UNIVERSAL PRECAUTIONS
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI S1 K EPERAWATAN EPERAWATAN 2017/2018
1
TIM PENYUSUN : Kelompok 4
1. 2. 3. 4. 5. 6.
M. Rizal Payawan P Monica Nani Indriani Tandak P Anderson Vithaloka Asmarani Yuni Lestia
2
DAFTAR ISI
A. Pengertian Universal Precautions ............... .................................................................1 B. Ruang Lingkup Universal Precautios ........................................................................ 1 C. Sterilisasi .................................................................................................................. 3 D. Strategi untuk meningkatkan keselamatan petugas kesehatan.................................... 4 E. Tindakan yang tidak dianjurkan ................................................................................ 6 F. Pemilihan Alat Pelindung Diri ( APD ) Sesuai Dengan Jenis Pajanan ....................... 6
3
A. Pengertian Universal Precautions
Pengertian Kewaspadaan standar merupakan kewaspadaan yang terpenting, dirancang untuk diterapkan dalam perawatan seluruh pasien dalam rumah sakit, baik yang terdiagnosis infeksi, diduga terinfeksi atau kolonisasi (Maryunani, 2011). Kewaspadaan standar merupakan strategi utama pencegahan dan pengendalian infeksi, yang menyatukan ‘UP (Universal Precaution/Kewaspadaan Universal) dan BSI (kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh) (Maryunani, 2011). Universal Precautions adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat, pada semua tempat pelayanan dalam rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi. Universal Precautions perlu diterapkan dengan tujuan: 1.
Mengendalikan infeksi secara konsisten
2.
Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak terlihat seperti beresiko
3.
Mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien
4.
Asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya (Nursalam & Kurniawati, 2007).
B. Ruang Lingkup Universal Precautions
Menurut Maryunani (2011), ruang lingkup universal precaution (kewaspadaan universal) melingkupi : a. Ruang lingkup kewaspadaan universal terdiri dari : 1. Kebersihan tangan.
1
2. Sarung tangan.
3. Masker.
4. Pelindung mata/wajah.
5. Gaun/apron.
6. Peralatan perawatan pasien. 7. Pengendalian lingkungan (tata rumah tangga, sprei/selimut yang kotor). 8. Penanganan Linen. 9. Penanganan Limbah. 10. Kesehatan karyawan. 11. Penempatan pasien.
2
12. Hygiene respirasi/etika batuk.
13. Praktek menyuntik aman .
14. Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi.
b.Universal Precautions meliputi: 1. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai 2. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang 3. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain. 4. Pengelola jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan. 5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan. 6. Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang. 7. Pengelolaan linen.
C. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri. ada 3 cara yaitu : a. Metoda Dekontaminasi. Dekontaminasi didefinisikan untuk membuang kotoran (mencuci)dan membunuh virus HIV (merendam),yang di gunakan larutan klorin 0,5 % ( larutan pemutih) selama 10 menit. Larutan dapat diperoleh dengan cara : Klorin aktif : 5 g/ liter
Natrium hipoklorit : 100 ml/liter
Kalsium hipoklorit : 7 g/liter
Tablet NaDCC : 4 tab/ liter
Kloramin : 20 g / liter
Merendam tidak boleh lebih dari 10 menit karena bersifat korosif ( merusak bahan metal ). Selanjutnya alat-alat di c uci dengan air dan diikuti dengan proses sterilisasi.
3
b. Dengan Pemanasan Kering. Sterilisasi dengan pemanasan kering dengan menggunakan aliran listrik atau oven gas adalah metoda yang baik untuk alat alat yang tahan pada suhu 170 C (340 F ). Karena itulah metoda ini tidak baik untuk digunakan pada semperit plastik yang akan digunakan kembali. Walaupun listrik rumah atau oven yang menggunakan gas kering, cukup memadai untuk sterilisasi dengan pemanasan kering, tetapi cara ini hanya boleh di gunakan bila alat yang dirancang secara khusus untuk strelisasi ( autoclave atau strelisasi uap, lihat diatas ) tidak tersedia. Waktu yang dibutuhkan untuk strelisasi dengan menggunakan pemanasan kering adalah 2 jam , setelah suhu dari bahan yang disterilkan mencapai 170 C (340 F ) secara stabil. c. Desinfeksi Tingkat Tinggi Dengan Pendidihan. Desinfeksi tingkat tinggi dengan pendidihan akan tercapai bila alat-alat didihkan selama 20 menit, Ini adalah cara yang paling sederhana dan paling dipercaya untuk membunuh aktifitas hampir semua jasad renik yang berbahaya, termasuk HIV , bila alat-alat lain untuk sterilisasi tidak tersedia. Pendidihan atau merebus alat hanya boleh digunkan bila upaya sterilisasi dengan uap atau dengan pemanasan kering tidak tersedia. Virus Hepatitis B dihentikan aktifitasnya dengan merebusnya selama 20 menit. d. Pemeriksaan pasien 1.
Tidak mengidentifikasi seluruh pasien dengan HIV
2.
Mungkin menyebabkan rasa kurang aman yang semu antara pet ugas kesehatan
e. Pemeriksaan petugas kesehatan 1.
Gunakan prosedur yang khusus atau berbeda untuk pasien dengan HIV atau penyakit lain yang menyebar melalui darah
2.
Diskriminasi kearah atau perawatan yang berbeda atau staf dengan HIV atau penyakit lain yang menyebar melalui darah (Nursalam & Kurniawati, 2007).
D. Strategi Untuk Meningkatkan Keselamatan Petugas Kesehatan
Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usa ha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, da n kondisi pekerja 4
a.solusi mengatasi kecelakaan kerja
Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-barang dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan dari gangguan yang ditimbulkan oleh orangorang yang berlalu lalang di sekitarnya. Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih atau kuning dan tidak boleh dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada tempatnya.
Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang tidak beresiko kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa produksi berupa uap, maka faktor penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga harus diperhatikan
Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin atau lingkungan yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas kerjanya. Sepatu dan hak yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan kecelakaan. Memakai cincin di dekat mesin yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.
Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena terkesan merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena perusahaan memang tidak menyediakan alat pelindung diri tersebut.
Pelaksanaan universal precautions yang baku adalah: 1. Setiap orang (pasien atau petugas kesehatan) sangat berpotensi meningkatkan infeksi. 2. Cuci tangan. 3. Pakai sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka, mukosa, darah, bagian tubuh lain, instrument yang kotor, sampah yang terkontaminasi, dan sebelum melakukan prosedur inisiatif.
5
4. Gunakan alat pelindung diri (kacamata pelindung, masker muka dan celemek) untuk mencegah kemungkinan percikan dari tubuh (sekresi dan ekskresi) yang muncrat dan tumpah (misalnya saat membersihkan instrument dan benda lainnya). 5. Gunakan antiseptik untuk membersihkan selaput lendir sebelum pembedahan, pembersihan luka, atau pencucian ta ngan sebelum operasi dengan antiseptik berbahan alkohol. 6. Gunakan praktek keselamatan kerja, misalnya jangan menutup kembali jarum atau membengkokkan jarum setelah digunakan, jangan menjahit dengan jarum t umpul. 7. Pembuangan sampah infeksi ketempat yang aman. 8. Pada akhirnya, untuk semua alat yang terkontaminasi dilakukan dekontaminasi dan dibersihkan secara menyeluruh, kemudian disterilkan atau didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan mengguanakan prosedur yang ada.
E. Tindakan Yang Tidak Dianjurkan
1. Strerilisasi panas kering karena tergantung listrik dan waktu lama 2. Sterilisasi kimia karena waktu yang lama dan glutaraldehid-beracun 3. Merebus instrumen karena merupakan bentuk dari DTT 4. Menyimpan instrumen dalam antiseptik cair karena tidak efektif 5. Membakar instrumen tidak efektif
F. Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD) Sesuai Dengan Jenis Pajanan NO
Jenis Pajanan 1. Resiko sedang : kontak dengan kulit, tidak terpajan langsung dengan darah. 2. Resiko sedang: kemungkinan terpajan darah tidak cipratan.
1. 2. 1. 2. 3. 4. 5.
3. Resiko tinggi: kemungkinan terpajang darah dan kemungkinan terciprat perdarahan massif
6. 7. 1. 2. 3.
6
Contoh Infeksi Perawatan luka ringan
Pilihan APD Sarung tangan tindak esensional
Pemeriksaan pelvis Insersi IUD Melepas IUD Pemasangan kateter IV Penanganan specimen laboratorium Perawatan luka berat Ceceran darah Tindakan bedah mayor Bedah mulut Persalinan pervagina
1. Sarung tangan 2. Mungkin perlu gaun pelindung atau celemek
1. 2. 3. 4.
Sarung tangan Celemek Kacamata Masker
DAFTAR PUSTAKA
Aulia Putri, 2011.faktor – faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan Penerapan Kewaspadaan Universal oleh Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Universitas Andalas, Fakultas Kedokteran, Tes is, Padang.
7