Brown-Séquard Syndrome Brown-Séquard Syndrome
I. PENDAHULUAN
Brown-Séquard Brown-Séquard Syndrome Syndromese seca cara ra
sed sederh erhana ana
dapat apat
diar diarti tik kan
seb sebagai agai
kumpulan gejala yang diakibatkan oleh adanya lesi pada sumsum tulang belakang yang biasanya terdapat pada bagian servikal bagian lateral. Penderita sindrom ini kehilangan fungsi motorik, proprioseptif, dan rasa getar ipsilateral disertai dengan kehilangan sensasi nyeri dan suhu kontralateral. Manifestasi klinik dari sindrom ini bisa berupa defisit neurologi ringan hingga berat.Penderita biasanya diberikan edukasi edukasi secara menyeluruh menyeluruh tentang fungsi fungsi dari sistem tubuhnya, tubuhnya, efek sosial, dan efek psikologi tentang kondisi yang mereka alami. 1 Sindrom ini pertama kali ditemukan oleh dokter Charles-douard !ro"nSe#uard, seorang neurologis dari Prancis, pada tahun 1$%& sebagai bentuk dari kerusa kerusakan kan pada pada sumsum sumsum tulang tulang belaka belakang. ng.',( )a menjad menjadii orang orang pertama pertama yang yang mempela mempelajari jari fisiolo fisiologi gi dari dari sumsum sumsum tulang tulang belaka belakang. ng. )a menemu menemukan kan BrownSéquard Syndrome ketika Syndrome ketika ada seseorang yang berumur '' tahun yang mendadak mengal mengalami ami rasa nyeri nyeri sponta spontan n pada pada tungka tungkaii kanann kanannya. ya. *rang *rang tersebu tersebutt pernah pernah terkena tusukan pisau dari belakang tubuhnya satu setengah tahun sebelum rasa nyeri itu ia rasakan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan spastik, refleks tendon yang yang mening meningkat, kat, respon respon planta plantarr eksten ekstensor sor,, ganggu gangguan an pada pada perger pergeraka akan n sendi sendi tungkai kanan, dan rasa getar hingga mencapai tulang rusuk sisi kanan tubuh. Sisi berla"anan mengalami gangguan terhadap rasa nyeri dan suhu di ba"ah kira-kira +1. Manifestasi klinik seperti ini merujuk ke Brown-Séqua ke Brown-Séquard rd Syndrome Syndrome..' Penyebab dari sindrom ini biasanya terjadi akibat trauma pada satu sisi sumsum tulang belakang dan nontrauma di mana dapat diakibatkan oleh tumor primer maupun metastasis, multiple sclerosis, herniasi diskus, spondilosis servi servikal kal,, hema hemato tom m epid epidur ural al,, radi radiasi asi,, peng penggu guna naan an obat obat intr intrave avena na terte tertent ntu, u, tuberculosis, meningitis, empyema, herpes oster, sifilis, iskemia, dan lain-lain. 1
1
II. PEMBAHASAN A. DEFINISI
Brown-Séquard Syndromeadalah kumpulan gejala yang timbul oleh karena lesi inkomplit pada anatomi sumsum tulang belakang pada bagian lateralyang ditandai dengan paralisis upper motor neuron ipsilateral dan kehilangan sensasi proprioseptif dengan kehilangan sensasi rasa sakit serta suhu kontralateral.(
B. EPIDEMIOLOGI
!erdasarkan
hasil
penelitian
di
merika
Serikat,
Brown-
Séquard Syndrome adalah sesuatu yang langka "alaupun insiden pastinya tidak diketahui. +idak ada data yang menunjukkan sindrom yang disebabkan oleh trauma maupun yang nontrauma. /amun, dapat diperkirakan insiden dari trauma sumsum tulang belakang di merika Serikat mencapai 11. buah kasus untuk setiap tahunnya dengan Brown-Séquard Syndrome terdiri dari '0% di antaranya. Prevalensi dari kerusakan sumsum tulang belakang secara kesuluruhan mencapai '%2. orang untuk setiap tahunnya. )nsiden jumlah penderita dari sindrom ini secara internasional belum diketahui.1 Menurut insiden secara umum sejak tahun ', sindrom ini mengenai populasi orang berkulit putih sebesar 3(, ras frika-merika sebesar '',2, dan ras merika 4atin sebesar 11,$, dan ras lain sebesar ',%. !erdasarkan berbagai penelitian demografis, sindrom ini lebih banyak mengenai laki-laki daripada perempuan. /amun, epidemiologi yang satu ini hanya berdasarkan pada kasus yang disebabkan oleh trauma saja. !erdasarkan penelitian populasi, kerusakan pada sumsum tulang belakang pada umumnya terjadi di rentang umur 13-( tahun, tapi umur rata-rata telah bergeser ke atas setelah beberapa dekade. Sejak tahun ', umur rata-rata dari penderita yang mengalami BrownSéquard Syndrome yang diakibatkan oleh trauma adalah ($ tahun. 5mur rata-rata dari mereka yang mengalami Brown-Séquard Syndrome itu sendiri adalah % tahun.1
2
Gambar 1.Epidemiologi Cedera Medula pi!ali
C. ANA"OMI
Medula spinalis merupakan struktur berbentuk silinder yang berdiameter 6 ' cm dan terdiri dari bagian putih, dan bagian abu-abu. Medula spinalis berada kanalis sentralis vertebra yang dikelilingi oleh struktur tulang 7 collum vertebrae8, memanjang dari foramen magnum yang berada di dasar tengkorak sampai setinggi 41-4' disebut conus medullaris. 9iba"ah tingkat ini, lumbar sac 7theca8 hanya mengandung filamen serabut saraf yang disebut dengan cauda e#uina 7: horse’s tail ;8. Medula spinalis diselubungi oleh ( selaput meningen yang merupakan lanjutan dari selaput yang menyelubungi otak. Piamater melekat pada medula spinalis, duramater, dan arachnoid 7tanpa pembuluh darah8 memanjang secara kaudal sampai setinggi vertebra S< yang mana kemudian akan bergabung dengan filum terminale untuk membentuk ligamentum koksigis 7 filum of the dura8. Medula spinalis menerima input melalui nervus perifer dari bagian tubuh dan melalui traktus descenden dari otak, kemudian memproyeksikan output melalui saraf perifer ke
bagian tubuh dan melalui traktus ascenden ke otak.1, %, <
3
Medula Spi!ali &
Gambar #. S$ru%$ur
D. E"IOLOGI 1. "rauma
=asus trauma yang
biasanya
menyebabkan
Brown-Séquard Syndrome adalah tusukan, luka tembak, kecelakaan berkendara, dan lain-lain.1 #. No!'"rauma
a. +umor 7metastasis primer8 b. >erniasi diskus c. Spondilosis servikal d. >erniasi sumsum tulang belakang melalui defek dural 7idiopatik atau posttrauma8 e. pidural hematom pada Medulla Spinalis f. 9iseksi arteri vertebralis g. Myelitis transversal h. ?adiasi i. *sifikasi dari ligamentum flavum
4
j. Meningitis Medulla Spinalis k. mpyema l. )skemik m. >emoragi 7termasuk spinal subdrual atau epidural dan hematomyelia8 1 E. PA"OFISIOLOGI
Brown-Séquard Syndrome terjadi karena adanya lesi pada traktus ascenden dan atau descendens medula spinalis yang mengenai salah satu sisi medulla spinalis. Perdarahan berupa bintik-bintik peteki di grey matter akan meluas dan menyatu dalam 1 jam setelah trauma terjadi. Perkembangan selanjutnya berupa nekrosis hemoragik terjadi dalam "aktu '%-(3 jam setelah trauma. Peteki pada white matter terjadi pada (-% jam setelah trauma. Serat myelin akan mengalami kerusakan yang ekstensif.1 F. GE(ALA )LINIS
@ejala-gejala yang muncul pada keadaan ini adalah sebagai berikut A 1. Pada sisi lesi jaras motorik desenden terganggu, dan setelah syok spinal a"al menghilang, maka akan menyebabkan paralisis spastik ipsilateral diba"ah tingkat lesi dengan hiperrefleksia dan refleks abnormal pada jari-jari kaki. )psilateral karena traktus telah menyilang pada tingkat yang lebih tinggi, dan spastik karena traktus tersebut juga mengandung serat ekstrapiramidal. '. Cedera funiculus menghilangkan rasa untuk posisi,getaran,dandiskriminasi taktildi ba"ah tingkat lesi. (.taksia seharusnya dapat ditemukan, tapi tidak terlihat karena adanya paralisis ipsilateral. %.?asa nyeri dan suhu tidak menghilang diba"ah tingkat cedera,karenadisini serat traktus spinotalamikus telah menyeberang kesisi yang:sehat;.Sebaliknya,rasa nyeri dan suhu menghilang pada sisi kontralateral diba"ah tingkat lesi.
5
<. ?asa taktil sederhana tidak menurun karena serat yang mengirim rasa ini menggunakan dua jaras, yaitu funikuli posterior dan traktus spinotalamikus anterior.1, 3 =arakteristik dari gambaran klinik yang ditemui pada pasien-pasien dengan hemiseksi medula spinalis komplet setelah syok spinal berakhir, yaituA 1.Paralisis 4M/ ipsilateral pada segmen dari lesi dan atrofi otot. =eadaan ini disebabkan kerusakan neuron dalam kolum anterior dan mungkin juga diikuti oleh kerukasakan dari serabut saraf pada segmen yang sama. '.Paralisis spastik ipsilateral pada tingkat diba"ah lesi.Munculnya !abinski ipsilateral,refleks dinding perut ipsilateral ,dan refleks kremaster ipsilateral.Semua gejala in) muncul karena hilangnya traktus kortikospinal pada daerah lesi. (.nestesi ipsilateral kulit.)ni akibat kerusakan terletak pada jalan masuknya,pada daerah lesi. %.=ehilangan sensasi proprioseptif,deskriminasi taktil,dan getaran di ba"ah tingkat lesi.@ejala ini disebabkan oleh kerusakan traktus ascenden pada sisi yang sama dengan lesi. <. =ehilangan sensasi nyeri dan suhu kontralateral diba"ah tingkat lesi. 1, 3
6
7
Gambar * American Spinal Injury Association (ASIA) “Standard Neuroloical .
!lassi"cation o# Spinal !ord Injury$% $
G. DIAGNOSIS 1. A!am!ei
Pada anamnesis ke pasien biasa dikeluhkan adanya lumpuh separuh badan, rasa panas dan kulit memerah pada separuh badan, kehilangan sensasi proprioseptif dan vibrasi, atrofi otot segmental dan lumpuh layu, dan anastesia dan analgesia segmental. Selain itu, pasien juga biasanya mengeluhkan hilangnya sensasi nyeri dan sensasi suhu pada separuh badan di sebelahnya. $ #. Pemeri%aa! Fii%
a. Bungsi =ortikal 4uhur +es ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan pada pasien tentang orientasi "aktu, tempat, kondisi kesehatannya saat ini, tes konsentrasi, dan daya ingat. & b. +es Bungsi Motoris 9alam penilaian fungsi motorik, harus diingat bah"a pengamatan kecepatan dan kekuatan gerakan dan otot massal, nada, dan koordinasi biasanya lebih informatif daripada keadaan refleks tendon. Sangat penting untuk dapat menjamah seluruh anggota badan untuk memeriksa kemungkinan atrofi dan fasikulasi. !erikutnya langkah ini untuk melihat pasien mempertahankan lengan terentang di posisi ra"an dan terlentang, melakukan tugas-tugas sederhana, seperti bergantian menyentuh hidung dan jari pemeriksa membuat cepat bolak gerakan yang memerlukan percepatan mendadak dan perlambatan dan perubahan arah, seperti mengetuk satu tangan pada yang lain sementara bolak pronasi dan supinasi lengan ba"ah cepat menyentuh ibu jari ke ujung jari masing-masing, dan mencapai tugas-tugas sederhana seperti mengancingkan baju, membuka peniti, dan penanganan umum alat. Perkiraan kekuatan otot kaki dengan pasien berada di &
tempat tidur sering tidak dapat diandalkan. Menjalankan tumit ke ba"ah depan tulang kering, bergantian menyentuh jari pemeriksa dengan kaki dan lutut yang berla"anan dengan tumit, dan berirama menekan tumit pada tulang kering adalah tes koordinasi yang perlu dilakukan di tempat tidur. =ekuatan kaki dapat juga diuji, baik dengan terlentang di mana posisi pasien dengan kaki tertekuk di pinggul dan lutut.$ c. +es Bungsi ?efleks Pengujian otot bisep, trisep, supinator 7radial-periosteal8, patela, chilles, dan refleks perut dan kulit plantar adalah contoh aktivitas refleks sumsum tulang belakang. Memunculkan refleks tendon mensyaratkan bah"a otot-otot yang terlibat haruslah dalam keadaan rileks. ?efleks kurang aktif dapat difasilitasi oleh kontraksi otot-otot lain 7Dendrassik manuver8. ?espon plantar menimbulkan kesulitan khusus karena beberapa perbedaan respon refleks dapat ditimbulkan dengan merangsang telapak kaki sepanjang perbatasan luarnya dari tumit ke jari kaki. +idak adanya refleks kulit superfisial perut, otot kremaster, dan lainnya adalah tes tambahan berguna untuk mendeteksi lesi kortikospinalis. & d. +es Sensoris )ni tidak diragukan lagi merupakan bagian yang paling sulit dari pemeriksaan neurologis. !iasanya pengujian sensorik disediakan untuk akhir pemeriksaan dan jika tes ini bisa diandalkan, tidak boleh diperpanjang selama lebih dari beberapa menit. 9iadakan survei pada leher, "ajah, lengan, badan, dan kaki dengan jarum. !iasanya yang dicari adalah perbedaan antara kedua sisi tubuh 7lebih baik untuk bertanya apakah rangsangan di sisi berla"anan dari tubuh merasakan hal yang sama daripada menanyakan apakah mereka merasa ada perbedaan8, tingkat di mana sensasi mulai terasa hilang, dan ona relatif atau absolut analgesia 7kehilangan sensibilitas nyeri8 atau anestesi 7loss sensibilitas sentuh8. 9aerah defisit sensorik kemudian dapat diuji lebih hati-hati dan dipetakan. Memindahkan stimulus dari suatu daerah di mana sensasi berkurang ke daerah yang normal meningkatkan persepsi dari perbedaan sensasi tersebut. ?asa getaran dapat diuji
'
dengan membandingkan ambang di mana pasien dan pemeriksa kehilangan persepsi dengan menggunakan garpu tala.&
*. Pemeri%aa! Pe!u!+a!g
a. ?adiologi Studi radiografik membantu untuk memastikan diagnosis dan menentukan etiologi Brown-Séquard Syndrome. Boto polos selalu diperlukan dalam trauma akut pada tulang belakang, tapi informasi lebih lanjut biasanya diperoleh dengan teknik-teknik baru. ?adiografi polos tulang belakang dapat menggambarkan cedera tulang trauma tembus atau tumpul. Braktur massa lateral dapat menyebabkan Brown-Séquard Syndrome setelah cedera tumpul.1 b C+ Scan Pada orang yang tidak mampu memiliki M?) scan dilakukan sebuah myelogram C+ sebagai pemeriksaan lain. Pencitraan ini diharapkan untuk mengungkapkan kerusakan jaringan saraf terlokalisasi pada satu sisi dari sumsum tulang belakang. 1 c. . M?) Magnetic resonance imaging 7M?)8 sangat berguna dalam menentukan struktur yang tepat yang telah rusak di Brown-Séquard Syndrome serta dalam mengidentifikasi etiologi nontraumatik dari gangguan.1
1
H. DIAGNOSIS BANDING
dapun diagnosis banding dari Brown Sequard Syndrome, antara lainA1, 11 1. Multiple Sclerosis
Multiple Sclerosis7MS8 adalah penyakit berupa inflamasi yang dimediasi sistem imun, yang menyerang sistem saraf pusat 7SSP8. Penyakit ini merusak selubung myelin, serta material yang mengelilingi dan melindungi sel-sel saraf. MS lebih banyak ditemui pada perempuan daripada laki-laki, dan kebanyakan mengenai orang pada usia ' sampai % tahun. 1' Penyebab MS masih belum diketahui sampai sekarang. )ni merupakan suatu penyakit autoimun, dimana dicurigai MS melibatkan kombinasi dari kerentanan genetik dan faktor pemicu non genetik, seperti infeksi, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya autoimun. 1' dapun gejala yang timbul pada penderita MS, yaituA a. @angguan visual b. =elemahan otot c. @angguan koordinasi dan keseimbangan d. =ehilangan sensasi atau mati rasa e. @angguan berpikir dan memori 1'
!iasanya, penyakit yang timbul cukup ringan, tetapi pada beberapa orang yang menderita MS, akan kehilangan kemampuan untuk menulis, berbicara atau berjalan. Sampai saat ini, belum ada obat untuk MS. +etapi, penggunaan obat-
11
obatan seperti imunomodulator terapi 7)M+8. 9alam hal ini, )M+ diarahkan dalam hal mengurangi frekuensi kambuh dan memperlambat perkembangan penyakit. 1'
#. Poliomieli$i A%u$
Poliomielitis akut adalah suatu penyakit pada bagian anterior neuron motorik sumsum tulang belakang dan batang otak yang disebabkan oleh virus polio. +anda khas dari penyakit ini adalah timbulnya kelemahan tipe flaccid yang asimetris disertai atrofi otot.1(
Gambar #. "ipe %o!$ra%$ur pada pe!deri$a Polio 1*
Seorang carrier infeksi virus polio merupakan salah satu sumber utama penyebaran virus dari orang ke orang. Cara penularan virus ini adalah melalui feco-oral. Penyebaran virus terbesar terjadi dalam keluarga dengan sanitasi yang buruk dan keadaan yang ramai atau padat.1( +idak ada pengobatan khusus untuk poliomyelitis akut, kecuali pera"atan suportif, untuk membantu menjamin kelangsungan hidup, serta rehabilitasi baik terapi fisik, terapi okupasi, terapi bicara, sampai intervensi bedah jika diperlukan.1( *. Guillain Barre Syndrome ,GBS-
12
Guillain Barre Syndrome adalah suatu kelainan yang bersifat autoimun yang menyebabkan sistem imun seseorang menyerang sistem saraf perifernya, yang mengakibatkan timbulnya kelemahan otot, kesemutan, refleks yang berkurang, sampai dengan kelumpuhan. Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada selubung mielin. =erusakan ini disebut demielinisasi, dan hal ini menyebabkan sinyal saraf untuk bergerak lebih lambat. Penyakit ini sering mengikuti infeksi ringan, seperti infeksi paru-paru atau infeksi gastrointestinal. =ebanyakan, tanda-tanda infeksi sebelumnya telah menghilang, sebelum gejala dari Guillain Barre Syndrome timbul. +idak adaobat untuk sindrom GuillainBarre Syndrome. /amun, banyak pera"atan yang tersedia untuk membantu mengurangi gejala, mengobati komplikasi, dan mempercepat pemulihan. Salah satu metode ini disebut plasma pheresis, yang digunakan untuk menghilangkan antibodi dari darah. Proses ini melibatkan mengambil darah dari tubuh, biasanya dari lengan, memompa ke dalam mesin yang menghilangkan antibodi, dan kemudian memasukkannya kembali ke dalam tubuh. Metode kedua adalah dengan memblokir antibodi menggunakan terapi imunoglobulin dosis tinggi. 9alam hal ini,imunoglobulin ditambahkan kedarah dalam jumlah besar, untuk memblokir antibodi yang menyebabkan peradangan.Pengobatan lain digunakan untuk mencegah komplikasi, antara lainA a. Pengencer darah dapat digunakan untuk mencegah pembekuan darah b. Dika diafragma lemah, dukungan bernapas atau bahkan ventilator mungkin diperlukan c. /yeri diobati denganobat anti-inflamasidan narkotika jika diperlukan. d.Posisi tubuh yang tepat atau slang dapat digunakan untuk mencegah tersedak saat makan jika otot-otot yang digunakan untuk menelan yang lemah. Pemulihan dapat mencapai minggu, bulan, atau tahun. Menurut )nstitut /asional /eurologis @angguan dan Stroke, sekitar ( dari pasien masih memiliki beberapa kelemahan setelah (tahun. Perasaan lemah ringan bisa bertahan untuk beberapa orang.1%, 1< 13
I. PENA"ALA)SANAAN
Penggunaan obat untuk Brown-Séquard Syndrome tergantung pada etiologi dan onset akut. Pengobatan akut SC) traumatis melibatkan dosis langsung metil prednisolon. )mobilitas akut yang tidak berhubungan dengan pendarahan memerlukan terapi antikoagulasi, jika tidak kontraindikasi. Perlindungan gastrointestinal sangat dianjurkan.1 *bat lain yang digunakan untuk mengelola gejala dan komplikasi yang diperlukan, termasuk antibiotik, antispasmodik, obat nyeri, dan obat pencahar.1 !eberapa studi telah menunjukkan hasil yang lebih baik untuk pasien dengan SC) traumatis yang diberi steroid dosis tinggi di a"al perjalanan klinis. *bat-obat ini memiliki sifat anti-inflamasi dan menyebabkan efek metabolik yang mendalam dan bervariasi. =ortiko steroid memodifikasi respon kekebalan tubuh terhadap rangsangan yang beragam.1 Selain yang disebutkan diatas, berbagai rehabilitasi juga diperlukan, antara lain terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi rekreasi.1 )ntervensi bedah di SC) traumatis telah menjadi kontroversi, dengan fokus utama pada stabilitas tulang belakang. =ebutuhan untuk pengurangan cepat dari setiap deformitas tulang belakang diterima dengan baik. Pengurangan dapat dicapai baik secara postural maupun bedah. Stabilisasi tulang belakang lebih kontroversial. Stabilitas dapat berasal dari perbaikan bedah langsung dengan cangkok tulang dan 7sering8 instrumentasi atau dari penyembuhan alami. Cedera tulang belakang stabil diperlakukan secara nonoperatif, sementara cedera tidak stabil diperlakukan pembedahan. 9ekompresi bedah dari tulang belakang diindikasikan untuk incomplete syndrome di mana tampak kompresi sisa. tiologi nontraumatik dari Brown-Séquard Syndrome biasanya melibatkan kompres) mekanis atau herniasi dari sumsum tulang belakang dan memerlukan dekompresi bedah.1
14
(. )OMPLI)ASI
=omplikasi dari penderita Brown-Séquard Syndrome disangkutpautkan dengan umur dari penderita juga jenis trauma yang diperoleh. Ealaupun demikian komplikasi yang pada umumnya terjadi dapat berupa kehilangan fungsi motorik dan sensorik serta fungsi otonom. Selain itu dapat pula terjadi ulcer, pneumonia, infeksi saluran kemih, thrombosis vena, dan infeksi postoperasi. 1
). POGNOSIS
Prognosis dari kembalinya fungsi motorik dari penderita BrownSéquard Syndrome adalah baik. Satu setengah hingga dua pertiga kasus dalam satu tahun penyembuhan fungsi motorik kembali dalam 1-' bulan setelah lesi terjadi. Bungsi motorik akan kembali secara perlahan-lahan dalam (-3 bulan dan masih akan terus berlanjut membaik hingga mencapai ' tahun setelah lesi terjadi. Penyembuhan dari sindrom ini berlangsung secara bertahap mencakupA 1. Penyembuhan dari musculus ekstensor proksimal ipsilateral sebelum fleksor distal ipsilateral. '. Penyembuhan dari kelemahan ekstremitas dengan kehilangan sensoris sebelum penyembuhan muncul di bagian ekstremitas yang berla"anan. (. Penyembuhan dari kekuatan motorik volunter dan fungsi melangkah hingga 1-3 bulan.1
dapun penyembuhan dengan komplikasi diasosiasikan dengan umur dan juga jenis trauma yang diperoleh. danya problem pada ekstremitas ba"ah bisa terjadi "alaupun tidak ada dokumentasi di literatur tertentu mengenai berapa persen kemungkinan itu terjadi.Penatalaksanaan yang dini dengan steroid dosis tinggi telah menunjukkan keuntungan. 1
III. PENU"UP
Brown-Séquard Syndrome merupakan lesi inkomplit pada sumsum tulang belakang yang ditandai dengan paralisis upper motor neuron ipsilateral dan kehilangan sensasi proprioseptif dengan kehilangan sensasi rasa sakit dan
15
suhukontralateral. Penyebab dari sindrom ini biasanya terjadi akibat trauma pada satu sisi sumsum tulang belakang dan nontrauma. Penatalaksanaan dari sindrom ini adalah bedah dan pemberian kortikosteroid serta rehabilitasi. dapun komplikasi yang ditimbulkan tergantung pada umur, tingkat kerusakan pada sumsum tulang belakang, dan pera"atan setelah operasi dilakukan. !ila penanganan dilakukan dengan baik maka prognosis pun akan baik.
16
17