DAFTAR ISI 1. Daftar Isi
....................................................................
1
....................................................................
2
....................................................................
4
....................................................................
21
....................................................................
33
2. BAB I Pendahuluan 3. BAB II Tinjauan Pustaka 4. BAB III Kasus 5. BAB IV Kesimpulan
6. Daftar Pustaka....................................................................
34
1
BAB I PENDAHULUAN Bantuan dokter kepada kalangan hukum yang paling sering dan sangat diperlukan adalah pemeriksaan korban untuk pembuatan Visum et Repertum (VeR) atau lebih sering disingkat ‘visum’ saja. Melalui jalur inilah umumnya terjalin hubungan antara pihak yang membuat dan memberi bantuan dengan pihak yang meminta dan menggunakan bantuan. Visum adalah jamak dari visa, yang berarti dilihat dan repertum adalah jamak dari repere yang berarti ditemukan atau didapati, sehingga terjemahan langsung dari VeR adalah ‘yang dilihat dan ditemukan’. Walaupun istilah ini berasal dari bahasa latin namun sudah dipakai sejak jaman belanda dan sudah demikian menyatu dalam bahasa indonesia dalam kehiduapn sehari-hari. Jangankan kalangan hukum dan kesehatan, masyarakat sendiripun akan segera menyadari bahwa visum pasti berkaitan dengan surat yang dikeluarkan dokter untuk kepentingan polisi dan pengadilan. Di Belanda sendiri istilah ini tidak dipakai. Ada usaha untk mengganti istilah VeR ini ke bahasa indonesia seperti yang terlihat dalam KUHAP, dimana digunakan istilah ‘keterangan’ dan ‘keterangan ahli’ untuk pengganti visum. Namun usaha demikian tidak banyak berguna karena sampai saat ini ternyata istilah visum tetap saja dipakai oleh semua kalangan. 1 Baik didalam Kitab Hukum Acara Pidana yang lama, yaitu RIB (Reglemen Indonesia yang diper-Baharui) maupun Kitab Undang-undah Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak ada satu pasalpun yang memuat perkataan VeR. Hanya didalam lembaran negara tahun 1937 no.350 pasal 1 dan pasal 2 yang menyatakan bahwa Visum et Repertum adalah suatu keterangan tertulis yang dibuat oleh 2
dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat pada benda yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara pidana. 2 Dari rumah sakit pemerintah maupun swasta sampai ke puskesmas, setiap bulan ada ratusan pemeriksaan yang harus dilakukan dokter untuk membuat visum yang diminta oleh penyidik. Yang paling banyak adalah visum untuk luka karena perkelahian, penganiayaan, terbakar dan kecelakaan lalu lintas, selanjutnya visum untuk pelanggaran kesusilaan atau perkosaa, kemudian diikuti visum jenazah. Visum yang lain seperti visum psikiatri, visum untuk korban keracunan, atau penentuan keraguan siapa bapak seorang anak (disputed parenity), biarpun tidak banyak namun merupakan pelayanan yang dapat dilakukan dokter juga. Visum pada luka bakar bisa dilakukan pada korban hidup atau mati. Pada korban hidup dilihat apakah luka tersebut adakah indikasi tindakan kejahatan atau tidak. Sedangkan pada korban mati dilihat apakah penyebab kematian pada korban terbakar tersebut atau adakah sebelumnya ada tindakan kejahatan sebelum korban dibakar bisa diketahui. Di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang luka bakar dan contoh visum pada kasus luka bakar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3
A. Definisi Luka bakar didefinisikan sebagai jaringan rusak yang disebabkan oleh panas. Luka bakar biasanya terjadi karena sumber panas yang kering ”dry heat” dan sumber panas yang basah ”wet heat”. B. Patofisiologi Segera setelah terjadi luka bakar, berbagai respon patologi terjadi. Suhu tinggi akan merusak lapisan kulit. Terjadi dilatasi kapiler dan permeabilitas kapiler meningkat, protein terlepas dari plasma masuk kedalam ruang ekstraseluler menyebabkan udem, penurunan volume darah dan gangguan sirkulasi darah. Pada saat yang sama, timbul bula di kulit dengan membawa serta elektrolit, sehingga terjadi penurunan cairan intravaskuler. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan. Faktor patofisiologis yang berpengaruh pada gangguan sirkulasi dan metabolik akibat luka bakar sudah dapat diidentifikasi. Peningkatan permeabilitas kapiler berhubungan dengan aktivasi komplemen dan pelepasan histamin. Histamin berinteraksi dengan xantin oksidase sehingga terjadi peningkatan aktivitas katalitik. Oksigen yang bersifat toksik, sebagai hasil dari xantin oksidase, termasuk H2O2 dan hydroxyl radical merusak endotel pembuluh darah. Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal 4
yang mana dapat terjadi ileus paralitik, tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap jaringan yang luka. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri. Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap injury pada anak/orang dewasa dan perpindahan cairan setelah injury thermal. Penyebab kematian pada luka bakar: 1.
Syok. Keadaan ini biasanya terjadi dalam 48 jam pertama, berupa syok neurogenik akibat rasa nyeri atau ketakutan.
2.
Asfiksia. Hal ini akibat asap atau gas sisa pembakaran. Pada kasus dimana korban diambil dari rumah yang sudah terbakar, maka luka bakar yang terjadi bisa merupakan postmortem.
3.
Cedera dan kecelakaan. Hal ini bisa dialami sewaktu berusaha menghindari kebakaran dan
4. 5.
mengakibatkan cedera fatal. Inflamasi beberapa bagian tubuh, misalnya meningitis, peritonitis, dll. Lemas akibat kehilangan banyak cairan yang bisa menyebabkan
6.
dehidrasi. Septikemia, gangren, dan tetanus. Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar (Manner of Death)
1. Keracunan Zat Karbon Monoksida
5
Kebanyakan kematian pada luka bakar biasanya terjadi pada kebakaran yang hebat yang terjadi pada gedung-gedung atau rumahrumah bila dibandingkan dengan kebakaran yang terjadi pada kecelakaan pesawat terbang atau mobil. Pada kasus-kasus kebakaran yang terjadi secara bertahap maka CO poisoning dan smoke inhalation lebih sering bertanggung jawab dalam penyebab kematian korban dibanding dengan luka bakar itu sendiri. CO poisoning merupakan aspek yang penting dari penyebab kematian pada luka bakar, biasanya korban menjadi tidak sadar dan meninggal sebelum api membakarnya, ini dapat menjawab pertanyaan mengapa korban tidak melarikan diri pada waktu terjadi kebakaran. Sehingga dalam menentukan penyebab dari kematian, maka luas dan derajat luka bakar serta saturasi darah yang mengandung CO harus dinilai secara hati – hati. Gas CO ini dibentuk dari pembakaran yang tidak sempurna misalnya kayu yang terbakar, kertas, kain katun, batu bara yang terbakar akan menghasilkan gas CO. CO dalam darah merupakan indikator yang paling berharga yang dapat menunjukkan bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran. Oleh karena gas ini hanya dapat masuk melalui absorbsi pada paru-paru. Pada perokok dapat dijumpai saturasi CO dalam darah hanya lebih dari 5%, dan ini dapat menunjukan bahwa korban masih bernafas pada waktu terjadinya kabakaran, demikian juga pada korban atherosclerosis coroner yang berat dapat meninggal dengan kadar COHB yang lebih rendah dari pada individu yang sehat. Bila CO merupakan
6
penyebab mati yang utama maka saturasi dalam darah paling sedikitnya dibutuhkan 40% COHB, kecuali pada orang tua, anak-anak dan debilitas dimana pernah dilaporkan mati dengan kadar 25 %. Sebenarnya kadar COHB pada korban yang sekarat selama kebakaran, sering tidak cukup tinggi untuk menyebabkan kematian. Banyak kasus-kasus fatal menunjukan 50- 60 % saturasi, walaupun kadarnya secara umum kurang dari kadar yang terdapat dalam darah pada keracunan CO murni, seperti pembunuhan dengan gas mobil atau industrial exposure, dimana konsentrasinya dapat mencapai 80 %. Selain itu adanya gas-gas toksik dan pengurangan oksigen dalam atmosfer dapat menyebabkan kematian dengan kadar CO yang rendah. 2. Menghirup asap pembakaran (Smoke Inhalation) Pada banyak kasus kematian, dimana cedera panas pada badan tidak sesuai dengan penyebab kematian maka dikatakan penyebab kematian adalah smoke inhalation. Asap yang berasal dari kebakaran terutama alatalat rumah tangga seperti furniture, cat , kayu, pernis, karpet dan komponen-komponen
yang
secara
struktural
terdiri
polystyrene,
polyurethane, polyvinyl dan material-material plastik lainnya dikatakan merupakan gas yang sangat toksik bila dihisap dan potensial dalam menyebabkan kematian. 3. Trauma Mekanik Kematian oleh karena trauma mekanik biasanya disebabkan karena runtuhnya bangunan disekitar korban, atau merupakan bukti bahwa
7
korban mencoba untuk melarikan diri seperti memecahkan kaca jendela dengan tangan. Luka-luka ini harus dicari pada waktu melakukan pemeriksaan luar jenasah untuk memastikan apakah luka-luka tersebut signifikan dalam menyebabkan kematian. Trauma tumpul yang mematikan tanpa keterangan antemortem sebaiknya harus dicurigai sebagai suatu pembunuhan. 4. Anoksia dan hipoksia Kekurangan oksigen dengan akibat hipoksia dan anoksia sangat jarang sebagai penyebab kematian. Bila oksigen masih cukup untuk menyalakan api maka masih cukup untuk mempertahankan kehidupan. Sebagai contoh tikus dan lilin yang diletakkan dalam tabung yang terbatas kadar oksigennya ternyata walaupun lilin padam lebih dahulu tikus masih aktif berlari disekitarnya. Radikal bebeas dapat diajukan sebagai salah satu kemungkinan dari penyebab kematian, oleh karena radikal bebas ini dapat menyebabkan surfaktan menjadi inaktif, jadi mencegah pertukaran oksigen dari alveoli masuk kedalam darah. 5. Luka bakar itu sendiri Secara general dapat dikatakan bahwa luka bakar seluas 30 – 50 % dapat menyebabkan kematian. Pada orang tua dapat meninggal dengan presentasi yang jauh lebih rendah dari ini, sedangkan pada anak-anak biasanya lebih resisten.
8
Selain oleh derajat dan luas luka bakar prognosis juga dipengaruhi oleh lokasi daerah yang terbakar, keadaan kesehatan korban pada waktu terbakar. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan dikatakan sulit dalam perawatannya, oleh karena mudah mengalami kontraktur. 6. Paparan panas yang berlebih Environmental hypertermia dapat menjadi sangat fatal dan bisa menyebabkan kematian. Bila tubuh terpapar gas panas, air panas atau ledakan
panas
dapat
menyebabkan
syok
yang
disertai
kolaps
kardiovaskuler yang mematikan. C. Penilaian secara klinis luka bakar Secara klinis, luka bakar dinilai menurut persentasi dari luas pemukaan tubuh yang terpajan dan kedalaman luka. Cara untuk menilai derajat luka bakar menurut persentasi luas permukaan tubuh yang terpajan pada orang dewasa dan anak-anak adalah dengan ‘rules of nines’.
Berat ringannya luka bakar dari American Burn Association dalam Whaley and Wrong(1999) adalah sebagai berikut :
9
1. 2. 3.
Luka minor adalah luka bakar kurang dari 10% luas permukaan tubuh. Luka bakar moderate adalah luka bakar 10-20% luas pemukaan tubuh. Luka bakar mayor adalah luka bakar lebih dari 20% luas permukaan tubuh.
Berdasarkan kedalaman luka, luka bakar terbagi atas 3 derajat yaitu : 1.
Luka bakar derajat pertama (menurut Dupuytren, luka bakar derajat pertama dan kedua), setiap luka bakar yang
didalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung-gelembung(skin blister, vesikulae, bullae), yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Secara mikroskopik tampak adanya kongesti dari pembuluh darah, mungkin pula dijumpai
perdarahan-perdarahan
dan
infiltrasi
sel
radang
polymorphonuclear(PMN). Pemeriksaan kimiawi dari cairan yang terdapat di dalam gelembunggelembung
luka
bakar,
yang
dilanjutkan
dengan
pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan bahwa dalam cairan tersebut kaya akan protein, yang kadang-kadang dapat menggumpal akibat panas; sel-sel PMN dapat dijumpai walaupun tidak terdapat infeksi. Luka bakar derajat pertama dapat berakhir dengan kematian korban bila luas daerah yang terbakar sama atau lebih dari sepertiga luas permukaan tubuh. 2.
Luka bakar derajat(menurut Dupuytren) sesuai dengan luka bakar derajat ke-3 dan ke-4), adalah luka bakar yang pada proses penyembuhan akan
10
selalu membentuk jaringan parut; oleh karena pada luka bakar derajat kedua ini seluruh kulit mengalami kerusakan, dan tergantung dari lokasi kerusakannya kontraktur dapat terjadi. Daerah yang terbakar akan mengkerut, terdapat daerah yang tertekanoleh karena terjadi koagulasi jaringan, dikelilingi oleh kulit yang berwarna kemerahan dan kulit yang menggelembung. Dalam waktu sekitar satu minggu jaringan yang nekrotik
akan
terlepas
dan
meninggalkan
tukak
yang
waktu
penyembuhannya lama. Pengobatan biasanya memerlukan operasi plastik. Gambaran luka bakar derajat kedua pada umumnya tidak berbeda dengan luka bakar derajat pertama, hanya saja pada luka bakar derajat kedua rasan nyeri sangat hebat dan seringkali diakhiri dengan shock, 3.
kemungkinan terjadinya shock pada luka bakar derajat kedua lebih besar. Luka bakar derajat ketiga(menurut Dupuytren sesuai dengan luka bakar derajat kelima dan keenam), tubuh akan mengalami destruksi yang hebat, tidak saja terbatas pada kulit dan subkutis, akan tetapi sampai kelapisan yang lebih dalam, jaringan otot atau tulang. Kerusakan pada ujung-ujung saraf pada luka bakar derajat ketiga akan menyebabkan kurangnya rasa sakit. Terjadinya devitalisasi jaringan akan memudahkan terjadinya infeksi dan lambatnya penyembuhan. Bahaya lain yang dapat timbul adalah shock, yang biasanya terjadi lambat yaitu setelah 1 atau 3 hari. Sampai fase tersebut dilewati prognosa tetap dubius oleh karena korban dapat jatuh dalam koma atau mati.
D. Penilaian Medikolegal Luka Bakar
11
Secara prinsip medikolegal, yang dinilai adalah bagaimana luka bakar itu terjadi, apakah terjadi secara sengaja atau karena kecelakaan. Kejelasan yang diperoleh baik dokter maupun penyidik adalah apakah korban yang ditemukan terbakar itu memang mati karena terbakar atau sebelumnya telah mendapat penganiayaan, peracunan atau pembunuhan terlebih dahulu, baru kemudian mayatnya dibakar. Adanya tanda-tanda intravital, baik pada luka bakar
atau
gelembung-gelembung,
adanya
jelaga-jelaga
di
saluran
pernapasan/ trakea dan cabang-cabangnya serta adanya karbonmonoksida dalam darah korban merupakan tanda bahwa yang terbakar itu adalah orang yang masih hidup. Saturasi karbonmonoksida diatas 10 persen menunjukkan bahwa korban masih hidup sewaktu terbakar dan kematian korban karena terbakar, bukan karena keracunan karbonmonoksida. Tidak terlepas kemungkinan bahwanya pada kasus kebakaran, sebab kematian justru karena keracunan gas karbonmonoksida; ini dimungkinkan karena setiap proses pembakaran tidak akan sempurna. Saturasi karbonmonoksida di dalam darah dapat mencapai 75 persen hanya dalam waktu 2-15 menit; dengan demikian dalam kasus ini kematian korban adalah karena keracunan gas karbonmonoksida dan bukan karena terbakar. Lebam mayat yang berwarna cherry red menunjukkan bahwa kematian korban karena keracunan gas karbonmonoksida, tentunya jika tubuh korban tidak seluruhnya hangus, sehingga penilaian lebam mayat tidak mungkin. Kematian korban dengan demikian dapat disebabkan oleh karena
12
terbakar, keracunan gas karbonmonoksida serta penyebab-penyebab lain yang memerlukan ketelitian dalam pemeriksaannya. Kemungkinan adanya anak peluru dalam tengkorak, patahnya tulang lidah padapencekikan, terberak, patahnya tulang lidah pada pencekikan, terbelahnya jantung karena tusukan benda tajam, retaknya tengkorak yang disertai dengan kerusakan jaringan otak dan perdarahan intrakranial akibat kekerasan benda tumpul, demikian pula adanya racun-racun di dalam tubuh korban, yang bila ditemukan pada korban, akan mengungkapkan sebab kematian yang sebenarnya dan tentunya cara kematian, bukan lagi kecelakaan melainkan pembunuhan atau bunuh diri. Karakteristik luka akibat trauma termis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Bagian tubuh yang terlibat, Temperatur,Waktu Sumber panas yang berasal dari : 1. 2. 3. 4.
Radiasi Air panas(wet heat) Kobaran api(flames) Kontak dengan objek panas Rentannya kulit mengalami luka bakar tergantung dari ketebalan kulit.
Kulit yang paling tebal dan resisten terhadap pengaruh panas adalah telapak tangan dan kaki. Dan kulit yang paling tipis dan mudah terkena adalah permukaan fleksor dari pergelangan tangan. Temperatur minimum yang dapat menyebabkan luka bakar adalah 44oC, ini terjadi jika terpapar selama 6 jam atau lebih. Sebaliknya pada suhu 70oC luka bakar dapat terjadi dalam waktu kurang lebih 1 menit.
13
Pola dan distribusi luka bakar tergantung pada jenis dari sumber panas. Pada prinsipnya ada 4 jenis sumber panas yaitu yang berasal dari radiasi, air panas(wet heat), kobaran api(flames), dan objek yang panas. 1.
Radiasi Kerusakan kulit akibat radiasi paling umum terlihat seperti terkena sinar matahari “sunburn”. Pola luka bakar yang disebabkan oleh radiasi tergantung dari posisi tubuh yang berhubungan langsung terhadap sumber panas dan ada tidaknya pakaian atau objek lain yang
2.
mengintervensi. Air Panas(wet heat) Terdapat deskuamasi kulit dan eritem yang jelas dari daerah yang terbuka pada luka bakar yang disebabkan oleh cairan panas dan gas panas. Pada luka bakar akibat terkena air panas bentuk lukanya jelas dan khas seperti air yang mengalir atau tertumpah pada bagian tubuh yang spesifik. Untuk membedakan antara luka bakar yang terjadi karena kecelakaan dan kesengajaan dapat dilihat dari lokasi dan bentuk luka. Biasanya luka bakar yang berasal dari sumber panas yang “kering” dapat dibedakan dengan luka bakar akibat terkena air panas yaitu adanya jaringan yang hangus dan destruksi rambut pada luka bakar yang berasal dari sumber panas yang “kering” sedangkan pada luka bakat akibar terkena air panas biasanya tidak ada. Adatidaknya tanda hangus(charring) tidak dapat mengidentifikasikan hal itu berasal dari sumber panas yang ”basah”.
3.
Kontak dengan objek panas
14
Luka bakar akibat kontak dengan objek panas biasanya terjadi karena kecelakaan dan paling banyak ditemukan dibagian tangan. Bentuk luka
bakarnya
sering
berhubungan
dengan
objek
panas
yang
menyebabkan luka bakar, contohnya terbakar rokok, bentuknya biasanya kecil dan sirkular. E. IDENTIFIKASI Keadaan sekitar dari kasus kebakaran secara langsung membantu identifikasi korban. Jika ditemukan tubuh dengan ditutupi oleh jelaga dan tidak begitu parah, jelaganya bisa dibersihkan terlebih dahulu agar wajah dan gambaran eksternal lainnya dapat terlihat secara visual. Pakaian dan personal effects, jika tidak terbakar, dapat membantu identifikasi. Hangus dapat melenyapkan identifikasi gambaran eksternal. Tinggi badan dan berat badan tidak dapat dijadikan identifikasi yang akurat karena terjadi reduksi tinggi badan dan berat badan oleh karena kontraksi panas. Sesuai dengan observasi splitz rambut warna kelabu berubah menjadi pirang pada suhu 120?C(250?F). Setelah 10-15 menit pada suhu 205?C(400?F), rambut coklat akan berubah menjadi sedikit kemerahan. Dan rambut hitam tidak mengalami perubahan warna. Jika terdapat identifikasi sementara, seperti gigi dan catatan medis harus diperoleh oleh penyidik. Kegunaan dari catatan ini tergantung dari spesifitas dan keakuratannya. Salah satu cara untuk mengidentifikasi tubuh yang hangus dilakukan pemeriksaan radiologi. Jika kecocokan antara informasi antemortem dan postmortem tidak jelas, ketetapannya masih dapat masih
15
dapat diperkuat oleh ahli patologi dan ahli lainnya yang terlibat. Jika metode pembanding konvensional tidak jelas, maka gigi dan tulang dapat digunakan untuk analisa DNA. Gambaran post-mortem Pemeriksaan luar 1.
Pakaian dari korban diambil dan diperiksa secara teliti untuk mencari terdapatnya minyak tanah, bensin atau bahan lainnya yang mudah
2.
terbakar. Gambaran kulit bisa bervariasi, misalnya : a. Putih. Pada luka bakar akibat panas radiasi. b. Melepuh dan merah. Ukuran dan bentuknya bergantung pada ukuran benda panas. Bentuk luka seperti ini adalah karena bersentuhan
3.
c.
dengan benda panas. Luka merah terpanggang. Merupakan akibat bersentuhan dengan
d.
benda panas dalam waktu yang cukup lama. Kehitaman dan seperti tattoo. Merupakan luka akibat ledakan
e.
tambang batubara. Biasanya ukuran luka sangat luas. Hitam dan berjelaga pada beberapa bagian tubuh, yaitu luka bakar
f.
akibat minyak tanah. Kemerahan dan pembentukan vesikel pada kulit, yaitu akibat terkena
g.
uap panas, misalnya dari air mendidih atau uap panas. Luka basah dan kulit kehilangan sifat elastisnya, yaitu pada luka
bakar akibat uap yang sangat panas. Sikap pugilistik. Sikap ini mirip sikap defensive dan terdapat pada mayat yang lama terpapar temperatur tinggi sehingga mayat menjadi kaku. Pada beberapa kasus, temperatur yang sangat tinggi ini bisa mengakibatkan keretakan
4.
dan celah sehingga sangat mirip dengan luka potong. Penentuan jenis kelamin adalah berdasarkan :
16
a.
Adanya uterus atau kelenjar prostat. Kedua jaringan tersebut lebih
b.
tahan terhadap suhu tinggi dibandingkan jaringan tubuh lainnya. Jika yang tertinggal hanya tulang kerangka, maka proses identifikasinya berdasarkan ukuran dan bentuk tulang pelvis.
Pemeriksaan dalam 1.
Hematoma dalam kepala (pseudoepidural hematom) hampir selalu ada jika tulang tengkorak terbakar. Hematoma ini lunak, berupa bekuan darah berwarna coklat dan sangat rapuh serta tampak seperti sarang lebah. Perbedaan pseudoepidural dan epidural hematom
Pseudoepidural hematom Warna bekuan darah coklat Konsistensi rapuh Bentuk otak mengkerut seluruhnya
Epidural hematom Warna bekuan darah hitam Konsistensi kenyal Bentuk otak cekung sesuai dengan
Garis patah tidak menentu
bekuan darah Garis patah
Tanda postmortem
meningeal Tanda intravital
2.
melewati
sulcus
arteri
Tulang tengkorak sering mengalami fraktur pada kematian akibat kebakaran. Jaringan otak sangat menyusut walau bentuknya masih dapat
3.
dikenali. Lapisan yang menutupi otak dan menings mengalami kongesti. Jika kematian akibat asfiksia, pada traktus respiratorius bisa ditemukan partikel karbon. Seluruh traktus respiratorius bagian atas mengalami
4. 5. 6.
kongesti dan dilapisi cairan mukus yang berbusa. Inflamasi pleura bisa terjadi dan terdapat efusi ke dalam rongga pleura. Bilik jantung penuh berisi darah. Lambung dan duodenum menunjukkan reaksi inflamasi. Setelah kematian, pada duodenum mungkin terdapat tukak yang disebut tukak Curling (Curling’s ulcer). 17
7. 8.
Pada hati terdapat perlemakan. Pada ginjal terdapat pembengkakan (cloudy swelling), thrombosis
9.
kapiler, bahkan mengalami infark. Limpa dan kelenjar mengalami kongesti. Perbedaan antara luka bakar antemortem dengan luka bakar post mortem
1.
Batas kemerahan. Batas kemerahan pada luka bakar antemortem selalu ada. Batas ini berupa garis yang permanen yang tampak setelah kematian. Eritema pada daerah disekitar luka tidak ada karena dilatasi pembuluh darah hanya
2.
sementara dan semakin tidak jelas setelah kematian. Pembentukan vesikel. Luka bakar sewaktu masih hidup menyebabkan terbentuknya vesikel yang mengandung albumin dan klorida. Dasar vesikel mengalami inflamasi dengan papil yang menonjol. Keadaan ini sangat berbeda dengan luka bakar postmortem dimana vesikel biasanya berisi udara. Walaupun sangat jarang ada juga vesikel yang mengandung cairan serosa, tetapi hanya mengandung albumin dan tidak ada klorida. Dasar
3.
vesikel kering dan keras. Proses penyembuhan. Pada luka bakar antemortem bisa tampak proses perbaikan luka, berupa inflamasi, pembentukan pus, pembentukan jaringan granulasi atau pengelupasan kulit. Hal ini tidak terdapat pada luka bakar postmortem.
18
BAB III KASUS VISUM ET REPERTUM Nomor : VER/074/IKF&ML/VIII /2014
Pro Justitia Berdasarkan surat dari Kepala Kepolisian Sektor Karangpandan, yang ditanda tangani oleh : Heri Ekanto, S.H; Pangkat AKP. Jabatan : Kapolsek Karang Pandan; NRP 64110023; Nomor : R/02/VIII/2014/Sek Kpd; Klasifikasi: rahasia; Lampiran: 1 (satu) rangkap; Perihal : Permintaan visum et repertum / autopsi terhadap mayat atas nama Dirjo Samidi, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini Dokter Adji Suwandono, S.H, dokter jaga pada Instalasi Kedokteran Forensik Dan Medikolegal RSUD. Dr. Moewardi menerangkan bahwa pada hari Minggu tanggal 24 Agustus 2014 pukul 09.00 Waktu Indonesia Barat bertempat di Ruang Otopsi Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD. Dr. Moewardi telah melakukan pemeriksaan luar dan dalam atas jenazah yang menurut surat Saudara : Nama
:
Dirjo Samidi
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Umur
:
63 Tahun
Agama
:
Islam
19
Pekerjaan
:
Belumdiketahui
Kewarganegaraan
:
Indonesia
Tempat tinggal rumah
: Dusun Gedangan RT 01 RW 04 Kelurahan Salam Kecamatan Karang Pandan Kabupaten Karang Anyar
Hasil pemeriksaan itu ialah sebagai berikut : I. PEMERIKSAAN LUAR 1.
KeadaanJenazah
: Jenazah tak bermaterai, tidak berlabel, terletak di atas meja otopsi dibungkus dengan kantong jenazah warna biru oranye bertuliskan
BASARNAS dan vitrase
warna putih berenda bunga warna biru kuning. Bungkus dibuka, jenazah dalam keadaan
telanjang
dan
terdapat
sisa
potongan celana berkaret di pinggang dan lengan baju bertali di pergelangan tangan kanan. Kulit jenazah mengelupas, hitam, mengarang, dan berminyak di seluruh tubuh. 2.
Sikap Jenazah di Atas Meja Otopsi
: Jenazah
terlentang,
dengan
muka
menghadap keatas. Lengan kanan lurus
20
dengan tangan kanan membentuk sudut 90 derajat. Lengan kiri dengan tangan kiri membentuk sudut 60 derajat. Kedua tangan seperti mencengkram,
jari-jari menekuk
dengan kulit mengelupas dan mengarang 3.
Kaku Jenazah
: Terdapat kaku jenazah pada persendian kedua siku tangan, kedua pergelangan tangan, kedua lutut, dan kedua pergelangan kaki, sukar digerakkan.
4.
Bercak Jenazah
: Tidak terdapat bercak jenazah.
5.
Pembusukan Jenazah
: Tidak didapatkan.
6.
Ukuran Jenazah
: Panjang badan155 cm.
7.
Kepala a. Rambut
: Warna hitam, tak beruban, panjang 1 cm, mudah dicabut, rambut dalam keadaan kering
b. Bagian yang tertutup rambut
: Terdapat luka, memar, ukuran 5x3 cm, di bagian kanan belakang. Tidak ada memar maupun retak tulang
c. Dahi
: Terdapat luka pada dahi kiri ukuran 3x4 cm, luka pada dahi kanan ukuran 3x0,5 cm. Terdapat memar pada dahi kiri. Tidak terdapat retak tulang.
d. Mata kanan
: Menutup. Rambut mata ada, warna hitam
21
berukuran 0,2 cm. Kelopak mata bagian luar tidak didapatkan luka, memar maupun derik tulang. Bagian dalam kelopak mata berwarna
pucat.
Sekitar
mata
tidak
didapatkan kelainan, sesuai warna kulit. Pada perabaan teraba kenyal, tidak teraba retak tulang. Warna kornea jernih. Sklera berwarna putih. Pupil ukuran 0,4 cm. Bola mata tampak utuh, tidak menonjol dan teraba kenyal. Mata kiri
: Menutup. Rambut mata ada, warna hitam berukuran 0,1 cm. Kelopak mata bagian luar terdapat pembengkakan warna biru kehitaman. Bagian dalam kelopak mata berwarna pucat. Sekitar mata berwarna kebiruan. Pada perabaan teraba kenyal, tidak teraba retak tulang. Warna kornea jernih. Sklera berwarna putih. Pupil ukuran 0,4 cm. Bola mata tampak utuh, tidak menonjol dan teraba kenyal.
e. Hidung
: Dari
kedua
lubang
hidung
tidak
mengeluarkan cairan. Tidak didapatkan luka, memar maupun derik tulang.
22
f. Mulut
: Mulut dalam keadaan terbuka, terlihat dua depan. Bibir atas dan bibir bawah terdapat luka bakar.
g. Dagu
: Tidak terdapat adanya rambut. Tidak terdapat adanya luka, memar, maupun retak tulang.
h. Pipi kanan
: Tidak terdapat luka, memar, maupun retak tulang. Kulit pipi mengelupas.-
i. Pipi kiri
: Tidak terdapat luka, memar, maupun retak tulang. Kulit pipi mengelupas.
j. Telinga
: Daun telinga utuh kanan dan kiri. Tidak terdapat
adanya
retak
tulang.
Tidak
terdapat adanya memar. Kulit telinga mengelupas dan hitam mengarang.
8.
Leher
: Tidak
terdapat
terdapat 9.
Dada
adanya
jeratan. Tidak
adanya luka. Tidak
: adanya memar.
terdapat
Tidak terdapat adanya
retak tulang. Terdapat 2 luka lecet, luka I pada dada 10.
Perut
: kanan ukuran 2cmx0.3cm, luka II pada dada
kiri
ukuran
2cmx0.1cm,
tidak
terdapat memar maupun retak tulang. Pada ketukan terdengar suara redup. Kulit dada 23
mengelupas, berwarna hitam mengarang. Permukaaan sejajar dengan permukaaan dada. Kulit perut mengelupas dan hitam mengarang serta berminyak. Pusatdatar. Terdapat 3 luka bakar terbuka, luka I ukuran 9cmx2cm pada bagian bawah pusat, luka II ukuran 4cmx2.5cm pada bagian atas pusat, dan luka III ukuran 4cmx2cm pada perut kiri atas dekat pusat.Tidak
terdapat
memar.
Pada
perabaan teraba kaku. 11.
Alat kelamin
: Jenis kelamin laki-laki sudah disunat. Rambut kelamin warna hitam keriting, panjang 2cm sukar dicabut. Dari lubang kemaluan tidak keluar cairan. Kulit hitam mengarang. Pada batang zakar kaku. Pada kantung pelir bengkak. Tidak terdapat luka.
12.
Anggota gerak atas Kanan
: Lengan atas terdapat luka bakar terbuka ukuran 8cmx1cm, tidak terdapat hematom maupun retak tulang. Lengan bawah tidak
Kiri
: terdapat luka. Pada tangan terdapat 2 luka bakar terbuka pada bagian punggung tangan ukuran 8cmx3cm dan pada bagian
24
pangkal ibu jari ukuran 2.5cmx0.8cm. Lengan atas terdapat luka bakar terbuka ukuran
6cmx0.5cm,
tidak
terdapat
hematom maupun retak tulang. Lengan bawah tidak terdapat luka, hematom maupun retaktulang. Tangan tidak terdapat luka, hematom maupun retak tulang. Kulit lengan dan tangan mengelupas serta hitam mengarang. 13.
Anggota Gerak bawah Kanan
: Paha terdapat 2 luka bakar terbuka, luka I pada bagian paha depan ukuran 9cmx3cm tepi tidak beraturan dan terlihat jaringan lemak, luka II pada bagian paha samping dalam ukuran 7cmx1.5cm, tidak terdapat
Kiri
: hematom maupun retak tulang. Tungkai bawah terdapat luka bakar terbuka dekat lutut ukuran 9cmx1cm, tidak terdapat hematom maupun retak tulang. Kaki tidak terdapat luka, hematom maupun retak tulang. Kulit kedua paha, tungkai bawah, dan kaki mengelupas, hitam mengarang dan berminyak. Paha terdapat luka bakar terbuka ukuran 9cmx2cm terlihat jaringan lemak, tidak 25
terdapat
hematom
maupun
retak
tulang.Tungkai bawah tidak terdapat luka, hematom maupun retak tulang. Kaki tidak terdapat luka, hematom maupun retak tulang. Kulit paha, tungkai bawah, dan kaki mengelupas. Hitam mengarang, dan berminyak. 14.
Punggung
: Tidak terdapat luka, hematom maupun retak tulang. Kulit punggung mengelupas, hitam mengarang.
15.
Pantat
: Tidak terdapat luka, hematom maupun retak tulang. Kulit pantat mengelupas, hitam mengarang.
16.
Dubur
: Tidak terdapat luka, hematom maupun retak tulang. Tidak keluar cairan dari dubur. Kulit sekitar dubur mengelupas, hitam mengarang.
17.
Anggotatubuh yang lain
: Tidak ada kelainan.
II.
PEMERIKSAAN DALAM Setelah kulit dada dibuka tidak didapatkan memar atau retak tulang. Tinggi diafragma kanan pada setinggi ruang intercostalis ke-5 dan kiri pada ruang intercostal ke-6. Setelah tulang dada diangkat, bagian jantung tak tertutup paru-paru bagian atas 6 cm dan bawah 10 cm. Tulang dada bagian dalam
26
tidak ada retak atau kelainan. Paru-paru kanan atau kiri tak ada perlekatan dengan dinding bagian dalam dan mudah dilepas. Dalam rongga dada tak terdapat cairan. 1. Jantung
: Kantong jantung dibuka, di dalam terdapat cairan, warna jernih, sebanyak 5 cc Ukuran jantung 17 cm x 13 cm x 3 cm, Berat 250 gram , warna merah mudah, konsistensi kenyal. Pada pembukaan jantung: lobang antara bilik kiri dan lobang antara bilik kanan dan serambi selebar 3 cm pada kiri dan 3 cm pada kanan Keadaan klep jantung warna coklat, pada perabaan kenyal. Otot papilaris tidak ada luka, tidak ada memar Dalam ruang jantung tidak terlihat adanya luka, tidak terlihat adanya memar. Tebal otot bilik kiri 2 cm, serambi kiri 0,3 cm, bilik kanan 0,5 cm, serambi kanan 0,2 cm. Arteri koronaria tidak dibuka. Aorta lingkaran 2 cm, klep warna merah muda, tidak terlihat adanya luka dan pada perabaan kenyal. Arteri pulmonalis dibuka, ukuran lingkaran 1,5 cm, klep warna merah muda.
2
Paru-paru a.
Kanan
: Terdiri dari satu bagan, tiap-tiap bagian ada perlekatan, mudah dilepaskan, warna merah muda dengan bintikbintik hitam, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan licin, tidak berbenjol-benjol. Ukuran 25 cm x 15 cm x 5 cm, berat 350 gram Pada pengirisan warna jaringan merah 27
kehitaman dan pada pemijatan keluar cairan warna merah kehitaman
dengan
busa.----------------------------------------------------------------
b.
Kiri
: Terdiri dari dua bagian, tiap-tiap bagiaan tidak ada perlekatan, mudah dilepas, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan licin. Ukuran 23 cm x 26 cm x 1 cm, berat 350 gram. Pada pengirisan warna jaringan merah kehitaman dan pada pemijatan keluar cairan warna merah kehitaman dengan busa.
Perut dibuka, pada pengambilan organ dalam ruang perut, dilihat dalam ruang perut tidak terdapat cairan. Selanjutnya alat dalam di ruang perut dikeluarkan 3. Hati
:
Ukuran 27 cm x 20 cm, berat 1300 gram. Warna coklat muda konsistensi kenyal padat. Tepi tumpul, terdapat memar, terdapat luka panjang pada lobus kanan ukuran 1cmx3cm. Pada pengirisan warna jaringan coklat, pengirisan pada bagian yang memar keluar sedikit darah.Kantong empedu dan saluran dibuka tidak terdapat batu.
4. Lambung, Usus halus,
:
Lambung didapat :warna pucat. Tidak ada kelainan. Usus halus, warna pucat Tampak menggelembung. Usus besar Tampak menggelembung, warnat pucat. Pada usus buntu 28
Usus besar,
ada peradangan, perlengketan warna tidak ada, panjang 7 cm.
Usus buntu 5. Pemeriksaan :
Tidak didapatkan kelainan.
alat kencing Ginjal
6. Leher
:
Pada organ pernafasan atas dan organ pencernaan bagian atas didapatkan jelaga berwarna hitam.
III.
KESIMPULAN Telah dilakukan pemeriksaan pada korban jenazah seorang laki-laki dewasa dengan identitas jelas dan dikenal. Perkiraan kematian korban antara enam sampai delapan jam sebelum dilakukan pemeriksaan. Pada pemeriksaan didapatkan hampir seluruh tubuh korban terdapat luka bakar tingkat lanjut dengan kulit sudah mengelupas dan hitam mengarang. Pada organ pernafasan dan pencernaan bagian atas didapatkan jelaga (sisa kebakaran). Dapat disimpulkan korban meninggal disebabkan mati lemas (asfiksia) akibat sumbatan jalan nafas bagian atas karena jelaga sebagai sisa kebakaran.
IV.
PENUTUP Demikian Visum et Repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan berdasarkan Lembaran Negara Nomor 350 tahun 1937 dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981. Surakarta,24 Agustus 2014 29
Dokter Pemeriksa,
dr. Adji Suwandono, S.H. NIP. 19801213 200912 1 004
BAB IV KESIMPULAN
30
-
Visum et repertum terdapat dalam lembaran negara tahun 1937 No. 350
-
pasal 1 dan pasal 2. Fungsi dari Visum et Repertum adalah berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan, jiwa, dan juga orang yang telah meninggal. Visum et Repertum juga dapat dianggap sebagai barang bukti yang sah karena segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis telah diuraikan dalam bagian pemberitaan. Serta keterbatasan barang bukti yang diperiksa pasti akan mengalami perubahan alamiah sehingga tidak
-
memungkinkan untuk dibawa kepengadilan. Secara prinsip medikolegal, yang dinilai adalah kejelasan yang diperoleh baik dokter maupun penyidik adalah apakah korban yang ditemukan terbakar itu memang mati karena terbakar atau sebelumnya telah mendapat penganiayaan, peracunan atau pembunuhan terlebih dahulu, baru
-
kemudian mayatnya dibakar. Saturasi karbonmonoksida dapat menentukan apakah korban mati karena
-
keracunan karbonmonoksida atau karena luka bakarnya. Lebam mayat yang berwarna cherry red menunjukkan bahwa kematian
-
korban karena keracunan gas karbonmonoksida. Pada korban mati yang terbakar harus dilakukan pemeriksaan luar dan dalam untuk mengetahui penyebab kematiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Dix Jay. In : Color Atlas of Forensic Pathology, 2000
31
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
UI; 1997. Rutty GN. Essentials of Autopsy Practice:Current Methods and Modern
Trends. UK: Springer 2006. Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 67-91.
32