LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 5
DISUSUN OLEH : KELOMPOK VI Tutor: dr. Indri Moderator : Yunike
(04121001118)
Sekertaris : Dina sabilah
(04121001033)
Anggota
: Widya Kartika
(04121001045)
Laksmita Chandra Dewi
(041210010
Eva Fitria Zumna
(04121001048)
Ari Julian Saputra
(04121001105)
Stevanus Eliansyah H.
(04121001113)
Rudi Trenggono
(04121001116)
Fredy Ciputra
(041210010
Rannia Hendreka Putri
(04121001126)
Mohammad Ha Hazem
(04121001127)
Achma chmad d Rez Rezaa Kur Kurni niaw awan an
(04 (041210 121001 0113 131) 1)
Deni Saputra
(04121001
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 201 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat- Nya lah, kami dapat menyelesaikan laporan tutorial dengan skenario B Blok 1 ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan tutorial ini disusun dalam rangka memenuhi tugas blok 1 yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Saya mengucapkan terima kasih kepada; •
Allah SWT yang telah telah memberikan memberikan petunjuk petunjuk dan kemudahan kemudahan dalm dalm penyusunan laporan ini
•
Pembimbing kami, dr.Indri Seta Septadina yang telah membimbing kami dalam proses tutorial
•
Teman-teman yang telah menyediakan waktu,tenaga dan pikirannya untuk merampungkan tugas tutorial in dengan baik.
•
Oran Orangb gb tua tua yang yang telah telah meny menyed edia iaka kan n fasil fasilit itas as dan dan mate materi ri
yang yang
memudahkan dalam penyusunan laporan ini. Saya menyadari, tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat saya harapkan agar bermanfaat bagi revisi tugas ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran selanjutnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Palembang, 11 Januari 2013
Penyusun
2
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat- Nya lah, kami dapat menyelesaikan laporan tutorial dengan skenario B Blok 1 ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan tutorial ini disusun dalam rangka memenuhi tugas blok 1 yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Saya mengucapkan terima kasih kepada; •
Allah SWT yang telah telah memberikan memberikan petunjuk petunjuk dan kemudahan kemudahan dalm dalm penyusunan laporan ini
•
Pembimbing kami, dr.Indri Seta Septadina yang telah membimbing kami dalam proses tutorial
•
Teman-teman yang telah menyediakan waktu,tenaga dan pikirannya untuk merampungkan tugas tutorial in dengan baik.
•
Oran Orangb gb tua tua yang yang telah telah meny menyed edia iaka kan n fasil fasilit itas as dan dan mate materi ri
yang yang
memudahkan dalam penyusunan laporan ini. Saya menyadari, tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat saya harapkan agar bermanfaat bagi revisi tugas ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran selanjutnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Palembang, 11 Januari 2013
Penyusun
2
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................ ISI.................................... ......................... .......................... ...................................................... .........................................3 3 4.Herdin, H. 2009. Fisioterapi Pada Dislokasi Shoulder Anterior. Makassar : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin............................. Hasanuddin.................................................... .......................................... ...........................66 ........66
I.
SKENARIO A BLOK 5 Aston, Aston,pem pemuda uda 25 tahun, tahun, mengal mengalami ami cedera cedera saat saat bermai bermain n sepak sepak bola. bola. Ia terdorong dan terpukul pada daerah bahu kanan dengan kuat. Ia mengeluhkan nyeri bahu yang hebat, dan lengan atas kanan menggantung ke bawah tubuhnya dengan posisi eksorotasi. Tidak Nampak adanya fraktur, dan caput humerus tampak tumpang tindih dengan collum scapula. Dokter menyatakan bahwa Aston mengalami dislokasi pada sendi bahu.
II. II.
KLARI LARIFI FIK KASI ASI IST ISTILA ILAH Cedera
: cacat / luka sedikit
Terpu rpukul
: dise isentuh dengan tekanan kuat
Eksor ksoro otasi tasi
: ger gerak akan an rota rotasi si yan yang kel kelua uar r
Nyeri
: berasa sakit (seperti ditusuk-tusuk jarum atau tubuh seperti dijepit)
Menggantun Menggantung g : mengaitkan mengaitkan pada sesuatu yang tinggi tinggi sehingga sehingga tidak menjejak menjejak tanah Caput humerus: kepala tulang yang memanjang mulai dari bahu sampai siku Fraktur
: pe pemecahan su suatu ba bagian kh khususnya tu tulang 3
Collum scapula: bagian yang seperti leher pada tulang belikat Dislokasi
: perpindahan atau pergeseran suatu bagian
Bahu
: daerah yang menghubungkan lengan dengan batang tubuh dan klavikula dan skapula
III.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Aston mengeluhkan nyeri bahu yang hebat dan lengan atas kanan menggantung ke bawah tubuhnya dengan posisi eksorotasi 2. Ia terdorong dan terpukul pada daerah bahu kanan dengan kuat, sehingga mengalami cedera saat bermain sepak bola 3. Tidak nampak adanya fraktur, dan caput humerus tampak tumpang tindih dengan collum scapula, dokter menyimpulkan bahwa aston mengalami dislokasi pada sendi bahu No
Masalah
1
Aston mengeluhkan nyeri bahu yang hebat
E-O
Concern
P
VVV
P
VV
P
V
dan lengan atas kanan menggantung ke bawah tubuhnya dengan posisi eksorotasi 2
Ia terdorong dan terpukul pada daerah bahu kanan dengan kuat, sehingga mengalami cedera saat bermain sepak bola
3
Tidak nampak adanya fraktur, dan caput humerus tampak tumpang tindih dengan collum scapula, dokter menyimpulkan bahwa aston mengalami dislokasi pada sendi bahu
IV.
ANALISIS MASALAH
Masalah 1 4
a) Bagaimana mekanisme lengan atas kanan menggantung ke bawah tubuhnya dengan posisi eksorotasi ?
Eksorotasi adalah gerakan rotasi ke arah luar. Pada kasus Aston ini, terdorong dan terpukulnya Aston menjadi kekuatan yang menyebabkan gerakan eksorotasi pada sendi bahu. Terjadilah avulsi, yaitu otot
terentang kuat melampaui kebebasan
kemampuan jangkauan gerak. Caput humerus terdorong ke depan dan keluar dari cavitas articularis sendi bahu sehingga yang mengikat hanya ligament glenohumeral sehingga lengan atas kanan Aston menggantung ke bawah.
b) Apa saja kelainan yang dapat terjadi pada bahu yang dapat menyebabkan nyeri?
Menurut Cailiet, penyebab nyeri anggota gerak atas termasuk bahu bermacammacam, antara lain : I.
Musculoskeletal 1) Degeneratif a. Tendinitis, dengan atau tanpa kalsifikasi b. Robekan „Cuff sebagian atau total ‟
2) Traumatik a. Fraktur b. Dislokasi c. Separasi akromioklavikular d. Robekan tendon biseps 3) Keradangan a. Radang sendi rematoid b. Gout
‟
c. Radang sendi infeksius 4) Tumor a. Tulang b. Jaringan lunak
II. Neurologik 1)
Saraf tepi 5
a. Akar saraf b. Spiral Foraminal 1. Spondilosys 2. Hernia diskus intervertebralis fraktur 3. Hernia diskus intervertebralis dislokasi c. Tumor ekstramedullaris 2)
Pleksus Brakhialis a. Mekanikal 1. Kompresi berkas neurovaskuler 2. Sindroma skalenus antikus 3. „Cervikal rib
‟
4. Sindroma kalikulo kostal 5. Sindroma pektoralis minor b. Trauma 1. Cedera tarikan atau tusukan c. Keradangan 1. Radang pleksus brakhialis d. Tumor 1. „Panevast 2. „Adenitia 3)
‟
‟
Sistem saraf pusat a. Tumor indramedullar b. „Syringomeylia
‟
III. Vascular 1)
Arterial a. Sumbatan : akut dan kronis 1. Emboli 2. „Vasospatik
‟
6
3. Traumatik 4. Atherosklerotik b. Aneurisma atau Fistula 2)
Vena a. Plebitis
3)
Saluran Limfe a.
Limfedema
IV. Nyeri rujukan dari organ dalam 1) Jantung a.
Nyeri angina
b.
Infark myokard
2) Kandung Empedu 3) Diafragma 4) „Ruptured Viscus
‟
V. Persendian 1) Degeneratif 2) Keradangan 3) Infeksi 4) Metabolik
c) Bagaimana struktur makroskopis dan mikroskopis normal pada lengan atas dan bahu beserta vaskularisasi dan inervasinya ?
Struktur makroskopis dan mikroskopis normal pada lengan atas dan bahu beserta vaskularisasi dan inervasi Bahu merupakan anggota tubuh yang sangat penting dalam kehidupan seharihari manusia karena fungsinya sangat kompleks. Manusia banyak menggantungkan produktifitasnya pada kemampuan bahu sehingga tidak sedikit mengalami kelainan pada sendi bahu akibat penggunaan yang berlebihan. 7
ANATOMIS
8
1. Os. Clavicula 2. m. Infra spinatus Origo
: Fossa infra spinata
Insertio : Tuberculum major humeri Inervasi : n.Supra scapularis C.5-6 Fungsi
: External rotasi dan ektensi
3. Os. Scapula 4. Os. Humerus 5. m. Deltoideus Origo
: 1. serabut anterior: 1/3 Bagian lateral clavicula 2. serabut medialis: bagianatas acromeon 3. serabut posterior: bagianbawah spina scapula
Insertio
: Tuberesitas deltoidea
Inervasi
: n. Axilaris C 5-6
Fungsi
: 1. serabut anterior: flexiAdduksi horizontal 9
2. serabut medialis: abduksi 90 derajat 3. serabut posterior: ektensi,external rotasi,abduksi horizontal. 6. Bursa Sub acromialis Sub acromialis (bursa sub deltoidea). Yang fungsi dari bursa ini adalah sebagai perlekatan otot dan tendon. Otot-otot yang berhubungan adalah m deltoidea yang berinsersio pada tuberositas deltoidea yang berfungsi untuk gerakan abduksi.
FISIOLOGI
1. Shoulder Joint Sendi bahu dibentuk oleh kepala tutang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir, meng-garuk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya.( Djohan Aras,1994) Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu: 1. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya denga kepala sendinya tidak sebanding. 10
2. Kapsul sendinya relatif lemah. 3. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan subscapularis. 4.
Gerakannya paling luas.
5.
Stabilitas sendinya relatif kurang stabil. Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah
mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya. Sendi- sendi di daerah bahu diantaranya : •
Sendi glenohumerus yang sebenarnya (synovial)
•
Sendi semu antara humerus dan arkus korakorakromial
•
Sendi sternoklavikular
•
Sendi akromioklavikular
•
Artikulasi skapulotoraks Artikulasi gleno humerus yang dangkal pada dasarnya hanya mempunyai sedikit stabilitas karena daerah permukaan glenoid hanya seperempat daerah permukaan sendi humerus. Tingkat kedalaman sendi yang disebabkan oleh labrum mungkin tampak sepele, tetapi ini tentu bermakna karena robekan labrum akan menyebabkan dislokasi. Stabilitas tergantung pada pengendalian otot. Tendon subskapularis di depan, rotator subskapularis pendek di atas, infraspinatus dan teres minor di belakang bergabung dengan simpai bahu akan membentuk cuff rotator. Selama abduksi otot menarik kaput humerus dengan kuat ke dalam sendinya sedangkan deltoid mengangkat lengan. Ketika mulai abduksi, rotator luar memutar lengan sehingga tuberositas mayor bebas dari akromion yang menonjol, dan gerakan skapulotoraks memungkinkan jangkauan yang lebih jauh hingga 180 derajat. Sebenarnya, abduksi pada sendi glenohumerus tidak dapat melebihi 90 derajat karena tidak ada lagi permukaan sendi pada kaput humerus; tetapi rotasi luar pada humerus membebaskan lebih banyak permukaan dan memungkinkan abduksi penuh, dengan peran serta artikulasi skapulototaks. Sendi skapulotoraks dan glenohumeros bergerak 11
secara sinkron, meskipun dalam 30 derajat abduksi pertama tak banyak gerakan skapulotoraks yang kelihatan; pada 150 derajat abduksi sisanya, sekitar 90 derajat terjadi pada sendi glenohumerus. Sendi sternoklavikular ikut serta dalam gerakan yang dekat dengan tubuh (misalnya mengangkat atau menahan bahu ); sendi akromioklavikular bergerak dalam 60 derajat abduksi terakhir. 2. Kapsul Sendi Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars). a) Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam) dengan karakteristik mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan sendi. Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sino-vial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi. b) Kapsul Fibrosa Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabititas sendi, memelihara regenerasi kapsul sendi. `3.
Cartilago
Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi, sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalan. Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago .(Weiss, 1979)
BIOMEKANIK Sendi bahu mempunyai gerakan-gerakan sebagai berikut: 1. Gerak flexi, penggeraknya adalah serabut otot deltoideus anterior 2.Gerak ektensi, penggeraknya adalah otot serabut otot deltoideus posterior dan teres minorserta dibantu oleh otot infra spinatus 12
3. Gerak adbuksi, penggeraknya adalah otot supra spinatus dibantu oleh otot deltoideus 4. Gerak abduksi horizontal, penggeraknya adalah otot deltoideus 5. Gerak internal rotasi, penggeraknya adalah otot sub scapular 6. Gerak eksternal rotasi, penggeraknya adalah otot infra spinatus
d) Apa saja pergerakan sendi dan otot pada bahu dan lengan atas ?
Sendi-sendi pergerakan pada bahu : 1. Sendi glenohumerus 2. Sendi semu antara humerus dan arkus korakoakromial 3. Sendi sternoklavikularis 4. Sendi akromioklavikularis 5. Artikulasi skapulotoraksis 6. Artikulasi spheroidea (sendi peluru) Gerakan-gerakan pada bahu : 1. Protraksi (fleksi, anteversi) 2. Retraksi (ekstensi, retroversi) 3. Abduksi 4. Adduksi 5. Rotasi medial 6. Rotasi lateral 7. Sirkumduksi
13
Artikulasi glenohumerus yang dangkal pada dasarnya hanya mempunyai sedikit stabilitas karena daerah permukaan glenoid hanya seperempat daerah permukaan sendi humerus. Tingkat kedalamansendi disebabkan oleh labrum mungkin tampak sepele, tetapi ini tentu bermakna karena robekan labrum akan menyebabkan dislokasi. Stabilitas tergantung pada pengendalian otot. Tendon subskapularis di depam, rotator subskapularis pendek di atas, infraspinatus dan teres minor di belakang bergabung dengan simpai bahu akan membentuk cuff rotator. Selama abduksi otot menarik caput humerus dengan kuat ke dalam sendinya sehingga tuberositas mayor bebas dari akromion yang menonojol, dan gerakan skapulotoraks memungkinkan jangkauan yang lebih jauh hingga 180 derajat. Sebenarnya, abduksi pada sendi glenohumerus tidak dapat melebihi 90 derajat karena tidak ada lagi permukaan sendi pada caput humerus, tetapi rotasi luar pada humerus membebaskan lebih banyak permukaan dan memungkinkan abduksi penuh, dengan peran serta artikulasi skapolotoraks. Sendi skapulotoraks dan glenohumerus bergerak secara sinkron, meskipun dalam 30 derajat abduksi pertama tak banyak gerakan skapulotoraks yang kelihatan, pada 150 derajat abduksi sisanya, sekitar 90 derajat terjadi pada sendi glenohumerus. Sendi sternoklavikular ikut serta dalam gerakan yang dekat dengan tubuh, sendi akromioklavikular bergerak dalam 60 derajat abduksi terakhir.
14
e) Otot-otot apa saja yang berpotensi terganggu pada kasus Aston dan mengapa ?
Otot yang berpotensi terganggu yaitu otot deltoideus humerus. Kemampuan untuk menegangkan otot deltoideus secara minimal dalam usahanya memulai abduksi merupakan factor untuk menilai fungsi saraf aksilaris yang berkemungkinan cedera akibat dislokasi bahu Aston. Saraf aksilaris berfungsi untuk abduksi bahu sehingga dapat menempatkan lengan secara fungional. f) Syaraf apa saja yang berpotensi terganggu pada kasus Aston dan mengapa ?
Syaraf yang berpotensi terganggu pada kasus ini adalah saraf aksilaris dan saraf ulnaris. Pada saraf aksilaris memberikan respon sensoris terhadap M.deltoideus, dan M.teres minor. Bila terdapat daerah anestetik lokal dengan batas yang jelas dan Aston tidak mampu menegangkan otot deltoideus secara minimal maka ada kemungkinan terjadi cedera saraf aksilaris. Fungsi saraf aksilaris diperlukan untuk abduksi bahu sehingga dapat menempatkan lengan secara fungsional. (patofisiologi 2,1369 & snell,437)
g) Tulang dan sendi apa saja yang berpotensi terganggu pada kasus Aston dan mengapa ?
Tulang yang berpotensi terganggu adalah os. Humerus dan os. scapula. Persendian yang mungkin terganggung persendian antara caput humeri dengan cavitas gleinoidalis scapulae. Termasuk dalam tipe sendi sinovial ball and socket. Permukaan sendi meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya labrum glenoidale. Karena kedangkalan rongga persendian, kepala humerus yang besar dan kelemahan (kelonggaran) ligamen kapsul , sendi bahu cenderung mudah terkena dislokasi. Dislokasi bahu paling sering dialami oleh mereka yang masih muda dan biasanya diakibakan oleh abduksi, ekstensi, dan rotasi eksterna traumatik yang berlebihan pada ekstremitas atas. Kaput humeri biasanya bergeser ke anterior dan inferior melalui robekan traumatik pada kapsul dan labrum anterior sendi bahu.
15
Masalah 2 a) Apa saja dampak yang dapat terjadi apabila bahu terdorong dan terpukul dengan kuat?
Dampak yang terjadi apabila seseorang mengalami dorongan atau pukulan yang hebat pada daerah bahu adalah dapat terjadinya cidera.
Cedera dapat berupa:
luksasio / subluksasio dari artikulasio humeri, luksasio / subluksasio dari artikulasio akromio klavikularis, subdeltoid bursitis, strain dari otot-otot atap bahu atau rotator cuff. (Luksasio = dislokasi)
Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa, jarang ditemukan pada anakanak.Klasifikasi dislokasi sendi bahu: oDislokasi anterior oDislokasi posterior oDislokasi inferior atau luksasi erekta oDislokasi disertai faktur oCongenital oTraumatic
Masalah 3 a) Bagaimana posisi caput humerus tumpang tindih dengan collum scapula ?
Posisi tumpang tindih atau dislokasi bahu anterior dapat dilihat pada gambar. Caput humerus tidak terletak pada cavities glenoid tetapi keluar dan bergeser kearah depan / menindih collum scapula .
16
b) Bagaimana gejala dislokasi pada sendi bahu Aston ?
Gejala-gejala dislokasi : Umumnya defromitas dapat dilihat berupa perubahan posisi anggota gerak dan perubahan kontur persendian yang bersangkutan. Pada pemeriksaan tidak ada tanda dan gejala patah tulang, sedangkan gerakan di dalam sendi yang terluksasi terbatas sekali, bahkan sama sekali tidak mungkin. Gejala dislokasi anterior 1. Posisi badan miring ke arah yang sakit. 2.
Sumbu humerus yang tidak menunjuk ke bahu dan kontur bahu berubah karena daerah di bawah akromion kosong.
3.
Garis gambar lateral atau kontur sendi bahu menjadi rata karena caput humerus bergeser ke depan, kalau pasien tidak berotot, suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.
4. Kehilangan rotasi lateral Gejala dislokasi posterior 1. Lengan tetap pada rotasi medial dan terkunci pada posisi itu. 2. Bagian depan bahu tampak rata dengan korakoid yang menonjol,tetapi pembengkakan dapat menyembunyikan deformitas ini, tetapi bila dilihat dari atas, pergeseran biasanya terlihat.
17
c) Apa akibat dislokasi pada sendi bahu Aston ?
Komplikasi dini a. Kerusakan nervus aksilaris Nervus aksilaris dapat cedera; pasien tak dapat mengerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot itu. Ini biasanya suatu neurapraksia yang sembuh spontan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Kadang-kadang korda posterior pleksus brakialis cedera. Ini sedikit mengkhawatirkan, tetapi untungnya sering sembuh sejalan dengan waktu. Nervus aksilaris berjalan melingkari leher humerus dan dapat mengalami paresis atau paralisis. Sebelum dilakukan reposisi sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada saraf ini. Apabila terdapat paresis atau paralisis, dilakukan pemeriksaan EMG setiap 3 minggu. b. Kerusakan pembuluh darah Kerusakan pembuluh darah dapat terjadi pada saat trauma atau pada saat traksi sewaktu reposisi atau karena tekanan kaput humerus. c. Fraktur-dislokasi Kalau juga terdapat fraktur pada bagian proksimal humerus, mungkin diperlukan reduksi terbuka dan fiksasi internal.
Tuberositas mayor dapat terlepas selama dislokasi. Ini biasanya masuk ke tempatnya selama reduksi, sehingga tidak dibutuhkan terapi khusus. Kalau tuberositas ini tetap bergeser, dapat dilaksanakan penempelan kembali dengan operasi.
BELAKANGAN a. Kaku sendi Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan bahu, terutama pada pasien yang berumur lebih dari 40 tahun. Terjadi kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi. Latihan aktif biasanya akan melonggarkan sendi. Latihan ini perlu dilakukan dengan bersemangat; perlu diingat bahwa abduksi penuh tidak dapat dilakukan sebelum rotasi lateral diperoleh kembali. Manipulasi di bawah anestesi hanya dianjurkan kalau progresi telah berhenti dan sekurang-kurangnya sudah lewat 6 bulan sejak terjadi cedera. Rotasi lateral harus dipulihkan sebelum abduksi, dan manipulasi harus dilakukan pelan-pelan dan berulang-ulang dan tidak dipaksakan. 18
Kaku sendi yang terjadi pasca reposisi perlu dilakukan fisioterapi yang intensif. b. Dislokasi yang tak direduksi Secara mengherankan, dislokasi bahu kadang-kadang tetap tidak terdiagnosis. Kemungkinan besar ini terjadi kalau pasien (1) tidak sadar atau (2) sangat tua. Reduksi tertutup perlu diusahakan sampai 6 minggu setelah cedera; manipulasi yang dilakukan setelah masa itu dapat menyebabkan fraktur pada tulang atau robeknya pembuluh atau saraf. Reduksi dengan operasi setelah 6 minggu hanya diindikasikan untuk kaum muda, karena sukar, berbahaya dan menyebabkan kekakuan yang lama. Pendekatan anterior digunakan, dan pembuluh serta saraf dikenali dengan cermat sebelum dislokasi direduksi. Secara aktif dibiarkan meringkaskan terapi untuk dislokasi yang tak tereduksi pada orang lanjut usia. Dislokasi dibiarkan dan dianjurkan melakukan gerakan aktif pelan-pelan. Pengembalian fungsi yang cukup baik sering dapat dicapai. c. Dislokasi rekuren Dislokasi rekuren dapat bersifat anterior (lebih sering) atau posterior. Dislokasi rekuren anterior terjadi karena pengobatan awal (imobilisasi) yang tidak adekuat sehingga terjadi dislokasi. Dislokasi terjadi karena adanya titik lemah pada selaput sendi di sebelah depan dan terjadi karena trauma yang ringan. Dislokasi rekuren dapat dengan mudah terjadi apabila lengan dalam keadaan abduksi, ekstensi dan rotasi lateral. Kalau dislokasi anterior merobek kapsul bahu, perbaikan terjadi secara spontan dan dislokasi tidak berulang; tetapi kalau labrum glenoid robek, atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid, kemungkinan besar perbaikan tak terjadi dan dislokasi sering berulang. Pembalutan lengan pada sisi tersebut setelah mereduksi dislokasi akut, tampaknya tidak mempengaruhi hasil; pelepasan labrum terutama terjadi pada pasien muda, dan kalau saat cedera terjadi cacat tulang yang menembus keluar pada aspek posterolateral kaput humerus, kemungkinan besar terjadi perulangan. Riwayat merupakan tanda diagnostik. Pasien mengeluh bahwa bahu mengalami dislokasi hanya dengan kerja sehari-hari yang relatif ringan. Dia sering dapat mereduksi sendiri dislokasi itu. Setiap keraguan mengenai diagnosis dengan cepat dapat diatasi dengan uji aprehensi: kalau lengan pasien ditempatkan secara pasif di belakang bidang korona pada posisi abduksi dan rotasi lateral, resistensi yang timbul segera dan kecemasannya bersifat patognomonik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis 19
d) Termasuk jenis dislokasi apa yang dialami oleh Aston ? Termasuk jenis dislokasi Anterior – Inferior, dimana kekerasan mendadak pada humerus dengan sendi pada posisi abductio maksimal, sehingga mendorong caput humeri ke bawah ke dalam bagian inferior capsula yang lemah, yang robek, dan caput humeri tumpang tindih dengan collum scapula. (Snell,541)
V.
KETERKAITAN ANTAR MASALAH
Terdorong dan terpukul pada bahu kanan
Lengan atas kanan mengantung dan caput humerus tumpang tindih dengan collum scapula ( dislokasi )
Nyeri bahu yang hebat
VI.
MERUMUSKAN KETERBATASAN LEARNING ISSUES
Pokok Bahasan Dislokasi
What I know Definisi
What I don’t know Macam-macam dislokasi
What I have to prove Penyebab dislokasi
Penyebab dislokasi Penanganan dislokasi Kelainan pada bahu
Definisi
Macam-macam kelainan pada bahu
Penyebab kelainan
How I will learn
Text book : •
Sobotta
•
Snell
•
Patofisiologi
•
Etc
Internet
20
Jurnal Anatomi gelang bahu
Definisi
Struktur makroskopis yang menyusun gelang bahu
Tulang-tulang yang menyusun
Histologi gelang bahu
Definisi
Struktur Jaringan otot miksroskopis yang menyusun gelang bahu
21
VII. SINTESIS A. KERANGKA KONSEP
Cedera traumatic eksternal
Kapsul sendi lepas
Caput humerus bergeser dari cavitas glenodalis
Dislokasi glenohumerus anterior
Cedera syaraf aksilaris
Cedera rotator cuff
Cedera M. deltodeus dan Teres minor
Lengan atas tampak menggantung dengan posisi eksorotasi
Nyeri bahu yang hebat
B. DISLOKASI
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi. Menurut Brunner & Suddarth (2002), dislokasi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis.
22
Keluarnya atau bercerainya kepala sendi dari magkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segara. (Arif mansyur,dkk, 2000). Bila hanya sebagian yang bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi. Dislokasi diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Dislokasi congenital Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan 2. Dislokasi patologik Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang 3. Dislokasi traumatic. Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi : 1. Dislokasi akut Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi. 2. Dislokasi kronik 3. Dislokasi berulang Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi disebabkan oleh : 1. Cedera olah raga Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain. 2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi 23
3. Terjatuh Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin 4. Pato Patolo logi giss
:
terj terjad adin inya ya
‘tea ‘tear’ r’li liga gam ment ent
dan
kap kapsul sul
arti articu cule lerr
yan yang
meru merup pakan akan
kompenen vital penghubung tulang
Patofisiologis
Pada sendi permukaan- permukaan permukaan rawan sendi yang menanggung beban terpasang dengan sangat sangat akurat akurat satu satu dengan dengan yang yang lain lain jika jika terjad terjadiny inyaa trauma, trauma, artriti artritiss berat, berat, oestero oesteroart artriti ritiss sebelum terjadinya dislokasi didahului oleh sublikasi yang menunjukkan adanya deviasi dari hubungan normal antara tulang rawanyang satu denagn tulang rawan yang lain pada satu persandian. Jika J ika kedua bagian ini susah tidak menyinggung satu dengan yang lainnya maka terjad terjadilah ilah dislok dislokasi asi dengan dengan gejala gejala:: keterb keterbatas atas gerak gerak (ekster (ekstermit mitas), as), spasme/ spasme/ kram kram otot, otot, penurunan nadi pada bagian distal yang cedera, pucat pada bagian terdislokasi, kebas/kesemutan. Sebuah Sebuah sendi sendi yang yang pernah pernah mengal mengalami ami dislok dislokasi, asi, ligame ligamenn- ligame ligamenny nnyaa menjad menjadii kendor kendor,, sehingga sendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali.
Manifestasi Manifestasi Klinis
1.
Deformitas •
Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid yang rata pada dislokasi sendio bahu
•
Pemendekan atau pemanjangan,misalnya dislokasi anterior sendi panggul
•
Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya disloaksi posterior sendi pinggul, kedudukan kedudukan panggul endorosato fleksi dan aduksi
•
Deformitas Misalnya pda dislokasi panggul biasanya dapat dikenali dari adanya nyeri pada daerah glutea (bokong), skrotum dan paha disertai posisi ekstermitas yang kaku pada waktu adduksi, rotasi interna dan fleksi.
2.
Functio lensa
Disl Dislok okasi asi meni menimb mbul ulka kan n peru peruba baha han, n, kete keterb rbat atasa asan n atau atau kehi kehila lang ngan an dari dari fung fungsi si yang yang seharusnya 3.
Pembengkakan
Pembengkakaan ini dapat parah pada kasus trauma dan dan dapat menutupi deformitasnya 24
Tempat- tempat Terjadinya Dislokasi dan Tindakan Pertolongannya Pertolongannya
1.
Dislo slokasi sendi rah rahang ang Dislokasi sendi rahang terjadi karena: •
Mengucap atau tertawa terlalu lebar
•
Terkena pukulan kertas ketika rahang sedang terbuka
Tindakan pertolongan: Dislok Dislokasi asi sendi sendi rahang rahang biasan biasanya ya sangat sangat mudah mudah memper memperbai baikin kinya. ya. Cukup Cukup dengan dengan mempergunakan ibu jari yang ditekan dibawah rahang tersebut. Tetapi jangan lupa membalut ibu jari sebelumnya, sebab setelah di perbaiki rahang itu akan mengatup dengan cepat dan keras sehingga ibu jari kita akan tergigit dibuatnya. 2.
Dislokasi sendi jari Sendi jari mudah mengalami disloksi bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan akan menjadi kaku. Sendi jari dapat mengalami dislokasi keaerah telapak atau punggung tangan. Tindakan pertolongan: Tarik ujung jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat tetapi tidak disentakkan. Sambil menarik, sendi yang terpeleset ditekan dengan ibu jari dan telunjuk.
3.
Dislokasi sendi bahu Ada beberapa kemungkinan kemungkinan arah dislokasi dislokasi pada sendi bahu yang cedera. Tetapi yang sering terjadi adalah dislokasi kedepan yaitu kepala tulang lengan atas terpeleset kearah dada. Tanda Tanda lain lain pada pada dislok dislokasi asi sendi bahu bahu adalah adalah lengan lengan menjadi menjadi kaku kaku dan siku agak agak terdoro terdorong ng menjau menjauhi hi sumbu sumbu tubuh. tubuh. Ujung Ujung tulan tulan bahu bahu akan akan tampak tampak lebih lebih menonj menonjol ol keluar sedang dibagian depan tulang bahu nampak ada cekungan ke dalam. Tindakan pertolonagan: Dislokasi sendi bahu dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut: Ketiak Ketiak yang cedera, cedera, ditekan ditekan dengan dengan telapak telapak kaki
sement sementara ara itu lengan lengan
penderita ditarik sesuai arah kedudukannya. Tariakan itu harus dilakukan dengan pelan semakin lama semakin kuat. Hal ini untuk menghindarkan rasa nyeri yang mendadak mendadak dan merusak jaringanjaringan- jaringan jaringan disekitar disekitar sendi. Setelah ditarik dengan dengan kekuatan yang tetap selama beberapa menit, dengan hati-hati lengan atas di putar keluar (arah menjauhi tubuh). Hal ini sebaiknya dilakukan dengan siku terlipat. 25
Kemudian dengan hati- hati merapatkan siku ke tubuh dan akhirnya lipatlah lengan lengan bawah bawah merapa merapatt kedada kedada,le ,lenga ngan n digant digantung ung dengan dengan mitell mitellaa ke leher leher untuk untuk menjaga agar sendi bahu tidak bergerak- gerak. 4.
Dislo slokasi sendi panggul Dislokasi sendi panggul sering terjadi pada kecelakaan kendara bermotor, akibat lutut membentur dashboard, paha terdorong kebelakang dan terlepas dari sendinya. Tanda- tandanya: lutut terputar kedalam dan paha terkunci mendekati garis tengah tubuh.
Dislokasi Regio Bahu (Shoulder Dislocation)
Pada regio bahu terdapat beberapa sendi yang saling berhubungan dan saling mempengaru mempe ngaruhi, hi, yaitu yaitu sendi sendi sternoklavikular , sendi akromioklavikular , dan sendi glenohumoral.Hubungan glenohumoral. Hubungan skapulothorakal skapulothorakal buk bukan an mer merupa upakan kan sen sendi di mel melain ainkan kan suat suatu u hubungan hubu ngan muskuler antara dind dinding ing thorak thorakss dan skapula. Melalu Melaluii keemp keempat at hubu hubungan ngan ini yang terdiri atas tiga persendian dan satu hubungan muskular ini terjadi gerakan ke segala arah di gelang bahu. Dislokasi regio bahu (sendi glenohumoral) merupakan 50 % kasus dari semua dislokasi. 80 % dari dislokasi regio bahu ini adalah tipe dislokasi bahu anterior. Stabilitas sendi bahu tergantung dari otot - otot dan kapsul tendon yang mengitari sendi bahu. Sedangkan hubungan antara kepala humerus dengan cekungan glenoi gle noid d ter terlalu lalu dan dangka gkal. l. Ole Oleh h kar karena ena itu pad padaa sen sendi di gle glenoh nohumo umoral ral seri sering ng terj terjadi adi dislokasi, baik akibat trauma maupun pada saat serangan epilepsi. Melihat lokasi kaput humeri terhadap glenoidalis, glenoidalis, dislokasi dislokasi palin paling g sering ke arah anterio anteriorr dan lebih jarang ke arah posterior. Pada waktu terjadinya dislokasi yang pertama mengalami kerusakan atau avulasi dari fibrocarltilage dari fibrocarltilage antara kapsul sendi dengan glenoidalis di bagian anterior dan inferior. Dengan adanya robekan tadi, maka sendi bahu akan mudah mud ah men mengal galami ami dis dislok lokasi asi ula ulang ng bil bilaa men mengal galami ami ced cedera era lag lagi. i. Hal ini dis disebu ebutt sebagairecurrent sebagai recurrent dislokasi. dislokasi. Tanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu: • Sendi bahu tidak dapat digerakakkan • Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang la in • Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan • Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba te raba pada tempatnya 26
Gambar 6. Shoulder dislocation Dislokasi Acromioclavicularis
Kekuatan
sendi
akromioklavikular
disebabkan
oleh
simpai
sendi
dan
ligament
korakoklavikular. Dislokasi sendi akromioklavikular tanpa disertai rupturnya ligament korakoklavikuar, biasanya tidak menyebabkan dislokasi fragmen distal ke cranial dan dapat diterapi secara konservatif dengan mitela yang disertai latihan dan gerakan otot bahu. Bila tidak berhasil atau adanya robekan ligament korakoklavikula kadang dilakukan operasi reposisi terbuka dan pemasangan fiksasi interna.
Gambar 4. Dislokasi acromioclavicularis Dislokasi Sternoclavicular
Dislokasi sternoklavikular ini jarang terjadi dan bisa terjadi akibat trauma langsung klavikula kearah dorsal yang menyebabkan dislokasi posterior atau retrosternal. Atau bisa terjadi akibat tumbukan pada bagian depan bahu sehingga bagian medial dari klavikula tertarik kearah 27
depan dan menyebabkan lepasnya sendi sternoklavikular kearah anterior. Pengobatan konserfatif dengan reposisi dan imobilisasi bisa berhasil dan bila gagal perlu dilakukan operasi. Yang terpenting ialah latihan otot supaya tidak terjadi hipotrofik pada otot bahu.
Gambar 5. Dislokasi Sternoclavicular a. Dislokasi bahu anterior
Sering terjadi pada usia dewasa muda, kecelakaan lalu lintas ataupun cedera olah raga. Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi ekstern (puntiran keluar) dan ekstensi sendi bahu. Posisi lengan atas dalam posisi abduksi. Kaput humerus didorong ke depan dan menimbulkan avulsi simpai sendi bagian bawah dan kartilago beserta periosteum labrum glenoidalis bagian anterior. Lesi ini disebut bankart lesion. Karena terjadi robekan kapsul, kepala humerus akan keluar dari cekungan glenoid ke arah depan dan medial, kebanyakan tertahan di bawah coracoideus. Mekanisme lain terjadinya disloksi adalah trauma langsung. Pederita jatuh, pundak bagian belakang terbentur lantai atau tanah. Gaya akan mendorong permukaan belakang humerus bagian proksimal ke depan.
Gambar 7. Dislokasi bahu anterior Klinis
28
Pasien merasakan sendinya keluar dan tidak mampu menggerakkan lengannya, dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan sebelah lain. Pundak terasa sakit sekali, bentuk pundak asimetris, posisi badan pendeita miring ke arah sisi yang sakit, bentuk deltoid pada sisi yang cedera tampak mendatar, hal ini disebabkan kepala humerus sudah keluar dari cekungan glenoid ke depan. Pada palpasi daerah subacromius jelas teraba cekungan. Pemeriksaan penunjang
Dengan pembuatan X – ray foto, umumnya dengan proyeksi AP sudah dapat terdiagnosis adanya dislokasi sendi bahu.
Gambar 8. X – ray foto dislokasi bahu anterior Penatalaksanaan
Keadaan ini memerlukan reposisi segera. Ada beberapa indikasi untuk melakukan reposisi, yaitu : tidak adanya fraktur, tidak adanya defisit neurologi Oleh karena itu sebelum melakukan reposisi sebaiknya dilakukan beberapa pemeriksaaan 1. Nervus axillary : 8% terjadi kelumpuhan - innervasi m. Deltoideus : tidak di tes - Sensoris: dibawah m. Deltoideus 2. Nervus Radialis: extensi tangan 3. Artery brachialis: denyut nadi radialis 29
Gambar 9. Pre reduction examination Terdapat 3 cara untuk mereposisi dislokasi bahu anterior, yaitu : 1. Cara Stimson Cara ini mudah dan tidak memerlukan anestesia. Penderita tidur tengkurang di atas meja, lengan yang cedera dibiarkan tergelantung ke bawah. Lengan diberi beban seberat 5 – 7 ½ kg. Pada saat otot bahu dalam keadaan relaksasi, diharapkan terjadi reposisi akibat berat lengan yang tergantung di samping tempat tidur tersebut. Hal ini dilakukan selama 20 – 25 menit.
Gambar 10. Cara Stimson 1. Cara Hippocrates
30
Bila cara stimson gagal maka dilakukan cara hippocrates. Penderita tidur terlentang di atas meja, lengan penderita pada sisi yang sakit ditarik ke distal, posisi lengan sedikit abduksi. Sementara itu kaki penolong ditekankan ke aksila untuk mengungkit kaput humerus ke arah lateral dan posterior. Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi dengan penyangga ke dada selama paling sedikit 3 minggu.
Gambar 11. Cara Hippocrates 1. Cara Kocher Penderita ditidurkan di atas meja. Penolong melakukan gerakan yang dapat dibagi dalam 4 tahap. · Tahap pertama, dalam posisi siku fleksi penolong menarik lengan atas ke arah distal · Tahap kedua, dilakukan gerakan eksorotasi dari sendi bahu · Tahap ketiga, melakukan gerakan adduksi dan fleksi pada sendi bahu · Tahap ke empat, melakukan gerakan endorotasi sendi bahu. Setelah tereposisi sendi bahu difiksasi dengan dada, dengan verband dan lengan bawah digantung dengan sling. Immobilisasi cukup 3 minggu. Cara ini paling sering dilakukan di klinik.
31
Gambar 12. Cara Kocher Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dislokasi bahu anterior, yaitu : § Cedera plexus brachialis dan n. Axillaris yang menyebabkan kumpulnya m. deltoid sehingga bahu tidak dapat diangkat abduksi § Robeknya muskulus tendineus cuff (cuff rotator ) § Patah tulang humerus § Rekurrens dislokasi bahu anterior Hal ini disebabkan terjadinya celah robekan fibrocartilago di daerah bannkart yang menetap. Trauma yang ringan saja seperti mengenakan baju atau menutup jendela akan terjadi posisi abduksi dan eksternal rotasi yang akan mengakibatkan dislokasi kembali. Kalau terjadi lebih dari 3 x, dianjurkan untuk dilakukan operasi. Metode operasi yang dipakai yaitu, Bristow, Bannkart, dan Putti plat. Tujuan dari operasi ini untuk melakukan rekonstruksi struktur bagian anterior sendi. b. Dislokasi bahu posterior
Dislokasi ini jarang terjadi, mekanisme biasanya penderita jatuh dimana posisi lengan atas dalamkedudukan adduksi atau internal rotasi.
32
Klinis:
Sangat sakit di daerah bahu. Posisi lengan dalam kedudukan adduksi dan internal rotasi. Terdapat penonjolan kaput di daerah posterior. Pemeriksaan Radiologi:
Proyeksi AP kadang sulit dilihat, Kalau perlu dilakukan proyeksi aksial. Penatalaksanaan:
Keadaan ini memerlukan reposisi tertutup segera alam narkosis umum dengan melakukan rotasi ekstern pada bahu dan kaput humerus didorong ke depan. Setelah reposisi, dipasang gips spika bahu dalam posisi abduksi 30 0 selama 3 minggu. (3,7) c. Dislokasi bahu inferior (Luxatio Erecta)
Kaput humerus terperangkap dibawah kavitas glenoidale sehingga terkunci dalam posisi abduksi. Karena robekan kapsul sendi lebih kecil dibanding kepala humerus, maka sangat susah kepala humerus ditarik keluar, hal ini disebut sebagai “efek lubang kancing (Button hole effect)”
33
Penatalaksanaan Lakukan traksi berlawanan dengan arah dislokasi. Awalnya lakukan tarikan ke arah dislokasi, yaitu ke arah atas, lanjutkan tarikan semakin lama semakin ke bawah (counter abduksi), dan akhirnya arahkan lengan ke sisi penderita.
C. KELAINAN PADA BAHU Cedera yang dapat terjadi pada extremitas superior adalah : 1. Cedera pada bahu 2. Cedera pada siku (elbow injuries) 3. Cedera pada lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan A. Cedera pada bahu
Cedera pada bahu sering disebabkan karena lelah., tetapi sering juga terjadi pada pemain tennis, badminton, olahraga lempar dan berenang (internal violence/sebab-sebab yang berasal dari dalam). Cedera ini biasa juga disebabkan oleh external violence (sebab-sebab yang berasal dari luar), akibat body contact sports, misalnya : sepak bola, rugby dan lain-lain.
34
Gambar 1. Anatomi bahu
Cedera dapat berupa: 1. luksasio / subluksasio dari artikulasio humeri 2. luksasio / subluksasio dari artikulasio akromio klavikularis 3. subdeltoid bursitis 4. strain dari otot-otot atap bahu (rotator cuff)
35
ad a. Luksasio / subluksasio dari artikulasio humeri
Pada sendi bahu sering terjadi luksasio / subluksasio karena sifatnya globoidea (kepala sendi yang masuk ke dalam mangkok sendi kurang dari separuhya). Cedera pada sendi bahu ini sering terjadi karena pemakaian sendi bahu yang berlebihan atau body contact sport, kita harus memperhatikan bahwa sendi bahu sangat lemah, karena sifatnya globoidea dimana hanya diperkuat oleh ligamentum dan otot-otot bahu saja.
Tanda-tanda luksasio / dislokasi :
• lengkung bahu hilang • tidak dapat digerak-gerakkan • lengan atas sedikit abduksi • lengan bawah sedikit supinasi
Pertolongan pertama :
Hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter, kecuali dalam keadaan terpaksa dimana di tempat kejadian tidak ada dokter yang terdekat, barulah kita berikan pertolongan pertama yaitu reposisi.
Reposisi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : 1. Metode Stimson (lihat gambar)
Metode ini sangat baik. Caranya penderita dibaringkan tertelungkup sambil bagian lengannya yang mengalami luksasio, keluar dari tepi tempat tidur, menggantung ke bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan bawah dan pergelangan tangan, biasanya dengan dumbbell dengan berat tergantung dari kekuatan otot si penderita. Si penderita disuruh rileks untuk beberapa jam, kemudian bonggol sendi akan masuk dengan sendirinya.
36
Gambar 2. Cara reposisi dislokasi bahu dengan metode Stimson 2. Penderita dibaringkan terlentang di lantai. Si penolong duduk pada sisi sendi yang lepas. Kaki si penolong menjulur lurus ke dada si penderita, lengan yang lepas sendinya ditarik dengan kedua tangan penolong dengan tenaga yang keras dan kuat, sehingga berbunyi “klik”, ini berarti bonggol sendi masuk kembali.
Ad b. Luksasio / subluksasio dari artikulasio akromioklavikularis
Sendiakromio klavikularis kerapkali mengalamin cedera karena jatuh atau dipukul pada ujung bahu. Cedera ini sering terjadi pada penunggang kuda, pemain rugby, atau sepak bola. Jika cedera ini terbatas pada robeknya ligamentum akromio klavikularis, maka terjadi suluksasio / dislokasi sebagian. Jika ligamentum akromio klavikularis dan ligamentum korako klavikularis terputus, maka terjadilah luksasio atau dislokasi total. Pada keadaan luksasio / subluksasio dari sendi ini, maka dapat kita raba terangkatnya ujung klavikulare bagian akromion lebih tinggi. Bila cedera sudah berlangsung lama, pembengkakan sudah terjadi, maka ujung klavikulare sukar teraba.
Pertolongan pertama :
37
Harus diadakan pengikatan agar klavikula melekat kembali pada akromion dengan cara membuat ikatan (strapping) yang melewati pergelangan bahu sampai di bawah siku yang difleksikan. Strapping dipakai selama 3 mingu. Jika strapping sudah dilepas,harus dilakukan latihan untuk menggerakkan bahu dan siku. Bila dislokasinya total, maka strapping harus dipertahankan 6 – 8 minggu.
Ad c. Subdeltoid bursitis
Di sini sendi bahu dapat berfungsi dengan gerakkannya yang halus karena adanya bursa subdeltoid dan bursa ini dapat meradang.bursa mukosa subdeltoid ini memberi pelicin pada tendo yang berjalan pada atap bahu. Kalau bursa ini cedera, maka akan sedikit membengkak dengan bertambahnya cairan sinovia dan pada gerakan terasa nyeri, biasanya cedera ini terjadi karena pukulan langsung pada bahu, misalnya pada body contact sport (frozen shoulder)
Pertolongan pertama :
Dilakukan metode RICE, serta memberi sanggahan pada lengan atas dan bawah, yaitu lengan digendong dengan mitela, kemudian diobati dengan heat treatment. Mittela dipasang kira-kira selama 7 hari. Kalau perlu diberi obat-obat anti inflamasi (anti peradangan). Fraktur pada klavikula biasa terjadi karena sebab-sebab yang tidak langsung, misalnya karena jatuh dengan posisi tangan lurus ke bawah menebah lantai.
Pertolongan yang diberikan :
Pertama-tama kita harus melakukan metode RICE dan kemudian dilakukan tindakan immobilsasi selama kira-kira 6 – 8 minggu, dengan membuat balutan seperti menggendong ransel.
Ad. d Strain dari otot-otot atap bahu (rotator cuff)
38
Istilah rotator cuff dipergunakan untuk jaringan ikat fibrosa yang mengelilingi bagian atas tulang humerus. Ini dibentuk dengan bersatunya tendon-tendon atap bahu (gambar 3) Keempat tendon tersebut adalah : • musculus supraspinatus • musculus infraspinatus • musculus teres minor • musculus subscapularis
Yang paling sering kena adalah tendon supraspinatus. Biasanya terjadi karena tarikan yang tiba-tiba, misalnya, jatuh dengan tangan lurus atau abduksi yang tiba-tiba melawan beban berat yang dipegang dengan tangan.
Gambar 3. Nyeri bahu. Diagnosis banding :
1. Sprain akromioklavikularis/subluksasio/dislokasi/osteoartrosis/bursitis 2. Osteolitis traumatic ujung lateral klvikula 3. Bursitis subakromial 4. Tendonitis supraspinatus 39
5. Rupture kalsifikasi supraspinatus 6. Rupture kalsifikasi rotator cuff 7. Tendonitis bisipital 8. Kapsulitis sendi bahu 9. Frozen shoulder 10. Subluksasio/dislokasi berulang 11. Osteoartrosis 12.Nyeri alih
Tanda-tanda :
Penderita mengeluh nyeri di ujung bahu. Kalau penderita menaikkan lengan ke samping setelah 45o pertama, penderita mulai merasa sakit, lebih-lebih setelah lengan lebih tingi. Tetapi rasa sakit berkurang lagi setelah lewat 120o.
PATOGENESIS SENDI BAHU
1. Tendinitis
Posisi manusia dalam keadaan tegak beserta aktivitas manusia sehari-hari selalu mengaktifkan tendon otot supraspinatus dan tendon otot bahu yang lain. Bila kita dalam posisi menggantung sehingga pengaruh gravitasi akan menyebabkan tarikan pada kapsul dan tendon-tendon bahu. Aktivitas manusia sehari-hari yang memerlukan gerakan fleksi dan abduksi bahu menyebabkan gesekan pada tendon yang berada diantara kaput humeri dan ligamentum koracoakromiale. Bahkan pada derajat tertentu, abduksi/elevasi, disamping gesekan juga akan menyebabkan penekanan pada tendon tersebut. Nyeri bahu pada pekerja yang aktivitasnya harus mengangkat beban yang berat bukan disebabkan oleh proses degenerasi, melainkan terjadi bila lengan harus diangkat sebatas atas akromion. Posisi yang demikian itu terjadi bila berlangsung terus menerus akan menyebabkan terjadinya iskemia pada tendon. Iskemia ini selanjutnya dapat mengakibatkan terjadinya atropi kelemahan otot daerah pundak sehingga bahu tersebut kelihatan kempis. Degenerasi yang progesif pada „Rotator Cuff biasanya terjadi pada mereka yang ‟
kurang atau tidak mewaspadai adanya rasa nyeri dan gangguan fungsi pada bahu. 40
Kebanyakan otot „Rotator Cuff telah mulai tertarik serta memperlihatkan tanda-tanda ‟
penipisan dan fibrotisasi. Penipisan denegerasi ini terutama terjadi pada daerah „Critical Zone . ‟
Beberapa tahun kemudian, memungkinkan terjadinya robekan ringan yang akan bertambah besar. Bila proses degenerasi semakin lanjut akan diikuti oleh adanya erosi dari tuberkulum humerus. Erosi ini menyebabkan terjadinya penekanan tendon biseps oleh karena siklus bisipitalis tmenjadi dangkal dan berubah arah (menjadi lebih miring) dan bahkan tidak jarang seakan-akan menghilang. Bursa subrakromialis menjadi ikut terjepit di daerah tersebut sehingga dinding bursa menebal. Bila terjadi ruptur tendon atau kalsifikasi, dinding bursa ini menjadi tegang. Permukaan bawah akromion oleh adanya gesekan dan tekanan dari humerus akan mengeras dan menebal. Pertambahan usia harus dipertimbangkan sebagai faktor yang berperan penting dalam proses tendinitis degenerativa, meskipun faktor-faktor yang lain juga memegang peranan. Pertambahan usia juga mempengaruhi luas gerak sendi yang disebabkan oleh perubahan posisi skapula ini sebagai akibat dari berkembangnya lengkung kiposis thorakal karena degenerasi diskus intervertebralis.
KALSIFIKASI PADA TENDINITIS
Penimbunan kristal kalsium karbonat pada „Rotator Cuff sangat sering terjadi. ‟
Garam ini tertimbun dalam tendon, Ligamen, Aponeurosis dan Kapsul sendi serta dinding pembuluh darah. Penimbunan ini berhubungan dengan perubahan degenerasi. Umumnya terjadi pada daerah kritis dimana degenerasi ini dapat menyebabkan ruptur atau nekrosis pada tempat penimbunan kalsium. Penimbunan pertama kali didapatkan didalam tendon kemudian menuju ke permukaan. Selanjutnya Ruptur ke atas menuju ruang di bawah bursa subdeltoid. Evakuasi kalsium dari timbunan yang ruptur juga sementara saja dan rasa nyeri ini kemudian timbul mlagi. Evakuasi kalsium ke ruang bawah bursa akan menekan ke atas ke arah bursa dengan iritasi dan penekanan, kemudian timbunan ini dapat ruptur ke dalam bursa itu sendiri. Raptur ini terjadi secara akut dan menimbulkan nyeri hebat. Di dalam bursa, timbunan ini dapat meluas ke lateral maupun ke distal (medial), sehingga berbentuk seperti „dumbbelt dengan ‟
pemisahnya adalah ligamentum korakoakromial. Dalam keadaan ini, baik abduksi maupun adduksi bahu tidak lagi dapat dilakukan sepenuhnya (akan terganggu). Radang bursa yang terjadi berulang kali oleh karena adanya tekanan yang terus menerus dapat menyebabkan penebalan dinding bursa dengan atas bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesiva. 41
Tendinitis pada daerah bahu yang sering terjadi adalah tendinitis supraspinatus dan tendinitis bisipitalis.
Tendinitis Supraspinatus
Tendon otot supraspinatus sebelum berinsertio pada tuberkulum majus humerus akan melewati terowongan pada daerah bahu yang yang dibentuk oleh kaput humerus (dengan bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya, dan akromiale sebagai penutup bagian atasnya. Disini tendon tersebut akan saling tumpang tindih dengan tendon kaput dari longus biseps. Adanya gesekan dan penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama oleh tendon otot supraspinatus dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus. Penderita tendinitis yang biasanya datang dengan keluhan nyeri bahu yang disertai keterbatasan gerak sendi bahu. Bila ditelusuri daerah rasa nyerinya adalah keseluruh daerah sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat kumat-kumatan, yang timbul pada waktu mengangkat bahu. Pada malam hari, nyeri ini dirasakan terus menerus dan bertambah nyeri bila lengan diangkat. Keluhan umum yang biasa disampaikan adalah kesulitan memakai baju, menyisir rambut, memasang konde atau mengambil bumbu di atas rak. Pemeriksaan fisik pada tendinitis supraspinatus didapatkan adanya :
Keterbatasan gerak sendi bahu, terutama abduksi dan eksorotasi
Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus
Nyeri pada abduksi bahu antara 600 - 750
Tes Apley scratch dan mosley-positif (kedua tes ini bukan merupakan tes khusus bagi tendinitis supraspinatus)
Tendinitis Bisipitalis
Tendon otot biseps dapat mengalami kerusakan secara tersendiri, meskipun berada bersama-sama tendon otot supraspinatus. Tendinitis ini biasanya merupakan reaksi terhadap adanya trauma akibat jatuh atau dipukul pada bahu dengan lengan dalam posisi seperti tersebut diatas secara berulang kali. Tendinitis bisipitalis memberi rasa nyeri pada bagian depan lengan atas. Penderitanya biasanya datang dengan keluhan-keluhan kalau mengangkat atau menjinjing benda berat. Pemeriksaan fisik pada penderita tendinitis bisipitalis didapatkan adanya : 42
Adduksi sendi bahu terbatas Nyeri tekan pada tendon otot biseps (pada sulkus bisipitalis/sulkus intertuberkularis) Tes „yergason positif. Bila pada tes „yergason disamping timbul nyeri juga didapati ‟
‟
penonjolan disamping medial teberculum minus humeri, berarti tendon bisep tergeser dan berada di luar sulkus bisipitalis.
BURSITIS
Meskipun peradangan dari bursa, kelainan ini jarang primer, tetapi biasanya sekunder terhadap kelainan degenerasi dari „rotator cuff . Bursitis daerah bahu yang sering adalah ‟
bursitis subacromialis dan bursitis subcleltoideus. Penderita bursitis subakromialis memiliki keluhan yaitu penerita tidak dapat mengangkat lengan ke samping (abduksi aktif), tetapi sebelumnya sudah merasa pegal-pegal dibahu. Lokasi nyeri yang dirasakan adalah pada lengan atas. Nyeri ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis subacromialis yang khas. Bursa subdeltoideus merupakan lapisan sebelah dalam dari otot deltoideus dan akromior serta lapisan bagian luar dari otot „rotator cuff . Bursa ini sedikit cairan. Gerakan abduksi dan ‟
fleksi lengan atas akan menyebabkan dua lapisan dinding bursa tersebut saling bergesekan. Suatu peradangan pada tendon juga akan menyebabkan saling bergesekan. Suatu peradangan pada tendon juga akan menyebabkan peradangan pada bursa. Gejala klinis Bursitis adalah :
Nyeri pada lengan bagian luar
Nyeri tajam, tetap, berdenyut dan lain-lain. Pada keadaan akut, penderita menggendong tangannya dengan gendongan. Gerakan ke semua arahgerak akan menimbulkan nyeri
Merupakan kelanjutan dari tendinitis (kadang-kadang) nyeri akut biasanya 12-72 jam
Pada gerakan aktif, ditandai adanya pembatasan pada semua bidang
Kadang-kadang nyeri agak berkurang pada saat elevasi lengan
Pada gerakan pasif. Pembatasan gerak karena nyeri tidak pada kapsula pattern. Tidak terasa adanya gerakan tertahan karena rasa nyeri yang hebat
43
Gerakan rotasi dengan lengan disisi badan dapat dilakukan, tetapi gerakan abduksi 600 atau fleksi 900 biasanya tidak dapat dilakukan tertahan karena timbulnya rasa sakit.
Dapat dilakukan kontraksi kuat-kuat tanpa nyeri bila dilakukan dengan hati-hati
KAPSULITIS ADHESIVE
Untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan keterbatasan luas gerak sendi maka istilah yang digunakan adalah „frozen shoulder . Kapsulitis adhesive ‟
ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif ini adalah suatu gambaran teknis yang dapat menyertai tendinitis, intark myokard, diabetes melitus, fraktur, immobilisasi berkepanjangan atau radikulitis servikalis. Keadaan ini biasanya multilateral, terjadi pada usia diatas 45-60 tahun dan lebih sering pada perempuan. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoid. Bila terjadi pada malam hari, sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan disik didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengan (abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat bahunya. Hal ini juga dijumpai adanya atropi otot gelang bahu. Gejala-gejala klinis antara lain :
Nyeri pada lengan bagian luar, mungkin menyebar ke daerah segment C5 dan C6
Nyeri dapat tetap atau nyeri gerakan pada LGS tertentu
Penderita kadang terbangun dari tidur karena timbul nyeri bahu karena tertindih
Pada gerakan aktif. Pembatasan LGS pada kapsular pattern
Sulit atau tidak dapat menyisir rambut atau merogoh saku celana belakang
Pada gerakan pasif. Pembatasan pada kapsular pattern. External rotasi tertahan, abduksi setengah tertahan, flexi dan internal rotasi terbatas.
44
D. ANATOMI GELANG BAHU
•
Clavicula tulang selangka
atau clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan
menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Clavicula berbentuk kurva-ganda dan memanjang. Ini adalah satu-satunya tulang yang memanjang horizontal dalam tubuh. Terletak di atas tulang rusuk pertama. Pada ujung medial, clavicula bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada) pada sendi sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi dengan acromion dari scapula (tulang belikat) dengan sendi acromioclavicularis.
45
Pada wanita, clavicula lebih pendek, tipis, kurang melengkung, dan permukaannya lebih halus.
-
Clavicula berguna untuk:
a. Sebagai pengganjal untuk menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada supaya lengan dapat bergerak leluasa. b. Meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh (aksial).
Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu-satunya yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang lainnya. Clavicula tersusun dari tulang spons. Otot-otot dan ligamentum yang berlekatan pada clavicula:
-
Permukaan superior:
a. Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus b. Otot trapezius
-
Permukaan inferior:
a. Otot subclavius pada sulcus musculi subclavii
46
b. Ligamentum conoideum (bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare) pada tuberculum conoideum c. Ligamentum trapzoideum (bagian lateral dari ligamentum coracoclaviculare pada linea trapezoidea
-
Batas anterior: a. Otot pectoralis mayor b. Otot deltoideus c. Otot sternocleidomastoid d. Otot sternohyoideus e. Otot trapezius Clavicula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan osifikasi selama perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Clavicula juga yang merupakan tulang terakhir yang menyelesaikan proses pengerasan yakni pada usia 21 tahun.
47
cscapula Scapula adalah tulang pipih berbentuk segitiga yang terletak pada dinding posterior thorax iga II sampai VII. Pada permukaan posterior, spina scapula menonjol ke belakang. Ujung lateral spina scapulae bebas dan membentuk acromion, yang bersendi dengan clavicula. Angulus superolateralis scapulae
membentuk cavitas atau fossa glenoidalis yang berbentuk seperti buah pir dan bersendi dengan caput humeri pada articulatio humeri. Processus coracoideus menonjol ke atas dan depan di atas cavitas glenoidalis dan merupakan tempat melekatnya otot dan ligamentum. Medial terhadap basis processus coracoideus terdapat incisura suprascapularis. Permukaan anterior scapula cekung dan membentuk fossa subscapularis. Permukaan posterior scapula dibagi dua oleh spina scapulae menjadi fossa suprapinata di atas dan fossa infraspinata di bawah. Angulus inferior scapulae dapat dipalpasi dengan mudah pada orang hidup dan merupakan peyunjuk posisi iga ketujuh dan processus spinous vertebrae thoracicae 7. Humerus
48
Humerus bersendi dengan scapula pada articulatio humeri serta dengan radius dan ulna pada articulatio cubiti. Ujung atas humerus mempunyai sebuah caput, yang membentuk sekitar sepertiga kepala sendi dan bersendi dengan cavitas glenoidalis scapulae. Tepat dibawah caput humeri terdapat collum anatomicum. Di bawah collum terdapat tuberculum majus dan minus yang dipisahkan satu sama lain oleh sulcus bicipatalis. Pada pertemuan ujuang atas humerus dan corpus humeri terdapat penyempitan disebut collum chirurgicum. Sekitar pertengahan permukaan lateral corpus humeri terdapat peninggian kasar yang disebut tuberositas deltoidea. Di belakang dan bawah tuberositas terdapat sulcus spiralis yang ditempati oleh nervus radialis. Ujung bawah humerus mempunyai epicondylus medialis dan epicondylus lateralis untuk tempat lekat musculi dan ligamenta, capitulum humeri yang bulat bersendi dengan caput radii, dan trochlea humeri yang berbentuk katrol untuk bersendi dengan incisura trochleralis ulnae. Di atas capitulum terdapat fossa radialis, yang menerima caput radii pada saat siku difleksiokan. Di anterior, diatas trochlea, terdapat fossa coronaidea, yang selama pergerakan yang sama menerima processus coronoideus ulnae. Di posterior, diatas trochlea, terdapat fossa olecr ani, yang bertemu dengan olecranon pada waktu sendi siku dalam keadaan extensio.
49
50
Otot-otot lengan atas
51
Otot-otot ventral bahu
otot-otot lateral bahu
52
Otot-otot dorsal bahu
53
54
55
56
Otot-otot ventral lengan atas
57
Otot-otot dorsal lengan atas
58
59
60
Sendi-sendi gelang bahu
E. HISTOLOGI GELANG BAHU Tulang pada anak-anak dan dewasa ada dua jenis tulang kompak / kortikal, yang menyusun lapisan luar dari hampir semua tulangdan merupakan 808% dari tulang tubuh dan tulang trabekular atau spongiosa disebelah dalam tulang kortikal yang menyusun 20% sisa tulang tubuh. TULANG RAWAN
Berkembang dari sel-sel mesenkim
Pada masa embrional tubuh terdiri dari tulang rawan
Pada mamalia dewasa, beberapa bagian tubuh terdapat tulang rawan
Jenis-jenis tulang rawan 61
1. Hialin
bening, licin
beberapa serat dapat dilihat
2. Elastis
serat elastik berwarna hitam dapat,
dilihat dengan pewarnaan khusus 3. Fibrokartilago/fibrosa
serat kolagen: merah muda terang
Komponen tulang rawan
Sel-sel
kondrosit, kondroblas
mensekresikan matriks dan serat-serat
Serat-serat
kolagen, elastin
Subtansi dasar
glikosaminoglikan dan proteoglikans
tidak terkalsifikasi
TULANG
Merupakan bentuk jaringan ikat yang kejur(kaku)
membentuk sebagian besar kerangka vertebrata yang lebih tinggi
Tipe tulang 1. Tulang spongiosa (kaselosa, sepon) 62
terdiri dari trabekula/balok tulang
tidak teratur
bercabangan & membentuk anyaman celah diantara anyaman diisi sumsum tulang
2. Tulang kompakta
tampak padat Tidak ada batas yang jelas diantara ke-2 tipe
JARINGAN OTOT
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh. Kemampuan tersebut disebabkan karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot dapat berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat memanjang dan memendek.
Jaringan Otot Polos
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos berkontraksi secara refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan.
Jaringan Otot Lurik/Rangka/Skelet
Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar.
Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang. Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar. 63
Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras.
PERSENDIAN
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk “meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat dilakukan.
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.
Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu
Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air, hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi elastis
Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi yang tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan
Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim.
VIII. KESIMPULAN Aston mengalami dislokasi glenohumerus anterior yang disebabkan oleh cedera traumatic eksternal,yang mengakibatkan kapsul sendi terlepas sehingga caput humerus bergeser dari cavitas glenodialis. Dislokasi ini mengakibatkan cedera pada syaraf aksilarisdan otot rotator cuff serta deltoideus sehingga lengan kanan atas menggantung dengan posisi eksorotasi disertai nyeri yang hebat. 64
DAFTAR PUSTAKA 1. Price, Sylvia Anderson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit . Jakarta: ECG 2. Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama 3. http://www.scribd.com/doc/34821840/Dislokasi-tulang 4. Herdin, H. 2009. Fisioterapi Pada Dislokasi Shoulder Anterior . Makassar : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 5. Mohammad,kartono, pertolongan pertama. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 6. Brunner,Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC 7. Mansyur Arif , dkk . Kapita Selekta Kedokteran 8. Dr.
Herry
Yudha
,
“Dislokasi
Sendi
Bahu”
dalam
http://www.herryyudha.com/2012/07/dislokasi-sendi-bahu-shoulder-joint.html, diakses pada 8 Januari 2013, pukul 18:15 9.
“Bursitis Deltoid” dalam http://decungkringo.wordpress.com/tag/sendi-bahu/ diakses pada 8 Januari 2013, pukul 18:05
10. Hardianto Wibowo, dr, Pencegahan dan penatalaksaan cedera olahraga, cetakan I, EGC, 1995. 11. Werner Kahle, Atlas dan buku teks anatomi manusia, cetakan I, EGC, 1990 12. Purnawan Junadi, dkk, Kapita selekta kedokteran, edisi 2, penerebit Media Aesculapius fakultas kedokteran UI, 1982 13. Werner Spalteholz, Hand atlas of human anatomy, seven edition in English. JB Lippincott Company
65