0
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN TRAUMA ABDOMEN
Oleh: SGD 1
Ni Putu Sri Wiratini
(1102105003)
I Dewa A A Inten Darmayanti
(1102105007)
A A Ari Novia Sulistiawati
(1102105008)
I Made Eris Setiawan
(1102105024)
Ni Made Gita Anindita Nirmala Putri
(1102105038)
Kadek Candra Delviana Putri
(1102105039)
I Putu Arya Sedana
(1102105041)
Ni Putu Ratih Febriana Dewi L
(1102105042)
Komang Tatis Yunny Wulandari
(1102105046)
Ni Luh Nyoman Widya Widya Mahayanti
(1102105050)
Ni Putu Pande Satya Systa D.
(1102105058)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FALKUTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2014
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
1
LE ARNI NG TASK TASK
Kasus Kasus 1: 1: SGD 1 & 2
Anak TD, 10 tahun datang dengan keluhan utama nyeri pada perut kanan atas setelah mengalami kecelakaan saat berjalan tiba-tiba tertabrak motor dari arah samping kanan. Riwayat pingsan, muntah tidak ada. Klien langsung dibawa ke rumah sakit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda syok, pada abdomen kanan atas terdapat jejas, nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb: 7,5g%, Ht: 23%. Pada pemeriksaan USG FAST didapatkan koleksi koleksi cairan di hepatorenal 1. Buatlah Konsep Dasar trauma abdomen 2. Buatlah askep sesuai kasus di atas (gunakan NANDA, NOC, dan NIC) minimal 3 diagnosa, data dapat ditambahkan
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
2
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Trauma Abdomen 1.
Definisi
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,
kelainan
imonologi
dan
gangguan
faal
berbagai
organ
(Sjamsuhidayat, 1997). Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk. (Ignativicus & Workman, 2006) Jadi, trauma abdomen adalah trauma atau cedera pada abdomen yang menyebabkan perubahan fisiologis yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau tusuk.
2.
Etiologi
Menurut Sjamsuhidayat (1998), penyebab trauma abdomen adalah sebagai berikut: 1. Penyebab trauma penetrasi a. Luka akibat terkena tembakan b. Luka akibat tikaman benda tajam c. Luka akibat tusukan 2. Penyebab trauma non-penetrasi a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh b. Hancur (tertabrak mobil) c. Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut d. Cedera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
3
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen. Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu: 1. Paksaan /benda tumpul Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh: a. Jatuh b. Kekerasan fisik atau pukulan, c. Kecelakaan kendaraan bermotor d. Cedera akibat berolahraga e. Benturan f. Ledakan g. Deselarasi h. Kompresi atau sabuk pengaman. i.
Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
3.
Tanda dan gejala
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
4
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya: a. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen b. Terjadi perdarahan intra abdominal. c. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena). d. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma. e. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat: a. Terdapat luka robekan pada abdomen. b. Luka tusuk sampai menembus abdomen. c. Penanganan
yang
kurang
tepat
biasanya
memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan. d. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu: a. Nyeri Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas. b. Darah dan cairan Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi. c. Cairan atau udara dibawah diafragma Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben. d. Mual dan muntah Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
5
4.
Epidemiologi
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velositas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel. Pada intraperitoneal, trauma tumpul abdomen paling sering menciderai organ limpa (40-55%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%) (Cho et al , 2012). Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling sering cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah pankreas dan ureter (Demetriades, 2000). Pada trauma tajam abdomen paling sering mengenai hati (40%), usus kecil (30%), diafragma (20%), dan usus besar (15%) (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
5.
Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari: a. Kontusio dinding abdomen Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor. b. Laserasi Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ. Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari: a. Perforasi organ viseral intraperitoneum Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen. b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
6
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah. c. Cedera thorak abdomen Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
6.
Patofisiologi
Trauma pada abdomen dibagi menjadi trauma tumpul dan tembus. Trauma tumpul abdomen disebabkan kompresi dan deselerasi. Kompresi rongga abdomen oleh benda-benda terfiksasi, seperti sabuk pengaman atau setir kemudi akan meningatkan tekanan intraluminal dengan cepat, sehingga mungkin menyebabkan ruptur usus, atau pendarahan organ padat. Gaya deselerasi (perlambatan) akan menyebabkan tarikan atau regangan antara struktur yang terfiksasi dan yang dapat bergerak. Deselerasi dapat menyebabkan trauma pada mesenterium, pembuluh darah besar, atau kapsul organ padat, seperti ligamentum teres pada hati. Organ padat, seperti limpa dan hati merupakan jenis organ yang tersering mengalami terluka setelah trauma tumpul abdomen terjadi (Demetriades, 2000). Trauma tumpul pada abdomen juga disebabkan oleh pengguntingan, penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan rupture pada usus atau struktur abdomen yang lain. Luka tembak dapat menyebabkan kerusakan pada setiap struktur didalam abdomen. Tembakan menyebabkan perforasi pada perut atau usus yang menyebabkan peritonitis dan sepsis. Patofisiologi yang terjadi berhubungan dengan terjadinya trauma abdomen adalah: a. Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan pada jaringan, kehilangan darah dan shock. b. Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system makroendokrin, mikroendokrin. c. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan perdarahan massif dan transfuse multiple d. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh sekresi saluran pencernaan dan bakteri ke peritoneum
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
7
e. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat kerusakan integritas rongga saluran pencernaan. f.
Limpa merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau perdarahan masif yang berasal dari limpa yang ruptur sehingga semua upaya dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di limpa.
g. Liver, karena ukuran dan letaknya hati merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali kerusakan disebabkan oleh trauma tumpul. Hal utama yang dilakukan apabila terjadi perlukaan dihati yaitu mengontrol perdarahan dan mendrainase cairan empedu. h. Esofagus bawah dan lambung, kadang-kadang perlukaan esofagus bawah disebabkan oleh luka tembus. Karena lambung fleksibel dan letaknya yang mudah berpindah, sehingga perlukaan jarang disebabkan oleh trauma tumpul tapi sering disebabkan oleh luka tembus langsung. i.
Pankreas dan duodenum, walaupun trauma pada pankreas dan duodenum jarang terjadi. Tetapi trauma pada abdomen yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi disebkan oleh perlukaan di pankreas dan duodenum, hal ini disebabkan karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi kerusakan.
7.
Pemeriksaan Fisik
Untuk pemeriksaan fisik lakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan baru palpasi. Untuk inspeksi lihat mulai dari keadaan umum klien, ekspresi wajah, tanda-tanda vital, sikap berbaring, gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, daerah lipat paha (inguinal, skrotum bila terdapat hernia biasanya ditemukan benjolan). Pada trauma abdomen biasanya ditemukan kontusio, abrasio, lacerasi dan echimosis. Echimosis merupakan indikasi adanya perdarahan di intra abdomen. Terdapat Echimosis pada daerah umbilikal biasa kita
sebut ‘Cullen’s Sign’
sedangkan echimosis yang ditemukan pada salah satu panggul disebut sebagai
‘Turner’s Sign’. Terkadang ditemukan adanya eviserasi yaitu menonjolnya organ abdomen keluar seperti usus, kolon yang terjadi pada trauma tembus/tajam.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
8
Untuk auskultasi selain suara bising usus yang diperiksa di ke empat kuadran dimana adanya ekstravasasi darah menyebabkan hilangnya bunyi bising usus. Juga perlu didengarkan adanya bunyi bruits dari arteri renalis, bunyi bruits pada umbilical merupakan indikasi adanya trauma pada arteri renalis. Perkusi untuk melihat apakah ada nyeri ketok. Salah satu pemeriksaan perkusi adalah uji perkusi tinju dengan meletakkan tangan kiri pada sisi dinding thoraks pertengahan antara spina iliaka anterior superior kemudian tinju dengan tangan yang lain sehingga terjadi getaran di dalam karena benturan ringan bila ada nyeri merupakan tanda adanya radang/abses di ruang subfrenik antara hati dan diafraghma. Selain itu bisa ditemukan adanya bunyi timpani bila dilatasi lambung akut di kuadran atas atau bunyi redup bila ada hemoperitoneum. Pada waktu perkusi bila ditemukan Balance sign dimana bunyi resonan yang lebih keras pada panggul kanan ketika klien berbaring ke samping kiri merupakan tanda adanya rupture limpe. Sedangkan bila bunyi resonan lebih keras pada hati menandakan adanya udara bebas yang masuk. Untuk teknik palpasi identifikasi kelembutan, kekakuan dan spasme hal ini dimungkinkan diakibatkan karena adanya massa atau akumulasi darah ataupun cairan. Biasanya ditemukan defans muscular, nyeri tekan, nyeri lepas. Rectal tusi (colok dubur) dilakukan pada obstrusi usus dengan disertai paralysis akan ditemukan ampula melebar. Pada obstruksi kolaps karena tidak terdapat gas di usus besar. Pada laki-laki terdapat prostate letak tinggi menandakan patah panggul yang sginifikan dan disertai perdarahan.Biasa juga pada klien dilakukan uji psoas dimana klien diminta mengangkat tungkai dengan lutut ekstensi dan pemeriksa memberi tekanan
melawan
gerak
tungkai
sehingga
muskulus
iliopsoas
dipaksa
berkontrasi.Selain uji psoas, ada uji obturator dimana tungkai penderita diputar dengan arah endorotasi dan eksorotasi pada posisi menekuk 90 derajat di lutut atau lipat paha. Jika klien merasa nyeri maka menandakan adanya radang di muskulus obturatorius.
8.
Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma abdomen, yaitu: a. Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
9
b. Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau
perforasi
usus
halus.
Kenaikan
transaminase
menunjukkan
kemungkinan trauma pads hepar. c. Plain abdomen foto tegak Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus. d. Pemeriksaan urine rutin Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital. e. VP (Intravenous Pyelogram) Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal. f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL) Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard). Indikasi untuk melakukan DPL sebagai berikut:
Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol, cedera otak)
Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
Patah tulang pelvis
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
10
Kontra indikasi relatif melakukan DPL sebagai berikut:
g.
Hamil
Pernah operasi abdominal
Operator tidak berpengalaman
Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan
Ultrasonografi dan CT Scan Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
Menurut Musliha (2011), pemeriksaan khusus untuk tr auma abdomen, yaitu: a. Abdominal paracentesis Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100 – 200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi. b. Pemeriksaan laparoskopi Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya. c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
9.
Diagnosis Banding
Menurut Udeani, 2011, diagnosis banding dari trauma abdomen dilihat dari 4 kwadran, yaitu: 1. Kwandran kanan atas : a.
Cholecystitis acute
e.
Acute congestive hepatomegaly
b.
Perforasi tukak duodeni
f.
Pneumonia + pleuritis
c.
Pancreatitis acute
g.
Pyelonefritis acute
d.
Hepatitis acute
h.
Abses hepar
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
11
2. Kwandran kiri atas: a.
Ruptur lienalis
e.
Perforasi colon (tumor/corpus alineum)
b.
Perforasi tukak lambung
f.
Pneumonia + pleuritis
c.
Pancreatitis acute
g.
Pyelonefritis acute
d.
Ruptur aneurisma aorta
h.
Infark miokard akut
3. Paraumbilical: a.
Ileus obstruksi
e.
Hernia Inguinalis strangulate
b.
Appendicitis
f.
Aneurisma aorta yang pecah
c.
Pancreatitis acute
g.
Diverculitis (ileum/colon)
d.
Trombosis A/V mesentrial
4. Kwandran kanan bawah: a.
Appendicitis
f.
Diverticulitis Meckel
b.
Salpingitis acute
g.
Ileus regionalis
c.
Graviditas axtra uterine
h.
Psoas abses
yang pecah
i.
Batu ureter (kolik
f.
Perforasi colon descenden (tumor,
d.
Torsi ovarium tumor
e.
Hernia Inguinalis incarcerata,strangulate
5. Kwandran kiri bawah: a.
Sigmoid diverculitis
b.
Salpingitis acute
c.
Graviditas axtra uterine
g.
Psoas abses
yang pecah
h.
Batu ureter (kolik)
d.
Torsi ovarium tumor
e.
Hernia Inguinalis
corpus alineum)
incarcerata,strangulate
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
12
10. Penatalaksanaan
1. Penanganan Awal Trauma Abdomen Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan. a. Airway Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya. b. Breathing Memeriksa pernapasan dengan cara
“lihat, dengar, rasakan’, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien. c. Circulation Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan bantuan pernafasan.
Untuk penangan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma non-penetrasi dan trauma penetrasi, yaitu: a. Penanganan awal trauma non-penetrasi
Stop makanan dan minuman
Imobilisasi
Kirim ke rumah sakit
Diagnostic Peritoneal Lavage
b. Penanganan awal trauma penetrasi
Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tiak boleh dicabut kecuali oleh tim medis.
Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar tidak memperparah luka
Bila usus atau orga lain keluar maka organ tersebut tidak boleh dimasukkan, maka organ tersebut dibaluk dengan kai bersih atau kasa ste ril.
Imobilisasi pasien
Tidak makan dan minum
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
13
Bila luka terbuka, balut dengan menekan
Kirim px ke rumah sakit
Penanganan di Rumak Sakit a. Trauma Penetrasi 1. Skrinnig pemeriksaan rongten Foto thoraks tegak berguna untuk kemungkinan hemo atau pneumothoraks. Rontgen abdomen untuk menentukan jalan luka atau adanya udara retroperitoneum 2. IVP atau Urogram Excretory dan CT scan Ini dilakukan untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada 3. Uretrografi Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra 4. Sistografi Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non penetrasi.
b. Trauma non-penetrasi 1. Pengambilan contoh darah dan urine Darah digunakan untuk pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan darah lkhusus seperti darah lengkap, potassium, glukosa, amylase. 2. Pemeriksaan Rongent Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior dan pelvis adalah
pemeriksaan
yang
harus
dilakukan
pada
penderita
dengan
multitrauma , mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas dibawah diagfragma, yang keduanya memerlukan laparotomi. 3. Study kontras urologi dan Gastrointestinal Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau descendens dan dubur.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
14
11. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi segera yang dapat terjadi pada pasien dengan trauma abdomen adalah hemoragi, syok, dan cedera. Sedangkan komplikasi jangka panjangnya adalah infeksi. Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma tumpul adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture spleen yang muncul kemudian (King et al, 2002; Salomone & Salomone, 2011). Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen karena adanya rupture pada organ. Gejala dan tanda yang sering muncul pada komplikasi dengan peritonitis antara lain:
Nyeri perut seperti ditusuk
Perut yang tegang (distended)
Demam (>380C)
Produksi urin berkurang
Mual dan muntah
Haus
Cairan di dalam rongga abdomen
Tidak bisa buang air besar atau kentut
Tanda-tanda syok
12. Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa data statistic yang menggambarkan jumlah kematian di luar rumah sakit, dan jumlah pasien total dengan traumaabdomen, gambaran spesifik prognosis untuk pasien trauma intra abdomen sulit. Angka kematian untuk pasien rawat inap berkisar antara 5-10% (Udeani & Steinberg, 2011).
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
15
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa NIM
: SGD 1 Semester 7 :−
IDENTITAS PASIEN Nama : An. TD Umur : 10 tahun Jenis Kelamin :− Pekerjaan :− Agama :− Tanggal Masuk RS : 1 Oktober 2014 Alasan Masuk : Nyeri pada perut kanan atas setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak di arah samping kanan. Riwayat pingsan. SURVEY PRIMER DAN RESUSITASI AIRWAY DAN KONTROL SERVIKAL 1. Keadaan jalan nafas Tidak Paten Jalan Nafas : Paten Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing Tidak Ada Muntahan Darah Oedema Tidak ada Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor Keluhan Lain: − 2. Masalah Keperawatan Tidak ada masalah pada jalan napas pasien. 3. Intervensi / Implementasi
– 4. Evaluasi
− BREATHING 1. Fungsi pernafasan Tidak Spontan Nafas : Spontan Asimetris Gerakan dinding dada: Simetris Dangkal Normal Irama Nafas : Cepat Tidak Teratur Pola Nafas : Teratur Lain-lain Jenis : Dispnoe Kusmaul Cyene Stoke Wheezing Ronchi Suara Nafas : Vesikuler Stidor Tidak Ada Sesak Nafas : Ada Tidak Ada Pernapasan Cuping hidung : Ada Tidak Ada Retraksi otot bantu nafas : Ada Pernafasan : Pernafasan Dada Pernafasan Perut
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
16
RR : − x/mnt Keluhan Lain: 2. Masalah Keperawatan Tidak ada masalah dalam fungsi pernapasan pasien. 3. Intervensi / Implementasi
− 4. Evaluasi
− CIRCULATION 1. Keadaan sirkulasi Nadi : √ Teraba Tidak teraba N: 135 x/mnt Tekanan Darah : 70/50 mmHg Tidak Pucat : √ Ya Sianosis : Ya √ Tidak CRT : < 2 detik > 2 detik 0 S: 36.0 Akral : Hangat √ Dingin C Tidak Ada Pendarahan : Ya Lokasi: Jumlah: Turgor : Elastis √ Lambat Diaphoresis : Ya Tidak Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: Diare Muntah Luka bakar Keluhan Lain: 2. Masalah Keperawatan PK: Syok 3. Intervensi / Implementasi 4. Evaluasi
DISABILITY 1. Penilaian fungsi Neurologis Kesadaran: Composmentis Delirium Somnolen Apatis Koma Verbal Motorik GCS : Eye Unisokor Pinpoint Medriasis Pupil : Isokor Tidak Ada Refleks Cahaya : Ada Lain-lain tidak dikaji Refleks fisiologis : Patela (+/-) Kernig (+/-) Lain-lain Refleks patologis : Babinzky (+/-) Kekuatan Otot : Keluhan Lain : 2. Masalah Keperawatan Tidak ada masalah dalam fungsi neurologis pasien. 3. Intervensi / Implementasi
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
17
− 4. Evaluasi
− EXPOSURE 1. Penilaian Hipothermia/ hiperthermia Tidak Deformitas : Ya Tidak Contusio : Ya Tidak Abrasi : Ya Penetrasi : Ya Tidak Laserasi : Ya Tidak Edema : Ya Tidak Luka Bakar : Ya Tidak Jika ada luka/vulnus, kaji: Luas Luka : Warna dasar luka : Kedalaman : Lain-lain : 2. Masalah Keperawatan Tidak ada masalah pada exposure pasien. 3. Intervensi / Implementasi − 4. Evaluasi
Lokasi: Lokasi: Lokasi: Lokasi: Lokasi: Lokasi: Lokasi:
Grade:
%
− PENGKAJIAN SEKUNDER/SURVEY SEKUNDER 1. FIVE INTERVENSION Sinus Takikardi Monitoring Jantung : Sinus Bradikardi Saturasi O2 : Tidak Kateter Urine : Ada Tidak Pemasangan NGT: Ada, Warna Cairan Lambung: Lain-lain: Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah pada pengkajian five intervension.
Intervensi / Implementasi: − Evaluasi :− 2. GIVE COMFORT Tidak Nyeri : √ Ada Problem : nyeri dirasakan setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak Qualitas : nyeri tekan Regio : abdomen kanan atas
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
18
Skala : skala 7 dari 10 Timing : nyeri dirasakan menetap Lain-lain : pasien tampak meringis Masalah Keperawatan : Nyeri Akut Intervensi / Implementasi: Evaluasi : 3. (H 10 SAMPLE Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri pada perut kanan atas setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak dari arah samping kanan. Mekanisme Cedera (Trauma) : Organ di daerah abdomen yang menerima benturan langsung sehingga dapat menyebabkan ruptur atau laserasi (tergantung dari besarnya gaya yang diterima). Sign/Tanda Gejala : Pasien mengalami pingsan dan nyeri abdomen bagian kanan atas. Allergi :− Medication/ Pengobatan :− Past Medical History :− Last Oral Intake :− Event leading injury : Pasien An. TD datang dengan keluhan nyeri pada perut kanan atas setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak motor dari arah samping kanan. Riwayat pingsan, tidak ada muntah. Masalah Keperawatan : Intervensi / Implementasi: Evaluasi : 4. (H2) HEAD TO TOE Kepala dan wajah :− Leher :− Dada :− Kardiovaskuler :− Abdomen : Inspeksi : Terdapat jejas pada abdomen kanan atas Palpasi : Nyeri tekan (+) Auskultasi: − Perkusi :− Pelvis dan perineum :− Ekstremitas :− Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas Jaringan, Nyeri Akut Intervensi / Implementasi: Evaluasi :
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
19
5. INSPEKSI BACK/ POSTERIOR SURFACE Jejas : √ Ada Tidak Deformitas : Ada Tidak Tenderness : Ada Tidak Tidak Crepitasi : Ada Tidak Laserasi : Ada Lain-lain: Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas Jaringan Intervensi / Implementasi: Evaluasi : 6. HASIL LABORATORIUM Hb : 7.5 g% Ht : 23% Masalah Keperawatan : PK: Anemia Intervensi / Implementasi: Evaluasi : 7. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Hasil pemeriksaan USG FAST didapatkan koleksi cairan di hepatorenal. Masalah Keperawatan : PK: Syok Intervensi / Implementasi: Evaluasi : 8. TERAPI DOKTER
−
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7
20
ANALISA DATA No
DATA
1.
DS : pasien mengeluh nyeri pada perut
kanan atas P: nyeri dirasakan setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak Q: nyeri tekan
MASALAH KEPERAWATAN
Trauma tumpul
Nyeri akut
↓ Terjadi benturan keras, merusak organ dalam
↓ Nyeri akut
R: abdomen kanan atas S: skala 7 dari 10 T: nyeri dirasakan menetap DO : jejas pada abdomen, pasien tampak
meringis 2
DS : DO : tampak jejas pada abdomen
Trauma tumpul
Kerusakan integritas jaringan
↓ Merusak organ dalam
↓ Timbul jejas
↓ Kerusakan integritas jaringan 3
DS : -
Trauma tumpul
PK: Anemia
21
DO : Pasien tampak pucat
Hb 7,59 % Ht 23 %
↓ Merusak organ dalam
↓ Ruptur hepar
↓ Perdarahan massif intraabdominal
↓ Hemodinamik tidak stabil
↓ Hb dan Ht menurun
↓ PK: Anemia 4
DS : DO : Koleksi cairan di hepatorenal (USG),
riwayat pingsan, tanda-tanda syok
Hemodinamik tidak stabil
↓ TD turun
↓ Syok hipovolemi
↓ PK: Syok
PK: Syok
22
INTERVENSI KEPERAWATAN NO.
1
DIAGNOSA
PK: Syok
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
Setelah diberikan asuhan keperawatan
NIC label : H ypovolemia m anagemen
H ypovolemia man agemen
selama…. x 24 jam, diharapkan syok
1. Berikan cairan sesuai dengan yang
1. Memenuhi
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
telah ditentukan
RASIONAL
kebutuhan
pasien sesuai indikasi medis
2. Observer untuk indikasi dehidrasi
2. Mengetahui
1. Nadi perifer normal (skala 5)
(misalnya. Turgor kulit buruk,
apabila
2. Keseimbangan intake dan output
tertunda pengisian kapiler, pulsa
dehidrasi pada pasien
NOC label : Fl uid Balance
dalam 24 jam (skala 5)
dengan
terjadi
segera
tanda-tanda
minggu / thread, haus berat,
3. Turgor kulit normal (skala 5)
membran mukosa kering,
4. Membran mukosa lembab (skala 5)
penurunan output urin, dan
5. Hematokrit normal (skala 4)
hipotensi
6. Tidak terjadi hipotensi ortostatik
cairan
3. Memonitor status hemodinamik
(skala5)
3. Mengetaui
apabila
ada
perubahan
sehingga
dapat
diintervensi dengan segera NOC label : Bl ood loss Severity
1. Hemoglobin dalam rentang normal (Hb: >/= 10 gr/dl) (skala 4) 2. Hematokrit dalam rentang normal
4. Pertahankan kecepatan aliran infus intravena stabil 5. Mengatur ketersediaan produk darah untuk transfusi
4. Mempertahankan
pemenuhan
cairan pasien tetap adekuat 5. Menyiapkan
pasien
dilakukan transfusi
untuk
23
(Ht : 35%-55%) (skala 4) 3. Kulit dan mukosa tidak pucat (skala 4) 4. Tidak terdapat tanda tanda perdarahan (skala 4)
6. Berikan produk darah (misalnya, trombosit dan fresh frozen plasma)
6. Mengatasi anemia yang dialami pasien akibat proses trauma
sesuai ketentuan 7. Pantau reaksi transfusi darah dengan tepat
7. Memastikan tidak ada reaksi yang merugikan yang terjadi pada
pasien
karena
transfusi
darah 8. Pantau adanya tanda dan gejala overhydration/kelebihan cairan
8. Memantau
pemberian
cairan
pada pasien agar tidak berlebih
NIC label : Bl eedin g Reduction
Bl eedin g Reducti on
1. Monitor tanda-tanda perdarahan
1. Mengetahui
karakteristik
perdarahan pasien 2. Observasi keadaan umum pasien
2. Memantau kesadaran dan vital sign pasien
3. Kolaborasi untuk pemeberian terapi intravena dan tranfusi darah
3. Memenuhi pasien
kebutuhan dan
cairan
menggantikan
kehilangan darah pasien 4. Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, 4. Mengetahui status hemodinamik status Fe
pasien sehingga intervensi yang
24
dilakukan tepat 5. Pertahankan keakuratan catatan intake dan output pasien setiap
5. Memastikan
balance
cairan
pasien dalam keadaan seimbang
harinya
NIC label : Shock M anagemen
Shock M anagemen
1. Mempertahankan patensi jalan
1. Memastikan
napas, dengan benar
oksigen
dapat
didistribusikan dengan baik
2. Memantau nadi oximentry dengan
2. Mengetahui denyut nadi pasien
tepat 3. Berikan terapi oksigen/ventilasi mekanis yang sesuai dan benar
NIC label : M edication Ami nistration
1. Pastikan
terapi
yang
3. Membantu
kebutuhan oksigen pasien
M edication Admin istration
diberikan 1. Memastikan
sesuai prosedur
pemenuhan
sesuai
terapi
dengan
diberikan 6
Benar
Pemberian Obat 2. Monitor efek samping terapi
2. Memantau
apakah
ada
efek
samping yang terjadi setelah pemberian terapi
25
3. Monitor
tanda-tanda
dan
gejala 3. Mengetahui
keracunan obat
apakah
pasien
mengalami keracunan obat yang diberikan
2.
Nyeri
Akut
b/d
cedera
biologis
agen Setelah
dilakukan
tindakan NIC Label : Pain M anagement
ditandai keperawatan ... x 24 jam, diharapkan 1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik 1. Untuk
dengan melaporkan nyeri nyeri pasien berkurang dengan kriteria secara verbal
Pain M anagement
nyeri, dan skala nyeri pasien
mengetahui
karakteristik
dan
sehingga
skala
hasil:
pasien
NOC label : Pain Control
pemberian intervensi
1. Pengakuan adanya serangan nyeri 2. Mengajarkan menggunakan teknik 2. Memberikan berkurang (skala 4) 2. Menggunakan
langkah-langkah
bantuan non-analgesik (skala 4) 3. Melaporkan nyeri terkontrol (skala 5)
NOC label : Vital Signs
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36.5-37.5OC) (skala 5) 2. Nadi dalam rentang normal (60100 x/menit) (skala 5)
tepat
terapi
lokasi, nyeri dalam
non
non farmakologis, (misal: kompres
farmakologis pengontrol nyeri
hangat,
pada pasien sehingga diharapkan
imagery,
back
massage, guided
relaksasi,
distraksi)
nyeri
dapat
berkurang
tanpa
sebelum, setelah, dan jika mungkin
pemberian obat. Karena nyeri
selama kesakitan sebelum nyeri
pada
terjadi atau meningkat, dan selama
dianjurkan untuk menggunakan
tindakan menghilangkan nyeri
analgesik
trauma
abdomen
karena
tidak
dapat
mengaburkan gejala dan hasil pemeriksaan.
26
3. RR dalam rentang normal (12-24 NIC label : Vital Sign M onitoring x/menit) (skala 5)
Vital Sign Monitoring
1. Pantau status tekanan darah, nadi, 1. Untuk
4. Tekanan systolic dalam rentang
temperatur dan pernapasan
mengetahui
status vital sign pasien
normal (100-110 mmHg) (skala 5) 2. Pantau dan laporkan tanda dan 2. Mengetahui 5. Tekanan diastolic dalam rentang
gejala hipotermi dan hipertermi
normal (55-82mmHg) (skala 5)
perubahan
suhu
perubahan
tubuh
pasien
status
sehingga
dapat diberikan intervensi yang tepat
Kerusakan Jaringan dengan
Integritas berhubungan
faktor
Setelah diberikan asuhan keperawatan
… x 24jam, diharapkan integritas 1. Memonitoring kulit di area jejas
mekanik jaringan
klien
membaik
dengan
(tekanan) ditandai dengan kriteria hasil: kerusakan
jaringan NOC label: Tissue I ntegrity: Skin &
(integumen atau subkutan )
NIC label: Skin Surveil lance
Skin Surveil lance
1. Memonitor jejas yang dialami pasien
2. Memonitoring untuk pencegahan tekanan atau friksi pada pasien
2. Mencegah perburukan kondisi kulit
M ocous M embranes
3. Memperhatikan warna kulit klien
3. Mengetahui tanda-tanda iritasi
1. Suhu kulit dalam rentang normal
4. Memperhatikan suhu pada kulit
4. Mempertahankan kulit dalam
2. Perfusi jaringan kembali normal 3. Tidak terdapat eritema 4. Tidak terdapat nekrosis (jaringan mati) pada jaringan yang cedera
klien
suhu yang optimal
27
EVALUASI
NO. 1.
DIAGNOSA KEP. PK: Syok
EVALUASI S: − O: Nadi perifer 115 x/menit, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, Ht 23%, Hb 7,5 gr%, TD: 80/60 mmHg A: PK: Syok belum teratasi P: lanjutkan intervensi
2.
Nyeri Akut
S: Pasien mengatakan masih merasa nyeri di perut kanan atas, skala nyeri 6 O: Pasien tampak meringis, gelisah A: Nyeri Akut belum teratasi P: Lanjutkan intervensi
3.
Kerusakan integritas
S: −
jaringan
O: masih tampak jejas di abdomen kanan atas, suhu kulit pasien normal A: Kerusakan integritas kulit belum t eratasi P: Lanjutkan intervensi
PARAF
28
DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeons Committee on Trauma. 2008. Abdominal and pelvic trauma. in: advanced trauma life support for doctors atls student course manua 8th edition. USA: American College of Surgeons Cho, Y., Judson, R., Gumm, K., Santos, R., Waish, M., Pascoe, D., et al . 2012. Blunt
abdominal
trauma.
the
royal
melbourne
hospital.
http://clinicalguidelines.mh.org.au/brochures/TRM05.03.pdf. (Diakses pada 1 Oktober 2014) De Jong, W, R. Sjamsuhidajat. 2004. Buku ajar ilmu bedah edisi revisi hal . 387-402. Jakarta: EGC Demetriades, D., Asensio JA., 2000. Abdomen. in: Trauma Management. USA: Landes Bioscience Dochterman, Joanne Mccloskey. 2004. Nursing intervention classification. America: Mosby Guilon, F. 2011. Epidemiology of abdominal trauma. in: CT of the Acute Abdomen. London: Springer Heater Herdman, T. 2012. NANDA internasional diagnosis keperawatan 20122014.Jakarta: EGC Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan kritis: pendekatan holistik . Jakarta: EGC Ignativicus, Donna D: Workman. 2006. Medical surgical nursing critical thinking for collaborative care. USA: Elsevier Saunders Musliha. (2010). Keperawatan gawat darurat . Yogyakarta: Nuha Medika Sabiston, D.C., Jr, M.D. 2004. Sabiston buku ajar bedah hal. 364-384. Jakarta: EGC Salomone A. J., Salomone, J. P. 2011. Emergency medicine: abdominal blunt trauma. http://emedicine.medscape.com/article/433404-print. (Diakses pada 1 Oktober 2014) Sjamsuhidayat. 1997. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC Sjamsuhidayat. 1998. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah brunner & suddarth edisi 8. vol 1. Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN |
SGD 1 Semester 7