Kelompok II Nama : 1. Nur Azizah 2. Firly rahmatullah 3. Kasfillah 4. Mika Septiawan.M 5. Niko Bahan Kimia Mudah Terbakar Sebagian besar zat kimia yang saat ini dihasilkan dan digunakan merupakan zat yang bermanfaat, tetapi sebagian dari zat kimia tersebut juga berpotensi merusak kesehatan manusia, dan lingkungan. Membahas mengenai zat kimia, maka erat kaitannya dengan laboratorium. Laboratorium adalah tempat dimana suatu penelitian berlangsung. Laboratorium akan menghadapi berbagai macam risiko, yaitu baik dari dalam maupun luar laboratorium. Beberapa risiko mungkin terutama mempengaruhi laboratorium itu sendiri, tetapi risiko lainnya mungkin mempengaruhi lembaga yang lebih besar dan bahkan masyarakat jika tidak ditangani dengan tepat. Bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1 . Explosif (mudah meledak) contohnya : kalium klorat, Trinitrotaluen(TNT), natrium nitrat, gas bertekanan tinggi, campuran belerang, karbon dan kalium klorat . 2. Flamable (mudah terbakar) contohnya : metanol, eter, aseton, heksana, benzena, uap ini dapat bergerak menuju api sejauh 3 meter. 3. Oxidazing Agent (bahan oksidator) contohnya : natrium nitrit/nitrat, kalium klorat, kaporit, asam sendawa, alkena, alkilbenzena dan sebagainya . Sekalipun tidak ada 02 dari luar dapat menyebabkan kebakaran . 4. Bahan mudah terbakar oleh air, contohnya logam N a, K dan asam sulfat pekat . 5. Bahan mudah terbakar oleh asam contohnya logam paduan N a dan K, .senyawa hidrida dan sebagainya . 6 . Gas bertekanan tinggi, misalnya gas-gas dalam tabung silinder dengan tekanan tinggi . 7 . Bahan-bahan beracun contohnya : C02, CI2, benzena, Kloroform, sianida dan sebagainya . 8 . Bahan korosif contohnya : anhidrida asam, alkali, asam sulfat, fenol dan sebagainya .
Bahan tersebut di atas mudah dikenali karena biasanya pabrik-pabrik bahan kimia telah melengkapi kemasannya dengan label-label dan lambang- lambang tertentu . Akibat penggunaan bahan kimia tersebut di atas berbagai jenis bahaya mungkin dapat terjadi antara lain (Imam Khasani, 1986) a. Keracunan, sebagai akibat masuknya bahan kimia ke dalam tubuh melalui paru-paru, mulut dan kulit . Keracunan dapat berakibat fatal misalnya hilang kesadaran atau gangguan kesehatan yang baru dirasakan setelah beberapa tahun setelah bekerja, atau menjelang pension. b. Iritasi, sebagai akibat kontak dengan bahan kimia korosif, misalnya peradangan pada kulit, mata dan saluran pernapasan . c. Kebakaran atau luka bakar, sebagai akibat peledakan bahan-bahan reaktif (peroksida dan bahan-bahan pelarut organik) .
bahan kimia mudah terbakar : Bahan mudah terbakar merupakan bahan yang dapat meledak (terbakar) jika tercampur atau terdispersi dengan udara. Bahan ini dapat berwujud gas, cairan yang mudah menguap, atau bahan padat yang dalam bentuk debu . Bahan kimia yang mudah terbakar(flammable) umumnya mempunyai titik nyala di antara 22 – 66 derajat Celsius, sedangkan bahan kimia yang sangat mudah terbakar (highly flammable) memiliki titik nyala di bawah 22 derajat Celsius seperti aseton dan eter.
Cairan yang mudah terbakar memiliki sifat-sifat:
Mudah menguap atau volatile
Uap cairan dapat terbakar (menimbulkan api) dalam kondisi normal.
Uap cairan lebih mudah menimbulkan api atau ledakan jika dibandingkan cairannya.
Kecepatan penguapan bervariasi dan satu cairan ke cairan lainnya sebanding dengan naiknya suhu.
Uap dan cairan yang mudah terbakar tidak dapat dilihat sehingga sulit untuk mendeteksinya kecuali digunakan indikator gas yang mudah terbakar.
Sebagian besar uap lebih berat daripada udara sehingga cenderung ada di permukaan lantai.
Uap cairan yang mudah terbakar mudah berdifusi sehingga seluruh ruangan menjadi berbahaya. Kebakaran dapat terjadi karena berbagai hal. Sumber-sumber yang dapat menyebabkan
timbulnya perapian/kebakaran diantaranya: nyala api, permukaan panas, hubungan pendek (korsluiting) listrik, muatan listrik statis, puntung rokok menyala, korek api dan sumber lainnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menangani bahan-bahan kimia yang mudah terbakar, agar keselamatan dan keamanan tetap terjaga, yaitu:
Bahan tidak boleh dipanaskan secara langsung atau disimpan pada permukaan panas. Gunakan penangas uap atau penangas air.
Simpan bahan di tempat yang ventilasinya baik.
Di laboratorium, sediakan dalam jumlah yang minimum. Pelarut yang tidak digunakan lagi dikembalikan ke botol pelarut.
Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila terjadi kebakaran dengan api kecil gunakan kain basal atau pasir, tapi bila api besar gunakan alat pemadam.
Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan cairan mudah terbakar melebihi 1/2 kapasitasnya. Gunakan batu didih guna menghindarkan ledakan/letupan.
Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci.
Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif.
Botol penyimpanan bahan mudah terbakar jangan diisi sampai penuh, sediakan 1/8 isinya untuk udara. Gunakan botol yang tidak mudah terbakar dan jauhkan dan sumber perapian.
Bahan padat mudah terbakar simpan di tempat sejuk, jauhkan dari sumber panas, bahan lembab dan air, bahan pengoksidasi atau asam.
Kontrol semua bahan secara periodik.
Bahan-bahan kimia mudah terbakar dapat berupa:
1. Pelarut dan pereaksi organik, seperti: Asetaldehid, Asam Asetat, Aseton, Benzen, Etil Alkohol, Eter, Etil Asetat, Etil Alkohol,Toluen,
Isopropil
Alkohol,
Karbondisulfida,
Petroleum
Eter,
Xylen.
2. Bahan anorganik seperti: Logam Alumunium, Magnesium, dan Zinkum (seng) dalam keadaan murni. Bila terjadi
kebakaran terhadap bahan tersebut jangan gunakan pemadam berisi air tapi gunakanlah serbuk pemadam. Fosfor kuning, akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan di dalam air dan
kontrol selalu permukaan airnya karena permukaan air akan menurun akibat penguapan. Logam K dan Na akan terbakar jika kontak dengan air. Simpan di dalam minyak parafin.
Kontrol permukaan minyak parafin tersebut. 3. Gas, seperti: Asetilen, Metana, Hidrogen, Karbonmonoksida, dan Butana. SIFAT FISIK 1)
Padatan mudah terbakar Pada temperatur dan tekanan standar (25oC dan 760 mmHg)
menunjukkan titik nyala kurang dari 40oC (berdasarkan hasil pengujian "Seta Close Cup Flash Point“) 2)
Cairan mudah terbakar Titik nyala: 21-55oC pada tekanan 1 atm
3)
Cairan sangat mudah terbakar Titik nyala: <21oC , dan titik didih >20 oC pada tekanan 1
atm 4)
Gas mudah terbakar Titik didih: <20oC pada tekanan 1 atm
SIFAT KIMIA 1) Zat Padat Mudah Terbakar a. Peka terhadap peledakan (akan meledak jika direaksikan dengan air). b. Bahan reaktif termal yang tidak stabil dan dapat mengalami dekomposisi sangat eksotermik (panas-berkembang) bahkan tanpa partisipasi oksigen (udara).
c. Padatan yang siap terbakar, contohnya padatan yang menyebabkan kebakaran melalui gesekan, misalnya korek api. Bahan piroforik, yaitu bahan yang dapat terbakar tanpa sumber api luar selama lima menit setelah melakukan kontak dengan air.
2)
Zat Cair Mudah Terbakar
a. Mudah menguap atau volatik. b. Uap cairan dapat terbakar (menimbulkan api) dalam kondisi normal. c. Uap cairan lebih mudah menimbulkan api atau ledakan jika dibandingkan dengan cairannya. d. Kecepatan penguapan bervariasi dari satu cairan ke cairan lainnya sebanding dengan naiknya suhu. e. Uap dari cairan yang mudah terbakar tidak dapat dilihat sehingga sulit untuk mendeteksinya kecuali digunakan indikator gas yang mudah terbakar. f. Sebagian besar uap lebih berat daripada udara sehingga cenderung ada di permukaan lantai. g. Uap cairan yang mudah terbakar mudah berdifusi. h. Bahan yang dapat terbakar sendiri, yaitu bahan yang dapat menunjukkan pembakaran spontan atau pemanasan sendiri pada temperatur 200°C dalam 24 jam masa uji (disebut pembakaran spontan).
3)
Gas Mudah Terbakar a. Tidak berwarna. b. Tidak berasa. c. Tidak berbau. (TAPI ada gas yang memiliki bau yang mencolok, yaitu Asetilen.)
REAKSI KIMIA Bereaksi dengan oksigen, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya dalam bentuk pendar atau api, misalnya : CH4 + 2O2 ---> CO2 + 2 H2O + panas CH2S + 6F2 ---> CF4 + 2HF + SF6 + panas 2H2 + O2 ---> 2H2O + panas (digunakan dalam mesin roket)
KEGUNAAN
1)
Zat Padat Mudah Terbakar
a. Belerang (sulfur) : untuk pembuatan kertas sulfit dan kertas lainnya, untuk mensterilkan alat pengasap, dan untuk memutihkan buah kering. b. Fosfor : digunakan pada ragaan tabung sinar katoda (CRT) dan lampu pendar. c. Hidrida logam : untuk pereduksi, baik untuk pereduksi senyawa anorganik maupun senyawa organik. d. Logam alumunium : sebagai peralatan dapur, bahan konstruksi bangunan e. Logam magnesium : digunakan di fotografi, memproduksi grafit dalam cast iron, dan sebagai bahan tambahan conventional propellants. f. Logam zinc (seng) : membentuk berbagai campuran logam dengan metal lain (contoh : kuningan, perak nikel, perunggu, perak Jerman, solder lunak dan solder aluminium). g. Logam K (Kalium) : digunakan dalam sel foto listrik. h. Logam Na (Natrium) : digunakan untuk memperbaiki struktur beberapa campuran logam, dan untuk memurnikan logam cair
2)
Zat Cair Mudah Terbakar
a. Eter : Sebagai pelarut dan obat bius (anestesi) pada operasi. b. Benzena : sebagai pelarut dan sebagai bahan baku pembuatan senyawa-senyawa aromatic lainnya yang merupakan senyawa turunan benzena. c. Aseton : sebagai pelarut, khususnya untuk zat-zat non polar dan kurang polar. Digunakan juga untuk membersihkan pewarna kuku (kuteks). d. Spiritus / metanol : sebagai bahan pembuat bahan kimia lainnya (40% metanol diubah menjadi formaldehyde, lalu dijadikan produk seperti plastik, plywood, cat, dan tekstil) e. Ester : sebagai essens (penambah aroma) pada makanan. f. Karbon disulfida : bahan baku atau bahan kimia yang dibutuhkan dalam pembuatan rayon, tekstil, selofan, karbon tetra klorida, aselerator, vulkanisasi karet, bahan aktif, fungisida, viskos, produksi cat mobil, serta bahan aditif dalam produksi ban mobil. g. Asetaldehid : zat antara dalam produksi asam asetat, beberapa ester, dan zat-zat kimia lainnya. h. Asam asetat : Pengatur keasaman pada industri makanan, digunakan dalam produksi polimer,
bahan baku Vinil asetat, Selulosa asetat, Asetat Anhidrit, Ester Asetat, dan Garam Asetat. i. Petroleum eter : digunakan sebagai pelarut dalam industri.
3)
Gas Mudah Terbakar
a. Gas Alam : sebagai bahan bakar. b. Asetilen : pemotongan besi, pengelasan dan juga untuk mempercepat matangnya buah-buahan. c. Hidrogen : mengikat nitrogen dengan unsur lain dalam proses Haber (memproduksi amonia) dan untuk proses hidrogenasi lemak dan minyak, bahan bakar roket, memproduksi asam hidroklorida, mereduksi bijih-bijih besi dan sebagai gas pengisi balon. d. Etilen Oksida : sebagai bahan pensteril. e. Metana : sebagai bahan bakar. f. Karbon monoksida : digunakan pada proses pemurnian nikel. g. Butana : sebagai bahan bakar.
8.
CARA MENGGUNAKAN
1) Bahan tidak boleh dipanaskan langsung. Gunakan penangas uap atau penangas air. 2) Di laboratorium, sediakan dalam jumlah yang minimum. Pelarut yang tidak digunakan lagi dikembalikan ke botol pelarut. 3) Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila terjadi kebakaran dengan api kecil gunakan kain basal atau pasir, tapi bila api besar gunakan alat pemadam. 4) Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci. 5) Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan cairan mudah terbakar melebihi ½ kapasitasnya. Gunakan batu didih guna menghindarkan ledakan/letupan. 6) Botol penyimpanan bahan mudah terbakar jangan diisi sampai penuh, sediakan 1/8 isinya untuk udara. Gunakan botol yang tidak mudah terbakar dan jauhkan dan sumber perapian. 7) Kontrol semua bahan secara periodik. 8) Menggunakan pelindung diri. 9) Memasang detektor kebocoran gas. 10) Cairan yang mudah terbakar hanya boleh dikeluarkan dengan bantuan gas inert
9.
CARA MENYIMPAN
1) Bahan padat mudah terbakar disimpan di tempat sejuk, dijauhkan dari sumber panas, bahan lembab dan air, bahan pengoksidasi atau asam. 2) Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif. 3) Tempat penyimpanan harus cukup sejuk, dengan tujuan mencegah nyala jika uapnya tercampur udara. 4) Daerah penyimpanan harus terletak jauh dari sumber panas dan terhindar dari bahaya kebakaran. 5) Bahan padat mudah terbakar disimpan di tempat sejuk, dijauhkan dari sumber panas, bahan lembab dan air, bahan pengoksidasi atau asam. 6) Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif. 7) Tempat penyimpanan harus cukup sejuk, dengan tujuan mencegah nyala jika uapnya tercampur udara. 8) Daerah penyimpanan harus terletak jauh dari sumber panas dan terhindar dari bahaya kebakaran. 9) Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya, atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas. 10) Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dijangkau. 11) Menyingkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan. 12) Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik. 13) Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok.
14) Fosfor kuning akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan dalam air dan kontrol selalu
permukaan
airnya
karena
permukaan
air
akan
menurun
akibat
penguapan.
15) Logam K dan Na akan terbakar jika kontak dengan air, simpan didalam minyak paraffin. 10.
EFEK
1.
Kebakaran
2.
Ledakan
3.
Keracunan Gas
11.
CARA MENGATASI
a) Menghilangkan bahan yang dapat terbakar. b) Membuang panas. c) Mencegah masuknya oksigen ke dalam bahan yang terbakar. d) Jika apinya kecil, maka lakukan pemadaman dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). e) Mematikan sumber listrik. f) Melokalisasi api agar tidak merembet. g)
Menghubungi
PBK
(Pertolongan
Bahaya
Kebakaran)
jika
api
membesar.
h) Bersikap tenang dalam menangani kebakaran, dan jangan mengambil tidakan yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain. i) Membawa korban keracunan gas ke tempat terbuka, dan segera dibawa ke rumah sakit. j) Bila terjadi kebakaran logam Alumunium, Magnesium, dan Zink (seng) dalam keadaan murni, jangan gunakan pemadam berisi air tetapi gunakanlah serbuk pemadam