SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DIAGNOSA EROSI PORSIO DENGAN RIWAYAT KB AKDR DI POLI OBSGYN OBS GYN RSUD. DR. SOEGIRI LAMONGAN
1. Konsep Teori Erosi Porsio 1.1 Pengertian Erosi Porsio Erosi porsio adalah suatu proses peradangan atau luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan kimia atau alat tertentu (Manuaba. 2010). Erosi porsio adalah pengikisan mulut rahim yang disebabkan oleh karena manipulasi atau keterpaparan oleh benda yang dapat mengakibatkan menjadi radang dan lama – lama menjadi infeksi. Anggapan sekarang ialah apa yang tampak sebagai “cross” sebenarnya ialah servisitis kronika ( Sarwono, Sarwono, 2009. Hal:282).
Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks. Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil maupun besar pada serviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endoserviks dan kelenjar-kelenjarnya lalu menyebabkan infeksi menahun (Sarwono, 2009: 281) 1.2
Etiologi Erosi Porsio 1. Keterpaparan suatu benda pada saat pemasangan AKDR. Pada saat pemasangan alata kontrasepsi yang digunakan tidak steril yang dapat menyebabkan infeksi. AKDR juga mengakibatkan bertambahnya volume dan lama haid ( darah merupakan media subur untuk berkembang biaknya kuman) penyebab terjadi infeksi. 2. Infeksi pada masa reproduktif menyebabkan batas antara epitel canalis cervicalis dan epitel portio berpindah, infeksi juga dapat menyebabkan menipisnya epitel potio dan gampang terjadi erosi porsio (hubungan seksual). 3. Pada masa reproduktif batas berpindah karena adanya infeksi (cervicitis, kalpitis). 4. Rangsangan luar muka epitel gampang berapis banyak dan porsio mati dan diganti dengan epitel silinderis canalis servikalis. 5. Level estrogen : erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi estrogen dalam tubuh. a.
Dalam kehamilan : erosi serviks sangat umum ditemukan dalam kehamilan karena level ekstrogen yang tinggi. Erosi serviks dapat
menyebabkan perdarahan minimal selama kehamilan, biasanya saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks. Erosi akan menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan. b.
Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB : erosi serviks lebih umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
c.
Pada bayi baru lahir: erosi serviks ditemukan pada 1/3 bayi wanita dan akan menghilang pada masa anak-anak oleh karena respons maternal saat bayi berada didalam rahim.
d.
Wanita yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT): karena penggunaan estrogen pengganti dalam tubuh beberapa pil, krim, dll. (Sarwono, 2009.hal :134).
6.
Infeksi : Tapi kondisi erosi akan lebih mudah terserang bakteri dan jamur sehingga mudah terserang infeksi.
7.
Penyebab lain : infeksi kronis di vagina dan kontrasepsi kimia dapat mengubah level keasaman vagina dan menyebabkan erosi serviks. Erosi serviks
juga
dapat
disebabkan
karena
trauma
(hubungan
seksual,
penggunaan tampon, benda asing di vagian, atau terkena spekulum). 1.3
PATOFIOLOGI EROSI PORSIO Proses terjadinya erosi porsio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar
misalnya IUD, IUD yang mengandung polythilien yang sudah berkarat membentuk ion
Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi/koalugasi membran sel dan terjadilah erosi porsio. Erosi pada akseptor KB IUD dapat terjadi karena benang IUD, perekatan logam polythilien dengan posisi IUD yang tidak benar sehingga mudah terjadinya pengelupasan sel superfisialis, dimana sifat dasarnya mudah terkelupas. Apabila lapisan ini terkelupas, maka terjadilah erosi porsio yang akan terjadi kronis, jika tidak didapatkan penanganan secara segera, karena pengelupasan sel superfisialis berakibat hilangnya sumber makanan borderline sehingga tidak mampu memproduksi asam laktat yang menyebabkan pH vagina akan meningkat, naiknya pH vagina akan mempermudah kuman pathogen tumbuh. Pasien dengan erosi porsio pada umumnya datang dengan pada stadium lanjut, dimana didapatkan keluhan seperti keputihan disertai darah, keputihan yang berbau, perdarahan yang berkelanjutan, dan disertai metastase dimana stadium pengobatan ini tidak memuaskan (Pranoto. H. Ibnu. 2012. Hal. 272). Dari semua kejadian erosi porsio ini menyebabkan tumbuhnya bakteri pathogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim. Selain dan personal hygiene yang kurang. IUD juga dapat menyebabkan bertambahnya volume dan lama haid darah merupakan media subur untuk masuknya kuman dan menyebabkan infeksi, dengan adanya infeksi dapat masuknya kuman dan menyebabkan infeksi. Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan Epitel Porsio menipis sehinga mudah mengalami Erosi Porsio, yang ditandai dengan sekret bercampur darah, metorhagia, osteum uteri eksternum tampak kemerahan, sekret yang bercampur dengan
nanah, ditemukan ovulasi nabothi (kista kecil yang kedang-kadang keruh) (Sarwono. 2009. Hal. 281). 1.4
TANDA DAN GEJALA 1. Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Pengeluaran sekret yang agak putih-kekuningan. 2. Disini pada porsio uteri disekitar ostium uteri ekternum tampak daerah kemerahmerahan yang tidak dapat dipisahkan secara jelas dari epitel porsio di sekitarnya. Sekret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah. 3. Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras. Sekret mukoporulen bertambah banyak. 4. Pada proses penyembuhan, erosi porsio sering ditemukan ovula nabothi. (Sarwono. 2009. Hal. 281).
1.5
PENANGANAN EROSI PORSIO Perawat menganjurkan pemeriksaan pasca persalinan (masa puerperium) yaitu
hari ke-42 (enam minggu) karena perlukaan serviks (porsio uteri) setelah persalinan dapat menjadi titik awal deenerasi ganas mulut rahim. Mulut rahim yang luka perlu diobati dengan : - Nitrasargenti tingtura
-
Albothyl tingtura → menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bawa kemudian diganti dengan Epitel gepeng berlapis banyak.
-
Dibakar dengan pisau listrik Termokauter komisasi.
-
Disamping itu dianjurkan untuk pemeriksaan Pap Smear. (Manuaba. 2010. Hal. 428). Penyembuhan servisitis kronika sangat penting karena dapat menghindari
keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi kealat kelamin bagian atas. (Manuaba.2009.Hal.63).
2. Konsep Dasar IUD / AKDR 2.1 Pengertian IUD/AKDR adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah di rancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangoi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus. IUD/AKDR adalah tindakan yang membuat individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval dan mengontrol waktu kapan ingin punya anak serta berapa jumlah yang diinginkan. Kontrasepsi adalah menolak pertemuan antara sel telur yang sudah matang dan sperma laki-laki (ovum). 2.2 Tujuan keluarga berencana a. Menghindari kelahiran yang tidak direncanakan. b. Mengatur interval diantara kehamilan. c. Mengurangi angka kelahiran untuk meningkatkan taraf hidup keluarga. d. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi. e. Penaggulangan masalah kesehatan reproduksi. 2.3 Macam-Macam AKDR Suatu alat yang terbuat dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T sehubungan oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Yang
mengandung tembaga selanjutnya adalah CuT200C, CuT220C, CUT380A, multiload (CuML250 dan 375), Cooper T. 2.4 Mekanisme kerja AKDR a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fall opi. b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri. c. AKDR (alat kontrasepsi dlam rahim) bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur uterus. 2.5 Keuntungan menggunakan AKDR a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi. b. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT380A dan tidak perlu diganti). c. Sangat efektik karena tidak perlu mengingat-ingat. d. Mningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. e. Tidak mempengaruhi hubgnagan seksual. f.
Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT380A).
g. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. h. Dapat dipasang segara setelah melahirkan atau sesudah abortus (jika tidak terjadi infeksi). i.
Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
2.6 Kerugian menggunakan AKDR a. Merasakan sakit dan mungkin disertai nyeri selama 3-5 hari setelah pemasangan. b. Perdarahan berat waktu haid dapat menyebabkan anemia. c. Perforasi dinding uterus (jika pemasangannya tidak benar). d. Tidak baik digunakan pada pasangan yang bergonta ganti pasangan. e. AKDR dapat keluar tanpa diketahui. f.
Pemakai harus memeriksa benang AKDR dari waktu ke waktu.
g. Dapat menyebabkan erosi porsio (saat pemasangan tidak menggunakan alat steril). h. Mengakibatkan bertambahnya volume darah dan lamanya haid. 2.7 Persyaratan pemakaian AKDR a. Yang dapat menggunakan 1. Usia reproduktif 2. Menginginkan pemakaian kontrasepsi jangka panjang 3. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi 4. Tidak menghendaki metode hormonal 5. Pasca keguguran 6. Tidak menyukai kontrasepsi yang mengingat-ingat b. Yang tidak diperkenalkan 1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil) 2. Perdarahan vagina yang belum diketahui penyebabnya
3. Sedang menderita infeksi genetalia (vaginitis,servicitis) 4. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak yang rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri 5. Kanker alat genital 2.8 Waktu penggunaan AKDR a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil b. Hari pertama sampai ke 7 siklus haid c. Segera setelah melahirkan selama 48 jam pertama atau setelah 6 nminggu pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode aminore laktasi. d. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi 2.9 Petunjuk bagi pengguna AKDR a. Kembali memeriksakan diri setelah 4 – 6 minggu pemasangan AKDR b. Selama bulan pertama menggunakan AKDR periksalah benang AKDR secara rutin setelah haid c. Setelah bulan petama pemasanagn. Hanya perlu memriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami: 1. Kram perut bagian bawah 2. Pendarahan 3. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.
d. Cooper T380A perlu dilepas 8 tahun pemasangan. e. Kembali ke klinik apabila: 1. Tidak teraba benang AKDR 2. AKDR terlepas 3. Siklus haid terganggu 4. Terjadi pengeluaran cairan vagina yang mencurigakan 5. Adanya infeksi 6. Merasakan bagian keras saat diraba (batang AKDR)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DIAGNOSA EROSI PORSIO DENGAN RIWAYAT KB AKDR DI POLI OBSGYN RSUD. DR. SOEGIRI LAMONGAN BIODATA
Nama Jenis Kelamin Umur Status Perkawinan Pekerjaan Agama Pendidikan Terakhir Alamat No. Register Diagnose Medis
: Ny. A : Perempuan : 35 tahun : Kawin : Ibu Rumah Tangga : Islam : SLTP : Suangaiagung, Lamongan : 2241xx : Erosi Portio
RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan Utama / Alasan masuk Rumah Sakit : Nyeri 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan nyeri, klien mengatakan keluar flek darah dan keluar keputihan agak banyak dan gatal, kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu. kadang terasa nyeri, nyeri terasa panas dan perih, nyeri bertambah jika beraktifitas berat kemudian sedikit mereda jika diistirahatkan, nyeri hilang timbul dengan skala 4. Pasien cemas dengan keadaannya. 3. Riwayat Penyakit Yang Lalu : Pasien mengatakan pernah memakai KB suntik 3 bulan selama 3 tahun dan pasien mengatakan selama memakai KB suntik tidak pernah mengalami perdarahan dan tidak ada keluhan lain. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami pasi en. 5. Riwayat Alergi : Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat dan makanan.
6. Riwayat Reproduksi : a. Menstruasi : Menarche : 12 tahun Siklus : 28 hari Lama : 7 hari Keluhan : Disminore Bau : Bau khas (anyir) Konsistensi : Darah merah segar kadang dengan gumpalan darah Warna : merah tua b. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu : kehamilan Persalinan Nifas Anak BB ke lama penyulit Penolong tempat penyulit penyulit bayi
KB Alat kontrasepsi
lama
1.
7.
Riwayat Perkawinan : Perkawinan ke 1, lama perkawinan kurang lebih 18 tahun
8. Riwayat KB Klien mengatakan setelah melahirkan anaknya yang pertama menggunakan KB suntik 3 bulan selama 3 tahun dan selama pemakaian KB suntik tidak ada perdarahan maupun keluhan lain, kemudian setelah anak kedua lahir klien memakai KB IUD Coper T dan sudah terpasang sekitar 7 tahunan hingga sekarang. 9. Riwayat Ginekologi
keluhan
Klien tidak pernah menderita penyakit radang panggul dan vagina, tidak pernah operasi, tidak pernah menderita tumor pada payudara dan kandungan.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : Compos Mentis. GCS : E 4, V 5, M 6 B. Tanda – tanda vital : TD : 140/90 mmhg RR : 20 x/m Nadi : 80x/m
Suhu : 36°C BB : 65 Kg TB : 158 cm
C. Pemeriksaan kepala dan leher : 1. Kepala dan rambut a. Bentuk kepala : Bentuk bulat, tidak ada benjolan dikepal, tidak ada nyeri kepala. b. Rambut Penyebaran rambut : Rambut bersih Bau dan warna : Tidak bau c. Wajah Warna kulit : Sawo matang Kesimetrisan : Simetris 2. Mata a. Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap, simetris kanan dan kiri b. Kelopak mata (palpebra) : tidak ada oedem pada palpebra c. Konjungtiva dan sclera : konjungtiva tidak anemis dan sklera putih d. Pupil dan kornea : pupil isokor e. Ketajaman penglihatan / visus : normal f. Tekanan bola mata : normal 3. Hidung a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : simetris b. Lubang hidung : lubang hidung simetris tidak ada sekret, tidak ada polip, penciuman normal.
4. Telinga a. Bentuk dan ukuran telinga : bentuk simetris ukuran normal b. Lubang telinga : terdapat lubang telinga dan tidak ada serumen c. Ketajaman pendengaran : tidak ada gangguan pendengaran 5. Mulut dan faring : a. Keadaan bibir b. Keadaan gusi dan gigi c. Lidah d. Orofaring kelejar tiroid. 6. Leher a. Posisi trachea b. Tiroid c. Suara d. Kelenjar limfe e. Vena jugularis f. Nadi karotis
: mukosa bibir lembab : tidak ada stomatitis dan caries gigi : bersih : tidak ada nyeri telan, tidak ada pembesearan
: tidak ada pergeseran pada trakea : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid : normal tidak ada gangguan : tidak ada pembesaran kelenjar limfe : tidak ada distensi vena jugularis : nadi karotis teraba denyutnya
D. Pemeriksaa Payudara dan Ketiak a. Ukuran & bentuk payudara: ukuran sedang dan simstris: b. Pigmentasi areola : tidak ada pigmentasi areola c. Kelainan payudara : tidak ada kelainan d. Axilla & clavicula : tidak ada pembesaran kelenjar limfe E. Pemeriksaan thoraks / dada 1. Pemeriksaan paru a. Inspeksi Bentuk thoraks : normal, sinetris kanan kiri Jumlah dan irama nafas : 20x/m Tanda kesulitan bernafas : tidak ada kesulitan untuk bernafas b. Palpasi Vocal fremitus : vocal fermitus kiri kanan sama c. Perkusi Batas paru : perkusi paru sonor d. Auskultasi
Suara nafas
: vesikuler
2. Pemeriksaan jantung a. Inspeksi dan palpasi Pulsasi : tidak ada pembesaran jantung Ictus cordis : normal b. Perkusi Batas-batas jantung : batas tegas normal c. Auskultasi Bunyi jantung I : tunggal Bunyi jantung II : tunggal Bunyi jantung tambahan: tidak ada bunyi jantung tambahan. F. Pemeriksaan Abdomen 1. Inspeksi Bentuk abdomen Keadaan abdomen 2. Auskultasi Peristaltik usus 3. Palpasi Nyeri tekan Benjolan / massa Hepar Lien Tanda-tanda asites 4. Perkusi Suara abdomen Pemeriksaan asites
: simetris : tidak ada asites : 8x/m : nyeri tekan perut bawah diatas simpisis pubis : tidak teraba adanya masa : tidak ada pembesaran hepar : tidak ada pembesaran lien : tidak asites : timpani : tidak ada asites
G. Pemeriksaan Genetalia dan sekitarnya 1. Genetalia a. Rambut pubis : rambut hitam b. Vulva/vagina : inspekulo : terdapat benang IUD ± 3 cm didepan porsio, tampak kemerahan disekitar porsio dengan batas tidak jelas, terlihat lendir putih jernih namun banyak. 2. Anus dan perineum
a. Lubang anus b. Perineum
: tidak ada hemoroid : menonjol
H. Pemeriksaan Musculoskeletal 1. Kesimetrisan otot : normal dan simetris 2. Pemeriksaan udema : tidak ada edema 3. Kekuatan dan tonus otot : 5/5 normal 4. Kelainan pada ekstrimitas dan kuku : tidak ada kelainan I. Pemeriksaan Integumen 1. Kebersihan 2. Kehangatan 3. Warna dan tekstur kulit 4. Turgor 5. Kelembapan 6. Kelaianan pada kulit
: bersih : akral hangat : sawo matang dan kenyal : <2 detik : lembab : tidak ada kelainan pada kulit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium : .......................................................................................... ............................................................................................................................................. ............................................................................................................................................. 2. Rontgen : .......................................................................................... 3. ECG : .......................................................................................... 4. USG : .......................................................................................... 5. Lain-lain : Inspekulo : erosi porsio +, FA + ...................................... ............................................................................................................................................. ............................................................................................................................................. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
Pemberian albothyl .......................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... .........................................................................................................................................................
ANALISA DATA
NAMA NO. REG.
: Ny. A : 2241xx
NO DATA PENUNJANG 1. Ds : pasien mengatakan nyeri P : nyeri mereda jika diistirahatkan Q : nyeri terasa panas dan perih R : nyeri perut bawah, diatas simpisis pubis S : skala 3 T : nyeri hilang timbul Do : - inspekulo vulva : terdapat benang IUD ± 3 cm didepan porsio, tampak kemerahan disekitar porsio dengan batas tidak jelas, terlihat lendir putih jernih namun banyak. - TD = 140/90 mmhg N = 80x/m S = 36°C RR = 20x/m - Pasien gelisah 2.
Ds : pasien mengatakan cemas dengan keadaannya, sejak keluar flek darah dan keluar keputihan agak banyak dan gatal. Do : TD = 140/90 mmhg N = 80x/m S = 36°C RR = 20x/m - Pasien terlihat cemas - Erosi porsio + - Flour Albus +
MASALAH Penggunaan kontrasepsi
ETIOLOGI
Nyeri akut Pemakaian iud jangka lama Denaturasi/ koagulasi membran sel luka pada porsio nyeri akut
Luka pada porsio Keputihan bercampur darah dan bau Kurang pengetahuan tentang proses penyakit
ansietas
ansietas
INTERVENSI
Diagnosa keperawatan 1. Nyeri akut
Tujuan dan kriteria NOC :
❖
Pain Level, pain control, ❖ dengan adanya ❖ comfort level Setelah dilakukan tindakan keperawatan luka pada selama 1x8 jam Pasien tidak mengalami porsio nyeri, dengan kriteria hasil: mengontrol nyeri (tahu ●Mampu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) bahwa nyeri berkurang ●Melaporkan dengan menggunakan manajemen nyeri mengenali nyeri (skala, ●Mampu intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) ●Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang ●Tanda vital dalam rentang normal ●Tidak mengalami gangguan tidur berhubungan
2.
intervensi NIC :
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ▪ Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan tentang teknik non ▪ Ajarkan farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin ▪ Tingkatkan istirahat ▪ Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur ▪
ansietas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
NOC :
Kontrol kecemasan Koping Setelah dilakukan asuhan selama 1x8 jam klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
-
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
- Gunakan pendekatan yang menenangkan - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur - Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis - Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
tubuh dan menunjukkan kecemasan
tingkat aktivitas berkurangnya
IMPLEMENTASI
NO 1.
Hari Tanggal
IMPLEMENTASI 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. P : nyeri mereda jika diistirahatkan Q : nyeri terasa panas dan perih R : nyeri perut bawah, diatas simpisis pubis S : skala 3 T : nyeri hilang timbul 2. mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan - pasien terlihat menahan nyeri saat dilakukan inspekulo 3. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi - mengajarkan tehnik nafas dalam dengan menarik nafas dalam kemudian menahannya 2 detik kemudian menghembuskannya melalui mulut. 4. Memberi tahukan pasien agar meningkatkan istirahat untuk mengurangi nyeri. 5. Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur. - Memberitahukan bahwa nyeri yang dirasakan pasien dikarenakan adanya luka pada porsio yang disebabkan karena penggunaan AKDR jangka lama, karena goresan benang AKDR.
Ttd
2.
1. menggunakan pendekatan yang menenangkan. - Menggunakan pendekatan pada pasien dengan ramah menggunakan bahasa yang sopan. 2. menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur. - Menjelaskan prosedur inspekulo yang akan dilakukan pada pasien untuk melihat keadaan porsio - Memposisikan pasien dengan posisi litotomi - Menjaga privasi pasien - Memakai sarung tangan steril - Memasang spekulum vagina untuk melihat keadaan serviks dann benang iud - Membersihkan vagina dengan larutan antiseptik 3x dengan kasa deapres - jika sudah selesai - keluarkan spekulum dengan hati-hati - dan beri konseling pasaca pemeriksaan 3. melibatkan keluarga untuk mendampingi klien untuk mengurangi kecemasan pasien.
EVALUASI
NO
No DX
1.
1.
EVALUASI Ds : pasien mengatakan masih nyeri P : nyeri mereda jika diistirahatkan Q : nyeri terasa panas dan perih R : nyeri perut bawah, diatas simpisis pubis S : skala 3 T : nyeri hilang timbul Do : Do : - inspekulo vulva : terdapat benang IUD ± 3 cm didepan porsio, tampak kemerahan disekitar porsio dengan batas tidak jelas, terlihat lendir putih jernih namun banyak. - TD = 130/90 mmhg N = 80x/m S = 36°C RR = 20x/m - Pasien lebih tenang
2.
Ds : pasien mengatakan sudah cemas berkurang setelah dilakukan inspekulo Do : TD = 130/90 mmhg N = 80x/m S = 36°C RR = 20x/m - Pasien terlihat cemas - Erosi porsio + - Flour Albus +
TTd