA I : Penderita sehat kecuali penyakit bedahnya saja. ASA II : Penderita dengan penyakit sistemik ringan terkontrol yang tidak menggangu aktivitas sehari-hari. ASA III : Penderita dengan penyakit sistemik berat dengan aktivitas yang terbatas. ASA IV : Penderita dengan penyakit sistemik yang lanjut dengan suatu terapi yang terus menerus dan aktivitas yang sangat terbatas. ASAV : Pasien yang hampir meninggal yang tidak diharapkan bertahan dalam 24 jam. ASA E : Pasien dalam salah satu klasifikasi ASA diatas yang menjalani operasi Emergensi. Makin tinggi ASA seorang pasien makin tinggi resiko Anestesi yang dapat terjadi pada pasien tersebut. c. Konsultasi: Konsultasi dengan Dokter Spesialis lain dilakukan bila pada pemeriksaan Pra Anestesi didapatkan penyakit sistemik atau penyakit penyerta lainnya yang dapat menimbulkan resiko Anestesi pada pasien tersebut. d. Pre medikasi: Adalah pemberian obat-obatan pada saat 1 atau 2 jam sebelum induks anestesi baik secara oral, intramuskuler, intravena atau 2
per rectal dengan tujuan : - Menghilangkan kecemasan dengan rasa takut. - Mengurangi sekresi saluran nafas. - Menambah efek hipnotik anestesi umum. - Mengurangi mual dan muntah pasca bedah. - Mengurangi penggunaan obat Anestesi. - Amnesia. - Analgesia. - Mencegah Vagal refleks. Pemberian premedikasi ini dapat dilakukan diruang perawatan oleh staf perawatan ruangan sesuai dengan intruksi yang diberikan pada saat visite/ pemeriksaan pra anestesi. Dapat juga diberikan setelah pasien masuk ke kainar operasi. e. Informed Consent. Pastikan bahwa Informed Consent (Izin Anestesi/ Operasi) sudah dimengerti dan ditanda tangani oleh penderita dan keluarganya. Jelaskan jenis Anestesi yang akan digunakan sehingga penderita mengerti dan tidak takut dan cemas dalam menghadapi pembedahan. II.
Persiapan Obat-obatan Anestesi : Dalam persiapan obat-obatan, dipilih obat-obat yang akan dipakai sesuai dengan kondisi penderita, jenis dan lama operasi yang akan dilakukan serta teknik anestesi yang akan digunakan. Adapun persiapan obat-obat Anestesi ini dapat meliputi: 1. Obat-obat premedikasi yang harus dipersiapkan dapat berupa : a. Sulfas Atropin injeksi. b. Diazepam (Valium) tablet dan injeksi. c. Midazolam (Dormicum) injeksi. d. Opioid (Pethidin/ Fentanyl) injeksi. 3
e. Droperidol injeksi. f. Aminofillin suporitoria atau injeksi. 2. Obat-obatan Induksi: Obat-obat induksi dipilih sesuai dengan keadaan pasien dan jenis operasi. Obat-obat induksi terdiri dari : • Obat-obat golongan Hipnotik : - Thiopental (Pentothal). - Ketamine (Ketalar). - Midazolam/ Dormicum. - Daizepam/ Valium. - Propofol (Diprivan / Recofol). • Obat-obatan golongan pelumpuh otot (Muscle Relaxant) : - Succinyl Choline. - Quelicine. - Vercuronium (Norcuron). - Pancuronium (Pavulon). - Atracurium (Tracrium). • Obat-obat golongan Analgetik : - Meperidin (Petidin) - Fentanyl. 3. Gas dan Volatile Anestesi : Gas volatile Anestesi yang digunakan meliputi : - Halothan. - Enfluran (Ethrane). - Isoflurane. - N2O (Nitrous Oxide). - O2 (Oksigen). 4. Obat-obat Resusitasi : Obat-obat resusitasi harus dipersiapkan pada semua tindakan Anestesi baik umum maupun regional. Adapun obat resusitasi terdiri dari : 4
- Sulfas Atropin injeksi. - Adrenalin injeksi. - Bicnat (Meylon) injeksi. - Lidocain injeksi. - Aminofillin injeksi. - Dexamethasone injeksi. III. Persiapan Alat-alat Anestesi. Alat-alat Anestesi harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum tindakan anestesi dilakukan.Hal ini untuk menghindarkan kejadiankejadian yang tidak diinginkan selama anestesi berlangsung. Persiapan alat-alat ini meliputi. 1. Persiapan mesin Anestesi. ▪ Ether. ▪ N2O. - Pastikan flow meter berfungsi baik. - Pastikan vaporizer tidak bocor dan terisi baik oleh volatile Halothan, Enfluran maupun Isoflurane. - Pastikan sirkuit aliran oksigen dan gas anestesi baik dan tidak bocor. - Pastikan balon reservoar tidak bocor dan ukurannya sesuai dengan besarnya pasien. - Pastikan Sodalime berfungsi baik, yaitu belum berubah warna dan hangat bila diraba. ▪
O2. - Pastikan tabung O2 terisi dengan regulator. - O2 tidak bocor. - Pastikan flow meter O2 berfungsi baik.
2. Persiapan alat-alat Intubasi. ▪ Tube Endotrachcal; - Berbagai macam ukuran sesuai dengan umur dan besar 5
pasien. - Disiapkan tube Endotracheal dengan ukuran satu nomor lebih besar atau lebih kecil untuk tiap pasien yang akan dilakukan anestesi. - Periksa balon tube tidak bocor. ▪ Oropharyngeal airway : Dengan ukuran sesuai dengan umur pasien dan besarnya Mulut. ▪ Laryngoscope : - Pediatric set, bila pasien anak-anak. - Adult set, bila pasien dewasa. - Pastikan lampu Blade menyala. - Juga sediakan Mandrain, Magill Forceps dan sungkup muka dengan ukuran sesuai dengan besar muka pasien. Mandrain dan Magill Forceps harus selalu tersedia sebelum dilakukan PENATALAKSANAAN
tindakan intubasi, untuk menghindari kesulitan intubasi. Penatalaksanaan anestesi meliputi :
ANESTESI
-
Premedikasi dikamar operasi.
-
Induksi dan Intubasi.
-
Monitoring selama operasi.
-
Ekstubasi.
Yang dimaksud dengan induksi anestesi adalah mulai masuknya obatobat anestesi secara Intravena sampai saat akan Intubasi, sedangkan Intubasi adalah saat masuknya tube Endotracheal kedalam Trachea. Induksi anestesi dapat dilakukan dengan menggunakan : •
Obat-obat Hipnotik atau sedasi, antara lain : - Thiopental (Pentothal) : 4 - 5 mg/ kgBB. - Midazolam/ Dormicum : 0,15 mg/ kgBB. - Valium: 0,15-0,20 mg/ kgBB. 6
- Propofol: 2-2,5 mg/ kgBB. - Ketamine : 1 - 2 mg/ kgBB. •
Golongan obat pelumpuh otot (Muscle Relaxant), antara lain : - Succinyl choline : 1 mg/ kgBB. - Quelicine : 1 mg/ kgBB. - Norcuron/ Pavulon : 0,1 mg/ kgBB. - Atracurium (Tracium): 0,5 mg/ kgBB.
•
Golongan obat Analgetik, antara lain : - Pethidin : 1 mg/ kgBB. - Fentanyl : 1 ug/ kgBB.
Setelah dilakukan pre-oksigenasi selama 5 menit dilakukan induksi anestesi dengan obat-obat golongan Hipnotik / sedasi dan setelah reflek bulu mata hilang, dilakukan pemompaan dengan O2(Oksigen) melalui sungkup muka. Kemudian dilakukan Intubasi setelah Onset of Action Muscle Relaxant tercapai atau setelah penderita benar-benar relaks dengan menggunakan Laryngoscope atau tube Endotracheal yang dipakai harus sesuai ukurannya dengan besar pasien. Setelah tube terpasang, balon tube dikembangkan sampai tidak terdengar bunyi berdesis atau bocor apabila dipompa dan periksa VBS kiri dan kanan harus sama, kemudian fiksasi tube dengan plester setelah Mayo (Oropharyngeal air way) dengan ukuran yang sesuai terpasang. Apabila VBS kiri lebih kecil dari kanan tarik tube sedikit-sedikit sampai terdengar VBS kiri sania dengan kanan. Rumatan Anestesi diberikan : O2 / N2O, Halothan atau Enfluran atau Isofluran Bila menggunakan mesin N2O. Pemberian O2 : N2O 60 % : 40 %. 50%: 50%. 7
Selama maintenance anestesi ini, juga dapat diberikan obat-obat lainnya seperti Muscle Relaxant tambahan atau analgetik dan lain-lain sesuai dengan keadaan pasien saat itu. Monitoring yang dilakukan selama operasi berlangsung adalah : - Frekwensi nadi. - Tekanan Darah. - Perfusi perifer. - Saturasi Oksigen (bila ada Pulse Oxymetri). - EKG (bila ada EKG). - Jumlah perdarahan. - Urine output. Selama operasi, selain monitoring, kita juga dapat melakukan tindakantindakan yang kadang-kadang perlu dilakukan sesuai dengan keadaan/ kondisi pasien saat itu. Ekstubasi dilakukan setelah operasi selesai dan saat akhir anestesi, yaitu saat penderita telah bernafas spontan baik dalam keadaan bangun (ekstubasi bangun) atau dalam keadaan masih teranestesi yang disebut ekstubasi dalam, ekstubasi dilakukan pada saat penderita menarik nafas.
8
DIAGNOSIS ANESTESI UMUM
ANESTESI UMUM Anestesi umum dilakukan di Unit Anestesi SMF Surgikal RS. Dustira adalah : I. Anestesi umum dengan Ether : a. Persiapan pasien : Sesuai persiapan anestesi secara umum. b. Persiapan alat: 1. Pastikan tabung oksigen terisi dan tidak bocor. 2. Siapkan alat-alat Intubasi : - Tube Endotracheal dengan ukuran yang sesuai. - Set Laryngoscope sesuai dengan umur penderita. - Oropharyngeal Airway sesuai ukuran. - Magill Forceps dan Mandrain. - Alat-alat suction. - Spuit balon dan plester. 3. Siapkan alat-alat Intravena line : - Abbocath dengan ukuran yang sesuai. - Transfusion set atau Infusion set. - Cairan infus atau darah. c. Persiapan obat-obatan : 1. Obat-obat Premedikasi: - Sulfas Atropin injeksi. - Droperidol injeksi. - Valium/ Dormicum injeksi. - Aminofillin supp/ injeksi. 2. Obat-obat Induksi: ▪ Obat Hipnotik / Sedasi: a. Thiopental (Penthotal). b. Ketamine. c. Propofol. d. Valium. 9
e. Midazolam (Dormicum). ▪ Obat pelumpuh otot (Muscle Relaxant): a. Succinyl choline/ Quelicin. b. Norcuron/ Pavulon/ Atracurium. c. Untuk fasilitas intubasi atau relaksasi selama operasi. ▪ Analgetika : a. Pethidin. b. Fentanyl. 3. GasAnestesi: - Ether. - Oksigen. 4. Obat-obatan Resusitasi: - Sulfas Atropin. - Adrenalin injeksi. - Bic - Nat (Meylon) injeksi. - Lidocaine injeksi. - Aminofillin injeksi. - Dexamethasone injeksi. d. Penatalaksanaa Anestesi : Pada umumnya sesuai dengan penatalaksanaan Anestesi secara umum. Catatan : Ether dapat bersifat sebagai obat Anestesi tunggal yang berarti dapat berfungsi sebagai obat Hipnotik, pelumpuh otot dan analgetik. Tetapi kemungkinan untuk terjadi toksisitas obat lebih besar di bandingkan dengan Balance Anestesi. 2. Anestesi umum dengan N2O. a. Persiapan pasien : Sesuai persiapan Anestesi secara umum. b. Persiapan alat : 10
1. Siapkan dan pastikan mesin N2O berfungsi dengan baik, tidak bocor, termasuk : - Flowmeter 02 dan N20. - Vaporizer. - Sistem penghantar Oksigen dan gas Anestesi. - Sodalime. - Balon pompa. - Tabung Oksigen dan N2O terisi dan tidak bocor. 2. Siapkan alat-alat Intubasi : - Tube Endotracheal dengan ukuran yang sesuai. - Set Laryngoscope sesuai dengan umur penderita. - Oropharyngeal Airway sesuai ukuran. - Magill Forceps dan Mandrain. - Alat-alat suction. - Spuit balon dan plester 3. Siapkan alat-alat Intravena line : - Abbocath dengan ukuran yang sesuai. - Transfusion set atau Infusion set. - Cairan infus/ darah. c. Persiapan obat : 1. Obat-obat Premedikasi : - Sulfas Atropin injeksi. - Diazepam/ Midazolam injeksi. - Aminofillin supp/ injeksi. 2. Obat-obat Induksi : a. Obat Hipnotik/Sedasi: - Thiopental (Pentothal). - Ketamine. - Propofol. - Diazepam/ Valiuin. - Midazolam/ Dormicum 11
b. Obat pelumpuh otot (Muscle Relaxant) : - Succinyl coline/ Quelicin. - Norcuron/ Pavulon/ Atracurium. - Untuk fasilitas intubasi atau relaksasi selama operasi. c. Analgetika : - Pethidin. - Fentanyl. - Tramadol. 3. Gas Anestesi: - N2O. - Oksigen(O2). - Halothan/ Enfluran (Ethrane)/ Isoflurane. 4 Obat-obat Resusitasi: - Sulfas Atropin injeksi. - Adrenalin injeksi. - Bic - Nat (Meylon) injeksi. - Lidocaine injeksi. - Aminofillin injeksi. - Dexamethasone injeksi. d. Penatalaksanaan Anestesi : Sesuai dengan penalalaksanaan Anestesi umum.
DIAGNOSIS ANESTESI REGIONAL
ANESTESI REGIONAL Anestesi Regional dapat berupa : 12
1. Spinal. 2. Epidural. 3. Caudal. A. Persiapan alat-alat : 1. Siapkan alat-alat Intravenous line : - Abbocath dengan ukuran yang sesuai. - Transfusion set atau Infusion set. - Cairan infus atau darah. 2. Siapkan alat-alat Regional Anestesi: - Jarum spinal/ Epidural/ Caudal. - Spuit2,5ml/ 10ml. Kateter Epidural untuk Anestesi Regional Epidural. 3. Persiapan alat-alat anestesi umum. B. Persiapan Obat-obatan : 1. Obat-obat Anestesi Regional : - Lidocaine 5 % Spinal. - Lidocaine 2 % - Epidural / Caudal. - Bupivacaine (Marcaine) heavy 0,5 Spinal/ Epiduralcaudal. - Marcaine 0,75 % Spinal. 2. Obat-obat Vasokonstriktor : - Ephedrine injeksi. - Adrenalin injeksi. C. Persiapan pa si en : - Sesuai dengan persiapan pasien untuk Anestesi umum. - Sebelum dilakukan anestesi regional, diberikan Loading cairan infus Ringer Laktat sebanyak 500 - 1000 ml atau cairan koloid 500 cc. D. Penatalaksanaan Anestesi : - Posisi pasien dapat duduk dengan kaki ditekuk/ ditarik kearah 13
dada atau posisikan pasien tidur miring dengan kedua kaki ditarik kearah dada. - Daerah tempat tusukan jarum dan sekitaniya dibersihkan dengan alkohol dan betadine. - Tentukan daerah yang akan ditusuk L2-3 / L3-4 / L4-5 atau daerah caudal. - Spinal : •
Tusuk jarum spinal dengan arah tegak lurus terhadap Vertebrae sampai terlihat keluar cairan bening dalam jarum.
•
Masukkan obat anestesi regional dengan terlebih dahulu di lakukan barbotase.
•
Cabut jarum dan tutup dengan kasa Bethadine.
•
Penderita kembali ke posisi semula dan lakukan test apakah terjadi analgesia atau tidak.
- Epidural : •
Tusukkan jaram Epidural dengan arah tegak lurus dan ujung jarum mcnghadap keatas.
•
Pasang spuit 10 ml kosong pada ujung jarum dan untuk test apakah jarum sudah masuk ke rongga Epidural. Bilajarum sudah berada didaerah Epidural, maka udara dalam spuit tidak ada tahanan bila ditekan.
•
Berikan test dose dengan Marcaine 0,5 % sebanyak 3 ml.
•
Masukkan kateter Epidural kedalam j arum Epidural sampai ukuran yang tertentu.
•
Jarum Epidural perlahan-lahan dicabut dengan mempertahankan kateter tetap pada tempatnya dan kateter difiksasi.
•
Masukkan obat anestesi lokal kedalam kateter dalam jumlah sesuai kebutuhan untuk menghasilkan analgesia.
E. Monitoring yang dilakukan selama anestesi regional adalah : - Tekanan Darah. 14
-
Nadi dan EKG (bila ada alatnya).
-
Respirasi.
-
Tingkat kesadaran.
-
Selama operasi pasien diberikan O2 - 3 liter/ menit melalui kanula oksigen.
DIAGNOSIS PERAWATAN PASCA
PERAWATAN PASCA ANESTESI
ANESTESI
ada dikamar operasi dan diruang perawatan asal atau di Ruang Rawat
Perawatan Pasca Anestesi dilakukan di Ruang Pemulihan (RR) yang
15
Intensif. Perawatan pasca anestesi ini dilakukan oleh staf perawat anestesi atau oleh stafkamar operasi dan staf ruang perawatan asalnya atau staf perawatan ruang rawat Intensif, dengan mengacu pada instruksi pasca anestesi dan pasca bedah yang diberikan oleh Dokter Ahli Anestesi dan Dokter Ahli Bedah. Kegiatan yang dilakukan di Ruang Pemulihan di kamar operasi adalah : - Obeservasi tanda-tanda vital pasien dan tingkat pulih sadar. - Memberikan Oksigen puda pasien sesuai instruksi. - Mengganti/ memberikan cairan infus atau transfusi darah sesuai dengan instruksi. - Mengamati dan memberikan tindakan yang diperlukan apabila timbul penyulit/ komplikasi anestesi atau bedah, seperti : • Muntah. • Gelisah/ delir. • Sianosis. • Perdarahan. • Apnoe. • Cardiac arrest. Dengan catatan telah lapor atau konsultasi dengan Dokter Ahli Anestesi atau Dokter Ahli Bedah. -
Setelah penderita sadar penuh dan tanda-tanda vital stabil, penderita dipindahkan ke ruang perawatan asalnya.
Penilaian pemulihan anestesi ini dapat menggunakan Aldrete score yang dinilai dari 5 kriteria penilaian pemulihan anestesi dengan score 10 untuk pemulihan penuh sampai 0 pada pasien koma. 5 kriteria pemulihan anestesi tersebut adalah : 1. Aktivitas : -
Dapat menggerakkan semua anggota tubuh sesuai perintah ………………………………………………………...Skor 2 16
-
Dapat menggerakkan dua ekstremitas sesuai perintah ………………………………………………………....Skor 1
-
Dapat menggerakkan semua anggota tubuh sesuai perintah …………………………………………………………Skor 0
2.
Respirasi : -
Bernafas dalam dan batuk ..............................................Skor 2
-
Dyspnoe, Hipoventilasi ..................................................Skor 1
- Apnoe ..............................................................................Skor 0 3.
Sirkulasi : - Tekanan Darah ± 20 % dari level pra-anestesi ………………………………………………………….Skor 2 - Tekanan Darah ± 20 - 50% dari level pra-anestesi ………………………………………………………….Skor 1 - Tekanan Darah ± 50% dari level pra-anestesi .........................................................................................Skor 0
4.
Kesadaran : - Sadar penuh .....................................................................Skor 2 - Dapat dibangunkan ..........................................................Skor 1 - Tidak berespon ................................................................Skor 0
5. Warna : - Merah muda / pink ..........................................................Skor 2 - Pucat ................................................................................Skor 1 - Cyanotik ..........................................................................Skor 0 Perawatan/ monitoring pasca Anestesi ini dilakukan dalam 24 jam pertama pasca bedah. DIAGNOSIS ANESTESI PADA PEDIATRIC
ANESTESI PADA PEDIATRIK 1. Anestesi pada anak : • Bayi - Neonatus (usia sampai 1 bulan). - Bayi (usia 1-12 bulan). 17
Anak Usia 1-12 tahun. 2. Persiapan Anestesi/ operasi : • Persiapan Psikologis : Terutama untuk anak-anak yang lebih besar dan orang tua pasien. • Penilaian Pra-anestesi : - Visite pra-anestesi. Sesuai dengan persiapan anestesi secara umum. - Pemeriksaan fisik. • Bicarakan pada orang tua anak, hal-hal yang menyangkut keadaan anak/ riwayat penyakit dahulu serta tindakan anestesi yang akan dikerjakan. • Data laboratorium dan data-data penunjang lainnya. • Puasakan anak : Biasanya puasa pada anak adalah 4 jam sebelum anestesi/ operasi berlangsung bagi anak-anak < 5 tahun dan 4-6 jam pada anakanak yang lebih besar. • Persiapan alat-alat : - Abbocath No. 24 Untuk bayi. - Abbocath No. 22 Untuk balita. - Abbocath No. 20 Untuk anak usia 6 tahun. - Transfusion set. - In fusion set Microdrip untuk bayi dan balita. - Spuit 2,5 ml/ 5 ml/ 10 ml sesuai kebutuhan. - Stetoscope. - Laringoscope pediatrik. - Tube Endotracheal baik jenis balon, spiral atau polos dengan ukuran sesuai dengan umur bayi / anak. - Gaas basah untuk Pack mulut pada penggunaan tube jenis polos. - Plester dan spalk untuk infus. - Mesin N2O untuk bayi dan balita. 18
3. Premedikasi : - Sulfas Alropin 0,01 mg/ kgBB bilaperlu. - Midazolam 0,5 mg/ kgBB peroral mulai usia 6 tahun keatas. 4. Penatalaksanaan anestesi : a. Induksi Anestesi : - Inhalasi melalui sungkup muka (Face mask) dengan O2/ N2O dan Halothane/ Ethrane/ Isoflurane dengan konsentrasi gas dinaikkan secara perlahan-lahan. - Bila anak dapat dipasang jalur infus (Intravena line) secara sadar (awake), induksi dengan Thiopenthal (Pentothal) 4-5 mg/ kgBB. b. Intubasi Endotracheal : • Intubasi dalam keadaan sadar (Awake Intubation) : Indikasi : - Neonatus. - Anak dengan airway bermasalah. - Anak dengan lambung penuh. • Intubasi dalam NU : - Dengan pelumpuh otot (Muscle Relaxant). - Tanpa pelumpuh otot. • Setelah Intubasi, periksa kedua paru apakah VBS kiri = kanan. • ETT difiksasi dengan baik untuk menghindari lepasnya tube. c. Maintenance/ Rumatan Anestesi : • 62/ N2O/ Halothan/ Ethrane atau Isoflurane. • Nafas spontan atau dibantu. • Nafas kontrol dengan menggunakan pelumpuh otot (Muscle Relaxant). 19
• Pemberian cairan infus pada pasien Pediatric selama operasi dihitung dengan menggunakan Rumus 4 – 2 – 1. Rumus 4 - 2 -1 : - BB s/d 10 kg Kebutuhan cairan : 4 ml/kgBB/jam. - BB 11 - 20 kg Kebutuhan cairan : 40 + 2 ml/kgBB/iam untuk 1 kg diatas 10 kg. - BB > 20 kg
Kebutuhan cairan : 60 + 1 ml/ kgBB/ jam
untuk tiap 1 kg berat diatas 20 kg. - Pemberian transfuse darah pada pediatric, biasanya dilakukan bila perdarahan mencapai 10% dari Estimate Blood Volume (EBV). EBV : - Neonatus : 90ml/kgBB. - Bayi sampai 1 tahun : 80 ml/ kgBB. - Usia 1 tahun sampai adolesence : 70 - 75 ml/ kgBB. - Dewasa : 55 - 65 ml/kgBB. • Pemberian jumlah darah sesuai dengan perkiraan perdarahan yang terjadi. • Khusus pada operasi laparatomy pada bayi/ anak Pemberian cairan harus diperhitungkan dengan kehilangan cairan karena penguapan dari usus yang terbuka. • Biasanya cairan yang diberikan : -
N4 / KAEN 1B -7 Untuk cairan maintenance dan ganti puasa yaitu 4 ml/kgBB/jam.
-
RL Untuk mengganti cairan yang hilang karena penguapan dari usus yang tebuka dengan jumlah : < 4 ml/kgBB/jam Untuk operasi sedang. < 6 ml/kgBB/jam – > Untuk operasi besar. Diberikan tiap 14 jam.
d. Monitoring. Yang dimonitor: 20
- Nadi atau denyut jantung dengan menggunakan Stetoscop Prekordial. - Respirasi. - Perfusi perifer. - Perdarahan. - Urine output minimal 1 ml/ kgBB. - Suhu tubuh. - Saturasi Oksigen (bila ada alatnya). e. Ekstubasi : Dilakukan dengan anestesi ringan (light anestesi) setelah nafas spontan. Bila terjadi Laryngospasme umumnya diterapi dengan : - Tekananpositip. - Succinylcholine secara intravena. f. Masa Pemulihan/ Recovery : Yang harus diperhatikan secara khusus : - Patensi saluran nafas. - Nafas adekuat. - Stabilitas Cardivasculer. - Suhu tubuh.
DIAGNOSIS ANESTESI PADA OPERASI MATA
ANESTESI PADA OPERASI MATA A. Ketentuan Umum : 1. Anak-anak dilakukan dengan anestesi umura dengan intubasi tube endotracheal. 2. Dewasa dapat dengan anestesi umum atau lokal. 3. Pemakaian Epinefrine 1 : 200.000, hati-hati penggunaan Halothan 21
pada anestesi umum. 4. Oculocardiac reflek : -
Sering terjadi pada penekanan bola mata, tarikan otot-oto mata, yang akan menyebabkan terjadinya : - Bradikardia. - Aritmia jantung Cardiac arrest. - Dapat dicegah dengan pemberian Sulfas Atropine intravena sebelum operasi.
5. Abrasi kornea dapat terjadi karena penekanan Face Mask. 6. Penggunaan Succinyl choline adalah kontra indikasi pada operasi intra oculer. Penggunaan Succinyl choline pada penderita yang mendapat terapi echothiopate, harus hati-hati karena akan memperpanjang apnoe. B. Persiapan Anestesi : Sesuai dengan persiapan anestesi secara umum. C. Penatalaksanaan Anestesi : 1. Premedikasi : - Sulfas Atropine : 0,01 mg/ kgBB dilakukan di OK. - Diazepam (Valium): 0,2 mg/ kgBB peroral. - Midazolam (Dormicum): 0,5 mg/ kgBB peroral, untuk anakanak, diberikan di OK. 2. Induksi dan Intubasi : • Hindari penggunaan Ketamine karena akan meningkatkan tekanan darah, sehingga meningkatkan tekanan Intra Oculer. • Hindari penderita tegang (Straining), batuk, muntah, obstruksi nafas. • Induksi dengan : - Thiopental 2,5 % Intravena. - Muscle Relaxant: Nurcuron/ Tracrium untuk fasilitas intubasi. 22
- O2 / NzO / Halothan/ Ethrane/ Isoflurane dengan ventilasi spontan/ Kontrol. 3. Monitoring : • Nadi Bradikardia atau aritmia karena Oculo cardiac reflek. • Tekanan Darah Pertahankan Tekanan Darah dalam batas normal karena kenaikan tekanan darah akan menyebabkan kenaikan tekanan Intra oculer. • Hindari pasien bangun selam anestesi (Light anestesi) karena dengan anestesi yang dalam akan menurunkan tekanan Intra oculer. • Hiperventilasi akan menurunkan tekanan Intra oculer.
DIAGNOSIS
ANESTESI PADA OPERASI KEBIDANAN
ANESTESI PADA
Pada Operasi Kebidanan didapatkan :
OPERASI KEBIDANAN
A. Masalah umum pada penderita hamil: 1. Faktor Ibu : • Regurgitasi dan aspirasi asam lambung. • Hipotensi karena kompresi pada Aorta dan Vena cava. 23
• Hipoksemia karena metabolic rate meningkat dan menurunkan FCR (Functional Residual Capacity). • Kemungkinan sulit Intubasi. • Perdarahan karena Atonia Uteri. • Awareness. 2. Faktor Janin : • Depresi janin karena obat-obatan yang melalui sawar placenta. • Hipoksia janin karena : - Hipoksia Ibu. - Hipotensi. - Kompresi Aorta dan Vena cava. . - Vasokonstriksi uterus. B. Penilaian dan pemeriksaan pra-anestesi : 1. Penilaian Pra - Anestesi : a. Visile Pra - Anestesi: - Adanya penyakitjantung. - Adanya perdarahan Ante partum dengan Hipovolemia. - Adanya Pre Eklampsia/ Eklampsia, - Adanya Diabetes Mellitus. - Adanya masalah intubasi. b. Pemeriksaan penderita terutama untuk : - Jantung. - Paru-paru - Nadi. - Tekanan Darah. - EKG. - Laboratorium : • Rutin. • Khusus. 2. Persiapan Anestesi : a. Premedikasi : 24
H2 Antagonis untuk mengurangi sekresi asam lambung. Dapat diberikan Metochlorpramide 10 mg peroral atau intravena, 1 – 2 jam sebelum dilakukan induksi. b. Karena pada operasi kebidanan (Sectio Caesaria) biasanya bersifat Cito (Emergency), sehingga pasien sering tidak puasa. Oleh karena itu, untuk menghindari regurgitasi dan aspirasi cairan lambung sebaiknya dipasang NGT. c. Karena pada wanita hamil kemungkinan sulit intubasi sangat besar, maka untuk antisipasi kegagalan intubasi disediakan mandrain dan Blade laryngoscope berbagai ukuran. C. Penatalaksanaan Anestesi : 1. Anestesi Umum : • Pasien diletakkan terlentang dengan bokong kiri lebih rendah daripada yang kanan. • Diberikan Pre-oksigenasi dengan O2 100 % selaina 3 -5 menit sebelum dilakukan Induksi. •
Intubasi dan induksi dilakukan bila operator (Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan) sudah siap, dengan cara induksi cepat (Crush Induction) dengan penekanan Cricoid (Selleck Manuver). Induksi dilakukan dengan menggunakan : - Thiopental (Pentothal) : 4 -5 mg/ kgBB/ propotal 23mg/kkBB
- Succinyl choline/ Quelicine : 1 mg/ kgBB. - Ketamine : 1 mg/ kgBB sebagai pengganti Pentothal pada pasien Hipovolemia atau asma. • Operasi dimulai setelah intubasi. Hiperventilasi yang berlebihan harus dihindari karena dapat mengurangi aliran darah Uterus (Uterine Blood Flow) yang berhubungan dengan Asidosis janin. • N2O : O2 -^ 50 % : 50 % dengan konsentrasi Volatile (Gas 25
anestesi) yang rendah. • Digunakan pelumpuh otot (Muscle Relaxant) dengan lama kerja yang sedang (Intermediate), seperti : - Vervuronium : 0,05 mg/kgBB. - Atracurium : 0,05 mg/kgBB. • Setelah bayi lahir diberikan : - Opioid (Pethidin): 1 mg/kgBB. - Oxytocin : 10-20 Unit kedalam cairan infus. • Setelah placenta lahir berikan : Methergin 0,2 mg secara intravena. • Pada akhir operasi dimana efek pelumpuh otot telah kembali dan nafas penderita telah spontan, NOT diangkat dan penderita di ekstubasi dalam keadaan sudah bangun. 2. Anestesi Regional : a. Kontra indikasi anestesi regional adalah : - Perdarahan ante-partum atau kecenderungan perdarahan. - Hipovolemia. - Sepsis lokal didaerah tempat permsukan jarum, deformitas tulang belakang atau penyakit Neuropati. - Pasien menolak. b. Subarachnoid block (Spinal) dapat dipakai pada prosedur elektif dan emergensi. c. Epidural block hanya cocok untuk operasi - operasi yang tidak urgent. d. Persiapan anestesi : - Berikan pre-load cairan RL atau NaCl sebanyak 500 -1000cc. - Siapkan obat-obatan Vasokonstriktor (Efedrine) 50 mg yang diencerkan dalam 10 cc Aquadest. e. Pasien biasanya diletakkan pada posisi Lateral Dekubitus, suntikkan larutan : 26
- Lidocaine Hiperbarik (5 %) 60 - 90 mg, atau - Bupivacaine Hiperbarik 12-15 mg dengan menggunakan jarum spinal No. 25 atau yang lebih kecil lagi. - Kemudian pasien diposisikan terlentang kembali dengan bokong kiri lebih rendah daripada kanan. f. Berikan Oksigen 2-3 liter/menit dan tekanan darah diukur tiap 1 - 2 menit sampai keadaan stabil. g. Bila terjadi penurunan tekanan darah lebih dari 30 % dari tekanan darah sebelum anestesi,berikan Vasokonstriksi (Efedrine) 5-10 mg intravena. h. Monitoring selama anestesi : - Periksa nadi dan tekanan darah tiap 3 menit sampai lahir dan 5 menit setelah itu. - Monitoring respirasi dan tingkat kesadaran. - Ukur jumlah kehilangan darah. - Bila nadi kurang dari 60 kali/menit Berikan Atropin 0,5 mg intravena. - Bila penurunan tekanan darah lebih dari 20 mmHg atau tekanan darah Sistolik dibawah 100 mmHg Berikan Efedrine 5 mg bolus sampai tekanan darah dapat diperbaiki. - Bila penderita mengeluh nyeri dada, beri Oksigen 100%.
DIAGNOSIS ANESTESI PADA
ANESTESI PADA OPERASI THT
OPERASI THT
1. Masalah Airway (jalan nafas).
Masalah yang dihadapi : Mempertahankan dan melindungi jalan nafas / airway sementara operasi berlangsung. 2. Memperkecil perdarahan. A. TonsilektomL 27
a. Persiapan pasien. • Visite pra-anestesi : - Anamnesa. - Pemeriksaan fisik. - Laboratorium : Darah Rutin. • Premedikasi: - Sulfas Atropin : 0,005 mg/kgBB intravena. - Dormicum : 0,5 mg/kgBB peroral, untuk anak-anak dibawah 5 tahun. b. Penatalaksanaan Anestesi : • Kanulasi intravena. • Pre oksigenasi paling sedikit selama 5 menit sebelum induksi anestesi. • Induksi dan intubasi dengan : - Thiopental (Pentothal): 5 mg/kgBB daa - Succinyl choline / Quelicine ; 1 mg/kgBB kemudian dilakukan intubasi. - Analgetik dengan Opioid (Pethidin): 1 mg/kgBB bila menggunakan mesin N2O. - Kepala ditinggikan dengan posisi ekstensi dengan meletakkan bahu dibawah siku. - Yakinkan patensi dan posisi tube Endotracheal setelah posisi kepala dan pemasangan Mouth Gag. - Memperkecil perdarahan dengan memposisikan kepala lebih tinggi dan memberikan smooth anestesi. • Pasca Bedah : -
Bersihkan mulut, pharynx dan pasase hidung.
-
Ekstubasi tube hanya dilakukan setelah ada reflek batuk dengan posisi kepala lebih rendah dan posisi miring.
B. Operasi Telinga : 28
• Persiapan pasien : Sama dengan persiapan operasi THT lainnya. • Penatalaksanaan Anestesi : - Induksi dan Intubasi sama dengan operasi untuk THT lainnya. - Memperkecil perdarahan dengan memposisikan kepala lebih tinggi, IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation) dengan pelumpuh otot (Muscle Relaxant) dan Halotan. - Karena N2O lebih larut dalam darah dan sifatnya mengisi rongga lebih ccpat, maka selama dilakukan Tympanoplasty, penggunaan N2O sebaiknya dihentikan saat 5 menit sebelum penempatan graft. • Pasca Bedah : - Sering terjadi mual dan muntah sehingga perlu dipertimbangkan penggunaan antiemetik profilaksis. C. Operasi Hidung : • Persiapan Anestesi: Sama dengan persiapan operasi THT yang lainnya. • Penatalaksanaan Anestesi : - Induksi dan intubasi sama dengan operasi THT yang lainnya. - Lindungi jalan nafas (Airway) dengan balon tube Endotracheal atau Pack Pharyngeal. - Kurangi perdarahan dengan posisi kepala lebih tinggi dan IPPV (Intermitten Positive Pressure Volume). - Mempertahankan ventilasi dan Oksigenasi yang baik. - Monitoring Tekanan Darah, nadi, respirasi dan perdarahan selama operasi berlangsung. - Ekstubasi setelah ada reflek batuk. • Pasca Bedah : Pakai Oropharyngeal airway (Mayo) karena pasase hidung tersebut dengan pack.
29