LAPORAN PENDAHULUAN SKOLIOSIS DIRUANG RAJAWALI 3A RSUP Dr. KARIADI
Disusun oleh : ELLY KUSTIYANTI 1708037
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2017
A. PENGERTIAN
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik. Vertebra servikal, torakal, dna lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat veterbra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas kelainan tulang belakang yang menggambarkan deviasi vetebra kearah lateral dan rotasional. Skoliosis adalah lengkungan atau kurvatura lateral pada tulang belakang akiba rotasi dan deformitas vetebra. Tiga bentuk skoliosis struktural yaitu: 1. Skoliosis idiopatik adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu infantile, yang muncul sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak-anak, yang muncul dari usia 3 tahun sampai 10 tahun, dan remaja yang muncul setelah usia 10 tahun (usia yang paling umum terjadi) 2. Skoliosi kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau lebih badan vertebra 3. Skoliosis neuromuskuler adalah anak yang menderita penyakit neuromuskuler seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler yang secara langsung menyebabkan deformitas.
B.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya skoliosis diantaranya kondisi osteopatik seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis dan infeksi. Pada skoliosis berat, perubahan progesif pada rongga toraks dapat menyebabkan perburukan pernafasan dan kardiovaskuler. Terdaat 3 penyebab umum dari skoliosis diantaranya: 1. Kongenital (bawaan) biasanya berhubungan berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu 2. Neuromuskuler pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut - Cerebral palsy - Distrofi otot - Polio - Osteoporosis juvenile 3. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui
C. KLASIFIKASI
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural. 1. Skoliosis struktural Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan rotasi dari tulang punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva. Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu : a. Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1) Infantile : dari lahir-3 tahun. 2) Anak-anak : 3 tahun – 10 tahun 3) Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yangpaling umum ) 2. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau lebih badan vertebra. 3. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti paralisis
otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung
menyebabkan deformitas. 4. Skoliosis nonstruktural ( Postural ) Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang. Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis : a. Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan di punggung. b. Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe scoliosis ini berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk kerusakankerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau
penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis. c. Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasadewasa yang lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan oleh arthritis. Pelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal. d. Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumortumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala skoliosis diantaranya adalah:
Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
Bahu dna atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
Nyeri punggung
Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
Skoliosis yang berat dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60% dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke
kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri. Awalnya penderita mungkin tidak menyadari atau merasakan sakit pada tubuhnya karena memang skoliosis tidak selalu memberikan gejala – gejala yang mudah dikenali.Jika ada pun, gejala tersebut tidak terlalu dianggap serius karena kebanyakan mereka hanya merasakan pegal – pegal di daerah punggung dan pinggang mereka saja. Menurut Dr Siow dalam artikel yang ditulis oleh Norlaila H. Jamaluddin (Jamaluddin, 2007), skoliosis tidak menunjukkan gejala awal.Kesannya hanya dapat dilihat apabila tulang belakang mulai bengkok.Jika keadaan bertambah buruk, skoliosis
menyebabkan tulang rusuk tertonjol keluar dan penderita mungkin mengalami masalah sakit belakang serta sukar bernafas. Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila penderita mulai menitik beratkan soal penampilan diri.Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri. Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat yang sangat ringan sampai pada derajat yang sangat berat. Derajat pembengkokan biasanya diukur dengan cara Cobb dan disebut sudut Cobb. Dari besarnya sudut skoliosis dapat dibagi menjadi (Kawiyana dalam Soetjiningsih, 2004): 1 Skoliosis ringan : sudut Cobb kurang dari 20” 2 Skoliosis sedang : sudut Cobb antara 21 – 40” 3 Skoliosis berat : sudut Cobb lebih dari 41” Pada skoliosis derajat berat (lebih dari 40 derajat), hanya dapat diluruskan melalui operasi.
E. PROGNOSIS
Prognosis
tergantung
kepada
penyebab,
lokasi
dan
beratnya
kelengkungan.Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah. Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot).Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi yang menderita skoliosis kongenital
memiliki
sejumlah
kelainan
bentuk
yang
mendasarinya,
sehingga
penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.
F. KOMPLIKASI
Meskipun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal mungkin.
Tanpa
perawatan,
tulang
belakang
menjadi
semakin
bengkok
dan
menimbulkan berbagai komplikasi seperti : 1. Kerusakan paru-paru dan jantung. Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia. 2. Sakit tulang belakang. Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.
G. PATHOFISIOLOGI
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis termasuk rongga tulang spinal. Lengkungan dapat berbentuk S atau C. derajat lengkungan penting untuk diketahui karena hal tersebut dapat menentukan jumlah tulang rusuk yang mengalami pergeseran. Pada tingkat rotasi lengkungan yang cukup besar mungkin dapat menekan dan menimbulkan keterbatasan pada organ penting yaitu paru-paru dan jantung. Aspek paling penting terjadinya deformitas adalah progesivitas pertumbuhan tulang, dengan terjadinya pembengkokan tulang vetebra kearah lateraldi serta dengan rotasi tulang belakang maka jalan diikuti dengan perkembangan sekunder pada tulang tulang vertebra dan iga. Oleh karena adanya gangguan pertumbuhan yang bersifat progesif, disamping terjadinya perubahan vertebra juga terdapat perubahan pada tulang iga. Diamna bertambahnya kurva yang menyebabkan deformitasi tulang iga semakin jelas. Pada kanalis spinalis terjadi pendorongan dan penyempitan kanalis spinalis oleh karena terjadinya penebalan dna pemendekan lamina pada sisi konkaf. Keseimbangan lengkungan juga penting karena mempengaruhi stabilitas dari tulang belakag dna pergerakan panggul.
H. PATHWAY
Kuman TB
Infeksi daerah korpus vertebra (Spondilitis)
Pelunakan korpus
Kon enital
Skoliosis
Da at ter adi ada tulan s inal
Atau termasuk ron
a s inal
Lengkungan bentuk S atau C
Derajat lengkungan penting untuk diketahui
Menekan paru dan jantung
Mempengaruhi stabilitas tulang belakang dan pergerakan pinggul
Memenuhi gaya berjalan
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan yang dilakukan tergantung pad apenyebab, derajat, dan lokasi kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkukangan kurang dari 20%, biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan. Pada anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai 25-30%, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk membantu memperlambat progresivitas kelengkungan tulang belakang. Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti. Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskuler. Jika kelengkungan mencapai 40% atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan. Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-tulang. Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun). Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu dipasang brace untuk menstabilkan tulang belakang. Kadang diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot tulang belakang dirangsang dengan arus listrik rendah untuk meluruskan tulang belakang.
J.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi. Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: Rontgen tulang belakang, X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali. Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang) Skoliometer. Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada
thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerluka evaluasi yang lanjut. MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).
K. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH SKOLIOSIS a. Pengkajian 1. Pengkajian fisik meliputi:
Mengkaji skelet tubuh yaitu adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
Mengkaji tulang belakang untuk mengetahui terjadinya skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada), Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
2. Mengkaji system persendian Yaitu untuk mengetahui luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi . 3. Mengkaji system otot untuk mengetahui kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot. 4. Mengkaji cara berjalan Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
5. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
b. Pemeriksaan Fisik Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada masalahpersonal hygiene adalah: 1. Rambut a. Keadaan kesuburan rambut b. Keadaan rambut yang mudah rontok c. Keadaan rambut yang kusam 2. Kepala a. Botak atau alopesia b. Ketombe c. Berkutu d. Adakah eritema e. Kebersihan 3. Mata a. Apakah sclera ikterika b. Apakah konjugtiva pucat c. Kebersihan mata d. Apakah gatal atau mata merah 4. Hidung a. Adakah pilek b. Adakah alergi c. Adakah perdarahan d. Adakah perubahan penciuman e. Kebersihan hidung f. Bagaimana membrane mukosa g. Adakah septum deviasi 5. Mulut a. Keadaan mukosa mulut b. Kelembapannya
c. Adakah lesi d. Kebersihannya 6. Gigi a. Adakah karang gigi b. Kelengkapan gigi c. Pertumbuhan gigi d. Kebersihan 7. Kuku tangan dan kaki a. Bentuknya bagaimana b.Warnanya c. Adakah lesi 8. Tubuh secara umum a. Kebersihan b. Normal c. Postur tubuh
c. Analisa Data
Analisa data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan data merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar dan data fokus. Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status keseh atan klien, kemampuan klienmengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatanya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Data dasar akan digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasimasalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk rumah sakit (Intial assessment), selama klien dirawat secara terus menerus (Ongoing assasment) serta pengkajian ulang untuk menambah/ melengkapi data (re-assesment) (Sigit, 2010).
d. Tipe Data
1. Data Subjektif Menurut Sigit (2010), data subjektif adalah yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatusituasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatan lainnya. 2. Data Objektif Data objektif adalah data yang didapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik, kemudian mengkaji batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan (Wilkinson, 2013).
L. Diagnosa Keperawatan
Pada masalah kebutuhan dasar personal hygiene diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Nanda (2015-2017), adalah sebagai berikut: a. Ketidakefektifitasan pola nafas berhubungan dengan nyeri b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
M. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifitasan pola nafas berhubungan dengan nyeri Tujuan Keperawatan
Rencana Tindakan
( NOC )
(NIC )
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
Monitor Pernafasan
… x 24 jam :
-
Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
-
Frekuensi pernafasan 16-20 x/menit
-
Catat pergerakan dada, penggunaan otot
-
Irama pernafasan reguler
bantu nafas, dan retraksi pada otot otot
-
Saturasi oksigen 95%-100% Klien
supraclaviculas
mampu memperhatikan kebersihan -
Monitor
kuku Intervensi
takipneu, hiperventilasi, dll)
pola
nafas
(misal:
bradipneu,
-
Monitor saturasi oksigen
-
Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan
yang
meningkatkan
atau
memperburuk sesak nafas tersebut
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis Tujuan Keperawatan
Rencana Tindakan
( NOC )
(NIC )
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
Manajemen nyeri
… x 24 jam :
-
Kaji tingkat lokasi,
nyeri yang komprehensif :
durasi,
karakteristik,
frekuensi,
-
Melaporkan gejala nyeri terkontrol
intensitas, factor pencetus, sesuai dengan usia
-
Melaporkan kenyamanan fisik dan
dan tingkat perkembangan.
psikologis -
Mengenali factor yang menyebabkan nyeri
-
-
verbal dari ketidaknyamanan -
Melaporkan nyeri terkontrol (skala nyeri: <4)
Monitor skala nyeri dan observasi tanda non
Gunakan
tindakan
pengendalian
nyeri
sebelum menjadi berat -
Kelola nyeri pasca operasi dengan pemberian
-
-
-
Tidak menunjukkan respon non verbal
analgesik tiap 4 jam, dan monitor keefektifan
adanya nyeri
tindakan mengontrol nyeri
Menggunakan terapi analgetik dan -
Kontrol
non analgetik
mempengaruhi
Tanda
vital
dalam
rentang
yang
lingkungan respon
yang
klien
dapat
terhadap
ketidaknyamanan : suhu ruangan, cahaya,
diharapkan
kegaduhan. -
-
faktor
Ajarkan tehnik non farmakologis kepada klien dan keluarga : relaksasi, distraksi, terapi musik,
terapi
bermain,terapi
aktivitas,
akupresur, kompres panas/ dingin, masase. imajinasi imagery),hipnosis
terbimbing (
(guided
hipnoterapy
)
dan
pengaturan posisi. -
Informasikan kepada klien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri : misal klien cemas, kurang tidur, posisi tidak rileks.
-
Ajarkan pada klien dan keluarga tentang penggunaan analgetik dan efek sampingnya
-
Kolaborasi medis untuk pemberian analgetik, fisioterapis/ akupungturis.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri Tujuan Keperawatan
Rencana Tindakan
( NOC )
(NIC )
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
Latihan Kekuatan
selama ...x 24 jam klien menunjukkan:
- Ajarkan dan berikan dorongan pada klien
- Mampu mandiri total
untuk melakukan program latihan secara rutin
- Membutuhkan alat bantu
Latihan untuk ambulasi
- Membutuhkan bantuan orang lain
- Ajarkan teknik Ambulasi
- Membutuhkan bantuan orang lain dan alat - Tergantung total
& perpindahan
yang aman kepada klien dan keluarga. - Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker - Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri
Dalam hal :
dalam batasan yang aman.
-
Penampilan posisi tubuh yang benar
Latihan mobilisasi dengan kursi roda
-
Pergerakan sendi dan otot
- Ajarkan pada klien & keluargatentang
-
Melakukan perpindahan/ ambulasi :
pemakaian kursi roda & cara berpindah dari
miring kanan-kiri, berjalan, kursi roda
kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.
-
- Dorong
klien
melakukan
latihan
cara
untuk
memperkuat anggota tubuh - Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda Latihan Keseimbangan
- Ajarkan pada klien & keluargauntuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari. Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar
- Ajarkan pada klien/ keluargauntuk mem perhatikan postur tubuh yg benar untuk menghindari kelelahan, keram & cedera. - Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan
Daftar Pustaka
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC NOC Edisi 7. Jakarta: EGC Nanda Diagnosa Keperawatan 2015-2017