1
Jabaran Skenario Seorang perempuan berusia 33 tahun datang ke klinik gigi dengan keluhan tambalan 2 gigi depan atasnya lepas. Tambalan tersebut sudah berulang kali lepas sehingga pasien merasa
terganggu
dan
malu.
Pasien
ingin
memperbaiki
penampilan
dan
fungsi
pengunyahannya pengunyahannya dengan gigi tiruan yang tidak bisa dilepas. Pemeriksaan Pemeriksaan klinis gigi 11 vital, gigi 21 non vital pasca perawatan saluran akar, gigi 36 missing. Dokter yang merawat memutuskan untuk gigi 11 dibuatkan mahkota tiruan penuh, gigi 21 dibuatkan mahkota tiruan pasak dan gigi 36 dibuatkan gigi tiruan jembatan dengan penyangga gigi 35 dan gigi 37. Setelah dilakukan pencetakkan model studi, maka dilakukan pengasahan/preparasi gigi. Pasien ingin dijelaskan tahapan pengasahan gigi yang dilakukan dan desain gigi yang dibuat, serta permasalahan apa yang mungkin timbul setelah pengasahan gigi.
2
Sasaran Belajar
1. Pertimbangan Pertimbangan desain gigi tiruan cekat. 2. Keuntungan dan kekurangan perawatan yang harus dipertimbangkan pada pemilihan perawatan 3. Pertimbangan indikasi dan desain pemilihan tipe gigi tiruan jembatan berdasarkan komponennya serta syarat gigi penyangga 4. Prinsip dan syarat preparasi gigi tiruan cekat. 5. Preparasi sesuai dengan material yang dipilih untuk rencana perawatan 6. Prosedur preparasi, alat yang digunakan, dan evaluasi hasil preparasi untuk perawatan mahkota tiruan penuh 7. Prosedur preparasi, alat yang digunakan, dan evaluasi hasil preparasi untuk gigi tiruan jembatan. 8. Prosedur preparasi, alat yang digunakan, dan evaluasi hasil preparasi untuk perawatan mahkota tiruan pasak 9. Jenis mahkota tiruan pasak dan jenis pasak 10. Tahap preparasi saluran akar pada mahkota tiruan pasak dengan pasak ready made/prefabricated dan custom made/fabricated/tuang beserta alat yang digunakan.
11. Indikasi, keuntungan, kerugian, serta tahap preparasi pada mahkota tiruan pasak piece/attached dengan detached .
3
one
1. PERTIMBANGAN DESAIN GIGI TIRUAN CEKAT Dibuat oleh Destri Shofura, Dewi Ghina Nisrina Tardan, dan Dhira Rama Haidar Sumber: Shilingburg HTJ, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Bracker Se. Fundamental of Fixed Prosthodontics 3rd ed. Chicago : Quintessence Publishing Co. Inc 1997
1. Kondisi gigi penyangga Yang perlu diperhatikan adalah
-
Vitalitas : sebaiknya vital. Bila non vital harus sudah dilakukan perawatan saluran akar yang sempuna.
-
Kesehatan membran periodontal, lamina dura dan jaringan periapikal
-
Memiliki ‘bone support’ yang baik. Terlihat secara klinis tidak goyang dan diperkuat dengan rasio mahkota : akar = 2 : 3 pada pemeriksaan radiologis.
-
Bentuk dan anatomi gigi baik dan normal
-
Mahkota gigi mempunyai jaringan email dan dentin yang kuat dan sehat
-
Bentuk dan panjang akar
-
Posisi dan inklinasi : perhatikan posisi dalam lengkung rahang apakah sudah baik atau membutuhkan perbaikan posisi dan inklinasi.
2. Vitalitas Gigi tiruan cekat sebaiknya gigi vital apabila gigi tersebut non vital, maka dapat dilakukan perawatan dengan pasak. 3. Rasio mahkota : akar Rasio mahkota : akar dihitung dari oklusal/insisal ke alveolar crest : : akar yang tertanam dalam tulang = 2 : 3; maksimum = 1:1.
4
4. Konfigurasi akar Pada gigi dengan satu akar
lebih
lebar di labiolingual atau mesiodistal dengan
konfigurasi ireguler (ada beberapa curvature di 1/3 apikal) lebih baik dibandingkan dengan bentuk bulat jika dilihat dari potong crossectional Pada gigi dengan lebih dari satu akar
jarak
akar yang terpisah lebih jauh lebih baik
dibandingkan dengan akar yang berfusi ataupun konvergen
5. Jaringan periodontal
-
Bentuk margin dari crown harus didesain sedemikian rupa agar permukaan mahkota tiruan sejajar dengan permukaan gigi
jika
tidak akan terjadi penumpukan plak
-
Apabila gingiva inflamasi, perbaiki restorasi
-
Apabila ditemukan poket yang dalam dan penurunan tulang alveolar
lakukan
periodontal surgery terlebih dahulu
-
Edentulous dengan residual ridge kelas 3 dan 4 tidak disarankan untuk GTC
6. Residual ridge Merupakan daerah tidak bergigi yang akan dibuatkan gigi tiruan, dimana keadaannya akan berkaitan dengan desain pontic. Yang harus diperhatikan adalah :
-
Ukuran mesio-distal ruang tidak bergigi ( span) yang dapat lebih kecil atau lebih besar dari besar gigi yang diganti. Hal ini akan berpengaruh pada beban kunyah yang akan diterima oleh gigi tiruan.
-
Bentuk membulat/segitiga/segiempat/oval, keadaan permukaan rata/tidak, jarak servikoklusal/insisal servikoklusal/insisal yang bervariasi bervariasi karena tergantung besar/kecilnya resorbsi tulang atau adanya hyperplasia gingiva. 5
-
Kondisi penyembuhan pasca pencabutan
7. Kontur residual ridge Dikatakan ideal, jika :
-
Halus, permukaan attached gingiva regular
-
Tinggi dan lebar harus cukup untuk memberi tempat bagi pontik
-
Tampak fasial bebas dari frenum attachment , ketinggian adekuat untuk mempertahankan penampilan interdental papilla
8. Tahanan jaringan Jaringan periodontal harus dalam keadaan sehat secara keseluruhan sebelum pembuatan gigi tiruan cekat. Hal tersebut karena kesehatan periodontal jangka panjang sangat penting terhadap keberhasilan gigi tiruan cekat. 9. Densitas tulang Pada keadaan densitas tulang rahang rendah contohnya pada kasus osteoporosis, terjadi masalah yaitu dimana kemampuan untuk menahan beban oklusal berkurang sehingga perlu dilakukan pembuatan GTC yang dapat mendistribusi beban mencakup daerah seluas mungkin. 10. Besarnya resorbsi (ada/tidaknya defek) Kelainan jaringan penyangga gigi dapat menyebabkan resorbsi tulang alveolar, kegoyangan gigi sampai terlepasnya gigi dari soketnya. 11. Ruang protesa 12. Kondisi gigi antagonis : gigi asli atau gigi tiruan. 13. Inklinasi/posisi gigi terhadap bidang oklusi (malposisi, drifting, ekstrud, intrud, tilting) Gigi dengan kelainan inklinasi, dapat ditangani dengan mahkota tiruan penuh atau dengan mahkota tiruan pasak.
6
14. Oklusi (ada stabil, ada tidak stabil, tidak ada) Daerah yang mendapat beban oklusal yang berat harus cukup tebal untuk menahan kekuatan. Pada bridge, jika tekanan kunyah berat, maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan tambahan abutment . Pada mahkota tiruan, jika memerlukan beban kunyah besar maka dapat digunakan mahkota tiruan dengan material dari logam. Jika gigi anterior dengan beban kunyah besar maka dapat digunakan mahkota tiruan dengan kombinasi material antara metalporcelain atau metal-acrylic.
15. Artikulasi -
Bilateral balanced articulation
-
Unilaterally balanced articulation/group function
-
Mutually protected articulation/cuspid protected/canine guidance
16. Overjet dan overbite Overbite pada gigi anterior dapat berefek langsung kepada distribusi beban pada gigi geligi
yang berdampak pada prognosis, sehingga sangat berpengaruh pada penggunaan material yang brittle seperti porcelain terutama pada aspek palatal. Overjet yang kecil dapat menyebabkan timbulnya friksi saat artikulasi.
17. Anterior guidance Selama pergerakan protrusif mandibula, insisal gigi anterior mandibula bergerak ke depan dan ke bawah sepanjang curvature lingual gigi anterior maksila. Jalur yang dilalui incisal edge dari maximum intercuspation ke oklusi edgeto-edge dinamai jalur insisal protrusif ( protrusive incisal path). Sudut yang
dibentuk oleh jalur protrusif insisal dan bidang horizontal disebut inklinasi jalur insisal protrusif , yang dalam rentang 50-70 °
Pada oklusi yang sehat, anterior guidance kira-kira 5-10 ° lebih curam dari jalur kondilar pada bidang sagital. Ketika mandibula bergerak secara protrusif, gigi-gigi anterior memandu mandibula bergerak ke bawah untuk membuat disoklusi atau perpisahan antara gigi -gigi maksila dan mandibula. Incisal edge mandibula harus berkontak dengan permukaan lingual maksila pada transisi dari
kecekungan hingga ke kecembungan posisi relasi sentrik.
7
Anterior guidance, yang dihubungkan dengan kombinasi overlap vertikal dan horizontal gigi-
gigi anterior, dapat mempengaruhi morfologi permukaan oklusal gigi-gigi posterior. Lebih besar overlap vertikal dari gigi-gigi anterior, maka lebih panjang cusp posterior. Ketika overlap vertikal lebih pendek, tinggi cusp posterior lebih pendek.
18. Tekanan kunyah Mempengaruhi penentuan jumlah gigi penyangga dan prognosis setelah pemakaian gigi tiruan cekat. Tekanan kunyah yang ditimbulkan oleh berfungsinya otot kunyah dengan sistem neuromuskulernya dapat dinilai melalui tonus otot-otot kunyah, yang besar kecilnya dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :
-
Fisiologis : tekanan kunyah pada pasien usia lanjut lebih kecil di banding pasien muda
-
Patologis : kebiasaan buruk seperti bruxism, mengunyah satu sisi.
-
Hubungan gigi geligi atas dan bawah : seperti deep bite, edge to edge, mengunyah di anterior karena gigi posterior yang rusak atau hilang, open bite
19. Bruxism Bruxism paling buruk terjadi ketika malam hari dimana proses penggertakan dan pengausan
dilakukan secara tidak sadar, kebiasan ini dapat dilacak dari adanya jejas pada gigi serta rasa sakit yang menggangu. Prevalensi terjadinya kondisi ini kerap dikaitkan dengan maloklusi, ganguan neuromuskular, stress, kombinasi dari ketiga faktor tersebut. 20. Clenching Clenching umumnya diasosiasikan sebagai gerakan menekan dan menahan pada rongga mulut
dimana gigi dan rahang saling beradu.
8
21. Biomekanika
-
Anterior component of force (ACF) Anterior component of force (ACF) adalah resultan
gaya fungsional yang mendorong gigi ke depan pada waktu gigi atas dan bawah posterior berkontak. Karena sumbu gigi geligi miring ke distal maka waktu gigi atas dan bawah berkontak, akan menghasilkan vektor gaya yang arahnya ke anterior. Gaya ACF efektif pada waktu molar 1 atas dan bawah tumbuh. Gaya ACF dinetralisir oleh otot-otot bibir.
-
Ante’s Law o
Menurut Ante’s Law , jumlah luas area permukaan akar gigi abutment harus sama atau melebihi total luas permukaan akar gigi yang akan digantikan oleh pontik.
o
Berdasarkan Ante’s law , dapat disimpulkan bahwa satu gigi yang hilang dapat berhasil digantikan jika gigi abutment -nya sehat. Sedangkan jika terdapat 2 gigi yang hilang, GTJ mungkin dapat menggantikan gigi yang hilang namun akan muncul keterbatasan. Jika luas permukaan yang akan digantikan oleh beberapa pontik melebihi total luas permukaan akar gigi abutment , maka keadaan ini akan berisiko tinggi.
o
Menurut Ante’s law , GTJ dengan panjang pontik yang pendek memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan pontik yang panjang.
9
-
Bending/flexural effect pada pontik
Semua gigi tiruan cekat, baik panjang ataupun pendek, akan memiliki potensial untuk flexing pada perluasan tertentu karena ada gaya yang diberikan melalui pontik kepada
gigi abutment -nya. Gaya yang diberikan pada GTJ merupakan gaya mesio-distal, sedangkan gaya yang lebih umum terjadi pada single restoration adalah gaya fasiolingual. Selain bertambahnya beban yang diterima oleh ligamen periodontal gigi abutment , kelemahan dari long-span fixed partial denture/bridge adalah semakin panjang pontik maka semakin tinggi rigiditasnya. Efek flexural atau bending pada pontik berbanding lurus dengan panjang pontik dipangkatkan 3 dan berbanding terbalik dengan ketebalan occlusogingival pontik dipangkatkan 3. Contoh : dibandingkan dengan GTJ dengan 1 gigi pontik, GTJ dengan 2 gigi pontik memiliki kemungkinan untuk bending 8x lebih besar (2 dipangkatkan 3), dan untuk 3 gigi pontik kemampuan bendingnya 27x lebih besar (3 dipangkatkan 3) dibanding 1 pontik. Begitupun dengan ketebalan occlusogingival, pontik dengan tebal okluso-gingival lebih dari normal memiliki kemampuan untuk bending 8x lebih besar dari normal. Oleh karena itu long-span bridge pada gigi geligi di mandibula kurang baik prognosisnya (karena okluso-gingival gigi mandibula lebih pendek dibandingkan gigi maksila).
10
11
Semakin panjang pontik maka kemungkinan torquing pada gigi abutment nya juga akan semakin besar, terutama jika gigi abutment nya bersifat lemah. Untuk meminimalisir efek bending yang disebabkan karena pontik yang panjang dan tipis, maka dalam mendesain pontik, jarak occluso-gingival nya harus tebal, pontik sebaiknya tidak terlalu panjang, memperhatikan total
luas permukaan akar gigi abutment menurut Ante’s Law , dan protesa sebaiknya dibuat dari – strength yang tinggi, contohnya nickel-chromium. material yang kuat dengan yield
2. KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN PERAWATAN YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN PADA PEMILIHAN PERAWATAN Dibuat oleh Dhira Rama Sumber: Shilingburg HTJ, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Bracker Se. Fundamental of Fixed Prosthodontics 3rd ed. Chicago : Quintessence Publishing Co. Inc 1997
Mahkota Tiruan Penuh Ceramic Crowns
Keuntungan :
Tampilan Baik, karena memiliki translusensi dan shade seperti enamel gigi
Stabilitas Porselen memiliki dimensi dan warna yang stabil pada cairan di rongga mulut
Harga
Plak Bahan ceramic dapat menghalangi pembentukan plak lebih baik dibandingkan
Lebih
murah dibandingkan metal-ceramic crown
material lain
Kerugian : -
Marginal fit PJCs dibuat dengan platinum foil matrix yang dilepas sebelum sementasi
sehingga terkadang memberikan marginal fit yang kurang memuaskan -
Kerapuhan
Mudah
rapuh pada gaya oklusi yang besar
-
Membuang jaringan gigi
Untuk
mendapatkan appearance yang baik dan menanggulangi
kerapuhan porcelain, crown harus dibuat cukup tebal sehingga melemahkan gigi dan mengancam pulpa
12
Ceramic Crowns Metal
Keuntungan:
Kekuatan Sangat kuat, dapat menahan tekanan oklusal dan tekanan lain dengan baik
Minimum palatal reduction Tidak perlu terlalu tebal
Adaptabilitas
Dapat
diadaptasikan pada bentuk gigi manapun dan dapat memberikan
retensi tambahan berupa groove atau pin
Dapat dicor, disolder, dan dilas ( cast, soldered, and laser welded )
Kerugian : -
Kekuatan Jika terjadi kecelakaan/ menerima gaya terlalu besar, gigi dapat fraktur karena struktur crown yang lebih kuat dibandingkan jaringan gigi
-
Tampilan Kurang baik, karna ada bagian metal yang terlihat terutama pada bagian servikal margin
-
Desktruksi jaringan gigi
Reduksi
bagian labial/ bukal yang lebih besar dari all ceramic
crown sehingga lebih rentan mengenai pulpa -
Harga
Relatif
mahal tergantung pada metal alloy yang digunakan, waktu pembuatan juga
lebih lama
All Metal Crowns (untuk gigi posterior)
Keuntungan :
Strength yang baik
Rest set nyaman
Kerugian -
Estetik yang buruk
13
Mahkota Tiruan Pasak
Keuntungan :
Memperoleh retensi yang baik.
Memperbaiki susunan gigi yang tidak baik.
Mengurangi kemungkinan pencabutan gigi sehingga mencegah/mengurangi resorbsi tulang alveolar
Estetis dapat dibuat ideal/semaksimal mungkin
Kerugian : -
Digunakan terbatas hanya pada gigi non vital.
-
Fraktur akar dapat terjadi apabila preparasi saluran akar kurang baik atau pemilihan jenis pasak kurang tepat.
Gigi Tiruan Jembatan Keuntungan :
Kekuatan, stabilitas, retensi merata dan baik
Bisa untuk kehilangan gigi single/multiple dan dapat berperan sebagai splint dengan gigi abutment
Kerugian : -
Membutuhkan preparasi gigi abutment yang paralel, sehingga ada kemungkinan untuk overpreparasi gigi, melemahkan struktur gigi, dan membahayakan jaringan pulpa
-
Dapat menimbulkan gaya ungkit terutama pada long-span bridge
14
3. PERTIMBANGAN
INDIKASI
DAN
DESAIN
TIPE
GIGI
TIRUAN
JEMBATAN BERDASARKAN KOMPONENNYA SERTA SYARAT GIGI PENYANGGA Dibuat oleh Nola Primadona Sumber : 1. Shillingburg HTJ, Hobo S, Whitsee LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamental of Fixed
Prosthodontic, 3rd Ed. Chicago: Quintessence Publishing Co. Inc 1997. 2. Rosenstiel, Land, Fujimoto. Contemporary fixed prosthodontics, 3 Ed. St. Louis: Mosby
Indikasi : -
Kehilangan satu/dua gigi geligi
-
Diastema abnormal
-
Ruang protesa kurang dari normal
-
Pasca terapi ortodontik
-
Gigi penyangga memerlukan restorasi atau splint
-
Deep bite
-
Pasien berusia 17-55 tahun. Karena jika pasien berusia kurang dari 17 tahun, mahkota klinisnya pendek, pulpa besar, pembentukan akar masih belum sempurna, masih pertumbuhan rahang; jika pasien berusia lebih dari 55tahun, dukungan dan kesehatan jaringan periodontal menurun
-
Memenuhi syarat gigi abutment nya
Kontraindikasi : -
Oral hygiene tidak baik
-
Physical handicap
-
Indeks karies yang tinggi
-
Cross-bite, malposisi, progeni
-
Migrasi atau ekstrusi yang parah
15
Bagian-Bagian Gigi Tiruan Jembatan :
No. 1.
Bagian
Retainer
Keterangan
Menghubungkan gigi tiruan tersebut dengan gigi penyangga. Fungsinya :
-
Memegang/menahan supaya gigi tiruan tetap stabil di tempatnya.
-
Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga.
Macam : A. Ekstrakorona : retainer yang meliputi bagian luar mahkota
gigi 1) Full Veneer Crown Retainer
Indikasi : o
Tekanan kunyah normal/besar
o
Gigi-gigi penyangga yang pendek
o
Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
Keuntungan : o
Memberikan retensi dan resistensi yang terbaik
o
Memberikan efek splinting yang terbaik
Kerugian : o
Jaringan gigi yang diasah lebih banyak
16
o
Estetis kurang optimal (jika terbuat dari all metal)
2) Partial Veneer Crown Retainer
Indikasi : o
Gigi tiruan jembatan yang pendek
o
Tekanan kunyah ringan/normal
o
Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal
o
Salah satu gigi penyangga miring
Keuntungan : pengambilan jaringan gigi lebih sedikit Kerugian : o
Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit
o
Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang
B. Intrakorona : retainer yang meliputi bagian dalam mahkota
gigi penyangga Bentuk : o
Onlay
o
Inlay MO/DO/MOD
Indikasi : o
Gigi tiruan jembatan yang pendek
o
Tekanan kunyah ringan atau normal
o
Gigi penyangga dengan karies kelas II (proksimal gigi posterior) yang besar
o
Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal
Keuntungan : o
Jaringan gigi yang diasah sedikit
o
Preparasi lebih mudah
o
Estetis cukup baik
17
Kerugian : o
Kemampuan dalam hal retensi resistensi kurang
o
Mudah lepas/patah
C. Dowel crown : retainer yang meliputi saluran akar gigi,
dengan sedikit atau tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri sendiri Indikasi : o
Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan saluran akar
o
Gigi tiruan pendek
o
Tekanan kunyah ringan
o
Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan : o
Estetis baik
o
Posisi dapat disesuaikan
Kerugian : sering terjadi fraktur akar 2.
Konektor
Menghubungkan pontik dengan retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga menyatukan bagianbagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan penyalur beban kunyah
Macam :
-
Rigid : kaku, tidak bergerak, efek splinting maksimal
Jenis konektor yang digunakan apabila keseluruhan beban dari pontik akan ditransmisikan secara langsung pada gigi abutment .
-
Non-Rigid : dapat terjadi pergerakan terbatas, mengurangi
efek ungkit
18
3.
Pontik
Menggantikan gigi asli yang hilang dan berfungsi untuk mengembalikan :
-
Fungsi kunyah dan bicara
-
Estetis
-
Rasa nyaman
-
Mempertahankan hubungan antar gigi tetangga untuk mencegah migrasi
-
Mempertahankan hubungan dengan gigi lawan untuk mencegah ektrusi
Macam : Berdasarkan hubungan dengan mukosa residual ridge 1) Sanitary
Dasar
pontik
tidak
berkontak
sama
sekali
dengan
permukaan ridge. Terdapat jarak 1-3mm, dan permukaan dasar pontik cembung dalam segala aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah dibersihkan. Kerugian : kurang estetis sehingga hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang bawah 2) Saddle
Seluruh permukaan tertutup. Estetik baik namun tidak terdapat efek self cleansing 3) Ridge Lap
Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan mukosa sedangkan bagian palatal menjauhi atau sedikit menyentuh mukosa. Hal ini mengakibatkan estetis pada bagian labial/bukal lebih baik, dan mudah dibersihkan pada bagian palatal. Walaupun demikian, sisa makanan masih mudah masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk dibersihkan. Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan posterior
19
4) Modifikasi Ridge Lap Prinsip ridge lap namun terdapat jarak 3mm dari
puncak
ridge ke dasar pontik (efek cleansing baik)
5) Conical Root
Biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat yang dibuatkan
atas
permintaan
pasien
yang
sangat
mengutamakan estetis. Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar pontik masuk ke dalam soket gigi yang baru dicabut kira-kira 2 mm. pontik ini dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan dan pada pembuatan ini tidak menggunakan restorasi provisional. 6) Ovate Dipasang ke soket yang sudah sembuh. Estetis baik dan makanan tidak mudah terjebak. 4.
Gigi penyangga/abutment
Meneruskan beban kunyah ke jaringan periodontal Syarat :
-
Vital, bila non vital harus dilakukan perawatan saluran akar (dowel reatainer)
-
Bentuk dan ukuran normal
-
Posisi normal dalam lengkung rahang
-
Angulasi gigi maksimal 20°
-
Dukungan tulang/jar.periodontal baik. Rasio mahkota akar 2 : 3, minimal 1 : 1 dengan pertimbangan beban kunyah ringan. (Jika terdapat resorpsi alveolar, maka gaya lateral pada
gigi
periodontal
-
dapat gigi
menyebabkan
rusaknya
ligamen
goyang)
Memenuhi hukum Ante: “Luas permukaan gigi penyangga harus sama atau lebih besar dari luas permukaan gigi yang hilang atau daerah anodonsia”.
20
Macam : Sesuai dengan jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah = double abutment
1. Single abutment mempergunakan satu gigi penyangga 2. Double abutment memakai dua gigi penyangga 3. Multiple abutment
memakai lebih dari dua gigi
penyangga 4. Terminal abutment di ujung diastema 5. Intermediate/pier abutment di antara 2 diastema 6. Splinted abutment 2 abutment di satu sisi diastema 7. Double splinted 2 abutment di kedua sisi diastema
Pontic Design menurut Rosenstiel 4 th Ed p.626
21
4. PRINSIP DAN SYARAT PREPARASI GIGI TIRUAN CEKAT Dibuat oleh Dwi Retno Anggraeny
Jaringan keras gigi yang mencakup enamel dan dentin merupakan jaringan yang berbeda dengan jaringan lainnya dalam tubuh, dimana kemampuan regenerasinya rendah. Oleh sebab itu, jika jaringan tersebut mengalami kerusakan akibat adanya karies, trauma, ataupun aus, upaya restoratif diperlukan untuk mengembalikan fungsi dan bentuk gigi. Dalam merestorasi gigi yang mengalami kerusakan, perlu dilakukan preparasi yang berlandaskan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Pertimbangan biologis, yang mempengaruhi kesehatan jaringan mulut 2. Pertimbangan mekanis, yang mempengaruhi keutuhan dan ketahanan restorasi 3. Pertimbangan estetis, yang mempengaruhi penampilan restorasi pada pasien Ketiga aspek ini perlu dipertimbangkan dalam mempreparasi gigi untuk mendapatkan prognosis perawatan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan preparasi yang baik akan melancarkan langkahlangkah perawatan selanjutnya, seperti pencetakan, pengecoran, dan waxing.
Pertimbangan Biologis Pertimbangan biologis perlu dilakukan karena preparasi gigi akan mempengaruhi jaringan di sekitar area restorasi. Jaringan sekitar yang perlu dicegah kerusakannya saat preparasi meliputi : -
Gigi yang bersebelahan Dalam mempreparasi gigi, kesalahan yang sering terjadi adalah akibat faktor iatrogenik dimana praktisi tidak sengaja mempreparasi gigi yang bersebelahan. Jika itu terjadi, dapat diatasi dengan mengkontur dan memoles permukaan proksimal gigi, tetapi area tersebut menjadi lebih rentan terhadap karies karena permukaannya menjadi kasar dan berkurangnya kadar fluoride pada area tersebut. Hal ini menyebabkan mudahnya retensi plak sehingga dapat mengakibatkan karies. Untuk mencegah terpreparasinya gigi yang bersebelahan, praktisi dapat melakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan menggunakan band matriks metal. Tetapi, upaya ini terkadang kurang efektif karena dapat terjadi perforasi pada band matriks sehingga permukaan
22
proksimal gigi yang bersebelahan tetap terpreparasi. Cara yang lebih efektif adalah dengan menggunakan enamel proksimal dari gigi yang dipreparasi dengan memotong enamel di area interproksimal (gigi lebih lebar di area kontak 1,5-2 mm) sehingga menyisakan selapis tipis enamel yang akan melindungi gigi yang bersebelahan.
-
Jaringan lunak Pencegahan dilakukan dengan retraksi lidah dan pipi menggunakan ujung aspirator, kaca mulut, atau ejektor saliva saat preparasi.
Proteksi jaringan lunak. Kaca mulut digunakan sebagai retraktor lidah pada saat preparasi gigi.
-
Pulpa Pulpa merupakan jaringan yang sangat vital sehingga dalam mempreparasi gigi harus memperhatikan bentuk kamar pulpa yang dilakukan dengan mengevaluasi menggunakan foto radiograf. Ukuran pulpa yang terus berubah juga menjadi pertimbangan penting dalam mempreparasi gigi, dimana ukuran pulpa akan semakin mengecil ke arah oklusoservikal seiring dengan bertambahnya usia. Maka dari itu, penggunaan protesa tidak diindikasikan untuk pasien yang anak dan remaja karena kamar pulpa yang dimiliki berukuran besar. Selain pencegahan rusaknya jaringan mulut lainnya, pertimbangan biologis juga memperhatikan konservasi dari gigi yang dipreparasi. Prinsip penting dalam preparasi gigi adalah mempertahankan sebanyak mungkin struktur gigi dengan tetap menyesuaikan dengan prinsip mekanik dan estetik preparasi gigi. Berikut merupakan pedoman konservasi jaringan gigi dalam preparasasi prostodontik : o
Penggunaan mahkota tiruan sebagian dibandingkan dengan mahkota tiruan penuh
o
Preparasi gigi dengan sudut konvergensi ( taper) yang minimum antar dinding aksial
o
Preparasi bidang oklusal mengikuti kontur anatomis sehingga ketebalan gigi sama
23
o
Preparasi permukaan aksial dilakukan sehingga terdapat jaringan tersisa dengan ketebalan yang maksimum agar jaringan pulpa terlindungi
o
Pemilihan bentuk margin yang konservatif dan sesuai dengan prinsip preparasi gigi yang lain
o
Menghindari perluasan preparasi ke arah apikal
Preparasi harus dilakukan se-ideal mungkin, karena jika preparasi tidak baik akan berdampak pada kesehatan dental jangka panjang. Maka dari itu, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi kesehatan dental secara jangka panjang, yaitu :
-
Penempatan margin Penempatan margin lebih baik di supragigiva karena margin subgingiva dapat mengakibatkan penyakit periodontal dan karies servikal.
-
Adaptasi margin Pertemuan antara restorasi yang disementasi dengan gigi merupakan area yang mudah terkena karies rekuren. Maka dari itu, margin yang smooth dapat mengurangi risiko terjadinya karies rekuren dan penyakit periodontal
-
Bentuk margin Walaupun bentuk margin ada bermacam-macam, tetapi untuk mengevaluasi desain margin dapat menggunakan pedoman berikut ini : o
Kemudahan dalam preparasi tanpa preparasi berlebih atau adanya unsupported enamel
o
Mudah diidentifikasi saat pencetakan dan pada model studi
o
Berbatas jelas
o
Memberikan ketebalan material yang cukup
o
Konservasi jaringan gigi
24
Jenis Preparasi Margin. (A) Feather edge, (B) Chisel edge, (C) Chamfer, (D) Bevel, (E) Shoulder, (F) Sloped shoulder, (G) Beveled shoulder
Jenis bentuk margin serta keuntungan dan kerugiannya :
-
Pertimbangan oklusal Preparasi harus dapat menyediakan ruang yang cukup untuk skema oklusi fungsional setelah restorasi selesai. Untuk gigi yang ekstrud, dapat dilakukan reduksi oklusal atau perawatan endodontik untuk menghilangkan kontak prematur.
-
Mencegah fraktur gigi Desain preparasi harus dapat mengurangi adanya potensi gaya destruktif yang dapat menyebabkan fraktur gigi. Seperti contohnya pada restorasi inlay, struktur gigi yang tersisa harus cukup tebal untuk menahan stress. Jika ketebalan struktur gigi yang tersisa kurang,
25
diindikasikan penggunaan onlay untuk mengurangi risiko fraktur mahkota. Penggunaan mahkota tiruan penuh juga dapat dijadikan solusi yang efektif karena cenderung dapat menyatukan seluruh cusp sehingga gigi tidak mudah fraktur.
Pertimbangan Mekanis Dalam menentukan desain preparasi gigi untuk protesa, harus mempertimbangkan beberapa prinsip mekanik karena jika tidak dapat mengakibatkan protesa mudah lepas, berotasi, ataupun fraktur. Pertimbangan mekanis yang harus diperhatikan mencakup : Memberikan Bentuk Retentif
Secara definisi, retensi merupakan kemampuan preparasi gigi melawan gaya paralel yang mencegah protesa terlepas ke arah oklusal. Untuk mengevaluasi bentuk retensi, digunakan pedoman berikut :
-
Besarnya gaya, gaya berasal dari otot-otot elevator mastikasi yang bekerja saat sedang memakan makanan lengket
-
Bentuk preparasi, bentuk preparasi harus memberikan retensi sehingga protesa tidak terlepas ke arah oklusal. Bentuk preparasi yang retentif berbentuk silinder yang sedikit konvergen dengan sudut konvergensi 6º. Permukaan yang luas juga akan memberikan retensi yang lebih baik, sehingga mahkota tiruan pada molar lebih retentif dibandingkan dengan mahkota tiruan sebagian dan di gigi-gigi lain selain molar.
-
Kekasaran permukaan sementasi, permukaan yang disementasi diaplikasikan etsa atau dilakukan air abrading menggunakan 50 µm alumina untuk meningkatkan retensi.
-
Material restorasi, retensi protesa dipengaruhi oleh material casting alloy maupun material core build up.
-
Tipe luting agent , dipilih material yang paling adhesif seperti resin cements untuk menambah retensi.
Memberikan Bentuk Resistensi
Resistensi merupakan kemampuan preparasi gigi melawan gaya lateral yang dapat menyebabkan berubahnya posisi restorasi. Resistensi bergantung pada :
-
Besar dan arah gaya, resistensi akan memburuk jika oklusi tidak baik dan pasien memiliki kebiasaan buruk seperti merokok pipa atau bruxism karena akan menambah beban kunyah
-
Bentuk preparasi, bentuk preparasi yang dapat mencegah terjadinya rotasi restorasi merupakan yang memiliki konvergensi 5-22º, diameter preparasi yang besar, dan ketinggian preparasi yang cukup. 26
-
Sifat fisik luting agent , bahan yang berbeda akan memberikan sifat resistensi yang berbeda, dimana bahan GIC dan resin komposit memiliki compressive strength yang memadai untuk menambah resistensi restorasi
Retensi dan resistensi bergantung pada :
-
Kesejajaran
-
Luas permukaan preparasi
-
Tinggi servikoinsisal
-
Arah pemasukan (path of insertion)
-
Kekasaran permukaan
-
Semen yang digunakan
Mencegah Deformasi Restorasi
Faktor yang diperhatikan untuk mencegah terjadinya deformasi restorasi merupakan pemilihan alloy, desain margin, dan reduksi gigi. Pemilihan alloy dilakukan berdasarkan tipe restorasi yang
digunakan, dimana restorasi intrakoronal menggunakan alloy yang lebih lunak, seperti gold alloy tipe I atau II, sedangkan untuk GTC menggunakan gold alloy tipe III atau IV yang memiliki strength dan hardness yang lebih tinggi.
Pertimbangan Estetis Perimbangan estetis akan berbeda-beda berdasarkan tipe dan material restorasi yang digunakan. Restorasi all-ceramic merupakan restorasi yang tergolong paling estetis karena warna dan translusensinya yang paling menyerupai gigi. Pertimbangan estetis restorasi metal-ceramic terletak pada penempatan margin labial, dimana margin subgingiva akan memberikan keuntungan estetis yang lebih dibandingkan dengan margin supragingiva. Pada restorasi mahkota tiruan sebagian, yang perlu dipertimbangkan adalah penempatan margin proksimal karena margin mesial rentan terlihat sehingga penempatannya harus dapat membuat margin tersebut terlihat sealami mungkin.
27
5. PREPARASI SESUAI DENGAN MATERIAL YANG DIPILIH UNTUK RENCANA PERAWATAN Sumber : buku pedoman fasilitator
Mahkota Tiruan Penuh Metal (Metal Crown) Permukaan aksial : 0,5-1 mm Permukaan oklusal : 1-1,5 mm ( supporting cusp) Permukaan servikal : tipe chamfer, sedapat mungkin supra- atau ekui -gingiva
Mahkota Tiruan Penuh Metal Porselen (Porcelain Fused to Metal Crown) Permukaan aksial : 1-1,2/1,5 mm Permukaan oklusal : 1-1,2/1,5 mm ( supporting cusp) Permukaan servikal : tipe deep chamfer di bukal/labial sampai proksimal, dilanjutkan dengan tipe feather edge atau knife edge.
Mahkota Tiruan Penuh Porselen (All Ceramic Crown) Permukaan aksial : 1,25-1,5 mm Permukaan oklusal : 1,5-2 mm ( supporting cusp) Finish line : rounded shoulder deep chamfer seluruh permukaan
Tipe keramik : zirconia, procera alumina, glass ceramic
6. PROSEDUR PREPARASI, ALAT YANG DIGUNAKAN, DAN EVALUASI HASIL PREPARASI UNTUK PERAWATAN MAHKOTA TIRUAN PENUH Dibuat oleh Fatin Fadillah Sumber :
-
Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary fixed prosthodontics. 4 th ed. Louis: Mosby Inc 2006
-
Penuntun Skills Lab Gigi Tiruan Cekat. Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2015
-
Diktat Kuliah Prostodonsia. Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2003. 28
Preparasi gigi tiruan cekat dengan mengikuti syarat preparasi (syarat biologis, mekanis, estetik). Pengasahan gigi menggunakan handpiece high speed dan melakukan anastesi bila diperlukan.
Tahapan Preparasi
1. Reduksi Bidang Proksimal
Reduksi proksimal menggunakan pointed tapered cylindrical diamond bur (besar dan panjang bur disesuaikan dengan anatomis gigi). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1) Buat dua buah garis vertikal di permukaan labial sebagai pedoman menggunakan pensil. °
Derajat konvergensi garis pedoman sebesar 6-10 yang berjarak 1 – 1,5 mm dari titik kontak yang sejajar dengan sumbu gigi dari tepi gingival ke insisal 2) Letakan bur diantara titik kontak dan garis pedoman sejajar sumbu gigi dan ujung bur berada di setinggi gingival crest 3) Gerakkan bur dari arah labial ke arah palatal hingga titik kontak hilang lalu lanjutkan preparasi hingga menyinggung garis pedoman 4) Cek dengan sonde halfmoon apakah ada undercut (kecembungan) atau tidak dan periksa apakah hasil preparasi masih berkontak dengan gigi tetangga atau tidak dengan menjalankan sonde dari servikal ke insisal. 2. Reduksi Bidang Insisal
Tahapannya adalah sebagai berikut : 1) Buat pedoman berupa garis horizontal sejajar bidang insisal dengan jarak 1,5-2 mm dari insisal
29
2) Pedoman juga bisa dilakukan dengan membuat dua atau tiga groove sedalam 1 – 1,5 mm menggunakan straight cylindrical diamond bur 3) Lakukan preparasi sebatas garis pedoman atau sebatas dasar groove menggunakan flat end tapered cylindrical diamond bur dengan sudut 45 0 ke arah palatal. Gerakan bur dari groove ke mesial atau ke distal.
4) Lakukan pengecekan dengan membandingkan ketinggian permukaan insisal gigi yang telah dipreparasi dengan gigi sebelahnya (sejajar dengan gigi 12 atau lebih rendah dari gigi 21) 5) Lakukan pengecekan dengan gerakan artikulasi ke anterior hingga posisi edge to edge. Diperiksa apakah ruangan yang tersedia mencukupi atau belum mencukupi 3. Reduksi Bidang Labial
Tahapannya adalah sebagai berikut: 1) Buat pedoman berupa dua buah groove sedalam 0,5 – 0,8 mm (menurut sasbel dosen : 0,7 – 1 mm) pada 1⁄3 servikal dengan dasar groove berjarak 0,5 mm dari batas preparasi
servikal menggunakan straight cylindrical diamond bur dengan angulasi bur sejajar dengan sumbu gigi 2) Buat pedoman berupa tiga buah groove sedalam 1-1,5 mm (menurut sasbel dosen : 1-1,2 mm) pada 2⁄3 insisal menggunakan straight cylindrical diamond bur dengan angulasi bur sesuai dengan kontur permukaan gigi 1⁄ servikal menggunakan round end tapered cylindrical diamond bur 3 dengan angulasi bur sejajar dengan sumbu gigi, sampai dasar groove dan gerakan mata
3) Preparasi pada
bur berjalan dari groove ke arah mesial atau ke arah distal 4) Preparasi pada 2⁄3 insisal menggunakan round end tapered cylindrical diamond bur dengan angulasi bur sesuai dengan kontur permukaan gigi, sampai dasar groove dan gerakan bur berjalan dari groove ke arah mesial atau ke arah distal tanpa mengangkat ujung bur 5) Lakukan pengecekan dengan sonde halfmoon dengan menggerakan sonde dari servikal ke insisal. Apakah ada kontur gigi yang undercut atau tidak 6) Lakukan pengecekan dengan membandingkan permukaan labial gigi yang telah di preparasi (lebih rendah dari labial gigi 21 dan sejajar dengan labial gigi 12)
30
4. Reduksi Bidang Palatal
Merupakan bagian yang paling sulit karena lokasi dan bentuk anatomisnya. Posisi operator : tangan kiri operator memegang kaca mulut dengan ibu jari dan jari telunjuk, jari tengah tangan kanan bertumpu pada gigi sebelahnya untuk menjaga kestabilan handpiece. Tahapan preparasinya sebagai berikut : 1) Buat pedoman berupa satu groove di pertengahan gigi baik di 1⁄3 servikal dengan maupun di 2⁄3 insisal dengan kedalaman 0,5 – 1 mm menggunakan round end cylindrical bur. Preparasi bagian 1⁄3 servikal dengan pointed tapered diamond bur (partly veneer) atau round end cylindrical bur (fully veneer) dan dengan flame diamond bur di 2⁄3 insisal mengikuti bentuk anatomis dengan arah gerak bur dari tengah gigi ke mesial atau ke distal gigi 2) Berikan jarak sebesar 0,5 mm dari batas tepi akhir tepi restorasi 3) Cek keberadaan undercut dengan menggunakan sonde halfmoon 4) Cek kesejajaran bidang antara 1⁄3 servical permukaan labial dan 1⁄3 servikal permukaan palatal. Kedua permukaan tersebut harus sejajar.
31
5. Reduksi Servikal
Reduksi servikal berperan sebagai ketepatan, kekuatan tepi, dan estetis restorasi. Bentuk preparasi yang digunakan adalah chamfer (bentuk tepi membulat) dengan letak preparasi di sebatas tinggi atau sedikit lebih tinggi dari gingival crest menggunakan round end tapered cylindrical diamond bur dengan posisi bur yang sejajar sumbu gigi.
Setelah selesai melakukan preparasi servikal, lakukan pengecekan dengan sonde halfmoon apakah masih ada titik yang berkontak dengan gigi tetangganya atau tidak.
6. Finishing
Hal yang dilakukan dalam finishing adalah membulatkan sudut-sudut yang tajam dan penghalusan permukaan untuk memudahkan adaptasi permukaan dalam restorasi menggunakan fine/finishing bur dengan bentuk round end tapered cylindrical diamond bur dan untuk penghalusan menggunakan fine/finishing bur
(permukaan halus) dengan bentuk pointed tapered cylindrical diamond bur. Setelah itu cek dengan perabaan menggunakan jari apakah masih terasa bersudut dan permukaannya sudah terasa halus.
Evaluasi -
Area yang sering dilupakan ketika finishing adalah bagian insisal edge. Periksa apakah masih bersudut atau tidak
-
Chamfer harus berkontur halus dan bersudut tumpul
-
Tepi preparasi tidak bersudut
-
Preparasi dinding labial dan lingual harus sejajar (tidak konvergen) karena bisa menyebabkan tereksposnya pulpa
-
Semua debris dibersihkan dengan irigasi
Rangkuman Bur yang Digunakan Permukaan yang di Preparasi
Bur yang Digunakan
Proksimal
Pointed tapered cylindrical diamond bur
Insisal (guide groove)
Straight cylindrical diamond bur
Insisal (reduksi)
Flat end tapered cylindrical diamond bur
Labial (guide groove) 1/3 servikal
Straight cylindrical diamond bur
Labial (guide groove) 2/3 insisal
Straight cylindrical diamond bur
Labial (reduksi 1/3 servikal)
Round end tapered cylindrical diamond bur 32
Permukaan yang di Preparasi
Bur yang Digunakan
Labial (reduksi 2/3 insisal)
Round end tapered cylindrical diamond bur
Palatal
Flame diamond bur
Servikal (shoulder)
Flat-end diamond bur
Servikal (chamfer)
Round end tapered cylindrical diamond bur
Finishing
Finishing/fine bur
Preparasi Mahkota Tiruan Penuh Gigi Posterior
1. Permukaan Proksimal Pedoman : berupa garis sejajar dengan sumbu gigi dan berjarak 1 mm dari titik kontak
Pengasahan : menggunakan pointed tapered cylindrical diamond bur
unruk menghilangkan titik kontak dan sekaligus untuk preparasinya. Preparasi dianggap selesai bila :
-
Gigi tersebut sudah terpisah dari servikal gigi tetangganya dan dengan jarak antara 11,5 mm dari daerah titik kontak.
-
Didapatkan garis sejajar antara bagian mesial dan distal atau membentuk sudut 2-5° ke arah oklusal dilihat dari arah bukal/palatal
-
Didapatkan bidang preparasi yang rata dan halus.
2. Permukaan Oklusal Pedoman :
berupa groove beberapa buah dengan
kedalaman 1-1,5 mm dengan straight cylindrical diamond bur. Pengasahan : menggunakan round end tapered cylindrical
diamond bur atau flame type diamond bur . Pengasahan
sebanyak 1-1,5 mm dan harus sesuai dengan bentuk anatomis oklusal gigi tersebut.
33
Preparasi dianggap selesai bila :
-
Pedoman groove sudah hilang. Apabila beroklusi, terdapat ruangan setebal 1-1,5 mm dengan gigi antagonisnya, diperiksa dengan sonde/gigitan malam yang dilunakkan.
-
Kontur oklusal sama dengan kontur gigi asli.
-
Permukaan preparasi halus dan rata.
3. Permukaan Bukal dan Palatal/Lingual Pedoman : berupa groove beberapa buah dengan kedalaman
0,5-1 mm dengan straight cylindrical diamond bur. (menurut sasbel dosen : buat pedoman berupa groove pada 1/3 servikal sedalam 0,7-1 mm dan pada 2/3 permukaan tengah sesuai kontur gigi sedalam 1,2 mm dengan round end tapered bur berdiameter yang sesuai). Periksa dengan membandingkan terhadap permukaan bukal gigi tetangga dan lengkung permukaan bukal gigi-gigi posterior. Pengasahan : dengan tapered cylindrical diamond bur. Pengambilan sebanyak 0,5-1 mm sesuai
dengan sumbu gigi atau taper/konvergen 2-5° ke oklusal. Preparasi dianggap selesai bila :
-
Pedoman groove sudah hilang.
-
Terbentuknya permukaan bukal/palatal taper/konvergen 2-5° ke oklusal, tanpa ada undercut di daerah 1/3 servikal.
-
Permukaan preparasi halus dan rata
34
4. Permukaan Servikal
Bentuk preparasi servikal sesuai dengan macam bahan restorasi, yaitu:
-
Shoulderless dan chamfer : untuk bahan kombinasi metal akrilik dan metal porselen
-
Shoulderless type feather edge : untuk all metal
-
Shoulderless type knife edge : untuk metal akrilik atau all metal
Jenis Preparasi Margin. (A) Feather edge, (B) Chisel edge, (C) Chamfer, (D) Bevel, (E) Shoulder, (F) Sloped shoulder, (G) Beveled shoulder 5. Finishing
-
Pembulatan sudut-sudut preparasi yang tajam dengan fine bur dengan bentuk round end tapered cylindrical diamond bur.
-
Penghalusan dengan fine bur bentuk pointed tapered cylindrical diamond bur
7. PROSEDUR PREPARASI, ALAT YANG DIGUNAKAN, DAN EVALUASI HASIL PREPARASI UNTUK PERAWATAN GIGI TIRUAN JEMBATAN Dibuat oleh Dwinda Rizky Sumber: 1. Smith BGN. Planning and Making Crown and Bridges. Mosby. St louis, 4 th., 2007 2. Rosentsiel SF, land MF, Fujimoto J.Contemporary fixed prosthodontics. 4th ed.Lous : Mosby inc 2006.
Preparasi gigi tiruan cekat dengan mengikuti syarat preparasi (syarat biologis, mekanis, estetik). Pengasahan gigi menggunakan handpiece high speed dan melakukan anastesi bila diperlukan.
Prosedur Preparasi Preparasi gigi adalah tindakan spesifik yang melibatkan penghilangan sejumlah struktur gigi dalam jumlah tertentu untuk mendapatkan bentuk spesifik untuk dental bridge atau dental crown yang akan mengembalikan fungsi estetik atau fungsional gigi. 35
Selama preparasi dilakukan, pasien berada dalam kendali anestesi lokal sehingga hanya menimbulkan efek minor selama beberapa jam setelah sesi. Preparasi dilakukan berdasarkan prinsip kesejajaran antar gigi penyangga dan pengambilan jaringan optimal. Persiapan yang harus dilakukan sebelum preparasi yaitu menentukan kesejajaran mesial dan distal pada 2 gigi penyangga di studi model dan membuat garis pedoman. Untuk melakukan preparasi dari masing-masing gigi penyangga, maka dasar-dasar preparasi, pedoman, alat dan teknik yang dipakai adalah sama seperti pada preparasi untuk mahkota tiruan penuh. Dibandingkan dengan preparasi pembuatan crown, perbedaan utama adalah pada aplikasi prinsip kesejajaran. Seluruh bidang aksial hasil preparasi dari masing-masing gigi penyangga harus sejajar. Bidang aksial mencakup antar bidang proksimal, antar bidang bukal/labial dan palatal/lingual. Untuk memastikan seluruh gigi abutment sejajar antara satu sama lain digunakan alat bantu yaitu parallelometer. Parallelometer terbagi atas dua jenis yaitu parallelometer intraoral dan ekstraoral.
Alat yang Digunakan Untuk Preparasi Perawatan Gigi Tiruan Jembatan Menurut tahapan preparasi : Tahap preparasi
Instrumen
Kedalaman grooves untuk Tapered
carbide Reduksi minimum pada non centric cusps :
reduksi oklusal
or diamond
Function cusp bevel
Tapered
Reduksi oklusal
Alignment
grooves
Kriteria
1 mm
carbide Reduksi minimum pada centric cusps : 1.5
or diamond
mm
Regular-grit,
Lebih rata dibandingkan dengan bidang
round-tipped
cusp,
diamond
tambahan pada functional cusp
mengizinkan
reduksi
untuk Tapered diamond Harus mengikuti anatomi normal dari
reduksi axial Reduksi axial
untuk
permukaan oklusal Tapered diamond Chamfer mengizinkan ketebalan wax
sebesar 0.5 mm pada margin Finishing of chamfer
Tapered diamond Reduksi
dilakukan
secara
paralel
dengan panjang axis Retentif tambahan
Wide,
round- Menghaluskan secara mesiodistal dan
tipped diamond or buccolingual carbide 36
Tahap preparasi
Finishing
Instrumen
Kriteria
Tapered carbide
Grooves, boxes, pinholes
Fine-grit diamond Membulatkan semua sudut yang tajam
untuk memfasilitasi impression making,
or carbide
die, pouring, waxing dan casting.
Menurut jenis bur : Jenis Bur
Round end tapered diamond
Fungsi
Membentuk kedalaman grooves Reduksi oklusal Reduksi cusp fungsional
Flat end tapered diamond
Reduksi axial Shoulder
Torpedo diamond
Reduksi axial Membentuk chamfer finish line
Short needle
Reduksi inisial proximal axial (gigi posterior)
Long needle
Reduksi inisial proximal axial (gigi anterior)
Flame diamond
Membentuk proximal flare Gingival bevel
Small wheel diamond
Reduksi lingual (gigi anterior)
Tapered fissure bur
Seating groove Proximal groove (gigi posterior) Offset Occlusal shoulder
Isthmus Proximal box
Menghaluskan dan finishing Occlusal dan incisal bevels End cutting bur
Conventional shoulder finishing
Torpedo bur
Axial wall finishing Chamfer finishing
Flame bur
Flare and bevel finishing
Radial fissure bur
Radial shoulder finishing
37
Evaluasi Hasil Preparasi 1. Gerakkan sonde dari servikal ke insisal. 2. Rasakan ada tidaknya undercut /kecembungan. 3. Periksa juga apakah hasil preparasi masih berkontak/tidak dengan gigi tetangga Penting : arah hasil preparasi harus sesuai dengan hasil analisa dental surveyor l Untuk evaluasi hasil preparasi pada gigi molar, jangan a m i s preparasi bidang proksimal P2. k o r P Jika menggunakan sonde lurus posisikan ujung &
premolar
geser
lupa untuk menyertakan hasil
lengan sonde di bidang distal
ke belakang ke sisi mesial & distal hasil preparasi proksimal
gigi Molar dengan kedudukan yang sama.
Untuk mengetahui cukup tidaknya pengambilan, ada 2 cara : l a s u l k O
Menempatkan lempeng malam merah pada kedudukan oklusi dengan gigi lawan ukur
dengan wax measuring device.
Gunakan sonde pada kedudukan oklusi dan artikulasi, lihatlah apakah bagian lengan sonde (berdiameter 1-1,5 mm), dapat melewati bidang oklusal.
1. Gerakkan sonde dari servikal ke oklusal. 2. Rasakan ada tidaknya undercut /kecembungan. 3. Bandingkan permukaan bukal gigi yang diasah dengan permukaan bukal gigi tetangganya. Gunakan kaca mulut atau sonde lurus 4. Dari arah oklusal, lihatlah apakah lengkung permukaan bukal gigi yang telah l a k u B
diasah sudah sesuai dengan lengkung permukaan anatomis sebelumnya. Untuk evaluasi hasil preparasi pada gigi Molar, jangan lupa untuk menyertakan hasil preparasi bidang bukal Premolar 2 sebagai panduan kesejajaran antar bidang.
38
- Cek besarnya ruang hasil pengasahan bidang palatal pada keadaan oklusi dan artikulasi l a u g n i L / l a t a l a P
untuk
restorasi
- Gunakan
& t u d u s n a n s u a l t a a l h u g b n m e e p P
sonde
lengkung
lihat
dan
rasakan
ada
tidaknya
undercut /kecembungan
- Gunakan kaca mulut dari arah oklusal, lihatlah apakah bidang hasil pengasahan ⅓ servikal
l a k i v r e S
melihat apakah terdapat ruang yang cukup untuk ketebalan
di palatal sejajar dengan
⅓ servikal
di bukal.
- Lihat apakah masih terdapat jaringan gigi yang berkontak dengan gigi tetangganya.
- Batas hasil pengasahan juga harus terlihat jelas di sekeliling servikal.
- Gunakan ujung jari telunjuk
rasakan
apakah pada daerah pertemuan bidang-
bidang yang diasah masih terasa bersudut/sudah halus permukaannya
- Gunakan kaca mulut
lihatlah
dari arah oklusal ke sevikal apakah masih
bersudut/tidak.
8. PROSEDUR PREPARASI, ALAT YANG DIGUNAKAN, DAN EVALUASI HASIL PREPARASI UNTUK PERAWATAN MAHKOTA TIRUAN PASAK Dibuat oleh Eikla Luwlu Sumber : Buku Pedoman Skills Lab GTC IKGK 3 Tahun Akademik 2017/2018
Preparasi gigi tiruan cekat dengan mengikuti syarat preparasi (syarat biologis, mekanis, estetik). Pengasahan gigi menggunakan handpiece high speed dan melakukan anastesi bila diperlukan. Sebelum dilakukan preparasi, perlu dilakukan penentuan panjang kerja. Penentuan panjang kerja pasak dilakukan dengan membandingkan ukuran gigi radiografis dengan ukuran gigi klinis. Panjang akar gigi radiograf : Panjang mahkota radiograf = Panjang akar gigi sebenarnya : Panjang mahkota klinis
39
Panjang pasak = ½ - 2/3 panjang akar gigi sebenarnya, atau minimal sepanjang sisa mahkota
klinis dengan meninggalkan 3-5 mm bahan pengisi dari apical seal. Secara khusus : jika sisa jaringan mahkota sehat lebih dari atau sama dengan 1/3 mahkota normal, panjang ruang pasak minimal ½ panjang akar klinis. Jika sisa mahkota kurang dari 1/3 mahkota normal, panjang pasak adalah 2/3 panjang akar klinis. Panjang kerja pasak = panjang pasak + sisa jaringan mahkota klinis.
Preparasi Sisa Jaringan Mahkota Alat dan cara preparasi jaringan mahkota yang masih ada sama seperti preparasi mahkota tiruan penuh. Pada bagian insisal yang tidak utuh, seperti fraktur lebih dari 1/3 insisal, preparasi insisal hanya menyesuaikan sesuai bentuk frakturnya (diagonal atau horizontal), serta merapikan permukaan yang tajam dengan
round end tapered cylindrical diamond bur , dengan
mempertahankan struktur mahkota minimal 2 mm serviko insisal dengan ketebalan minimal 2 mm untuk mendapatkan efek ferrule (merangkul seluruh diameter gigi dengan mahkota tiruan penuhnya) untuk mencegah fraktur gigi. Struktur mahkota yang masih memiliki efek ferrule, dapat dilakukan preparasi servikal sesuai preparasi untuk mahkota tiruan penuh. 1. Preparasi insisal
Menggunakan round end tapered cylindrical diamond bur , merapikan permukaan insisal sesuai bentuk frakturnya, apakah diagonal dengan sisa jaringan mahkota, diagonal mencapai servikal, atau insisal.
2. Preparasi proksimal
Menggunakan pointed tapered cylindrical diamond bur . Preparasi menghilangkan titik kontak dengan jarak 1-1.5 mm sejajar sumbu gigi.
3. Preparasi labial atau bukal
Preparasi labial bergantung pada sisa jaringan, jika yang tersisa hanya 1/3 servikal, maka preparasi hanya mengambil permukaan labial sejajar sumbu gigi, menghilangkan undercut dan sesuai lengkung permukaannnya. Alat dan metode sama seperti preparasi permukaan labial 1/3 servikal untuk mahkota tiruan penuh, yaitu dengan bur round end tapered cylindrical diamond , dengan pedoman preparasi berupa groove dengan menggunakan straight cylindrical 40
diamond bur. Preparasi labial/bukal dianggap selesai jika permukaan preparasi rata dan
halus.
4. Preparasi palatal atau lingual
Preparasi palatal, sama seperti preparasi labial, bergantung pada sisa jaringan, jika hanya tersisa bagian 1/3 servikal, maka preparasi pada bagian itu saja. Preparasi palatal dianggap selesai jika pedoman groove sudah hilang, kontur sesuai dengan permukaan palatal gigi, dan permukaan rata dan halus.
5. Preparasi servikal
Preparasi servikal berkaitan dengan jenis bahan restorasi yang akan digunakan untuk mahkota tiruan penuh, seperti contoh dapat menggunakan round end tapered cylindrical diamond bur pada preparasi chamfer jika menggunakan restorasi kombinasi metal porselen.
6. Pembulatan sudut dan penghalusan
Prinsip sama seperti pada mahkota tiruan penuh dengan menggunakan finishing bur round end tapered cylindrical diamond bur dan pointed tapered cylindrical diamond bur.
Preparasi Saluran Akar 1. Pembuangan isi saluran akar
Sebelum gutta percha dikeluarkan, hitung terlebih dulu panjang kerja (yang akan menjadi panjang pasak). Pembuangan isi saluran akar dapat dilakukan dengan dua cara : (1) Endodontik plugger yang dipanaskan (manual) (2) Rotary instrument menggunakan mesin dengan kecepatan rendah, yaitu dengan gates glidden drill seuai panjang kerja
Preparasi saluran akar sebaiknya tidak langsung setelah pengisian saluran akar, karena dapat merusak apical seal. Bila bahan pengisi saluran akar (gutta percha) sudah terlalu lama atau keras dapat dilunakkan dengan bahan chloroform.
41
2. Preparasi dinding saluran akar
Alat yang dapat digunakan :
-
Manual dengan endodontic hand instrument (reamer, file)
-
Rotary instrument (slow speed drill) : peeso reamer
Tujuan dari preparasi saluran akar adalah memperbesar dan membentuk saluran akar, menghaluskan dinding saluran akar, menghilangkan undercut saluran akar, dan membuang sisasisa bahan pengisi saluran akar. Minimal menyisakan ½ dari diameter akar pada akar besar atau minimal meninggalkan 2 mm jaringan sehat di sekeliling saluran akar pada akar kecil. Preparasi saluran akar dinyatakan selesai bila :
-
Dicetak dengan blue inlay wax yang disesuaikan dengan bentuk saluran akar tersebut sehingga dapat keluar masuk dengan mudah (permukaan preparasi saluran akar sudah halus dan tidak ada undercut ).
-
Bentuk dan panjang serta kehalusan dinding preparasi sudah memenuhi syarat.
Cobakan pasak siap pakai. Perhatikan panjang pasak yang masuk ke saluran akar apakah sudah sesuai dengan hasil preparasi, perhatikan retensi dan resistensinya. Akan terasa tahanan yang bersifat pasif (tahanan bersifat aktif dapat menimbulkan internal stress yang menyebabkan fraktur akar). Bila sudah sesuai dapat dilakukan semestasi pasak sesuai dengan aturan pabrik bahan semen resin yang dipilih dan diteruskan dengan pembuatan core dengan core material (bahan resin atau glass ionomer).
9. JENIS MAHKOTA TIRUAN PASAK DAN JENIS PASAK Dibuat oleh Eikla Luwlu
Jenis Mahkota Tiruan Pasak
Attached Dowel Crown - mahkota tiruan menyatu dengan pasak inti ( post core)
Indikasi :
-
Jarak serviko-insisal/serviko-oklusal kurang dari normal (gigi pendek)
-
Jarak labio-palatal/-lingual kurang dari normal (gigi tipis) 42
-
Kerusakan yang meliputi seluruh jaringan mahkota gigi
Detached Dowel Crown - mahkota tiruan terpisah dengan pasak inti (post core)
Indikasi : pada gigi yang besarnya normal atau lebih besar dari normal
Jenis Pasak Pasak custom made/fabricated/tuang
Pasak yang dibuat sendiri dengan dicor dari pola yang dibuat secara langsung (direk) dalam mulut pasien atau pola yang dibuat di laboratorium (indirek). Teknik direk menggunakan inlay wax, autopolymerizing resin, atau light-polymerized resin . Teknik ini direkomendasikan untuk akar tunggal
dengan akses klinis yang mudah. Teknik indirek lebih tepat dilakukan untuk akar ganda atau pada akar dengan akses yang sulit.
Indikasi :
-
Gigi dengan saluran akar yang bentuknya tidak bulat (elips) atau sangat taper
-
Gigi dengan flared canal (lebar)
-
Sisa mahkota gigi <25 %
Pasak ready made/pre-fabricated
Untuk post dengan jenis pre-fabricated, tahap preparasi saluran akar dilakukan dengan penggunaan reamer/drill yang sesuai dengan ukuran dan konfigurasi pasak. Keuntungan : teknik sederhana dan dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan. Indikasi :
-
Sisa jaringan cukup banyak
-
Saluran akar sempit dan berbentuk bulat
-
Finish line dari preparasi mahkota terletak pada struktur gigi yang intact dan di bawah dari dowel crown margin 43
Bahan-bahan pasak ready made/pre-fabricated : Bahan Logam : platinum-gold palladium (Pt-Au-Pd), stainless steel, titanium, brass, dan chromiumcontaining alloy
Bahan non-logam : carbon fiber, ceramic, glass fiber, dan woven fiber.
44
Kelebihan
Kekurangan
Rekomendasi
Perlu Dilakukan Tindakan HatiHati ( Precaution)
Tapered Prefabricated Post
-
(Metal)
-
Parallel-sided Prefabricated Post
Konservatif terhadap struktur gigi
Kurang retentif jika dibandingkan dengan parallel-sided atau threaded post
Kanal akar berbentuk sirkular dan kecil
Kanal akar yang excessively flared
Post berbahan precious metal sehingga menjadi mahal
Kanal akar berbentuk sirkular dan kecil
Diperlukan kehati-hatian saat melakukan preparasinya
Digunakan hanya pada saat dibutuhkannya retensi yang maksimal
Gigi dapat menjadi rawan fraktur, sehingga diperlukan kehati-hatian saat pemasanganny a
Gigi dengan kehilangan struktur yang minimal
Gigi dengan beban lateral
Strength dan kekakuan (stiffness) tinggi
-
Strength tinggi
-
Retensi baik
-
Sistemnya komprehensif
-
(Metal)
-
-
Threaded Post
-
Retensi baik
-
( Metal )
-
Carbon Fiber Post
-
(Fiber)
-
Berikatan dengan dentin Mudah dilepaskan ( post removal dapat dilakukan dengan mudah)
Stainless steel nya mudah korosi
Kurang konservatif terhadap struktur gigi Stress yang diberikan terhadap struktur gigi bisa menyebabkan fraktur
Tidak konservatif terhadap struktur gigi bagian koronal dan radikular
-
Strength rendah
-
Dapat terjadi microleakage
-
Berwarna hitam, sehingga tidak estetis (tidak cocok untuk gigi anterior) 45
Kelebihan
Kekurangan
Rekomendasi
Perlu Dilakukan Tindakan HatiHati ( Precaution)
Woven Fiber Post
-
Estetis
(Fiber)
-
Berikatan dengan dentin
-
Strength rendah/kurang
Butuh estetik yang tinggi
Gigi dengan beban lateral
Strength rendah/kurang
Butuh estetik yang tinggi
Tidak direkomendasik an untuk gigi dengan beban lateral
Mudah dilepaskan ( post removal dapat dilakukan dengan mudah)
Glass Fiber Posts
-
Estetis
(Fiber)
-
Berikatan dengan dentin
-
Estetis
-
-
Kekakuan (stiffness) tinggi
Strength rendah/kurang
-
Tampak klinisnya kurang baik
Zirconia Ceramic Post (Ceramic)
Butuh estetik yang tinggi
10. TAHAP PREPARASI SALURAN AKAR PADA MAHKOTA TIRUAN PASAK DENGAN PASAK READY MADE/PRE-FABRICATED DAN CUSTOM
MADE/FABRICATED/TUANG BESERTA ALAT YANG DIGUNAKAN Dibuat oleh Hanna Sonia Sumber:
-
Odang, Roselani, dkk. Buku Pedoman Skills Lab Gigi Tiruan Cekat. FKG UI. 2017. P 26 – 29.
-
Buku Pedoman Skills Lab Gigi Tiruan Cekat revisi tahun 2017
-
Rosentiel SF, Land MF , Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4 th ed. Louis : Mosby Inc 2006 pg 337-358 46
Tahapan preparasi saluran akar pada pasak ready made/pre-fabricated 1. Gutta percha dibuang menggunakan gates glidden grill yang direkomendasikan pabrik 2. Besarkan saluran akar 1-2 ukuran dengan drill, file endodontic, atau reamer yang cocok dengan konfigurasi post . Jika menggunakan rotary instrument , gunakan peeso reamers atau twist drills yang sesuai dengan ukuran. 3. Pasak dimasukkan ke dalam saluran akar 4. Saluran akar diberi etsa dan bahan primer sesuai aturan pabrik 5. Diberi luting resin, lalu dilakukan polimerisasi 6. Core dibentuk menggunakan resin yang direkomendasikan pabrik
Tahapan preparasi saluran akar pada pasak custom made/fabricated/tuang 1. Hanya memerlukan sedikit preparasi. Akan tetapi, tetap harus memperhatikan penghilangan undercut dan biasanya dibutuhkan shaping tambahan.
2. Harus lebih hati-hati pada gigi molar untuk mencegah perforasi akar. 3. Dengan menggunakan peeso reamer, preparasi saluran akar sejajar dan mengecil ke arah apikal. 4. Bila penampang saluran akarnya bulat, maka bentuk
menjadi
ovoid.
Sedangkan
bila
penampang akarnya bulat dengan diameter kurang dari normal, buat groove sedalam 1,5 mm pada atap akar menggunakan round end cylindrical diamond bur dengan diameter 0,5 –
1 mm. 5. Bulatkan sudut preparasi dengan atap akar
47
11. INDIKASI, KEUNTUNGAN, KERUGIAN, SERTA TAHAP PREPARASI PADA MAHKOTA TIRUAN PASAK ONE PIECE/ATTACHED DAN
DETACHED Dibuat oleh Hanna Sonia Sumber:
-
Smith BGN. Planning and Making Crowns and Bridges 4th ed Mosby2007
-
Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4th ed. Louis : Mosby inc 2006.
One Piece/Attached Post-Core Adalah bagian mahkota tiruan yang menjadi satu kesatuan dengan pasak/ post dan inti/core.
Indikasi :
-
Dibuat pada gigi anterior atas yang deep bite (gigi dengan serviko incisal pendek)
-
Gigi dengan labiopalatal/lingual kurang dari normal (tipis)
-
Kerusakan yang meliputi seluruh jaringan mahkota gigi, sehingga inti dibuat full core
Keuntungan :
-
Tahapan pekerjaan yang relatif singkat
-
Membutuhkan satu kali penyemenan saja
-
Bagian labial mahkota tiruan dapat dibuat semaksimal mungkin agar estetis
Kerugian :
-
Pembuatan lebih sulit
-
Sukar dibongkar
48
Tahapan :
1. Potong kawat orthodontic menjadi bentuk dan panjang menyerupai huruf J. ( Fig. 12-36B)
2. Periksa apakah kawat fit pada setiap saluran akar. Kawat haruslah fit secara longgar dan meluas hingga kedalaman penuh ruang pasak. Apabila kawat fit terlalu ketat, material cetakan akan lepas dari kawat ketika cetakan dilepas 3. Lapisi kawat dengan adhesive. Lubrikasi saluran akar untuk memfasilitasi pelepasan cetakan tanpa distorsi 4. Menggunakan lentulo spiral, penuhi saluran akar dengan material cetakan elastomer. Periksa apakah lentulo dapat bergerak secara spiral sambil mengaplikasikan material pada arah apikal (searah jarum jam). Ambil sejumlah kecil material dengan lentulo spiral terbesar yang dapat masuk ke ruang pasak. Masukan lentulo menggunakan handpiece lowspeed untuk memasukan material ke bagian apikal ruang pasak secara perlahan. Kemudian naikan kecepatan handpiece dan secara perlahan angkat lentulo dari ruang pasak. Teknik ini mencegah material cetakan tertarik keluar. Ulangi hingga ruang pasak terpenuhi seluruhnya. 5. Masukan kawat reinforcement pada kedalaman ruang pasak, gunakan syringe untuk mengisi material cetakan di sekitar gigi yang telah dipreparasi, dan masukan impression tray (Fig.1236C). 6. Angkat cetakan (Fig. 12-36D), evaluasi, dan masukan defintive cast (Fig. 12-36E) seperti biasa.
49
7. Kasarkan pasak plastik yang longgar dan, menggunakan cetakan sebagai panduan, pastikan pasak mencakup seluruh kedalaman saluran akar. 8. Aplikasikan sticky wax tipis ke pasak plastik dan setelah melubrikasikan stone cast , tambahkan inlay wax lunak di increments (Fig. 12-37). Dimulai dari bagian paling apikal
dan pastikan pasak diorientasikan secara benar saat dimasukan untuk mengadaptasi wax. Ketika pola pasak ini telah difabrikasi, wax core dapat ditambahkan dan dibentuk. 9. Gunakan cetakan untuk mengevaluasi apakah pola wax sudah beradaptasi pada ruang pasak dengan benar.
Detached Post-Core Adalah bagian mahkota tiruan yang terpisah dari pasak/ post dan inti/core. Kemudian mahkota tiruan dilekatkan pada pasak dan inti dengan semen. Indikasi : dibuat pada gigi yang normal dimana ruangan serviko insisal cukup dibuatkan inti/ core
Keuntungan : bila membutuhkan mahkota kembali, mahkota dapat diganti tanpa mengganggu
pasak dan inti, dapat digunakan untuk retainer gigi tiruan jembatan Kerugian : waktu pembuatan memerlukan dua tahap dan dua kali penyemenan
Tahapan :
1. Lubrikasi saluran akar dengan ringan dan buat goresan pada loose-fitting plastic dowel (Fig.1234A). Dowel harus meluas hingga kedalaman penuh saluran akar yang telah dipreparasi.
50
2. Gunakan teknik bead-brush (ujung instrumen dicelupkan ke monomer cair, lalu bubuk polimer membentuk “small bead” – diaplikasikan secara bertahap) ( Fig.12-34B) untuk memberikan
resin pada dowel (Fig. 12-34C) dan masukkan pada saluran akar yang telah dipreparasi. Hal ini dapat dilakukan dengan dua tahap : tambahkan resin hanya pada orifis saja terlebih dahulu. Alternatif lain adalah dengan mencampur resin dan dioleskan pada cylinder tipis, kemudian masukan dan dorong ke saluran akar dengan monomer-moistened plastic dowel. 3. Jangan memasukkan seluruh resin ke saluran akar sekaligus. Longgarkan dan letakkan beberapa kali selagi masih bertekstur rubbery. 4. Ketika resin telah terpolimerisasi, angkat dan lepas pattern. (Fig. 12-34D) 5. Bentuk bagian apikal pasak dengan menambahkan resin dan masukan kembali dan angkat pasak, perhatikan agar resin tidak terkunci di saluran akar. 6. Evaluasi apakah ada undercut yang dapat di- trim menggunakan scalpel
Pola pasak selesai ketika dapat dimasukan dan dikeluarkan dengan mudah tanpa ada hambatan di saluran akar. Ketika pola telah dibuat, tambahkan resin atau light-polymerized resin untuk core.
51
Pembahasan Kasus Dibuat oleh Indira Annisa Sophia
Gigi 11 Pasien mengalami gigi fraktur kelas II klasifikasi Elis dengan pulpa vital. Sehingga memerlukan rehabilitasi dengan pembuatan partly veneered metal-porcelain full veneer crown . Pertimbangannya karena gigi tersebut masih vital dan masih memiliki cukup sisa mahkota untuk restorasi tersebut, sehingga tidak membutuhkan restorasi mahkota tiruan pasak. Pada gigi fraktur, perencanaan pemilihan restorasi harus dilakukan dengan beberapa pertimbangan : o
Banyaknya jaringan gigi tersisa. Banyaknya struktur jaringan gigi tersisa mempengaruhi retensi dan resistensi dari gigi. Pemilihan restorasi untuk menggantikan struktur gigi yang telah hilang sangat dipengaruhi oleh banyaknya struktur gigi tersisa.
o
Fungsi gigi. Fungsi gigi dalam lengkung rahang akan mempengaruhi beban kunyah yang diterima gigi. Pemilihan restorasi dipengaruhi oleh fungsi dari gigi.
o
Posisi atau loFEDkasi gigi. Gigi anterior membutuhkan pertimbangan estetik yang lebih dibandingkan dengan gigi posterior. Restorasi pada gigi anterior harus memiliki nilai estetik yang baik.
o
Morfologi atau anatomi saluran akar. Morfologi saluran akar berpengaruh dalam pemilihan restorasi. Morfologi akar yang bengkok dapat menjadi pertimbangan jika ingin direstorasi dengan mahkota pasak.
Alasan dipilihnya partly veneered metal-porcelain full veneer crown adalah :
-
Letak gigi fraktur adalah gigi anterior yang membutuhkan pertimbangan estetik yang lebih sehingga dipilih bahan porselen. Namun, tidak all-porcelain crowns tetapi dipilih campuran dengan metal yaitu bahan metal yang dijadikan coping dan porselen yang akan melapisinya menjadi veneer. Hal ini dikarenakan, jika menggunakan all-porcelain kekurangannya adalah mudah pecah, apalagi jika gigi pada posisi maximal intercuspation.
-
Sehingga dipilih bahan metal-porselen dengan metal sebagai coping dan porselen sebagai veneer yang akan melapisi coping. Batas antara metal dengan porselennya yaitu 1 mm dari
kontak oklusal pada saat posisi maximal intercuspation. Preparasi partly veneered metalporcelain full veneer crown memerlukan pengurangan gigi yang cukup besar khususnya pada 52
bagian dimana coping metal akan dilapisi oleh porselen karena butuh porselen dengan ketebalan yang cukup untuk dapat menutupi warna coping metal. Berdasarkan permukaan yang dilapisi porselen, dapat dibagi menjadi :
-
Partly veneered metal-porcelain crown : restorasi terdiri dari complete-coverage cast metal crown
sebagai coping yang di-veneer oleh porselen tetapi porselen hanya menutupi sebagian coping.
-
Fully veneered metal-porcelain crown : porselen menutupi seluruh coping metal.
Untuk kasus ini dipilih partly veneered karena terlihat tidak cukup banyak ruang untuk protesa pada bagian palatal gigi 11.
Pada saat preparasi perlu memperhatikan bentuk margin. Jenis margin kombinasi chamfer dan shoulderless dipilih untuk partly veenered metal-porcelain full veneer crown dikarenakan sesuai
dengan kebutuhan retensi dan resistensinya. Selain itu juga harus memperhatikan ketebalan atau jumlah yang direduksi sesuai bahan yang digunakan :
-
Metal-porcelain : metal (0,3-0,5mm) ; porcelain (0,9-1,2mm).
total = 1,2-1,5 mm (harus
disesuaikan dengan ketebalan gigi)
-
All porcelain : porcelain (0,9-1,2mm)
-
All metal : metal (0,3-0,5mm) , paling konservatif
Serta memperhatikan syarat :
-
Pertimbangan biologis : preparas lebih diutamakan supragingiva agar tidak mengiritasi gingiva
-
Pertimbangan mekanis : retensi, resistensi dan integrasi
-
Pertimbangan estetis
53
Gigi 21 Kasus kerusakan mahkota pasca perawatan endodontik memerlukan rehabilitasi dengan pemasangan partly veneered metal-porcelain detached dowel crown dengan partial cast post and core atau pre-fabricated fiber post composite core. Pre-fabricated post dipilih dengan alasan karena pada foto radiograf, tidak terdapat kondisi yang
mengharuskan penggunaan custom-made post , lagipula pre-fabricated post juga memiliki keuntungan yaitu waktu yang dibutuhkan lebih pendek hingga mahkota tiruan siap digunakan. Partial core merupakan istilah yang digunakan jika masih terdapat bagian mahkota gigi.
Detached crown dipilih dengan alasan karena pasak yang digunakan merupakan pasak siap pakai. Partly veneered metal-porcelain full veneer crown digunakan
dengan alasan estetik dan memiliki kekuatan terhadap beban oklusal yang lebih besar. Dipilih partly veneered karena terlihat tidak cukup banyak ruang untuk protesa pada bagian palatal gigi 21.
Berikut merupakan tahapan pengasahan gigi yang dapat dijelaskan kepada pasien : Preparasi Sisa Jaringan Mahkota 1. Preparasi Proksimal Menggunakan pointed tapered cylindrical diamond bur . Preparasi menghilangkan titik kontak dengan jarak 1-1,5 mm sejajar sumbu gigi.
54
2. Preparasi Insisal Menggunakan round end tapered cylindrical diamond bur , merapikan permukaan insisal sesuai bentuk frakturnya. 3. Preparasi Labial Preparasi hanya mengambil permukaan labial sejajar sumbu gigi, menghilangkan undercut , dan sesuai lengkung permukaannya. Bur yang digunakan adalah round end tapered cylindrical diamond bur, dengan pedoman preparasi berupa groove dengan menggunakan straight cylindrical diamond bur.
4. Preparasi Palatal Preparasi pada bagian gigi yang tersisa dengan mempertahankan bentuk cingulum. Bur yang digunakan adalah flame type bur pada 2/3 insisal dan round end tapered cylindrical bur pada 1/3 servikal. 5. Preparasi Servikal Menggunakan bentuk chamfer dengan round end tapered cylindrical diamond bur . 6. Pembulatan Sudut dan Penghalusan Pembulatan sudut menggunakan round end tapered cylindrical diamond bur (finishing bur) dan penghalusan dapat menggunakan pointed tapered cylindrical diamond bur (finishing bur). Preparasi Saluran Akar 1. Menggunakan GGD low speed , diberi tanda ( rubber marker) sesuai panjang ruang pasak yang sudah ditentukan. Arahkan mata bur ke tengah saluran akar dan sejajar sumbu gigi. 2. Bahan pengisi saluran akar diambil secara bertahap sampai panjang kerja. (Panjang kerja : 2/3 dari panjang akar atau minimum setinggi sisa mahkota klinis gigi, dengan meninggalkan bahan pengisi saluran akar 3-5 mm dari apical stop). 3. Jika panjang kerja sudah tercapai, besarkan dan bentuk saluran pada mahkota dan akar sesuai dengan bentuk, dan besarnya menyesuaikan dengan diameter dan jenis pasak siap pakai yang sudah ditentukan sebelumnya, menggunakan root canal drill/peeso reamer dengan kecepatan rendah, atau secara manual dengan endo file. Untuk pre-fabricated post , saluran akar dibesarkan 2 nomor dari ukuran file terbesar saat perawatan saluran akar. 4. Cobakan pasak siap pakai
perhatikan
panjang pasak yang masuk, retensinya, resistensi.
5. Pembulatan sudut hasil preparasi saluran akar dengan sisa mahkota bagian dalam. 6. Dilanjutkan dengan sementasi pasak.
55
Gigi 36 Untuk kasus pada skenario ini, rencana perawatan gigi 36 yang hilang dapat dibuatkan rigid fixed bridge dengan partly veneered full ceramic crown dengan pontik higienis/ sanitary sebagai
pengganti gigi 36, dan abutment pada gigi 35 dan 37. Gigi 35 dan 37 memenuhi kriteria untuk menjadi gigi abutment . Syarat yang dipenuhi (sesuai skenario), yaitu :
-
Gigi 35 dan 37 vital dan tidak pernah mengalami perawatan endodontik.
-
Kondisi gigi kuat dan sehat.
-
Bentuk dan besar gigi normal.
-
Kondisi mahkota, yaitu enamel dan dentin sehat
-
Rasio mahkota : akar Pada skenario tidak disertakan foto radiograf gigi 35 dan 37, tapi berdasarkan foto model studi, ukuran gigi normal dan kemungkinan rasio mahkota : akar normal.
-
Konfigurasi akar Gigi premolar 2 rahang bawah memiliki akar tunggal berbentuk kerucut sebagai abutment pada sisi mesial, dan gigi molar 2 rahang bawah memiliki akar ganda yaitu akar mesial dan distal yang menjadi abutment pada sisi distal. Kombinasi dari kedua gigi abutment ini kuat karena pontik didukung pada sisi mesial dan distal, gigi molar juga sangat baik sebagai abutment karena memiliki akar lebih dari satu sehingga kekuatan menerima beban lebih baik.
-
Kondisi jaringan periodontal Tidak ada keterangan mengenai kondisi gigi periodontal pada kasus, maka disimpulkan bahwa jaringan periodontal sehat. Pada foto model studi tidak terdapat resesi gingiva di sekitar gigi 35 dan 37.
-
Posisi gigi baik dalam lengkung rahang.
Untuk mengganti gigi 36 yang missing, digunakan fixed/fixed bridge karena sesuai dengan indikasi fixed/fixed bridge, yaitu gigi yang hilang hanya 1 gigi dan merupakan gigi posterior yang akan
menerima beban kunyah yang besar. Jika digunakan semirigid bridge, dikhawatirkan akan fraktur. Jika menggunakan cantilever tidak mungkin karena merupakan kontraindikasi dari segi beban kunyah yang akan diterima. Jika menggunakan spring cantilever bridge tidak mungkin karena spring cantilever digunakan untuk mengganti gigi insisiv dengan retainer gigi molar, sedangkan pada kasus 56