REFERAT
OSTEOARTHRITIS GENU
Oleh : Dyah Ayu Yulia Wulandari Asrori Azhar
210.121.0042 210.121.0043 210.121.004 3
Pembimbing : dr. Andre Steven Tjahya, Sp. KFR
LABORATORIUM REHABILITASI MEDIK RSUD MARDI WALUYO BLITAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb, Rasa syukur yang dalam kita sampaikan kehadirat Allah SWT.,
karena
berkat Rahmat, Hidayah, serta Inayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan referat ini sesuai yang diharapkan. Dalam referat ini penulis membahas tentang “Osteoartritis”. Referat ini dibuat dalam rangka rangka untuk memenuhi tugas kepaniteraan kepaniteraan klinik Ilmu Rehabilitasi Rehabilitasi Medik. Penulis menyadari menyadari bahwa dalan penulisan penulisan referat ini masih jauh dari sempurna. Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya
penulis sampaikan sampaikan kepada kepada dr. Andrie Steven Tjahya
Sp.KFR selaku pembimbing “Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu Rehabilitasi Medik” dan Medik” dan rekan sejawat yang telah banyak memberikan masukan untuk referat ini. Demikian makalah ini penulis buat semoga bermanfaat,
Wassalamualaikum wr wb,
Blitar, September 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar ................................................................................................. Daftar Isi........................................................................................................... BAB
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 1.3 Tujuan .................................................................................. 1.4 Manfaat ................................................................................
1 2 2 2
STATUS PASIEN 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sendi Lutut ...................................... 2.2 Definisi Osteoartritis ............................................................ 2.3 Etiologi Osteoartritis ............................................................ 2.4 Klasifikasi Osteoartritis ........................................................ 2.5 Epidemiologi Osteoartritis ................................................... 2.6 Patogenesis Osteoartritis ...................................................... 2.7 Diagnosis Osteoartritis ......................................................... 2.7.1 Tanda dan Gejala Klinis ........................................... 2.7.2 Pemeriksaan Fisik .................................................... 2.7.3 Pemeriksaan Penunjang ........................................... 2.8 Penatalaksanaan ................................................................... 2.8.1 Farmakologis............................................................ 2.8.1.1 Sistemik ..................................................... 2.8.1.2 Topikal ....................................................... 2.8.1.3 Injeksi intra artikular .................................. 2.8.2 Non Farmakologis .................................................... 2.8.2.1 Terapi Manual ............................................ 2.8.2.2 Latihan Fleksibilitas (ROM) ...................... 2.8.2.3 Latihan Kekuatan ....................................... 2.8.2.4 Latihan Aerobik ......................................... 2.8.2.5 Terapi Modalitas ........................................ 2.8.2.6 Pembedahan ...............................................
3 5 5 6 6 7 8 8 10 12 13 14 14 15 15 17 18 18 19 21 21 22
III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .......................................................................... 3.2 Saran ....................................................................................
24 24
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
25
BAB
BAB
I
i ii
II
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi degeneratif adalah sekelompok kelainan mekanik degradasi yang melibatkan sendi, termasuk tulang rawan artikular dan tulang subchondral. Osteoartritis merupakan bentuk yang paling umum dari artritis. 1 Sendi yang sering terkena meliputi tulang belakang pada bagian servikal dan lumbosakral, pinggul, lutut, dan sendi phalangeal metatarsal. Pada tangan, OA juga sering terjadi pada sendi interphalangeal distal dan proksimal dan pangkal ibu jari. Biasanya sendi-sendi yang tidak rentan terkena OA adalah pergelangan tangan, siku, dan pergelangan kaki. 1,2 Penyakit ini memiliki prevalensi yang
cukup tinggi, terutama pada
orang tua di atas usia 60 tahun. Penyekit ini juga jauh lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Selain
itu, osteoarthritis ini juga merupakan
penyebab kecacatan paling banyak pada orang tua. Faktor resiko utama penyakit ini adalah obesitas. Terjadinya OA pada sendi-sendi yang telah disebutkan di atas dimungkinkan karena sendi-sendi tersebut mendapat beban yang cukup berat dari aktivitas sehari-hari seperti memegang/menggenggam benda yang cukup
berat
(memungkinkan
OA
terjadi
di
dasar
ibu
jari),
berjalan
(memungkinkan OA di lutut dan pinggul), dan lain sebagainya. 1,3 Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis dan atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Banyak orang
yang
didiagnosis mengalami OA berdasarkan temuan radiologis tidak menunjukkan gejala pada sendi.1 Osteoarthritis simptomatik (nyeri pada persendian yang didukung gambaran radiologis OA) pada lutut lebih sering terjadi orang tua diatas usia 60 tahun di Amerika Serikat. Osteoarthritis panggul simptomatik kira-kira sepert iga dari penyakit OA pada lutut. Sementara OA asimtomatik (tidak
menimbulkan
gejala,
namun
sudah dibuktikan dari gambaran
radiologis) pada tangan seringkali terjadi pada pasien usia lanjut. Meski begitu, OA simptomatik di tangan
juga
terjadi pada 10% orang tua dan sering
menghasilkan keterbatasan fungsi gerak sendi.2,4 1
2
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penyusunan referat ini adalah :
1.3
1.
Bagaimana anatomi dan fisiologi pada persendian ?
2.
Apakah definisi dari osteoatritis ?
3.
Apakah Etiologi dari osteoartritis?
4.
Bagaimana klasifikasi osteoartritis?
5.
Bagaimana epidemiologi penyakit osteoartritis ?
6.
Bagaimana patogenesis penyakit osteoartritis?
7.
Bagaimana mendiagnosis osteoartritis ?
8.
Bagaimana penatalaksanaan osteoartritis ?
Tujuan
Penyusunan referat ini bertujuan : 1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi pada persendian. 2. Menjelaskan definisi dari osteoatritis. 3. Menjelaskan etiologi dari osteoartritis. 4. Menjelaskan klasifikasi osteoartritis. 5. Menjelaskan epidemiologi penyakit osteoartritis. 6. Menjelaskan patogenesis penyakit osteoartritis. 7. Menjelaskan penegakan diagnosis osteoartritis. 8. Menjelaskan penatalaksanaan osteoartritis.
1.4
Manfaat
Manfaat penyusunan referat ini antara lain : 1. Memberikan informasi guna menambah pengetahuan pembaca tentang osteoartritis. 2. Memberikan pemahaman agar tenaga kesehatan dapat melakukan edukasi pada masayarakat tentang faktor resiko dan prinsip terapi yang dapat dilakukan pada kasus osteoartritis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Anatomi dan Fisiologi
Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan. Secara umum, sendi berfungsi untuk melakukan gerakan pada tubuh. Sendi lutut merupakan bagian dari ekstremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah ( Gambar 2.1). Sendi lutut ini berfungsi untuk mengatur pergerakan dari kaki. 5,6 Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel, yaitu pergerakan dua kondilus femoris diatas kondilus tibia. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan fleksi, ekstensi dan sedikit rotasi. Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi maka dapat menimbulkan cedera yang mengakibat robekan pada kapsul dan ligamentum di sekitar sendi. 5
Gambar 2.1. Anatomi Sendi Lutut (a) Bagian-bagian sendi lutut; (b) Ligamen sendi lutut. 5
Sendi lutut terdiri dari tiga tulang dan berbagai ligamen. Lutut dibentuk oleh os femur, tibia, dan patela. Beberapa otot-otot dan ligamen mengontrol gerakan lutut dan melindunginya dari kerusakan pada saat yang sama. Dua ligamen di kedua sisi lutut, yang disebut ligamen kolateral medial dan lateral, menstabilkan lutut dari sisi satu ke sisi lainnya. Ligamen pada sendi lutut terbagi menjadi ligamen intrakapsular dan ligamen ekstrakapsular ( Tabel 2.1).5
3
4
Ligamentum cruciata adalah dua ligamen intrakapsular yang sangat kuat, saling menyilang di dalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari 2 bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibia. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibia dan berfungsi untuk menstabilkan lutut dari depan selama kegiatan normal dan atletis. Ligamen lutut memastikan bahwa berat badan yang disalurkan melalui sendi lutut ini berpusat di dalam sendi meminimalkan jumlah keausan pada tulang rawan di dalam lutut.5,6 Tabel 2.1. Ligamen Intrakapsular dan Ligamen Ekstrakapsular.5 Ligamen Intrakapsular Lig. Cruciatum Anterior Lig. Cruciatum Posterior
Ligamen Ekstrakapsular Lig. Patellae Lig. Collaterale Fibulare Lig. Collaterale Tibiae Lig. Popliteum Obliquum Lig. Transversum Genu
Penahan beban permukaan lutut ditutupi oleh lapisan tulang rawan ("kartilago artikular"). Ada juga peredam kejut kedua lutut di kedua sisi sendi antara permukaan tulang rawan femur dan tibia. Kedua struktur ini disebut meniskus medial dan meniskus lateral ( Gambar 2.1). Meniskus adalah peredam kejut berbentuk tapal kuda yang membantu untuk pusat kedua sendi lutut selama aktivitas dan untuk meminimalkan jumlah stres pada tulang rawan artikular. Kombinasi meniskus dan tulang rawan pada permukaan lutut menghasilkan permukaan yang mulus hampir tanpa gesekan. Kapsul artikularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris dan di depan menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas tubrositas sendi.6
Gambar 2.2. Otot-otot Penggerak Sendi Lutut (a) Sendi lutut fleksi; (b) Sendi lutut ekstensi. 5
5
Otot-otot utama yang menggerakkan sendi lutut adalah quadricep dan otot hamstring. Paha depan menempel pada patela, dan tendon patela menghubungkan otot ini ke bagian depan tibia. Ketika otot quadricep kontraksi lutut meluas. Sebaliknya, ketika otot hamstring kontraksi, mereka menarik lutut ke fleksi. 5 2.2.
Definisi Osteoartritis
Osteoarthritis merupakan gangguan pada satu sendi atau lebih, bersifat lokal, progresif dan degeneratif yang ditandai dengan perubahan patologis pada struktur sendi
tersebut
yaitu
berupa
degenerasi
tulang
rawan/kartilago
hialin
(Gambar 2.3). Hal tersebut disertai dengan peningkatan ketebalan dan sklerosis dari subkondral yang bisa disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, peregangan kapsul artikular, sinovitis ringan pada persendian, dan lemahnya otot -otot yang menghubungkan persendian. 7
Gambar 2.3. Osteoarthritis 7 Perbandingan sendi lutut normal dan sendi yang mengalami osteoartritis.
2.3.
Etiologi Osteoartritis
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses terjadinya osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen, otot-otot persendian, serabut aferen, dan tulangtulang. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktorfaktor protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya.1, 7
6
2.4.
Klasifikasi Osteoartritis
Menurut penyebabnya osteoartritis dikategorikan menjadi : 1. Osteoartritis primer adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan beban tubuh (weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada sendi dan kerusakkan akibatproses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada kaki.1 2. Osteoartritis sekunder, paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat
dari suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya penyakit sistem sistemik. Osteoartritis sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal daripada osteoartritis primer. 1 2.5.
Epidemiologi Osteoartritis
Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang tua. Prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia. Di Amerika Serikat, prevalensi osteoartritis pada populasi dengan usia di atas 65 tahun mencapai 80% dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2020. 1,2 Prevalensi OA menurut gejala yang ditemui yaitu pada lutut (12,1%), tangan (8%), panggul (4,4%) dan kaki (2%) pada orang dewasa berusia lebih dari 60 tahun dan 16% pada orang dewasa berusi 45-60 tahun. Angka kematian yang diakibatkan osteoartritis adalah sekitar 0,2 hingga 0,3 kematian per 100.000 (1979-1988). Angka kematian akibat OA sekitar 6% dari semua kematian akibat artritis. Hampir 500 kematian per tahun disebabkan
OA dan angka
tersebut
meningkat selama
10 tahun
terakhir.2,4 Faktor resiko osteoartritis meliputi faktor sistemik antara lain : 1) Usia, Proses penuaan meningkatkan kerentanan sendi karena kurang responsif dalam mensintesis matriks kartilago yang distimulasi oleh pembebanan (aktivitas) pada sendi. Selain itu otot-otot yang menunjang sendi menjadi semakin lemah dan memiliki respon yang lambat terhadap impuls. Ligamen menjadi semakin regang, sehingga kurang bisa mengabsorbsi impuls; 2) Jenis kelamin, prevelensi OA lebih banyak pada perempuan usia lanjut dibandingkan dengan laki-laki, hal ini dikaitkan dengan perubahan hormon perempuan paska menopouse; 3) Faktor
7
herediter, adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis. Faktor Intrinsik meliputi kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus dan cedera pada sendi seperti trauma, fraktur, atau nekrosis. Faktor beban persendian meliputi obesitas, yang memberikan beban berlebih pada sendi dan aktivitas yang sering dan berulang pada sendi dapat menyebabkan lelahnya otot-otot yang membantu pergerakan sendi.1,2,4 2.6.
Patogenesis Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada didalam tubuh manusia. Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan terjadinya gesekan. Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan. Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi nutrisi.2,9 Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek.1 Hal tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. 2,9 Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metallo proteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada
8
akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik. 2,9 Perubahan yang paling mencolok pada OA biasanya dijumpai di daerah tulang rawan yg mendapat beban pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal daripada normal, namun seiring dengan perkembangan OA permukaan sendi menipis, tulang rawan melunak, integritas permukaan terputus dan terbentuk celah vertical (Fibrilasi).7 Proses ini dapat membentuk ulkus kartilago dalam yang meluas ke tulang dan dapat timbul daerah perbaikan fibrokartilaginosa, namun perbaikan jaringan ini lebih buruk daripada kartilago sendi hialin asli, dalam kemampuannya menahan stres mekanis. 9 Pertumbuhan kartilago dan tulang di tepi sendi menyebabkan terbentuknya osteofit (spur), yang mengubah kontur sendi dan mungkin membatasi gerakan. Perubahan jaringan lunak terdiri dari sinovitis kronik dan penebalan kapsul sendi, yang membatasi gerakan lebih lanjut. Sering juga terjadi pengecilan otot periartikularis.9 2.7. 2.7.1
Diagnosis Osteoartritis Tanda dan Gejala Klinis
Penderita biasanya berusia lebih dari 50 tahun. Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang dirasakan telah berlangsung lama, namun berkembang secara perlahan Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA : 1. Nyeri Sendi Nyeri merupakan keluhan utama pasien. Biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. 9 Beberapa gerakan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang. 8 Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band.7
9
2. Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri.7 3. Kaku Sendi Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi ata u mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari. 2,9 4. Krepitasi Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu. 2,7,9 5. Pembengkakan sendi yang asimetris Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi (berlebihnya cairan sinovial di dalam atau sekitar sendi) pada sendi yang biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah.7,8 6. Pembesaran sendi (deformitas) Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar. 7 7. Tanda- tanda peradangan Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut.7,8 8. Perubahan gaya berjalan Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut. 7,9
10
2.7.2
Pemeriksaan Fisik
Keluhan yang muncul, kemudian dikonsirmasi dengan pemeriksaan fisik yang memperlihatkan pembesaran tulang persendian, timbulnya krepitasi selama gerakan aktif, kelemahan otot dan instabilitas sendi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain : pemeriksaan lokal pada sendi lutut untuk meilai adanya tanda-tanda osteoartritis (Gambar 2.4), pemeriksaan luas gerak sendi lutut (Gambar 2.5).7,10
Gambar 2.4. Pemeriksaan Lokalis pada Sendi Lutut (a) Tes fluktuasi mendeteksi cardinal sign inflamasi pada lutut; (b) Palpasi pada garis lateral sendi pada pasien dengan osteoartritis lutut. 7
Gambar 2.5. Range of M otion (ROM) Sendi Lutut Fleksi dan ekstensi. Internal dan eksternal rotasi tidak dapat dilakukan pada saat ekstensi. Pada fleksi lutut 90 o dengan tungkai bawah yang tergantung bebas, lutut memperlihatkan ROM dari 10 o pada rotasi internal hingga 25 o pada eksternal rotasi. 10
Pembengkakan sendi akibat efusi dapat dilakukan dengan melakukan tes Brush (Stroke, Wipe) untuk menilai efusi minimal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menempatkan satu tangan dengan jari di sisi distal lateral tungkai dan
11
medial dari patella, kemudian tangan yang lainnya menekan dari arah atas (dari sisi proksimal lateral) ke arah distal (Gambar 2.6). Pada efusi minimal dapat dirasakan gelombang cairan yang bergerak dari jari telunjuk ke ibu jari. Pada pemeriksaan.10
Gambar 2.6. Tes Brush, stroke atau wipe. 10
Selain itu, dapat dilakukan tes Dancing Patella untuk menilai efusi lutut. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menempatkan satu tangan lekukan di atas patella kemudian menekan patella dari arah proksimal ke distal dangan tangan yang lain bergerak pada sisi medial dan lateral dengan sedikit tekanan (Gambar 2.7). Adanya tahanan menunjukkan efusi lutut. 10
Gambar 2.7. Tes Dancing Patella (a) Pasien posisi supinasi; (b) Pasien posisi berdiri. 10
12
2.7.3
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan gambaran radiologis , yaitu menyempitnya celah antar sendi, terbentuknya osteofit, terbentuknya kista, dan sklerosis subkondral ( Gambar 2.8). Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan foto polos. Gambaran yang khas pada foto polos adalah : 1) Densitas tulang normal atau meninggi; 2) Penyempitan ruang sendi yang asimetris karena hilangnya tulang rawan sendi; 3) Sklerosis tulang subkondral; 4) Kista tulang pada permukaan sendi terutama subkondral; 5) Osteofit pada tepi sendi.11,12
Gambar 2.8. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoartritis lutut. (a) Foto anteroposterior menunjukkan menyempitnya celah sendi (tanda panah); (b) Menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) menyebabkan destruksi pada kartilago dan subkondral (tanda panah terbuka); (c) Foto lateral menunjukkan sklerosis yang ditandai terbentuknya osteofit (tanda panah); (d) Ditemukan kista subkondral (tanda panah). 11,12
13
Tabel 2.2. Kriteria Osteoartritis Berdasarkan Gambaran Radiologis 12 Kellgren dan Lawrence. Derajat 0 I
Klinis
Radiologis
Klasifikasi Normal
Doubtfull
II
Mild
III
Moderate
IV
Severe
2.8.
Deskripsi Tidak ada tanda-tanda OA
Osteofit kecil sekali, Penyempitan diragukan.
Osteofit nyata. Celah sendi normal, namun mulai ada penyempitan
Osteofit terbentuk moderat, multipel, penyempitan nyata, Subkondral skerosis, kemungkinan ada deformitas.
Deformitas nyata, Subkondral sklerosis berat.
Penatalaksanaan Osteoartritis
Strategi pengelolaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan oleh letak sendi yang mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-masing serta kebutuhannya. Oleh karena itu diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan pasiennya secara keseluruhan, agar pengelolaannya aman, sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta melakukan pendekatan multi disiplin atau holistik. 13 Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah: 1) Meredakan nyeri; 2) Mengoptimalkan fungsi sendi; 3) Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas hidup; 4) Menghambat progresivitas penyakit; 5) Mencegah terjadinya komplikasi.7,13
14
Penatalaksanaan pada pasien dengan osteoarthritis yaitu: 2.8.1 Farmakologis 2.8.1.1 Sistemik
Analgetik (Non opioid dan opioid) digunakan untuk meredakan nyeri ( Tabel 2.3) dan (Tabel 2.4). Nyeri yang disertai dengan gejala inflamasi dapat menggunakan Antiinflamasi nonsteroid (NSAID) (Tabel 2.5).14 Tabel 2.3. Analgesik Non Opioid. Janis Obat Paracetamol/ Acetaminophen Mefenamic acid Methampyrone Metamizole/ Dypiron Aspirin
Dosis 3-4 x 500 mg 3-4 x 500 mg 3-4 x 500 mg 3-4 x 500 - 1.000 mg 1-2 x 500 mg
14
Keterangan Dosis maksimum 4 g/ hari
Tabel 2.4. Analgesik Opioid.14 Janis Obat
Dosis Codein 30 mg + paracetamol 500 mg, 1-2 tab/ 4-6 jam 1-3 x 50 mg Tramadol 37,5 mg + paracetamol 325 mg, 3-4 tab/hari
Codein Tramadol HCL
Keterangan Dosis maksimum 8 tab/ hari
14
Tabel 2.5. Analgesik Antiinflamasi nonsteroid. Janis Obat
Ibuprofen Ketoprofen Naproxen Diclofenac Na Diclofenac K Piroxicam Meloxicam Celecoxib
Dosis 3-4 x 2-400 mg 2-3 x 50-100 mg 2 x 500 mg 2-3 x 25-50 mg 2-3 x 25-75 mg 1-2 x 10-20 mg 1 x 7,5-15 mg 1-2 x 100-200 mg
Keterangan
1.100 mg/ hari
Chondoprotectie agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga dan merangsang perbaikan (repair) tuamg rawan sendi pada pasien OA, sebagian peneliti
menggolongkan
obat-obatan
tersebut
dalam
Slow
Acting
Anti
Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah: glikosaminoglikan, asam hialuronat, kondrotin sulfat, vitamin-C, superoxide desmutase dan sebagainya.7,13 Pada
penelitian
Rejholec
tahun
1987,
glikosaminoglikan
dapat
menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam degradasi tulang rawan, antara
15
lain: hialuronidase, protease, elastase dan cathepsin B1 in vitro dan juga merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi. Pemakaian glikosaminoglikan selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan dalam rasa sakit pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja (mangkir), yang secara statistik bermakna.7,13 Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan kelompok vertebra, dan terutama terdapat pada matriks ekstraseluler sekeliling sel. Menurut penelitian Ronca dkk (1998), efektivitas kondroitin sulfat pada pasien OA mungkin melalui 3 mekanisme utama, yaitu : 1) Anti inflamasi; 2) Efek metabolik terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan; 3) Anti degeneratif melalui hambatan enzim proteolitik dan menghambat oksigen reaktif. 7,13 Vitamin C, dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas enzim lisozim dan bermanfaat dalam terapi OA. Superoxide Dismutase, dapat dijumpai pada setiap sel mamalia dam mempunyai kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxyl radicals. Secara in vitro, radical superoxide mampu merusak asam hialuronat, kolagen dan proteoglikan sedang hydrogen peroxyde dapat merusak kondroitin secara langsung. Dalam percobaan klinis dilaporkan bahwa pemberian superoxide dismutase dapat mengurangi keluhan-keluhan pada pasien OA. 7,13 2.8.1.2 Topikal
1. Krim rubefacients dan capsaicin. Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada umumnya bersifat counter irritant.7 2. Antiinflamasi nonsteroid Selain zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya, perlu diperhatikan campuran yang dipergunakan untuk penetrasi kulit. Salah satu yang dapat digunakan adalah gel piroxicam, dan diclofenac Na. 7 2.8.1.3 Injeksi intra artikular
Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan utama dalam penanganan osteoartritis. Diperlukan kehati-hatian dan selektifitas dalam penggunaan modalitas terapi ini, mengingat efek merugikan baik yang
16
bersifat lokal maupun sistemik. Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik dengan steroid, dan viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk modifikasi perjalanan penyakit. 7,13,15
Gambar 2.9. Injeksi Intraartikular Sendi Lutut Injeksi dilakukan pada lateral midpatellar (LMP)dan medial midpatellar (MMP) Dengan kaki ditekuk 90 o. Penelitian menyebutkan injeksi 15 pada LMP lebih akurat secara signifikan.
1. Steroid Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian NSAID, tak dapat mentolerir NSAID atau ada komorbiditas yang merupakan kontraindikasi terhadap pemberian NSAID (Tabel 2.6). Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar untuk menghindari penyulit yang timbul (Gambar
2.9).
Sebagian
besar
literatur
tidak
menganjurkan
dilakukanpenyuntikan lebih dari sekali dalam kurun 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk sendi besar penyangga tubuh.7,15 Tabel 2.6. Steroid Injeksi Intraartikular. 15 Janis Obat Dosis Keterangan Methylprednisolone acetate 20-80 mg Onset sangat lambat Triamcinolone acetonide 5-40 mg Onset bervariasi Triamcinolone hexacetonide 10-40 mg Dexamethasone sodium 2-4 mg Onset cepat phosphate Kombinasi Betamethasone sodium 6-12 mg Onset cepat phosphate dan Betanethasone acetate
17
2. Hyaluronan: high molecular weight dan low molecular weight Penyuntikan intra artikular biasanya untuk sendi lutut (paling sering), sendi bahu dan koksa. Diberikan berturut-turut 5-6 kali dengan interval satu minggu masing-masing 2-2,5 ml Hyaluronan. Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar. Kalau tidak dapat timbul berbagai penyulit seperti artritis septik, nekrosis jaringan dan abses steril. Perlu diperhatikan faktor alergi terhadap unsur/bahan dasar hyaluronan misalnya harus dicari riwayat alergi terhadap telur. Ada 3 sediaan di Indonesia diantaranya adalah Hyalgan, dan Osflex.7,13,15 2.8.2
Non farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien untuk dapat mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain. Walaupun OA tidak dapat disembuhkan, namun kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan. 7,13 Penurunan berat badan merupakan tindakan yang penting, terutama pada pasien-pasien obesitas, untuk mengurangi beban pada sendi yang terserang OA dan meningkatkan kelincahan pasien waktu bergerak. Suatu studi mengikuti 21 penderita OA yang mengalami obesitas, kemudian mereka melakukan penurunan berat badan dengan cara diet dan olah raga. Setelah diikuti selama 6 bulan, dilaporkan bahwa pasien-pasien tersebut mengalami perbaikan fungsi sendi serta pengurangan derajat dan frekuensi rasa sakit.7,16 Terapi fisik dan terapi kerja bertujuan agar penderita dapat melakukan aktivitas optimal dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri dari pendinginan, pemanasan dan latihan penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik dan terapi kerja dianjurkan latihan yang bersifat penguatan otot, memperluas lingkup gerak sendi dan latihan aerobik. Latihan tidak hanya dilakukan pada pasien yang tidak menjalani tindakan bedah, tetapi juga dilakukan pada pasien yang akan dan sudah menjalani tindakan bedah, sehingga pasien dapat segera mandiri setelah pembedahan dan mengurangi komplikasi akibat pembedahan. 7,16
18
2.8.2.1 Terapi Manual
Terapi manual adalah gerakan pasif yang dilakukan oleh fisioterapis dengan tujuan meningkatkan gerakan sendi dan mengurangi kekuatan sendi. Teknik yang dipakai adalah melatih ROM secara pasif, melatih jaringan-jaringan sekitar sendi secara pasif, meregangkan otot atau mobilisasi jaringan lunak, dan massage. :atihan ini dapat secara efektif memperbaiki jarak berjalan dan mengurangi nyeri, disfungsi, serta kekakuan pada pasien osteoartritis sendi lutut. 16 2.8.2.2 Latihan Fleksibilitas (ROM)
Mobilitas sendi sangat penting untuk memaksimalkan ruang gerak sendi, meningkatkan kinerja otot, mengurangi resiko cedera, dan memperbaiki nutrisi kartilago. Latihan fleksibilitas, yang dilakukan pada latihan fisik tahap pertama, dapat meningatkan panjang dan elastisitas otot dan jaringan sekitar sendi (Gambar 2.10) dan (Gambar 2.11). Untuk pasien OA, latihan fleksibilitas ditujukan untuk mengurangi kekakuan, meningkatkan mobilitas sendi, dan mencegah kontraktur jaringan lunak. Latihan fleksibilitas sering dilakukan selama periode pemanasan atau tergabung dalam laithan ketahanan atau aktivitas aerobik.16
Gambar 2.10. Streching Otot Hamstring dan Quadriceps (a) Hamstring strech; (b) Quadriceps stretch.16
Teknik peregangan dilakukan untuk memperbaiki ruang gerak sendi. Latihan peregangan ini dilakukan dengan menggerakkan otot-otot, sendi-sendi, dan jaringan sekitar sendi. Semua gerakan sebaiknya menjangkau ruang gerak
19
sendi yang tidak menimbulkan nyeri. Aplikasi terapi panas sebelum peregangan dapat mengurangi rasa nyeri dan mengingkatkan gerakan. 16 Latihan fleksibiltas dapat dimulai dari latihan peregangan tiap kelompok otot, setidaknnya tiga kali seminggu. Apabila sudah terbiasa, latihan ditingkatkan repetisinya per kelompok otat secara bertahap. Latihan harus melibatkan kelompok otot dan tendon utama pada ekstremitas atas dan bawah. 16
Gambar 2.11. Latihan ROM Lutut (a) Knee bending ; (b) Knee strightening.16
2.8.2.3 Latihan Kekuatan
Latihan kekuatan mempunyai efek sama dengan latihan aerobic dalam memperbaiki disabilitas, nyeri dan kinerja. Latihan kekuatan ada 3 macam, yaitu : latihan isometric, latihan isotonik dan isokinetik 7.
Gambar 2.12. Latihan Kekuatan Otot-otot Penyangga Sendi Lutut 16 (a) Quadriceps stengthening ; (b) Hamstring strightening ; (c) Calf strightening.
Latihan kekuatan otot secara isometrik, isotonik maupun isokinetik dapat mengurangi nyeri dan disabilitas serta memperbaiki kecepatan berjalan pada pasien osteoartritis. Latihan isotonik memberikan perbaikan lebih besar dalam menghilangkan nyeri. Latihan ini dianjurkan untuk latihan kekuatan awal pada
20
pasien
osteoartritis
dengan
nyeri
lutut
saat
latihan.
Latihan
isokinetik
menghasilkan peningkatan kecepatan berjalan paling besar dan pengurangan disabilitas sesudah terapi dan saat evaluasi, sehingga latihan ini disarankan untuk memperbaiki stabilitas sendi atau ketahanan berjalan.16 Latihan isometrik diindikasikan apabila sendi mengalami peradangan akut atau sendi tidak stabil. Kontraksi isometrik memberikan tekanan ringan pada sendi dan ditoleransi baik oleh penderita osteoartritis dengan pembengkakan dan nyeri sendi7. Latihan ini dapat memperbaiki kekuatan otot dan ketahanan stais ( static endurance) dengan cara menyiapkan sendi untuk gerakana yang lebih dinamis dan merupakan titik awal program penguatan. Apabila instabilitas sendi dan nyeri berkurang, program latihan secara bertahap diubah ke latihan yang dinamis (isotonik).16 Latihan kekuatan isometrik harus memperhatikan tipe latihan, intensitas, volume, dan frekuensi. Latihan sebaiknya melibatkan kelompok otot utama. Kontraksi isometrik dimulai pada intesitas rendah. Untuk menetapkan latihan, diberitahukan pada pasien untuk memaksimalkan kontraksi otot yang menjadi target penguatan. Intensitas latihan dimulai sekitar 30% usaha maksimal (maximal effort ). Jika bisa ditoleransi oleh pasien, intensitas ditingkatkan secara bertahap sampai 75% kontraksi maksimal. Kontraksi dipertahankan tidak lebih dari 6 detik. Pada awalnya satu kontraksi untuk 3 kelompok otot, kemudian jumlah pengulangan ditingkatkan menjadi 8-10, sesuai toleransi pasien. 16 Pasien diinstruksikan untuk bernafas selama masing-masing kontraksi. Jarak antar kontraksi dianjurkan 20 detik. Latihan dilakukan 2 kali sehari pada periode peradangan akut. Selanjutnya jumlah latihan secara bertahap ditingkatkan menjadi 5-10 kali per hari, disesuaikan dengan kondisi pasien. Hal yang harus diperhatikan adalah adanya resiko peningkatan tekanan darah bila kontraksi dilakukan lebih dari 10 detik. 16 Kontraksi isotonik digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Latihan kekuatan isotonik memperlihatkan efek positif pada metabolism energi, kerja insulin, kepadatan tulang dan status fungsional pada orang sehat. Jika tidak terdapat peradangan akut meupun instabilitas sendi, bentuk latihan ini ditoleransi baik oleh pasien osteoartritis.16
21
2.8.2.4 Latihan Aerobik
Latihan aerobik (berjalan, bersepeda, berenang, senam aerobic dan latihan aerobik di kolam renang) dapat meningkatkan kapasitas aerobik, memperkuat otot, meningkatkan ketahanan, mengurangi berat badan dan mengurangi konsumsi obat pada pasien osteoartritis. Pemilihan aktivitas aerobik tergantung pada beberapa faktor, yaitu status penyakit, stabilitas sendi, sumber daya dan minat pasien. Latihan aerobik di kolam air hangat dapat mengurangi nyeri otot dan sendi, mengurangi nyeri otot dan sendi, mengurangi beban sendi, meningkatkan gerakan yang tidak menimbulkan nyeri, dan memperkuat otot-otot di sekitar sendi yang sakit.16 2.8.2.5
Terapi Modalitas
Terapi menggunakan modalitas seperti termoterapi (panas atau dingin), hidroterapi dan elektroterapi (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulators (TENS)). Terapi panas dalam adalah Ultrasound, Microwave diathermy (MWD), Short wave diathermy (SWD) (Gambar 2.13). dapat dipakai sebagai terapi tambahan, digunakan bersama latihan fisik, dan obat-obatan. Efek yang diharapkan adalah relaksasi otot dan berkurangnya nyeri dan memperkuat struktur sekitar sendi untuk menunjang sendi 7. Pemilihan jenis terapi disesuaikan dengan respons individu dan proses akut/kronik. 14
Gambar 2.13. Modalitas Fisioterapi Diatermi (a) Microwave diathermy (MWD); (b) Short wave diathermy (SWD); (c) Transcutaneous Electrical Nerve Stimulators (TENS)
22
Tabel 2.7 Modalitas Diatermi.
Definisi
Shortwave Diathermy (SWD) Salah satu modalitas terapi panas (deep heat therapy) yang digunakan secara klinis sebagai aplikasi trepeutik yang menggunakan aliran frekuensi tinggi gelombang elektro-magnetik
Tujuan
Untuk terapi penyakit penyakit neuromuskuloskeletal dengan cara mem bangkitkan respon tubuh sehingga menimbulkan efek fisiologis akibat perubahan suhu.
Indikasi
1. Kondisi muskuloskeletal (tendinitis, tenosinovitis, bursitis, kapsulitis, dll) 2. Nyeri (leher, punggung bawah, miofasial, neuralgia post herpetik, dll) 3. Menurunkan spasme otot 4. Mingkatkan lingkup gerak sendi 5. Menurunkan edema kronis
Kontraindikasi
1. Precaution efek pemanasan secara umum: ₋ Inflamasi akut ₋ Kegagalan sirkulasi ₋ Gangguan perdarahan ₋ Bekas luka yang luas ₋ Gangguan sendorik ₋ Keganasan ₋ Gangguan kognitif dan komunikasi 2. Logam (perhiasan logam, pace makers, metallic intrauterine devices, surgical implants) 3. Lensa kontak mata 4. Kehamilan 5. Imaturitas skeletal
14
Microwave Diathermy (MWD) Salah satu bentuk radiasi elektromagnetik, berada di antara spektrum gelombang infrared dan SWD yang memberikan efek panas sehingga digunakan secara klinis sebagai modalitas terapi. Untuk terapi penyakit penyakit neuromuskuloskeletal dengan cara mem bangkitkan respon tubuh sehingga menimbulkan efek fisiologis akibat perubahan suhu.
1. Pemanasan otot dan sendi yang superfisial (pergelangan tangan dan lutut), mempercepat resolusi hematom dan hipertermia lokal pada pasien kanker. 2. Frekuensi rendah penetrasi lebih dalam dan lebih baik untuk pemanasan otot. 3. Efektif untuk lapangan terapi yang luas. 1. Precaution efek pemanasan secara umum: ₋ Inflamasi akut ₋ Kegagalan sirkulasi ₋ Gangguan perdarahan ₋ Bekas luka yang luas ₋ Gangguan sendorik ₋ Keganasan ₋ Gangguan kognitif dan komunikasi 2. Logam (perhiasan logam, pace makers, metallic intrauterine devices, surgical implants) 3. Kehamilan 4. Imaturitas
Ultrasound Diathermy (USD) Modalitas terapi menggunakan gelombang suara dengan frekuensi 1-3 MHz, sehingga menimbulkan efek getaran gelombang suara yang kemudian memberikan efek terapuetik.
1. Mengurangi spasme otot dan tendon 2. Mengurangi nyeri 3. Kondisi patologis lain yang memungkinkan zat kimia untuk masuk ke kulit melalui proses phonophoresis 1. Spasme neuromuskular 2. Scar tissue 3. Manajemen nyeri 4. Kontraktur
1. Keganasan 2. Kehamilan 3. Jaringan testikular 4. Infeksi akut 5. Jaringan yang rentan perdarahan 6. Jaringan iskemik berat 7. Trombosis vena 8. Area sekitar mata 9. Epifisis yang sedang tumbuh 10. Jaringna saraf yang terpapar (spina bifida, post laminektomi)
2.8.2.6 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan terlebih dahulu risiko dan keuntungannya. Pertimbangan dilakukan tindakan operatif bila : 1) Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi; 2) Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penanganan medikamentosa dan rehabilitatif. Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomy dan replacement joint.7,17
23
1. Realignment osteotomy Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan merubah sudut dari weightbearing . Tujuan : Membuat kartilago sendi yang sehat menopang sebagian besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan dengan ligamen atau meniscus repair.17 2. Arthroplasty Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang baru ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam high-density polyethylene. Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoartritis : 1) Partial replacement/unicompartemental ; 2) High tibial osteomy untuk orang muda; 3) Patella and condyle resurfacing ; 4) Minimally constrained total replacement untuk stabilitas sendi yang dilakukan sebagian oleh ligamen asli dan sebagian oleh sendi buatan; 5) Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang dan severe instability. 17 Indikasi dilakukan total knee replacement apabila didapatkan nyeri, deformitas, instability akibat dari Rheumatoid atau osteoartritis. Sedangankan kontraindikasi meliputi non fungsi otot ektensor, adanya dysfunction, Infeksi, Neuropathic Joint, Prior Surgical fusion.17
neuromuscular
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan
Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan pada satu sendi atau lebih, bersifat lokal, progresif dan degeneratif yang ditandai dengan perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik (kegagalan mekanisme protektif) dan biokimia. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia, terutama populasi di atas 65 tahun. Diagnosis osteartritis ditegakkan melalui tanda dan gejala klinis: usia tua, nyeri sendi yang bertambah dengan gerakan, kaku sendi, krepitasi pada gerakan aktif, tanda-tanda peradangan lokal hingga ditemukan deformitas sendi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain : pemeriksaan lokal, Range of Motion sendi, dan tes untuk melihat adanya tanda-tanda lokal (tes Brush dan tes Dancing) pemeriksaan rontgen sendi lutut untuk melihat perubahan bentuk sendi dan menilai derajat OA. Penatalaksanaan bertujuan untuk meredakan nyeri, mengoptimalkan fungsi sendi dan kualitas hidup, menghambat progresifitas dan mencegah komplikasi. Penatalaksanaan secara farmakologis dapat dilakukan dengan memberikan obat anti nyeri, antiinflamasi dan suplemen (sistemik, topikal, injeksi intra artikular). Sedangkan non farmakologis dapat dilakukan dengan latihan (latihan fleksibiltas, latihan kekuatan, latihan aerobik), terapi modalitas (termoterapi, hidroterapi dan elektroterapi). Pemilihan jenis terapi modalitas disesuaikan dengan respon individu dan proses akut/kronik. Pembedahan diindikasikan pada pasien yang mengalami deformitas
dengan gangguan mobilisasi dan nyeri yang tidak
membaik dengan terapi medikamentosa dan rehabilitatif. 3.2. Saran
Pada pasien osteoartritis yang terpenting adalah edukasi untuk proteksi sendi, psikosisial, penurunan berat badan bagi mereka yang mengalami obesitas dan latihan.
24
DAFTAR PUSTAKA 1. Dan LL, Anthony SF, Dennis LK, Stephen LH, J. Larry J, Joseph L. Osteoarthritis in Harrison’s Principles of Internal Medicine, 8th edition: Mc Graw Hill; 2013. 2. Eka PM. Tesis faktor-faktor resiko osteoartritis lutut. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007. 3. Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG. Estimates of the prevalence of arthritis and other rheumatic conditions in the United States, part II; 2008.58 (1): 26-35. 4. Dillon CF, Rasch EK. Prevalence of knee osteoarthritis in the United States: The Third National Health and Nutrition Examination Survey: J Rheumatol ; 2009. 33(11):2271 – 2279. 5. Fitriani L. Sendi lutut. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008. 6. Lynn SL. Clinical kinesiology and anatomy, 4th edition. Oregon: F.A. Davis Company; 2007. 7. David T. Osteoarthritis of the knee. The New England Journal of Medicine; 2007. 8. Iannone F, Lapadula G. The pathophysiology of osteoarthritis. Aging Clin Exp Res; 2007. 15(5):364 – 372. 9. Patricia MK, Reni HM, I Lukitra W. Osteoartritis dalam Pedoman diagnosis dan terapi Bag/SMF. Rehabilitasi Medik, edisi I. Surabaya: RSU. Dokter Soetomo; 2008. 10. Klaus B. Clinical test for the musculoskeletal system, 2nd edition. New York; Theime; 2008. 11. Daniel LS, Deborah H. Radiographic assessment American Family Physician; 2011. 64(2):279 – 286.
of osteoarthritis:
12. Jacobson JA. Radiographic evaluation of arthritis: Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology; 2008. 248(3):737 – 747. 13. Kasmir Y. Penatalaksanaan osteoartritis. sub-bagian reumatologi. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSUPN Cipto Mangunkusumo; 2009. 14. Angela BM. T, Luh KW, Rosiana PW, Julius A. Layanan kedokteran fisik dan rehabilitasi. Jakarta: PERDOSRI; 2013.
25
26
15. Kathryn B, Kenneth DOS, O’Rourke, Atul D. Joint aspiration and injection a look at the basic. BMJ; 2011. Vol. 2011.59:223-225. 16. Rachmah LA. Peran latihan fisik dalam manajemen terpadu osteoartritis. Yogyakarta: Uneversitas Negeri Yogyakarta; 2011. 17. Barrack L, Booth E. Orthopaedic Knowledge Update 3. Hip and Knee Reconstruction Chapter 16 : Osteoarthritis dan Arthritis Inflamatoric; 2008.