BAB I PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Terjadinya suatu fraktur lengkap atau tidak lengkap ditentukan oleh kekuatan, sudut dan tenaga, keadaan tulang, serta jaringan lunak di sekitar tulang. Secara umum, keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka, fraktur tertutup dan fraktur dengan komplikasi.1 Fraktu Frakturr terbuka terbuka adalah adalah fraktu frakturr yang yang mempuny mempunyai ai hubungan hubungan dengan dengan lingku lingkungan ngan luar luar melalui melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi kontaminasi bakteri bakteri yang dapat menimbulkan menimbulkan komplikasi komplikasi berupa infeksi. infeksi. Fraktur terbuka merupakan merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan memerlukan penanganan yang terstandar dan segera untuk mengurangi resiko infeksi.1 Utamanya Utamanya adalah untuk mencegah mencegah infeksi, penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. Beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debridemen yang dapat dilakukan berulang-ulang selama !-"# jam, stabilisasi fraktur, penutupan kulit serta pemberian antibiotik yang adek uat.# Berdas Berdasark arkan an hasil hasil $iset $iset %esehat %esehatan an &asar &asar '$(S%) '$(S%)S&* S&*S+ S+ oleh oleh Badan Badan enelit enelitian ian dan engembangan &epkes $( tahun #" di (ndonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam tumpul. &ari /.0!" peristia peristia terjatuh terjatuh yang mengalami mengalami fraktur sebanyak 1.""/ orang'2,!3+, orang'2,!3+, dari #.!#0 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1."" orang '!,/3+, dari 1.1#" trauma benda tajam tumpul, yang mengalami menga lami fraktur sebanyak #24 orang '1,"3+.2 Badan kesehatan dunia '567+ mencatat tahun #/ terdapat lebih dari " juta orang meninggal meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar sekitar # juta orang mengalami mengalami kecacatan fisik. &ari 21,/"/ kejadian fraktur pertahun di *merika didapatkan 1 kejadian fraktur terbuka dan tertinggi yakni fraktur ekstremitas baah sekitar 2," 3 pertahunnya atau !! kejadian fraktur terbuka terbuka dari dari 12,04 12,04 frakt fraktur ur ekstre ekstremit mitas as baah. baah. &iurut &iurutan an selanj selanjutny utnyaa yaitu yaitu fraktu frakturr terbuk terbukaa esktremitas atas 2,23, pel8is ,43, bahu ,#3. enul enulis isan an refer referat at ini ini bertu bertujua juan n agar agar sebaga sebagaii dokter dokter mampu mampu mengen mengenali ali dan mendiagnosis suatu penyakit dengan tepat serta memberikan terapi aal dan mencegah terja terjadin dinya ya kompli komplikas kasii yang yang tidak tidak dihara diharapka pkan. n. Tinda Tindakan kan aal aal yang yang diber diberika ikan n serta serta 1
pena pe na ng an an tera te rapi pi lanj la njut utan an dila di laku kuka ka n sesu se suai ai deng de ng an komp ko mpet et ensi en si do kter kt er yang ya ng ditu di tuju juka kan n demi kesembuhan pasien. Sumber-sumber Sumber-sumber data yang digunakan dalam pembuatan referat ini didapatkan dari studi pustaka dengan mengumpulkan data-data literatur, artikel, jurnal kedokteran dan berb be rbag ag ai sumb su mber er info in form rmas asii yang ya ng dida di dapa pa t mela me lalu luii inte in tern rnet et .
BAB II 2
ANATOMI, HISTOLOGI, FISIOLOGI, DAN BIOKIMIA TULANG
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai / fungsi utama, yaitu membentuk rangka badan, tempat melekat otot, bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam, seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paru-paru, tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam dan sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hematopoetik untuk memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit./Secara garis besar tulang terbagi atas94 1. Tulang panjang, yang termasuk adalah femur, tibia, fibula, humerus, ulna. Tulang panjang 'os longum+ terdiri dari 2 bagian, yaitu epiphysis, diaphysis, dan metaphysis. &iaphysis atau batang, adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar. :etaphysis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. &aerah ini terutama disusun oleh trabekular atau sel spongiosa yang mengandung sel-sel hematopoetik. :etaphysis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epiphysis. )piphysis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang. Seluruh tulang dilapisi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum. #. Tulang pendek antara lain 9 tulang 8ertebra dan tulang-tulang carpal 2. Tulang pipih antara lain 9 tulang iga, tulang skapula, tulang pel8is
3
;ambar 1 9 Bagian tulang panjang Tulang terdiri atas bagian kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekular dan diluarnya dilapisi oleh periosteum. Berdasarkan histologisnya maka dikenal9" •
Tulang imatur 'non-lamellar bone, o8en bone, fiber bone+, tulang ini pertma-tama terbentuk dari osifikasi endokondral pada perkembangan embrional dan kemudian secara perlahan-lahan menjadi tulang yang matur dan pada umur 1 tahun tulang imatur tidak terlihat lagi. Tulang imatur ini mengandung jaringan kolagen den gan substansi semen dan mineral yang lebih sedikit dibandingkan dengan tulang matur.
•
Tulang matur 'mature bone, lamellar bone+
o
Tulang kortikal 'cortical bone, dense bone, compacta bone+
o
Tulang trabekular 'cansellous bone, trabecular bone, spongiosa+
4
Secara histolgik, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel, jaringan kolagen, dan mukopolisakarida. Tulang mature ditandai dengan sistem 6ar8ersian atau osteon yang memberikan kemudahan sirkulasi darah melalui korteks yang tebal. Tulang matur kurang mengandung sel dan lebih banyak substansi semen dan mineral dibanding de ngan tulang imatur. Tulang terdiri atas bahan antar sel dan sel tulang. Sel tulang ada 2, yaitu osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Sedang bahan antar sel terdiri dari bahan organik 'serabut kolagen, dll+ dan bahan anorganik 'kalsium, fosfor, dll+. 7steoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi sel mesenkim yang sangat penting dalam proses osteogenesis dan osifikasi. Sebagai sel osteoblas dapat memproduksi substansi organik intraseluler atau matriks, dimana kalsifikasi terjadi di kemudian hari.
5
;ambar # 9 Bagian-bagian tulang
Tulang dapat dibentuk dengan dua cara9 melalui mineralisasi langsung pada matriks yang disintesis osteoblas 'osifikasi intramembranosa+ atau melalui penimbunan matiks tulang pada matriks tulang raan sebelumnya'osifikasi endokondral+. Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini perubahan tulang lebih banyak terjadi dalam bentuk perubahan mikroskopik akibat akti8itas fisiologis tulang sebagai suatu organ biokimia utama tulang. %omposisi tulang terdiri atas9 substansi organik '2/3+, substansi anorganik '/3+, air '#3+. Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organik intraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks '03+, sedangkan sisanya adalah asam hialuronat dan kondrotin asam sulfur. Substansi anorganik terutama terdiri atas kalsium dan fosfor dan sisanya oleh magnesium, sodium, hidroksil, karbonat, dan fluorida. )n=im tulang adalah alkali fosfatase yang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai peranan penting dalam produksi organik matriks sebelum terjadi kalsifikasi.
WAKTU PENYEMBUHAN FRAKTUR
5aktu penyembuhan fraktur ber8ariasi secara indi8idual dan berhubungan dengan beberapa factor penting pada penderita, antara lain9
1. Umur penderit
6
5aktu penyembuhan tulang pada anak > anak jauh lebih cepat pada orng deasa. 6al ini terutama disebabkan karena akti8itas proses osteogenesis pada daerah periosteum dan endoestium dan juga berhubungan dengan proses remodeling tulang pada bayi pada bayi sangat aktif dan makin berkurang apabila unur bertambah #. L!"#i$$i dn "!n%i&ur$i %r"tur ?okalisasi fraktur memegang peranan sangat penting. Fraktur metafisis penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis. &isamping itu konfigurasi fraktur seperti fraktur tran8ersal lebih lambat penyembuhannya dibanding dengan fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak. 2. Per&e$ern '# %r"tur ada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser. Terjadinya pergeseran fraktur yang lebih besar juga akan menyebabkan kerusakan periosteum yang lebih hebat. . ($"u#ri$$i pd "edu %r&men *pabila kedua fragmen memiliki 8askularisasi yang baik, maka penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur 8askularisasinya jelek sehingga mengalami kematian, maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan mungkin terjadi nonunion. /. Redu"$i dn Im!)i#i$$i $eposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk 8askularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya. (mobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu penyembuhan fraktur. 4. W"tu im!)i#i$$i Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai aktu penyembuhan sebelum terjadi union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar. ". Run&n dintr "edu %r&men $ert interp!$i$i !#e* +rin&n #em" Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteal, maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat 8askularisasi kedua ujung fraktur.
!. Adn- in%e"$i 7
Bila terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada fraktur tertutup atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses penyembuhan. 0. .irn Sin!/i ada persendian dimana terdapat cairan sino8ia
merupakan hambatan dalam
penyembuhan fraktur. 1. Ger"n "ti% dn p$i% n&&!t &er" ;erakan pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan 8askularisasi daerah fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu 8askularisasi.
BAB III PEMBAHASAN FRAKTUR TERBUKA 8
01 De%ini$i
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang danatau tulang raan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur.0 Fraktur secara klinis dibedakan atas fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.0 ?uka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus ku lit 'from within+ atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (from without).1 Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. Selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. Beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat. Fraktur terbuka sering timbul komplikasi berupa infeksi. (nfeksi bisa berasal dari flora normal di kulit ataupun bakteri pathogen khususnya bakteri gram '-+. ;olongan flora normal kulit, seperti Staphylococus, Propionibacterium acne , Micrococus dan dapat juga Corynebacterium. Selain dari flora normal kulit, hasil juga menunjukan gambaran bakteri yang bersifat pathogen, tergantung dari paparan 'kontaminasi+ lingkungan pada saat terjadinya fraktur. Fraktur terbuka memiliki beberapa konsekuensi seperti9 1. *danya kontaminasi pada luka dan fraktur dari lingkungan luar #. *danya kehancuran jaringan lunak dan de8askularisasi yang memperbesar suseptibilitas terhadap infeksi 2. &isrupsi dari jaringan lunak yang dapat yang dapat mempengaruhi penyembuhan fraktur akibat hilangnya kontribusi dari sel osteoprogenitor yang berasal dari jaringan lunak di sekitarnya . 6ilangnya fungsi dari otot, tendon, saraf, pembuluh darah, serta struktur ligament yang berada di sekitarnya. 9
02 Epidemi!#!&i Frekuensi dari fraktur terbuka ber8ariasi tergantung dari faktor geografis dan
sosioekonomis, populasi penduduk, dan trauma yang terjadi. &ari data yang diambil dari Uni8ersitas ;adjah :ada didapatkan insidensi fraktur terbuka sebesar 3 dari seluruh fraktur dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 2,4 9 1 dan kelompok umur mayoritas dekade dua atau dekade tiga, dimana mobilitas dan aktifitas fisik tergolong tinggi. Sedangkan insiden fraktur terbuka di Edinburgh Orthopaedic Trauma nit di Skotlandia mendata sebanyak #1.2 kasus per 1. dalam setahun. Fraktur diafisis menduduki peringkat terbanyak pada tibia '#1,43+, disusul oleh femur '1#,13+, radius dan ulna '0,23+, dan humerus '/,"3+. ada tulang panjang, fraktur terbuka diafiseal lebih sering terjadi dibanding metafiseal '1/.2 3 8ersus 1.#3+. ?okasi
disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis.
3.3.1 Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar Fraktur dapat dibagi menjadi 9 1. Fraktur tertutup 'closed+,bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia 2.
luar. Fraktur terbuka 'opencompound+, bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat 'menurut
•
$. ;ustillo+, yaitu9 ;rade ( 9 ?uka kecil kurang dari 1cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang yang menembus kulit. Terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat simple, trans8ersal, oblik pendek atau sedikit komunitif.
10
•
;rade ((
9 ?aserasi kulit melebihi 1cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau
•
a8ulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikit kontaminasi fraktur. ;rade ((( 9 Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur neuro8askuler dengan kontaminasi yang hebat. Tipe ini biasanya di sebabkan oleh karena trauma dengan kecepatan tinggi. Tipe 2 di bagi dalam 2 subtipe9 Tipe (((* 9
Gm)r 1 Fraktur Terbuka tipe (((* Tipe (((B9 fraktur disertai dengan trauma yang hebat dengan kerusakan dan kehilangan
jaringan, terdapat pendorongan periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebatserta fraktur komunitif yang hebat.
Gm)r 2 Fraktur Terbuka tipe (((B
Tipe (((@9 fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan
perbaikan tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.1
Gm)r 0 Fraktur Terbuka tipe (((@
11
Gm)r 3 %lasifikasi Fraktur Terbuka Berdasarkan ;ustilo dan *nderson
3.3.2 Berdasarkan bentuk patahan tulang 1.
Trans8ersa 9 fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya mudah dikontrol dengan
2.
pembidaian gips. Spiral 9 fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi ekstremitas atau
3.
pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak. 7blik 9 fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis patahnya membentuk
4.
sudut terhadap tulang. Segmental 9 dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang retak dan ada
5.
yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah. %ominuta 9 fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan jaringan
6.
dengan lebih dari dua fragmen tulang. ;reenstick 9 fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak >
7.
anak. (mpaksi 9 fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada
8.
diantaranya, seperti pada satu 8ertebra dengan dua 8ertebra lainnya. Fissura 9 fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti, fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi. 12
Gm)r 4 %lasifikasi Fraktur Berdasarkan Bentuk atahan Tulang
000 Berd$r"n #!"$i pd tu#n& %i$i$ Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan, bagian ini relatif
lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan fisis pada anak > anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau pada saat akti8itas olahraga. %lasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter > 6arris 9 a+ Tipe ( 9 fraktur trans8ersal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup. b+ Tipe (( 9 fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup. c+ Tipe ((( 9 fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis dan kemudian secara trans8ersal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan. rognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi anatomi. d+ Tipe (A 9 fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui tulang metafisis. $eduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar. e+ Tipe A 9 cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan pertumbuhan lanjut adalah tinggi. 03 Eti!#!&i )tiologi fraktur yang dimaksud adalah peristia yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur
diantaranya peristia trauma'kekerasan+ dan peristia patologis. 031 Peristiwa Trauma (kekerasan) %ekerasan langsung
•
%ekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. atah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau miring. 13
•
%ekerasan tidak langsung %ekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. ang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam hantaran 8ektor kekerasan. @ontoh patah tulang karena kekerasan tidak langsung adalah bila seorang jatuh dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu. ang patah selain tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan kemungkinan pula patah tulang paha dan tulang belakang. &emikian pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah
•
pada pergelangan tangan dan tulang lengan baah. %ekerasan akibat tarikan otot %ekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang. atah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. @ontohnya patah tulang akibat tarikan otot adalah patah tulang patella dan olekranom, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi.
3.4.2 Peristiwa Patologis •
%elelahan atau stres fraktur Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan akti8itas berulang > ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat akti8itas yang lebih berat dari biasanya. Tulang akan mengalami perubahan struktural akibat pengulangan tekanan pada tempat yang sama, atau
•
peningkatan beban secara tiba > tiba pada suatu daerah tulang maka akan terjadi retak tulang. %elemahan Tulang Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur.
04 PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. *pabila tekanan eksternal lebih besar dari yang diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh trauma langsung, trauma tidak langsung, atau kondisi patologis. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow dan jaringan tulang yang membungkus tulang rusak. erdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medulla tulang. *kibat hematoma yang terjadi dapat menghambat suplai darahnutrisi ke jaringan tulang yang berdekatan, sehingga jaringan tulang mengalami nekrosis dan menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai d engan 8asodilatasi, eksudasi plasma
14
dan infiltrasi sel darah putih. Tahap ini menunjukan tahap aal penyembuhan tulang. 6ematoma yang terjadi juga menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. 6al ini menyebabkan terjadinya edema. )dema yang terbentuk akan menekan ujung saraf yang dapat menyebabkan nyeri yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan sindroma kompartement.12 Fraktur yang hebat menyebabkan diskontinuitas tulang yang dapat merubah jaringan sekitar seperti merusak integritas kulit atau terjadi laserasi kulit hal ini menyebabkan fraktur terbuka. Fraktur juga menyebabkan terjadinya pergeseran fragmen tulang yang dapat mempengaruhi mobilitas fisik sehingga terjadi gangguan pergerakan dan gangguan perfusi jaringan jika terjadi penyumbatan pembuluh darah oleh emboli lemak dan trombosit yang terjadi akibat reaksi stress dan memicu pelepasan katekolamin yang disebabkan oleh peningkatan tekanan sumsung tulang dibanding tekanan kapiler. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur yaitu faktor ekstrinsik 'adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, aktu dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur+ dan faktor intrinsik 'yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur+ seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisita, kelelahan dan kepadatan atau kekerasan tulang.12 ;ambar 2 9 Skema terjadinya komplikasi pada fraktur terbuka
15
roses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase yaitu 9 Stdium Pen-em)u*n Fr"tur
1. Fase hematoma 'dalam aktu # jam timbul perdarahan+ embuluh darah robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur, yang tidak mendapat persediaan darah, akan mati sepanjang satu ata dua milimeter. #. Fase proliferasiinflamasi 'terjadi 1-/ hari+ &alam ! jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di baah periosteum dan di dalam saluran medula yang tertembus. Ujung fragmen dikelilingi oleh jaringan sel, yang menghubungkan tempat fraktur. 6ematoma yang membeku perlahanlahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halu berkembang ke dalam daerah itu. 2. Fase pembentukan kalus 'terjadi 4-1 hari setelah trauma+ 16
Sel yang berkembangbiak memiliki potensi krondrogenik dan osteogenik9 bila diberikan kedaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan dalam beberapa keadaan, juga kartilago. opulasi sel sekarang juga mencakup osteoklas 'mungkin dihasilkan pembuluh darah yang baru+ yang mulai membersihkan tulang yang mati. :assa sel yang tebal, dengan pulau-pulau tulang yang immatur dan kartilago, membentuk kalus atau bebat pada permukaan periosteal dan endosteal. Sementara tulang fibrosa yang imatur menjadi lebih padat, gerakan pada tempat fraktur semakin berkurang dan pada empat minggu setelah cidera fraktur menyatu. . Fase konsolidasi '#-2 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh+ Bila akti8itas osteoklasik dan osteoblastik berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi tulang lamelar. Sistem itu sekarang cukup kaku untuk memungkinkan osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan dekat di belakangnya osteoblas mengisi celahcelah yang tersisa di antara fragmen dengan tulang yang baru. (ni adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membaa beban yang normal. /. Fase remodelling 'aktu lebih dari 1 minggu+ Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yag padat. Selama beberapa bulan, atau nahkan beberapa tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. ?amela yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang tekanannya tinggi9 dinding-dinding yang tak dikehendaki dibuangC rongga sumsum dibentuk. *khirnya, tulang akan memperoleh bentuk yang mirip bentuk normalnya.
;ambar 9 Fase penyembuhan fraktur pada tulang kortikal
05 MANIFESTASI KLINIS 13 &eformitas karena adanya pergeseran fragmen pada fraktur Dyeri terus menerus dan bertambah berat terutama bila digerakan • •
17
•
embengkakan, memar dan perubahan arna local pada kulit terjadi sebagai akibat
•
trauma dan perubahan yang mengikuti fraktur. %etidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak akibat terputusnya kontinuitas
•
jaringan tulang danatau tulang raan. %repitasi yaitu derik tulang yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan fragmen lainnya.
06 DIAGNOSIS
&iagnosis fraktur ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. *namnesis ada anamnesis, perlu dilakukan anamnesis yang detail mengenai apa yang terjadi
•
pada pasien dan kemungkinan cidera yang terjadi padanya. *namnesis yang perlu dilakukan antara lain9 riayat cidera, manisfestasi klinis dari apa yang dirasakan pasien, menyingkirkan kemungkinan adanya cidera pada lokasi tertentu, seperti abdomen, pel8is, thoraks, ser8ikal, dan ada tidaknya penurunan kesadaran setelah cidera. emeriksaan fisik ada status generalis, perlu diperhatikan *B@s pada pasien. ?ihat apakah terdapat
•
gangguan pada !irway, "reathing, Circulation, dan Cer#ical in$ury. Setelah memeriksa status generalis, maka dilakukan pemeriksaan pada status lokalis. ada pemeriksaan lokalis dilakukan pemeriksaan berupa inspeksi, palpasi, dan mo#ement .1/ - (nspeksi '?ook+ pembengkakan, memar, dan deformitas mungkin dapat terlihat namun, hal yang sangat penting adalah apakah kulit pada daerah tersebut intak atau tidak. *pabila kulit tersebut tidak intak maka fraktur tersebut memiliki hubungan -
dengan dunia luar yaitu fraktur terbuka 'compound fracture). alpasi 'Feel+ alpasi harus dilakukan pada seluruh ekstremitas dari proksimal hingga distal termasuk sendi di proksimal maupun distal dari cedera untuk menilai area rasa sakit, efusi, maupun krepitasi. Seringkali akan ditemukan cedera lain yang terjadi
-
bersaman dengan cedera utama. ergerakan ':o8ement+. %repitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi > sendi di bagian distal cedera. ergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. ada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji 18
pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf. emeriksaan penunjang • 1. Foto olos &engan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. 5alaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Untuk foto polos, terdapat prinsip rule of two yaitu14 9 -
dua posisi proyeksi 'minimal * dan lateral+ # sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, dibaah dan diatas sendi yang
-
mengalami fraktur # anggota gerak # trauma, pada trauma hebat sering menyebabkan fraktur pada # daerah tulang. :isal9 fraktur kalkaneus dan femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan
-
tulang belakang # kali dilakukan foto. ada fraktur tertentu misalnya tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 1-1 hari kemudian.
#. &arah lengkap Untuk melihat keadaan sistemik pasien setelah cidera. Damun untuk mendiagnosis fractur tidaklah cukup hanya dengan menggunakan foto polos saja sehingga dibutuhkan modalitas lain seperti 9 a. @T-Scan, untuk melihat lebih detail mengenai bagian tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis. b. :$(, dapat digunakan untuk memeriksa hampir seluruh tulang, sendi, dan jaringan lunak. :$( dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera tendon,ligamen, otot, tulang raan dan tulang. c. $adioisotop scanning, untuk melihat adanya lesi spinal atau fraktur kondilus tibia d. Tomografi, untuk melihat adanya stressed fracture 07 PENATALAKSANAAN
Prin$ip8prin$ip pen&!)tn %r"tur 19
Kasus fraktur biasanya terjadi akibat adanya trauma oleh karena itu sebelum dilakukan
penobatan
de!nitif
suatu
fraktur"
maka
perlu
dilakukan
penatalaksaan sesuai denan prinsip trauma" sebaai berikut# $enilaian a%al &primary sur'ey ( sur'ei a%al) *ur'ei a%al bertujuan untuk menilai dan memberikan penobatan sesuai denan prioritas berdasarkan trauma yan dialami+ ,unsi-funsi 'ital penderita harus dinilai se.ara tepat dan e!sien+ $enananan penderita harus terdiri atas e'aluasi a%alju yan .epat serta resusitasi funsi 'ital" penanan trauma dan identi!kasi keadaan yan dapat menyebabkan kematian+
/# /i%ay &saluran napas)" penilaian terhadap patensi jalan napas+ /pabila terdapat obstruksi jalan napas" maka harus seera dibebaskan+ /pabila di.uriai kelaian 'ertebra ser'ikalis maka dilakukan pemasanan .ollar ne.k+
# reathin &pernapasan)" perlu diperhatikan dan dilihat se.ara keseluruhan daerah thorak untuk menilai 'entilasi+ alan napas yan bebas bukan berarti 'entilasi .ukup+ ila ada anuan atau instabilitas kardio'askuler" respirasi" atau anuan neurolois" kita harus melakukan 'entilasi denan bantuan alat pernapasan berupa kanton yan disambun denan masker atau pipa endotrakeal+
# ir.ulation &sirkulasi)" sirkulasi adalah kontrol perdarahan meliputi 2 hal# a) olume darah dan output jantun b) perdarahan baik perdarahan luar maupun perdarahan dalam" perdarahan luar harus diatasi denan balut tekan+
# isability &e'aluasi neurolois)" e'aluasi neurolois se.ara .epat setelah satu sur'ei a%al" denan menilai tinkat kesadaran" besar dan reaksi pupil+ enunakan metode /$# / &alert ( sadar)" &'okal ( adanya respon terhadap stimuli 'okal)" $ &painful" danya respon terhadap ransan nyeri)" &unresponsi'e ( tidak ada respon sama sekali)+ asinya 20
dapat diketahui * &laso% .oma s.ale)+
:# :;posure &kontrol linkunan)" untuk melakukan pemeriksaan se.ara teliti pakaian penderita perlu dilepas &pada pasien tidak sadarkan diri)" selain itu perlu dihindari terjadinya hipotermi I
Re$u$it$i $esusitasi adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi tubuh kepada keadaan
fisiologi.%ehilangan
cairan
dapat
berupa
kehilangan
yang
norma'keringat,
penguapan,urin + atau kehilangan yang patologis.%ehilangan cairan yang patologis bisa disebabkan karena perdarahan atau non perdarahan 'dehidrasi+.$esusitasi cairan adalah tindakan mengganti kehilangan cairan tubuh yang hilang oleh sebab patologis II
kembali menjadi normal.1",1! D$r terpi 9irn Terapi cairan 9 resusitasi dan rumatan $esusitasi dapat dilakukan dengan cairan kristaloid atau koloid $umatan dilakukan dengan kristaloid
III
K!mp!$i$i 9irn tu)u* Total body ater 9 4 3 BB (ntraseluler '(@F+ 9 3 )ktraseluler ')@F+ 9 # 3 (nterstitial '(SF+ 9 1/ 3 o (ntra8ascular '(AF+ 9 /3 o
I(
S-!" Hip!/!#emi" Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme hhomeostasis. Syok hipo8olemik disebabkan oleh tidak cukupnya 8olume sirkulasi seperti akibat perdarahan dan kehilangan cairan tubuh lain.1",1! Ke*i#n&n 9irn !#e* "ren perdr*n:der+t $-!" *ip!/!#emi";<
'tabel ini digunakan untuk menentukan derajat perdarahan yang sudah terjadi berdasarkan hasil pemeriksaan pada saat ini+menurut *T?S #1
(!#ume
dr*
Ke#$ I = 64>
Ke#$ II 64>814>>
21
Ke#$ III 14>>82>>>
Ke#$ I( ?2>>>
*i#n& :m#; (!#ume dr* *i#n& :@; Den-ut ndi :"#imenit; Te"nn dr* Fre"uen$i np$:Cmenit; Te"nn ndi Urin !utput :m#+m; Ke$drn Pen&&ntin 9irn
= 14 @
1480>@
0>83> @
3>@
=1>>
1>>
12>
13>
N!rm# 1382>
turun 2>80>
Turun 0>83>
Turun 04
N!rm# 0>
turun 2>80>
Turun 4814
Turun Sn&t "urn&
n!rm# &e#i$* Bin&un& Tid" per#u RL tu N.# .irn pen&&ntin >,@ "ri$t#!id,"!#!id,d /!#ume 9irn $e+um#* 0 n dr* $e9r I(FD "#i /!#ume dr* -n& *i#n&
Tid" $dr .irn "ri$t#!id, "!#!id dn dr*
contoh BB 4 kg, maka )BA E " 4
EB(:e$timted )#!!d /!#ume; < 6> m#"&BB E# ml
erdarahan #/ 3 )BA 'dilihat dari T&,$$,nadi, urin output pada tabel diatas+ E #/ 3 # E 1 ml'Blood loss+ Pen&&ntin 9irn pd perdr*n 9
ersiapan yang dilakukan sebelumnya 9 • • • •
(nfuse set 'jarum besar 14 ; atau 1! ;+,# set emanas cairan 7ksigen nasal %ateter urin
konsensus 9 Kri$t#!id
0<1
K!#!id :HES;
1<1
sampai dengan perdarahan #/ 3 )BA
penggantian dengan cairan kristaloid
contoh 9
22
•
•
pasien dengan BB 4 kg , perdarahan sd #/ 3 )BA ' 1 ml+
diganti 2 ml
$?'ringer laktat+ atau Da@l .03 selebihnya 'diatas #/ 3 )BA+ diganti dengan cairan kristaloid G koloid .@airan yang pertama
diberikan adalah
$? Da@? ,0 3'2 91+ sampai 2- liter kira-kira 1 jam
diguyur,lalu dilanjutkan 6)S 43 ' 191+ pantau tanda klinis 'frekuensi nafas,tekanan darah,nadi dan produksi urin+ bila hemodinamik belum normal persiapkan transfusi •
darah. @ontoh pada syok hipo8olemik derajat ((('2- 3 )BA+ yang dilihat dari gejala klinis seperti tekanan darah,nadi,frekuensi nafas,kesadaran, dan urin output. )BAE 2/ 3 4 "ml E 1/ ml' kehilangan darah+ &ilakukan resusitasi cairan yaitu 1 cc perdarahan diganti 2 ml $?,guyur kira-kira 1 jam lalu dilanjutkan pengganti sisa perdarahan dengan cairan koloid / ml diganti dengan / ml 6)S 43'191+1"
Trn$%u$i dr*
:engikuti rule of /
• • •
um#* m# WB BB :"&; C 4C de#t H) :$e#i$i* H) tr&et den&n H) $t ini; Target 6b 03 $@ E H 5B @ontoh 9 BB 4 kg ,6b 2g3,target 0g3 :aka kebutuhan 5B E 4 / '0-2+E 1!ml Bila $@ E0 ml
Prin$ip Pen&!)tn d 3, -itu< 16
1. $ecognition 'diagnosis dan penilaian fraktur+ *al pengobatan perlu diperhatikan 9 ?okalisasi fraktur • Bentuk fraktur • :enentukan teknik yang sesuai dengan pengobatan • %omplikasi yang mungkin selama dan sesudah pengobatan • #. $eduction :engurangi fraktur dengan cara reposisi fraktur. 6arus dengan posisi yang baik yaitu9 *lignment yang sempurna • 23
*posisi yang sempurna 2. $etention (mobilisasi fraktur . $ehabilitation :engembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin •
Penn&&u#n&n %r"tur ter)u" 1
Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur tebuka9 1. 7bati fraktur terbuka sebagai satu kegaatan. #. *dakan e8aluasi aal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan kematian. 2. Berikan antibiotic dalam ruang gaat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi. . Segera dilakukan debrideman dan irigasi yang baik /. Ulangi debrideman #-"# jam berikutnya 4. Stabilisasi fraktur. ". Biarkan luka tebuka antara /-" hari !. ?akukan bone graft autogenous secepatnya 0. $ehabilitasi anggota gerak yang terkena
TAHAP8TAHAP PENGOBATAN FRAKTUR TERBUKA 1,2>
1.
embersihan luka embersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan Da@l fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat. #. )ksisi jaringan yang mati dan tersangka mati 'debridemen+ Semua jaringan yang kehilangan 8askularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak, fascia, otot dan fragmen# yang lepas 2. engobatan fraktur itu sendiri Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu fraksi skeletal atau reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna tulang. fraktur grade (( dan ((( sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna. . enutupan kulit
24
*pabila fraktur terbuka diobati dalam aktu periode emas '4-" jam mulai dari terjadinya kecelakaan+, maka sebaiknya kulit ditutup. hal ini dilakukan apabila penutupan membuat kulit sangat tegang. dapat dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. luka dapat dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 1 hari. kulit dapat ditutup kembali disebut delayed primary closure. yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak dipaksakan yang mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang. /. emberian antibiotic 4. encegahan tetanus Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat diberikan #/ unit tetanus imunoglobulin 'manusia+ eraatan lanjut dan rehabilitasi fraktur terbuka 9 1. :enghilangkan nyeri. #. :endapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dari fragmen fraktur 2. :engusahakan terjadinya union. . :engembalikan fungsi secara optimal dengan mempertahankan fungsi otot dan sendi, mencegah atrofi otot, adhesi dan kekakuan sendi, mencegah komplikasi seperti dekubitus, trombosis 8ena, infeksi saluran kencing serta pembentukan batu ginjal. /. :engembalikan fungsi secara maksimal dengan fisioterapi untuk memperkuat otototot serta gerakan sendi baik secara isomeric'latihan aktif static+ pada setiap otot yang berada pada lingkup fraktur serta isotonic yaitu latihan aktif dinamik pada otototot tungkai dan punggung. Tind"n Pem)ed*n
6al ini penting untuk menstabilkan patah tulang sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan jaringan yang lebih lunak. Tulang patah dalam fraktur terbuka biasanya digunakan metode fiksasi eksternal atau internal.# :etode ini memerlukan operasi. a. Fiksasi (nternal Selama operasi, fragmen tulang yang pertama direposisi 'dikurangi+ ke posisi normal kemudian diikat dengan sekrup khusus atau dengan melampirkan pelat logam ke permukaan luar tulang. Fragmen juga dapat diselenggarakan bersama-sama dengan memasukkan batang baah 25
melalui ruang sumsum di tengah tulang. %arena fraktur terbuka mungkin termasuk kerusakan jaringan dan disertai dengan cedera tambahan, mungkin diperlukan aktu sebelum operasi fiksasi internal dapat dilakukan dengan aman. b. Fiksasi )ksternal Fiksasi eksternal tergantung pada cedera yang terjadi. Fiksasi ini digunakan untuk menahan tulang tetap dalam garis lurus. &alam fiksasi eksternal, pin atau sekrup ditempatkan ke dalam tulang yang patah di atas dan di baah tempat fraktur. %emudian fragmen tulang direposisi. in atau sekrup dihubungkan ke sebuah lempengan logam di luar kulit. erangkat ini merupakan suatu kerangka stabilisasi yang menyangga tulang dalam posisi yang tepat. ada beberapa kasus, amputasi menjadi pilihan terapi. %mmediate amputation biasanya diindikasikan pada keadaan berikut9 •
Fraktur terbuka derajat (((@ dimana lesi tidak dapat diperbaiki daniskemia sudah
•
terjadi I! jam *nggota gerak yang mengalami crush berat dan jaringan #iable yang tersisa untuk
•
re8askularisasi sangat minimal %erusakan neurologis dan soft tissue yang berat, dimana hasil akhir repair tidak lebih
•
baik dari penggunaan prosthesis. @edera multipel dimana amputasi dapat mengontrol perdarahan dan mengurangi efek
•
sistemiklife sa#ing %asus dimana limb sal#age bersifat life&threatening dengan adanya penyakit kronik yang berat, seperti diabetes mellitus dengan gangguan 8askular perifer berat dan
•
neuropati. %ondisi bencana mass disaster
0 KOMPLIKASI %omplikasi dari fraktur terbuka dapat dibagi dalam dua fase yaitu9# 1. Fase dini komplikasi ini timbul dalam aktu beberapa hari atau beberapa
minggu setelah terjadinya fraktur. %omplikasi yang muncul pada fase dini ini antara lainC kerusakan lapisan 8isceral, kerusakan pembuluh darah, kerusakan pembuluh saraf, sindroma kompartemen, haemarthrosis, infeksi, gas gangrene. #. Fase lambat komplikasi ini timbul dalam aktu beberapa minggu hingga
beberapa bulaan setelah terjadinya fraktur. %omplikasi yang muncul pada fase lambat ini antara lainC delayed union, non-union, malunion, a8ascular necrosis, gangguan pertumbuhan, lesi tendon, kompresi saraf, osteoarthritis. 26
01>
PROGNOSIS
rognosis pada fraktur terbuka tergantung dari derajat fraktur, dan penanganan pada fraktur tersebut. Semakin berat derajat fraktur, semakin lama dan buruknya penanganan maka prognosis akan buruk.
BAB I( KESIMPULAN
Fraktur terbuka adalah diskontinuitas atau terputusnya jaringan tulang maupun jaringan skeletal akibat tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang yang terpapar oleh lingkungan luar. Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat. (nsiden fraktur terbuka sebesar 3 dan banyak pada laki-laki. %lasifikasi fraktur terbuka yang dianut deasa ini adalah menurut ;ustillo dan *nderson. enyebabnya bisa berupa trauma langsung dan tidak langsung. &iagnosis fraktur terbuka didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik yang paling bermakna adalah loo', feel dan mo#e serta penunjang berupa pemeriksaan radiologis, @TScan maupun :$(. Tujuan dari tata laksana fraktur terbuka adalah untuk mengurangi resiko infeksi, terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. Beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debridemen yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat. %omplikasi fraktur sendiri terdiri dari komplikasi fase dini maupun fase lambat. rognosis tergantung pada penolongan fraktur itu sendiri yang harus dilakukan sebelum 4 jam 'golden period +.
27
D%tr Pu$t" 1. 6elmi J. Buku *jar ;angguan :uskuloskeletal.
at9
6ttp9$epository.Usu.*c.(dBitstream1#2/4"!0#"424@o8er.df.
*ccessed on 7ctober 1/, #1. . @ourt Bron, Bugler , @lement. #1#. The )pidemilogy 7f 7pen Fractures (n *dults. (njury. 2. '4+9!01-" /. rice &an 5ilson. Patofisiologi onsep linis Proses&Proses Penya'it . )d9 %e-4.
28
1#. @ourt-Bron @:, Brester D '1004+ )pidemiology of open fractures. Court&"rown CM, Mc+ueen MM, +uaba !! (eds), Management of open fractures ?ondon9 :artin &unit=, #/-2/ 12. $asjad, @hairuddin. engantar (lmu Bedah 7rtopedi,@etakan %e-A.
5orkup.
5.)medicine.:edscape.@om*rticle1#""1"-5orkup.
*8ailable
*t
9
*ccesed 7n 7ctober 1th
#1. 14. Solomon ?, Aarick &, Dayagam S. rinciple 7f Fracture. (n 9 Dayagam S, )ditor. *pleyMs System 7f 7rthopaedics *nd Fractures 0th )d. United States 9 @rc ress.#1..4"#-!!. 1". ?atief S.*etunjuk raktis *nastesiologi.)disi %edua. enerbit F%U(.
29