Skoliosis [1]
adalah kelainan adalah kelainan pada pada rangka rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang kelengkungan tulang belakang. belakang. 85%
kasus
skoliosis [1]
penyebabnya. penyebabnya.
merupakan idiofatik, merupakan idiofatik,
yaitu
kelainan
yang
Sebanyak 75-
tidak
diketahui
Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan efek samping yang
diakibatkan karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi seperti distrofi otot, sindrom otot, sindrom Marfan, sindrom Marfan, sindrom Down, Down, dan penyakit lainnya. lainnya.
[1]
Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di
sekitar tulang sekitar tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang [1]
menjadi melengkung. melengkung.
Ahli bedah tulang (ortopedi) mengklasifikasikan idiofatik skoliosis ke dalam empat kategori berdasarkan usia berdasarkan usia penderita penderita [2]
kalinya. kalinya.
ketika
kelengkungan tulang kelengkungan tulang terlihat
untuk
pertama
Keempat kategori tersebut adalah skoliosis idiofatik anak-anak, remaja, pada remaja
yang berada di sekitar masa pubertas, masa pubertas, dan dan dewasa. dewasa.
[2]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Pembagian o
1.1 Scoliosis Struktural
o
1.2 Scoliosis Non Struktural
2 Kurva
3 Referensi
4 Pranala luar Pembagian[sunting Pembagian[sunting | sunting sumber] Dalam perkembangannya, Scoliosis lebih lanjut Pada umumnya dibagi atas dua kategori diantaranya adalah Scoliosis Struktural Scoliosis Struktural danNon danNon Struktural. Scoliosis Struktural [sunting | sunting sumber]
Suatu kurvatura lateral spine yang irreversible yang irreversible dengan rotasi vertebra rotasi vertebra yang menetap. Rotasi vertebra terbesar terjadi pada apex. pada apex. Jika Jika kurva kurva bertambah bertambah maka rotasi juga bertambah. Rotasi ini menyebabkan saat foward saat foward bending costa menonjol membentuk hump hump di sisi convex. sisi convex. Sebaliknya dada lebih menonjol di sisi concav. sisi concav. Scoliosis Scoliosis struktural tidak dapat dikoreksi dengan posisi atau usaha penderita sendiri. Scoliosis Non Struktural [sunting | sunting sumber]
Disebut juga Fungsional Scoliosis / Postural Scoliosis. Suatu kurvatura lateral spine yang reversibel dan cenderung terpengaruh oleh posisi. Di sini tidak ada rotasi vertebra. Umumnya foward/side bending atau posisi supine/prone dapat mengoreksi scoliosis ini. Kurva[sunting | sunting sumber]
Arah scoliosis ditentukan berdasarkan letak apexnya.
Kurva mayor /kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya struktural. Umumnya pada scoliosis idiophatic terletak antara T4 s/d T12
Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa kurva struktural maupun non struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya.
Kurva mayor double, disebut demikian jika sepadan besar dan keparahannya, biasanya keduanya kurva struktural.
Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah spine.
L etak dan B entuk Kur va
letak kurva bisa di cervical, thoracal, lumbal, atau beberapa area bentuk kurva
Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting balance yang tidak baik.
Kurva S : lebih sering terjadi pada scoliosis idiophatic, di thoracal kanan dan lumbal kiri, ada kurva mayor dan kurva kompensatori, umumnya struktural.
Derajat Scoliosis
Derajat scoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin berat derajat scoliosis makin besar dampaknya pada sistem kardiopulmonal.
Teknik Pengukuran Scoliosis
Pengukuran sudut kurva dapat dilakukan dengan metode Cobb atau Risser -Ferguson. Lihat gambar.
Pengukuran rotasi vertebra dengan menilai x-raynya dibagi menjadi 4 tingkat. Lihat gambar.
Klasifikasi dari derajat kurva scoliosis Scoliosis ringan : kurva kurang dari 20 º
Scoliosis sedang : kurva 20 º – 40 º /50 º. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra dan costa.
Scoliosis berat : lebih dari 40 º /50 º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60 º - 70 º terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup
Kl asif ik asi Scoliosis ber dasark an etiol ogi
Etiologi Scoliosis Struktural :
Idiophatic : sekitar 75-85 %. Onset umumnya adolescent. Lebih banyak pada wanita. Secara teori dikaitkan dengan malformasi tulang selama pertumbuhan, kelemahan otot di satu sisi, postur abnormal , dan distribusi abnormal muscle spindle otot paraspinal.
Neuromuscular :
15
–
20 %
,
seperti
CP, myelomeningocele, neurofibromatosis, Polio, paraplegi traumatik, DMD, dll
Osteopathic : congenital (hemivertebra) atau acquired ( rickets, frakture, dll )
Etiologi Scoliosis Nonstruktural
Leg length discrepancy : True LLD atau Apparent LLD.
Spasme otot punggung
Habitual asymmetric posture
Evalu asi Scoli osis
Prosedur Evaluasi
Postural assessment, Evaluasi dilakukan dengan inspeksi anterior, lateral dan posterior penderita. Perhatikan adanya :
Level bahu asimetris
Skapula yang prominence di sisi convex
Protusi hip di satu sisi
Pelvic obliquity
Meningkatnya lordotik lumbal
Flexibility of the curve, Lakukan evaluasi dengan lateral dan foward bending untuk melihat adanya kelainan struktural. Lihat gambar.
Lateral bending ke sisi convex untuk melihat apakah kurva scoliosis bisa terkoreksi. Lateral bending yang asimetris menunjukkan adanya kelainan struktural.
Foward bending untuk melihat adanya rotasi vertebra di sisi convex berupa hump.
Evaluation of muscle strength
a. Otot sisi convex lemah
b. Otot perut dan back extensor lemah c. Jika ada pelvic obliquity maka otot hip juga lemah pada sisi convex ( hip yang lebih rendah )
Diagnosa Scoliosis dibuat berdasarkan :
Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang lengkap
Pemeriksaan tambahan
a. X-ray standard scoliosis dilakukan dengan berdiri AP, bending kanan, bending kiri. Dilakukan pula evaluasi Risser Sign dan kalau perlu Bone Age.
b. Pada scoliosis sedang dan berat seringkali perlu dilakukan pemeriksaan fungsi paru berupa vital capacity dan total lung capacity
Seperti telah diketahui bahwa scoliosis adalah kelainan rangkaian tulang belakang yaitu adanya kurva kearah lateral, dimana pada tulang belakang tkurva kearah lateral tersebut tidak ada. Terapi pada prinsipnya mulai dari konservatif yang berupa terapi latihan, Cotrell traction, brace dan operatif. Terapi latihan merupakan salah satu bentuk terapi konservatif terutama untuk penderita Scoliosis yang mempunyai derajat kurang dari 40 derajat, sangat sulit untuk menilai keberhasilannya berhubung tolok ukur apa keberhasilan latihan tersebut. Mobilitas/flexibiltas sendi dengan stretching daerah yang konkaf menjadi salah satu tujuan terapi latihan sehingga salah satu keberhasilan stretching ini dapat dilihat dari adanya peningkatan ROM pasif sendi-sendi yang bersangkutan.
Pada pemeriksaan foto X ray sering dilakukan pemeriksaan foto lateral bending. Tujuan Pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah pembengkokan yang terjadi masih flexible atau sudah rigid, atau juga melihat sejauh mana flexibilitas tulang belakang yang mengalami pembengkokan. Dengan demikian dapat dilihat peningkatan flieksibitas sendi dengan menggunakan foto Bending X ray.
Temuan penting yang didapatkan dalam pemeriksaan
1.
Pada posisi berdiri tegak sesuai dengan perasaan tegak lurusnya sendiri yang diperiksa : 1.1.
Posture berdiri cenderung miring kearah kiri atau kanan, hal ini dapat diperiksa baik dengan mata telanjang atau dengan bantuan plumb line, apakah ada shifting kearah kiri atau kearah kanan. Biasanya diukur jarak cekungan antara pantat kiri dan kanan dengan plumb line. Selain itu juga dapat dilihat dari perbedaan jarak body – arm kiri dan kanan
1.2.
Pola kurva misalnya C type atau S type, arah kurva misalnya kurva thorakal kanan.
1.3.
Bentuk pertumbuhan yang asimetris sisi kanan dan sisi kiri misalnya dada depan kiri lebih besar dari pada dada kanan, punggung kanan belakang lebih besar dari punggung kiri, hal ini menunjukkan adanya rotasi.dari tulang belakang.
1.4.
Ketinggian bahu yang tidak balance misalnya posisi bahu kanan lebih tinggi
1.5.
Adakah pelvic obliquity yang menandakan adanya leg discreapancy dengan melihat ketinggian SIAS dengan bantuan Water pas.
2.
Pemeriksaan bending 2.1.
bending kedepan secara perlahan-lahan untuk melihat : 2.1.1.
mobilitas sendi-sendi segmentasi untuk bergerak kearah flexi gerakan
2.1.2.
adanya gerakan rotasi yang mengikuti gerakan fleksi.
2.1.3.
pada posisi tertentu akan terlihat adanya hump dan dapat diukur dengan bantuan water pas.
2.2.
bending kebelakang secara perlahan-lahan. 2.2.1.
mobilitas sendi segmentasi kearah ekstensi
2.3.
2.2.2.
perubahan bentuk badan, apakah ada pengurangan rotasi ikutan.
2.2.3.
adanya stifness pada segmen tertentu.
bending kesamping kiri dan kanan 2.3.1.
pola gerakan bending ini apakah smooth mulai dari awal sampai akhir, Gerakan ini dilihat secara keseluruhan dan juga sekmental, terutama Scoliosis type S ( double Curve) pada ujung bending dapat diukur jarak ujung jari ke lantai.
2.3.2.
Gerakan bending kekiri dan kekanan ini bila dilihat segmental dapat dipakai menentukan mana yang lebih mobil kurva torakal atau lumbal bila scoliosis type S.
2.3.3.
perbedaan mobilitas tulang belakang pada bending kekiri atau kekanan.
2.3.4.
pemeriksaan ini dapat dilakukan pula dalam posisi prone kneeling ( merangkak) dengan gerakan ini penderita disusruh bending maksimal aktif dengan bantuan seberapa panggul kiri dan kanan yang terlihat dapat dibedakan mana yang lebih mobil gerakan kiri atau kanan.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
DIAGNOSIS
Pengujian fisik melibatkan melihat pada lekukan spine dari sisi-sisi, depan, dan belakang. Orang itu akan diminta untuk membuka baju dari pinggang keatas untuk melihat lebih baik segala lekukan-lekukan yang abnormal. Orang itu akan kemudian membungkuk kedepan mencoba untuk menyentuh jari-jari kaki mereka. Dokter akan juga melihat pada simetris dari tubuh untuk melihat apakah pinggul-pinggul dan pundak-pundak berada pada tinggi yang sama. Perubahan-perubahan kulit apa saja akan juga diidentifikasi yang dapat menyarankan scoliosis yang disebabkan oleh suatu kerusakan kelahiran.
Pertumbuhan yang lebih yang seseorang mendapatkan tersisa meningkatkan kesempatankesempatan dari scoliosis menjadi lebih buruk. Sebagai akibatnya, dokter mungkin mengukur tinggi dan berat dari seseorang untuk perbadingan dengan kunjungan-kunjungan masa depan. Petunjuk-petunjuk lain pada jumlah pertumbuhan yang tersisa adalah tandatanda dari pubertas (masa remaja) seperti kehadiran dari payudara-payudara atau rambut kemaluan (pubic hair) dan apakah periode-periode menstrual telah mulai pada anak-anak perempuan.
Pengujian tambahan dalam beberapa bulan untuk melihat apakah ada suatu perubahan, atau dokter mungkin mendapatkan X-rays daripunggung anda. Jika X-rays didapat, dokter dapat membuat pengukuran-pengukuran dari mereka untuk menentukan berapa besar dari lekukan yang hadir. Ini dapat membantu memutuskan perawatan apa, jika ada, yangperlu. Pengukuran-pengukuran dari kunjungan-kunjungan masa depan dapat dibandingkan untuk melihat apakah lekukan menjadi lebih buruk.
Riwayat Penyakit Perlu ditanyakan riwayat keluarga akan skoliosis atau suatu catatan
mengenai beberapa kelainan selama kehamilan atau persalinan, kejadian penting dalam perkembangan harus dicatat. Pada kurva yang lebih besar kadang-kadang disertai dengan keluhan nyeri dan sesak.
Gambaran Klinis Gambaran yang terlihat pada skoliosis adalah manifestasi dari tiga
deformitas, gambaran tersebut diakibatkan oleh kombinasi deviasi lateral korpus vertebra dan dinding dada. Bila terjadi deviasi lateral vertebra, vertebra berotasi disekeliling sumbunya yang panjang. Lengkungan yang cembung kekanan memperlihatkan berbagai derajat rotasi, yang menyebabkan penonjolan iga (rib hump). Jika pasien dilihat dari belakang dapat memperlihatkan deviasi lateral processus spinosus dari garis tengah. Pada kurva thorakal, tampak punggung yang miring, rib hump dan asimetri skapula. Pada kurva lumbal tampak penonjolan asimetris salah satu pinggul. Setelah pasien dilihat dari belang dalam posisi berdiri tegak, dilakukan tes fleksi ke depan yang disebut Forward Bend Test. Pada posisi fleksi kedepan, deformitas rotasi dapat diamati paling mudah, dan penonjolan iga atau penonjolan paralumbal dapat dideteksi. Lengkung minor sering mudah dideteksi dengan komponen rotasinya. Pada umumnya, jika deviasi lateral vertebra meningkat, begitu juga deformitas rotasinya, tetapi hubungan ini tidak linear dan banyak lengkung
minor memperlihatkan rotasi yang nyata sedangkan beberapa deformitas skoliotik sedang dan berat hanya memperlihatkan unsur rotasional yang lebih ringan.
Skoliometer Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara
pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb‟s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut12,13 Pemeriksaan Radiologis
X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap
tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali. X-ray standard scoliosis dilakukan dengan berdiri AP, bending kanan, bending kiri. Dilakukan pula evaluasi Risser Sign dan kalau perlu Bone Age. Pada scoliosis sedang dan berat seringkali perlu dilakukan pemeriksaan fungsi paru berupa vital capacity dan total lung capacity
Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.
Maturitas kerangka dinilai dengan beberapa cara, hal ini penting karena kurva sering bertambah selama periode pertumbuhan dan pematangan kerangka yang cepat. Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera setelah pubertas; ossifikasi meluas kemedial dan jika penulangan krista iliaka selesai, pertambahan skoliosis hanya minimal. Menentukan maturitas skeletal melalui tanda Risser, dimana ossifikasi pada apofisis iliaka dimulai dari Spina iliaka anterior superior (SIAS) ke posteriormedial. Tepi iliaka dibagi kedalam 4 kuadran dan ditentukan kedalam grade 0 sampai 5.
Derajat Risser adalah sebagai berikut : Grade 0 menandakan tidak ada ossifikasi, grade 1 menandakan penulangan mencapai 25%, grade 2 mencapai 26-50%, grade 3 mencapai 5175%, grade 4 mencapai 76% dan grade 5 menunjukkan fusi tulang yang komplit.
Skoliosis Idiopatik Lembaga Penelitian Skoliosis (The Scoliosis Research Society) merekomendasikan bahwa Skoliosis Idiopatik digolongkan berdasarkan umur pasien pada saat diagnosis ditegakkan.
Skoliosis Idiopatik Infantil Kelengkungan vertebra berkembang saat lahir sampai usia 3
tahun. James, pertama kali menggunakan istilah skoliosis idiopatik infantil, mencatat bahwa kurva terjadi sebelum umur 3 tahun, dimana lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dan sebagian besar torakal melengkung kiri. Dua tipe kurva dilaporkan pada skoliosis infantil yaitu resolving type (85%) dan progressive type (15%). Perkembangan metode Mehta dilakukan untuk membedakan kedua tipe kurva tersebut, dengan cara pengukuran pada posisi AP radiologi. Pertama, dengan menggambar sebuah garis perpendikular ke end-plate pada apeks vertebra. Kedua menarik garis yang memotong caput dan collum pada costa, sudut yang dibentuk pada perpotongan kedua garis tersebut disebut RVA (Rib-Vertebra Angle). Kurva dengan RVAD > 200 dapat menunjukkan progresivitas. . Penanganan
Penatalaksanaan yang utama pada scoliosis infantile adalah non bedah, untuk pasien dengan resolving type yaitu dilakukan pemeriksaan fisis dan radiologi tiap 3-6 bulan, untuk progressive type maka penggunaan gips atau brace merupakan pilihan. Pada anakanak yang masih muda, pemberian gips secara bertahap dengan anestesi umum sampai cukup besar untuk ortoshis. Interval antara penggunaan gips ditentukan dengan pertumbuhan rata-rata anak tapi biasanya penggantian gips dibutuhkan selama 2-3 bulan. Penggunaan penyangga (brace) di pakai sampai terjadi stabilisasi kurva minimal 2 tahun. Penggunaan brace dapat dengan jenis Milwaukee Brace (Cervical-Thoracic-LumbarSacral-Orthosis) atau Boston Brace (Thoracic-Lumbar-Sacral-Orthosis). Jika kurva besar atau bertambah walaupun dengan orthosis, pembedahan stabilisasi tetap dibutuhkan. Jika pembedahan dibutuhkan, arthrodesis anterior dan posterior dapat dipertimbangkan, termasuk hanya struktural atau kurva primer. Gabungan antara arthrodesis anterior dan
posterior perlu untuk mencegah “crankshaft phenomenon”. Jika tekhnik memungkinkan, batang subkutaneus dapat dipertimbangkan.
Penanganan skoliosis dapat dengan terapi operatif atau non-operatif. Untuk penyandang skoliosis di bawah usia 19 tahun dengan pembengkokan di bawah 20 derajat dapat diatasi dengan terapi non-operatif dengan Program Rehabilitasi Spine yang berupa latihanlatihan secara khusus. Tujuan dari program latihan ini adalah agar progress skoliosis dapat dihentikan, membuat badan lebih seimbang, tampilan lebih baik serta kualitas hidup lebih baik.
Rehabilitasi Spine untuk penanganan skoliosis meliputi antara lain: latihan peregangan,
penguatan otot serta perbaikan postur tubuh. Latihan ini harus dijalankan dengan teratur di bawah supervisi terapis dan menjadi home programe yang dilakukan terus menerus secara rutin dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktifitas sehari-hari.
Untuk skoliosis dengan kurva pembengkokan mencapai 20 derajat hingga 40 derajat, maka penanganannya dengan Rehabilitasi Spine yang meliputi terapi latihan aktif serta pemakaian brace. Tujuan pemakaian brace adalah untuk koreksi dan menahan laju perburukan skoliosis.
Observasi dan kontrol teratur. Pada sebagian kasus progresivitas lengkungan tulang belakang dapat berkurang atau berhenti spontan biasanya setelah pubertas.
Pemasangan „‟brace‟‟ dilakukan bila dalam pemeriksaan x-ray lengkungan sudah berada antara 25 sampai 45 derajat tetapi pertumbuhan tulang masih berlangsung.
Tidakan operasi. Sebagian besar skoliosis tidak memerlukan operasi, menurut National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases di Amerika, disebutkan dari 1000 anak hanya sekitar 3 sampai 5 kasus skoliosis yang lengkungnya cukup besar sehingga memerlukan koreksi. Operasi skoliosis dilakukan oleh ahli bedah ortopedi khususnya bidang tulang belakang. Rekomendasi operasi diberikan bila ukuran lengkung skoliosis sudah mencapai 45 derajat atau lebih dan tidak berhasil dihambat dengan pemasangan brace. Untuk memudahkan penggambaran, di bawah ini disertakan X foto pra dan pasca operasi pada anak dengan sudut lengkung diatas 45 derajat.Ahli bedah biasanya menunggu sampai pertumbuhan penulangan berhenti, namun hal ini tidak selalu mungkin, sehingga ada operasi yang disebut „‟Growth Friendly Spine Surgery‟‟ , teknik
operasi dan pemasangan implant yang memungkinkan kontrol lengkung tulang belakang dan mengurangi early spinal fusion
Skoliosis Idiopatik Juvenil Skoliosis Idiopatik Juvenil terjadi pada umur 4-10 tahun.
Berbagai bentuk dapat terjadi namun kurva torakal biasanya kekanan. Skoliosis Juvenil biasanya lebih progresif dari adolesent. Lonstein menemukan bahwa 67% pasien dengan umur dibawah 10 tahun menunjukkan progresivitas kurva dan resiko progresivitas 100% pada pasien yang berumur double thoracic > thorakolumbal > Lumbal. Pada scoliosis juvenile ini, metode Mehta RVAD kurang digunakan dalam menentukan prognosis dibandingkan
dengan
skoliosis
infantil.
.
Walaupun
cenderung
progresif
dan
membutuhkan pembedahan, skoliosis juvenil ditangani sesuai pedoman yang sama terhadap skoliosis adolescent. Untuk kurva yang kurang dari 200 maka dilakukan observasi dengan pemeriksaan radiologi PA tegak setiap 4-6 bulan. Tanda adanya progresif pada radiologi jika terdapat perubahan paling sedikit 5-70 sehingga dibutuhkan Brace. Jika kurva tidak progresif maka observasi diteruskan sampai skelet matur. Walaupun banyak literatur yang menunjukkan pengobatan orthotik pada scoliosis juvenile, Milwaukee brace tetap diprioritaskan. TLSO biasanya digunakan untuk kurva thorakal dengan apeks pada T8 atau dibawah. Pada awalnya, brace digunakan full-time (23 jam perhari) kemudian dikurangi secara berangsur-angsur. Bagaimanapun, pasien harus tetap berhati-hati adanya tanda progresivitas, jika terdapat progresivitas maka program brace full-time dilanjutkan kembali. Pembedahan dilakukan pada kurva >500, dapat digunakan dengan subcutaneous rod, multihook segmental system atau spinal fusion. Spinal fusion dapat dilakukan dengan anterior dan posterior perlu untuk mencegah “crankshaft phenomenon”.
Skoliosis Idiopatik Adolescent Skoliosis Idiopatik adolescent terjadi pada umur 10 tahun
atau lebih, scoliosis jenis ini paling sering terjadi pada remaja putri. Untuk mendiagnosa sebagai scoliosis idiopatik, harus mempunyai derajat kurvatura minimal 100 dengan rotasional dan deviasi lateraral pada radiologi ( < 10 derajat dapat dikatakan normal). . INTERVENSI TANPA OPERASI
Observasi Observasi diindikasikan pada derajat kurva yang kurang dari 250 pada pasien
immatur dan kurang dari 500 pada pasien matur. melakukan pemeriksaan 3 bulan setelah
pertamakali knjungan dan setiap6-9 bulan untuk kurva yang kurang dari 200 dan tiap 4-6 bulan untuk kurva yang lebih dari 200. 5,8,10,11
Orthosis
(Brace) Pasien disarankan untuk menggunakan brace untuk mencegah
pertambahan kelengkungan ketika : pasien masih bertumbuh dan derajat kelengkungan berkisar 25-300, memilih waktu pertumbuhan kurang lebih 2 tahun lagi, derajat kelengkungan 20-290, dan jika perempuan belum mencapai periode menstruasi pertama, atau. Masih bertumbuh dan memiliki derajat kelengkungan 20-290 yang semakin memburuk Brace membantu mengurangi progresivitas kurva akan tetapi tidak mengurangi besarnya deformitas. Brace harus digunakan 16-23 jam sehari dan harus dipakai sampai ada maturitas skeletal, yang biasanya terjadi pada usia 14 tahun pada wanita dan 16 tahun pada laki-laki. Pada saat skeletal matur, pasien secara bertahap dilepaskan dari brace. Secara periodik, selama terapi brace, radiograf dilakukan untuk mengetahui manfaat terapi. Meskipun memakai brace, kira-kira 15-20 % pasien yang diterapi akan memperlihatkan progresifitas lengkung yang nyata. Pemasangan penyangga dapat digunakan seperti penyangga dari Milwaukee atau penyangga dari Boston. Penangganan Scoliosis dengan Latihan
Penangganan
Scoliosis
dengan
latihan
pada
prinsipnya
harus
mengandung
3
unsur DEF yaituDerotasi, Elongasi dan Fleksibilitas. Tujuan latihan di sini adalah menguatkan otot stabilisator trunk, dan secara aktif mengurangi/mengoreksi kurva dan deformitas lain yang menyertai.
Latihan dapat dilakukan dengan atau tanpa alat, juga dapat dilakukan di dalam atau di luar spinal brace.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Temuan penting yang didapatkan dalam pemeriksaan
1.
Pada posisi berdiri tegak sesuai dengan perasaan tegak lurusnya sendiri yang diperiksa :
1.1.
Posture berdiri cenderung miring kearah kiri atau kanan, hal ini dapat diperiksa baik dengan mata telanjang atau dengan bantuan plumb line, apakah ada shifting kearah kiri atau kearah kanan. Biasanya diukur jarak cekungan antara pantat kiri dan kanan dengan plumb line. Selain itu juga dapat dilihat dari perbedaan jarak body – arm kiri dan kanan
1.2.
Pola kurva misalnya C type atau S type, arah kurva misalnya kurva thorakal kanan.
1.3.
Bentuk pertumbuhan yang asimetris sisi kanan dan sisi kiri misalnya dada depan kiri lebih besar dari pada dada kanan, punggung kanan belakang lebih besar dari punggung kiri, hal ini menunjukkan adanya rotasi.dari tulang belakang.
1.4.
Ketinggian bahu yang tidak balance misalnya posisi bahu kanan lebih tinggi
1.5.
Adakah pelvic obliquity yang menandakan adanya leg discreapancy dengan melihat ketinggian SIAS dengan bantuan Water pas.
2.
Pemeriksaan bending 2.1.
bending kedepan secara perlahan-lahan untuk melihat : 2.1.1.
mobilitas sendi-sendi segmentasi untuk bergerak kearah flexi gerakan
2.1.2.
adanya gerakan rotasi yang mengikuti gerakan fleksi.
2.1.3.
pada posisi tertentu akan terlihat adanya hump dan dapat diukur dengan bantuan water pas.
2.2.
2.3.
bending kebelakang secara perlahan-lahan. 2.2.1.
mobilitas sendi segmentasi kearah ekstensi
2.2.2.
perubahan bentuk badan, apakah ada pengurangan rotasi ikutan.
2.2.3.
adanya stifness pada segmen tertentu.
bending kesamping kiri dan kanan 2.3.1.
pola gerakan bending ini apakah smooth mulai dari awal sampai akhir, Gerakan ini dilihat secara keseluruhan dan juga sekmental, terutama Scoliosis type S ( double Curve) pada ujung bending dapat diukur jarak ujung jari ke lantai.
2.3.2.
Gerakan bending kekiri dan kekanan ini bila dilihat segmental dapat dipakai menentukan mana yang lebih mobil kurva torakal atau lumbal bila scoliosis type S.
2.3.3.
perbedaan mobilitas tulang belakang pada bending kekiri atau kekanan.
2.3.4.
pemeriksaan ini dapat dilakukan pula dalam posisi prone kneeling ( merangkak) dengan gerakan ini penderita disusruh bending maksimal aktif dengan bantuan seberapa panggul kiri dan kanan yang terlihat dapat dibedakan mana yang lebih mobil gerakan kiri atau kanan.
3.
Pemeriksan gerakan rotasi Kelainan bentuk yang berupa HUMP adalah akibat adanya rotasi dari tulang belakang yang kemudian membawa costa ikut berrotasi pula. Arah rotasi yang terjadi adalah kearah posterior pada daerah konvek. 3.1.
Pemeriksaan gerakan rotasi aktif 3.1.1.
Posisi dapat dilakukan
dalam posisi merangkak, penderita
disuruh
mengangkat salah tangannya kearah lateral horizontal abduction diikuti dengan gerakan rotasi tulang belakang secara maksimal kemudian bergantian tangan yang lain. Diperhatikan pola gerakan secara segmental maupun keseluruhan. 3.2.
Pemeriksaan rotasi pasif 3.2.1.
Pemeriksaan rotasi pasif sulit dilakukan berhubung harus mengangkat berat, cara yang mudah dilakukan adal;ah penderita disuruh melakukan sendiri, dan kemudian diposisi ujung ditambah gerakan pasif. Hal ini dapat melihat secara segmental maupun keseluruhan rotasi yang terjadi.
4.
Pemeriksaan kekuatan otot Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dilakukan dengan cara side lying dengan secara segmental dan fiksasi daerah tertentu sesuai dengan kurva tulang belakang yang bengkok. Nilai otot hanya bisa dilakukan dengan membandingkan pada sisi yang lain.
5.
Pemeriksaan X-ray. Dari foto X ray kita dapatkan : 5.1.
Pola kurva 5.1.1.
Single atau Double curve
5.1.2.
Arah kurva misalnya Left Lumbal Right Thoracal
5.1.3.
Segmentasi kurva misalnya dari Th5-L1 right, L1 – L5 Left.
5.1.4.
Dapat dilihat long atau short curve
5.1.5.
Dapat dilihat Apex kurva misalnya Th8 Right, L3 left.
5.1.6.
Foto lateral dapat menunjukan kurva lordosis dan kyphosis.
5.2.
Rotasi dengan melihat posisi rangkaian procesus spinosus
5.3.
Melihat kedewasaan tulang ( Bone Maturation)
5.4.
Apakah tulang sudah berhenti pertumbuhan dapat dilihat dari apakah epiphysis pada krista iliaca sudah menutup atau belum.
6.
Pemeriksaan foto X ray bending. Pemeriksaan X ray bending adalah foto X-ray yang diambil dalam posisi lateral bending secara maksimal. Perbedaan derajat antara foto X-ray posisi berdiri dan bending ini adalah sebenarnya flexibilitas rangkaian tulang belakang. dilakukan baik kearah kiri maupun kanan.