ciri dan tanda seseorng mati batang otak.Full description
kFull description
Mati batang otak, MBO, baganFull description
stroke
neuro
lesi
sindrom batang otak
* Sindrom Batang Otak dengan Manifestasi dan Predileksinya
sindrom batang otak
sindrom batang otak
Deskripsi lengkap
Sindrom batang otak
Referat Neurologi
lesi batang otak
Pembahasan Tutorial Diagnosis Banding Cedera Otak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah MalangFull description
Full description
batangFull description
panglok
Ronald frankDeskripsi lengkap
Ronald frankFull description
macam-macam batang, fungsi batangFull description
TES DIAGNOSIS MATI BATANG OTAK
PENDAHULUAN
Sebelum sekitar tahun 1950, definisi atas kematian cukup jelas, yakni saat detak jantung dan pernapasan berhenti terjadi. Namun kemudian berbagai teknik ditemukan untuk mempertahankan detak jantung dan pernapasan walaupun pasien telah mati, sehingga muncul persepsi baru. Kematian didefinisikan sebagai hilangnya fungsi tak dan bukan fungsi jantung dan paru !"alshe, #001$. %lmuwan, pemuka agama, pekerja kesehatan, bahkan bah kan ma masya syarak rakat at umu umum m sec secara ara lua luas s tela telah h men menye yetuj tujui ui bah bahwa wa se sese seran rang g dap dapat at dikatakan meninggal apabila terjadi kematian tak. &i 'merika Serikat, kematian dapat ditentukan berdasarkan kriteria neurlgis !"ijdicks, #001$. (ada rang dewasa di )ngkng, kematian tak yang diakibatkan leh cedera kepala berat meliputi hingga sekitar 50* dari semua kasus, dan +0* lainnya diakibatkan leh perdarahan intrakranial. Sisanya disebabkan leh tumr dan infeksi !)ingyu, 199-$. &i 'merika, penyebab utama kematian tak adalah cedera kepala dan perdarahan subarachnid !"ijdicks, #001$. atang tak dapat mengalami cedera leh lesi primer atau at aupu pun n ka kare rena na pe peni ning ngka kata tan n te teka kana nan n pa pada da k kmp mpar arte teme men n su supr prat aten ent tri rial al at atau au infratent infra tentrial rial yang mempengaruh mempengaruhii supla suplaii dara darah h atau integ integritas ritas stru struktur ktur tak. /edera hipksia lebih mempengaruhi krteks daripada batang tak !)ingyu, 199-$. Kriteria untuk kematian tak sendiri berelusi seiring waktu. (ada tahun 1959, llaret dan 2uln memperkenalkan istilah 3irreersible cma4 atau kma ireersibel, untuk mende men deskr skrips ipsika ikan n kea keadaa daan n dar darii #+ ra rang ng pa pasie sien n ya yang ng be berad rada a da dalam lam kn kndis disii k kma, ma, kehi ke hila lang ngan an ke kesa sada dara ran, n, re refle fleks ks ba bata tang ng t tak ak,, re resp spir iras asi, i, se sert rta a me menu nunj njuk ukka kan n ha hasi sill elektrensefalgram yang datar. (ada tahun 196, kmite ad hc di )arard edical Schl meninjau ulang definisi kematian tak dan mendefinisikan kma ireersibel, atau kema ke matia tian n t tak ak,, se seba baga gaii tid tidak ak ad adan any ya re resp spn n da dan n re rese sept pti iita itas, s, pe perg rger erak akan an da dan n pern pe rnap apas asan an,, re refl fle7 e7 ba bata tang ng t tak ak,, se sert rta a ad adan anya ya k kma ma ya yang ng pe peny nyeb ebab abny nya a te tela lah h diidentifikasi. (ada tahun 198, he /nference f edical :yal /lleges di %nggris menyatakan bahwa kematian tak adalah hilangnya fungsi batang tak yang kmplet dan ire ireer ersib sibel. el. (ad (ada a tah tahun un 19 1961, 61, (re (resid sident ent;s ;s /m /mmis missi sin n fr the Stu Study dy f
rgan. &iagnsis ? dan petunjuknya dapat dilihat pada fatwa %&% tentang ?. &iagnsa ? mempunyai # kmp kmpnen nen utam utama. a. Kmp Kmpnen nen perta pertama ma terdir terdirii dari peme pemenuha nuhan n prasy prasyaratp aratprasy rasyarat arat !tabel 1$ dan kmpnen kedua adalah tes klinis fungsi batang tak.!Sunart #009, %&% 1990, $
Definisi Mati
ati klinis adalah henti napas !tidak ada geraka napas spntan$ ditambah henti sirkulasi !jantung$ ttal dengan semua aktiitas tak terhenti, tetapi tidak ireersibel. (ada masa dini kematian inilah, permulaan resusitasi dapat diikuti dengan pemulijan semua fungsi rgan ital termasuk fungsi tak nmal, asal diberikan terapi yang ptimal. ati bilgis !kematian semua rgan$ selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru !:@($ atau bila upaya resusitasi dihentikan. ati bilgis merupakan prses nekrtisasi semua jaringan, dimulai dengan neurn tak yang menjadi nekrtik setelah kirakira 1 jam tanpa sikulasi, diikuti leh jantung, ginjal, paru, dan hati yang menjadi nekrtik selama beberapa jam atau hari. ati serebral !kematian krtek$ adalh kerusakan ireersibel !nekrsis$ serebrum, terutama nekrteks. ati tak !?, kematian tak ttal$ adalah mati serebral ditambah dengan nekrsis sisa tak lainnya, termasuk serebelum, tak tengah, dan batang tak. ati ssial !status egetatif yang menetatap, sidrma apalika$ merupakan kerusakan berat ireersibel pada pasien yang tetap atidak sadar dan tidak respnsif, tetapi mempunyai elektrensefalgram !<<2$ aktif dan beberapa reflek yang utuh. %ni harus dibedakan dari mati serebral yang <<2nya tenang dan dari mati tak, dengan tambahan ketiadaan semua reflek saraf tak dan upaya napas spntan. (ada keadaan egetatif mungkin terdapat daur sadartidur. ! Sunatri. 196, Safar (, 196-$
DEFINISI MATI BATANG OTAK
"alaupun mudah dimengerti sebagai suatu knsep, namun mendefinisikan kematian tak dalam katakata adalah sulit. &i kriteria %nggris, tidak ada definisi yang jelas. (ada panduan 'ustralian and New Aealand %ntensie /are Sciety !'NA%/S$ yang dipublikasikan pada tahun 199+, kematian tak didefinisikan sebagai berikutB 3%stilah kematian tak harus digunakan untuk merujuk pada berhentinya semua fungsi tak secara ireersibel. Kematian tak terjadi saat terjadi hilangnya kesadaran yang ireersibel, dan hilangnya respn refleks batang tak dan fungsi pernapasan pusat secara ireersibel, atau berhentinya aliran darah intrakranial secara ireersibel4. !)ing yu, 199-$. enurut kriteria kmite ad hc )arard tahun 196, kematian tak didefinisikan leh beberapa hal. Cang pertama, adanya tak yang tidak berfungsi lagi secara permanen, yang ditentukan dengan tidak adanya resepsi dan respn terhadap rangsang, tidak adanya pergerakan napas, dan tidak adanya refleksrefleks, yakni respn pupil terhadap cahaya terang, pergerakan kuler pada uji penggelengan kepala dan uji kalri, refleks berkedip, aktiitas pstural !misalnya deserebrasi$, refleks menelan, menguap, dan bersuara, refleks krnea, refleks faring, refleks tendn dalam, dan respn terhadap rangsang plantar. Cang kedua adalah data knfirmasi yakni <<2 yang iselektris. Kedua tes tersebut dilakukan ulang #- jam setelah tes pertama, tanpa adanya hiptermia !suhu kurang dari +#,#? /$ atau depresan sistem saraf pusat seperti barbiturat. (enentuan tersebut harus dilakukan leh serang dkter. !ernff, #009$ enurut Dnifrm &eterminatin f &eath 'ct, yang diembangkan leh Natinal /nference f /mmissiners n Dnifrm State Eaws, (resident;s /mmissin fr the Study f
erhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi dinilai dari tidak adanya denyut jantung dan usaha napas, serta pemeriksaan
anyak anggta berbagai assiasi ahli saraf dan ahli bedah saraf telah menyusun kebijakan dan panduan praktek untuk menegakkan diagnsis kematian tak. )anya ada sedikit perbedaan yang ada, dan selalu ada penekanan yang knsisten pada pengujian apnea dan penilaian fungsi tak sebagai metde plihan dalam menegakkan diagnsis kematian tak. es knfirmasi yang rutin dengan elektrensefalgrafi tidak lagi menjadi pilihan. Dji elektrfisilgis lain juga tidak cukup mendapat alidasi dan memiliki kesulitan baik dalam pelaksanaan maupun interpretasinya. Kebijakan dan panduan praktek tersebut diterapkan secara merata pada dewasa dan usia # bulan ke atas. Kematian tak pada bayi berusia kurang dari # bulan didiagnsis dengan pendekatan yang berbeda pada kebanyakan kebijakan dan biasanya meliputi uji apnea, uji fungsi tak berulang, elektrensefalgrafi, dan uji perfusi serebral !EaFar et al, #001$. (emeriksaan neurlgis klinis tetap menjadi standar untuk penentuan kematian tak dan telah diadpsi leh sebagian besar negaranegara di dunia. (emeriksaan pasien yang diduga telah mengalami kematian tak harus dilakukan dengan teliti. &eklarasi tentang kematian tak tidak hanya menuntut dilakukannya tes neurlgis namun juga identifikasi penyebab kma, keyakinan akan kndisi ireersibel, penyingkiran tanda neurlgis yang salah ataupun faktrfaktr yang dapat menyebabkan kebingungan, interpretasi hasil pencitraan neurlgis, dan dilakukannya tes labratrium tambahan yang dianggap perlu !"ijdicks, #001. "alshe, #001$. &iagnsis kematian tak terutama ditegakkan secara klinis. idak ada tes lain yan perlu dilakukan apabila pemeriksaan klinis yang menyeluruh, meliputi kedua tes refleks batang tak dan satu tes apnea, memberikan hasil yang jelas. 'pabila tidak ditemukan temuan klinis, atau uji knfirmasi, yang lengkap yang knsisten dengan kematian tak, maka diagnsis tersebut tidak dapat ditegakkan !New Crk State &epartment f )ealth, #005$. (emeriksaan neurlgis untuk menentukan apakah seserang telah mengalami kematian tak atau tidak dapat dilakukan hanya apabila persyaratan berikut dipenuhiB penyingkiran kndisi medis yang dapat mengganggu penilaian klinis, khususnya gangguan elektrlit, asam G basa, atau endkrinH tidak adanya hiptermia parah, didefinisikan sebagai suhu tubuh lebih kurang atau sama dengan +#/H dan tidak adanya bukti intksikasi bat, racun, atau agen penyekat neurmuskuler !"ijdicks, #001$. enurut panduan sertifikasi kematian tak yang diterapkan di )ng Kng, yang mengacu pada beberapa referensi seperti edical :yal /lleges in Dnited Kingdm
dan 'ustalian and New Aealand %ntensie /are Sciety, sebelum mempertimbangkan diagnsis kematian tak, harus diperiksa kndisikndisi serta kriteria eksklusi. (ertama tama, harus ditemukan kndisi cedera tak berat yang knsisten dengan prses terjadinya kematian tak !yang biasanya diknfirmasi dengan pencitraan tak$. idak bleh ada keraguan bahwa kndisi yang dialami pasien diakibatkan leh kerusakan struktural tak yang tidak dapat diperbaiki. &iagnsis dari kelainan yang dapat menimbulkan kematian tak harus ditegakkan dengan jelas. &iagnsis tersebut dapat jelas terlihat beberapa jam setelah kejadian intrakranial primer seperti cedera kepala berat, perdarahan intrakranial spntan, atau setelah pembedahan tak. Namun, saat kndisi pasien disebabkan leh henti jantung, hipksia, atau insufisiensi sirkulasi yang berat tanpa peride anksia serebri yang jelas, atau dicurigai mengalami emblisme udara atau lemak tak maka penegakan diagnsis akan memakan waktu lebih lama. Kndisi kedua yang dapat menjadi pertimbangan untuk menegakkan diagnsis kematian tak adalah pasien yang apneu dan menggunakan bantuan entilatr. (asien tidak respnsif, dan tidak bernafas secara spntan. ?bat penyekat neurmuskuler atau lainnya harus dieksklusi dari penyebab kndisi tersebut. (enyebab kma lain yang harus dieksklusi adalah bat depresan atau racun. :iwayat penggunaan bat harus secara hatihati diperiksa. (eride bserasi tergantung pada farmakkinetik dari bat yang digunakan, dsis yang digunakan, dan fungsi hepar serta ginjal pasien. 'pabila diperlukan, tes darah dan urin serta leel serum dilakukan. ila ada keraguan tentang adanya efek dari piid atau benFdiaFepine, maka bat antagnis yang tepat harus diberikan. Stimulatr saraf tepi harus digunakan untuk mengknfirmasi intak tidaknya knduksi neurmuskuler apabila pasien menggunakan bat pelemas tt !muscle rela7ant$. )iptermia primer juga menjadi kriteria eksklusi. Suhu pasien direkmendasikan harus di atas +5? / sebelum dilakukan uji diagnstik. Selain itu, harus disingkirkan juga kndisi gangguan metablik dan endkrin, serta hiptensi arteri !)ng Kng Sciety f /ritical /are edicine, 1996. "alshe,#001$. %nterpretasi dari pindaian cmputed tmgraphy !/$ adalah penting untuk menentukan penyebab kematian tak. Dmumnya, pindaian / menunjukkan massa beserta herniasi tak, lesi hemisferik multipel dengan edema, atau edema saja. Kmpresi arteri dan ena mengakibatkan edem sittksik dan tekanan intrakranial dapat meningkat akibat terhalangnya drainase cairan serebrspinal leh aIusduktus atau ruang subarakhnid. (erubahan ini menyebabkan herniasi berlanjut dan psisi tak menurun. (enurunan ini begitu besar sehingga cabangcabang arteri basilaris !yang mendarahi batang tak$ teregang dan mengakibatkan perdarahan intraparenkimal dan memperparah edem. agaimanapun, temuan pada pindaian / tidak menghilangkan kebutuhan untuk pemeriksaan yang teliti atas faktrfaktr lain yang mungkin menyesatkan diagnsis. Sebaliknya, hasil pindaian / dapat menunjukkan hasil nrmal pada peride awal setelah henti jantung dan paru dan pada pasien dengan meningitis atau ensefalitis fulminan. (emeriksaan cairan serebrspinal dapat menunjukkan adanya kndisi dimana terjadi infeksi pada sistem saraf pusat.
Kriteria klinis untuk kematian tak pada dewasa dan anak adalah sebagai berikutB Kma idak ada respn mtrik idak ada respn pupil terhadap cahaya dan pupil berada di psisi tengah dengan ilatasi !- G mm$
idak ada refleks krnea idak ada refleks tersedak idak ada respn kalrik idak ada batuk sebagai respn terhadap suctin trakhea idak ada refleks menghisap dan menutup mulut idak ada usaha respirasi saat (a/?# setinggi 0 mm)g atau #0 mm)g di atas nilai dasar nrmal %nteral antara kedua ealuasi, sesuai usia pasienB Eahir hingga # bulan, -6 jam J# bulan hingga 1 tahun, #- jam J1 tahun hingga 16J# bulan hingga 1 tahun, 1 tes knfirmasi J1 tahun hingga 16 tahun, psinal L16 tahun, psinal (emeriksaan neurlgis yang menyeluruh meliputi dkmentasi kma, tidak adanya refleks batang tak, dan apnea. (emeriksaan refleks batang tak meliputi pengukuran jalur refleks pada mesensefaln, pns, dan medula blngata. Saat terjadi kematian tak, pasien kehilangan refleks dengan arah rstral ke kaudal, dan medulla blngata adalah bagian terakhir dari tak yang berhenti berfungsi. eberapa jam dibutuhkan untuk terjadinya kerusakan batang tak secara menyeluruh, dan selama peride tersebut, mungkin masih terdapat fungsi medula. (ada kasus yang jarang dimana terdapat fungsi medula blngata yang tetap ada, ditemukan tekanan darah nrmal, respn batuk setelah suctin trakhea, dan takhikardia setelah pemberian 1 mg atrpine. Kedalaman kma diuji dengan penilaian adanya respn mtrik terhadap stimulus nyeri yang standar, seperti penekanan nerus suprarbita, sendi temprmandibuler, atau bantalan kuku pada jari. (emeriksaan kemudian dilanjutkan dengan ada tidaknya refleks batang tak. ila tidak ada refleks batang tak, pemeriksaa harus menemukan adanya pupil yang al atau bulat pada psisi tengah dengan dilatasi !- G mm$ tanpa adanya respn terhadap cahaya terang. Saat kepala digelengkan dengan cepat, seharusnya tidak ada gerakan kulsefalik yang muncul. agaimanapun, interpretasi terhadap tes tersebut sulit, dan dapat memberi hasil yang membingungkan apabila ada cedera spinal. idak adanya pergerakan mata saat dirangsang harus diknfirmasi dengan stimulasi kalrik dingin, dimana timpani diirigasi dengan air es setelah kepala dimiringkan +0 derajat. Seharusnya tidak ada deiasi tnus ke arah stimulus dingin. 'danya bekuan darah atau serumen di kanal telinga mungkin menghalangi respn pada rang yang tidak mengalami kematian tak. (emeriksa harus menguji adanya refleks krnea dengan menyentuh ujung krnea dengan ujung kapas pembersih untuk menghasilkan stimulus yang adekuat. :espn batuk dapat diuji dengan suctin brnkhial, karena menggerakkan pipa trakhea maju mundur mungkin tidak menghasilkan rangsang yang cukup !"ijdicks, #001$. Setelah tampak bahwa refleks batang tak tidak ada, apnea harus diuji. ?ksigenasi difusi apnea adalah prsedur yang dilakukan untuk mempertahankan ksigenasi saat pengujian. atas stimulasi maksimal pusat pernapasan di medula blngata !yang dapat mengalami gangguan fungsi akibat cedera$ telah diatur di 'merika Serikat pada tekanan parsial karbn diksida setinggi 0 mm)g atau lebih tinggi #0 mm)g daripada nilai dasar nrmal. (elepasan entilatr akan memungkinkan tekanan parsial karbn diksida untuk meningkat di atas 0 mm)g dan p) turun di bawah 8,#6 dalam waktu 6 hingga 10 menit. (ada pasien yang menggunakan bantuan entilatr, ksigenasi dipertahankan dengan memberikan preksigenasi dan menggunakan ksigen aliran
rendah !biasanya 5 hingga E. menit$ yang dihantarkan melalui kateter yang ditempatkan di trakhea setinggi karina. ila aspekaspek pemeriksaan klinis tidak dapat dilakukan maka prsedur diagnsis pendukung dapat dipertimbangkan. 'bsennya aliran darah intracranial, ditunjukkan dengan pindaian radinuklida atau angigrafi serebral -asa, akan sangat mendukung diagnsis kematian tak.
apnea (a/?# L0 mm)g. eberapa panduan juga membutuhkan dkumentasi p) asam 8,#6. asis bukti untuk batas tersebut tidak ada. M (emeriksaan klinis berikutnya dan interal waktu <aluasi klinis sekunder menjadi bagian dari panduan bahkan sejak kriteria )arard tentang kematian tak. "alaupun riwayat dari pemeriksaan sekunder in tidak terlalu jelas, namun kemungkinan kegunaannya adalah untuk meminimalkan terjadinya kesalahan teknis pada pemeriksaan. Kebanyakan panduan klinis meminta dilakukannya dua pemeriksaan klinis dalam batas interal waktu yang ditentukan tergantung dari etilgi cedera tak. Cang paling sering, direkmendasikan adalah memberikan peride bserasi selama #- jam antar pemeriksaan. (ada pasien dengan cedera tak hipksik G iskemik. agaimanapun, banyak panduan yang cenderung tidak spesifik dalam memberikan interal waktu pada kndisi klinis yang lain. "aktu interal cenderung menurun dibandingkan dengan panduan paling awal yang dikeluarkan leh kmite ad hc )arard edical Schl. eberapa panduan seperti yang dikembangkan leh 'ustraliand and New Aealand %ntensie /are Sciety !'NA%/S$ memandatkan harus ada dua dkter yang menentukan kematian tak bila akan dilakukan transplantasi rgan, sementara lainnya tidak. Eebih seringnya, serang dkter dapat melakukan kedua pemeriksaan klinis. idak ada bukti ilmiah yang mendukung psisi tersebut dalam li teratur. M (anduan yang sesuai usia )anya sedikit dasar ilmiah untuk pnduan yang spesifik sesuai usia. "alaupun demikian, hampir semua panduan menyebutkan bahwa prtkl harus disesuaikan bila mengealuasi nenatus dan bayi. Kebanyakan badan setuju bahwa kritria klinis dewasa dapat diterapkan pada anak dengan usia di atas 5# minggu. agaimanapun, pemeriksaan klinis sendiri umumnya tidak cukup untuk anak berusia di bawah satu tahun. 'merican 'cademy f (ediatrics ask rce n rain &eath in /hildren merekmendasikan waktu interal antar pemeriksaan yang disesuaikan dengan usia pasien. M aktrfaktr yang menyesatkan elah dikeahui bahwa hiptermia, yang didefinisikan sebagai suhu inti tubuh +#? /, menginduksi hiprefleksia dan pada suhu #6? / dapat terjadi arefleksia. "alaupun demikian, derajat kesadaran dan suhu inti tubuh tidak terlalu berkaitan. anyak panduan memasukkan batas temperature inti tubuh dalam menentukan kematian tak secara klinis, namun batas yang direkmendasikan berariasi dari +#,#? / hingga +,0? / tanpa dasar bukti yang jelas untuk batasbatas tersebut. (enentuan kematian tak saat diketahui ada terapi atau intksikasi bat yang diminum sendiri menuntut perhatian atas prfil farmakkinetik dari agen yang diketahui tersebut. ila tidak diketahui apa agen yang diberikan pada pasien, skriing bat harus dipertimbangkan, dan tes ansiler untuk mengknfirmasu henti sirkulasi serebral direkmendasikan. ila semua kriteria kematian tak terpenuhi, tidak ada kebutuhan untuk melakukan tes ansiler. Namun, kadang cedera traumatik mata dan telinga sering menyertai cedera tak dan dapat ditemukan gangguan metablik pada pasien yang mengalami cedera tak. (anduan yan dipublikasikan berkaitan dengan tes ansiler umumnya merekmendasikan penilaian aliran darah tak keseluruhan atau elektrensefalgrafi. &ua tes diagnsis yang dapat mengidentifikasi henti sirkulasi serebral secara menyeluruh adalah anggrafi
serebral dan angigrafi radinuklida c99m heksamethilprpilenamin ksim !c )('?$ !arn et al, #00$. TES DIAGNOSIS MATI BATANG OTAK
iga temuan utama dalam kematian tak adalah kma atau tidak adanya respn, absennya refleks batang tak, dan apnea. (emeriksaan klinis dari batang tak meliputi tes refleks batang tak, penentuan kemampuan pasien untuk bernapas secara spntan, dan ealuasi respn mtr terhadap nyeri. 1. Kma atau tidak adanya respn. (engujian respn mtr dari ekstremitas diuji dengan stimulasi nyeri penekanan daerah suprarbita dan dasar kuku. Cang harus diperhatikan dalam pengujian ini adalah kemungkinan adanya respn mtrik !3EaFarus sign4$ yan dapat terjadi secara spntan selama tes apnea, seringkali pada kndisi hipksia atau episde hiptensi, dan berasal dari spinal. 'gen penyekat neurmuskuler juga dapat menghasilkan kelemahan mtrik yang cukup lama. #. 'bsennya refleks batang tak. '. (upil. (engujian terhadap refleks pupil dilakukan dengan menguji respn terhadap cahaya yang terang. Kematian tak akan menunjukkan pupil yang berbentuk bulat, al, ataupun ireguler. Kebanyakan pupil pada pasien yang mengalami kematian tak akan berada pada ukuran - hingga mm, namun ukuran dapat berariasi dari - hingga 9 mm. (upil yang mengalami dilatasi menggambarkan kematian tak, karena jalut serikal simpatis yang berhubungan dengan serat tt dilatr yang tersusun radial masih dapat tetap utuh. Cang harus diperhatikan dalam pengujian ini adalah bahwa banyak bat dapat mempengaruhi ukuran pupil. (ada dsis knensinal, atrpin yang diberikan secara intraena tidak memberikan pengaruh apaapa terhadap respn pupil. Karena tidak ada reseptr niktinik di iris, bat penyekat neurmuskuler tidak mempengaruhi ukuran pupil. (emberian bat tpikal di mata dan trauma krnea atau bulbus kuli dapat menyebabkan abnrmalitas ukuran pupil dan menyebabkannya menjadi nn reaktif. 'bnrmalitas anatmis yang telah ada sebelumnya pada iris ataupun efek dari perasi harus dieksklusi. . (ergerakan kuler. 2erakan kuler akan absen setelah dilakukan gerakan memutar kepala da tes kalrik dengan air es. (engujian ini hanya dilakkan setelah dipastikan tidak ada fraktur atau instabilitas dari serikal atau pada pasien dengan cedera kepala. Oertebra serikal harus diperiksa dengan pencitraan untuk menunjukkan tidak adanya fraktur atau instabilitas ptensial. :efleks kulsefalik yang dirangsang dengan menggerakkan kepala secara cepat dan tegas dari psisi tengah ke psisi 90 derajat kiri dan kanan, pada rang nrmal akan menghasilkan deiasi mata ke arah berlawanan dengan gerakan kepala. (ergerakan mata ertikal juga diuji dengan melakukan fleksi leher. (ada kematian tak, tidak akan ditemukan adanya pembukaan kelpak mata dan pergerakan mata ertikal dan hriFntal. Dji kalri dilakukan dengan kepala yang dieleasikan +0 derajat selama irigasi dari tympanum di tiap sisi telinga dengan 50 ml air es. %rigasi tympanum dilakukan paling baik dengan menggunakan kateter suctin kecil di kanal auditrik eksternal dan menghubungkannya dengan siring 50 ml yang diisi dengan air es. &eiasi tnus dari mata yang muncul akibat rangsang kalrik dingin tidak akan muncul pada kematian tak. %nestigatr harus mengamati hingga 1 menit setelah pemberian stimulus, dan waktu antara pemberian rangsang pada tiap sisi harus minimal 5 menit.
Cang harus diperhatikan dalam pemeriksaan ini adalah adanya bat yang dapat mengurangi atau menghilangkan respn kalrik, yakni sedatif, amingliksida, antidepresan trisiklik, antiklinergik, bat antiepilepsi, dan agen kemterapi. Setelah cedera kepala atau trauma fasial, edema kelpak mata atau kemsis knjungtia dapat menghambat pergerakan bla mata. ekuan darah atau serumen dapat juga mengurangi respn kalrik, dan uji dilakukan ulang setelah pemeriksaan inspeksi langsung tympanum. raktur basal dari tulang petrsus dapat menghilangkan respn kalrik secara unilateral dan dapat diidentifikasi dengan prsesus mastideus yang ekimses. /. Sensasi fasial dan respn mtr fasial :efleks krnea harus diuji dengan swab tenggrk. :efleks krnea dan refleks rahang harus absen. "ajah yang mengernyit saat diberikan rangsang nyeri dapat diuji dengan memberikan tekanan dalam dengan byek tumpul pada dasar kuku, tekanan pada daerah suprarbita, atau tekanan yang dalam pada kedua kndilus setinggi sendi temprmandibuler. Cang harus diperhatikan dalam pemeriksaan ini adalah adanya trauma fasial yang berat sehingga dapat mengganggu interpretasi refleks batang tak. &. :efleks faring dan trakhea :espn tersedak, yang diuji dengan merangsang faring psterir dengan laringskp, harus absen. idak adanya refleks batuk pada suctin brnkhial j uga harus tampak. &alam pemeriksaan ini, harus diperhatikan bahwa pada apsien yang diintubasi secara ral, respn tersedak mungkin sulit untuk diamati. +. 'pnea (ada uji apnea, harus diperhatikan beberapa kndisi sebelum dilakukannya pengujian. (erubahan yang penting pada tanda ital !misalnya hiptensi yang menclk, aritmia kardia berat$ yang ditemukan pada pemeriksaan apnea dapat berkaitan dengan kurangnya pengamatan terhadap kndisikndisi yan dilakukan sebelum pengujian, walaupun perubahan tersebut dapat terjadi secara spntan karena asidsis yang meningkat. Sehingga, persyaratanpersyaratan berikut ini harus diperhatikanB !1$ suhu inti lebih dari atau sama dengan +,5? / !-,5? / lebih tinggi dari suhu yang menjadi persyaratan diagnsis klinis kematian tak yakni +#? /$, !#$ tekanan darah sistlik yang lebih tinggi atau sama dengan 90 mm )g, !+$ eulemia !atau lebih baim apabila balans cairan psitif selama jam sebelumnya$, !-$ eukapnea !atau apabila (/?# arteri lebih dari atau sama dengan -0 mm )g$, dan !5$ nrmksemia !atau apabila (?# arteri lebih dari atau sama dengan #00 mm )g$. ?ksimeter pulsa dihubungkan pada pasien. (engujian dilakukan dengan tahaptahap berikutB M emutus hubungan dengan entilatr M emberikan ?# 100* l>menit. (ilihannya adalah dengan menempatkan kanul setinggi karina. M 'mati dengan seksama pergerakan respirasi. :espirasi didefinisikan dengan pergerakan abdmen atau dada yang menghasilkan lume tidal yang adekuat. ila ada, respirasi dianggap ada pada uji apnea ini. Saat terjadi gerakan yang mirip dengan respirasi, maka harus diamati hingga akhir uji apnea, dmana ksigenasi berada pada leel yang lebih rendah. Saat hasilnya meragukan,
spirmeter dapat dihubungkan dengan pasien untuk memastikan bahwa tidak ada lume tidal. M Dkur (?#, (/?#, dan p) arteri setelah kirakira 6 menit dan hubungkan kembali dengan entilatr. M ila gerakan respirasi tidak ada dan (/?# arteri sama dengan atau lebih dari 0 mm )g !pilihan lain adalah (/?# yang meningkat #0 mm )g dari (/?# nrmal dasar$, maka tes apnea dinyatakan psitif !sehingga mendukung diagnsis klinis kematian tak$. M ila teramati adanya gerakan respirasi, maka tes apnea dinyatakan negatif !sehingga tidak mendukung diagnsis klinis kematian tak$, dan tes harus diulang. M ila selama tes apnea tekanan darah sistlik menjadi P90 mm )g, ksimeter pulsa menunjukkan desaturasi, dan terjadi aritmia kardia, segera ambil sampel darah, hubungkan dengan entilatr, dan lakukan analisa gas darah arteri. es apnea memberikan hasil psitif, apabila (/?# arteri lebih dari atau sama dengan 0 mm )g atau meningkat #0 mm )g dari (/?# nrmal dasar. ila (/?# kurang dari 0 mm )g, atau peningkatannya kurang dari #0 mm )g, hasilnya tidak dapat dipastikan. (ada kndisi ini, dimana terdapat instabilitas kardiaskuler bersamaan dengan ketidak jelasan batasan atas (/?# dimana terjadi stimulasi maksimal terhadap pusat pernafasan, maka tergantung pada dkter untuk memutuskan apakah diperlukan tes knfirmasi untuk memastikan diagnsis klinis kematian tak. M ila tidak ada pergerakan respirasi, (/?# kurang dari 0 mm )g, dan tidak ada aritmia kardia atau hiptensi signifikan, tes dapat diulang dengan apnea selama 10 menit. !"ijdicks, 199-. "ijdicks, #001. eterhealt,#000.
es tambahan untuk knfirmasi kematian tak harus memenuhi kriteria berikutB 1. idak bleh ada psitif palsu, sehingga saat tes mengknfirmasi adanya kematian tak, maka tidak bleh ada pasien yang sembuh atau memiliki ptensi untuk sembuh. #. es harus dapat berdiri sendiri dalam menegakkan apakah kematian tak benarbenar terjadi atau tidak. +. es tidak bleh dipengaruhi faktr yang dapat menyesatkan seperti efek bat atau gangguan metablik. -. es harus distandarisasi dalam hal teknlgi, teknik, dan klasifikasi hasilnya. 5. es harus dapat diperleh secara umum, aman, dan dengan mudah dilakukan. es tidak bleh terbatas pada beberapa pusa penelitian sajaH idealnya ia harus dapat diterapkan pada semua %ntensie /are Dnit !%/D$ dan teknik harus dapat diandalkan dan mudah dipelajari. estes tambahan yang ada saat ini terutama meliputi tes elektrfisilgis !elektrensefalgrafi, ptensial pacuan smatsensrik dan ptensial pacuan pendengaran batang tak, dan respn pacuan mtrik$, tes aliran darah tak !angigrafi serebri empat asa, tes kedkteran nuklir aliran darah tak, &ppler transkranial, :%, angigrafi resnansi magnetik, dan pemeriksaan /$, dan pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan metablisme, pemeriksaan ksigen ena jugularis, dan tes atrpin. Saat dilakukan secara kntinyu, pemantauan elektrensefalgrafi dapat menunjukkan supresi tegangan secara umum, yang dapat menunjukkan pada
klinisi adanya kematian tak. Namun, <<2 telalu anatmis, dan terbatas secara fisilgis. <<2 merekam aktiitas hanya dari lapisan krteks yan berada tepat di bawah kulit kepala dan tidak merekam dari struktur sbkrteks, seperti batang tak atau thalamus, dan hanya memberikan cakupan yang terbatas dari permukaan cembung tak besar. Eebih jauh lagi, tidak semua frekuensi <<2 tertangkap sehingga dapat memberikan hasil datar atau iselektrik saat ada neurn yang masih hidup di batang tak atau tempat lain. )anya ada sedikit penelitian yang menguji aliditas dari <<2 dalam kaitannya dengan kematian tak. <<2 juga memiliki kelemahan, dimana dapat terjadi gangguan dari faktrfaktr yang dapat menyesatkan, seperti terjadinya gambaran yang datar atau iselektris saat terjadi erdsis barbiturat atau anestesi yang dalam, dimana keduanya merupakan kndisi yang reersibel. Sehingga, pada tes <<2 dapat terjadi psitif palsu maupun negatif palsu, membuat <<2 menjadi suatu tes yang jauh dari ideal untuk penentuan kematian tak. Saat diperlukan knfirmasi untuk penentuan kematian tak, tes aliran darah ke tak dianggap lebih tepat. es yang menunjukkan absennya aliran darah ke tak umumnya diterima sebagai penegakan kematian tak yang memiliki kepastian, karena knsep bahwa apabila tak tidak mendapatkan suplai darah selama peride waktu tertentu akan mati sudah diyakini secara luas. entunya kndisi hiptermia dan hiptensi transien yang reersibel harus disingkirkan. Kematian tak dapat disertai dengan baik edema jaringan ataupun efek massa yang menyebabkan tekanan intrakranial menjadi sama atau lebih dari tekanan darah sistlik dan tekanan darah arteri ratarata. Knsekuensinya, darah tidak memasuki kmpartemen intrakranial, atau hanya memasuki selama sistl, mengakibatkan tidak terjadinya perfusi ke jaringan tak, sehingga menyebabkan kematian sel neurn dan glia tak, tes aliran darah tak memberikan metde yang dapat diterima dan dapat berdiri sendiri dalam menegakkan kematian tak. es tersebut tidak disesatkan leh bat, gangguan metablik, atau hiptermia. Syarat sebelumnya adalah bahwa tekanan darah sistemik harus adekuat, dimana pasien tidak dalam kndisi syk. es aliran darah tak meliputi angigrafi empat asa !kartis dan ertebral$, /&, :%, dan :', angigrafi /, dan tes kedkteran nuklir. es yang lebih akurat untuk perfusi lebih dipilih, yakni angigrafi dan / emisi ftn tunggal !S( $, dibandingkan dengan pencitraan sirkulasi tak dua dimensi. es perfusi jarang memberikan hasil negatif palsu, dimana ditemukan perfusi struktur arteri atau ena pada pasien yang telah diknfirmasi mengalami kematian tak secara patlgis dan klinis. %ni terutama terjadi pada kndisi dimana tekanan intrakranial menurun akibat mekanisme dekmpresi, seperti kraniektmi dekmpresif, fraktur tengkrak, pintasan entrikuler atau anak dengan tengkrak yang masih rapuh. Negatif palsu tersebut jarang terjadi. )arus diingat bahwa adanya aliran darah tidak serta merta mengeksklusi kemungkinan kematian tak. )arus diingat bahwa dalam melakukan tes knfirmasi kematian tak, negatif palsu tidak lebih bermasalah daripada psitif palsu, karena lebih berbahaya apabila seserang secara keliru dinyatakan mengalami kematian tak daripada bila seserang dinyatakan tidak mati tak padahal sesungguhnya telah terjadi kematian tak. es yang menjadi standar emas tes knfirmasi kematian tak adalah angigrafi serebral empat asa. es ini inasie dan harus dilakukan dengan memndahkan
pasien ke departemen radilgi. 'bsennya pengisian darah intrakranial dari arteri kartis interna atau ertebra harus didahului leh tekanan intrakranial yang melebihi tekanan darah arteri ratarata. Selain tes knfirmasi, tidak ada tes lain yan dapat dipertimbangkan secara serius. es atrpin misalnya, hanya memberikan penilaian dari fungsi medulla yang terbatas. 'trpin adalah bat antiklinergik yang akan menghilangkan tnus agus yang tersisa, seperti dibuktikan dengan peningkatan denyut jantung. (ada kematian tak, tes atrpin akan menyebabkan peningkatan denyut jantung +*. Karena nukleus agus mtr drsal berada di medulla, tes ini hanya memberikan penilaian yang terbatas dari fungsi medulla kaudal. "alaupun ini merupakan bagian dari tak yang akan tersisa pada kematian tak, tes ini hanya memberikan penilaian yang sangat terbatas. (enentuan saturasi ksigen ena pada bulbus jugularis !di mana rasi antara saturasi ksigen ena sentral dan bulbus jugularis 1$ terbukti memiliki sensitiitas setingi 9,* dan spesifisitas 9,+* pada kematian tak, namun Cung et al menemukan satu rang yang hidup dengan rasi yang kurang dari 1. es ini tidak didapatkan di semua pusat pelayanan kesehatan, dan membutuhkan keterampilan khusus untuk insersi kateter. !Cung et al. #00$ KESIMPULAN
erbagai teknik yang ditemukan untuk mempertahankan detak jantung dan pernapasan walaupun pasien telah mati telah memunculkan persepsi baru tentang definisi kematian sebagai hilangnya fungsi tak dan bukan fungsi jantung dan paru, dimana kematian dapat ditentukan berdasarkan kriteria neurlgis. Kematian tak kebanyakan diakibatkan leh cedera kepala berat dan perdarahan intrakranial. Kriteria untuk kematian tak sendiri berelusi seiring waktu. Kematian tak didefinisikan sebagai hilangnya semua fungsi tak secara ireersibel, termasuk batang tak. iga temuan penting dalam kematian tak adalah kma, hilangnya refleks batang tak, dan apnea. (ada pasien, harus diperiksa kndisikndisi serta kriteria eksklusi. )arus ditemukan kndisi cedera tak berat yang knsisten dengan prses terjadinya kematian tak, tidak bernafas secara spntan, dan hasil yang negatif pada pemeriksaan refleksrefleks batang tak. Saat ini masih banyak kntrersi berkaitan dengan penentuan kematian tak, karena masih kurangnya literatur atau panduan yang berbasis bukti.
DAFTAR PUSTAKA
hmas "alshe, he diagnsis f brain death. N 50B8 > pp 8#58+1. ω (ernyataan %&% tentang mati. Surat Keputusan ( %&% N #+1>(>'.->90. ω Sunatri S. (enentuan ati . agian 'nestesilgi KD%>:S/ ,#00. ω
Safar (. :esusitasi @antung (aru ?tak. @akarta B &epartemen Kesehatan :epublik %ndnesia 196-B165. ω Sunatri SB (enentuan mati>(engakhiran resusitasi dan euthanasia pasif di %/D. Ekakarya tentang ati Q 5+H>pp 0#06. ω /arls 5+H>pp #0#8. ω