BIOSTRATIGRAFI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2016
BAB 1 Pengantar
Pengunaan foraminifera planktonik sebagai fosil indeks adalah hal yang dapat diterima. Kelimpahan foraminifera planktonik pada lingkungan laut, dan memiliki jarak stratigrafi yang pendek dari sekian banyak spesies, hal ini menyebabkan foraminifera dari kelompok ini menjadi sebuah petunjuk yang paling cocok dan terpercaya dalam analisa biostratigrafi. Foraminifera planktonik dalam pengunaannya yang praktis dalam biostratigrafi, awal pemunculannya terjadi pada kretasius awal. Kemudian berlanjut pada skala global, dan penggantian spesies yang cepat hingga recent. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir lonjakan publikasi yang terus meningkat muncul pada foraminifera planktonik. Banyak diantara spesies baru dan sub-spesies telah dideskripsi, banyak yang telah terbukti untuk menjadi fosil indeks. Jumlah dari variasi klasifikasi pada supraspecific level juga telah diusulkan pada tahun sekarang. Peragaan ini masih tidak disetujui secara hubungan genetik dan phylogenetik dari foraminifera planktonik. Selanjutnya, penulis pada umumnya tidak memgang cara pandang yang sama untuk mendefinisikan suatu spesies. Beragam perlakuan pada grup foraminifera pada stratigrafi terikat sehingga menyebabkan kebingungan. Hasil
tersebut
menyebabkan
ketidakmungkinan
pada
seorang
paleontologist
untuk
mempertanyakan seluruh publikasi data sesuai manfaat, tugas yang, di samping itu, tidak diberikan lebih mudah oleh mereka yang didistribusikan melalui sejumlah besar publikasi yang tersebar. Pada 1960, diputuskan untuk menyusun panduan yang dapat menyediakan definisi spesies secara jelas untuk memungkinkan operasional seorang paleontologist dari Royal Dutch/Shell Group untuk mengefektifkan penggunaan dari foraminifera planktonik dalam observasi yang lebih tepat dan
menyeragamkan
hasil
stratigrafi.
Lembaga
yang
memberikan
persetujuan
untuk
mempublikasikan pekerjaan ini adalah Bataafse Internationale Petroleum Maatschaappij N.V. Publikasi tersebut harus menyebutkan tidak ada klasifikasi yang sama. Banyak klasifikasi sudah dipublikasikan dan terbuka pandangan baru oleh SEM dan berharap penemuan baru dalam waktu dekat. Namun prinsip-prinsip yang dikemukakan dalam publikasi luar biasa dari Bolli telah banyak diadopsi. Pengunaan nama subspesifik telah ditinggalkan untuk menyatukan pemahaman antara paleontologis dengan seorang geologis. Pada prinsipnya , hal ini dilakukan adalah untuk determinasi umur dari planktonik.
Perhatian khusus harus diletakan pada ilustrasi spesies. Foraminifera planktonik berlimpah pada batuan carbonat, dimana hanya dapat dipelajari melalui sayatan tipis. Untuk alasan ini, model dari sayatan axial dari tiap spesies harus tersedia. Tambahan, pada sayatan tipis dari hard rock menunjukkan tipe himpunan plankton termasuk dimana mereka berguna. Harus diasdari bahwa distribusi foraminifera plantonik dikontrol oleh 7 faktor, salah satu faktor paling penting adalah pengaruh iklim. Zonasi foraminifera, terdiri dari 48 zona, diusulkan dalam panduan ini adalah satu-satunya data valid bagi lingkungan tropis dan sub tropis.
BAB II Dasar Penyusunan Zonasi
Postuma membagi zonasinya berdasarkan keterdapatan fosil foraminifera planktonik. Selain berdasarkan keterdapatan fosil foraminifera planktonik, Postuma membagi zo nasinya berdasarkan zonasi dari Blow (1969), dimana Postuma mengembangkan zonasi Blow yang sebelumnya sudah ada.
BAB III Penamaan, Pembahasan Marker Spesies Dan Korelasi Zonasi Postuma Dengan Blow