1
BAB I PENDAHULUAN
Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), Disease (GOLD), PPOK adalah penyakit dengan karakteristik keterbatasan saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible. Keterbatasan saluran napas tersebut biasanya progresif dan berhubungan dengan respons inflaasi dikarenakan bahan yang erugikan atau gas. gas. Peny Penyak akit it paru paru obst obstru rukt ktif if kron kronik ik eru erupa paka kan n peny penyak akit it siste sisteik ik yang yang epunyai hubungan antara keterlibatan etabolik, otot rangka dan olekuler genetik. Keterbatasan aktivitas erupakan keluhan utaa penderita PPOK yang sangat epengaruhi kualitas hidup. Disfungsi otot rangka erupakan hal utaa yang berperan dala keterbatasan keterbatasan aktivitas aktivitas penderita penderita PPOK. !nflaasi !nflaasi sisteik, sisteik, penurunan berat badan, peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan depresi erupakan anifestasi sisteik PPOK. " .
PPOK eru erup pakan sa salah sat satu pen penyakit tidak en enular ut utaa, yan yang aga agak
#arang terekpose karena kurangnya inforasi yang diberikan. Di $erika %erikat data tahun &'' enun#ukkan baha prevalensi PPOK sebesar "',"* (%+ ,-) pada lakilaki sebesar "",-* (%+ ,) dan untuk perepuan -,/* (%+ /,-). %edangkan ortalitas enduduki peringkat keepat penyebab terbanyak yaitu "-,0 per "''.''' penduduk pada tahun "" dan angka keatian ini eningkat 1&,* 1&,* dari dari tahun tahun " " sapai sapai "". "". %edang %edangkan kan preval prevalensi ensi PPOK PPOK dinega dinegara2 ra2 negara negara $sia 3enggara enggara diperkirak diperkirakan an 0,1* dengan prevalensi prevalensi tertinggi tertinggi terdapat terdapat di 4ietna (0,*) dan 5hina (0,/*). " PPOK sendiri terdiri dari 1 #enis, antara lain efisea paru, bron6hitis kronik, dan penyakit saluran napas perifer. +fisea adalah penyebab utaa orbiditas dan ortalitas pada pasien PPOK di seluruh dunia. +fisea ditandai oleh oleh udara2 udara2rua ruang ng pebes pebesaran aran,, diserta disertaii dengan dengan perusa perusakan kan strukt struktur ur parenk parenki. i. Pee Pee6ah 6ahan an atr atrik ikss ekstr ekstrase aselu lula larr dala dala #arin #aringa gan n pare parenk nki i ter# ter#ad adii karen karenaa peradangan respon, di ana dala sel inflaasi direkrut ke paru2paru. $da, dala sel2s sel2sel el infla inflaa asi si ele elepa paska skan n #ul #ulah ah besar besar prot protea ease, se, ele elebi bihi hi pert pertah ahan anan an
2
proteinase inhibitor dari paru2paru7 8enoena ini keudian dasar suur2 di#elaskan proteinase2antiproteinase hipotesis. Di luar proteinase rilis, neutrofil dan akrofag diaktifkan #uga elepaskan spesies oksigen reaktif karena ledakan pernapasan yang ter#adi selaa s elaa peradangan proses. %el2sel ini #uga engeluarkan sitokin, potensiasi lan#ut peradangan. 9al ini diketahui baha kedua stiulus proteolitik dan stres oksidatif terlibat dala patogenesis efisea paru.& !ndonesia sebagai negara dengan #ulah perokok yang banyak dipastikan eili eiliki ki preval prevalensi ensi efise efiseaa yang yang tinggi tinggi.. :aun :aun sangat sangat disaya disayangk ngkan an data data prevalensi efisea belu diiliki oleh !ndonesia. :aas dkk elakukan penelitian di poliklinik paru ;% Persahabatan
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
+fisea paru adalah suatu keadaan diana paru lebih banyak berisi udara, sehingga ukuran paru bertabah, baik anterior2posterior aupun ukuran paru se6ara vertikal ke arah diafraga. +fisea erupakan gangguan pengebangan paru2paru yang ditandai ditandai oleh pelebaran ruang udara di dala paru2 paru disertai destruksi #aringan. %esuai dengan definisi tersebut, aka dapat dikata dikatakan kan baha baha tidak tidak terasu terasuk k efise efiseaa #ika #ika diteu diteukan kan kelain kelainan an berupa berupa pelebaran ruang udara (alveolus) tanpa disertai adanya destruksi #aringan.&,1
2.2
EPIDEMIOLOGI
Menurut The National Health Interview Survey (:!9%) Survey (:!9%) elaporkan baha prevalensi efisea "- kasus per "''' orang. $ngka tersebut sebagian besar tidak berubah se#ak tahun &'''. Prevalensi ini berdasarkan pada laporan orang deasa yang pernah diberitahu oleh dokter baha ereka enderita efisea. Penyakit ini direehkan oleh sebagian orang karena kebanyakan pasien tidak datang untuk peraatan edis hingga penyakit ini berkebang ke tahap lan#utan yang yang lebih lebih berat. berat. Menuru Menurutt The Burden of Obstructive Lung Disease Disease (>OLD) enun#ukkan baha prevalensi PPOK di seluruh dunia adalah "',"*. $ngka ini bervariasi tergantung lokasi geografis dan berdasarkan #enis kelain didapatkan prevalensi laki2laki yaitu "",-* "",-* (-,02&&,&*) dan perepuan -,/* (/,"2"0,*). Perbedaan tersebut tergantung daerah dan perbedaan prevalensi erokok. Data epideiologis di !ndonesia sangat kurang. :aas dkk elakukan penelitian di poliklinik paru ;% Persahabatan
4
keatian per "''.''' penduduk. $ngka ini bervariasi tergantung lokasi, dengan angka terendah di 9aaii (&," keatian per "''.''' penduduk) dan angka tertinggi di Oklahoa (1,0 keatian per "''.''' penduduk). 1 PPOK dahulunya lebih uu ter#adi di kalangan laki2laki. :aun, dengan adanya peningkatan erokok di kalangan anita di atas 1' tahun, perbedaan prevalensi berdasarkan #enis kelainpun enurun. >eberapa penelitian telah enyarankan baha anita lebih rentan engalai efisea. 1
2.3
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
$da tiga faktor yang eegang peran dala tibulnya efisea yaitu ",1? a. Kelainan radang bronkus dan bronkiolus yang sering disebabkan oleh asap
rokok, debu industri. ;adang peribronkiolus disertai fibrosis enyebabkan iskeik dan parut sehingga eperluas dinding bronkiolus. b. Kelainan atrofik yang eliputi pengurangan #aringan elastik dan gangguan
aliran darah. 9al ini sering di#upai pada proses degeneratif. c. Obstruksi inkoplit yang enyebabkan gangguan pertukaran udara. 9al ini
dapatdisebabkan
oleh
perubahan
pada
dinding
bronkiolus
akibat
bertabahnya akrofag pada penderita yang banyak erokok. >eberapa faktor risiko yang dapat enyebabkan efisea adalah sebagai berikut? 2.3.1
Geneti
8aktor genetik epunyai peran pada penyakit efisea. 8aktor genetik diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya peningkatan eosinifili
atau kadar
seru
ionoglobulin
+
(!g+),
adanya
hiperresponsif bronkus, riayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi protein alfa2" anti tripsin.",1 2.3.2
Hi!"te#i# E$a#ta#e%Anti E$a#ta#e
Di dala paru terdapat keseibangan antara en@i proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak ter#adi kerusakan #aringan. Perubahan keseibangan enibulkan #aringan elastik paru rusak. $rsitektur paru akan berubah dan tibul efisea. ",1
5
2.3.3
R""
;okok adalah penyebab utaa tibulnya efisea paru. ;okok se6ara patologis dapat enyebabkan gangguan pergerakan silia pada #alan nafas, enghabat fungsi akrofag alveolar, enyebabkan hipertrofi dan hiperplasia kelen#ar ukus bronkus dan etaplasia epitel skuaus saluran pernapasan.",1 2.3.&
In'e#i
!nfeksi saluran nafas akan enyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga ge#alanya lebih berat. Penyakit infeksi saluran nafas seperti pneuonia, bronkiolitis akut dan asa bronkiale, dapat engarah pada obstruksi #alan nafas, yang pada akhirnya dapat enyebabkan ter#adinya efisea. !nfeksi pernapasan bagian atas pasien bronkitis kronik selalu enyebabkan infeksi paru bagian dala, serta enyebabkan kerusakan paru bertabah. >akteri yang di isolasi paling banyak adalah 9aeophilus influen@ae dan %trepto6o66us pneuoniae.",1 2.3.(
P"$)#i
Polutan industri dan udara #uga dapat enyebabkan efisea. !nsiden dan angka keatian efisea bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tebakau, dapat enyebabkan gangguan pada silia enghabat fungsi akrofag alveolar. %ebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditabah erokok resiko akan lebih tinggi.",1 2.3.*
Fat"+ S"#ia$ E"n",i
+fisea lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonoi rendah, ungkin kerena perbedaan pola erokok, selain itu ungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonoi yang lebih #elek. ",1
2.&
TIPE EMFISEMA
%e6ara patologi, efisea didefinisikan sebagai pelebaran peranen rongga udara bronkiolus distal hingga terinal, efisea enurunkan luas
6
perukaan alveolar yang tersedia untuk pertukaran gas. 9ilangnya alveoli disertai kerusakan dinding septu enyebabkan aliran udara terbatas elalui dua ekanise. Pertaa, hilangnya dinding alveolar akibat penurunan elastisitas, yang keudian ebatasi aliran udara. Kedua, hilangnya struktur pendukung alveolar se6ara tidak langsung bertanggung #aab terhadap penyepitan saluran napas yang #uga ebatasi aliran udara. 1 2.&.1
Men)+)t M"+'"$"-i
Meskipun
paradiga
klasifikasi
terus
berkebang,
se6ara
orfologi efisea tetap terdiri dari tiga #enis? a. 5entrilobular (5entria6inar) +fisea 6entrilobular adalah tipe efisea paru yang paling uu, terutaa terlokalisir pada bronkiolus proksial disertai adanya destruksi fokal dan terutaa diteukan pada @ona paru bagian atas. Di sekitar parenki paru biasanya noral dengan kantung dan du6tus alveolar distal tidak tersentuh. +fisea ini #uga dikenal sebagai efisea 6entria6inar, tipe ini berkaitan erat dengan laanya erokok dan terpapar debu. %eringkali ter#adi ketidakseibangan rasio perfusi2 ventilasi, yang enibulkan hipoksia, hiperkapnia (peningkatan 5O& dala darah arteri), polisiteia, dan episode gagal #antung sebelah kanan. Kondisi engarah pada sianosis, edea perifer, dan gagal napas.1,
Gabar ". +fisea tipe 6entrilobular 1
7
b. Panlobular (Pana6inar) Pada efisea panlobular, ter#adi penghan6uran seluruh alveolus se6ara bersaaan dan doinan di bagian baah paru2paru. +fisea ini uunya terdapat pada pasien dengan hoo@igot (Pi AA) dan defisiensi alpha "2antitrypsin ($$3). Pada orang yang erokok, fokal efisea panlobular di basis paru dapat disertai dengan efisea 6entrilobular. +fisea ini ditandai dengan pebesaran rongga udara yang relatif seraga di seluruh a6inus dan erupakan bentuk yang #arang. Gabaran khasnya adalah tersebar erata di seluruh paru2paru, eskipun bagian2bagian basal 6enderung lebih parah. 5iri khasnya yaitu eiliki dada yang hiperinflasi dan ditandai dengan dispnea saat aktivitas serta penurunan berat badan. 1,
Gabar &. +fisea tipe paralobular 1
6. Paraseptal +fisea paraseptal #uga dikenal sebagai distal a6inar efisea karena elibatkan struktur distal saluran napas, duktus dan kantung alveolar. Prosesnya hanya di sekitar septu paru2paru atau pleura. Meskipun aliran udara sering dipertahankan, bula di apikal dapat
8
enyebabkan pneuotoraks spontan. >ula yang besar terkadang enyebabkan kopresi berat di #aringan paru2paru yang berdekatan. 1,
Gabar 1. +fisea paraseptal1 2.&.2
Men)+)t L"a#i
Menurut lokasi tibunan udaranya, kita engenal dua #enis efisea yaitu efisea alveolaris dan efisea interstisialis. a. +fisea alveolaris +fisea alveolaris adalah #enis efisea yang tibunan udaranya asih tertibun di dala alveoli. 1,/ b. +fisea interstitialis +fisea interstitialis adalah keadaan efisea di ana dinding alveoli sudah robek lalu udara yang ter#ebak tadi lepas ke ruang interstisial pulo yang ada di antara alveolus. +fisea interstisial ini, #ika berlan#ut, akan berkebang en#adi efisea subkutan. /,0
2.&.3
Men)+)t L)a# S),batan
+fisea dapat bersifat kopensatorik atau obstruktif? a. +fisea kopensatorik
9
3er#adi di bagian paru yang asih berfungsi, karena ada bagian paru lain yang tidak atau kurang berfungsi, isalnya karena pneuonia, atelektasis, pneuothoraks.1, b. +fisea obstruktif 3er#adi karena tertutupnya luen bronkus atau bronkiolus yang tidak enyeluruh, hingga ter#adi ekanise ventil. 1,
2.(
PATOFISIOLOGI
+fisea paru erupakan suatu pengebangan paru disertai perobekan alveolus2alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat enyeluruh atau terlokalisasi, engenai sebagian atau seluruh paru. Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi ter#adi akibat dari obstruksi sebagian yangengenai suatu bronkus atau bronkiolus diana pengeluaran udara daridala alveolus en#adi lebih sukar dari pada peasukannya. Dala keadaan deikian ter#adi penibunan udara yang bertabah di sebelah distal dari alveolus. Pada +fisea obstruksi kongenital bagian paru yang paling sering terkena adalah belahan paru kiri atas. 9al ini diperkirakan oleh ekanise katup penghentian. Pada paru2paru sebelah kiri terdapat tulang raan yang terdapat di dala bronkus2bronkus yang 6a6at sehingga epunyai keapuan penyesuaian diri yang berlebihan. %elain itu dapat #uga disebabkan stenosis bronkial serta penekanan dari luar akibat pebuluh darah yang enyipang. 1,-, Mekanise katup penghentian? pengisian udara berlebihan dengan obstruksi ter#adi akibat dari obstruksi sebagian yang engenai suatu bronkus atau bronkiolus diana pengeluaran udara dari dala alveolus en#adi lebih penibunan udara di alveolus en#adi bertabah sukar dari peasukannya di sebelah distal dari paru. Pada efisea paru penyepitan saluran nafas terutaa disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Pada paru2paru noral ter#adi keseibangan antara tekanan yang enarik #aringan paru ke laur yaitu disebabkan tekanan intrapleural dan otot2otot dinding dada dengan tekanan yang enarik #aringan paru ke dala yaitu elastisitas paru.1,-
10
>ila terpapar iritasi yang engandung radikal hidroksida (O92). %ebagian besar partikel bebas ini akan sapai di alveolus aktu enghisap rokok. Partikel ini erupakan oksidan yang dapat erusak paru. Parenki paruyang rusak oleh oksidan ter#adi karena rusaknya dinding alveolus dan tibulnya odifikasi fungsi dari anti elastase pada saluran napas. %ehingga tibul kerusakan #aringan interstitial alveolus. Partikel asap rokok dan polusi udara engenap pada lapisan ukus yang elapisi ukosa bronkus. %ehingga enghabat aktivitas silia. Pergerakan 6airan yang elapisi ukosa berkurang. %ehingga iritasi pada sel epitel ukosa eningkat. 9al ini akan lebih erangsang kelen#ar ukosa. Keadaan ini ditabah dengan gangguan aktivitas silia. >ila oksidasi dan iritasi di saluran nafas terus berlangsung aka ter#adi erosi epital serta pebentukan #aringan parut. %elain itu ter#adi pula etaplasi sBuaosa dan pebentukan lapisan sBuaosa. 9al ini enibulkan stenosis dan obstruksi saluran napas yang bersifat irreversibel sehingga ter#adi pelebaran alveolus yang peranen disertai kerusakan dinding alveoli.1,-
Gabar . Mekanise tibulnya efisea
11
2.*
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
2.*.1
Ana,ne#i#
Ge#ala utaa efisea adalah sesak napas, napas 6epat dan pendek, udahlelah dengan aktivitas biasa, dan ge#ala ini akan seakin eburuk seiringdengan progresifitas penyakit. Pada paparan yang lebih lan#ut akan enibulkan ge#ala seperti batuk produktif disertai sputu berarna putih yang eningkat, gangguan pernapasan, gangguan pengebangan thoraC, keleahan otot2otot pernapasan, dan spasa otot2 otot leher.1,"'
2.*.2
Pe,e+i#aan Fi#i
Pada peeriksaan fisik se6ara uu tapak kurus dan arna kulit pink akibat produksi sel darah erah ( #in! #uffer ) dan didapatkan peningkatan la#u pernapasan disertai adanya penggunaan otot2otot pernapasan tabahan dan kontraksi paradoksal di !5% baah 6ukup #elas terlihat selaa eksaserbasi akut. Pasien dengan penyakit yang berat ungkin engalai takipnea dan dyspnea dengan tenaga ringan. Pada peeriksaan toraks didapatkan peningkatan diaeter anterior ke posterior yaitu &?" (barrel chest ), hipersonor pada perkusi dan terdengar hee@ing fokal atau difus, suara napas berkurang, dan ekspirasi ean#ang. Pada stadiu akhir efisea, dapat disertai dengan sianosis, tekanan vena #ugularis eningkat, atrofi otot tungkai, dan edea perifer akibat hipertensi pulonal, aliran kanan2kiri, danatau gagal #antung kanan dapat dengan udah diketahui. 1,"","&
12
Gabar /. Gabaran uu pasien efisea "1
2.*.3
Pe,e+i#aan Pen)nan-
a. Peeriksan radiologis Peeriksaan foto dada sangat ebantu dala enegakkan diagnosis dan enyingkirkan penyakit2penyakit lain. Peeriksaan radiologi dapat enyatakan hiperinflasi paru2paru7 endatarnya diafraga7 peningkatan
area
udara
retrosternal
dan
penurunan
tanda
vaskularisasibula (efisea).","/ ") ;ontgen 3horaks 3anda radiologis yang pokok pada efisea yaitu penurunan vaskularisasi
pulonal
perifer,
hiperinflasi
paru2paru
dan
perubahan bayangan #antung dan arteri pulonal sentralis. Pola vaskuler
daerah
paru2paru
yang
terkena
tidak
#elas.
Keterlibatan paru2paru ungkin bersifat lokal atau enyeluruh. >ila enyeluruh biasanya akan tapak tidak rata. Daerah yang terkena epunyai gabaran pebuluh darah yang lebih sedikit daripada yang noral, dan pebuluh darah yang asih ada tapak enge6il. 3ingkat penyepitan vaskuler ringan sulit dilihat, sehingga kita perlu ebandingkannya dengan ukuran pebuluh pada bagian yang lain. >ila tapak pebuluh darah enge6il diaeternya dan #ulahnya berkurang pada suatu daerah tertentu, aka pada daerah tersebut ungkin engalai efisea. >arrel
13
6hest disebabkan oleh elengkungnya sternu dan bertabahnya kiposis toraksik. ;uang retrosternal ungkin bertabah dala, engebang ke baah antara perukaan anterior #antung dan sternu.","/
Gabar 0. 9anya sedikit bayangan vaskular perifer, khususnya di basal. Diafraga letak rendah, gabaran #antung yang enge6il. 3anda2tanda hiperinflasi (diafraga datar, peningkatan ruang retrosternal, bula, 6avu toraks besar), dan kriteria vaskular (pebuluh perifer enurun, penyepitan pebuluh garis tengah, area avas6ular lokal, pebesaran arteri pulonalis)." >ula biasanya terdapat pada paru2paru
bersaaan
dengan
bentuk efisea tertentu, tetapi kadang2kadang bula ter#adi se6ara lokal di paru2 paru yang seestinya noral. >ula tapak sebagai daerah radiolusen berbentuk bulat atau oval yang ukurannya bervariasi dari " sentieter sapai enepati seluruh heitoraks. >ula dapat ter#adi satu atau banyak dan biasnya di aderah perifer. Pada penderita asitoatik dan penderita yang eiliki sikatriks pulonal, bula 6enderung terdapat di daerah apeks, tetapi rada penderita PPOK bula terdapat di seluruh paru. Dinding bula dapat terlihat seperti bayangan garis yang halus. >ila dinding bula tidak kelihatan, penggeseran pebuluh darah di daerah radiolusen itu ungkin enun#ukkan adanya bula. >ula biasanya berisi udara tetapi dapat terinfeksi dan terisi 6airan. !nflaasi ungkin ter#adi
14
di sekitarnya. >ula akan enapakkan gabaran fluid level bila terisi sebagian, tetapi akan tapak solid bila terisi penuh. >ula yang besar ungkin sulit dibedakan dari pneuotoraks yang lokuler dan dibutuhkan toografi untuk elihat dinding bula atau #ebatan #aringan ada dala rongga bula. ","/
Gabar . Panah enun#ukan gabaran bullae pada paru penderita efisea"
Gabar -. Gabaran efisea pada lobus superior kedua pulo dengan perselubungan radioopaBue (bullae) pada lobus superior pulo sinistra."
15
&) 532%6an 532s6an lebih sensitif daripada ;o toraks polos dala endeteksi keberadaan dan distribusi efisea. Penurunan vaskuler bisa dideteksi lebih aal dan bula dapat diidentifikasi lebih dini. 9al ini tidak akan tapak pada ;o toraks. "/,"0
Gabar . Potongan tipis 532s6an pada pasien dengan efisea. Kedua bagian enun#ukkan gabaran khas dari penyakit? a) enun#ukkan lesi efisea subpleura, b) enun#ukkan bula besar di paru2paru kanan baah. "/
Gabar "'. 53 s6an thoraks engkonfirasi adanya bula yang besar. >ula yang lebih ke6il #uga diidentifikasi, kopatibel dengan efisea bulosa."/ b. Peeriksaan fungsi paru Dilakukan untuk enentukan penyebab dispnea, untuk enentukan apakah fungsi abnoral adalah obstruksi atau restriksi, untuk
16
eperkirakan dera#at disfungsi dan untuk engevaluasi efek terapi, isalnya bronkodilator. Pada efisea paru kapasitas difusi enurun karena perukaan alveoli untuk difusi berkurang. 1,0 Pengukuran dengan aneuver aktu ekspirasi paksa adalah tes sederhana yang dapat dilakukan pada tepat tidur pasien, diana aktu ekspirasi paksa lebih dari 0 detik enun#ukkan obstruksi aliran udara ekspirasi berat. 4olue ekspirasi paksa dala satu detik (8+4") dan kapasitas vital paksa (845) 6ukup penting dala enentukan aliran udara. ;asio dari keduanya (8+4" 845) ditapilkan dala persentase selaa pengu#ian fungsi paru dengan spiroetri dan erupakan sarana diagnostik yang enun#ukkan PPOK. 1,0 6. %putu Kultur
untuk
enentukan
adanya
infeksi,
engidentifikasi
patogen7 peeriksaan sitolitik untuk engetahui keganasan atau gangguan alergi."',"" d. $nalisis Gas Darah $lfa "2antitripsin dilakukan untuk eyakinkan defisiensi dan diagnosa efisea prier. 4entilasi yang hapir adekuat asih sering dapat dipertahankan oleh pasien efisea paru. %ehingga Pa5O& rendah atau noral. %aturasi heoglobin pasien hapir en6ukupi. "',"" e. Peeriksaan +KG Kelainan +KG yang paling dini adalah rotasi 6lo6k ise #antung. >ila sudah terdapat kor pulonal terdapat defiasi aksis ke kanan dan P2 pulonal pada hantaran !!, !!!, dan a48. 4oltase E;% rendah. Di 4" rasio;% lebih dari " dan di 40 rasio ;% kurang dari ". "',""
2./
TATALAKSANA
2./.1
Me0ia,ent"#a
a& >ronkodilator >ronkodilator erupakan terapi utaa untuk PPOK. Obat ini beker#a dengan 6ara elebarkan saluran udara dan dengan deikian
17
engurangi resistensi aliran udara. 9al ini akan eningkatkan aliran udara dan engurangi hiperinflasi dinaik. 1," '( >ronkodilator short)acting >ronkodilator short)acting antara lain beta&2agonis dan agen antikolinergik. >eta&2agonis erangsang reseptor beta&2adrenergik sehingga eningkatkan siklik adenosin onofosfat (6$MP) dan engakibatkan ter#adinya bronkodilatasi. ;ute inhalasi lebih diutaakan karena einialkan efek sisteik yang erugikan. +fek saping yang dapat ter#adi terasuk takikardia dan treor. Meskipun #arang, obat ini #uga dapat ei6u aritia #antung. $gen
antikolinergik
berker#a
dengan
eblokir
reseptor
kolinergik M& dan M1 dan eberikan efek bronkodilatasi. $gen ini diserap se6ara inial pada sisteik sehungga relatif aan digunakan. +fek saping yang pernah dilaporkan seperti ulut kering, sensasi rasa loga, dan ge#ala pada prostat. 1," Peilihan aal obat tersebut asih dala perdebatan. %e#ak dahulu,
beta&2agonis
dianggap
sebagai
lini
pertaa
dan
antikolinergik hanya sebagai tabahan. Penelitian #uga telah enun#ukkan terapi kobinasi eberikan hasil yang lebih baik sebagai bronkodilator dan eberikan anfaat yang lebih besar. Monoterapi ataupun terapi kobinasi kedua obat tersebut asih dapat diteria.1," *( >ronkodilator long)acting
seperti
teofilin
#uga
berperan
sebagai
long)acting
bronkodilator, eskipun penggunaannya saat ini terbatas.1,"
18
>eta2agonis
long)acting
terasuk
saleterol,
foroterol,
arforoterol, dan inda6aterol. Dosis obat tersebut dua kali sehari, ke6uali inda6aterol, yang diberikan sekali sehari. >eberapa penelitian telah enun#ukkan anfaat dan keaanan beta2agonis long)acting . The toward a "evolution in CO+D Health (3O;59) pada tahun &'' elakukan penelitian saleterol dengan dan tanpa fluti6asone dibandingkan dengan plasebo selaa tiga tahun. 9asilnya enun#ukkan adanya penurunan eksaserbasi, fungsi paru2 paru ebaik, dan eningkatkan kualitas hidup. Penelitian tersebut #uga enun#ukkan ke6enderungan engalai keatian terhadap terapi kobinasi saleterol ditabah flutikason. 1," 3iotropiu diperkenalkan pada tahun &'' dan erupakan satu2 satunya agen uskarinik long)acting yang tersedia saat ini. 3iotropiu telah terbukti eberikan efek bronkodilator selaa & #a dan karenanya hanya digunakan sekali setiap hari. The ,nderstanding +otential Long)Ter% I%#acts on -unction with Tiotro#iu% (FPL!83) elakukan penelitian yang epela#ari efek penggunaan selaa tahun. Penelitian tersebut enun#ukkan adanya perbaikan fungsi paru2paru, eningkatkan kualitas hidup, dan engurangi eksaserbasi.1," Dua u#i 6oba besar se6ara a6ak telah ebandingkan tiotropiu, saleterol, dan plasebo. Kedua studi tersebut enun#ukkan perbaikan
fungsi
eningkatnya
paru2paru,
kualitas
hidup
berkurangnya pada
dyspnea,
kelopok
dan
tiotropiu
dibandingkan kelopok saleterol. Penelitian oleh >rusas6o dkk #uga enun#ukkan perlabatan eksaserbasi pertaa kali dan engurangi ke#adian eksaserbasi per tahun pada kelopok tiotropiu.1," b& Penghabat #hos#hodiesterase Penghabat #hos#hodiesterase (PD+) berker#a dengan eningkatkan 6$MP intraseluler dan eberikan efek bronkodilatasi. 3eofilin
19
adalah penghabat #hos#hodiesterase spesifik dan penggunaannya sekarang hanya terbatas sebagai agen a#uvan. 3eofilin eiliki spe6tru terapeutik yang sepit, dengan efek saping terhadao #antung yang 6ukup signifikan. Obat ini digunakan pada pasien dengan kondisi kesulitan engontrol PPOK atau bagi pasien yang tidak dapat enggunakan agen inhalasi se6ara efektif. 1,";ofluilast dan 6iloilast erupakan penghabat PD+2 selektif generasi kedua. Generasi ini eiliki aksi pengurangan proses inflaasi (akrofag dan lifosit 5D-) pada pasien dengan PPOK. Dosis peberian dua kali sehari telah eberikan hasil efektif se6ara klinis. 8D$ telah enolak penggunaan 6iloilast pada tahun &''& naun enyetu#ui penggunaan rofluilast pada tahun &'"" sebagai pengobatan untuk engurangi risiko eksaserbasi PPOK pada pasien dengan PPOK berat yang terkait bronkitis kronis dan dengan riayat eksaserbasi.1,"c& 3erapi anti2inflaasi !nflaasi berperan penting dala patogenesis PPOK. Kortikosteroid oral dan inhalasi berusaha untuk engatasi peradangan ini dan se6ara positif engubah per#alanan penyakit. Penggunaan steroid oral dala pengobatan eksaserbasi akut telah diteria se6ara luas dan telah direkoendasikan karena keberhasilannya 6ukup tinggi. Di sisi lain, penggunaan steroid oral dala engontrol PPOK tidak dian#urkan, engingat efek saping yang ditibulkan. Kortikosteroid inhalasi irip dengan agen inhalasi lainnya, penyerapan se6ara sisteik inial dan efek saping sisteiknya #uga rendah. Obat antiinflaasi nonsteroid seperti 6roolyn dan nedo6roil belu terbukti berkhasiat dala engobati PPOK. 1,"Kortikosteroid inhalasi se6ara luas telah digunakan pada pasien PPOK eskipun
bukti
keberanfaatannya
asih
sedikit.
Meskipun
beranfaat se6ara teoritis, konsensus saat ini engeukakan baha kortikosteroid inhalasi tidak eperbaiki penurunan 8+4". Obat ini
20
telah
terbukti
hanya
enurunkan
frekuensi
eksaserbasi
dan
eningkatkan kualitas hidup pasien dengan volue ekspirasi paksa " detik (8+4") kurang dari /'*. Kortikosteroid inhalasi tidak direkoendasikan sebagai onoterapi dan harus dikobinasikan dengan agen yang terasuk bronkodilator long)acting .1,"%teroid oral telah banyak digunakan dala pengobatan PPOK eksaserbasi
akut.
%ebuah
eta2analisis
enyipulkan
baha
kortikosteroid oral atau parenteral (") se6ara signifikan engurangi kegagalan pengobatan dan perlu peraatan edis tabahan dan (&) eningkatkan perbaikan fungsi paru2paru dan engurangi dyspnea selaa & #a pertaa. Penggunaan steroid oral pada orang dengan PPOK stabil se6ara luas eberikan efek saping eliputi hipertensi, intoleransi glukosa, osteoporosis, fraktur, dan katarak. 3in#auan 5o6hrane enun#ukkan baha tidak ada anfaat terapi dosis rendah dan eberikan anfaat 6epat dengan dosis yang lebih tinggi (prednisolon =1' g). 1,"Perdebatan terus berlan#ut terhadap penggunaan kortikosteroid inhalasi dan risiko pneuonia pada
pasien dengan PPOK.
%in dkk
enganalisis data dari per6obaan besar klinis (n H '&) pasien dengan PPOK stabil yang enggunakan budesonide inhalasi (n H 1-'") atau kontrol (plasebo atau foroterol sa#a). 3idak ada perbedaan yang signifikan ter#adinya pneuonia antara kelopok budesonide (1*7 n H "&&) dan kelopok kontrol (1*7 n H "'1). >ertabahnya usia dan enurunnya persen prediksi 8+4" erupakan satu2satunya variabel yang signifikan terkait dengan ke#adian pneuonia. 1,"d& $ntibiotik Pada pasien dengan PPOK, infeksi kronis saluran pernapasan baah dengan adanya koloni S& #neu%oniae. H& influen/ae, danatau 0ora1ella catarrhalis erupakan kondisi uu. Pasien dengan penyakit berat lebih sering disebabkan oleh organise Gra2negatif seperti +seudo%onas. Penggunaan antibiotik untuk pengobatan
21
eksaserbasi akut didukung sepenuhnya. Pasien yang endapatkan anfaat terbaik terapi antibiotik adalah pasien dengan eksaserbasi yang ditandai inial & hal berikut? dyspnea yang berat, produksi sputu, dan dahak purulen (Kriteria Iinnipeg). 3idak ada bukti yang endukung penggunaan se6ara terus enerus atau sebagai profilaksis dala en6egah eksaserbasi.1,"e& $gen ukolitik %ekresi paru yang kental pada pasien PPOK terdiri dari u6us glikoprotein dan leukosit. $gen ukolitik engurangi viskositas sputu dan eningkatkan pengeluaran atau sekresi ukus. Meskipun agen ukolitik telah terbukti engurangi batuk, naun belu ada bukti dapat engurangi dyspnea atau eperbaiki fungsi paru2paru. :aun, pada tahun &''2&'"', peneliti 5ina eran6ang dan elaksanakan penelitian prospektif, a6ak, plasebo terkontrol double2 blind, untuk epela#ari efek #angka pan#ang N)acetylcysteine oral dengan dosis 0'' g dua kali sehari pada pasien dengan stadiu ! PPOK enurut GOLD. Penggunaan #angka pan#ang (lebih dari ",/ tahun) benar2benar dapat en6egah eksaserbasi pada penyakit yang %oderate.1," f&
Penghabat popa proton (PP!) %asaki dkk elakukan penelitian se6ara a6ak, observer blind , terkontrol untuk enentukan apakah PP! engurangi insiden co%%on cold pada pasien PPOK. Pasien (n H "'') en#alankan terapi konvensional (kelopok kontrol) atau terapi konvensional ditabah PP! (lansopra@ole "/ ghari).
8rekuensi
co%%on
cold
dan
eksaserbasi PPOK dihitung, dan #ulah eksaserbasi per orang selaa "& bulan se6ara signifikan lebih rendah pada kelopok PP! dibandingkan dengan kelopok kontrol (PJ',''"). 3idak ada perbedaan yang signifikan dala #ulah co%%on cold yang diaati antara
kelopok
PP!
dan
kelopok
kontrol.
Para
penulis
enyipulkan baha eskipun lansopra@ole enun#ukkan penurunan
22
yang signifikan terhadap eksaserbasi 5OPD, pengu#ian se6ara klinis lebih lan#ut perlu dilakukan. 1,"-
2./.2
Te+a!i Pe,be0aan
>erbagai pendekatan pebedahan untuk engurangi ge#ala dan engebalikan fungsi pada pasien dengan efisea harus ditaarkan se6ara hati2hati dan hanya pada pasien yang sesuai indikasi agara dapat eberikan anfaat yang baik. 1," a. >ulektoi Pengangkatan bula yang besar telah en#adi standar pebedahan yang dilakukan pada pasien tertentu selaa bertahun2tahun. >ula eiliki ukurang yang bervariasi dari sentieter hingga dapat engisi sepertiga heithoraC. >ula yang besar ungkin enyebabkan kopresi pada #aringan paru sekitar, engurangi aliran darah dan ventilasi ke paru2 paru yang asih sehat. Pengangkatan bula ini eberekan hasil berupa ekspansi paru yang engalai kopresi dan eperbaiki fungsi paru2paru. >ulektoi pada bula yang besar eberikan perbaikan yang bersifat sub#ektif dan ob#ektif pada pasien tertentu, seperti pasien yang eiliki bula yang engisi setidaknya 1'* (lebih sering /'*) dari heithoraks yang engkopresi paru sebelahnya, dengan 8+4" kurang dari /'*. 1,"
Gabar "". Gabaran torakotoi dengan bula ultipel pada efisea.&'
23
b. Operasi Pengurangan 4olue Paru Operasi
pengurangan
volue
paru
(L4;%)
bertu#uan
untuk
enurunkan hiperinflasi elalui pebedahan reseksi bagian paru2paru yang eiliki kelainan. 9al ini akan eningkatkan aliran udara dengan eningkatkan elastisitas paru2paru yang tersisa dan efisiensi ekanik otot pernafasan dala enghasilkan tekanan ekspirasi. The National 2%#hyse%a Treat%ent Trial (:+33) ebandingkan L4;% dengan tatalaksana
edis
selaa tahun. $nalisis terhadap
subkelopok enun#ukkan anfaat terbesar di6apai pada pasien dengan efisea doinan lobus atas dan toleransi latihan ringan. Pasien2pasien ini eiliki peningkatan dala kapasitas ker#a dan kualitas hidup. L4;% enun#ukkan peningkatan ortalitas pada pasien yang berisiko tinggi (isalnya 8+4" J&'* dan DL5O J&'* atau perubahan hoogen pada 53 s6an thoraks). 1," 6. !plantasi katup endobronkial !plantasi katup endobronkial elalui bronkoskopi sedang diteliti sebagai alternatif L4;%. Katup ini hanya satu arah sehingga eungkinkan ekhalasi tetapi tidak untuk inhalasi. 9al ini akan enyebabkan pengepisan pada paru2paru distal hingga katup. >ronkus erupakan segen paru yang en#adi lokasi efisea terbesar dan hiperinflasi. Manfaatnya hapir saa dengan L4;% yaitu untuk engurangi volue bagian paru2paru yang engalai kelainan. The 2ndobronchial $alve for 2%#hyse%a +alliation Trial (4+:3) telah epela#ari keaanan dan efektivitas pendekatan ini. 9asil penelitian enun#ukkan peningkatan yang inial tapi signifikan terhadap 8+4" (relatif eningkat sebesar 0,-*) dan u#i ber#alan selaa 0 enit (relatif eningkat, "," ) pada kelopok penelitian tersebut. $nalisis engungkapkan baha anfaat terbesar didapatkan oleh pasien dengan heterogenitas lebih besar pada ephysea dan fisura interlobar yang intak. :aun hasil #uga enun#ukkan peningkatan signifikan terhadap eksaserbasi PPOK dan heoptisis. 1,/
24
Gabar "&. Peasangan katup endobronkial &"
d. 3ransplantasi paru 3ransplantasi paru enun#ukkan peningkatan kualitas hidup dan kapasitas fungsional paru tetapi tidak eningkatkan survival rate. ;endahnya survival rate epersulit penentuan aktu untuk transplantasi. Pasien yang dipilih untuk transplantasi harus eiliki survival rate & tahun atau kurang. Pedoan saat ini yang dikeluarkan oleh oleh International Society of Heart and Lung Trans#lantation erekoendasikan dilakukan transplantasi ketika indeks >OD+ (>M!, Obstruksi, Dyspnea, and 21ercise ca#acity) lebih besar dari /. 1,"
2./.3
Reabi$ita#i Me0i
Penatalaksanaan fisioterapi efisea bertu#uan untuk &&? a. Mebantu engeluarkan sputu dan eningkatkan efisiensi batuk. b. Mengatasi gangguan pernapasan pasien. 6. Meperbaiki gangguan pengebangan thoraks. d. Meningkatkan kekuatan otot2otot pernapasan. e. Mengurangi spaseketegangan otot2otot leher pasien. Penerapan odalitas fisioterapi antara lain&&? a. Postural Drainage Postural drainage adalah salah satu teknik ebersihkan #alan napas akibat akuulasi sekresi dengan 6ara penderita enarik papas pelan
25
dengan dengusan ringan sebab bila enarik napas keras sesudah batuk dapat enyebabkan batuk kebali dan dapat endorong ukus ke dala paru lagi. $tur dala berbagai posisi untuk engeluarkan sputu dengan bantuan gaya gravitasi. 3u#uan postural drainage ini adalah engeluarkan sputu yang terkupul dala lobus paru, engatasi
gangguanpernapasan
dan
eningkatkan
efisiensi
ekanise batuk. 3eknik postural drainage ini dikobinasikan dengan deep breathing, deep 6oughing, perkusi, dan vibrasi. b. Latihan Mobilisasi Latihan
obilisasi
ini
dilakukan
se6ara
perlahan2lahan
dan
teratur dala posisi duduk, tidur terlentang dan berdiri sesuai dengan keapuan penderita
2./.&
a#ina#i
$danya infeksi dapat enyebabkan eksaserbasi PPOK. 4aksinasi erupakan odalitas yang aan dan efektif dala engurangi infeksi pada pasien PPOK yang rentan. 4aksin pneuokokus harus disarankan pada seua pasien dengan usia lebih dari 0/ tahun atau pasien usia berapapun dengan 8+4" J'*. 4aksin influen@a harus diberikan setiap tahun pada seua pasien PPOK. 1
2./.(
E0)a#i
>erhenti erokok erupakan terapi yang paling efektif pada pasien PPOK. Penelitian telah enun#ukkan baha diskusi singkat (kurang dari "' enit) oleh dokter dapat eotivasi pasien untuk berhenti erokok. ;en6ana berhenti erokok erupakan bagian penting dari ren6ana peraatan yang koprehensif. Meskipun banyak yang per6aya baha tingkat keberhasilan untuk berhenti erokok rendah karena beberapa faktos seperti potensi adiktif @at nikotin, kenyaanan ulut, kebiasaan, stress psikososial, dan proosi gen6ar oleh industri tebakau. Proses berhenti erokok harus elibatkan beberapa intervensi. 1
26
8ase transisi dari erokok en#adi tidak erokok elibatkan / tahap. 3ahap ini (") prekonteplasi, (&) konteplasi, (1) persiapan, () aksi, dan (/) peeliharaan. Progra intervensi erokok harus didukung oleh diri sendiri, kelopok, dokter, tepat ker#a, dan asyarakat. Menetapkan target untuk berhenti ungkin dapat ebantu. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya harus berpartisipasi dala enetapkan target dan harus enindaklan#uti tahapan peeliharaan. Progra penghentian sukses dengan enggunakan beberapa 6ara berikut 1? a. +dukasi pasien b. 3arget untuk berhenti 6. Dukungan tindak lan#ut d. Pen6egahan kekabuhan e. Perubahan gaya hidup sehat f. %iste dukungan sosial Menurut pedoan +reventive Services Tas! -orce F%$, dokter harus eberitahukan kepada seua orang deasa tentang penggunaan produk tebakau dan eberikan intervensi penghentian kepada pengguna saat ini. Pedoan tersebut enggunakan pendekatan konseling yang eliputi1? a. 3anyakan tentang penggunaan tebakau. b. Menyarankan untuk berhenti elalui pesan pribadi. 6. Menilai keauan untuk berhenti. d. Mebantu dengan benar2benar berhenti erokok. e. Mengatur tindak lan#ut peraatan dan eberikan dukungan.
2.
KOMPLIKASI
+fisea dapat enyebabkan se#ulah koplikasi dan penyakit yang eiliki tingkat keatian yang tinggi. Ke6easan, depresi, dan gangguan tidur erupakan koplikasi uu pada pasien efisea. Koplikasi lainnya eliputi&1? a. Kor pulonal (hipertensi pulonal dan gagal #antung kanan)
27
b. Gagal #antung 6. Pneuonia dan infeksi paru2paru lainnya d. Pneuotoraks (terkupulnya udara di dala ebran yang engelilingi ruang pleura paru) e. Polisiteia vera (kelebihan produksi sel darah erah sebagai akibat kopensasi terhadap kadar oksigen yang rendah dala darah sehingga dapat enyubat pebuluh darah ke6il)
2.4
PROGNOSIS
2.4.1
De+aat E,'i#e,a
%alah satu siste dala enentukan dera#at efisea yaitu GOLD (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease). 8aktor utaa dala enentukan dera#at efisea enurut GOLD adalah #ulah udara yang dihebuskan dengan paksa selaa satu detik. !ni disebut volue ekspirasi paksa (8+4"). Dera#at efisea enrutu GOLD adalah sebagai berikut&? a. Dera#at ! (efisea ringan)? 8+4" = -'* dari noral. b. Dera#at !! (efisea sedang)? 8+4" /'2-'* dari noral. 6. Dera#at !!! (efisea berat)? 8+4" 1'2/'* dari noral. d. Dera#at !4 (efisea sangat berat)? 8+4" J1'* dari noral atau J/'* dari noral dengan kadar oksigen darah yang rendah. %alah satu siste penentuan dera#at efisea lainnya yaitu indeks >OD+. !ndeks tersebut engukur dapak efisea terhadap beberapa koponen berikut &? a. !ndeks assa tubuh (>), atau berat badan disesuaikan dengan tinggi badan. b. Obstruksi (O) diukur dengan tes fungsi paru. 6. Dyspnea (D) dinilai dengan kuesioner. d. Kapasitas latihan (+), diukur dengan u#i ber#alan selaa 0 enit. !ndeks >OD+ sedikit lebih baik dala enentukan prognosis efisea daripada kriteria GOLD.&
28
2.4.2
An-a Ha+a!an Hi0)!
Meskipun dera#at efisea dapat ebantu engetahui tingkat keparahan efisea, tetapi tidak dapat eprediksi asa depan seseorang. >elu ada penelitian besar yang enun#ukkan dapak efisea terhadap harapan hidup. Penentuan dera#at efisea 6ukup ebantu, tapi efisea tetap bervariasi antara dua orang pada tahap yang saa tersebut. Dengan kata lain, efisea se6ara statistik tidak dapat diandalkan dala enenetukan harapan hidup pasien efisea. :aun dapat disipulkan baha seakin tinggi dera#at efisea seseorang, seakin rendah harapan hidup #angka pan#ang ereka. & $ngka harapan hidup enurut GOLD dan indeks >OD+ adalah sebagai berikut&? a. Lebih dari -'* orang dengan efisea dera#at ringan asih dapat hidup lebih dari epat tahun. b. 0'* sapai '* dari orang2orang dengan efisea dera#at sedang asih dapat hidup lebih dari epat tahun. 6. Di antara orang2orang dengan efisea dera#at berat (8+4" J1/*), sekitar /'* asih dapat hidup lebih dari epat tahun. d. Orang dengan ge#ala efisea sangat berat (seperti ketidakapuan untuk ber#alan dan penurunan berat badan yang berat) eiliki harapan hidup terpendek. Perlu diketahui baha harapan hidup efisea tetap bervariasi, bahkan antara orang dengan tes fungsi paru dan skor indeks >OD+ yang saa. %elain itu #uga, efisea sangat berat, keungkinan bertahan hidup satu tahun lebih dari '*. %e#auh ini, penentu paling penting dari prognosis efisea dan harapan hidup efisea adalah apakah seseorang asih terus erokok atau tidak. >erhenti erokok erupakan pengobatan yang paling penting dala eningkatkan harapan hidup efis ea. &
29
BAB III SIMPULAN
+fisea paru adalah suatu keadaan diana paru lebih banyak berisi udara, sehingga ukuran paru bertabah, baik anterior2posterior aupun ukuran paru se6ara vertikal ke arah diafraga. +fisea erupakan gangguan pengebangan paru2paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dala paru2 paru disertai destruksi #aringan. %esuai dengan definisi tersebut, aka dapat dikatakan baha tidak terasuk efisea #ika diteukan kelainan berupa pelebaran ruang udara (alveolus) tanpa disertai adanya destruksi #aringan. Menurut The National Health Interview Survey (:!9%) elaporkan baha prevalensi efisea "- kasus per "''' orang. $ngka tersebut sebagian besar tidak berubah se#ak tahun &'''. Prevalensi ini berdasarkan pada laporan orang deasa yang pernah diberitahu oleh dokter baha ereka enderita efisea. +fisea akan berdapak negatif dengan kualitas hidup penderita, terasuk pasien yang beruur =' tahun akan enyebabkan disabilitas
penderitanya.
Padahal ereka asih dala kelopok usia produktif naun tidak dapat beker#a aksial karena sesak napas yang kronik. 3atalaksana terhadap efisea paru eliputi peberian bronkodilator , penghabat #hos#hodiesterase terapi anti2inflaasi, antibiotik, ukolitik , dan ,
penghabat popa proton (PP!). Pebedahan hanya dilakukan pada kondisi
tertentu dan bertu#uan untuk engurangi ge#ala dan engebalikan fungsi pada pasien dengan efisea. 4aksinasi erupakan odalitas yang aan dan efektif dala engurangi infeksi pada pasien PPOK yang rentan, isalnya vaksin influen@a harus diberikan setiap tahun pada seua pasien PPOK. :aun, dari seua terapi diatas, berhenti erokok erupakan terapi yang paling efektif pada pasien PPOK. Proses berhenti erokok harus elibatkan beberapa intervensi dan harus didukung oleh diri sendiri, kelopok, dokter, tepat ker#a, dan asyarakat. Dengan enegakkan diagnosis efisea dengan tepat dan dilakukan intervensi sedini ungkin, diharapkan angka kelangsungan hidup dan kualitas hidup penderita efisea dapat eningkat.
30
DAFTAR PUSTAKA
". Oeiati ;. Ka#ian +pideiologis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Media Penelitian dan Pengebangan Kesehatan. &'"1 arroso M4, Martins 4, 4i6toni 3, Lagente 4, Pires KM, e %ilva PM, ;esende $5, Porto L5. OCidative stress and nitrosative stress are involved in different stages of proteolyti6 pulonary ephysea. 8ree ;adi6al >iology and Medi6ine. &'"& De6 "7/1("")?"12 &''". 1. >oka K, Mosenifar A. +physea. Meds6ape? Drugs Diseases. &'". $vailable at? http?eedi6ine.eds6ape.6oarti6le&-&-12overvie . $raki 3, :ishino M, Aa@ueta O+, Gao I, Dupuis <, Oka#ia , Latourelle <5, ;osas !O, Murakai 3, O5onnor G3, Iashko G;. Paraseptal ephysea? Prevalen6e and distribution on 53 and asso6iation ith interstitial lung abnoralities. +uropean #ournal of radiology. &'"/ Mar "-. /. +berhardt ;, Gopelann D, %6huhann M, ;einhardt 9, +rnst $, 9eussel 5P, 9erth 8<. 5oplete unilateral vs partial bilateral endos6opi6 lung volue redu6tion in patients ith bilateral lung ephysea. 59+%3 reh uku $#ar 8isiologi Kedokteran +disi .
31
"". Ii#aya
Putra
!G,
Made
$rtika
!D.
59;O:!5
O>%3;F53!4+
PFLMO:$; D!%+$%+, D!$G:O%!% $:D 3;+$3M+:3. +2ankier $$, Gevenois P$. 53 and M;! of pulonary ephysea? assessent of lung stru6ture and fun6tion. !n8un6tional !aging of the 5hest &'' erlin 9eidelberg. "0. asunaga K, 5hNrot2Kornobis :, +dN oulengue@ 5, Duhael $, 8aivre <>, ;ey <, ;ey28, Patterson G$. 5hroni6 obstru6tive pulonary diseaseQ "'? >ulle6toy, lung volue redu6tion surgery, and transplantation for patients ith 6hroni6 obstru6tive pulonary disease. 3horaC. &''1 ullous +physea. 3he 5ardiothora6i6 %urgery :etork. &''-. $vailable at? http?.6tsnet.orgarti6legiant2bullous2ephysea