Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipertiroid" 29
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipertiroid " ii
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERTIROID
Disusun Oleh :
Kelas : S1 Reguler 5B, kelompok 2
Apriliyanti (11121055) 6. Hilda Agustina (11121070)
Dini Okvilianasri (11121061) 7. Iga Sukanti (11121071)
Faradillah (11121064) 8. Nurvia Hasanah (11121084)
Fuji Arti (11121066) 9. Ricky Dwiatama (111210
Hardiani Ambar (11121068) 10. Zahrah Belia N (11121104)
PRODI S1 KEPERAWATAN STIKes PERTAMINA
BINA MEDIKA
Jakarta, Maret 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan Asuhan Keperwatan Pasien dengan hipertiroid dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar perkuliahan bidang mata ajar Sistem Endokrin di STIKes PERTAMEDIKA.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:
Ibu Ns, Dame Lestari Napitupulu,S.Kep,M.Kep yang telah memberikan bimbingian kepada penulis sehingga dapet menyelesaikan makalah ini
Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik dalam bentuk materi dan non materi.
Teman-teman yang sudah bersedia membantu.
Dan semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam pembuatan asuhan keperawatan ini.
Dengan penulisan asuhan keperawatan ini penulis berharap dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembacanya.
Penulis menyadari dalam pembuatan asuhan keperawatan ini masih banyak kekurangan di banyak bagian, untuk itu penulis sangat berterimakasih bila ada pihak-pihak yang mengkoreksi dan memberikan kritik dan saran supaya penulis dapat memperbaikinya.
Jakarta, Maret 2014
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Rumusan Masalah 2
D. Metode Penulisan 2
E. Sistematika Penulisan 2
BAB II 4
TINJAUAN TEORI 4
A. Pengertian 4
B. Etiologi 4
D. Pathway 7
E. Gejala-Gejala Klinis 9
F. Pemeriksaan Diagnosis 10
G. Penatalaksanaan 10
H. Komplikasi 12
BAB III 13
ASUHAN KEPERAWATAN 13
A. Pengkajian 13
B. Diagnosa Keperawatan 15
C. Intervensi dan Rasional 15
BAB IV 28
PENUTUP 28
A. Kesimpulan 28
DAFTAR PUSTAKA 29
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009). Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria.
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).
Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid terdapat pada 0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).
Tujuan
Tujuan umum
Adalah untuk mengetahui penyakit Hipertiroid dan asuhan keperawatan pada klien dengan Hipertiroid.
Tujuan Khusus
Mengetahui penyakit Hipertiroid
Mengetahui penyebab Hipertiroid
Mengetahui patofisiologi pada Hipertiroid
Mengetahui pathway Hipertiroid
Mengetahui tanda dan gejala dari Hipertiroid
Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostic pada Hipertiroid
Mengetahui penatalaksanaan medis pada Hipertiroid
Mengetahui komplikasi dari Hipertiroid
Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Hipertiroid ?
Apa penyebab Hipertiroid ?
Bagaimana patofisiologi dari Hipertiroid ?
Bagaimana pathway dari hipertiroid ?
Apa saja tanda dan gejala dari Hipertiroid ?
Apa saja pemeriksaan penunjang/diagnostic dari Hipertiroid ?
Apa saja penatalaksanaan medis dari Hipertiroid ?
Apa saja komplikasi dari Hipertiroid ?
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid ?
Metode Penulisan
Dalam pembuatan asuhan keperawatan ini penulis menggunakan metode studi pustaka dan pencarian di internet.
Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun terdiri dari 4 BAB yaitu :
BAB I Pendahuluan : Latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, metode penulisan, sistematika penulisan
BAB II Tinjauan teori : Definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis dan komplikasi Hemoroid
BAB III Asuhan keperawatan : Pengkajian, diagnosa, intervensi dan rasional keperawatan
BAB IV Penutup : Kesimpulan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009). Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian produsi hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit graves, hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit akut kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).
Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid.
Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).
Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon tiroid.
Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.
Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).
Pathway
Gejala-Gejala Klinis
Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis hipertiroid berikut ini:
Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput, peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15mmhg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.
Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram abdomen.
Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleransi panas, kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
Sistem saraf
gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga, tegang dan emosional.
Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.
Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bolamata menonjol kedepan seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.
Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaaan laboratorium
Serum T3,terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4 SI unit)
Serum T4,tehrjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154 SI unit)
In deks T4 bebas,meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI unit)
T3RU meningkat (N:24-34%)
TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon TSH
Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi peningkatan pada penyakit graves
Test penunjang lainnya
CT Scan tiroid
Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24 jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau nodule.
ECG untuk menilai kerja jantung,mengetahui adanya takhikardia,atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T
(Tarwoto,dkk.2012)
Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormon tiroid keadaan normal,sehingga mencegah komplikasi jangka panjang,dan mengurangi gejala tidak nyaman.tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua orang.Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan
Obat-obatan antitiroid
Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid dalam tubuh.obat ini mempunyai efek samping agranulositosis,nyeri kepala,mual muntah,diare,jaundisce,ultikaria.obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.
Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas saraf simpatetik.
Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon tiroid.
Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000 kalori.
Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012)
Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan hipertiroid Tarwoto,dkk. (2012) ialah sebagai berikut :
Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid
Riwayat Kesehatan
Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat pengobatan dengan radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala, infeksi, riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide, lithium, amiodarone, interferon alfa.
Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi dan pola makan, porsi makan.
Keluhan Utama
Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
Penurunan berat badan
Peningkatan suhu tubuh
Kelelahan
Makan dengan porsi banyak atau sering
Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
Cepat lelah
Intoleransi aktivitas
Tremor
Insomnia
Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
Iritabilitas
Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung
Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
Gangguan tajam penglihatan
Pandangan ganda
Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
Menurunnya libido
Menurunnya perkembangan fungsi seksual
Impoten
Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
Eksoftalmus
Pembesaran kelenjar tiroid
Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga didapatka gangguan tidur.
Pemeriksaan fisik
Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali dari ukuran normal.
Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
Observasi adanya bola mata yang menonjolkarena edema pada otot ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan pengkajian.
Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex tendon dan tremor, iritabilitas.
Diagnosa Keperawatan
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan metabolik
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolism
Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan peningkatan aktifitas saraf simpatik
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid
Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolik
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energy dengan kebutuhan tubuh
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat
Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan perubahan fungsi tubuh
Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan peningkatan metabolisme
Intervensi dan Rasional
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan metabolisme
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan nutrisi kembali normal.
Kriteria Hasil : Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan metabolisme terpenuhi.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1.Hindari makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus.
Kolaborasi :
1.Konsultasi dengan ahli gizi utnutk
memberikan diet kalori tinggi.
Observasi :
1.Auskultasi bising usus
2.Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat badan tiap hari.
Edukasi :
1.Dorong klien makan dan meningkatkan jumlah makan.
Mandiri :
1. Penigkatan multilitas saluran cerna
dapat mengakibatkan diare dan ganguan absorpsi nutris yang diperlukan.
1.Mungkin memerlukan bantuan untuk
menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang paling sesuai.
Observasi :
1.Bising usu hiperaktif mencerminkan
peningkatkan motilitas lambung yang
menurnkan atau mengubah fungsi
absorpsi.
2.Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiriod.
Edukasi :
1.Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambah kalori tetap tinggi.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam pola nafas efektif
Kriteria hasil :
nafas 16-20x/menit
bernafas tidak menggunakan otot bantu tambahan
Intervensi
Rasional
Mandiri
1.Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius, seperti krekels, mengi, gesekan pleural.
2.Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan klien turun tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin.
3.Dorong / bantu klien dalam nafas dalam dan latihan batuk. Penghisapan per oral atau nasotrakeal bila diindikasikan.
Kolaborasi
1.Berikan oksigen tambahan.
Observasi
1.Observasi frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu / pelebaran nasal.
2.Observsi pola batuk dan karakter sekret.
1.Bunyi nafas menurun / tak ada bila jalan nafas obstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan nafas kecil ( atelektasis ). Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
2.Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
3.Dapat meningkatkan / banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernafas.
1.Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
1.Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas.
2.Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering / iritasi.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan peningkatan aktifitas saraf simpatik
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam curah jantung menjadi adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler < 3 detik, tidak ada distritnea.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1.Catat atau perhatikan
kecepatan irama jantung dan adanya distrirnea.
2.Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya orama gallop dan mumur sistolik.
Kolaborasi :
1.Berikan cairan IV sesuai indikasi.
2. Berikan sesuai indikasi.
Observasi :
1.Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering yang lemah.
2.observasi nadi atau denyut jantung pada pada pasien saat tidur.
Mandiri :
1.Takirkardi mungkin merupakan cerminan langsung stimulasi otot jantung oleh hormone tiroid distritnea sering kali terjadi dan dapat membahnyakan fungsi jantung atau curah jantug.
2. S1 dan mumur yang menonjol yang
berhubungan dengan curah jantung
meningakat pada keadaan metabolic.
adanya S3 sebagai tanda kemungkinan
gagal jantung
Kolaborasi :
1.pemberian cauiran melalui IV dengan
Cepat untuk memperbaiki volum sirkulasi
2.Mempertahankan curah jantung yang
adekuat.
Observasi :
1.Hidrasi yang cepat dapat terjadi yang
akan menurunkan volum sirkulasi
dan menurunkan curah jantung.
2.Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat untuk menentukan takikardi.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam citra tubuh klien tidak terganggu
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.
Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam pengambilan keputusan tentang perawatan.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
Terima persepsi diri klien dan berikan jaminan bahwa klien dapat mengatasi krisis ini.
Observasi :
Kaji kesiapan klien kemudian libatkan klien dalam mengambil keputusan tentang keperawatan, bila memungkinkan.
Edukasi :
Dorong klien melakukan perawatan diri.
Dorong klien untuk mengungkapkan kedukaan tentang kehilangan.
Dorong klien untuk tetap menuliskan perasaan, tujuan, keluhan, dan kemajuan yang terjadi pada dirinya.
Diskusikan kemajuan klien dan tunjukan bagaimana kondisinya telah meningkat.
Dorong klien untuk berpartisipasi dalam kelompok pendukung, bila perlu, membuat suatu perjanjian dengan profesi kesehatan mental.
Dorong klien untuk menggambarkan perkembangan klien melalu hospitalisasi.
Ajarkan dan dorong strategi koping yang sehat.
Mandiri :
untuk memvalidasi perasaannya.
Observasi :
keterlibatan dapat memberikan rasa kontrol dan meningkatkan harga diri.
Edukasi :
untuk meningkatkan rasa kemandirian dan kontrol.
Kedukaan harus mendahului penerimaan.
Catatan tertulis dapat membantu menunjukkan kemajuan klien.
Untuk meningkatkan sikap positif.
Untuk membantu mendapatkan dukungan dan pemahaman atau konseling tambahan.
Untuk meningkatkan harga diri dan untuk mendemontrasikan bagaimana klien telah beradaptasi terhadap perubahan citra tubuh.
Untuk membantu klien mengatasi perilaku yang tidak produktif.
Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme
Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam risiko ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Asupan dan haluaran cairan tetap pada kadar yang tepat sesuai usia dan kondisi fisik.
Klien mempunyai tugor kulit yang normal.
Klien mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
Timbang berat badan klien setiap hari sebelum sarapan.
Tentukan cairan apa yang disukai klien dan simpan cairan tersebut disamping tempat tidur klien.
Kolaborasi :
Berikan cairan parenteral sesuai intruksi.
Observasi :
Periksa membran mukosa mulut setiap hari.
Pantau kadar elektrolit serum.
Ukur asupan cairan dan haluaran urine untuk mendapatkan status cairan.
Edukasi :
Dorong klien untuk mematuhi diet yang diinstrusikan.
Ajarkan klien dan anggota keluarga cara mempertahankan asupan cairan yang tepat, termasuk mencatat berat badan setiap hari, mengukur asupan dan haluaran, dan mengenal tanda-tanda ketidakseimbangan cairan.
Mandiri :
Untuk membantu mendeteksi perubahan keseimbangan cairan.
Untuk meningkatkan asupan.
Kolaborasi :
Untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan.
Observasi :
Membran mukosa kering merupakan suatu indikasi dehidrasi.
Perubahan niali elektrolit dapat menandakan ketidakseimbangan cairan.
Penurunan asupan atau peningkatan haluaran mengakibatkan defisit cairan dan mengakibatkan kelebihan cairan.
Edukasi :
Untuk membantu mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit.
Tindakan ini mendorong klien dan pemberian asuhan untuk berpartisipasi dalam perawatan, sehingga meningkatkan kontrol.
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam suhu tubuh klien kembali normal
Kriteria hasil :
suhu tetap normal 36,50C-370C
keseimbangan cairan tetap stabil
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.Monitor suhu tubuh setiap 4 jam
Kolaborasi:
1.Berikan antipiretik sesuai indikasi
Observasi:
1.Pantau dan catat denyut dan irama nadi, tekanan vena sentral, tekanan darah, frekuensi nafas, tingkat responsivitas, dan suhu kulit setiap 4 jam.
2.Observasi adanya konfusi disorientasi
Edukasi:
1.Anjurkan klien untuk minum sebayak mungkin air jika tidak dikontraindikasikan
Mandiri:
1.Meyakinkan perbandingan data yang akurat
Kolaborasi:
1.Dapat menurunkan demam
Observasi:
1.Peningkatan deyut nadi, penurun tekanan vena sentral dan penurunan tekanan darah dapat mengindikasikan hipovollemia yang mengarah penurunan perfusi jaringan.
2.Perubahan tingkat kesadaran dapat merupakan akibat dari hipoksia jaringan
Edukasi:
1.Asupan cairan berlebih dapat mengakibatkan kelebihan cairan atau dekompensasi jantung yang dapat memperburuk kondisi pasien
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi dengan kebutuhan tubuh
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat beraktivitas
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan kemampuan utnuk berpartipasi dalam melakukan aktivitas.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1.Pantau tanda vital dan catat nadi baik pada istirahat dan melakukan aktivitas.
2.Berikan sentuhan atau message, bedak yang sejuk.
Kolaborasi :
1.Berikan obat sesuai indikasi.
Observasi :
1. Catat perkembangan takipneu, dispneu, pucat dan sianosis.
Edukasi :
1.Sarankan klien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istirahat .
Mandiri :
1.Nadi meningkat dan bahkan pada istirahat ( Takikardi ).
2.Dapat menurunkan energy dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.
Kolaborasi :
1.Untuk mengurangi kelelahan dan
Meningkatkan energi.
Observasi :
1.Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan
ditingkatkan pada keadaan hipemetabolik.
Edukasi :
1.Membantu melawan pengaruh dari
peningkatan metabolisme.
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam tidak ada resiko kerusakan integritas kulit
Kriteria Hasil : Mampu mengidentifikasi tindakan untuk membrikan perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1.Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi.
Kolaborasi :
1.Berikan obat sesuai indikasi
Observasi :
1.Evaluasi ketajaman mata.
2.Observasi edema periobital,gangguan Penutupan kelopak mata.
Edukasi :
1.Anjurkan klien menggunakan kacamata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai dengan kebutuhan.
Mandiri :
1.Menurunkan edema jaringan bila ada
komplikasi seperti GJK yang mana
dapat memperberat esoftalmus.
Kolaborasi :
1.Untuk tindakan pengobatan medis.
Observasi :
1. Oftalmolpati infiltraftif akibat dari
penigkatan jaringan retroorbits yang
menciptakan eksoftalmus.
2.Manifestasi umum dari stimulasi aderenergik yang berlebihan dengan berhubungan dengan tirotoksikosis yang
memerlukan intervensi pendukung
sampe resolusi krisis dapat menghilangkan simtomatologis.
Edukasi :
1. melindungi kerusakan kornea jika pasien tidak dapat menutup mata dengan sempurna karena edema atau fibrosis bantalan lemak.
Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan perubahan fungsi tubuh
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam fungsi seksual kembali normal
Kriteria hasil :
Klien mengakui adanya masalah atau kemungkinan masalah dalam fungsi seksual.
Klien mengungkapkan pemahaman mengenai penyebab disfungsi seksual
Klien mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan konseling.
Klien menghidupkan kembali aktivitas seksual seperti sebelum sakit.
Intervensi
Rasional
Mandiri:
Sediakan lingkungan yang tidak mengancam, dan dorong klien untuk bertanya tentang seksualitas pribadi.
Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka dalam lingkungan yang tidak mengancam.
Edukasi :
Anjurkan klien untuk mendiskusikan keluhannya dengan suami atau istri atau pasangan.
Sarankan rujukan ke konselor seksual atau profesi terkait lainnya dalam mendapatkan panduan selanjutnya .
Mandiri :
Tindakan ini mendorong klien untuk bertanya tentang hal khusus yang berkaitan dengan keadaan saat ini.
Tindakan ini meningkatkan komunikasi dan pemahaman diantara klien dan beri asuhan.
Edukasi :
Sediakan waktu dan lingkungan yang kondusif untuk komunikasi antara klien dan suami atau istri atau pasangan untuk berbagi keluhan dan memperkuat hubungan
Untuk memberikan sumber-sumber penunjang lanjutan terapi bagi klien.
Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan peningkatan metabolism
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam gangguan pola tidur dapat di atasi
Kriteria hasil : klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghalangi atau mengganggu tidur.klien tidur 5-6 jam dimalam hari
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1.Berikan bantuan tidur kepada klien, seperti bantal, mandi sebelum tidur, makanan atau minuman dan bahan bacaan.
2.Ciptakan lingkungan tenang yang kondusif untuk tidur contohnya, tutup gorden, sesuaikan pencahayaan atau tutup pintu.
Kolaborasi :
1.Berikan pengobatan yang diprogramkan untuk meningkatkan pola tidur normal klien. Pantau dan catat reaksi yang tidak diharapkan.
Observasi :
1.Catat lamanya tidur klien
Edukasi :
1.Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang teknik relaksasi seperti imajinasi terbimbing, relaksasi oto progresif, dan meditasi.
Mandiri :
1.Susu dan beberapa kudapan tinggi protein, seperti keju dan kacang, mengandung L-trytophan, yang dapat mempermudah tidur. Higiene pribadi secara rutin dapat mempermudah tidur bagi sejumlah klien.
2.Tindakan ini dapat mendorong istirahat dan tidur klien.
Kolaborasi :
1.Agenhipnotik memicu tidur: obat penenang menurunkan ansietas
Observasi :
1.Mengetahui perubahan prosentase pola tidur
Edukasi :
1.Upaya relaksasi yang bertujuan biasanya dapat membantu meningkatkan tidur
Discharge planing :
Atur pola nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein 3000-4000 kalori
Minum obat-obatan antitiroid secara teratur dan sesuai dosis
Hindari hal-hal pemicu terjadinya peningkatan hormon tiroid, contohnya: mengkonsumsi makanan tinggi iodium
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009).
Menurut Tarwoto,dkk.2012 penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid. Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Komplikasi Hipertiroid adalah Eksoftalmus, Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung, Stromatiroid (tirotoksikosis)
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary,dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuahan Keperawatan. Jakarta:EGC.
Carolus, P.K.Sint.1995.Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Panitia S.A.K Komisi Keperawatan.
Cynthia,M. Taylor.2010.Diagnosa keperawatan : Dengan rencana penulisan.Jakarta:EGC
Rumorbo, Hotman.2012.Asuahan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Endokrin.Jakarta:EGC.
Heater,Herdman,T.2012.Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014 Jakarta: EGC
Marilym,E.Doengoes.1999.Rencana asuhan keperawatan.edisi 3 Jakarta:EGC
Tarwoto,dkk.2012.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system endokrin.Jakarta: CV Trans Info Media.
Wartunah,Tarwoto.2006.kebutuhan dasar manusia proses keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
Wilkson,Judith,W,dkk.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC
http://id.images.search.yahoo.com/search/images?p=hipertiroid&fr=chr-greentree_gc&fr2=piv-web&ri=4&tab=organic&ri=4 di akses tanggal 26 maret 2014
Bararah, V.F., 2009. Waspadai Gejala Hipertiroid Pada Wanita. www.healthdetik.com (Diakses tanggal 26 Maret 2014)
Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011. Hyperthyroidism. http://emedicine.medscape.com (Diakses tanggal 26 maret 2014)
Guyton, 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi revisi. Department of Physiologi and Biophysics. Mississippi