adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat jinak diakibatkan sel-sel prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya dialami laki-laki berusia di atas 50 tahun yang menyumbat saluran kemih.
Teori dihidrotestosteron
Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Interaksi stroma-epitel
Berkurangnya kematian sel prostat
Teori sel stem
Kelenjar Prostat terdiri dari atas 3 jaringan :
Epitel atau glandular, stromal atau otot polos, dan kapsul.
Mekanisme patofisiologi penyebab BPH secara jelas belum diketahui dengan pasti.
Namun diduga intaprostatik dihidrosteron (DHT) dan 5α- reduktase tipe II ikut terlibat.
BPH secara umum hasil dari faktor statik (pelebaran prostat secara berangsur-angsur) dan faktor dinamik (pemaparan terhadap agen atau kondisi yang menyebabkan konstriksi otot polos kelenjar.)
Jaringan stromal dan kapsul ditempeli dengan reseptor adrenergik α1.
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan laboratorium
Radiologi
Endoskopi menggunakan uretrosistokopi
Farmakologi
Non Farmakologi
Prazosin
Terazosin
Doksazosin
Tamsulosin
Finasterid
Flutamid
Nafarelin Asetat
Megestrol asetat
STUDI KASUS
Seorang pria umur 59 tahun dengan riwayat benigna prostatik hiperplasia dan saluran kemih bagian bawah (Lower Urinary Tract Symptoms)/ LUTS dan riwayat pengobatan 2 tahun yang lalu yaitu pemberian tunggal Doxazosin (4 mg/ hari) dengan hasil kemajuan yang minimal. Kemudian timbul gejala berupa nokturia, pancaran urine yang lemah, dan frekuensi urin (berkemih 8x/hari).
DOKSAZOSIN
Mekanisme Kerja
antagonis adrenergic alfa-1 perifer mendilatasi arteri atau vena.
Indikasi
hipertensi , BPH.
Kontraindikasi
hypersensitive.
Efek samping
hipotensi postural, sakit kepala, kelelahan, vertigo dan edema.
Dosis : 1 mg sehari,
TERAZOSIN
Mekanisme Kerja :
memblok α1 dengan efek minimal pada α2; hal ini mengakibatkan penghambatan postsynaptic peripher, dengan akibat menurunkan arterial tone. Terazosin merelaksasi otot halus pada leher kandung urin, sehingga menurunkan obstruksi kandung urin.
Dosis : 5 atau 10 mg / hari.
Efek samping
Mengantuk, sering urinasi, peningkatan berat badan, dyspnoea (gangguan pernafasan), penurunan libido.
Interaksi Obat
Meningkatkan efek/toksisitas : Efek hipotensi terazosin ditingkatkan oleh beta-blocker, diuretik, inhibitor ACE.
Peringatan
Dosis pertama dapat menyebabkan kolaps karena hipotensi (dalam 30-90 menit, sehingga harus diminum sebelum tidur) .
Informasi Pasien
Digunakan tidak bersama makanan, pada waktu yang sama setiap hari. Obat ini dapat menyebabkan mengantuk dan pusing.
PRAZOSIS
Mekanisme kerja obat
Memblok reseptor α1-adernergic didalam jaringan stromal prostatic (prazosin, terazosin, doksazosin) dan memblok reseptor α1A didalam prostat (tamsulosin).
Dosis : 2 mg 2x sehari.
Indikasi : retensi urin, gagal jantung, anti hipertensi dan penyakit vascular.
Kontraindikasi : hipotensi ortostatik
Peringatan
dosis pertama menyebabkan kolaps karena hipotensi (oleh karena itu harus istirahat ditempat tidur), usia lanjut dosis mula – mula dikurangi pada gagal ginjal.
Interaksi
penghambat ACE : meningkatkan efek hipotensi. Alkohol : meningkatkan efek hipotensif, meningkatkan efek sedative dari indoramin.
Efek Samping
hipotensi, sedasi, pusing, kantuk, lemah, lesu, depresi, sakit kepala, mulut kering, mual, sering berkemih, takikardia, palpitasi.
1. Golongan Antagonis α-adrenergik (Penurun Faktor Dinamik)
Terapi Non Farmakologi
Pembatasan Minuman Berkafein
Tidak mengkonsumsi alkohol
Pemantauan beberapa obat seperti diuretik, dekongestan, antihistamin, antidepresan
Diet rendah lemak
Meningkatkan asupan buah-buahan dan sayuran
Latihan fisik secara teratur
Tidak merokok
inhibitor 5α- reductase
Mekanisme kerja dari obat ini adalah mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon testosteron.
5α-reduktase inhibitor digunakan jika pasien tidak dapat mentolerir efek samping dari alfa blocker.
TAMSULOSIN
Mekanisme kerja :
menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT) dari testosteron, yang dikatalisis oleh enzim 5-redukstase di dalam sel-sel prostat.
Dosis : 0,2-0,4 mg 1 x/hr.
Efek samping :
Pusing, sakit kepala, gelisah, hipotensi ortostatik, takikardi, palpitasi, obstruksi nasal.
Interaksi obat :
Antihipertensi, sildenafil sitrat, vardenafil HCl.
Lanjutan…
Peringatan :
Hipotensi ortostatik, Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal ringan s/d sedang. Dapat mengganggu kemampuan mengemudi kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
Indikasi :
Gangguan miksi pada hiperplasia prostat jinak.
Kontraindikasi
Gangguan fungsi ginjal, insufisiensi hati berat. Pemberian bersama dengan vardenafil HCl.
GOLONGAN OBAT
2. Golongan Agonis dan Antagonis Hormon (Penurun Faktor Statik)
MEGESTEROL ASETAT
Mekanisme Kerja Obat
Memblok pituitary mengeluarkan hormon Iuteinizing dan memblok reseptor androgen.
Indikasi : Kanker payudarah, kanker endometrium.
Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal hepatitis kronis aktif, penyakit vaskular.
Peringatan : Diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung atau ginjal.
Interaksi Obat
Antibakteri : metabolisme dipercepat oleh Rifampisin (mengurangi khasiat). Antagonis hormon : aminogluetetimid menurunkan kadar plasma mendoksiprogesteron.
Efek Samping
Nausea, retensi cairan, dan pertambahan berat badan, perubahan libido.
NAFARELIN ASETAT
Mekanisme Kerja Obat : Memblok pituitary mengeluarkan hormon luteinizing.
Indikasi : Endometriosis, pubertas dini.
Peringatan
Diagnosis yang tepat untuk pubertas dini (pada anak-anak) sebelum terapi dimulai,hipersensitivitas, karsiogenesis.
Interaksi Obat : Tidak ada interaksi penting yang dilaporkan.
Efek Samping
libido dan volume ejakulat menurun, sakit kepala, terasa panas, emosi labil, insomnia.
FLUTAMID
Mekanisme Kerja Obat
Memblok dihidrotestosteron pada reseptor intraselularnya.
Indikasi : Tumour flase pada terapi kanker prostat dengan gonadorelin.
Peringatan : Penyakit jantung (retensi Na dan edema); pantau fungsi hati (hepatotoksik).
Interaksi obat : Antikoagulan : efek warfarin ditingkatkan.
Efek samping : Ginekomastia (kadang disertai galaktorea), mual, muntah, diare, nafsu makan naik, insomnia, libido menurun.
TERIMAKASIH…
FINASTERID
Mekanisme Kerja Obat :
Memblok enzim 5 reduktase steroid tipe II, sebuah enzim intraselular yang mengubah testosterone menjadi androgen 5-Dihidrotestosteron (DHT).
Dosis : 1-5 mg/hari.
Efek samping :
Impotensi, Libido dan volume ejakulat menurun, nyeri dan tegang payudara.
Interaksi obat : Tidak ada interaksi penting yang dilaporkan.
Peringatan
Obstruksi kemih, kanker prostat, menggunakan kondom bila pasangan seksual sedang hamil atau diharapkan hamil.
Indikasi : Hiperplasia prostat ringan.
antagonis α adrenergik
Mekanisme kerja : memblok reseptor adrenergik α 1 sehingga mengurangi faktor dinamis pada BPH dan akhirnya berefek relaksasi pada otot polos prostat.
Algoritma manajemen terapi BPH
Watchful waiting
Jika respon tidak berlanjut, operasi
Jika respon tidak berlanjut, operasi
α-adrenergik antagonis atau
5-α
Reductace inhibitor
Menghilangkan gejala ringan
α-adrenergik antagonis dan 5-α
Reductace inhibitor
BPH
Jika respon berlanjut
Jika respon berlanjut
Menghilangkan gejala sedang
Menghilangkan gejala parah dan komplikasi BPH
Operasi
Terapi Farmakologi
Jika gejala ringan maka pasien cukup dilakukan watchful waiting (perubahan gaya hidup).
Jika gejala sedang maka pasien diberikan obat tunggal antagonis α adrenergik atau inhibitor 5α- reductase.
Jika keparahan berlanjut maka obat yang diberikan bisa dalam bentuk kombinasi keduanya.
Jika gejala parah dan komplikasi BPH, dilakukan pembedahan.
ETIOLOGI
Umur
Pria berumur lebih dari 50 tahun, kemungkinannya memiliki BPH adalah 50%.
Ketika berusia 80–85 tahun, kemungkinan itu meningkat menjadi 90%.
Faktor Hormonal
Testosteron –> hormon pada pria.
Beberapa penelitian menyebutkan karena adanya peningkatan kadar testosteron pada pria (namun belum dibuktikan secara ilmiah) .
PREVALENSI
Angka kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti.
Penduduk Indonesia yang berusia tua jumlahnya semakin meningkat, diperkirakan sekitar 5% atau kira-kira 5 juta pria di Indonesia berusia 60 tahun atau lebih dan 2,5 juta pria diantaranya menderita gejala saluran kemih bagian bawah (Lower Urinary Tract Symptoms/LUTS) akibat BPH.
Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun mencapai hampir 15%, usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada usia 60 tahun mencapai angka sekitar 43%.
Video
NORMAL TIDAK NORMAL
DEFINISI
BPH
KELOMPOK 5
Edi Suharwan (22014031)
Tajuddin Nur (22014044)
Nur Indah Sari (22014032)
Intan Murnia S (22014018)
Yulia Apriyana (22014048)
Novia Yuliarni (22014030)
Fitri Apriliani (22014010)
PRESENTASI FARMAKOTERAPI TERAPAN
MANAJEMEN BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Penyelesaian
Dosis doxazosin yang diberikan sebelumnya sebanyak 4 mg/ hari dinaikkan menjadi 8mg/hari. Jika masih belum menunjukkan kemajuan yang signifikan, maka bisa ditambahkan 5α-reduktase dengan indikasi pembesaran prostatnya. Saran terapi lain, apabila pasien dengan keluhan lain seperti disfungsi ereksi, maka dapat digunakan phospodiesterase-5 inhibitor (tadalafil). Kemungkinan terapi lain, dengan menambahkan agen antimuskarinik. Apabila pasien BPH dengan LUTS sudah tidak efektif dengan terapi pengobatan, maka disarankan untuk dirujuk ke bagian urologi, watchful waiting sangat direkomendasikan untuk monitoring pasien dengan progres LUTS dan retensi urin (Sarma dan Wei, 2012).
Hipotesis penyebab timbulnya hiperplasia prostat
TANDA DAN GEJALA
Gejala Umum BPH :
Sering kencing
Sulit kencing
Nyeri saat berkemih
Urin berdarah
Nyeri saat ejakulasi
Cairan ejakulasi berdarah
Gangguan ereksi
Nyeri pinggul atau punggung
Tanda BPH :
Tanda klinis terpenting BPH adalah ditemukannya
pembesaran konsistensi kenyal pada pemeriksaan colok dubur/ digital rectal examination (DRE). Apabila teraba indurasi atau terdapat bagian yang teraba keras, perlu dipikirkan kemungkinan prostat stadium 1 dan 2.
TERAPI BPH
Kategori Keparahan Penyakit BPH Berdasarkan Gejala dan Tanda (WHO)
Keparahan
penyakit
Skor gejala AUA (Asosiasi Urologis Amerika)
Gejala khas dan tanda-tanda
Ringan
7
Asimtomatik (tanpa gejala)
Kecepatan urinari puncak < 10 mL/s
Volume urine residual setelah pengosongan 25-50 mL
Peningkatan BUN dan kreatinin serum
Sedang
8-19
Semua tanda di atas ditambah obstruktif penghilangan gejala dan iritatif penghilangan gejala (tanda dari detrusor yang tidak stabil)
Parah
20
Semua hal di atas ditambah satu atau lebih komplikasi BPH
DIAGNOSIS
Pengukuran kadar prostat – spesifik antigen (PSA)
Pengukuran kadar kreatinin
.
Derajat BPH, Dibedakan menjadi 4 Stadium :
Stadium 1 :
Obstruktif tetapi kandung kemih masih mengeluarkan urin sampai habis.
Stadium 2 : masih tersisa urin 60-150 cc.
Stadium 3 : setiap BAK urin tersisa kira-kira 150 cc.
Stadium 4 :
retensi urin total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan urin menetes secara periodik.
Manifestasi Klinis
Dapat dibagi ke dalam dua kategori :
Obstruktif :
terjadi ketika faktor dinamik dan atau faktor statik mengurangi pengosongan kandung kemih.
Iritatif :
hasil dari obstruksi yang sudah berjalan lama pada leher kandung kemih.
PATOFISIOLOGI
Click to edit Master title style
19/05/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
19/05/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
19/05/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master subtitle style
19/05/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
19/05/2014
#
6
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
19/05/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
19/05/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
19/05/2014
#
19/05/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
19/05/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
19/05/2014
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
19/05/2014
#
Teori dihidrotestosteron
Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Interaksi stroma-epitel
Berkurangnya kematian sel prostat
Teori sel stem
adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat jinak diakibatkan sel-sel prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya dialami laki-laki berusia di atas 50 tahun yang menyumbat saluran kemih.
Prazosin
Terazosin
Doksazosin
Tamsulosin
19/05/2014
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
#
Finasterid
Flutamid
Nafarelin Asetat
Megestrol asetat
Farmakologi
Non Farmakologi
Kelenjar Prostat terdiri dari atas 3 jaringan :
Epitel atau glandular, stromal atau otot polos, dan kapsul.
Jaringan stromal dan kapsul ditempeli dengan reseptor adrenergik α1.
Mekanisme patofisiologi penyebab BPH secara jelas belum diketahui dengan pasti.
Namun diduga intaprostatik dihidrosteron (DHT) dan 5α- reduktase tipe II ikut terlibat.
BPH secara umum hasil dari faktor statik (pelebaran prostat secara berangsur-angsur) dan faktor dinamik (pemaparan terhadap agen atau kondisi yang menyebabkan konstriksi otot polos kelenjar.)
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan laboratorium
Radiologi
Endoskopi menggunakan uretrosistokopi