REFERAT MIKOSIS PARU
Penyaji Syarifah Rizka Maulida I1111205
!ara"u#$er dr% E&a 'ydia Mun(he) S*%P
KEPA!ITERAA! K'I!IK PU'MO'O+I RUMA, SAKIT UMUM -AERA, -R% A+OES -.AM PERIO-E /0 .A!UARI 25 FERUARI 201 FAKU'T FAKU'TAS AS KE-OKTERA! KE -OKTERA! U!I3ERSITA U!I3ERSI TAS S TA!.U!+PURA TA!.U!+PURA PO!TIA!AK 201
A I PE!-A,U'UA! A. Lata Latarr Belak Belakan ang g Penyakit infeksi masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia. Infeksi jamur paru atau mikosis paru dalam beberapa tahun terakhir semakin mendapat perhatian karena frekuensinya semakin meningkat. 1 Mikosis paru dapat ditemukan endemis di daerah Amerika, Afrika, Meksiko, Canada dan Australia. i Indonesia, angka kejadian infeksi jamur pada saluran nafas masih belum diketahui. alam kehidupan sehari ! hari, mikosis paru sering salah didiagnosis sebagai "uberkulosis #"B$ paru. %al ini terjadi karena kurangnya gejala klinis patognomonis dan karakteristik radiologi yang khas khas untuk penyakit ini serta tidak memadainya fasilitas pemeriksaan di laboratorium mikologi. & %al ini sangat merugikan pasien karena apabila infeksi jamur paru tidak diterapi dengan benar, akan dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada pasien yang bersangkutan dikarenakan pasien tidak menerima pengobatan yang sesuai dengan keadaan penyakitnya. ' (ejadian infeksi jamur paru akhir)akhir ini meningkat dan semakin sering dilaporkan. alam dua dekade terakhir, infeksi jamur paru meningkat seiring meningkatnya jumlah pasien dengan keadaan imunosupresi seperti %I* dan "B. + %al ini didukung dengan data dari - Persahabatan, akarta, dimana mikosis paru paling sering ditemukan pada pasien dengan "B paru dan ri/ayat pernah menderita "B Paru.0 Cepatnya pertumbuhan jamur ini diakibatkan oleh ara penggunaan obat yang modern, terutama penggunaan antibiotik berspektrum luas atau kombinasi berbagai antibiotik, penggunaan penggunaan kortikosteroid dan obat immunosupresif lainnya, serta faktor predisposisi yaitu penyakit kronik dan keganasan. Angka kekerapan mikosis paru di dunia dan di Indonesia belum diketahui seara pasti, hal ini akibat sulitnya mendiagnosis mikosis paru karena permasalahannya adalah gambaran klinis maupun radiologik penderita penderita mikosis paru tidak khas. -elain itu, sediaan apus sputum, biakan biakan jamur, pemeriksaan histologik paru, dan uji serologik pun kadang hasilnya membingungkan sehingga pengobatan infeksi jamur paru sering terlambat.2 iketahui ada beberapa spesies
jamur yang dapat menginfeksi manusia, namun penyebab infeksi pada paru)paru 345 adalah Aspergilus fumigatus. amur oportunistik yang paling sering menyebabkan infeksi jamur in6asif adalah Candida albicans, Candida spp., dan Aspergillus spp. Penelitian terhadap bilasan bronkus pada penderita tuberkulosis paru yang telah sembuh di - %aji Adam Malik Medan didapatkan 11 kasus #&1,05$ jamur paru dari +4 penderita yang terdiri atas Candida sp. 7 penderita #2',25$, Aspergillus fumigatus ' penderita #&7,'5$, dan Aspergillus niger seorang penderita #3,15$. ari penelitian ini, gejala klinis yang paling sering terjadi pada kasus infeksi jamur positif adalah batuk kronik yang berdahak dan batuk darah.7 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kultur sputum pasien yang positif tuberkulosis paru kronik yang telah mendapatkan pengobatan, didapatkan bah/a dari 044 pasien dijumpai &44 pasien yang menderita infeksi jamur #+25$. enis jamur yang terbanyak adalah Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger, Histoplasma capsulatum, dan Cryptococcus neoforman.8 Aspergillus fumigatus dan kelompok Mucor paling sering menapai susunan saraf pusat mele/ati paru sekitar 045. Angka kematian akibat penyakit ini ukup tinggi, yaitu '4!+45 serta insidensinya meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan penurunan daya tahan tubuh. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa meningitis dan proses desak ruang #abses atau kista$.3
A II TI!.AUA! PUSTAKA
A. efinisi Mikosis paru adalah gangguan paru yang disebabkan oleh infeksi9kolonisasi jamur atau reaksi hipersensitif terhadap jamur.14 B. (lasifikasi Mikosis pada paru tergolong kedalam infeksi jamur sistemik. Penyakit infeksi jamur sistemik dapat disebabkan oleh dua kelompok jamur, yaitu kelompok jamur patogen dan kelompok jamur oportunistik. a mur patogen adalah jamur yang dapat mengin6asi dan berkembang pada jaringan host normal tanpa ada faktor predisposisi. Infeksi jamur golongan patogen yang sering terjadi pada paru umumnya disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Paracoccidioides brasillensis, Blastomyces dermatitidis dan Cryptococcus neoformans.2 Infeksi jamur golongan jamur oportunistik merupakan infeksi jamur yang pada keadaan normal bersifat non)patogen, namun berpotensi berubah menjadi patogen apabila keadaan tubuh melemah karena mekanisme pertahanan tubuh yang terganggu. Infeksi jamur oportunistik lebih sering terjadi dibandingkan infeksi jamur patogen sistemik. Infeksi ini biasanya ditemukan pada pasien penderita defisiensi sistem imun tubuh atau pada pasien dengan keadaan umum yang lemah. Infeksi jamur oportunistik yang sering terjadi pada paru berupa kandidiasis paru dan aspergillosis paru. 2 (andidiasis paru merupakan infeksi jamur pada paru yang disebabkan oleh jamur Candida albicans maupun Candida sp. lainnya , dan aspergillosis paru adalah infeksi jamur pada paru yang disebabkan oleh infeksi Aspergillus fumigatus dan Aspergillus sp. lainnya.11
C. iagnosis 1. Anamnesis
(eluhan pasien mikosis paru mirip dengan keluhan penyakit paru pada umumnya, tidak ada keluhan yang patognomonik. Perlu anamnesis lebih teliti pada pasien dengan keadaan sebagai berikut:14 Pasien yang memiliki kondisi imunosupresi #neutropenia berat, • •
keganasan darah, transplantasi organ atau kemoterapi$ Penggunaan jangka panjang alat)alat kesehatan in6asif #6entilator mekanik, kateter 6ena sentral dan perifer, kateter urin, kateter
•
lambung, water sealed drainage, dll$ Pasien dengan kondisi imunokompromis akibat penggunaan jangka panjang antibiotika berspektrum luas, kortikosteroid, obat
•
•
imunosupresi Penyakit kronik seperti keganasan rongga toraks, PP;(, bronkiektasis, luluh paru, sirosis hati, insufisiensi renal, diabetes
•
adenopati Pasien dengan manifestasi mikosis kulit berupa lesi eritema
nodosum pada ekstremitas ba/ah terutama di daerah endemik Pasien terpajan atau setelah bepergian ke daerah endemik • &. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisis, mikosis paru sulit dibedakan dengan penyakit paru lain, tergantung pada kelainan anatomi yang terjadi pada paru.14 '. Pemeriksaan penunjang adiologi •
+a#$ar 1% Fungus ball 14 •
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium mikologi merupakan prosedur
diagnosis mikosis paru yang sangat penting. (ualitas pemeriksaan ini ditentukan oleh pemilihan, pengumpulan serta ara pengiriman bahan klinik #spesimen$ yang baik. Penanganan spesimen yang tidak memadai dapat mengakibatkan ketidaktepatan diagnosis. -pesimen dapat diambil dari sputum, bilasan bronkus, kurasan bronkoal6eolar #BAL$, jaringan biopsi, darah, airan pleura, pus, dll.14 -pesimen harus diletakkan dalam /adah steril yang tertutup rapat, tanpa bahan penga/et dan dilabel dengan baik. -elanjutnya spesimen dikirim ke laboratorium dalam /aktu paling lama dua jam setelah prosedur pengambilan. Bila tidak memungkinkan segera diproses dalam dua jam, spesimen dapat disimpan dalam suhu + 4C. -pesimen yang disimpan terlalu lama dapat menurunkan keberhasilan pemeriksaan.14 -putum sebaiknya diambil pagi hari sebelum makan, dilakukan tiga hari berturut)turut. Pasien harus berkumur dengan air matang
sebanyak &)' kali, selanjutnya berusaha mengeluarkan sputum dengan membatukkannya. Induksi sputum lebih dianjurkan karena lebih merepresentasikan spesimen saluran napas ba/ah9paru. umlah sputum yang diperlukan sekitar 14)10 ml. Bilasan bronkus atau BAL memiliki arti klinik lebih tinggi dibandingkan sputum, tetapi prosedur pengambilannya lebih sulit. -pesimen tersebut dikirim dalam semprit steril tanpa bahan penga/et atau diberi sedikit larutan garam faal bila jumlahnya sangat sedikit. -pesimen yang berasal dari airan pleura, pus maupun eksudat dapat diambil dengan semprit steril dan langsung dikirim tanpa penambahan airan atau bahan penga/et. aringan hasil biopsi memiliki arti klinik paling tinggi karena penemuan jamur dalam jaringan dapat memastikan diagnosis mikosis. -pesimen biopsi sebaiknya diambil dari tengah dan tepi lesi, selanjutnya diletakkan di antara kasa steril yang sedikit dibasahi dengan larutan garam faal sekedar untuk menegah kekeringan. angan diberi bahan penga/et karena akan mematikan jamur dalam jaringan sehingga tidak dapat dilakukan proses pembiakan serta uji kepekaan jamur terhadap obat antijamur. -pesimen darah untuk pemeriksaan serologi sebanyak &,0)0 ml diambil dengan semprit steril tanpa bahan penga/et lalu dikirim seepatnya ke laboratorium. =ntuk biakan darah saja, diperlukan 0)14 ml darah dan sebaiknya diberi antikoagulan. Pengiriman spesimen harus disertai keterangan klinis pasien seukupnya dan permintaan yang jelas. %al itu akan mempermudah staf laboratorium mengarahkan pemeriksaan yang diperlukan dan menghindari kesalahan interpetasi hasil pemeriksaan. Metode laboratorium untuk mendiagnosis mikosis paru dilakukan melalui tiga pendekatan penting yaitu: pemeriksaan mikroskopik, isolasi dan identifikasi jamur pada biakan serta deteksi
respons serologis terhadap jamur atau penandanya. Prosedur diagnostik berdasarkan deteksi deoxyribonucleic acid #>A$ jamur saat ini sedang dikembangkan. Biakan spesimen maupun hasil biopsi jaringan masih menjadi baku emas diagnosis mikosis paru. Pemeriksaan uji kepekaan jamur terhadap obat perlu dilakukan untuk menentukan pemilihan obat antijamur yang tepat atau e6aluasi terapi. %asil pemeriksaan sputum yang positif mengandung jamur Aspergillus fumigatus lebih banyak ditemukan menggunakan metode PC dibanding dengan metode kultur. engan teknik PC didapat '0 sampel #235$ hasilnya positif, sedangkan dengan teknik kultur didapatkan &3 sampel #075$ yang hasilnya positif. Pada penelitian ini, semua hasil kultur yang positif Aspergillus fumigatus maka hasil PC juga positif terdapat pita di &'2 bp. "erdapat 2 sampel yang hasil kulturnya negatif, namun hasil PC positif dan tidak ada hasil PC negatif dengan hasil kulturnya positif. Perbedaan hasil antara PC dan kultur dapat disebabkan oleh sensiti6itas PC yang tinggi. engan PC, satu organisme jamur sudah dapat terdeteksi. %asil negatif pada pemeriksaan PC karena tidak terdeteksinya satupun organisme jamur pada sputum yang diperiksa. %asil negatif pada kultur dapat juga disebabkan oleh jamur yang mati atau tidak berhasil tumbuh dengan baik pada media. Pada kultur sputum, selain jamur Aspergillus fumigatus pada beberapa sampel tumbuh juga jenis jamur lain seperti Aspergillus niger . >amun, dengan PC semua sampel yang positif Aspergillus niger tidak memberikan hasil yang positif karena primer yang digunakan spesifik untuk Aspergillus fumigatus. ari penelitian yang dilakukan untuk pemeriksaan jamur di Indonesia ternyata masih memakai sistem kultur yang merupakan gold standard untuk pemeriksaan jamur. Metode ini membutuhkan /aktu yang lama untuk membiakkan jamur selama #?14 hari$, sedangkan dengan PC hasilnya didapatkan dalam /aktu 1!& hari. Pada beberapa penyakit
diperlukan diagnosis yang epat seperti pada penyakit meningitis, %I*9AI-, dan imunokompromais lainnya sehingga lebih efektif bila menggunakan PC /alaupun biayanya lebih mahal daripada kultur.1& -ia4n"i" Mik"i" Paru Faktor pejamu
n a g n i r a j i s p o i B
Kriteria klinis +
Faktor pejamu
+
Mikologi
=
Probable
Kriteria klinis Negatif atau tidak dilakukan = Possibble
+
+
Faktor pejamu
Kriteria klinis
Mikologi
+
+
=
Proven
1. (riteria diagnosis proven •
itemukan faktor pejamu dan gambaran klinis dan
•
%asil pemeriksaan mikologi positif sebagai berikut:
Pemeriksaan histologi atau sitokimia menunjukkan elemen jamur positif dari hasil biopsi atau aspirasi disertai bukti kerusakan jaringan #seara mikroskopik atau radiologi$ a(au
Biakan positif dari spesimen yang berasal dari tempat steril serta seara klinis dan radiologi meunjukkan kelainan9lesi yang sesuai dengan infeksi a(au Pemeriksaan
mikroskopik9antigen
Cryptococcus
dan
likuor
serebrospinal #L--$. &. (riteria diagnosis probable •
Paling sedikit terdapat satu kriteria faktor pejamu dan
•
-atu kriteria klinis mayor atau dua kriteria klinis minor pada lokasi lesi abnormal yang sesuai dengan kondisi infeksi seara klinis atau radiologi dan
•
Satu kriteria mikologi.
'. (riteria diagnosis possible
•
Paling sedikit terdapat satu kriteria faktor pejamu dan
•
-atu kriteria klinis mayor atau dua kriteria klinis minor dan lokasi lesi abnormal yang sesuai dengan kondisi infeksi seara klinis atau radiologi. (an*a kriteria mikologi a(au hasil pemeriksaan mikologi negatif.
Ta$el 1% Kri(eria fak(r *eja#u) 4a#$aran klini" dan ha"il *e#erik"aan #ikl4i14
(riteria @aktor pejamu
eskripsi >eutropenia #neutrofil 0449mm' selama 14 hari$ • •
Menerima transplantasi sumsum tulang alogenik
•
Menerima terapi kortikosteroid jangka panjang dengan rerata dosis minimal setara prednison 4,' mg9kg9hari selama ' minggu
•
Menerima terapi imunosupresan sel)" misalnya siklosporin, penyekat ">@)alfa, antibodi monoklonal spesifik #misalnya alemtuumab$, atau analog nukleosida dalam 34 hari terakhir.
•
Mengalami imunodefisiensi primer berat #misalnya penyakit
granulomatosa kronik atau imunodefisiensi berat lainnya$ Mayr "erdapat salah satu dari tiga kondisi berikut pada C")san: lesi padat dengan atau tanpa halo sign, aircrescent sign atau ka6itas. Minr
•
itemukan elemen jamur kapang dari spesimen sputum BAL, bilasan bronkus, aspirat sinus
•
Pertumbuhan jamur kapang dalam medium biakan
Pemeriksaan tidak langsung
Aspergilosis:
antigen galaktomanan terdeteksi dalam
plasma, serum, BAL atau L-
Penyakit jamur in6asif selain kriptokokus dan igomikosis: beta) glucan terdeteksi dalam serum
. Penatalaksanaan Penatalaksanaan mikosis paru berkaitan erat dengan: jenis jamur, status imun pejamu, lokasi infeksi, kepekaan jamur terhadap obat, terapi antijamur sebelumnya, penanganan sumber infeksi dan faktor risiko. Penatalaksanaan ini terdiri atas medikamentosa dan bedah. "erapi medikamentosa dilakukan dengan memberikan obat antijamur #;A$, yang terdiri atas beberapa golongan obat: 14 •
golongan polien
•
golongan alilamin
•
golongan flusitosin
•
golongan aol
•
golongan ekinokandin
;bat anti jamur dapat diberikan sebagai: terapi profilaksis, empiris, pre emptive #targeted prophylaxis$, dan definitif. 14 1% Tera*i *rfilak"i" Pemberian ;A kepada pasien dengan faktor risiko, tanpa tanda infeksi,
dengan tujuan menegah timbulnya infeksi jamur. "erapi profilaksis biasanya diberikan pada a/al periode risiko tinggi terkena infeksi. 2% Tera*i e#*irik Pemberian ;A kepada pasien dengan faktor risiko, disertai tanda infeksi #misalnya persisiten dengan neutropenia biasanya selama +)7 hari$ yang etiologinya belum diketahui dan tidak membaik setelah tearpi antibiotika
adekuat selama ')7 hari. "erapi empirik diberikan kepada pasien dengan diagnosis possible. /% Tera*i pre-emptive 6targeted prophylaxis7 Pemberian ;A kepada pasien dengan faktor risiko, disertai gejala klinis, dan hasil pemeriksaan radiologi dan atau laboratorium yang menurigakan infeksi jamur. "erapi preemptive diberikan kepada pasien dengan diagnosis probable. 8% Tera*i defini(if Pemberian ;A kepada pasien yang terbukti # proven$ mengalami infeksi jamur sistemik. Pembedahan merupakan terapi definitif aspergiloma terutama pada kasus aspergiloma tunggal. Pada pasien dengan hemoptisis ringan dilakukan bed rest, postural drainage atau terapi simtomatik lain. Pada pasien dengan hemoptisis berulang atau hemoptisis masif, pembedahan dilakukan dengan mempertimbangkan risiko9toleransi operasi. ika toleransi operasi tidak memungkinkan, dipertimbangkan embolisasi, atau pemberian antijamur transtorakal)intraka6itas.
Lama pemberian pengobatan mikosis paru tergantung kepada jenis jamur dan ;A yang diberikan. D6aluasi pengobatan harus dilakukan untuk melihat respons obat dan toksisitas yang ditimbulkan ;A. "oksisitas obat dinilai dari klinis, misalnya mual muntah, ikterus dan pemeriksaan fungsi hati #terutama bila mendapat ;A golongan aol$, fungsi ginjal #terutama bila mendapat ;A golongan polien$. "abel 1 menunjukkan kriteria respons terapi ;A "abel &. espons terapi ;A Luaran klinis, respons Suk"e"
(riteria
espons komplit
Membaik selama periode pengamatan, resolusi semua gejala klinis dan kelainan radiologi, serta bukti mikologi #eradikasi jamur$.
espons parsial
Membaik selama periode pengamatan, perbaikan gejala klinis dan kelainan radiologi, serta bukti biakan jamur steril atau penurunan beban9jumlah jamur yang ditentukan seara kuantitatif dengan petanda laboratorium.
+a4al
espons menetap # stable$
Membaik selama periode pengamatan, perbaikan minor atau tanpa perbaikan dalam penyakit jamur, tetapi tidak ada bukti progresif berdasarkan kriteria klinis, radiologis dan laboratoris.
Progresif
Bukti progresi6itas penyakit berdasarkan kriteria klonis, radiologis dan laboratoris.
(ematian
(ematian dalam periode pengamatan oleh sebab apapun.
O$a( An(i .a#ur10
1.
-elanjutnya diperkenalkan Am)B dalam formulasi lain yang memiliki spektrum akti6itas luas dan toksisitas lebih keil, yaitu: amfoterisin)B liposomal #Ambisome$ dan kompleks lipid amfoterisin)B #Abelet$. osis standar Am)B formula lipid adalah ')2 mg9kgBB9hari. "oksisitas yang dapat terjadi pada pemberian Am)B meliputi nefrotoksisitas termasuk gagal ginjal akut, toksisitas hematologi, reaksi terkait infus #misalnya demam, menggigil, sakit kepala, mual, muntah$ dan gangguan elektrolit #misalnya hipokalemia, hipomagnesemia, hipernatremia, asidosis metabolik$. Pemberian infus lambat #biasanya lebih dari + jam$ dan premedikasi dengan antipiretik, antihistamin dapat dilakukan untuk menegah reaksi terkait)infus. Pemberian infus garam fisiologis sebelum terapi dapat menurunkan nefrotoksisitas yang diinduksi obat. =ntuk meminimalkan nefrotoksisitas, dapat dipilih Am)B formula lipid, s erta mengoreksi kelainan elektrolit misalnya hipokalemia dan hipomagnesemia. Pada pasien de/asa tanpa neutropenia, AmB diberikan sampai 1+ hari setelah hasil terakhir kultur darah negatif dan terdapat perbaikan klinis.
"abel 1. Indikasi dan dosis amfoterisin)B Sediaan A#f(eri"in dek"ikla( 6Fun4izne7
Indika"i
Aspergilosis in6asif, blastomikosis, kandidosis, koksidioidomikosis,
-"i"
4.&0!1 mg9kg9hari
mukormikosis, basidiobolus, onidiobolus
%istoplasmosis, sporotrikosis
4.7!1 mg9kg9hari
(riptokokus ringan)sedang atau non)--P
4.0!1 mg9kg9hari
4.7!1 mg9kg9hari (riptokokosis berat atau --P
Meningitis kriptokokal #E%I*$
4.7 mg9kg9hari
Infeksi jamur in6asif pada pasien yang refrakter atau intoleran terhadap terapi amfoterisin)B kon6esional
0 mg9kg9hari
K#*lek" li*id a#f(eri"in 6A$el9e(7
A#f(eri"in li*"#al 6A#$i"#e7
"erapi empiris pada pasien demam, netropenia, dan diduga mengalami infeksi jamur
' mg9kg9hari
Meningitis kriptokokal #E %I*$ Infeksi Aspergillus sp., Candida sp., dan atau Cryptococcus sp.
A#f(eri"in colloidal dispersion 6A#*h(e97
Aspergilosis in6asif pada pasien dengan gangguan ginal atau tidak dapat menerima toksisitas amfoterisin)B kon6ensional dalam dosis efektif dan pada pasien dengan aspergilosis in6asif yang mengalami kegagalan dengan terapi amforeisin)B kon6esional sebelumnya.
2 mg9kg9hari
'!0 mg9kg9hari
'!+ mg9kg9hari
>istatin, seara struktural mirip dengan amfoterisin B, namun tidak diberikan parenteral karena toksisitasnya. >istatin biasanya bersifat fungistatik seara in vivo tetapi dapat juga bersifat fungisida pada konsentrasi tinggi atau terhadap organisme yang sangat peka. ;bat itu tersedia dalam bentuk oral maupun topikal, dan tidak memiliki interaksi obat yang signifikan karena hampir tidak diserap dalam usus. Dfek samping jarang terjadi, tetapi dalam dosis yang besar dapat menimbulkan mual, muntah, diare, dan nyeri perut. &.
adalah dalam bentuk obat topikal yang biasa digunakan untuk mikosis superfisial.
'. @lusitosin "urunan pirimidin ini aktif terhadap infeksi Candida, Cryptococcus. Cara kerjanya dengan mengganggu sintesis asam nukleat. Mudah mengalami resistensi. Absropsi oral baik, tF + jam, diekskresi dalam urin. ;bat ini terdistribusi baik dalam --P dan dapat dikombinasikan dengan amfoterisin) B untuk infeksi jamur sistemik. Dfek samping meliputi: netropenia, trombositopenia. Perlu dilakukan penga/asan terhadap kemungkinan terjadinya gangguan fungsi ginjal. ;bat ini tidak tersedia di Indonesia.
+.
-
imidaol #misalnya klotrimaol, mikonaol dan ketokonaol$ triaol #flukonaol, itrakonaol, 6orikonaol dan posakonaol$.
Cara kerja obat golongan aol adalah dengan mengganggu sintesis ergosterol, suatu komponen penting dalam membran sel jamur. Dfek ini terjadi melalui penghambatan enim lanosterol 1+)G demetilase yang berperan mengubah lanosterol menjadi ergosterol, sehingga terjadi gangguan struktur dan fungsi normal membran sel. -elanjutnya pertumbuhan jamur akan terhambat #efek fungistatik$, meskipun beberapa penelitian in vitro melaporkan efek fungisidal itrakonaol dan 6orikonaol terhadap Aspergillus spp pada dosis standar. ;bat golongan aol pada umumnya ditoleransi baik oleh tubuh. Dfek samping yang pernah dilaporkan adalah gangguan gastrointestinal #misalnya mual, muntah, diare$, hepatotoksisitas #transaminitis sampai hepatitis, kolestasis$. ;bat golongan aol tidak boleh diberikan pada perempuan hamil #kategori C$. ;bat golongan aol dimetabolisme melalui sistem enim sitokrom P)+04, sekaligus merupakan inhibitor poten s itokrom P)+04 yang memungkinkan terjadinya interaksi dengan berbagai obat terutama imunosupresan, misalnya statin, beno)diaepin, dll$. a. Imidaol
(lotrimaol dan mikonaol tersedia dalam berbagai sediaan obat topikal seperti krim, losio, sampo, tablet 6agina, tablet isap, dan solusio yang terutama digunakan untuk terapi kandidosis 6agina dan mukokutan. (etokonaol merupakan antijamur golongan aol bentuk oral pertama yang tersedia untuk terapi infeksi jamur superfisial maupun sistemik. ;bat itu mempunyai akti6itas terhadap berbagai spesies Candida, dermatofit, Malasse$ia furfur , dan beberapa jamur dimorfik #misalnya Blastomyces dermatitidis dan Coccidioides spp$. Penyerapan ketokonaol di saluran erna akan lebih baik bila disertai dengan minuman asam seperti soda berkarbonasi. Perlu diperhatikan efek samping ketokonaol terhadap hati #hepatotoksik$ serta interaksi signifikan dengan obat)obat lain sehingga penggunaannya sangat dibatasi. b. "riaol @lukonaol, merupakan triaol generasi pertama, memiliki spektrum akti6itas lebih luas, bioavailability hampir 144 5 karena tidak mengalami firstpast metabolism, dan penyerapannya tidak dipengaruhi asam lambung. @lukonaol aktif terhadap hampir semua Candida spp #keuali C. %rusei dan C. glabrata$, Cryptococcus neoformans, beberapa jamur dimorfik, M. furfur , Prototheca, serta dermatofit. @lukonaol tersedia dalam sediaan oral #dosis 04 mg dan 104 mg$ maupun intra6ena #dosis &44 mg$. @lukonaol merupakan penghambat isoenim CHP&C3, CHP&C13, dan CHP'A+, sehingga penggunaannya harus memperhatikan kemungkinan interaksi obat dengan obat lain. ;bat ini juga dapat memasuki airan otak dengan baik. Itrakonaol, biasanya diberikan seara oral #sediaan intra6ena tidak tersedia di Indonesia$. -pektrum akti6itasnya mirip dengan flukonaol, tetapi juga memiliki akti6itas terhadap Aspergillus spp, golongan dematiaceae #misalnya Alternaria, Bipolaris, Curvularia$ serta "porothrix schenc%ii. Itrakonaol tidak efektif terhadap !ygomycetes dan &usarium spp. Pemberian itrakonaol sebaiknya dihindari pada pasien dengan gagal jantung karena efek inotropiknya, terutama pada pasien yang menerima dosis oral harian total +44 mg. Pemberian kapsul oral itrakonaol harus diminum bersamaan dengan makanan9minuman asam #berkarbonasi$ untuk meningkatkan penyerapannya. *orikonaol, diperkenalkan pada tahun &44&, memiliki spektrum akti6itas yang luas terhadap Aspergillus spp termasuk Aspergillus terreus yang resisten terhadap amfoterisin)B, galur resisten Candida spp, &usarium spp, "cedosporium apiospermum, 'richosporon spp, serta berbagai golongan kapang. Akti6itas 6orikonaol dilaporkan tidak efektif terhadap jamur
golongan !ygomycetes. *orikonaol tidak memerlukan lingkungan asam untuk penyerapannya sehingga bioavailability)nya lebih baik dibandingkan dengan ketokonaol atau itrakonaol. *orikonaol sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 1)& jam setelah makan karena makanan tinggi lemak dapat menurunkan absorpsinya. Dfek samping yang dapat ditemukan misalnya gangguan pengihatan sementara #fotofobia, penglihatan kabur, atau perubahan /arna$ serta halusinasi. Dkskresi 6orikonaol tidak terpengaruh pada keadaan gagal ginjal, tetapi sediaan parenteral memerlukan dosis penyesuaian pada kasus kerusakan ginjal, dan tidak boleh diberikan pada pasien dengan bersihan kreatinin #CrCl$ 04 ml9menit. *orikonaol dikaitkan dengan interaksi beberapa obat #rifampisin, barbiturat, karbamaepin dapat menurunkan konsentrasi 6orikonaol$, hal itu terutama disebabkan oleh inhibisi 6orikonaol terhadap CHP&C13, CHP&C3, dan CHP'A+. *orikonaol tersedia dalam bentuk tablet9suspensi oral dan airan intra6ena. Metabolisme obat ini berlangsung di hati, sedangkan eliminasinya di ginjal. Posakonaol, merupakan antijamur golongan aol terbaru, diperkenalkan pada tahun &442. ;bat itu memiliki akti6itas antijamur luas, termasuk terhadap Candida spp yang resisten terhadap golongan aol sebelumnya, maupun $ygomycetes. Posakonaol hanya tersedia dalam sediaan oral yang memiliki bioavailability rendah, tetapi bila diberikan bersamaan dengan makanan berkadar lemak tinggi, bioavailability posakonaol akan meningkat +445. Dfek samping yang paling sering ditemukan adalah gangguan saluran erna dan peningkatan kadar enim hati. "abel &. Indikasi dan dosis obat golongan aol O$a(
Indika"i
-"i"
@lukonaol #oral, intra6ena$
(andidosis orofarings
(oading dose&44 mg, lalu 144)&44 mg9hr, selama 7)1+ hari
(andidosis esophagus
+44 mg loading dose,lalu &44)+44 mg9hr, selama 1+)&1 hari
Meningitis kriptokokosis
"erapi induksi, dilanjutkan dosis konsolidasi +44 mg9hr, lalu dosis rumatan &44 mg9hr
-"i" *enye"uaian 4injal
CCL 04 ml9min: loading dose, lalu dosis 045 %emodialisis: diberikan dosis harian 1445 #sesuai indikasi$ setiap kali selesai %
-"i" *enye"uaian ha(i
Belum ditentukan
Itrakonaol #hanya oral$
%istoplasmosis9 blastomikosis9 koksidoidomikosi s
+44)844 mg9hr
(andidosis in6asif9kandidemi a
(oading dose 844 mg, lalu +44 mg9hr
(andidosis orofarings atau esofagus
&44 mg9hr
%istoplasmosis 9 blastomikosis
&44)+44 mg9hr #dalam dosis terbagi bila &44 mg9hr$
(oksidioidomiko sis
+44)244 mg9hr dalam & dosis terbagi
*orikonaol #oral atau intra6ena$
(oading dose #J & dosis$: Intra6ena ! 2 mg9kg tiap 1& jam.
CCL 14 ml9min: dosis 045
Belum ditentukan
%: 144 mg tiap 1&)&+ jam
CCL 04 ml9min: pemberian oral lebih dianjurkan
;ral)+44 mg tiap1& jam
ChildPugh Class A or B: dosis rumatan 045 ChildPugh Class C: belum ditentukan
osis rumatan Intra6ena) ')+ mg9kg tiap 1& jam ;ral ! &44 mg tiap 1& jam Posakonaol #oral$
Profilaksis infeksi jamur in6asif
&44 mg, 'J sehari
(andidosis orofarings
144 mg &J sehari# J & dosis$, lalu 144 mg9hr selama 1' hr
(andidosis orofarings yang refrakter thd flukonaol dan9atau itrakonaol
+44 mg &J sehari #lama pemberian ber6ariasi tergantung respons pasien$
Belum diketahui
Belum ditentukan
0.
itu penting dalam produksi glukan #komponen penting dinding sel jamur$ yang mengakibatkan ketidakstabilan osmotik sehingga sel jamur tidak dapat mempertahankan bentuknya dan berujung pada kematian jamur.
S*ek(ru#
-"i"
Adverse Reactions
In(erak"i
Ke(eran4an
Ak(i&i(a" Ka"*fun4in
O$a(
Candida ,
I*: '0)74 mg9hari
Aspergillu s
Mikafun4in
Candida,
•
Aspergillu s
•
•
Anidulafun4in
Candida,
•
Aspergillu s •
(andidosis esofagus I*:104 mg9hari. Profila%sis %-C" I*: 04 mg9hari.
-iklosporin, rifampin
Penurunan dosis diperlukan pada kasus gangguan hati sedang
"idak ada interaksi obat utama
"idak diperlukan dosis penyesuaian
"idak ada interaksi obat utama
"idak diperlukan dosis penyesuaian
(andidemia atau kandidosis in6asif I*: 144mg9hari (andidosis esofagus I*: 144 mg hari ke)1, dilanjutkan 04 mg9 hari (andidemia I*: &44 mg hari ke)1, dilanjutkan 144mg9 hari
arang terjadi adverse reactions
Al4ri(#a Pena(alak"anaaan Mik"i" Paru 14 4ejala! faktor risiko Fungus ball
F)T) T)K2
$esi lain
)perasi "bila mungkin% CT-san! +)#* induksi sputum! bronkoskopi "B#$%! biopsi! TTN#! pemeriksaan
an! pemeriksaan lain termasuk pemeriksaan mikologi "kon(rmasi jamur%3
Bila operasi tidak mungkin F& "+% 'nfeksi "-% Possible in 'nfeksi "-%
Probable
Proven
Pro(laksis Terapi empirik Terapi pre-emptive Terapi de(nitif
valuasi respons
"+%
)#*
1saakan tatalaksana invasif minimal "kevemostomi! kavemoplasti%
Terapi )#*
"-%
)#* sesuai jenis jamur
valuasi toksisitas dan respons terapi
)#* sampai faktor risiko teratasi )#* dilanjutkan .. /-0 minggu , minggu setela perbaikan klinis! radiolo
A III KESIMPU'A!
1. Mikosis paru adalah gangguan paru yang disebabkan oleh infeksi9kolonisasi jamur atau reaksi hipersensitif terhadap jamur &. (ejadian mikosis paru semakin meningkat seiring dengan peningkatan penyakit -indrom Imunodefisiensi Akut #-IA$ dan keganasan. @aktor predisposisi lainnya yaitu pemakaian obat)obat kortikosteroid, imunosupresif, sitostatistika. '. Penatalaksanaan mikosis paru terdiri atas medikamentosa dan bedah.
-AFTAR PUSTAKA
1. jojodibroto . espirologi #respiratory mediine$. akarta: Penerbit D
14. oaliyani A, usuf A, %udoyo A, >a/as A, -yahruddin D, Burhan D, et al. Mikosis Paru. akarta: Perhimpunan okter Paru Indonesia, &411. 11. Brooks, @., Brooks, <.@., Carroll, (.C., Butel, .-. and Morse, -. +awet$ Melnic% ; Adelbergs medical microbiology 2) . &0th edn. akarta: Do. &, uni &412