BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Di Indonesia, mastektomi masih merupakan andalan pengobatan kanker payudara. namun, tidak mudah untuk melakukan mastektomi. Ada banyak konsiderasi yang harus dipikirkan dengan matang. Salah satunya adalah kehidupan setelah operasi pengangkatan. Seperti dilansir pinkribbon.org, operasi pengangkatan akan memberikan pera saan lega, sekaligus ketakutan. Penderita akan lega, karena mereka memiliki resiko terkena kanker lebih rendah. Disisi lain, penderita juga ketakutan. Salah satu ketakutan itu adalah ketakutan atas tumbuh kembalinya sel kanker. Untungnya, penderita akan mampu menghadapi ketakutan mereka, karena mereka akan bertemu dokter dan perawat setiap hari. Dengan kata lain, kesehatan mereka lebih terpantau. Namun, rasa takut akan mulai muncul ketika mereka dalam masa kontrol. Dalam masa kontrol, pasien tidak bertemu dokter setiap hari, melainkan sesuai dengan jadwal. ereka akan bertemu dokter lagi dalam waktu ! hingga " bulan. Setelah # tahun, maka pertemuan hanya akan satu tahun sekali. $erlebih, $erlebih, para pasien akan mengalami perubahan dalam hidup mereka, terutama dalam pola makan, hubungan seksual, dan kehamilan. Pada masa itu mereka kembali beradaptasi, dan sering merubah pola pikir. Pada masa itu, keluarga berperan penting dalam membantu pasien menerima diri sendiri. Usaha%usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dengan penggunaan obat dalam prosedur pembedahan pembedahan telah dilakukan sejak jaman kuno, termasuk dengan pemberian ethanol dan opium &opiate' secara oral. Pembuktian ilmiah pertama dari penggunaan obat anestesi untuk pembedahan dilakukan oleh (illiam (illiam orton di )oston pada pada tahun *+!" dengan menggunakan diethyl eter. Sedangkan istilah anestesi dikemukakan pertama kali oleh .(. -olmes yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestesi Anestesi yang dilakukan dahulu oleh orang esir menggunakan narkotik, orang ina menggunakan cannabis Indica, dan pemukulan kepala dengan tongkat kayu untuk menghilangkan kesadaran. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu / &*' anestesi umum dan &0' anestesi lokal. )erikut ini akan dijelaskan mengenai anestesi umum dan anestesi lokal. 1.2 Rumusan Masalah
1
)erdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penulisan karya tulis ilmiah ini adalah 1)agaimana untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dengan penggunaan obat
anestesi dalam prosedur pembedahan dengan kasus mastektomi . 1.3 Tujuan Penulsan 1.3.1 Tujuan Umum !
Penulis dapat memperoleh gambaran tentang teknik anestesi umum pada kasus mastektomi. 1.3.2 Tujuan "husus !
Diharapkan penulis mampu/ a. enggambarkan hasil general anestesi pada kasus mastektomi. 1.# Man$aat Penulsan
an2aat penulisan makalah3pe2er ini adalah/ a. )agi 4umah Sakit -asil karya tulis diharapkan menjadi in2ormasi serta sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan anestesi pada kasus mastektomi b. )agi klien dan keluarga Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami anestesi pada kasus mastektomi
2
BAB II TIN%AUAN PU&TA"A 2.1. De$ens Maste't(m)
&mastectomy' adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat pa yudara. Di masa lalu, mastektomi radikal dengan pengangkatan seluruh payudara merupakan penanganan standar kanker payudara. Namun kemajuan medis selama 05 tahun terakhir ini telah memberi lebih banyak pilihan bagi wanita penderita kanker payudara. Salah satu pilihan tersebut bernama breast-conserving therapy &)$' atau terapi penyelamatan payudara. Pilihan ini akan membawa wanita untuk dapat memilih prosedur yang lebih mengarah pada pencapaian e2ekti6itas penanganan. $ipe mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung pada beberapa 2 aktor, meliputi / *. Usia 0. 7esehatan secara menyeluruh 8. Status menopause !. Dimensi tumor #. $ahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya ". Stadium tumor dan keganasannya 9. Status reseptor homon tumor +. Penyebaran tumor telah mencapai simpul lim2e atau belum 2.2. Be*era+a t+e mastekt(m )ang a,a +a,a saat n
*. astektomi Pre6enti2 (Preventive Mastectomy)
3
(anita yang memiliki 2aktor genetik atau risiko keturunan kanker payudara yang tinggi dapat memilih pembedahan mastektomi pre6enti2. astektomi pre6enti2 disebut juga prophylactic mastectomy. perasi ini dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan puting. Atau berupa subcutaneous mastectomy, dimana seluruh payudara diangkat namun puting tetap dipertahankan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan kanker payudara dapat dikurangi hingga :5; atau lebih setelah mastektomi pre6enti2 pada wanita dengan risiko tinggi. 7adang wanita pengidap kanker payudara di salah satu payudaranya akan memutuskan untuk menjalani mastektomi pre6enti2 untuk mengangkat payudara satunya. -al ini mampu mengurangi peluang kembalinya &kambuhnya' kanker payudara. Pada beberapa kasus kedua payudara diangkat. Pengangkatan kedua payudara ini disebut double mastectomy. 4ekonstruksi &pengembalian kondisi dan penampilan' payudara dapat dialkukan pada saat dilakukan mastectomy pre6enti2. 4ekonstruksi ini disebuat sebagai immediate reconstruction &rekonstrusi segera'. Dapat juga dijadwalkan sesudah beberapa waktu kemudian. 4ekonstruksi ini disebut delayed reconstruction &rekonstruksi tertunda'. Dokter biasanya menggunakan implant sintetis atau jaringan pengganti yang diambil dari bagian tubuh yang lain. 0. astektomi Sederhana atau $otal (Simple or Total Mastectomy) astektomi dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya, namun simpul lim2e masih dipertahankan. Pada beberapa kasus, sentinel node biopsy terpisah dilakukan untuk membuang satu sampai tiga simpul lim2e pertama 8. astektomi 4adikal $ermodi2ikasi (Modified Radical Mastectomy) $erdapat prosedur yang disebut modified radical mastectomy &4'% mastektomi radikal termodi2ikasi. 4 memberikan trauma yang lebih ringan daripada mastektomi radikal, dan saat ini banyak dilakukan di Amerika.Dengan 4, seluruh payudara akan diangkat beserta simpul lim2e di bawah ketiak, tetapi otot pectoral &mayor dan minor' < otot penggantung payudara < masih tetap dipertahankan. 7ulit dada dapat diangkat dapat pula dipertahankan, Prosedur ini akan diikuti dengan rekonstruksi payudara yang akan dilakukan oleh dokter bedah plastik.
4
!. astektomi 4adikal (Radical Mastectomy) astektomi radikal merupakan pengangkatan payudara =komplit>, termasuk puting. Dokter juga akan mengangkat seluruh kulit payudara, otot dibawah payudara, serta simpul lim2e &getah bening'. 7arena mastektomi radikal ini tidak lebih e2ekti2 namun merupakan bentuk mastektomi yang lebih =ekstrim> , saat ini jarang dilakukan. Selama melakukan mastektomi dan mengangkat tumor, dokter akan menentukan apakah kanker telah menyebar. Prosedur ini disebut pentahapan &staging'. Setelah tahapan kanker ditentukan, dokter akan menentukan penanganan lanjutan yang harus dilakukan pasien, termasuk terapi radiasi, kemoterapi, dan atau pengobatan. )eberapa wanita memilih untuk melakukan bedah rekonstruksi payudara segera setelah mastektomi. Namun demikian, ini membawa risiko tersendiri sehingga harus berkonsultasi dengan dokter. #. astektomi Parsial atau Segmental (Partial or Segmental Mastectomy) Dokter dapat melakukan mastektomi parsial kepada wanita dengan kanker payudara stadium I dan II. astektomi parsial merupakan breast%conser6ing therapy% terapi penyelamatan payudara yang akan mengangkat bagian payudara dimana tumor bersarang. Prosedur ini biasanya akan diikuti dengan terapi radiasi untuk mematikan sel kanker pada jaringan payudara yang tersisa. Sinar ? berkekuatan penuh akan ditembakkan pada beberapa bagian jaringan payudara. 4adiasi akan membunuh kanker dan mencegahnya menyebar ke bagian tubuh yang lain. Pada beberapa kasus, akan lebih banyak pembedahan dilakukan setelah mastektomi parsial. 7adang, jika sel kanker masih ada dalam jaringan payudara, dokter akan mengangkat seluruh payudara.
". Quandrantectomy
5
$ipe lain dari mastektomi parsial disebut @uadrantectomy. Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan payudara dibandingkan dengan lumpektomi. astektomi tipe ini akan mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk kulit dan jaringan konekti2 &breast 2ascia'. Dokter juga akan melakukan prosedur terpisah untuk mengangkat beberapa atau seluruh simpul lim2e, dengan aillary node dissection atau sentinel node biopsy.
9. Lumpectomy atau sayatan lebar erupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan normal di sekitarnya. Bumpektomi &lumpectomy' hanya mengangkat tumor dan sedikit area bebas kanker di jaringan payudara di sekitar tumor. Cika sel kanker ditemukan di kemudian hari, dokter akan mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur ini disebuat re%ecision &terjemahan / pengirisan3penyayatan kembali'. +. !cisional "iopsy )iopsi dengan sayatan juga mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan normal di sekitarnya. 7adang, pembedahan lanjutan tidak diperlukan jika biopsy dengan sayatan ini berhasil mengangkat seluruh tumor. 2.3. In,kas (+eras
*. 7anker payudara stadium dini &I,II' 0. 7anker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu 8.7eganasan jaringan lunak pada payudara. 2.#. "(ntra n,kas (+eras
*.$umor melekat dinding dada 6
0. dema lengan 8. Nodul satelit yang luas !. astitis in2lamatoar 2.-. Tekhnk (+eras
Secara singkat tekhnik operasi dari mastektomi radikal modi2ikasi dapat dijelaskan sebagai berikut/ *. Penderita dalam general anaesthesia, lengan ipsilateral dengan yang dioperasi diposisikan abduksi :55, pundak ipsilateral dengan yang dioperasi diganjal bantal tipis. 0. Desin2eksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan leher, bagian bawah sampai dengan umbilikus, bagian medial sampai pertengahan mammma kontralateral, bagian lateral sampai dengan tepi lateral skapula. Bengan atas didesin2eksi melingkar sampai dengan siku kemudian dibungkus dengan doek steril dilanjutkan dengan mempersempit lapangan operasi dengan doek steril 8. )ila didapatkan ulkus pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup dengan kasa steril tebal & buick gaas' dan dijahit melingkar. !. Dilakukan insisi &macam
7
9. Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran 7F) aksila Be6el I &lateral m. pektoralis minor', Be6el II &di belakang m. Pektoralis minor' dan le6el III & medial m. pektoralis minor'. Diseksi jangan lebih tinggi pada daerah 6asa aksilaris, karena dapat mengakibatkan edema lengan. Gena%6ena yang menuju ke jaringan mamma diligasi. Selanjutnya mengidenti2ikasi 6asa dan n. $horacalis longus, dan thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. 7F) internerural selanjutnya didiseksi dan akhirnya jaringan mamma dan 7F) aksila terlepas sebagai satu kesatuan &en bloc' +. Bapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 5,:;. :. Semua alat%alat yang dipakai saat operasi diganti dengan set baru, begitu juga dengan handschoen operator, asisten dan instrumen serta doek sterilnya. *5. 6aluasi ulang sumber perdarahan **. Dipasang 0 buah drain, drain yang besar & redon no. *!' diletakkan dibawah 6asa aksilaris, sedang drain yang lebih kecil & no.*0' diarahkan ke medial. *0. Buka operasi ditutup lapais demi lapis 2.. "(m+lkas (+eras Dn !
< pendarahan, < lesi n. $horacalis longus
wing scapula
< Besi n. $horacalis dorsalis. Lam*at !
< in2eksi < nekrosis 2lap < #ound dehiscence
8
< seroma < edema lengan < kekakuan sendi bahu
kontraktur
2./. M(rtaltas
hampir tidak ada
2.0. Peraatan +as'a *e,ah
Pasca bedah penderita dirawat di ruangan dengan mengobser6asi produksi drain, memeriksa -b pasca bedah. 4ehabilitasi dilakukan sesegera mungkin dengan melatih pergerakan sendi bahu. Drain dilepas bila produksi masing%masing drain H 05 cc30! jam. Umumnya drain sebelah medial dilepas lebih awal, karena produksinya lebih sedikit. Cahitan dilepas umumnya hari ke*5 s3d *!.
3.1. Pengertan Anestes umum
adalah hilang rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Anestesi digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan , merintangi rangsangan nyeri &analgesia', memblokir reaksi re2leks terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan pelemasan otot &relaksasi'. Anestesi umum yang kini tersedia tidak dapat memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka pada anestesi untuk pembedahan umumnya digunakan kombinasi hipnotika, analgetika, dan relaksansia otot.
3.2. &)arat I,eal Anastes Umum ,an ara kerja ,an ttk tangka+ kerja (*at
Syarat Ideal Anastesi Umum 9
a' emberi induksi yang halus dan cepat. b' $imbul situasi pasien tak sadar 3 tak berespons c' $imbulkan keadaan amnesia d' -ambat re2leks%re2leks e' $imbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot perna2asan. 2' -ambat persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesia yang cukup untuk tempat operasi. g' )erikan keadaan pemulihan yang halus cepat dan tak timbulkan S yang berlangsung lama
3.3 Tujuan Preme,kas Dan P(sme,kas
7riteria analgetika yang baik adalah mulai kerja cepat tanpa e2ek samping &seperti kegelisahan' dan tidak merangsang mukosa. )egitu pula pemulihannya harus cepat tanpa e2ek sisa, seperti perasaan kacau,mual dan muntah juga tidak boleh meningkatkan pendarahan kapiler selama pembedahan. 7arena tidak dikenal obat yang memiliki semua si2at ini, biasanya anestetikum dikombinasi dengan obat obat pembantu yang diberikan kepada pasien sebagai premedikasi lebih kurang * jam sebelum induksi dimulai. Premedikasi dilakukan dengan maksud / a' Meniadakan kegelisahan sering digunakan morfin atau petidin juga sedati6e seperti $lorproma%in& dia%epam atau thiopental b' Menghentikan sekresi ludah dan dahak yang dapatmengakibatkan kejang kejang berbahaya di tenggorok. ang banyak digunaka adalah atropine dan s$opolamin(bersama morfin) c' Memperkuat efek anestetik , sehingga anestesi bekerja lebih dalam dan atau dosis nya dapat diturunkan d) Memperkuat relaksasi otot, selama narkosa dapat dicapai dalam permberian pula rela$sansia otot seperti tubo$urarin dan galamin(fla!edil) Premedikasi diberikan untuk menghilangkan e2ek samping seperti perasaan gelisah dan mual. Untuk maksud ini digunakan klorpromaJin atau antie metikum lain, misalnya ondansetron. )A$ P4DI7ASI a' Sul2as atropin 5,0# mg / Antikolinergik Atropin dapat mengurangi sekresi dan merupakan obat pilihanutama untuk mengurangi e2ek bronchial dan kardial yang berasal dariperangsangan parasimpatis, baik akibat obat atau 10
anestesikummaupun tindakan lain dalam operasi. Disamping itu e2ek ainnya adalah melemaskan tonus otot polos organ%organ dan menurunkanspasme gastrointestinal. Perlu diingat bahwa obat ini tidak mencegah timbulnya laringospame yang berkaitan dengan anestesi umum. Setelah penggunaan obat ini &golongan baladona' dalam dosisterapeutik ada perasaan kering dirongga mulut dan penglihatan jadikabur. 7arena itu sebaiknya obat ini tidak digunakan untuk anestesi regional atau lokal. Pemberiannya harus hati%hati pada penderitadengan suhu diatas normal dan pada penderita dengan penyakit jantung khususnya 2ibrilasi aurikuler.Atropin tersedia dalam bentuk atropin sul2at dalam ampul 5,0#mg dan 5,#5 mg. Diberikan secara suntikan subkutis, intramuscular atau intra6ena dengan dosis 5,#%* mg untuk dewasa dan 5,5*#mg3kg)) untuk anak%anak. b' -ipnoJ 0 mg &idaJolam' / obat penenang&trans@uilaiJer' idaJolam adalah obat induksi tidur jangka pendek untukpremedikasi, induksi dan pemeliharaan anestesi . Dibandingkandengan diaJepam, midaJolam bekerja cepat karena trans2ormasimetabolitnya cepat dan lama kerjanya singkat. Pada pasien orang tuadengan perubahan organik otak atau gangguan 2ungsi jantung danperna2asan, dosis harus ditentukan secara hati%hati. 2ek obat timbuldalam 0 menit setelah penyuntikan.Dosis premedikasi dewasa 5,59%5,*5 mg3kg)), disesuaikandengan umur dan keadaan pasien. Dosis laJim adalah # mg. padaorang tua dan pasien lemah dosisnya 5,50#%5,5# mg3kg)).2ek sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyutnadi dan perna2asan, umumnya hanya sedikit c' edantron ! mg &ndansentrone' Suatu antagonis reseptor serotonin # < -$ 8 selekti2. )aik untukpencegahan dan pengobatan mual, muntah pasca bedah. 2ek samping berupa ipotensi, bronkospasme, konstipasi dan sesak na2as.Dosis dewas 0%! mg. )A$ INDU7SI a. $racrium 05 mg &Atracurium' / nondepolarisasi Pelumpuh otot nondepolarisasi &inhibitor kompetiti2, takikurare'berikatan dengan reseptorni kotinik%kolinergik. Posmedikasi dilakukan dengan maksud / Diberikan untuk menghilangkan e2ek samping spt perasaan gelisah dan mual.Digunakan klorpromaJin atau antiemetika lain $ujuan Premedikasi / *. enenangkan penderita 11
0. engurangi rasa sakit 8. emudahkan induksi !. engurangi dosis obat% obat anestesi #. enngurangi re2leks yang tidak diinginkan ". engurangi sekresi kelainan mulut K saluran na2as 9. encegah mual dan muntah pasca bedah +. encegah penderita ingat situasi selama operasi & menciptakan amnesia '
bat < obatan Premedikasi / *. Sedati6a, trans@uiliJer 0. Analgetika narkotika 8. Alkaloid belladona / % Anti sekresi % engurangi e2ek 6agal terhadap jantung dari obat%obat % Impuls a22erent abdomen, thora, mata !. Anti emetic
3.#. Pengg(l(ngan Anestes Umum
Anestesi Umum / a. Anestetik Inhalasi / gas tertawa, halotan, en2luran, iso2luran dan se6o2luran. bat obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran na2as. 7euntungannya adalah resorpsi yang cepat melalui paru paru seperti juga ekskresinya melalui gelembung paru paru &al6eoli' yang biasanya dengan keadaan utuh . pemberiannya mudah dipantau dan bila perlu setiap waktu dapat dihentikan. bat ini terutama digunakan untuk memelihara anestesi. Dewasa ini senyawa kuno eter, kloro2orm, trikoletiren dan siklopropan praktis tidak digunakan lagi karena e2ek sampingnya. b. Anestetik Intra6ena / thiopental, diaJepam dan midaJolam, ketamine dan propo2ol. bat obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria secara rektal, tetapi resorpsinya kurang teratur. $erutama digunakan untuk mendahului &induksi' anestesi local atau memeliharanya juga sebagai anestesi pada pembedahan singkat.
3.- ara Pem*eran Anestes Umum
Anestesi umum dapat diberikan secara inhalasi atau injeksi intra6ena.
12
1. Anestes nhalas / halotan, en2luran, iso2luran, se6o2luran, des2lurane, dan methoy2lurane
merupakan cairan yang mudah menguap. bat%obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran napas. ara pemberian anestesi inhalasi/ L 4+en ,r(+ meth(,! Jat anestesi diteteskan pada kapas yang diletakkan di depan hidung penderita sehingga kadar Jat anestesi yang dihisap tidak diketahui dan pemakaiannya boros karena Jat anestesi menguap ke udara terbuka. L &em(+en ,r(+ meth(,/ cara ini hamper sama dengan open drop, hanya untuk mengurangi terbuangnya Jat anestesi maka digunakan masker. L &em'l(se, meth(,/ udara yang dihisap diberikan bersamaan oksigen yang dapat ditentukan kadarnya. 7euntungan cara ini adalah dalamnya anestesi dapat diatur dengan memberikan Jat anestesi dalam kadar tertentu dan hipoksia dapat dihindari dengan pemberian 0. L l(se, meth(,/ hampir sama seperti semiclosed, hanya udara ekspirasi dialirkan melalui Na- yang dapat mengikat 0, sehingga udara yang mengandung anestesi dapat digunakan lagi. ara ini lebih hemat, aman, dan lebih mudah, tetapi harga alatnya cukup mahal. Cenis%jenis anestesi inhalasi generasi pertama seperti ether, cyclopropane, dan chloro2orm sudah tidak digunakan lagi di negara%negara maju karena si2atnya yang mudah terbakar &misalnya ether dan cyclopropane' dan toksisitasnya terhadap organ &chloro2orm'. 2. Anestes Intra5ena . )eberapa obat digunakan secara intra6ena & baik sendiri atau
dikombinasikan dengan obat lain' untuk menimbulkan anestesi, atau sebagai komponen anestesi berimbang &balanced anesthesia', atau untuk menenangkan pasien di unit rawat darurat yang memerlukan bantuan napas buatan untuk jangka panjang. Untuk anestesi intra6ena total biasanya menggunakan propo2ol.
3. "las$kas 4*at6 (*at Anestes Umum a. Anestes Inhalas
-alotan, en2luran, iso2luran, se6o2luran, des2lurane, dan methoy2lurane merupakan cairan yang mudah menguap.
Hal(thane
13
•
)au dan rasa tidak menyengat ,
•
7hasiat anestetisnya sangat kuat tetapi khasiat analgetisnya dan daya relaksasi ototnya ringan, yang baru adekuat pada anestesi dalam
•
-alotan digunakan dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan suatu relaksans oto, seperti galamin atau suksametonium.
•
7elarutannya dalam darah relati6e rendah induksi lambat, mudah digunakan, tidak merangsang mukosa saluran napas
•
)ersi2at menekan re2leks dari paring dan laring, melebarkan bronkioli dan mengurangi sekresi ludah dan sekresi bronchi
•
Eamakokinetik/ sebagian dimetabolisasikan dalam hati bromide, klorida anorganik, dan tri2luoacetik acid.
•
2ek samping/ menekan pernapasan dan kegiatan jantung, hipotensi, jika penggunaan berulang, maka dapat menimbulkan kerusakan hati.
•
Dosis/ tracheal 5,#%8 6;. En$luran
•
Anestesi inhalasi kuat yang digunakan pada berbagai jenis pembedahan, juga sebagai analgetikum pada persalinan.
•
emiliki daya relaksasi otot dan analgetis yang baik, melemaskan otot uterus
•
$idak begitu menekan SSP
•
4esorpsinya setelah inhalasi , cepat dengan waktu induksi 0%8 menit
•
Sebagian besar diekskresikan melalui paru%paru dalam keadaan utuh, dan sisanya diubah menjadi ion 2luoride bebas
•
2ek samping/ hipotensi, menekan pernapasan, aritmi, dan merangsang SSP. Pasca bedah dapat timbul hipotermi &menggigil', serta mual dan muntah, dapat meningkatkan perdarahan pada saat persalinan, S, dan abortus.
Is($luran 78(rane9 •
)au tidak enak
•
$ermasuk anestesi inhalasi kuat dengan si2at analgetis dan relaksasi otot baik
•
Daya kerja dan penekanannya thdp SSP M en2luran
•
2ek samping/ hipotensi, aritmi, menggigil, konstriksi bronkhi, meningkatnya jumlah leukosit. Pasca bedah dapat timbul mual, muntah, dan keadaan tegang 14
Sediaan / iso2luran 8%8,#; dlm 0 O N0%0 M induksi maintenance / 5,#;%8;
•
Des$luran
Dess2luran merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan e2ek klinisnya mirip
•
iso2luran. Des2luran sangat mudah menguap dibandingkan anestesi 6olatil lain, sehingga perlu
•
menggunakan 6aporiJer khusus &$%"'. •
$itik didihnya mendekati suhu ruangan &08.#'.
•
Potensinya rendah
•
)ersi2at simpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi
•
2ek depresi napasnya seperti iso2luran dan etran
•
erangsang jalan napas atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesi &e5($luran
•
erupakan halogenasi eter
•
Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan iso2luran
•
)aunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas
•
2ek terhadap kardio6askular cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia
•
2ek terhadap sistem sara2 pusat seperti iso2luran dan belum ada laporan toksik terhadap hepar Setelah pemberian dihentikan se6o2luran cepat dikeluarkan oleh badan
•
*. Anestes gas
*. Potensi ringan 0. Sukar larut dalam darah 8. N0 •
•
•
•
gas tdk berwarna, tdk berbau, lbh brt dp udara, dikombinasi dg 0 potensi anestetik lemah, induksi cepat e2ek analgesik baik &N0 05;' penggunaan lama / mual, muntah, lambat bangun ang termasuk dalam golongan ini adalh siklopropan. &kl(+r(+an
•
Anestesi gas yang kuat, berbau spesi2ik, tidak berwarna
15
•
Bebih berat daripada udara dan disimpan dalam bentuk cairan bertekanan tinggi.
•
udah terbakar dan meledak oleh karena itu, anestesi gas hanya digunakan pada closed methode.
'. Anestes Intra5ena
$ermasuk golongan ini adalah/ barbiturate &thiopental, methotheital' benJodiaJepine &midaJolam, diaJepam' opioid analgesic &morphine, 2entanyl, su2entanil, al2entanil, remi2entanil' propo2ol ketamin, suatu senyawa arylcyloheylamine yang dapat menyebabkan keadaan anestesi disosiati2 dan obat%obat lain & droperianol, etomidate, demedetomidine'.
Bar*turat
*.
)lokade sistem stimulasi di 2ormasi retikularis
0.
-ambat pernapasan di medula oblongata
8.
-ambat kontraksi otot. jantung, tdk timbulkan sensitisasi jantung thd ketekolamin
!.
Dosis anestesi / rangsang SSP dosis M depresi SSP
#.
Dosis / induksi M 0 mg3kg)) &i.6' dlm "5 dtk maintenance M Q dosis induksi o Na t(+ental !
•
Induksi / dosis tgt )), keadaan 2isik dan peny
•
Dws / 0%!ml lar 0,#; scr intermitten tiap 85%"5 dtk ad capaian ( "etamn
•
si2at analgesik, anestetik, kataleptik dg kerja singkat
•
analgesik kuat utk sistem somatik, lemah utk sistem 6iseral
•
relaksasi otot polos lurik &%', tonus meninggi
•
tingkatkan $D, nadi, curah jantung
•
7etamin sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersali6asi, nyeri kepala, pasca anestesi dapat menimbulkan mual%muntah, pandangan kabur, dan mimpi buruk. 7alau harus diberikan sebaiknya sebelumnya diberikan sedasi mdasolam &dormikum'
•
atau diaJepam &6alium' dengan dosis 5.* mg3kg intra6ena dan untuk mengurangi sali6asi diberikan sul2as atropin 5.55* mg3kg. Dosis bolus untuk induksi intra6ena adalah *%0 mg3kg dan untuk intramuskular 8%*5
•
mg.
16
•
7etamin dikemas dalam cairan bening dengan kepekatan *; &*mlM*5mg', #; &*mlM#5 mg' dan *5 ; &*mlM*55 mg' 8entanl ,an ,r(+er,(l
•
Analgesik K anestesi neuroleptik
•
7ombinasi tetap
•
Aman diberikan pd p yg alami hiperpireksia ok anestesi umum lain
•
Eentanil /masa kerja pendek, mula keja cepat
•
Droperidol / masa kerja lama K mula kerja lambat Pr(+($(l
•
Propo2ol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersi2at isotonik dengan kepekatan *; &* mlM*5 mg'.
•
Suntikan intra6ena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya dapat diberikan lidokain *%0 mg3kg intra6ena.
•
Dosis bolus untuk induksi 0%0.# mg3kg, dosis rumatan untuk anestesi intra6ena total !% *0 mg3kg3jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensi2 5.0 mg3kg.
•
Pengenceran propo2ol hanya boleh dengan dekstrosa #;.
•
Pada manula dosis harus dikurangi, pada anak H8 tahun dan pada wanita hamil tidak dianjurkan. Da:e+am
•
Suatu benJodiaJepine dengan kemampuan menghilangkan kegelisahan, e2ek relaksasi otot yang bekerja secara sentral, dan bila diberikan secara intra6ena bekerja sebagai antikejang. 4espon obat bertahan selama *0%0! jam menjadi nyata dalam 85%:5 mnt stlah pemberian scra oral dan *# mnt slah injeksi intra6ena.
•
7ontraindikasi/ hipersensiti2 terhadap benJodiaJepine, pemberian parenteral dikontraindikasikan pada pasien syok atau koma
•
ause tidur dan penurunan kesadaran disertai nistagmus, bicara lambat
•
Analgesik &%'
•
Sedasi basal pada anestesia regional, endoskopi, dental prosedure, induksi anestesia pd pasien kardio6askuler
•
2ek anestesia H ok mula kerja lambat, masa pemulihan lama L Utk premedikasi &neurolepanalgesia' K atasi kon6ulsi ok anestesi lokal L Dimetab mjd metabolit akti2 L $Q seiring bertambahnya usia 17
•
S / henti napas,2lebitis dan trombosis &O' &rute IG'
•
Dosis / induksi M 5,*%5,# mg3kg)) 4+(,
•
pioid &mor2in, petidin, 2entanil, su2entanil' untuk induksi diberikan dosis tinggi.
•
pioid tidak mengganggu kardio6askular, sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan kelainan jantung.
•
Untuk anestesi opioid digunakan 2entanil dosis induksi 05%#5 mg3kg, dilanjutkan dengan dosis rumatan 5.8%* mg3kg3menit.
3./ Taha+an Anestes
1. &ta,um 1 7analgesa9 •
Penderita mengalami analgesi,
•
4asa nyeri hilang,
•
7esadaran berkurang
2. &ta,um II 7,elrum;ekstas9 •
Penderita tampak gelisah dan kehilangan kesadaran
•
Penderita mengalami gerakan yang tidak menurut kehendak &tertawa, berteriak, menangis, menyanyi'
•
Golume dan kecepatan pernapasan tidak teratur
•
Dapat terjadi mual dan muntah
•
Inkontinensia urin dan de2ekasi sering terjadi
•
idriasis, hipertensi 3. &ta,um III 7anestesa+em*e,ahan;(+eras9
•
Pernapasan menjadi dangkal, cepat, dan teratur, seperti pada keadaan tidur &pernapasan perut'
•
Ferakan mata dan re2leks mata hilang 3 gerakan bola mata tidak menurut kehendak
•
tot menjadi lemas, misal kepala dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri dengan bebas lengan diangkat lalu dilepaskan akan jatuh bebas tanpa ditahan
#. &ta,um I< 7+aralss me,ula (*l(ngata9 18
•
7egiatan jantung dan pernapasan spontan terhenti.
•
$erjadi depresi berat pusat pernapasan di medulla oblongata dan pusat 6asomotor. $anpa bantuan respirator dan sirkulasi, penderita akan cepat meninggal. aka tara2 ini sedapat mungkin dihindarkan.
3.0 Mekansme "erja a. Anestes nhalas
Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan akti6itas neuron berbagai area di dalam otak. Sebagai anestesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang masing%masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, akti6itas, si2at melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat%cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudian diturunkan sampai hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran. 7euntungan anestesi inhalasi dibandingkan dengan anestesi intra6ena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anestesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas 3 uap yang diinhalasi.
*. Anestes ntra5ena
bat%obat intra6ena seperti thiopental, etomidate, dan propo2ol mempunyai mula kerja anestetis yang lebih cepat dibandingkan terhadap senyawa gas inhalasi yang terbaru, misalnya des2lurane dan se6o2lurane. Senyawa intra6ena ini umumnya digunakan untuk induksi anestesi. 7ecepatan pemulihan pada sebagian besar senyawa intra6ena juga sangat cepat.
3.= 8armak(knetka
Dalamnya anestesi ditentukan oleh konsentrasi anestesi di dalam susunan sara2 pusat. 7ecepatan pada konsentrasi otak yang e2ekti2 &kecepatan induksi anestesi' bergantung pada banyaknya 2armakokinetik yang mempengaruhi ambilan dan penyebaran anestesi. Eaktor tersebut menentukan perbedaan kecepatan trans2er anestesi inhalasi dari paru ke dalam darah serta dari darah ke otak dan jaringan lainnya. Eaktor%2aktor tersebut juga turut mempengaruhi masa pemulihan anestesi setelah anestesi dihentikan. Dipengaruhi 3 tek parsial Jat anestetik dlm otak. Eaktor penentu tekanan parsial /
19
1. Tekanan +arsal anestetk gas )ang ,ns+ras
Untuk mempercepat induksi / kadar gas yang diinspirasi harus lebih tinggi daripada
•
tekanan parsial yang diharapkan di jaringan Setelah tercapai, diturunkan untuk pertahankan anestesi
•
2.
-iper6entilasi dapat percepat masuknya gas anestetik ke sirkulasi K jaringan
•
Rat larut dalam darah / halothan 3. Pemn,ahan gas anestetk ,r al5e(l ke alran ,rh
embran al6eoli mudah dilewati gas anestetik secara di2usi dari al6eoli ke aliran darh
•
#. Pemn,ahan gas anestetk ,ar alran ,areh ke sel jarngan tu*uh
Caringan yang mempunyai aliran darah cepat, keseimbangan tekanan parsial lebih
•
mudah tercapai sehingga anestetik gas lebih mudah berpindah.
3.1>. 8armak(,namka
Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan akti6itas neuron berbagai area di dalam otak. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat%cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi. Senyawa intra6ena ini umumnya digunakan untuk induksi anestesi. 7ecepatan pemulihan pada sebagian besar senyawa intra6ena juga sangat cepat.
E$ek sam+ng
-ampir semua anestesi inhalasi yang mengakibatkan sejumlah e2ek samping dan yang terpenting adalah / *.
enekan pernapasan yang pada anestesi dalam terutama ditimbulkan oleh halotan, en2luran dan iso2luran. 2ek ini paling ringan pada N0 dan eter.
0.
enekan system kardio6askuler, terutama oleh halotan, en2luran dan iso2luran. 2ek ini juga ditimbulkan oleh eter, tetapi karena eter juga merangsang sistem sara2 simpatis, maka e2ek keseluruhannya menjadi ringan.
8.
erusak hati dan ginjal, terutama senyawa klor, misalnya kloro2orm.
!.
liguri &re6ersibel' karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal, sehingga pasien perlu dihidratasi secukupnya.
#.
enekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan kedinginan &menggigil' pasca%bedah. 20
)A) III P)A-ASAN !.*. Pre perati2 Sebelum dilakukan tindakan operasi sangat penting untuk dilakukan persiapan pre operasi terlebih dahulu untuk mengurangi terjadinya kecelakaan anastesi. 7unjungan terhadap pasien sebelum pasien dibedah harus dilakukan sehingga dapat mengetahui adanya kelainan diluar kelainan yang akan di operasi, menentukan jenis operasi yang akan di gunakan, melihat kelainan yang berhubungan dengan anestesi seperti adanya riwayat hipertensi, asma, alergi, atau decompensasi cordis. Selain itu, dengan mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan, dokter anestesi bisa menentukan cara anestesi dan pilihan obat yang tepat pada pasien. 7unjungan pre operasi pada pasien juga bisa menghindari kejadian salah identitas dan salah operasi.6aluasi pre operasi meliputi history taking &APB', pemeriksaan 2isik, dan
21
pemeriksaan laboratorium yang berhubungan. 6aluasi tersebut juga harus dilengkapi klasi2ikasi status 2isik pasien berdasarkan skala ASA. perasi yang elekti2 dan anestesi lebih baik tidak dilanjutkan sampai pasien mencapai kondisi medis optimal. Selanjutnya dokter anestesi harus menjelaskan dan mendiskusikan kepada pasien tentang manajemen anestesi yang akan dilakukan, hal ini tercermin dalam in2orm consent.-istory taking bisa dimulai dengan menanyakan adakah riwayat alergi terhadap makanan dan obat%obatan, alergi &mani2estasi dispneu atau skin rash' harus dibedakan dengan dengan intoleransi &biasanya mani2estasi gastrointestinal'. 4iwayat penyakit sekarang dan dahulu juga harus digali begitu juga riwayat pengobatan &termasuk obat herbal', karena adanya potensi terjadi interaksi obat dengan agen anestesi. 4iwayat operasi dan anestesi sebelumnya bisa menunjukkan komplikasi anestesi bila ada. Pertanyaan tentang re6iew sistem organ juga penting untuk mengidenti2ikasi penyakit atau masalah medis lain yang belum terdiagnosa.Pemeriksaan 2isik dan history taking melengkapi satu sama lain. Pemeriksaan 2isik dapat membantu mendeteksi abnormalitas yang tidak muncul pada history taking, sedangkan history taking membantu mem2okuskan pemeriksaan pada sistem organ tertentu yang harus diperiksa dengan teliti. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang sehat dan asimtomatik setidaknya meliputi tanda%tanda 6ital &tekanan darah, heart rate, respiratory rate, suhu'
dan pemeriksaan airway, jantung, paru%paru, dan system
musculoskeletal. Pemeriksaan neurologis juga penting terutama pada anestesi regional sehingga
bisa
diketahui
bila
ada
de2isit
neurologis
sebelum
diakukan
anestesi
regional.Pentingnya pemeriksaan airway tidak boleh diremehkan. Pemeriksaan gigi geligi, tindakan buka mulut, lidah relati2 besar, leher pendek dan kaku sangat penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan dalam melakukan intubasi. 7esesuaian masker untuk anestesi yang jelek harus sudah diperkirakan pada pasien dengan abnomalitas wajah yang signi2ikan. ikrognatia &jarak pendek antara dagu dengan tulang hyoid', insisi6us bawah yang besar, makroglosia, 4ange o2 otion yang terbatas dari $emporomandibular Coint atau 6ertebrae ser6ikal, leher yang pendek mengindikasikan bisa terjadi kesulitan untuk dilakukan intubasi trakeal. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak direkomendasikan pada pasien yang sehat dan asimtomatik bila history taking dan pemeriksaan 2isik gagal mendeteksi adanya abnormalitas. Namun, karena legitimasi hukum banyak dokter yang tetap memeriksa kadar hematokrit atau hemoglobin, urinalisis, serum elekrolit, tes koagulasi, elektrokardiogram, dan 2oto polos 22
toraks pada semua pasien.7lasi2ikasi status 2isik ASA bukan alat perkiraan risiko anestesi, karena e2ek samping anestesi tidak dapat dipisahkan dari e2ek samping pembedahan. Penilaian ASA diklasi2ikasikan menjadi # kategori. 7ategori ke%" selanjutnya ditambahkan untuk ditujukan terhadap brain%dead organ donor. Status 2isik ASA secara umum juga berhubungan dengan tingkat mortalitas perioperati2. 7arena underlying disease hanyalah satu dari banyak 2aktor yang berkontribusi terhadap komplikasi perioperti2, maka tidak mengherankan apabila hubungan ini tidak sempurna. eskipun begitu, klasi2ikasi satus 2isik ASA tetap berguna dalam perencanaan manajemen anestesi, terutama teknik monitoring. 7elas I / Pasien sehat tanpa kelainan organik, biokimia, atau psikiatri. 7elas II Pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang, tanpa limitasi akti6itassehari%hari. 7elas III / Pasien dengan penyakit sistemik berat, yang membatasi akti6itas normal. 7elas IG / Pasien dengan penyakit berat yang mengancam nyawa dan memerlukan terapi intensi2, dengan limitasi serius pada akti6itas sehari%hari. 7elas G / Pasien sekarat yang akan meninggal dalam 0! jam, dengan atau tanpa pembedahan.
-al penting lainnya pada kunjungan pre operasi adalah SI &surat iJin operasi.SI yang tertulis mempunyai aspek medikolegal dan dapat melindungi dokter bila ada tuntutan. Dalam proses consent perlu dipastikan bahwa pasien mendapatkan in2ormasi yang cukup tentang prosedur yang akan dilakukan dan resikonya.
!.0. Persiapan Feneral Anestesi *. ek sumber Fas &N 0, 0, Air' 0. ek sumber gas dari tembok ke mesin anestesi 8. Pastikan gas dari mesin ke sirkuit3reabreathing masuk !. Siapkan suction beserta slang canulenya #. Baringoskop lengkap dengan bladenya ". $$ 8 nomor 23
9. andrin3stilet +. Fudle3 mayo3 oro2aringeal :. lektroda 8 atau # buah *5. Spuit kosong #3*5cc untuk mengisi cu22 $$ **. Spuit *5cc, #cc, 8cc *0. A@ua injec. 0# ml *8. Plaster untuk 2iksasi $$ *!. 7alau perlu siapkan * buah magil corset &operasi bedah mulut' *#. Stetoskop untuk mengecek kedalaman $$ antara paru kiri dan paru kanan sama, suara na2as. !.8. Persiapan bat *. Premedikasi % SA &5,*%5,0 mg3kg ))' % idaJolam &5,59%5,* mg3kg ))' % Eentanyl &*%0 mg3kg ))' % Deamethason % ndansentron 0. bat%bat Induksi % 4eco2ol &0%0,# mg3kg ))' % 7etamin &*%0 mg3kg ))' 8. bat%bat 4elaan 24
% 4oculac &5,"%*,0 mg3kg ))' % Atracurium &5,#%5," mg3kg ))' % cron &5,5* mg3kg ))' !. Analgetik Post perasi % 7etorola * amp M 85 mg #. 4e6ersal3Penawar uskulo 4elaan % Prostigmin 0 amp % SA 0 amp ". bat% bat mergency % Aminophilin % phineprine % phedrine !.!. Persiapan pasien asukan pasien kedalam ruangan operasi, sebelum melakukan anestesi pastikan in2us pasien lancar agar terapy cairan dan pemberian obat%obatan anestesi tidak terganggu !.#. Pre edikasi Premedikasi ialah pemberian obat *%0 jam sebelum induksi anestesi dengan tujuan untuk
melancarkan
induksi,
rumatan
dan
bangun
dari
anesthesia
diantaranya/
eredakan kecemasan dan ketakutan,emperlancar induksi anesthesia, engurangi sekresi kelenjar
ludah
dan
bronkus,
eminimalkan
jumlah
obat
anestetik,
engurangi mual muntah pasca bedah, enciptakan amnesia engurangi isi cairan lambung. engurangi re2leks yang membahayakan.
25
!.". Induksi Induksi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan. Induksi dapat dikerjakan dengan intra6ena, inhalasi, intramuskular, atau rektal. !.9. Intubasi $indakan memasukan pipa trakea kedalam trakea melalui rima glottis, sehingga ujung distalnya berada kira%kira dipertengahan trakea antara pita suara dan bi2urkasio trakea. !.+. $eknik Intubasi % kiri pasien / laringoskop dalam posisi terbalik % kanan pasien / A)U bag, $ &endotrakeal tube', PA, spuit,plester % sebelum melakukan intubasi wajib dilakukan 6entilasi tekanan positi2 &G$A' 0 *55; dengan tujuan untuk mencegah -IP7SIA caranya dengan / 0 jari berada di atas sungkup muka, menekan sungkup muka kebawah, 8 jari lain berada di ramus mandibula, mengangkat mandibula ke atas, dengan gerakan lembut, kantung A)U bag ditekan sampai dada terangkat. % laringoskop dinyalakan % buka mulut dengan tangan kanan, gerakan jari menyilang &ibu jari menekan mandibula kebawah, jari telunjuk menekan maksila keatas' % pegang laringoskop dengan tangan kiri % masukan mulai dari sisi kanan kemudian menyingkirkan lidah kekiri % cari epiglotis. $empatkan ujung bilah laringoskop di 6alekula &pertemuan epiglotis dan pangkal lidah' % angkat epiglotis dengan ele6asi laringoskop ke atas& jangan menggunakan gigi seri atas sebagai tumpuan' untuk melihat plica 6ocalis
26
% bila tidak terlihat minta bantuan untuk melakukan )U4P pada cartilago cricoid sampai terlihat plica 6ocalis % masukan $$ sampai ujung proksimal cu22 $ melewati plica 6ocalis % kembangkan cu22 $ secukupnya &sampai tidak ada kebocoran udara' % cek dengan menggunakan stetoskop bandingkan suara na2as paru kanan dengan paru kiri % 2iksasi supaya tidak lepas.
BAB l< PENUTUP -.1 "esm+ulan
Anestesia adalah suatu keadaan depresi dari pusat % pusat sara2 tertentu yang bersi2at re6ersible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran hilang. Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi pemberian anestesi ataupun analgesi, pengawasan keselamatan pasien dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup &resusitasi', pearawatan intensi2 pasien gawat, pemberian terapi inhalasi, dan penanggulangan nyeri manahun. Anestesi terbagi atas 8 jenis yaitu anestesi local, anestesi regional dan anestesi umum. maising%masing jenis anestesi memiliki indikasi dan kontraindikasi serta memiliki keuntungan serta kerugian. 27
Sebelum melakukan tindakan anestesi diperlukan kunjungan pra anestesi yang bertujuan menentukan keadaan physis penderita, memilih teknik dan obat%obatan anestesi yang sesuai dengan keadaan penderita dan macam operasi, memperhitungkan bahaya3resiko anestesi yang mungkin terjadi. Sedangkan penilaian pra bedah terdiri atas anamnesis, pemeriksaan 2isik serta pemeriksaan laboratorium.
&mastectomy' adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat pa yudara. Di masa lalu, mastektomi radikal dengan pengangkatan seluruh payudara merupakan penanganan standar kanker payudara. Namun kemajuan medis selama 05 tahun terakhir ini telah memberi lebih banyak pilihan bagi wanita penderita kanker payudara. Salah satu pilihan tersebut bernama breast-conserving therapy &)$' atau terapi penyelamatan payudara. Pilihan ini akan membawa wanita untuk dapat memilih prosedur yang lebih mengarah pada pencapaian e2ekti6itas penanganan.
-.2 &aran •
Diharapkan pada tenaga kesehatan untuk menjelaskan tentang mastektomi
•
$enaga kesehatan harus memberikan penyuluhan pada masarakat supaya mereka tahu dan
dapat meningkatkan kondisi kesehatannya sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit kanker payudara
DA8TAR PU&TA"A
)runner dan Suddarth. 055*. 'epera#atan Medi$al "edah d. + Gol *. Penerbit )uk 7edokteran F. Cakarta. harles, C.4ee6es, dkk. 055*. "u$u 'epera#atan Medi$al "edah d. I. Salemba edika. Cakarta. 28
Doenges, arilynn . 0555. Rencana suhan 'epera#atan/ Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien d.8.F. Cakarta. ansjoer, Ari2, dkk. 0555. 'apita Sele$ta 'edo$teran d. 8 Cilid *. edia Aesculapius. Cakarta.
29