ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM PRIMIPARA MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PEMBERIAN ASI DENGAN INTERVENSI HEALTH EDUCATION TEKNIK MENYUSUI di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh : SEICHTIA ENOLIA SEFIYANA NIM 2013.49.098
AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI TAHUN 2016
ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM PRIMIPARA MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PEMBERIAN ASI DENGAN INTERVENSI HEALTH EDUCATION TEKNIK MENYUSUI di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan kepada Program Diploma III Keperawatan Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan
Oleh : SEICHTIA ENOLIA SEFIYANA NIM 2013.49.098
AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI TAHUN 2016 HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Seichtia Enolia Sefiyana
NIM
: 2013.49.098
Tempat, tanggal lahir : Nganjuk, 26 Juli 1994 Institusi
: Akper Dharma Husada Kediri
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Primipara Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan Intervensi Health Education Teknik Menyusui” di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Demikian surat pernyataan ini kami buat sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapat sanksi.
Kediri, Mei 2016 Yang menyatakan,
Seichtia Enolia Sefiyana 2013.49.098
HALAMAN PERSETUJUAN
Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing telah mengadakan bimbingan penulisan laporan Karya Tulis Ilmiah dan koreksi atas Karya Tulis Ilmiah mahasiswa: Nama
: Seichtia Enolia Sefiyana
NIM
: 2013.49.098
Judul
: Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Primipara Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI Education Teknik Menyusui.
dengan Intervensi
Health
Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat menyetujui bahwa Karya Tulis Ilmiah ini telah memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan.
Kediri, 03 Agustus 2016 Pembimbing I
Pembimbing II
Dwi Rahayu S.Kep, Ns, M. Kep NIDN.0705018302
Elfi Quyumi S.Kep, Ns, M.Kep NIDN.0707068201
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini disetujui Tanggal : 06 Agustus 2016
Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Dwi Rahayu S.Kep, Ns, M. Kep NIDN.0705018302
Elfi Quyumi S.Kep, Ns, M.Kep NIDN.0707068201
Mengetahui Direktur Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri
Pardjono, SKM, MPH NID.D.0120110.030
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH YANG BERJUDUL ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM PRIMIPARA MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PEMBERIAN ASI DENGAN INTERVENSI HEALTH EDUCATION TEKNIK MENYUSUI Di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri TELAH DIPERTAHANKAN DI DEPAN TIM PENGUJI KARYA TULIS ILMIAH
Pada Hari, Tanggal : Senin, 08 Agustus 2016 Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Penguji I
: Erna S, S.Kep, Ns, M.Gizi NIDN.0704048001
________________________
Penguji II
: Yunarsih, S.Kep, Ns, M.Kes NIDN.0706067401
________________________
Penguji III
: Dwi Rahayu, S.Kep, Ns, M.Kep NIDN.0705018302
________________________
Mengetahui Direktur Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri
Pardjono, SKM, MPH NID.D.0120110.030
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayahnya, sehingga karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Primipara Masalah Ketidakefektifan Pemberian Asi dengan Intervensi Health Education Teknik Menyusui” dapat terselesaikan.
Karya tulis
ilmiah ini merupakan
memperoleh gelar ahli madya
salah satu syarat
keperawatan pada Akademi
Keperawatan Dharma Husada Kediri. Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih, kepada : 1) Bapak Pardjono, SKM, MPH
selaku Direktur Akademi
Keperawatan
Dharma
Husada
Kediri
yang
telah
memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan. 2) Ibu Dwi Rahayu, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh perhatian dan kesabaran
telah memberikan ilmu,
bimbingan, dan arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 3) Ibu Elfi Quyumi R, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran
telah memberikan ilmu,
bimbingan, dan arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 4) Kepala RSUD Gambiran Kota Kediri yang telah memberikan izin untuk pengambilan studi kasus, kepala Ruang dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri sekaligus pembimbing lahan yang telah membimbing selama proses pengambilan studi kasus. 5) Kedua pihak responden pengambilan studi kasus yang telah bersedia memberikan informasi selama proses studi kasus. 6) Kedua Orang tua yang telah memberikan dukungan baik material, moral, maupun spiritual. 7) Teman-teman Akper Dharma Husada Kediri satu angkatan, serta semua pihak yang telah membantu penyusunan karya tulis ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Kediri,
ABSTRAK
Juli 2016
Sefiyana,Seichtia Enolia. 2016. Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Primipara Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan intervensi Health Education teknik menyusui. Studi Kasus Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri. Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh seorang Ibu kepada bayinya demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Sedangkan Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kali. Karya tulis ini bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan pada Ibu post partum primipara masalah ketidakefektifan pemberian ASI dengan intervensi Health Education tentang teknik menyusui. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada Ibu post partum primipara masalah ketidakefektifan pemberian ASI dengan tindakan keperawatan Health Education tentang teknik menyusui di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri pada tanggal 22 Juni- 25 Juni 2016. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam hasilnya adalah Ibu dan bayi tidak mengalami ketidakefektifan pemberian ASI, ibu mampu menyusui bayinya dengan posisi yang tepat, bayi tampak tidak rewel, gangguan pada payudara ibu teratasi serta produksi ASI terpenuhi dan pasien mampu menerapkan pendidikan kesehatan yang telah diajarkan sehingga tindakan keperawatan dihentikan. Peneliti menyimpulkan bahwa tindakan keperawatan Health Education Teknik menyusui dapat mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI. diharapkan setelah diberikan pendidikan kesehatan produksi ASI dapat bertambah serta Pengetahuan ibu dalam menyusui meningkat.
Kata kunci: Teknik Menyusui , Primipara, Health Eduacation
ABSTRACT
Sefiyana, Seichtia. Enolia. 2016. Nursing Care of Post Partum Primiparous with Nursing Problem Ineffectiveness Breastfeeding with Intervension giving Health Education about Breastfeeding Techniques. Case study Nursing Academy Dharma Husada Kediri. Breastfeeding technique is a way of feeding are done by a mother ti her baby for the sake of the babies nutrional requirements.while primiparous is a woman who never gave birth to a live infant for the first time. This case study is to give nursing care for post partum primiparous with nursing problem ineffectiveness breastfeeding with intervention Health education about breastfeeding techniques. The type of this research is observational descriptif case study in post partum primiparaous with nursing problem ineffectiveness breastfeeding by giving health education about breastfeeding techniques in Dahlia II Room Gambiran Hospital Kediri on 22 June till 25 June 2016. After doing nursing care 1x24 jam the result is mother and her babies dont have Ineffectivenes breastfeeding. The mother can breast her babies with right position, the babies are cooling down. The discruption of mother’s breast can resolved and patient can applied health eduaction that the writer’s has been teached. So the interventio was stopped. The writers conclude that the intervention health education breastfeeding techniques can resolved the problem Ineffectiveness breastfeeding. Hopefully after have been gave health education the breast can increase and the knowledge of the mother about breastfeeding techniques can increase.
Key Words: Primiparous, Breastfeeding Techniques, Health Education.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSYARATAN ........................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................
v
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................
vii
ABSTRAK........................................................................................................
ix
ABSTRACT.......................................................................................................
x
DAFTAR ISI.....................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN
...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. B. Perumusan Masalah ......................................................................... C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 1. Tujuan Umum .............................................................................. 2. Tujuan Khusus .............................................................................. D. Manfaat Penelitian ............................................................................
1 4 4 4 4 5
BAB II TINJAUAN TEORI
.......................................................................
7
A. Konsep Post Partum ........................................................................... 1. Definisi Post Partum ........................................................... 2. Tahapan Masa Nifas ............................................................. 3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas ................................................... 4. Fase Adaptasi Fisiologis ................................................................. B. Konsep Menyusui ................................................................................ 1. Definisi ................................................................................... 2. Mekanisme Menyusui ................................................................... 3. Manfaat Menyusui ........................................................................ 4. Cara Menyusui Yang Benar .........................................................
7 7 7 8 17 18 18 18 19 20
C. Konsep Primipara .............................................................................. 22 1. Definisi Primipara ........................................................................ 22 D. Konsep Health Education ................................................................. 23 1. Definisi Health Education ......................................................... 23 2. Tujuan Health Education ........................................................... 23 3. Faktor Pendukung Proses Health Education ............................. 24 4. Faktor Penghambat Proses Health Education ............................ 24 5. Ruang Lingkup Health Education ............................................. 24 E. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................ 25 1. Pengkajian ................................................................................... 25 2. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 27 3. Intervensi Keperawatan .............................................................. 29 4. Implementasi Keperawatan ........................................................ 30 5. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 31 BAB III METEDOLOGI A. B. C. D. E. F. G. H.
............................................................................ 33
Jenis Penelitian .................................................................................. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... Subyek Studi Kasus ......................................................................... Jenis data .......................................................................................... Teknik Pengambilan Data ................................................................. Pengumpulan Data ............................................................................ Analisa Data ...................... ................................................................... Etika Studi Kasus ................................................................................
33 33 33 34 34 35 37 38
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 61 1. Pengkajian Keperawatan....................................................................... 61 2. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 63 3. Rencana Asuhan Keperawatan.............................................................. 64 4. Implementasi Keperawatan................................................................... 66 5. Evaluasi Keperawatan........................................................................... 68 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 70 1. Kesimpulan .......................................................................................... 70 2. Saran .................................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73 LAMPIRAN ................................................................................................... 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teknik Menyusui ........................................................................... 20
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI ............. 29 Tabel 4.1Identitas pasien dan hasil Anamnesa ..............................................
39
Tabel 4.2 Hasil observasi dan pemeriksaan fisik ............................................ 44
Tabel 4.3 Analisis Masalah Keperawatan ........................................................ 51 Tabel 4.4 Rencana Tindakan Keperawatan .................................................... 52 Tabel 4.5 Implementasi Keperawatan .............................................................. 54 Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 58
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menyusui merupakan
proses pemberian susu kepada bayi atau anak
kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu secara efektif. (Salman, 2013). Menyusui merupakan aktifitas yang bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri, yang memang menjadi kodrat untuk mendukung keberhasilan menyusui, ibu perlu mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar (Nurkhasanah,
2011).
Ketidakefektifan
pemberian
ASI
merupakan
ketidakpuasaan atau kesulitan ibu, bayi atau anak dalam , proses pemberiaan ASI, yang berhubungan dengan kurang pengetahuan (kehamilan pertama), bayi mendapat kan makanan tambahan, kelainan pada payudara ibu, reflek menghisap bayi yang buruk, kelainan pada bayi, (Hermand, 2014). Salah satu penyebab reflek menghisap bayi yang buruk adalah faktor menyusui yang kurang benar, dimana teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2006). Berdasarkan Hasil Suvey demografi dan kesehatan Indonesia ( SDKI ) tahun 2006-2007 didapati jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi dibawah usia dua bulan hanya mencakup 67 % dari total bayi yang ada. Presentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni 54 % pada bayi usia usia 2-3 bulan dan 19 % pada bayi usia 7-9 bulan, yang lebih
memperihatinkan, 13 % bayi di bawah 2 bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan. Sehingga sekitar 2,6 % Ibu di Indonesia yang tidak memberikan ASI eksklusif akan mengalami kehamilan. Sementara itu menurut Dinas Kesehatan Jawa Timur pada tahun 2007 jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif 245.019 ( 27,17 %) sedangkan jumlah seluruh bayi sebesar 867.678 bayi. Untuk target tahun 2008 sebesar 60 %. Jumlah bayi yang diberi ASI pada tahun 2008 sebesar 1 278.601 ( 38,73 %) dengan jumlah bayi 719.332 bayi (Media Indonesia, 2009).
Berbagai alasan dikemukakan ibu-ibu mengapa keliru dalam
pemanfaatan ASI secara eksklusif kepada bayi antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu yang tidak menonjol, dan tidak kalah pentingnya anggapan bahwa semua orang telah memiliki pengetahuan tentang teknik menyusui (Widodo, 2003 dalam Rohmah. 2010 : 87). Seorang ibu dengan bayi pertamanya pertamanya mungkin akan mengalami masalah ketika menyusui yang sebetulnya hanya karena tidak tau cara-cara menyusui yang sebenarnya sangat sederhana. Cara meletakkan bayi pada payudara ketika menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Bayi walaupun sudah dapat menghisap tetapi dapat mengakibatkan putting terasa nyeri. Selain itu mungkin masih ada masalah lain terutama pada minggu pertama persalinan bagi ibu primipara perlu diketahu mengenai cara atau teknik menyusui (Perinasia, 2004). Sedangkan menurut (Baskoro, 2008) Kegagalan dalam menyusui pada ibu post partum Primipara adalah teknik menyusui dan produksi ASI
yang kurang baik. Selain itu teknik
menyusui yang benar juga menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan produksi ASI, yang dapat berguna bagi kebutuhan bayi atau anaknya. Menyusui dengan teknik yang kurang tepat dapat mengakibatkan payudara lecet, ASI tidak keluar dengan optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya dan kebutuhan gizi bayi tidak tercukupi, memburuknya gizi bayi dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai cara-cara pemberian ASI dan teknik menyusui menyebabkan ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol / susu formula (Siregar, 2007 dalam Rohmah, 2010). Dengan demikian seorang perawat perlu memberikan tindakan keperawatan beserta tambahan tentang pendidikan kesehatan, upaya yang dapat dilakukan untuk membantu ibu pada kasus post partum primipara adalah melakukan tindakan pendidikan kesehatan tentang cara atau teknik menyusui yang benar, Menurut (Hesti, 2004) Teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar, yang mana teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI. Dimana penyuluhan kesehatan tentang teknik menyusui ini akan mengajarkan pada ibu post partum primipara tentang bagaimana cara menyusui yang benar, posisi menyusui yang benar, serta langkah – langkah proses menyusui yang benar. Serta mengajarkan dan mempratikkan langsung proses dan langkah menyusui yang ssesuai dengan kaidah yang ada. Dan diharapkan setelah dilakukan tindakan penyuluhan tingkat pengetahuan ibu dengan post partum primipara
serta masalah
kesulitan dalam pemberian ASI dapat teratasi dan membantu dalam
peningkatan derajat kesehatan serta produksi ASI ibu bagi bayi atau anaknya (Hesti,2004). Dalam uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan studi lapangan atau penyuluhan dan Asuhan Keperawatan pada Ibu post partum (Spontan) primipara masalah keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI dengan intervensi Health Education
tentang Teknik Menyusui di Ruang
Dahlia 2 RSUD Gambiran Kota Kediri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar Belakang diatas dapat dirumuskan masalah “ Bagaimana Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Primipara Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan Intervensi Health Education Teknik Menyusui ? “ C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum Primipara dengan Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan intervensi Health Education Tentang Teknik Menyusui. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada ibu Post Partum Primipara Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan intervensi Health Education Tentang Teknik Menyusui. b. Mampu menemukan masalah keperawatan pada asuhan keperawatan pada ibu Post Partum Primipara Masalah
Ketidakefektifan
Pemberian ASI dengan intervensi Health Education Tentang Teknik Menyusui. c. Mampu merencanakan keperawatan
pada
ibu
tindakan Post
keperawatan Partum
pada
Primipara
asuhan Masalah
Ketidakefektifan
Pemberian ASI dengan intervensi Health
Education Tentang Teknik Menyusui. d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan keperawatan
pada
Ketidakefektifan
ibu
Post
Partum
pada
Primipara
asuhan Masalah
Pemberian ASI dengan intervensi Health
Education Tentang Teknik Menyusui. e. Mengidentifikasi efektivitas asuhan keperawatan pada ibu Post Partum Primipara Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan intervensi Health Education Tentang Teknik Menyusui. D. Manfaat 1. Bagi Institusi Penelitian studi kasus ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan referensi perpustakaan Akper Dharma Husada Kediri. 2. Bagi Rumah Sakit Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan kepada tenaga kesehatan tentang pentingnya memberikan pendidikan kesehatan pada Ibu Post Partum Primipara tentang cara atau teknik menyusui yang benar. 3. Bagi responden Sebagai wawasan dan pengetahuan tambahan pada Ibu Post Partum Primipara mengenai cara mengatasi masalah
ketidakefektifan
pemberian ASI dengan tindakan Teknik Menyusui. 4. Bagi peneliti Diharapkan dapat melakukan penelitian dan studi lapangan lanjutan mengenai Asuhan Keperawatan pada Ibu
Post Partum Primipara
Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan tindakan Teknik Menyusui.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Post Partum 1. Definisi Masa post partum atau masa Puerperium adalah masa setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira – kira 6 minggu (Hanifa W, 2009). Istilah puerperium (berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya melahirkan) menunjukkan periode 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya periode persalinan dan kembalinya organ – organ reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil. Pengertian masa lainnya, masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Hesti, 2006). Menurut Dr. Siti Dhyanti, SpOG dan dr. H. Muki R, SpOG masa nifas adalah periode 6 minggu pasca persalinan disebut juga masa involusi uteri (periode dimana sistem reproduksi wanita post partum / pasca persalinan kembali ke keadaannya seperti sebelum hamil). 2. Tahapan Masa Nifas Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, sebagai berikut :
a. Puerperium Dini Puerperium Dini merupakan masa kepulihan yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri 7 dan berjalan – jalan. Dalam agama Islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial Puerperium Intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu. c. Remote Puerperium Remote Puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama seminggu – minggu, bulanan, bahkan tahunan. (Sulistyawati, 2009 ). 3. Perubahan Fisiologis Dalam Masa Nifas Pada masa nifas, terjadi perubahan – perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas walaupun dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan, maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini. Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki pengetahuan tentang perubahan – perubahan anatomi dan fisiologi dalam masa nifas ini dengan baik. (Maryunani, 2009). a. Berbagai perubahan dalam sistem reproduksi 1) Uterus a) Proses Involusi Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Proses Involusi merupakan salah satu peristiwa penting dalam masa nifas disamping proses laktasi (pengeluaran ASI) uterus ibu yang baru
melahirkan masih membesar, jika diraba dari luar tinggi fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah pusat, sedang kan beratnya lebih kurang 1 kilogram. Hal ini disebabkan oleh banyaknya darah dalam dinding rahim mengalir dalam pembuluh darah yang membesar dan setelah itu berangsur angsur kecil. Dan setelah hari kesepuluh, biasanya uterus tersebut dari luar tidak teraba lagi. Semuanya ini disebabkan karena pemberian darah didalam dinding rahim jauh berkurang, sehingga otot – otot menjadi kecil (S.A Goelam, 2002). b) Kontraksi Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah bayi lahir keluar, yang diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat besar. Kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar, ini menyebakan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus menjadi nekrosis dan lepas. c) Afterpains Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir mungkin ibu mengalamni kram / mulas pada abdomen yang berlangsung, sebentar mirip sekali dengan kram waktu periode mentruasi. Keadaan ini disebut afterpains yang ditimbulkan oleh karena kontraksi uterus pada waktu mendorong gumpalan darah dan jaringan yang terkumpul didalam uterus. d) Tempat Plasenta
Dengan Involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi tempat/situs plasenta akan menjadi nekrotik ( layu/mati ). e) Lochea Lockea adalah darah atau cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas. Lochea mengalami perubahan karena adanya involusi.Tiga jenis lochea : (1) Lochea rubra Merupakan cairan bercampur darah dan sisa – sisa penebalan dinding rahim dan sisa – sisa penanaman plasenta (selaput Ketuban), berbau amis. Keluar sampai hari ke 3 atau 4. (2) Lochea serosa Lockea ini mengandung cairan darah dengan jumlah darah lebih sedikit dan lebih banyak mengandung serum dan lekosit. Serta robekan / laserasi plasenta. Keluar hari ke 5 sampai 9. (3) Lochea alba Terdiri dari lekosit, lendir, leher rahim serviks, dan jaringan – jaringan mati yang lepas dalam proses penyembuhan. Keluar selama 2-3 minggu. 2) Serviks Uteri Involusi Serviks dan segmen bawah
uterus / eksterna setelah
persalinan berbeda dan tidak kembali pada keadaan sebelum hamil. Serviks akan menjadi lunak setelah melahirkan, dalam batas waktu sekitar 20 jam setelah persalinan, serviks memendek dan konsistensi lebih padat dan kembali ke bentuk semula dalam masa involusi. 3) Vagina Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rudae kembali. Semula vagina sangat tegang akan kembali secara
bertahapm seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah melahirkan. 4) Perinium Biasanya setelah melahirkan perinium menjadi agak bengkak/ edema/ memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi. 5) Organ otot panggul Struktur dan penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cidera selama waktu melahirkan. Hal ini dapat menyebabkab relaksasi panggul yang berhubungan yang berhubungan dengan pemanjangan dan melamahnya topangan permukaaan struktur panggul. b. Perubahan dalam Sistem Kardiovaskuler Pada kehamilan terjadi peningkatan sirkulasi volume darah yang mencapai 50%. Mentoleransi kehilangan darah pada saat melahirkan perdarahan pervaginam normalnya 400-500 cc. Sedangkan melalui SC kurang lebih 700-1000 cc. Bradikardia ( dianggap normal jika terjadi takiradia ) dapat merefleksikan adanya kesulitan atau persalinan lama dan darah yang keluar lebih dari normal atau perubahan setelah melahirkan. 1) Komponen darah Nilai kadar darah seharusnya kembali ke keadaaan sebelum hamil pada akhir periode pasca persalinan. Aktivasi faktor kongulasi terkait dengan kehamilan bisa berlanjut selama masa nifas / puerperium. Hal ini bisa berkaitan dengan adanya trauma, imobilisasi, atau, sepsis yang dapat mengakibatkan peningkatan resiko tromboolisme pada ibu. 2) Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup. Curah jantung meningkat selama masa hamil. Segera setalah melahirkan, keadaan tersebut akan meningkat lebih tinggi lagi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintas sirkuit uterus/plasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung mencapi puncak selama awal puerperium 2-3 minggu setelah melahirkan nilai curah jantung meningkat sebelum hamil. 3) Berkeringat banyak / berlebihan Berkeringat dingin merupakan suatu mekanisme tubuh untuk mereduksi cairan yang bertahan selama kehamilan. Pengeluaran cairan berlebihan dan sisa-sia produk tubuh melaluli kulit selama masa nifas menimbulkan banyak keringat. 4) Menggigil Sering kali ibu mengalami mengigil segera setelah melahirkan, yang berhubungan dengan respon persyarafan atau perubahan vasomotor. c. Perubahan Dalam Sistem Kemih Dan Saluran Kemih Wanita yang pasca persalinan mengalami suatu peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan dan trauma jaringan sekitar uretra yang terjadi selama proses melahirkan. Dinding kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema yang disertai dengan hemoragie pada daerah-daerah kecil. Uretra dan meatus urinarius juga bisa mengalami edema. Peningkatan kapasitas setelah bayi lahir, trauma akibat kelahiran, dan efek konduksi anestesi yang menghambat fungsi neural pada kandung kemih menyebabkan keinginan berkemih menurun dan lebih rentan untuk menimbulkan distensi kandung kemih, kesulitan
buang air kecil dan terjadinya infeksi kandung kemih. Saluran kemih kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala II, dan besarnya tekanan kepala yang keluar pada saat persalinan. d. Perubahan dalam sistem endokrin Sistem endokrin mengalami perubahan secara tiba-tiba selama kala IV persalinan dan mengikuti lahirnya plasenta. 1) Perubahan payudara Selama kehamilan, payudara disiapkan untuk laktasi, kolostrum keluar sebelum produksi susu terjadi pada trismeter III dan minggu pertama post partum. Pembesaran mamae terjadi dengan adanya penambahan sistem vaskuler dan limfatik sekitar mamae. Menjadi besar, keras dan sakit saat disentuh. Sementara itu konsentrasi hormon (Estrogen, Progresteron, Humancorionic, Gonadotropin, Prolaktin, Kortisol) yang menstimulasi perkembangan payudara selama ibu hamil menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak dari normal, dalam 3-4 siklus, seperti sebelum hamil. e. Perubahan dalam sistem gastrointestinal Penggunaan tenaga pada kala pertama persalinan, menurunkan tonus otot abdomen yang juga merupakan faktor predisposisi terjadinya konstipasi pasca melahirkan. Fungsi usus besar akan kembali normal pada akhir minggu pertama dimana nafsu makan mulai bertambah dan rasa tidak nyaman pada perinium sudah menurun. Ibu biasanya lapar setelah melahirkan merupakan hal yang umum. f. Perubahan berat badan
Kehilangan / penurunan berat badan pada ibu setelah melahirkan terjadi akibat kelahiran, keluarnya bayi, plasenta, dan cairan amnion. Diuresis purperalis juga menyebabkan kehilangan berat badan selama masa puerperium awal. Pada minggu ke 7 sampai ke 8 berat badan kembali ke normal, dan ada juga yang sebagian membutukan waktu lama untuk kembali ke berat badan semula. g. Perubahan dinding Abdomen / perut Abdomen tampak menonjol keluar pada hari pertama sesudah melahirkan, dua minggu pertama melahirkan dinding abdomen mengalami relaksasi dan kurang lebih 6 minggu setelah melahirkan seperti sebelum hamil. Kembalinya tonus otot ini tergantung pada tonus otot sebelumnya ( senam dan jumlah jaringan lemak ). h. Perubahan sistem integumen Peningkatan aktivitas melanin pada kehamilan yang menyebabkan hiperpigmentasi pada putting susu, areola, dan linea nigra secara berangsur menurun setelah melahirkan. Meskipun perubahan warna menjadi lebih gelap pada area area ini menurun, namun warna tidak bisa kembali total seperti sebelum hamil. i. Perubahan sistem muskuloskeletal Berlangsung terbalik selama masa kehamilan. Dapat membantu relaksasi, dan hipermobilitas sendi serta perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Diperlukan waktu sampai minggu ke 8 untuk kembali seperti semula. Namun kaki belum mengalami perubahan berarti. j. Perubahan sistem neurologis Setelah melahirkan terdapat perubahan neurologis yang merupakan kebalikan dari perubahan neurologis yang terjadi selama hamil. Rasa
tidak nyaman neurologis, kompresi/tekanan saraf menghilang tekanan mekanik dari uterus yang membesar. Rasa baal dan kesemutan muncul pada ibu saat sebelum melahirkan dan akan menghilang pada saat setelah melahirkan. k. Perubahan tanda – tanda vital Pada ibu pasca persalinan, terdapat beberapa perubahan tanda – tanda vital sebagai berikut : 1) Suhu (selama 24 jam pertama suhu mungkin meningkat menjadi 38
0
C, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal). 2) Nadi (dalam periode 6-7 jam sesudah melahirkan , sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 x/ menit). 3) Tekanan darah (selama beberapa jam setelah melahirkan ibu dapat mengalami hipertensi ortostatik , ditandai pusing setelah berdiri) 4) Pernafasan (fungsi pernafasan ibu kembali seperti sebelum hamil pada bulan keenam setelah melahirkan). (Maryunani, 2009).
4. Fase Adaptasi Psikologis Ibu Post Partum Tiga fase dari perilaku yang terjadi pada wanita untuk beradaptasi untuk menjadi peran ibu, yaitu : a. Fase Taking in Fase ini juga disebut sebagai fase menerima. Timbul pada jamjam pertama kelahiran sampai dengan dua hari post partum. Pada fase ini adalah suatu waktu yang penuh dengan kegembiraan dan kebanyakan orang tua sangat suka mengkomunikasikannya. Mereka sangat perlu menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan
dan kelahiran dengan kata-kata pada orang lain yang berada di sekitarnya saat itu. b. Fase Taking Hold Fase ini juga disebut dengan fase dependen mandiri, berlangsung pada hari ketiga sampai sepuluh hari post partum. Dalam fase ini secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. c. Fase Letting Go Merupakan fase yang penuh stress bagi orang tua. Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Pria dan wanita harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak, mengatur rumah dan membina karier (Bobak, 2004). B. Konsep Menyusui 1. Definisi Menyusui merupakan proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu secara efektif. (Wikipedia,2013). Menyusui merupakan aktifitas yang bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri , yang memang menjadi kodrat untuk mendukung keberhasilan menyusui, ibu perlu mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar (Nurkhasanah, 2011). 2. Mekanisme Menyusui Mekanisme menyusui terdapat 3 reflek yang diperlukan untuk keberhasilan menyusui yaitu: a. Reflek mencari / menangkap ( rooting reflek )
Merupakan gambaran keadaan bayi bilamana disentuh pipinya, bayi akan menoleh kearah sentuhan jika bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari puting susu untuk menyusu. b. Reflek menghisap Reflek menghisap pada bayi akan timbul bilamana putting susu ibu merangsang
langit – langit (palatum) dalam mulut bayi. Untuk
merangsang langit – langit tersebut maka sebagian besar areola harus masuk saat menyusu. c. Reflek menelan Terjadi apabila air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan oleh bayi. Hal ini terjadi apabila saat air susu keluar dari putting susu ibu saat bayi menyusu yang disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot – otot pipi bayi, sehingga pengeluaran ASI akan bertambah dan akan diteruskan dengan menelan masuk lambung. 3. Manfaat Menyusui a. Bagi Bayi Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik. Kolostrum, susu jolong, atau susu pertama mengandung antibodi yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat. Penting bagi bayi sekali segera minum ASI dalam jam pertama sesudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2-3 jam. ASI mengandung campuran berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi. Pemberian ASI atau menyusui disarankan selama setidaknya 1 tahun pertama kehidupan anak. b. Bagi Ibu
1) Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan. 2) Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/ turun berat badannya dari berat badan yang bertambah selama kehamilan. 3) Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin yang tinggi akan menekan hormon FSH dan ovulasi). 4) Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya kepada buah hatinya. 4. Cara Menyusui yang benar a. Posisi ibu dan bayi yang benar 1) Berbaring miring Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. 2) Duduk Untuk posisi duduk ibu dapat memilih beberapa posisi tangan dan bayi yang nyaman. Gambar. 2.1. Teknik Menyusui
b. Proses pelekatan bayi dengan ibu
Untuk mendapatkan pelekatan yang yang maksimal, penting untuk memberikan topangan/sandaran pada punggung ibu dalam posisinya tegak lurus terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat tidur, dilantai atau dikursi. Tanda – tanda perlekatan yang benar antara lain: 1) Tampak areola masuk sebanyak mungkin. Areola bagian atas lebih 2) 3) 4) 5) 6)
banyak terlihat. Mulut terbuka lebar Bibir atas dan bawah berputar keluar Dagu bayi menempel pada payudara Gudang ASI termasuk dalam jaringan yang masuk Jaringan payudara mereggang sehingga membentuk “dot” yang
panjang. 7) Putting susu sekitar 1/3 – ¼ bagian “dot” saja. 8) Bayi menyusu pada payudara, bukan putting susu. 9) Lidah bayi terjulur melewati gusi bawah (dibawah gudang ASI) melingkari “dot” jaringan payudara. Tanda – tanda perlekatan yang salah antara lain: 1) Tampak sebagian besar areola mamae berada di luar 2) Seluruh atau sebagian besar gudang ASI berada diluar mulut 3) Lidah tidak melewati gusi 4) Hanya putting susu yang menjadi dot 5) Bayi menyusu pada putting 6) Bibir mecucu atau monyong. c. Masalah Menyusui pada bayi 1) Bayi sering menangis 2) Bayi bingung putting. Bingung putting adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol bergantiganti dengan menyusui pada ibu. Peristiwa ini terjadai karena mekanisme menyusu dengan dot berbeda dengan menyusu pada ibu. Tanda – tandanya adalah bayi menghisap putting seperti menghisap dot, menghisap secara terputus-putus dan sebentar, serta bayi menolak menyusu.
3) Bayi prematur. Bayi yang terlahir kurang bulan atau prematur refleks hisapnya masih lemah, oleh karena itu bayi harus sesering mungkin dilatih untuk menyusu. 4) Bayi Kuning (ikterik). “kuning dini” terjadi pada bayi usia antara 210 hari. Bayi kuning biasanya karena kurangnya ASI yang diberikan atau dikonsumsi. 5) Bayi kembar. 6) Bayi sakit 7) Bayi Sumbing dan celah langit – langit (pallatum). C. Konsep Primipara 1. Definisi Primipara Primipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan satu anak (Ahmad, 2002 ). Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kali. (Mochtar , 1998, Maryunani , 2009). D. Konsep Health Eduacation 1. Definisi Menurut Notoadmodjo (2003) pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Menurut Anwar Cit Machfoeds (2006) pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, masyarakat. 2. Tujuan Health Education Untuk mengubah pemahaman perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat. Menurut Machfoeds (2006) cit Anwar (1983:18) membagi menjadi 3 macam, yaitu : a) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat sehingga kader kesehatan mempunyai tanggung
jawab didalam penyuluhannya mengarahkan cara hidup sehat menjadi kebiasaan masyarakat sehari-hari. b) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun kelompok, dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat dalam bentuk yang nyata. c) Mendorong perkembangan dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat. 3. Faktor yang mendukung proses pendidikan kesehatan Faktor – faktor yang mendukung proses pendidikan kesehatan antara lain : a) Input
adalah
sasaran
pendidikan
(individu,
kelompok,
masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan). b) Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain). c) Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). 4. Faktor yang menghambat proses pendidikan kesehatan a. Faktor internal 1) Diri sendiri 2) Keluarga 3) Motivasi b. Faktor Eksternal 1) Pengaruh lingkungan 2) Pengaruh iptek 3) Pengaruh budaya 5. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari 3 dimensi : a. Dimensi Sasar 1) Pendidikan Kesehatan individu dengan sasaran individu 2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu. 3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
b. Dimensi Tempat pelaksanaan 1) Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga 2) Pendidikan kesehatan disekolah dengan sasaran pelajar. 3) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja. c. Dimensi tingkat Pelayanan kesehatan 1).
Pendidikan
Kesehatan
Promosi
kesehatan
(Health
Promotion) 2). Pendidikan Kesehatan untuk perlindungan khusus (Spesific Protection) misal : Imunisasi. 3).
Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan dan
pengobatan tepat. 4). Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi. E. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian merupakan Proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. a. Biodata Klien b. Riwayat Kehamilan c. Riwayat Persalinan Tanggal, hari/jam persalinan, tipe persalinan, lama persalinan, d. e. f. g.
penyulit persalinan, jenis kelahiran bayi, BB lahir, apgar score. Keadaan Post Partum Keadaan Umum Tanda-tanda Vital Tensi, Nadi, Suhu, Pernafasan Pemeriksaan Fisik 1. Payudara
a. Inspeksi
: bentuk payudara normal/tidak, terdapat
bendungan ASI/tidak kolostrum keluar belum, putting sudah menonjol/belum. b. Palpasi : terdapat nyeri tekan/tidak. (Wilkinson, 2007) h. Kaji kemampuan bayi untuk menempel dan menghisap secara efektif. i. Konseling laktasi (NIC) : 1) Evaluasi pola menghisap/ menelan bayi; 2) Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui; 3) Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui dari bayi ( misalnya, reflek rooting, menghisap, dan kesiagaan); 4) Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada putting; 5) Pantau integritas kulit putting; 6) Evaluasi pemahaman tentang penghambatan kelenjar susu dan mastitis; 7) Pantau kemampuan untuk megurangi ingesti payudara dengan benar. 2. Diagnosa Keperawatan a. Masalah keperawatan : Ketidakefektifan Pemberian ASI pada kasus Post Partum Primipara. b. Definisi Operasional : kesulitan memberikan susu pada bayi atau anak anak secara langsung dari payudara yang dapat mempengaruhi status nutrisi bayi atau anak. c. Batasan karakteristik : 1) Bayi menangis dalam jam pertama setelah menyusu 2) Bayi menangis pada payudara 3) Bayi mendekat ke arah payudara 4) Bayi menolak latching on 5) Ketidakcukupan kesempatan untuk menghisap payudara 6) Luka pada putting 7) Tidak menghisap payudara terus menerus 8) Kurang pengetahuan d. Faktor yang berhubungan : 1) Anomali payudara ibu
2) Diskontunuitas pemberian ASI 3) Keletihan ibu 4) Kurang pengetahuan tentang pentingnya menyusui dan pemberian ASI. e. Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan: 1. Ibu dan bayi tidak akan mengalami ketidakefektifan pemberian ASI yang ditunjukkan oleh pengetahuan: pemberian ASI, kemantapan pemberian ASI. 2. Bayi akan menunjukkan kemantapan menyusu: bayi, ditandai dengan indikator totalitas sebagai berikut (dengan ketentuan 1-5: tidak, ringan, menengah, berat atau adekuat secara total). Ibu akan mengerti cara menyusui yang benar tanpa rasa nyeri Produksi ASI mencukupi Menghisap dan menempatkan lidah bayi dengan benar. Minimal menyusu 8x / hari (sesuai dengan kebutuhan). Penambahan berat badan sesuai usia. Kepuasan bayi setelah menyusui. (Wilkinson, 2007) f. Kriteria Hasil 1. Ibu dapat menyusui dengan benar dan tanpa rasa nyeri. 2. Produksi ASI mencukupi 3. Bayi tidak rewel. 4. Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan ASI. (Wilkinson, 2007) 3. 4. 5. 6. 7. 8.
3. Intervensi Keperawatan Merupakan perencanaan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanankan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan. Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Ketidakefektifan Pemberian ASI NO . 1.
INTERVENSI KEPERAWATAN Mandiri Kaji pengetahuan dan kemauan Ibu untuk menyusui
RASIONAL
Pengetahuan Ibu berpengaruh terhadap soal menyusui Ibu, dengan pengetahuan baik tentang
menyusui maka proses menyusui akan baik. 2.
Lakukan perawatan payudara
Perawatan payudara akan merangsang hypofise anterior untuk mengeluarkan prolaktin sehingga ASI dapat diproduksi
3.
Anjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya
Isapan bayi pada puting susu sehingga merangsang hypofise anterior untuk mengeluarkan prolaktin guna memproduksi ASI
4.
Kaji ketrampilan Ibu dalam menyusui
Kertampilan ibu berpengaruh terhadap kepuasaan bayi dalam menyusu. Karena teknik yang benar menyebabkan bayi dapat menghisap susu.
5.
Berikan kompres hangat dan pengosongan pada payudara yang bengkak
Kompres hangat menyebakan vasodilatasi sehingga peredaran darah di payudara menjadi lancar.
6.
7.
8.
Kolaboratif Kolaborasi dengan ahli gizi
Gizi yang seimbang dan baik membantu produksi ASI
Edukatif Ajarkan ibu teknik menyusui yang meningkatkan ketrampilan dalam menyusui bayinya.
Teknik menyusui yang benar berpengaruh terhadap kenyamanan dalam menyusui dan meningkatkan produksi ASI
Ajarkan ibu/keluarga tentang perawatan payudara
Agar ibu bisa mandiri dalam melakukan perawatan payudara.
(Wilkinson, 2007)
4. Implementasi Keperawatan Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesesaikan. (Potter & Perry, 2006). Komponen implemantasi dari proses keperawatan mempunyai 5 tahap :
a. Mengkaji ulang klien, fase pengkajian ulang terhadap komponen implementasi memberikan mekanisme bagi perawat untuk menentukan apabila tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai. b. Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada, meskipun rencana asuhan keperawatan telah dikembangkan sesuai diagnosa keperawatan yang teridentifikasi selama pengkajian, perubahan dalam status klien mungkin mengharuskan modifikasi asuhan keperawatan yang telah direncanakan. c. Mengidentifikasi area bantuan, sebelum mengimplementasikan asuhan, perawat, mengevaluasi rencana untuk menentukan kebutuhan bantuan dan tipe yang dibutuhkan. d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan, praktik keperawatan terdiri atas ketrampilan kognitif, interpersonal, dan psikomotor (teknis). Setiap ketrampilan diperlukan untuk mengimplementasikan intervensi. e. Mengkomunikasikan intervensi, intervensi keperawatan ditulis atau dikomunikasikan
secara
verbal.
Ketika
dituliskan,
intervensi
keperawatan dipadukan kedalam rencana asuhan keperawatan dan catatn medis klien. Setelah intervensi diterapkan, respon klien terhdap pengobatan dicatatkan pada lembar catatn yang sesuai. ( Sharon J, Reeder, 2011). 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan penumpukan hasil yang diharapkan (yang dikembangkan dalam fase perencanaan dan didokumentasikan dalam rencana keperawatan) adalah tahap akhir dari proses keperawatan ( Doengoes, 2002). Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas keperawatan yaitu : a. Evaluasi proses atau formatif
tindakan
Fokus tipe evaluasi adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan sistem SOAP atau model dokumentasi lainnya. b. Evaluasi hasil (sumatif) Fokus evaluasi hasil adalah perubahan erilaku atau status kesehatan pasien pada akhir tindakan keperawaan. Adapun metode pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada pasien atau keluarga. Evaluasi tindakan yang diharapkan pada pasien post partum primipara adalah perubahan perilaku, pasien mampu melakukan teknik yang telah diterapkan, serta mampu mencukupi kebutuhan dasar anak serta dirinya. (Sharon, J. Reeder, 2011).
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Peneliti Studi kasus adalah peneliti yang menempatkan sesuatu objek yang diteliti sebagai “kasus”. Jenis penelitian ini, digunakan untuk meneliti studi kasus pada klien post partum primipara. Tujuan dari penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individual, kelompok, lembaga, atau masyarakat. (Setiadi, 2007). Studi kasus dilakukan pada Ibu Post Partum Primipara dengan Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan intervensi keperawatan Health Education Teknik Menyusui. B. Tempat dan Waktu Penelitian. Studi kasus dilakukan di Ruang Dahlia 2 RSUD Gambiran Kota Kediri Mulai tanggal 22 Juni 2016 – 24 Juni 2016 (3 hari). C. Subyek Penelitian. Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau subyek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2006). Subyek penelitian yang digunakan adalah 2 pasien dengan
masalah yang sama post partum (Spontan)
primipara
dengan masalah
ketidakefektifan Pemberian ASI dengan tindakan Health Education tentang Teknik Menyusui. D. Jenis data 1. Data Primer: Dilakukan dengan cara Wawancara, Pengkajian, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi. 2. Data Sekunder: Dilakukan dengan cara melihat atau mencatat hasil 33 dokumentasi dari rekam medik yang ada dan catatan perkembangan harian klien (Setiadi, 2007). Pada studi kasus ini peneliti mengambil jenis data primer dilakukan dengan cara wawancara, pengkajian, intervensi, implementasi, dan observasi atau evaluasi dan dengan data sekunder melihat atau mencatat hasil dokumentasi dari rekam medik yang ada dan catatan perkembangan harian klien E. Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu dengan cara wawancara, observasi langsung dan studi dokumen rekam medik RSUD Gambiran. Teknik pengambilan data antara lain: 1. Wawancara Metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari responden atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan responden dengan pasien masalah keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI pada kasus post partum primipara.
2. Pengamatan (observasi) Pengamatan terlibat (observasi partisipasif), Pengamat benar-benar mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas yang telah diselidiki (Setiadi, 2007). Pengamatan pada klien dengan masalah keperawatan Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan intervensi keperawatan Health Education Teknik Menyusui meliputi pemeriksaan fisik, keadaan umum klien dan kebersihan diri klien. 3. Studi Dokumentasi ( hasil dari pemeriksaan diagnostik) Melihat hasil-hasil pemeriksaan klien selama dirawat di rumah sakit sampai saat pengkajian dilakukan. Dilakukan dengan cara melihat atau mencatat hasil dokumentasi dari rekam medik yang ada dan catatan perkembangan harian klien. (Setiadi, 2007). Data dari dokumen Rekam Medik di rumah sakit atau instansi terkait. Tentang data klien dengan masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan intervensi keperawatan Health Education Teknik Menyusui. Data sekunder yang didapat dari rekam medik yaitu hasil USG, hasil laboratorium dan terapi dokter. F. Pengumpulan Data 1. Instrumen Studi Kasus Instrumen studi kasus adalah alat atau fasilitas yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data hasil dari studi kasus. (Arikunto, 2006). Dalam studi kasus ini instrumen yang digunakan adalah format asuhan keperawatan maternitas. Format yang dimaksud terdiri dari pengkajian ketidakefektifan Pemberian ASI pada pasien post Partum Primipara , merumuskan diagnosa ketidakefektifan Pemberian ASI pada pasien post Partum Primipara, menyusun intervensi ketidakefektifan
Pemberian ASI pada pasien post Partum Primipara, melakukan implementasi ketidakefektifan Pemberian ASI pada pasien post Partum Primipara dan melakukan evaluasi ketidakefektifan Pemberian ASI pada pasien post Partum Primipara 2. Pengumpulan Data a. Proses pengumpulan data didahului dengan prosedur birokrasi atau surat perijinan dari Direktur Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri dan selanjutnya surat perijinan diteruskan ke Instalasi Rawat Inap yang dituju sebagai lahan pengambilan studi kasus agar memberi perijinan untuk pengambilan data serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan studi kasus. b. Cara pengumpulan data dimulai dari penulisan mencari klien yang sesuai dengan kasus atau judul studi kasusnya. Setelah klien yang sesuai ditemukan, penulis melakukan tindakan pre-orientasi atau memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan pada klien. Kemudian lebih lanjut penulis melakukan informed consent berkaitan dengan meminta kesediaan pada klien untuk dijadikan subyek pengambilan studi kasus secara sukarela tanpa keterpaksaan. Setelah pasien menyatakan kesediaannya untuk menjadi subyek pengambilan studi kasus maka penulis harus meminta bukti ketersediaan klien secara tertulis dengan menandatangani surat persetujuan menjadi subyek pengambilan studi kasus. Setelah persetujuan didapatkan, penulis mulai melakukan pengkajian pada klien kemudian merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun
rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana dan mengevalusi hasil dari tindakan keperawatan. Jika ada kesulitan saat pengumpulan data misalnya klien tidak ditemukan pada ruang rawat inap yang dituju maka penulis harus mencari klien yang sesuai di ruangan lain atau di rumah sakit lain G. Analisa Data Analisa data dilakukan secara diskriptif menggunakan prinsip-prinsip manajemen asuhan keperawatan yaitu : 1. Mengkaji dan menganalisa data klien dengan kasus ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu Post Partum Spontan Primipara di ruang Dahlia 2 RSUD Gambiran Kota Kediri. 2. Menetapkan Diagnosa Keperawatan pada klien dengan kasus ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu Post Partum Spontan Primipara di ruang Dahlia 2 RSUD Gambiran Kota Kediri. 3. Menetapkan Intervensi Keperawatan pada klien dengan kasus ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu Post Partum Spontan Primipara di ruang Dahlia 2 RSUD Gambiran Kota Kediri. 4. Melakukan Implementasi pada klien dengan kasus ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu Post Partum Spontan Primipara di ruang Dahlia 2 RSUD Gambiran Kota Kediri. 5. Melakukan Evaluasi pada klien dengan kasus ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu Post Partum Spontan Primipara di ruang Dahlia 2 RSUD Gambiran Kota Kediri. H. EtikaPenelitian. Etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Informed Concent ( surat persetujuan ) Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti memperkenalkan diri, memberikan penjelasan tentang judul studi kasus. Deskripsi tentang tujuan pencatatan, menjelaskan hak dan kewajiban responden. Setelah dilakukan penjelasan pada responden peneliti melakukan persetujuan sesuai dengan responden tentang dilakukannya penelitian. 2. Anonimity ( tanpa nama) Peneliti melindungi hak-hak dan privasi responden, nama tidak digunakan
serta
menjaga
kerahasian
responden,
peneliti
hanya
menggunakan inisial sebagai identitas. 3. Confidentiality ( kerahasian) Semua informasi yang diberikan responden kepada peneliti akan tetap dirahasiakan. (Nursalam, 2008).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan mulai dari tanggal 22-24 Juni 2016 di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri, didapatkan hasil Asuhan Keperawatan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Identitas Pasien dan Hasil Anamnesa pasien 1 dan 2 di Ruang
Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri No.
Data Identitas Pasien Nama Pasien Nama Panggilan Umur Jenis Kelamin Pendidikan Diagnosa Medis Tanggal MRS Tanggal Pengkajian Alamat Pekerjaan
Pasien 1
Pasien 2
Ny. F Ny. F 22 th Perempuan SMA PP Spontan 11 Juni 2016 22 Juni 2016 Tulungagung Mahasiswa
Ny. Y Ny. Y 23 th Perempuan SMA PP Spontan 21 Juni 2016 22 Juni 2016 Mondo, Mojo Kediri Ibu Rumah Tangga
2.
Keluhan Utama
Pasien mengatakan payudaranya terasa keras
3.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada usia kehamilan 8 bulan, klien memiliki keluhan batuk serta sesak nafas. Pada tanggal 4 Juni 2016 klien memeriksakan kandungannya ke dokter kandungan dengan keluhan batuk dan sesak
Pasien mengatakan jika ASI nya keluar sedikitsedikit dan kadang hanya menetes. Pasien mengatakan bahwa ia merupakan pasien rujukan dari Rumah sakit Ratih kota Kediri, pada tanggal 21 Juni 2016 pukul 15.00 WIB klien masuk kerumah sakit Ratih karena ketuban pecah dini selama 21 jam,
1.
4.
Riwayat Penyakit Masa Lalu
5.
Riwayat Penyakit Keluarga
6.
Pola sehari-hari
nafas dan mendapat obat, setelah obat habis pada tanggal 11 Juni 2016 jam 23.00 WIB sesak nafas klien bertambah parah dan batuk lalu oleh keluarga dibawa ke UGD RSUD Gambiran lalu pasien dibawa ke ruang ICU, dan pada tanggal 16 Juni 2016 pukul 01.25 WIB klien melahirkan secara normal bayi berjenis kelamin laki-laki dengan BB 1600 gram, TB 42 cm lalu klien dipindahkan ke Ruang HCU selama 3 hari dan pada tanggal 19 Juni 2016 klien di pindah ke Irna Dahlia II dan mengeluhkan payudaranya terasa keras. Pasien mengatakan sekitar dua tahun lalu menderita penyakit Thypus dan pada usia kehamilan 6 bulan klien memeriksakan ke dokter dan didiagnosa menderita oedema Paru. Pasien mengatakan dalam keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit oedema paru ataupun penyakit keturunan seperti (Hipertensi, jantung, DM) a. Nutrisi 1) Di Rumah: Pasien makan 3x/hari, porsi sedang habis, komposisi nasi,
dan pada tanggal 21 Juni 2016 pukul 20.00 WIB klien dirujuk ke RSUD Gambiran Kota Kediri karena tak kunjung melahirkan, setelah dibawa ke UGD Klien langsung ditangani dan dibawa Ke VK pada jam 21.00 WIB dengan pembukaan lengkap, pada pukul 22.00 WIB klien melahirkan secara normal bayi berjenis kelamin laki-laki dengan BB 3300 gram TB 48 cm dan pada tanggal 22 Juni 2016 pukul 10.00 WIB klien dipindahkan ke Irna Dahlia II dengan keluhan ASI nya keluar sedikitsedikit. Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit gatal-gatal.
Pasien mengatakan keluarganya mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu hipotensi, dan pasien tidak mempunyai riwayat penyakit menular (HIV, TBC, dll). a. Nutrisi 1) Di Rumah : Pasien makan 5x/hari, satu porsi habis, kompisisi
sayur, lauk pauk nasi, sayur, lauk (tahu, tempe), pauk (tahu, tempe, Semenjak kakinya telur). Minum ± 6 bengkak klien – 7 gelas/hari (air melakukan diet putih). Nafsu hanya makan sayur makan klien dan buah (stop susu cenderung Ibu hamil). Minum bertambah, diet ± 6 – 7 gelas/hari khusus (-) susu Ibu (air putih, teh). hamil (+). 2) Di Rumah Sakit: 2) Di Rumah Sakit : Pasien makan Pasien makan 3x/hari, hanya habis 3x/hari, satu porsi 3-5 sendok, habis , komposisi komposisi nasi, nasi, sayur, lauk sayur, lauk pauk pauk (sesuai (sesuai dengan diit dengan diit yang yang diberikan diberikan rumah rumah sakit), buah sakit), buah pisang/pepaya. pisang/pepaya/sem Porsi tidak habis. angka. Porsi habis . Minum ± 3-5 Minum ± 3-5 gelas/hari (air putih, gelas/hari (air teh). Susu Ibu putih). Serta susu menyusui (+). Ibu menyusui (+). b. Istirahat Tidur b. Istirahat Tidur 1) Di Rumah : 1) Di Rumah : Pasien Pasien mengatakan mengatakan siang siang hari pasien hari pasien jarang jarang tidur, tidur di karekan kalaupun tidur kuliah. Malam hanya 1-2 jam. hari pasien tidur ± Malam hari pasien 7-8 jam, mulai tidur ± 7-8 jam, 21.00 – 05.00 mulai 21.00 – WIB. Pasien 05.00 WIB. Pasien mengatakan tidak mengatakan tidak ada gangguan ada gangguan tidur. tidur. 2) Di Rumah Sakit: 2) Di Rumah Sakit: Pasien Pasien mengatakan tidur mengatakan tidur siang sewaktusiang sewaktuwaktu sekali tidur waktu sekali tidur sekitar 1 jam dan
sekitar 1 jam dan waktu tidak rutin. waktu tidak rutin. Saat tidur malam Saat tidur malam pasien sering pasien sering terbangun karena terbangun karena merasakan nyeri merasakan pada bagian suasana rumah perinuum saat sakit yang bergerak. lumayan berisik. c. Eliminasi c. Eliminasi 1) BAB (Buang Air 1) BAB (Buang Air Besar) Besar) a) Di Rumah : a) Di Rumah : Pasien Pasien mengatakan mengatakan BAB 1x/hari BAB 2 hari setiap pagi, sekali, warna warna kuning, kuning terkadang kecoklatan, konstipasi. agak keras. Tidak ada Sedikit ada kesulitan BAB. kesulitan BAB. b) Di Rumah b) Di Rumah Sakit: Pasien Sakit : Pasien mengatakan mengatakan selama dirawat selama dirawat di rumah sakit di rumah sakit belum pernah Rutin BAB, BAB. 1x/hari (selama 2 hari). konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan. Tidak ada kesulitan BAB. 2) BAK (Buang Air 2) BAK (Buang Air Kecil) Kecil) a) Di Rumah : a) Di Rumah : Pasien Pasien mengatakan mengatakan BAK ± 5-6 BAK ± 7-9 x/hari, warna x/hari, warna kuning, bau kuning, bau khas urine, khas urine, tidak ada
7.
Keadaan / Penampilan Umum pasien
tidak ada kesulitan BAK. kesulitan b) Di Rumah BAK. Sakit: Pasien b) Di Rumah mengatakan Sakit : Pasien BAK ± 4-5 mengatakan x/hari, warna BAK ± 7-9 kuning, bau x/hari, warna khas urine, kuning, bau tidak ada khas urine, kesulitan BAK. tidak ada kesulitan BAK, Pasien BAK langsung d. Kebersihan Diri ke kamar 1) Di Rumah : mandi. Mandi 2x/hari d. Kebersihan Diri Gosok Gigi 1x/hari 1) Di Rumah : Keramas Mandi 2x/hari 2x/minggu Gosok Gigi 2x/hari 2) Di Rumah Sakit : Keramas Saat pengkajian: pasien 3x/minggu mandi 2x/hari, gosok gigi 2) Di Rumah Sakit : 2x/hari. Berganti pakaian. Mandi 2x/hari. Klien mengatakan selama Gosok gigi 2x/hari di RS belum keramas. Berganti pakaian, berhias. Klien mengatakan selama di RS baru 2x keramas. Keadaan umum klien Keadaan umum klien baik, kesadaran compos baik, kesadaran compos mentis. Terpasang infus mentis, terpasang infus (-). (-).
Perbedaan antara kasus 1 dan kasus 2 : 1. Dari data diatas menunjukkan data yang diperoleh menjelaskan tentang identitas dan hasil anamnesa pada dua pasien yang berbeda, pada kasus 1 dengan identitas Ny. F berusia 22 tahun dengan tanggal masuk Rumah sakit tanggal 11 Juni 2016 dengan alamat Tulungagung pekerjaan seorang
mashasiswa, sedangkan kasus 2 dengan identitas Ny. Y berusia 23 tahun dengan tanggal masuk rumah sakit tanggal 21 Juni 2016 dengan alamat Mojo Kediri pekerjaan seorang Ibu rumah tangga. 2. Pada keluhan utama kasus 1 pasien memiliki keluhan payudaranya terasa keras, sedangkan pada kasus 2 pasien memiliki keluhan jika ASI nya keluar sedikit-sedikit. 3. Pada riwayat penyakit sekarang pada kasus 1 klien sebelumnya memiliki riwayat penyakit oedema paru dan dibawa ke RSUD Gambiran selama 5 hari lalu melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 1600 gram dengan tinggi badan 42 cm sedangkan pada kasus 2 pasien merupakan rujukan dari Rumah sakit Ratih dengan KPD selama 21 jam dibawa ke RSUD Gambiran lalu melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 3300 gram dengan tinggi badan 48 cm. 4. Pada riwayat penyakit masa lalu pada kasus 1 pasien memiliki riwayat penyakit typus sekitar dua tahun lalu dan pada kehamilan 6 bulan klien di diagnosa menderita oedema paru, sedangkan pada kasus 2 klien hanya memiliki riwayat gatal-gatal. 5. Pada riwayat penyakit keluarga pada pasien 1 tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti (DM, HT, Jantung) sedangkan pada kasus 2 klien memiliki riwayat hipotensi. 6. Pada pola sehari-hari pada kasus 1 klien melakukan diet khusus semenjak kakinya bengkak sedangkan pada kasus 2 kebutuhan nutrisi tetap, pada istirahat tidur kedua pasien cenderung sama, pada pola eliminasi BAB terjadi
perbedaan jika pasien 1 sudah bisa BAB dengan lancar sedangkan pasien 2 Belum BAB sama sekali di rumah sakit. Pada kebersihan diri pada kasus 1 maupun kasus 2 cenderung memiliki kesamaan. 7. Pada keadaan/penampilan umum klien pada kasus 1 cenderung sama.
Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik pasien 1 dan 2 di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri No. 1.
2.
Data Tanda-tanda Vital
Pasien 1 S : 371 oC N : 80 x/mnt TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/mnt TB/BB: 158 cm/46 kg Pemeriksaan Fisik 1) Kepala : a. Pemeriksaan Bentuk kepala Kepala dan simetris, persebaran Leher rambut rata, rambut hitam, tidak rontok, tidak ada lesi di kulit kepala, tidak ada nyeri tekan pada kulit kepala. 2) Mata : Simetris, tidak oedema pada palpebra, konjungtiva anemis , sklera putih. 3) Telinga : Bersih, tidak ada lesi, tidak nyeri tekan, tidak ada gangguan pendengaran. 4) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Pasien 2 S : 364 oC N :84 x/mnt TD : 90/60 mmHg RR : 18 x/mnt TB/BB: 160 cm/45 kg 1) Kepala : Bentuk kepala simetris, persebaran rambut rata, rambut hitam, tidak ada lesi di kulit kepala, tidak ada nyeri tekan pada kulit kepala. 2) Mata : Simetris, tidak oedema pada palpebra, konjungtiva anemis, sklera putih. 3) Telinga : Bersih, tidak ada lesi, tidak nyeri tekan, tidak ada gaangguan pendengaran. 4) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
5) Mulut dan Bibir : 5) Mulut dan Bibir : Mukosa bibir kering, Mukosa bibir kering,
b. Pemeriksaan 1) Integumen / Kulit dan Kuku
2)
c. Pemeriksaan 1) Payudara dan Ketiak (bila diperlukan)
2)
d. Pemeriksaan Thorak/Dada
1)
2)
lidah bersih, stomatitis tidak ada, gigi bagian belakang berlubang. Kulit : Warna kulit coklat, tidak sianosis, terdapat lesi (bekas gatal), tekstur halus, turgor kulit baik. Kuku : Warna kuku tidak sianosis, kuku pendek, CRT < 2 detik, akral hangat. Payudara : Payudara simetris, Payudara tampak bersih, tidak ada lesi , payudara teraba sangat keras, terdapat bendungan ASI, warna areola kehitaman, putting menonjol, tidak luka, terdapat nyeri tekan pada payudara, ASI keluar. Kolostrum (+). Reflek Hisap bayi kurang Aktif. Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Tidak ada nyeri tekan. Thorak Inspeksi : Bentuk dada simetris Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Paru Inspeksi : Ekspansi paru kanan dan kiri simetris, tidak menggunakan alat bantu nafas. RR:
1)
2)
1)
2)
1)
2)
lidah bersih, stomatitis tidak ada, bibir anemis. Kulit : Warna kulit kehitaman, tidak sianosis, terdapat lesi (bekas luka gatal), tekstur halus, turgor kulit baik. Kuku : Warna kuku tidak sianosis, kuku pendek, CRT < 2 detik, akral hangat. Payudara : Payudara Simetris, payudara tampak kotor, tidak ada lesi, payudara teraba lunak, tidak terdapat bendungan ASI, Warna areola kecoklatan, putting menonjol, tidak luka, tidak terdapat nyeri tekan payudara, ASI keluar sedikit-sedikit. Kolostrum (+). Reflek hisap bayi aktif. Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Tidak ada nyeri tekan. Thorak Inspeksi : Bentuk dada simetris Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Paru Inspeksi : Ekspansi paru kanan dan kiri simetris, tidak menggunakan alat bantu nafas. RR:
20X/menit. 18x/menit Perkusi : Terdengar Perkusi : Terdengar sonor sonor Auskultasi : terdengar Auskultasi : Tidak suara tambahan. terdengar suara (Ronchi). tambahan. 3) Jantung 3) Jantung Inspeksi : Ictus cordis Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat tidak terlihat Palpasi : Tidak ada Palpasi : Tidak ada nyeri tekan nyeri tekan Auskultasi : Tidak Auskultasi : Tidak terdengar suara terdengar suara tambahan, S1 S2 tambahan, S1 S2 tunggal lup dup. tunggal lup dup. e. Pemeriksaan Inspeksi : Bentuk datar, Inspeksi : Bentuk perut Abdomen gerakan dinding perut agak buncit, gerakan simetris, ada lesi dinding perut simetris, (goresan-goresan), tidak terdapat strie, terdapat strie, bekas terdapat lesi bekas gatal, sayatan (-). benjolan(-). Perkusi :Tympani Perkusi :Tympani Palpasi : Tidak ada nyeri Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. tekan. Auskultasi : Bising usus Auskultasi : Bising usus 10 x/menit. 12 x/menit. f. Pemeriksaan 1) Genetalia : 1) Genetalia : Kelamin dan Vagina bersih, Keluar Vagina agak kotor, Sekitarnya darah pervaginan keluar darah (bila ( lochea Serosa), pervaginan (lochea diperlukan) terdapat jahitan rubra) terdapat jahitan episiotomi, luka episiotomi yang kering, ganti pembalut belum kering, ganti 3x/hari. pembalut >3x/hari. 2) Anus : 2) Anus : Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada hemoroid, tidak ada hemoroid, tidak ada nyeri tekan. nyeri tekan. g. Punggung Tidak ada kelainan tulang, Tidak terdapat kelainan tidak terdapat lesi, tulang, tidak terdapat lesi, benjolan (-), tidak ada benjolan (-), nyeri tekan nyeri tekan. (-). h. Ekstremitas Pergerakan ekstremitas Pergerakan ekstremitas atas dan bawah bebas, atas dan bawah bebas,
3.
Data Psiko Sosio Spiritual
4.
Status Obstetrik
tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot 5 5 5 5
tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot 5 5 5 5
Psikososial : Pasien mengatakan merasa bahagia kehadiran bayinnya, tetapi juga kwatir dengan keadaan bayinya karena dirawat terpisah dengan ibunya Sosial : Pasien dapat berinteraksi dengan baik kepada teman sekamar, keluarganya maupun petugas kesehatan. Spiritual : Pasien beragama islam, selama dirawat di rumah sakit pasien tidak menjalankan ibadah sholat a. Menarche : 13 tahun b. Lamanya Haid : 7 hari c. Siklus Haid : 25 hari d. HPHT : 10 Oktober 2015 e. Kelainan Haid : siklus haid berubahubah f. Menopouse :g. Riwayat persalinan terdahulu : 1). Kehamilan : hamil I 2). Jenis persalinan : Normal spontan 3). Penolong : bidan RS 4). Keterangan : Jenis
Psikososial : Pasien mengatakan ia merasa agak takut karena ini merupakan anak pertamanya. Sosial : Pasien dapat berinteraksi dengan baik kepada teman sekamar, keluarganya maupun petugas kesehatan. Spiritual : Pasien beragama islam, selama dirawat di rumah sakit pasien tidak menjalankan ibadah sholat.
a. Menarche : 14 tahun b. Lamanya Haid : 7-15 hari c. Siklus Haid : 2 bulan sekali d. HPHT : e. Kelainan Haid : siklus haid berubahubah f. Menopouse :g. Riwayat persalinan terdahulu : 1). Kehamilan : hamil I 2). Jenis persalinan : Normal spontan 3). Penolong : bidan RS 4). Keterangan : Jenis
5.
Pemeriksaan Kehamilan
6.
Pengkajian Natal
Kelamin ♂, BB 1600 gram, TB 42 cm. h. Riwayat kehamilan/ Gravidarum klien mengatakan melakukan ANC di dokter kandungan praktek swasta mendapat vitamin. Pada kehamilan memiliki keluhan mual muntah pada trimester pertama, kaki bengkak serta gatalgatal.
Kelamin ♂, BB 3300 gram, TB 48 cm. h. Riwayat kehamilan/ Gravidarum klien mengatakan melakukan ANC di bidan praktek swasta mendapat vitamin. Pada kehamilan tidak memiliki keluhan mual muntah.
Klien mengatakan sering dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter praktek swasta.
Klien mengatakan jarang melakukan pemeriksaan kehamilan, hanya awalawal kehamilan saja ke bidan praktek swasta. a. Involusi : 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras. b. Laktasi : terdapat produksi ASI, tidak terdapat bendungan ASI, Areola kecoklatan, putting menonjol, tidak terdapat nyeri tekan payudara. Ibu mengatakan jika masih bingung cara menyusui. Ibu tampak menyusui bayinya. Ibu tampak menyusui dengan posisi yang kurang benar. Ibu menyusui bayinya tiap jam menyusui tetapi hanya sebentar. c. Perinium : pasien mengatakan luka jahitan di periniumnya
Post a. Involusi : 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus teraba keras, b. Laktasi : terdapat produksi ASI, terdapat bendungan ASI, Areola kehitaman, putting menonjol, nyeri tekan payudara dan payudara teraba sangat keras. Ibu mengatakan jika bisa menyusui tetapi belum begitu pandai. Ibu tampak menyusui bayinya. Ibu lumayan mampu mempraktikkan teknik menyusui. Ibu menyusui bayinya tiap jam menyusui. c. Perinium : Pasien mengatakan kadang luka jahitan perinium terasa nyeri, lockhea
serosa, luka jahitan kering perinium bersih.
7.
Data Keluarga Berencana
Klien mengatakan ia berencana untuk menggunakan KB IUD.
masih terasa nyeri, lochea rubra, luka jahitan masih tampak basah, vagina agak kotor. Klien mengatakan ia berencana untuk menggunakan KB Suntik.
Perbedaan antara kasus 1 dan kasus 2 : 1. Dari hasil data diatas menunjukkan hasil dari pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik pasien, didapatkan data bahwa tanda-tanda vital pada kasus 1 S : 371 oC, N : 80 x/mnt, TD : 110/70 mmHg, RR : 20 x/mnt, sedangkan pada kasus 2 pada pemeriksaan tanda-tanda vital sebagai berikut S : 364 oC, N : 84 x/mnt, TD : 90/60 mmHg, RR : 24 x/mnt
2. Pada pemeriksaan fisik : a) Pada pemeriksaan kepala dan leher pada kasus 1 dan cenderung sama hanya pada bibir dan mulut jika pada kasus 1 pasien tidak anemis sedangkan pada kasus 2 pasien tampak anemis. b) Pada pemeriksaan integumen cenderung sama pada pasien 1 dan 2 c) Pada pemeriksaan payudara pada kasus 1 luka terdapat bendungan ASI serta nyeri tekan pada payudara, terdapat produksi ASI tetapi hanya sedikit, sedangkan pada kasus 2 tidak terdapat bendungan ASI serta tidak terdapat nyeri tekan pada payudara tetapi produksi ASI belum begitu banyak, hanya merembes.
d) Pada pemeriksaan thorak dan dada pada kasus 1 terdapat suara tambahan ronchi sedangkan pada kasus 2 tidak. e) Pada pemeriksaan abdomen pada kasus 1 bentuk abdomen datar terdapat strie sedangkan pada kasus 2 abdomen agak buncit tidak terdapat strie. f) Pada pemeriksaan kelamin pada kasus 1 genetalia tampak bersih dan luka jahitan episiotomi kering, ganti pembalut 3x/hari sedangkan pada kasus 2 genetalia tampak kotor dan luka jahitan episiotomi belum kering, ganti pembalut >3x/hari. g) Pada pemeriksaan punggung cenderung sama h) Pada pemeriksaaan ekstremitas cenderung sama. 3. Pada data psikososial pada kasus 1 pasien cenderung kwatir karena terpisah rawat inap dengan anaknya sedangkan pada kasus 2 pasien cenderung merasa bahagia dengan kehadiran anaknya. 4. Pada pemeriksaan status obstetrik pada kasus 1 klien menarche awal usia 13 tahun dengan lama haid 7 hari siklus haid 25 hari HPHT tanggal 10 Oktober 2015 dengan kelainan haid siklus berubah-ubah, sedangkan pada kasus 2 klien menarche awal usia 14 tahun dengan lama haid 7-15 hari siklus haid 2 bulan sekali dengan kelainan haid siklus haid berubah-ubah. Pada riwayat kehamilan pada kasus 1 klien melahirkan bayi ♂ dengan berat badan 1600 gram serta tinggi badan 42 cm, sedangkan pada kasus 2 klien melahirkan bayi ♂ dengan berat badan 3300 gram serta tinggi badan 48 cm. Pada kasus 1 klien melakukan ANC di dokter kandungan karena memiliki keluhan mual
muntah serta kakinya bengkak, sedangkan pada kasus 2 klien melakukan ANC di BPS tidak memiliki keluhan. 5. Pada pemeriksaaan kehamilan pada kasus 1 klien sering melakukan check-up ke Dokter sedangkan pada kasus 2 klien hanya melakukan check-up awal kehamilan saja ke bidan. 6. Pada pengkajian post natal pada pasien 1 involusi uterus 1 jari dibawah pusat sedangkan pada kasus 2 berada di 2 jari bawah pusat. Pada laktasi pada klien 1 terdapat bendungan ASI serta nyeri tekan pada payudara dan Ibu mengatakan jika bisa menyusui anaknnya sedangkan pada kasus 2 tidak terdapat bendungan ASI tetapi ibu menyatakan kurang bisa menyusui anaknya. Pada perinium pada klien 1 jahitan perinium kering terdapat lokhea serosa sedangkan pada kasus 2 jahitan perinium belum begitu kering serta terdapat lokhea rubra. 7. Pada hasil data keluarga berencana pada klien 1 berencana untuk menggunakan KB IUD sedangkan pada kasus 2 berencana untuk menggunakan KB suntik.
Tabel 4.3 Analisis Masalah Keperawatan pasien 1 dan 2 di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri No. 1.
Analisa Data Kasus 1 Data Subyektif : Pasien mengatakan payudaranya terasa keras. Data Obyektif : - Terdapat bendungan ASI
Penyebab Post partum primipra Adaptasi psikologis Ibu Perubahan pada payudara ibu
Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI
-
2.
Nyeri tekan pada payudara - Payudara teraba sangat keras - Terdapat produksi ASI (hanya sedikit) - Kolostrum (+) - Payudara tampak bersih - Tampak kesulitan saat menyusui bayinya - Reflek hisap bayi kurang baik. Kasus 2 Data Subyektif : Pasien mengatakan ASI nya keluar sedikit-sedikit . Data Obyektif : - Tidak terdapat bendungan ASI - Tidak nyeri tekan pada payudara - Payudara teraba datar - Produksi ASI sedikit (merembes) - Kolostrum (+) - Payudara tampak kotor - Tampak ibu menyusui dengan posisi yang kurang benar. - Reflek hisap bayi baik.
Kurang pengetahuan tentang cara menyusui Posisi menyusui yang salah Proses menyusui terganggu Ketidakefektifan pemberian ASI Post partum primipra
Ketidakefektifan pemberian ASI
Adaptasi psikologis Ibu Perubahan pada payudara ibu Kurang pengetahuan tentang cara menyusui Posisi menyusui yang salah Proses menyusui terganggu Ketidakefektifan pemberian ASI
Perbedaan antara kasus 1 dan kasus 2 : 1. Dari data diatas didapatkan analisa masalah keperawatan pada kedua kasus, didapatkan : pada data obyektif pasien pertama terdapat bendungan ASI serta payudara teraba keras, payudara tampak bersih, serta didapatkan reflek hisap bayi yang kurang baik sedangkan pasien kedua tidak terdapat bendungan ASI serta payudara teraba lunak, payudara tampak kotor selain itu pada pasien 2 reflek hisap bayi cukup baik.
2. Pada penyebab dan masalah keperawatan pada kasus 1 jika penyebab klien mengalami masalah adalah karena gangguan pada payudara yang disebabkan oleh reflek hisap bayi yang kurang aktif serta pengosongan mamae yang tidak sempurna, sedangkan pada kasus 2 karena kurangnya tingkat keseringan ibu untuk menyusui, tingkat kekawatiran ibu untuk menyusui bayi pertamanya.
Tabel 4.4 Rencana Tindakan Keperawatan pasien 1 dan 2 di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri No . 1.
Diagnosa Keperawatan Kasus 1 Ketidakefektifan Pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya menyusui dan pemberian ASI
Kriteria Hasil
Perencanaan dan Rasional
Setelah dilakukan1) Kaji pengetahuan dan tindakan keperawatan kemauan Ibu untuk selama 1 x 24 jam menyusui diharapkan Ibu dan Rasional. Pengetahuan bayi tidak mengalami Ibu berpengaruh terhadap ketidakefektifan proses menyusui Ibu, pemberian ASI dengan pengetahuan baik Kriteria Hasil: tentang menyusui maka a. Ibu mampu proses menyusui akan menyusui dengan baik. benar 2) Kaji ketrampilan Ibu dalam b. Produksi ASI menyusui mencukupi Rasional. Kertampilan ibu c. Bayi tidak rewel berpengaruh terhadap kepuasaan bayi dalam menyusu. Karena teknik yang benar menyebabkan bayi dapat menghisap susu. 3) Anjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya Rasional. Isapan bayi pada puting susu sehingga merangsang hypofise anterior untuk mengeluarkan prolaktin guna memproduksi ASI
2.
Kasus 2 Ketidakefektifan Pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya menyusui dan pemberian ASI
4) Berikan kompres hangat dan pengosongan pada payudara yang bengkak Rasional. Kompres hangat menyebakan vasodilatasi sehingga peredaran darah di payudara menjadi lancar. 5) Ajarkan ibu teknik menyusui yang meningkatkan ketrampilan dalam menyusui bayinya. Rasional. Teknik menyusui yang benar berpengaruh terhadap kenyamanan dalam menyusui dan meningkatkan produksi ASI Setelah dilakukan 1) Kaji pengetahuan dan tindakan keperawatan kemauan Ibu untuk selama 1 x 24 jam menyusui diharapkan Ibu dan Rasional. Pengetahuan bayi tidak mengalami Ibu berpengaruh terhadap ketidakefektifan proses menyusui Ibu, pemberian ASI dengan pengetahuan baik Kriteria Hasil: tentang menyusui maka a. Ibu mampu proses menyusui akan menyusui baik. dengan benar 2) Kaji ketrampilan Ibu b. Produksi ASI dalam menyusui mencukupi Rasional. Kertampilan ibu c. Bayi tidak berpengaruh terhadap rewel kepuasaan bayi dalam menyusu. Karena teknik yang benar menyebabkan bayi dapat menghisap susu. 3) Anjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya Rasional. Isapan bayi pada puting susu sehingga merangsang hypofise anterior untuk
mengeluarkan prolaktin guna memproduksi ASI 4) Berikan kompres hangat dan pengosongan pada payudara yang bengkak Rasional. Kompres hangat menyebakan vasodilatasi sehingga peredaran darah di payudara menjadi lancar. 5) Ajarkan ibu teknik menyusui yang meningkatkan ketrampilan dalam menyusui bayinya. Rasional. Teknik menyusui yang benar berpengaruh terhadap kenyamanan dalam menyusui dan meningkatkan produksi ASI.
Perbedaan antara kasus 1 dan kasus 2 : 1. Dari data diatas menunjukkan data perencanaan tindakan keperawatan yang diberikan kepada kedua pasien tidak ada pembedaan.
Tabel 4.5. Implementasi Keperawatan pasien 1 dan 2 di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri Pelaksanaan Hari 1 Kasus 1 22 Juni 2016 08.00 WIB 1) Mengkaji pengetahuan dan kemauan Ibu untuk menyusui. (ibu terlihat antusias saat menyusui bayinya, posisi
Hari 2 23 Juni 2016 1). Mengkaji pengetahuan dan kemauan Ibu untuk menyusui. (ibu terlihat antusias saat menyusui bayinya, posisi
Hari 3 24 Juni 2016 1). Mengkaji pengetahuan dan kemauan Ibu untuk menyusui. (ibu terlihat antusias saat menyusui bayinya, posisi
menyusui bayi sedikit kurang tepat). 08.05 WIB 2) Mengobservasi ketrampilan Ibu dalam menyusui. (bayi tampak enggan untuk menyusu, serta tampak menangis, hanya bermain pada putting ibu). 08.10 WIB 3) Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya 08.15 WIB 4) Memberikan kompres hangat dan pengosongan pada payudara yang keras. (payudara masih teraba keras, dan tampak masih ada bendungan ASI) 08.20 WIB 5) Mengajarkan ibu teknik menyusui yang meningkatkan ketrampilan dalam menyusui bayinya. (Ibu tampak kesulitan saat menyusui dan bayi tampak menangis saat menyusui serta hanya bermainmain pada
menyusui bayi Sudah mulai benar). 2). Mengobservasi ketrampilan Ibu dalam menyusui. ( bayi mulai mau menyusu, masih tampak menangis, tampak mulai tertarik pada putting ibu). 3). Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya 4). Memberikan kompres hangat dan pengosongan pada payudara yang keras. (payudara masih teraba keras, nyeri tekan).
menyusui bayi Sudah benar). 2).
3).
Mengobservasi ketrampilan Ibu dalam menyusui. (bayi mulai menyusu pada Ibu, mulai diam saat menangis, mau menyusu dengan cepat).
Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya. 4). Memberikan kompres hangat dan pengosongan pada payudara yang keras. (payudara mulai teraba lunak, bendungan ASI mulai berkurang, tidak ada nyeri tekan). 5). Mengajarkan ibu 5). Mengajarkan tentang teknik ibu tentang menyusui yang teknik meningkatkan menyusui yang ketrampilan meningkatkan dalam menyusui ketrampilan bayinya. (ibu bisa dalam menyusui menyusui bayinya secara bayinya. (Ibu mandiri, bayi mulai bisa tampak mau mempraktikkan menghisap cara menyusui putting susu ibu, yang benar, ibu mampu bayi tampak menerapkan mau menyusu teknik menyusui
payudara).
Kasus 2 10.0 WIB
10.05 WIB
10.10 WIB
10.15 WIB
10.20 WIB
pada ibunya).
22 Juni 2016 23 Juni 2016 1). Mengkaji 1) Mengkaji pengetahuan dan pengetahuan kemauan Ibu dan kemauan untuk menyusui. Ibu untuk (ibu terlihat menyusui. (ibu tampak kurang terlihat agak antusias saat antusias saat menyusui menyusui bayinya, posisi bayinya, posisi menyusui bayi menyusui bayi kurang tepat). sedikit agak benar). 2). Mengobservasi 2) Mengobservasi ketrampilan Ibu ketrampilan Ibu dalam menyusui. dalam (bayi tampak menyusui. (bayi menangis, hanya tampak masih bermain pada menangis, putting ibu, serta mulai tertarik posisi meyusui menghisap yang masih payudara Ibu). kurang benar).
3).
Menganjurkan 3) Menganjurkan ibu untuk sering ibu untuk sering menyusui menyusui bayinya bayinya. 4). Memberikan 4) Memberikan kompres hangat kompres hangat dan pengosongan dan pada payudara pengosongan yang keras. pada payudara ( hanya yang keras. melakukan (memberikan pembersihan kompres hangat menggunakan untuk kapas dan air menambah
sesuai apa yang diajarkan).
24 Juni 2016 1) Mengkaji pengetahuan dan kemauan Ibu untuk menyusui. ( ibu mulai tampak antusias saat menyusui bayinya, posisi menyusui mulai benar). 2) Mengobservasi ketrampilan Ibu dalam menyusui. (bayi tampak mulai agak tidak rewel dan mau menyusu, ibu mulai mampu menerapkan ketrampilan tentang teknik menyusui). 3) Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya. 4) Memberikan kompres hangat dan pengosongan pada payudara yang keras. (tidak terdapat bendungan ASI, ASI mulai keluar).
hangat, tidak terdapat bendungan ASI, ASI hanya merembes).
10.25 WIB
kenyamanan, pada pasien tidak terdapat bendungan ASI, ASI mulai keluar). 5) Mengajarkan 5). Mengajarkan ibu ibu teknik teknik menyusui menyusui yang yang meningkatkan meningkatkan ketrampilan ketrampilan dalam dalam menyusui menyusui bayinya.(Ibu bayinya. (ibu masih tampak mulai bisa kesulitan dalam memposisikan menyusui bayi dengan bayinya, bayi benar, bayinya juga tampak mulai mau rewel). menyusu).
5) Mengajarkan ibu teknik menyusui yang meningkatkan ketrampilan dalam menyusui bayinya. (ibu mulai bisa memposisikan bayi dengan benar, bayinya mulai mau menyusu, meski tampak masih sedikit kaku saat menyusu).
Perbedaan antara kasus 1 dan kasus 2 : 1. Data diatas menjelaskan tentang waktu diberikannya tindakan keperawatan serta respon pasien saat diberikan tindakan. a) Pada hari pertama didapatkan pada kasus 1 pasien mengatakan payudaranya terasa keras. Tampak terdapat bendungan ASI, Serta Saat diajarkan tentang teknik menyusui klien tampak antusias dalam melakukan serta mempraktikkan, klien mampu mempraktikkan apa yang telah diajarkan. Sedangkan pada kasus 2 pasien mengatakan bahwa ASI nya keluar sedikit-sedikit tampak tidak terdapat bendungan ASI payudara terabak lunak, saat diajarkan tentang teknik menyusui klien tampak
kurang antusias serta masih terlihat kaku dalam mempraktikkan teknik menyusui. b) Pada hari kedua didapatkan pada kasus 1 pasien menggatakan payudaranya sedikit agak tidak terlalu nyeri, klien mampu mempraktikkan kertampilan dalam menerapkan teknik menyusui serta tampak antusias saat menyusui. Pada kasus 2 pasien mengatakan ASI nya mulai keluar, saat ditanya mengenai teknik menyusui klien tampak terlihat enggan dalam mempraktikkan, serta masih tampak kaku saat mempraktikkan. c) Pada hari ketiga didapatkan pada kasus 1 pasien mengatakan payudaranya sudah tidak terasa nyeri dan keras serta produksi ASI mulai banyak , pasien mampu mempraktikkan ketrampilan teknik menyusui secara mandiri dan tanpa bimbingan. Sedangkan kasus 2 pasien mengatakan ASI nya sudah keluar dan payudaranya tidak terasa nyeri, saat diminta untuk melakukan ketrampilan tentang teknik menyusui pasien sudah mampu melakukan tapi masih bingung serta bayinya tampak sedikit masih rewel, pasien masih terlihat bingung saat melakukan tindakan menyusui dan sering meminta tolong untuk meminta bantuan dan bimbingan.
Tabel 4.6. Evaluasi Keperawatan pasien 1 dan 2 di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri No. 1.
Evaluasi Kasus 1 12.30 WIB
Hari 1 Hari 2 Hari 3 22 Juni 2016 23 Juni 2016 24 Juni 2016 S: S: S: Pasien mengatakan Pasien mengatakan Pasien mengatakan payudaranya terasa payudaranya payudaranya keras dan nyeri. terasa keras mulai tidak
dan nyeri. O: - Terdapat bendungan ASI - Nyeri tekan pada payudara - Produksi ASI sedikit - Bayi tampak rewel - Posisi ibu menyusui kurang tepat.
2.
Kasus 2 13.30 WIB
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan (1,2,3,4,5) 22 Juni 2016 S: Pasien mengatakan ASI nya keluar sedikit-sedikit O: - pasien tampak kesulitan saat menyusui - nyeri saat menyusui (-) - produksi ASI sedikit
nyeri dan tidak terasa keras.
O: O: - Bendungan ASI - bendungan sedikit ASI mulai berkurang berkurang - Nyeri tekan - produksi pada payudara ASI mulai mulai bertambah berkurang. - nyeri tekan - Produksi ASI pada mulai payudara bertambah berkurang - Bayi tampak - ibu mampu tidak rewel memprakti - Posisi ibu kkan teknik menyusui menyusui mulai tepat secara - Ibu mampu mandiri mempraktikkan dan tepat. teknik menyusui secara mandiri A: A: Masalah teratasi Masalah teratasi sebagian P: P: Intervensi Intervensi dilanjutkan dihentikan (1,2,3,4,5) (Pasien pulang) 23 Juni 2016 24 Juni 2016 S: S: Pasien mengatakan Pasien mengatakan ASI nya masih ASI nya sudah keluar sedikit- mulai bertambah sedikit O: O: - pasien tampak - mampu masih kesulitan mempraktikkan saat menyusui teknik menyusui - nyeri saat meski dengan menyusu (-) bimbingan - produksi ASI - tampak masih sedikit kesulitan
-
bayi tampak rewel posisi ibu menyusui tampak kurang benar.
A: Masalah teratasi P: Intervensi dilanjutkan (1,2,3,4,5)
belum
bayi tampak - produksi ASI sedikit rewel bertambah posisi - bayi tidak menyusui begitu rewel masih sedikit - posisi kurang benar menyusui . mulai benar A: A: Masalah teratasi Masalah teratasi sebagian sebagian P: P: Intervensi Intervensi dilanjutkan dihentikan (1,2,3,4,5) (pasien pulang).
Perbedaan antara kasus 1 dan kasus 2 : 1. Dari data diatas menunjukkan hasil evaluasi dari kedua pasien : a) Hari pertama Setelah diberikan tindakan keperawatan tentang Health Education Teknik menyusui pasien 1 mulai antusias dan mampu mempraktikkan cara menyusui. Sedangkan pada pasien kedua menunjukkan masih kurang antusias serta masih enggan dan malu-malu untuk mempraktikkan tindakan teknik menyusui.
b) Hari kedua Pasien pertama menunjukkan mulai mampu melakukan tindakan secara mandiri serta bendungan ASI pada payudara mulai berkurang, sedangkan pasien kedua belum begitu mampu melakukan tindakan secara mandiri tetapi produksi ASI mulai bertambah. . c) Hari ketiga
Sampai dengan hari ketiga, kedua pasien menunjukkan penigkatan kemampuan dalam menerapkan teknik menyusui, pada pasien 1 mulai mampu melakukan secara mandiri tindakan teknik menyusui yang benar tetapi pasien 2 sudah mulai mampu melakukan meski dengan pengawasan, pada pasien 1 hari ketiga bendungan ASI mulai tidak ada, dan pada pasien 2 produksi ASI mulai bertambah banyak.
B. Pembahasan Pada BAB ini akan dibahas hubungan antara Tinjauan Pustaka dengan kasus yang nyata pada Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum Primipara masalah ketidakefektifan pemberian ASI di Irna Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri.
1. Pengkajian Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien melalui wawancara dan pemeriksaan fisik maupun penunjang, didapatkan data-data sebagai berikut. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa dari dua responden yang mengalami ketidakefektifan pemberian ASI adalah: pada pasien 1 ditemukan dari hasil pemeriksaan payudara didapatkan adanya bendungan ASI, nyeri tekan pada payudara, terdapat adanya produksi ASI, Tidak tampak adanya luka pada putting, serta reflek hisap bayi yang kurang akif, tetapi keluhan utama klien 1 adalah payudaranya terasa keras, sedangkan pada pasien 2 ditemukan dari hasil pemeriksaan payudara tidak adanya bendungan ASI, tidak tampak adanya luka pada putting, tidak adanya nyeri tekan pada payudara, Produksi ASI sedikit. dan keluhan utama klien 2 adalah ASI keluar sedikit-sedikit bahkan kadang hanya menetes. Selain itu pada pengkajian psikologis pasien didapatkan pada pasien 1 klien sangat senang atas kelahiran bayi pertamanya meski ia kuatir dengan kondisi bayinya sedangkan pada pasien 2 didapatkan bahwa pasien merasa takut karena ini adalah bayi pertamanya. Sesuai dengan tinjauan teori, ketidakefektifan pemberian ASI adalah kesulitan memberikan susu pada bayi atau anak dari payudara Ibu yang dapat mempengaruhi status nutrisi pada anak, (Wilkinson,2007) dengan batasan karakteristik bayi menangis pada payudara ibu, kurang
pengetahuan, luka pada putting, bayi menolak latching on, yang berhubungan dengan diskontunuitas pemberian ASI, Keletihan Ibu, kurang pengetahuan tentang pentingnya menyusui serta pemberian ASI. (Nurarif, 2015). Menurut Teori Ibu post partum primipara ini adalah wanita yang telah melahirkan satu anak (Ahmad, 2002), disebutkan bahwa menyusui merupakan aktivitas yang bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri yang menjadi kodrat untuk mendukung keberhasilan menyusui. (Nurkhasanah, 2011). Dalam teori juga disebutkan bahwa ada 3 fase dari perilaku yang terjadi untuk beradaptasi untuk menjadi peran ibu, fase taking in atau fase menerima, taking hold atau fase dependen mandiri berespon untuk berlatih tentang cara perawatan bayi termasuk menyusui, dan fase letting go atau fase yang penuh stress bagi orang tua. (Bobak, 2004). Menurut Teori tentang bendungan ASI bahwa bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2007). Perbedaan yang terjadi antara dua responden masing-masing berpengaruh terhadap individu masing-masing. Pada responden pertama terjadi bendungan ASI mungkin dikarenakan adanya gangguan pada payudara serta pengosongan mamae yang tidak sempurna, selain itu juga mungkin juga dapat disebabkan oleh faktor hisapan bayi yang tidak aktif, dimana bayi yang dilahirkan oleh pasien 1 dapat dikatakan bayi lahir
dengan berat badan rendah, selain itu pada masa laktasi bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI. tetapi dari faktor psikologis klien 1 juga mengalami sedikit mengalami gangguan. sedangkan pada pasien 2 tidak terjadi bendungan ASI tetapi ASI yang keluar sedikit-sedikit bahkan hanya menetes, ini bisa dicetuskan karena adaptasi psikologis terhadap peran Ibu pada fase taking hold atau fase dependen dimana seorang ibu baru akan beradaptasi terhadap proses baru, termasuk menyusui. Dimana pada pasien 2 ini didapatkan bahwa pasien agak kuatir karena ini merupakan bayi pertamanya. Selain itu untuk pasien 2 penyebabnya juga karena frekuensi tingkat menyusui yang kurang dimana jam Ibu atau tingkat keseringan ibu menyusui. Tingkat keseringan atau frekuensi ibu dalam menyusui juga berpengaruh terhadap produksi ASI, selain itu pada pasien 2 ini juga terpengaruh oleh tingkat kekawatiran ibu terhadap proses awal yang dijalani sebagai seorang Ibu baru. 2. Diagnosa Keperawatan Perumusan diagnosa keperawatan Berdasarkan kasus diatas pada pasien 1 didapatkan hasil analisa bahwa payudara pasien teraba keras, adanya bendungan ASI, nyeri tekan pada payudara, produksi ASI sedikit, bayi rewel saat menyusu, posisi menyusu yang salah, sedangkan pada kasus 2 didapatkan bahwa tidak adanya bendungan ASI, tidak adanya
nyeri tekan pada payudara, serta produksi ASI sedikit-sedikit bahkan menetes serta posisi menyusui yang kurang tepat. Berdasarkan tinjauan teori (Nurarif, 2015) dan (Wilkinson, 2007) tentang definisi operasional serta batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan tentang ketidakefektifan pemberian ASI antara lain luka pada putting, bayi menangis saat menyusu, kurang pengetahuan, produksi ASI tidak mencukupi. Maka penulis mengangkat masalah keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI sebagai masalah yang harus diatasi. Maka dirumuskan diagnosa keperawatan “ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang manfaat pemberian ASI dan teknik menyusui yang benar”. Dari kasus tersebut masalah ketidakefektifan pemberian ASI harus diatasi karena menurut penulis ketidakefektifan pemberian ASI ini akan berdampak buruk bagi bayi dan juga ibunya. Bagi bayi menyusui dapat mempengaruhi status nutrisi dan pertumbuhan sedangkan pada ibu juga berpengaruh bagi status kesehatan dan juga proses penyembuhan post partum. 3. Rencana Asuhan Keperawatan Dalam rencana keperawatan antara teori dan kasus nyata pada dasarnya sama. Namun perlu penyesuaian dengan kondisi yang ada pada lahan dan individu terkait. Pada kasus 1 dan 2 ini dasarnya penyebab ketidakefektifan pemberian ASI adalah masalah pada nutrisi, masalah terhadap adaptasi psikologis Ibu serta gangguan pada payudara Ibu
(bendungan ASI, nyeri pada payudara). Untuk masalah keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI ini pada tinjauan pustaka memiliki tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan Health Education tentang teknik menyusui Ibu dan bayi tidak mengalami ketidakefektifan pemberian ASI dengan kriteria hasil Ibu mampu menyusui dengan benar, serta Produksi ASI mencukupi dan bayi tidak rewel. Menurut Teori, perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan. (Wilkinson,2007). Intervensi keperawatan yang ada adalah : 1. Kaji pengetahuan dan kemauan Ibu untuk menyusui: Rasional. Pengetahuan Ibu berpengaruh terhadap proses menyusui
Ibu, dengan pengetahuan baik tentang menyusui
maka proses menyusui akan baik. 2. Kaji ketrampilan Ibu dalam menyusui Rasional. Kertampilan ibu berpengaruh terhadap kepuasaan bayi dalam menyusu. Karena teknik yang benar menyebabkan bayi dapat menghisap susu. 3. Anjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya Rasional. Isapan bayi pada puting susu sehingga merangsang hypofise
anterior
untuk
mengeluarkan
prolaktin
guna
memproduksi ASI 4. Berikan kompres hangat dan pengosongan pada payudara yang bengkak Rasional. Kompres hangat menyebakan vasodilatasi sehingga peredaran darah di payudara menjadi lancar. 5. Ajarkan ibu teknik menyusui yang meningkatkan ketrampilan dalam menyusui bayinya.
Rasional. Teknik menyusui yang benar berpengaruh terhadap kenyamanan dalam menyusui dan meningkatkan produksi ASI Pada
prinsipnya
perawatan
ketidakefektifan pemberian ASI
pada
pasien
dengan
masalah
adalah mengetahui masalah pada
payudara serta seberapa jauh pengetahuan ibu tentang menyusui. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah mengetahui kondisi bayi yang berpengaruh pada proses menyusui termasuk reflek hisap bayi. Setiap intervensi bertujuan untuk memperlancar proses menyusui dimana produksi ASI dapat bertambah, frekuensi menyusui bertambah sering, serta mengajarkan Ibu bagaimana cara menyusui dan teknik menyusui yang benar. Namun dalam menangani pasien, profesi perawat tidak terlepas dari profesi lainnya, terutama dokter serta tim ahli gizi, sehingga perencanaan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi serta menu makanan yang bergizi guna menambah produksi ASI juga tidak kalah pentingnya. 4. Implementasi Tahap keperawatan berikutnya adalah pelaksanaan yang mengacu pada intervensi yang telah ditentukan untuk mengatasi ketidakefektifan pemberian ASI. Pada pelaksanaannya baik pasien 1 maupun pasien 2 peneliti melakukan proses mengkaji pengetahuan dan kemaun ibu untuk menyusui, menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya, melihat dan mengobservasi ketrampilan ibu dalam menyusui, memberikan kompres
hangat dan pengosongan pada payudara ibu, serta mengajarkan pada ibu tentang teknik menyusui serta posisi menyusui yang benar. Pada tinjauan teori, Teknik Menyusui yang benar antara lain: a. Posisi menyusui yang benar Posisi menyusui antara lain adalah posisi berbaring miring serta posisi duduk. (Maryunani,2009). Dalam kasus ini pasien diajarkan untuk posisi duduk karena pada posisi berbaring biasanya dilakukan oleh ibu dengan post SC. b. Proses perlekatan Bayi Tanda proses perlekatan bayi dengan benar antara lain: areola masuk ke mulut bayi, bayi menyusu pada payudara Ibu bukan putting susu ibu. (Maryunani,2009). Pada kasus bayi tampak memasukkan keseluruhan areola serta menyusu pada payudara ibu. c. Mekanisme menyusui Dalam mekanisme menyusui terdapat 3 reflek yang diperlukan untuk keberhasilan menyusui, reflek mencari, menghisap, serta menelan. ( Nurkhasanah, 2011). d. Posisi tangan saat menyusui, yang diajarkan adalah posisi tangan madona yaitu posisi dimana bayi berada pada lekukan siku sampai pantat bayi, serta posisi melepaskan hisapan bayi dan posisi menyendawakan bayi. (Nurkhasanah, 2011).
Beberapa implementasi dilakukan berulang karena menyesuaikan perkembangan pasien, seperti mengkaji ketrampilan ibu dalam menyusui, menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya yang dapat berpengaruh pada produksi ASI, mengajarkan teknik menyusui dengan benar serta menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi susu ibu hamil dan makanan yang mengandung banyak gizi seimbang guna menambah produksi ASI. Selain Health Education tentang proses menyusui juga diberikan informasi tentang pentingnya mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. 5. Evaluasi Dalam kasus nyata selalu dievaluasi setiap hari walaupun beberapa kriteria masih belum tercapai, dan bila belum tercapai maka rencana tetap diteruskan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus nyata, evaluasi yang menunjukkan keberhasilan intervensi tercapai pada hari ke 3, dimana evaluasi yang dilakukan pada kasus 1 menunjukkan bahwa kriteria hasil telah tercapai, pasien sudah mampu mempraktikkan secara mandiri tentang teknik menyusui yang benar serta tidak terjadi bendungan ASI pada payudara Ibu selain itu produksi ASI Ibu mencukupi dan bayi yang menyusu pada payudara ibu tidak rewel, sedangkan pada kasus 2 pasien sebenarnya masih belum begitu mampu untuk mempraktikkan teknik menyusui dengan tepat tetapi karena berhubung ibu dengan bisa disarankan untuk pulang jadi implementasi dihentikan tetapi dengan
Health Education ulang serta mengajarkan kembali teknik menyusui dan melakukan evaluasi secara singkat. Pada teori dikatakan bahwa asuhan keperawatan harus dievaluasi untuk mengetahui apakah tujuan telah atau tengah tercapai dan dievaluasi harus berkesinambungan.(Sharon,2011). Pada tinjauan teori dikatakan bahwa klien tidak mengalami ketidakefektifan pemberian ASI dengan Kriteria Hasil: Ibu dapat menyusui dengan benar tanpa rasa nyeri, Produksi ASI mencukupi, bayi tidak rewel. (Wilkinson) Evaluasi sangat penting dilaksanakan untuk mengetahui apakah tujuan tercapai sebagian atau semua atau malah timbul masalah baru, pada kasus 1 ataupun 2 ini evaluasi menunjukkan keberhasilan dimana pasien 1 dan 2 mampu menunjukkan, menerapkan, serta mempraktikkan pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang telah dirumuskan maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang mungkin dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memperbaiki mutu pelayanan kesehatan. A. Kesimpulan 1. Pada pengkajian didapatkan data-data antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus baik kasus 1 maupun kasus 2 tidak jauh berbeda. Adapun yang membedakan antara kasus 1 dan kasus 2 yaitu adanya perbedaan tingkat pendidikan, status ekonomi, dan usia. 2. Masalah keperawatan pada tinjauan pustaka sesuai dengan tinjauan kasus, yaitu masalah keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI, dan didukung dengan batasan karakteristik sesuai tinjauan pustaka. 3. Di dalam menentukan rencana keperawatan antara tinjauan pustaka dengan kasus dasarnya sama. Hal ini karena harus mempertimbangkan kondisi pasien. Pada prinsipnya intervensi ditujukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan. 4. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu sesuai dengan rencana keperawatan, baik dari kasus 1 maupun kasus 2 diberikan perlakuan yang sama, yaitu Health Education tentang teknik menyusui.
5. Evaluasi merupakan umpan balik bagi proses keperawatan dimana perawat mencari kepastian dari keberhasilan rencana proses keperawatan, dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien post partum primipara 70 ASI dengan tindakan keperawatan masalah ketidakefektifan pemberian pendidikan kesehatan atau Health Education tentang teknik menyusui, hasil evaluasi menunjukkan bahwa kriteria hasil dapat tercapai baik dari kasus 1 maupun kasus 2. B. Saran 1. Untuk Institusi Karya tulis ini sebagai masukan data dan memberikan sumbangan pemikiran perkembangan ilmu keperawatan tentang asuhan keperawatan pada Ibu post partum primipara masalah ketidakefektifan pemberian ASI dengan tindakan keperawatan Health Education tentang teknik menyusui. 2. Untuk Profesi a. Perawat dalam menentukan masalah keperawatan pada pasien post partum primipara harus sesuai, karena masalah keperawatan harus ditunjang dengan data pengkajian yang mengindikasikan terhadap masalah keperawatan tersebut. Semakin data pengkajian mengarah kepada masalah semakin mudah dalam menentukan masalah keperawatannya. Diharapkan peran perawat dalam melakukan pengkajian lebih terperinci dan lebih mendalam. b. Kerjasama yang erat dan saling membantu antar perawat sangat diperlukan untuk melancarkan pelaksanaan asuhan keperawatan.
3. Untuk Lahan Praktek Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ibu post partum primipara masalah ketidakefektifan pemberian ASI dengan tindakan keperawatan Health Education tentang teknik menyusui diperlukan meningkatkan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) dengan pasien, agar nantinya diharapkan akan ada pula keterbukaan dari pasien sehingga asuhan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik, terutama untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI agar masalah tersebut dapat teratasi. 4. Untuk Keluarga Keluarga dapat memberikan peranan yang sangat penting bagi pasien dengan
memberikan
dukungan
kepada
pasien,
bahwa
masalah
ketidakefektifan pemberian ASI ini salah satu faktor pendukungnya adalah memberi dukungan kepada pasien untuk meningkatkan frekuensi dalam menyusui sehingga produksi ASI dapat bertambah, jadi diperlukan dukungan keluarga khususnya suami. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan
agar
peneliti
selanjutnya
dapat
memberikan
asuhan
keperawatan secara komprehensif, terutama asuhan keperawatan pada Ibu post partum primipara masalah ketidakefektifan pemberian ASI dengan tindakan keperawatan Health Education tentang Teknik menyusui. Yang terpenting disini adalah masalah pendampingan waktu serta pendalaman Health Education.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Baskoro, Anton. 2008. Kegagalan Proses Menyusui Primipara. Jakarta: Media Indonesia Bobak, Irene M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Matrenitas edisi IV. Jakarta: EGC. Doengoes, Marlyn. 2002. Rencana asuhan keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC Hermand, T Heather. 2015. Diagnosis keperawatan NANDA edisi 10. Jakarta: EGC Hesti,Suradi. 2006. Panduan Pemberian ASI dan Teknik Menyusui. Jogjakarta. Penerbit Buku Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. Maryunani, Anik.2009. Asuhan Keperawatan Masa Post Partum. Jakarta: Penerbit Buku Kebidanan Moddy, Janc.2005. Menyusui ( Cara Mudah Praktis Dan Nyaman). Jakarta: Arcan Nikmatur. 2010. Asuhan keperawatan Maternal. Surabaya: Yayasan Bina Pustaka Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nurarif, Amin Huda.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta:Mediaction Nurkhasanah. 2011. Pengertian Menyusui Ibu dan Anak. Surabaya: Penerbit Buku Maternal Potter, Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2. Jakarta:EGC. Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas Edisi 18. Jakarta: EGC. Salman, 2013. Teknik Pemberian ASI. Jakarta: Wikipedia
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 73 Suradi, Hesti. 2006. Teknik Pemberian ASI. Surakarta: Acuan Nasional Yankes Sofian. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Winkjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH
NO. 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8.
WAKTU PELAKSANAAN Sosialisasi Buku Pedoman UAP 3 Mei 2016 Pendaftaran sebagai peserta UAP dan 3-6 Mei 2016 pengajuan judul Penyusunan 9-21 Mei 2016 Seminar Validasi Proposal 22-28Mei 2016 Studi Lapangan /pengambilan data 30 Mei – 4 Juni 2016 lapangan: - Lama perawatan klien (Responden) minimal 3 hari Penyusunan Laporan Akhir KTI 6-18 Juni 2016 Ujian Akhir KTI 20-25 Juni 2016 Perbaikan Laporan Akhir dan Penyerahan 27-29 Juni 2016 KEGIATAN
Lampiran 2
INFORMASI STUDI KASUS
Oleh: SEICHTIA ENOLIA S
Saya adalah mahasiswa Program Diploma III Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri. Studi Kasus ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Progam Diploma III Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri. Tujuan Studi Kasus ini adalah menerapkan Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Primipara dengan Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan Intervensi keperawatan Health Education Teknik Menyusui. di Ruang Dahlia 2 RSUD Gambiran Kota Kediri Kami menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas anda. Informasi yang anda berikan hanya akan dipergunakan untuk ilmu keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi keluarga dalam penelitian ini bersifat volunter (bebas) tanpa adanya paksaan.
Kediri,
Mei 2016
(Seichtia Enolia) Lampiran 3 SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.Bapak/Ibu
: Ny. Fadhina
Ditempat Saya Seichtia Enolia Sefiyana , mahasiswa Program Studi D III Ilmu Keperawatan Akper Dharma Husada Kediri Angkatan XX. Saya akan melakukan penelitian tentang “Asuhan Masalah Ketidakefektifan
Keperawatan
Ibu Post
Pemberian Asi
Partum
Primipara
dengan Intervensi Health
Education Teknik Menyusui” di Ruang Dahlia 2 RSUD Gambiran Kota Kediri. Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam pedoman penerapan tindakan pada masalah ketidakefektifan pemberian ASI. Untuk itu saya mohon kesediaan kepada klien untuk memberikan informasi secara jujur tentang keadaannya. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan dan tanpa nama. Data disajikan untuk kepentingan pengembangan Ilmu Keperawatan. Atas partisipasi saudara, saya sampaikan terimakasih. Hormat Saya,
Seichtia Enolia 2013.49.098
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.Bapak/Ibu
: Ny. Yunita Kumala
Ditempat Saya Seichtia Enolia Sefiyana , mahasiswa Program Studi D III Ilmu Keperawatan Akper Dharma Husada Kediri Angkatan XX. Saya akan melakukan penelitian tentang “Asuhan Masalah Ketidakefektifan
Keperawatan
Ibu Post
Pemberian Asi
Partum
Primipara
dengan Intervensi Health
Education Teknik Menyusui” di Ruang Dahlia 2 RSUD Gambiran Kota Kediri. Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam pedoman penerapan tindakan pada masalah ketidakefektifan pemberian ASI. Untuk itu saya mohon kesediaan kepada klien untuk memberikan informasi secara jujur tentang keadaannya. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan dan tanpa nama. Data disajikan untuk kepentingan pengembangan Ilmu Keperawatan. Atas partisipasi saudara, saya sampaikan terimakasih. Hormat Saya,
Seichtia Enolia
2013.49.098
Lampiran 4
Lampiran 5
SURAT BALASAN STUDI KASUS
Lampiran 6
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK MENYUSUI
N O
ASPEK YANG DINILAI
A. Persiapan alat 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
18. 19. 20. 21. 22.
Catatan perawatan
B. Tahap pre-interaksi Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien Siapkan alat-alat dan privasi ruangan Cuci tangan C. Tahap orientasi Berikan salam, panggil nama klien Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga D. Tahap kerja Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan Pastikan privasi klien terjaga Anjurkan klien untuk mengendong bayinya kemudian duduk bersandar dengan kaki tertopang (tidak menggantung) Anjurkan klien untuk membuka payudaranya Posisikan bayi sejajar dengan payudara (kepala dan badan bayi bersentuhan dengan badan klien) Tekan perlahan dagu bayi dan arahkan ke puting susu klien hingga klien mencari puting susu Masukkan seluruh puting susu hingga areola mamae ke mulut bayi (di atas lidah) Gunakan ibu jari untuk menekan bagian atas payudara, sedangkan jari lainnya menopang payudara bagian bawah Pertahankan kontak mata selama proses menyusui Masukkan jari kelingking ke salah satu mulut bayi apabila akan menghentikan pemberian ASI Keringkan payudara ibu dengan menggunakan handuk dan rapikan kembali pakaian ibu Sendawakan bayi (bayi diposisikan pronasi lalu ditepuk-tepuk perlahan bagian punggungnya) E. Tahap terminasi Evaluasi perasaan klien Simpulkan hasil kegiatan Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya Bereskan alat-alat Cuci tangan F. Dokumentasi
23. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Lampiran 7
LEAFLET TEKNIK MENYUSUI
LEMBAR KONSULTASI PROSES PENYUSUNAN KTI TAHUN 2015/2016
NAMA MAHASISWA
: SEICHTIA ENOLIA SEFIYANA
PEMBIMBING
: 1. Dwi Rahayu, S.Kep, Ns, M.Kep
JUDUL KTI
: “Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Primipara Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan Intervensi Health Education Teknik Menyusui”
No .
Tanggal
Bimbingan
Revisi
TTD
1
11-05-2016
Judul BAB 1
Penyesuaian judul Justification Kronologi
2.
12-05-2016
BAB 1
Kronologi Justification
3.
13-05-2016
BAB 1
Persingkat Kronologi Tujuan
4.
16-05-2016
BAB 1 BAB 2 BAB 3
5.
19-05-2016
BAB 1 BAB 2 BAB 3
6.
21-05-2016
BAB 1 BAB 2 BAB 3
7.
14-06-2016
BAB 1 BAB 2 BAB 3
ACC Revisi Uji Proposal
8.
23-07-2016
BAB IV BAB V
Penulisan (posisi penulisan= landscape>potrait) Penjelasan perbedaan per item Pembahasan ( F-TO) perjelas bagian fakta teori dan Opini.
Daftar pustaka SOP Penulisan BAB 2 SOP Lanjutkan lampiran Daftar pustaka Lampiran
Penulisan ACC (lanjut Uji proposal)
Sesuaikan dengan data di pengakajian. Tambahkan tentang teori dan Opini (pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi). 9.
25-07-2016
10.
29-07-2016
11.
12.
3-08-2016
12-08-2016
BAB IV BAB V
Sampul BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V Lampiran
Sampul BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V Lampiran
Sampul BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V Lampiran
Tambahkan opini dan teori, Penulisan judul cetak miring. Lengkapi semua lampiran yang ada. Lengkapi lampiran. Beserta surat-surat. Buat Abstrak.
Lengkapi lampiran. Lanjut Uji Sidang.
Revisi uji sidang ACC
LEMBAR KONSULTASI PROSES PENYUSUNAN KTI TAHUN 2015/2016
NAMA MAHASISWA
: SEICHTIA ENOLIA SEFIYANA
PEMBIMBING
: 1. Elfi Quyumi R, S.Kep, Ns, M.Kep
JUDUL KTI
: “Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Primipara Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI dengan Intervensi Health Education Teknik Menyusui”
No . 1.
Tanggal 21-05-2016
BAB 1 BAB 2 BAB 3
Penulisan, spasi, tujuan( disinkronkan), abjad, daftar pustaka,
2.
23-05-2016
BAB 1 BAB 2 BAB 3
Penulisan, daftar pustaka, abjad Perbaikan Daftar Pustaka.
3
27-06-2016
BAB 1 BAB 2 BAB 3
ACC Proposal Lanjut uji sidang proposal.
BAB IV BAB V
Penulisan Abjad. Sesuaikan data pengkajian dengan analisa data. Bagian pembahasan(fakta, teori, opini). Tambahkan teori dan opini. Sesuaikan
4.
24-07-2016
Materi Bimbingan
Revisi
TTD
pembahasan dengan data pengkajian. Sesuaikan kesimpulan dengan pembahasan.
5.
26-07-2016
BAB IV BAB V
Penulisan judul cetak miring, abjad. Lengkapi kata pengantar dan persembahan. Data pembahasan sesuaikan dengan analisa data dan pengkajian. Saran bagi keluarga.
6.
30-07-2016
Sampul BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V Lampiran
Penulisan abjad, spasi, ejaan. Pembahasan teori dan opini. Tambahkan lampiran. Penulisan judul cetak miring atau singkatan.
7. .
3-08-2016
Sampul BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V Lampiran
Penulisan abjad, abstrac, lengkapi lampiran. ACC Lanjut Uji sidang KTI
8.
6-08-2016
Sampul BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V
ACC
Lampiran