LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM
I. ASPE ASPEK K PENG PENGET ETAH AHUA UAN N 1. Defi Defini nisi si Post Postpa part rtum um
Post Natal adalah Masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Period ini kadang-kadang disebut Puer Perium atau trimester ke-4 kehamilan (Bobak, 2005). Post partum adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu (Helen Farrer, 2001). Post partum normal adalah dimulai setelah kehamilan plasenta dan berakhir kalau alat-alat kandungan kembali seperti keaadan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Gan Saifuddin, 2000). Periode pasca partum adalah masa peralihan selama dan segera setelah kelahiran, masa ini juga meliputi minggu berikutnya pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan normal (Curingham, 1995). 2. Tuj Tujuan uan Penga Pengawas wasan an Postar Postartum tum
a. Mening Meningkat katkan kan pemuli pemulihan han fungsi fungsi tubuh tubuh b. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan c. Mening Meningkat katkan kan hubung hubungan an bagi bagi oran orangg tua tua d. Memberikan Memberikan kesemp kesempatan atan bagi bagi orang orang tua untuk untuk memelihara memelihara bayinya bayinya e. Klien dapat merawat merawat diri diri sendiri sendiri dan dan bayiny bayinyaa secara secara efektif efektif 3. Taha Tahapa pan n Post Postpa part rtum um
a.Periode immediate post partum: segera setelah persalinan sampai 24 jam setelah persalinan b. Periode early post partum: 1 hari samai 7 hari setelah melahirkan c.Periode late post partum: 1 minggu sampai 6 minggu setelah melahikan
4. Adapta Adaptasi si Fisi Fisiolo ologis gis Postpa Postpartu rtum m 4.1 Sistem Sistem Kardiovas Kardiovaskuler kuler
Volume darah
Peru Peruba baha hann volu volume me darah darah terg tergan antu tung ng pada pada bebe bebera rapa pa fakto faktor, r, misa misaln lnya ya kehilangan darah seama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekst ekstrav ravas asku kule lerr (ede (edema ma fisio fisiolo logi gis) s).. Kehi Kehila lang ngan an dara darahh meru merupa paka kann akba akbatt penurunan volume darah total yang tetap tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume volume sebelum hamil.
Cardiac output
Denhyu jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa masa hami hamil.l. Sege Segera ra sete setela lahh wanit wanitaa wani wanita ta mela melahi hirka rkann kead keadaa aann ini ini akan akan mening meningkat kat bahkan bahkan lebih lebih tinggi tinggi 30-60 30-60 menit menit karena karena darah darah yang yang biasan biasanya ya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai ini mening meningkat kat pada pada semua semua jenis jenis kelahi kelahiran ran atau atau pemaka pemakaian ian konduk konduksi si anaste anastesi si (Bowes, 1991).
Tanda-tanda vital
Tekanan darah meningkat kecil sementara, baik sistol maupun diastol dapat timbul timbul dan berlan berlanngs ngsung ung selama selama sekita sekita 4 hai setela setelagg wanita wanita melahi melahirka rkann (Bowes, 1991). Fungsi pernafasan embali ke fungsi saat wanita tidak hamil pada bulan seletah wanita melahikan. Setelah rahim kosong, diafragma menurun, impuls titik maksimum, EKG kembali normal.
Komponen darah Hematokrit dan hemoglobin →
selama 72 jam pertama setelah bayi lahir
volume volume plasma plasma yang yang hilang hilang lebih lebih besar besar daripa daripada da sel darah darah yang yang hilang hilang.. Penuunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke 3-7 postpartum. postpartum.
4. Adapta Adaptasi si Fisi Fisiolo ologis gis Postpa Postpartu rtum m 4.1 Sistem Sistem Kardiovas Kardiovaskuler kuler
Volume darah
Peru Peruba baha hann volu volume me darah darah terg tergan antu tung ng pada pada bebe bebera rapa pa fakto faktor, r, misa misaln lnya ya kehilangan darah seama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekst ekstrav ravas asku kule lerr (ede (edema ma fisio fisiolo logi gis) s).. Kehi Kehila lang ngan an dara darahh meru merupa paka kann akba akbatt penurunan volume darah total yang tetap tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume volume sebelum hamil.
Cardiac output
Denhyu jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa masa hami hamil.l. Sege Segera ra sete setela lahh wanit wanitaa wani wanita ta mela melahi hirka rkann kead keadaa aann ini ini akan akan mening meningkat kat bahkan bahkan lebih lebih tinggi tinggi 30-60 30-60 menit menit karena karena darah darah yang yang biasan biasanya ya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai ini mening meningkat kat pada pada semua semua jenis jenis kelahi kelahiran ran atau atau pemaka pemakaian ian konduk konduksi si anaste anastesi si (Bowes, 1991).
Tanda-tanda vital
Tekanan darah meningkat kecil sementara, baik sistol maupun diastol dapat timbul timbul dan berlan berlanngs ngsung ung selama selama sekita sekita 4 hai setela setelagg wanita wanita melahi melahirka rkann (Bowes, 1991). Fungsi pernafasan embali ke fungsi saat wanita tidak hamil pada bulan seletah wanita melahikan. Setelah rahim kosong, diafragma menurun, impuls titik maksimum, EKG kembali normal.
Komponen darah Hematokrit dan hemoglobin →
selama 72 jam pertama setelah bayi lahir
volume volume plasma plasma yang yang hilang hilang lebih lebih besar besar daripa daripada da sel darah darah yang yang hilang hilang.. Penuunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke 3-7 postpartum. postpartum.
Hitung Hitung sel darah darah put putih ih→
leukos leukosito itosis sis normal normal pada pada kehami kehamilan lan rata-ra rata-rata ta
sekita sekitarr 12.000 12.000 /mm3. /mm3. Selama Selama 10-12 10-12 hari hari pertam pertamaa setela setelahh bayila bayilahir hir nilai nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000 /mm3. Faktor Faktor koagulasi koagulasi→
faktor faktor-fak -faktor tor pembek pembekuan uan dan fibrin fibrinoge ogenn mening meningkat kat
selama masa hamil dan tetap meingkat pada awal peurperium Varises→ ditungkai dan sekitar anus (hemoroid) sering di jumpai pada wanita
hamil. 4.2 Sistem Sistem Respirasi Respirasi
Keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa kembali setelah 3 minggu post partum.
Saturasi oksigen
Saturasi oksigen pada post partum tetap normal. 4.3 Sistem Sistem Pencernaan Pencernaan
Uterus Proses Proses involusi involusi→
proses proses kembal kembaliny inyaa uterus uterus ke keadaa keadaann sebelu sebelum m hamil hamil
setelah melahirkan dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Kontraksi→Intens Intensita itass
kontr kontraks aksii uterus uterus mening meningkat kat secara secara bertah bertahap ap segera segera
setelah bayi lahir, diduga terjadisebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostasis pasca partum dicapai dicapai terutama terutama akibat kompresi pembuluh pembuluh darah intramiometrium. intramiometrium. Hormon oksito oksitosin sin yang yang dilepa dilepass dari dari kelenj kelenjar ar hipofi hipofisis sis memper memperkua kuatt dan mengat mengatur ur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Sela Selama ma 1-2 1-2 jam jam pert pertam amaa pasc pascaa partu partum m inte intens nsit itas as kont kontra raks ksii uter uterus us bisa bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. ter atur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuscular diberikan segera setelah plasenta lahir. Afterpains →
pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumny umumnyaa tetap tetap kencan kencang. g. (mulas (mulas)) diseba disebabka bkann kontrak kontraksi si rahim, rahim, biasan biasanya ya
berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat antisakit atau antimulas. Tempat plasenta→
segera setelah plasenda dan ketuban dikeuarkan,
kontraksi vaskuler dan trombosis menurun tempat plasenta ke suatu area yang meniggi dan berndul tidak teratur. Lochea→
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari vakum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Lochea dibagi atas: 1) Lochea rubra: Lochea Rubra, hari ke 1-3 darah deciduas, tropobilas berwarna merah 2) Lochia serosa: berwarna pink atau cokelat konsistensi srosanguinous, sedikit berbau amis hari ke 4-9 3) Lochia Alba: Warna kuning keputihan, sedikit berbau amis, biasanya keluar pada hari ke 10. 4) Lochia purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. 5) Lochia statis: Lochia tidak lancar keluarnya. raba uterus yang keluar setelah bayi lahir, terdiri dari 3, yaitu: okia ruba (keluar dhari ke-3 berwarna mera kekuning-kuningan), lokia serosa (keluar hari ke-3-7 berwarna kecoklatan), likia alba (keluar dari hari ke 7-14 berwarna putih).
Cerviks
Serviks menjadi lunak segera setalah ibu melahirkan 18 jam pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
Tuba falopii dan ligament
Ligamen-ligamen meregang sewaktu kehanmilan dan partus, setalah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala tidak jarang ligamen ratundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retofleksi.
Pelviks
Diafragma pelviks dan facia yang mergagng sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali sperti sediakala.
Vagina dan perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan rugae< dan minggu ke 4 ada. Perubaahn progesteron dapat menyebabkan menurunya lubrikasi vagina dan mukosa vagina menipis. Episiotomi 2-3 minggu tanda infeksi, tanpa atau dengan episperenium edema dan agak memar. Vagina yang semula teregang akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir, bentuk berubah dan dalam 2 minggu seperti mulut ikan.
Payudara
Konsistensi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil (estrogen, progesteron, HCg, prolaktin, kortisol, dan insulin) menurun dengan cepat setalah bayi lahir. 4.4 Sistem Pencernaan Nafsu makan→
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia
boleh mengkonsumsi makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesik, anastesia dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Motilitas→
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas kekeadaan normal. Defekasi →
Bab secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pasca partum, Diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Kebiasaan BAB yang teratur perlu dicapai kembali seteh tonus usus kembali ke normal. 4.5 Sistem Endokrin
Fisiologi laktasi→
Waktu dimulainya ovulasi dan mensturasi pada wanita
menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum berbeda pada wanita menyusui kadar prolaktin serum yang tinggi tampaknya berperan dalam menekan ovulasi karena kadar FSH terbukti sama pada wanita
menyusui dan tidak menyusui disimpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
Hormon plasenta dan ovarium →
Hormon plasenta selama periode pasca
partum terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon Human plasental tactogen (hpl), Estrogen dan kortisol serta plasental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setealh plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu pasca partum. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. 4.6 Sistem Urinarius
Fungsi ginjal→
Perubahan hormonal pada masa hamil(kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjasl sedangkan poenurunan kadar steroid setelkah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama post partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kuira0kira 2-8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil.
Uretra dan kandung kemih →
Trauma bisa terjadi pad uretra dan kandung
kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali disertai daerah-daerah kecil hemoragik. Pengambilan urine melalui kateter sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami udema. Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau
mengubah reflek berkemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik.
4.7 Sistem Muscukoskeletal
Adaptasi sistem muskuloskletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa post partum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi lengkap sendi pada minggu keenam dan ke delapan setelah wanit melahirkan.
Otot abdomen→
merangsang sedemikian rupa dikarenakan pembesaran
uterus yang mengakibatkan otot abdomen meemas dan kendor sehingga teraba bagian-bagian otot-otot yang terpisah (diastasis recti abdominis).
Otot ekstremitas →
kram otot-otot tungkai dan kaki merupakan masalah
umum selama kahamilam. Kram baisanya terjadi setelah beridiri sepanjang hari dan a\pada malam hari seteah tubuh berinstirahat. 4.8 Sistem Neurosensori
Perubahan neurologis selama puerperium ,merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan.Nyeri kepala pasca partum bisa disebabkan berbagai keadaan termasuk hipertensi akibat kehamilan, stress . 5. Adaptasi Psikologis Post Partum 5.1 Perubahan psikologis pada ibu post partum
Fase honeymoon→fase
anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang
lam anatar ibu-ayah-anak.
Ikatan kasih (bonding and attachemnt) →terjadi
pada kala IV, dimana
diadakan kontak antara ibu-ayah-anak tetap di dalam ikatan kasih.
Fase pada masa nifas
- Fase tacking in - Fase tacking hold
Bonding attachmet
merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan
erasaa afeksi (kasih sayang). 5.2 Tahapan perubahan psikologis postpartum menurut Rubin (1977) a) Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan dimana pada fase ini perhatian klien hanya terfokus pada dirinya sendiri. Pada fase ini klien cenderung pasif dan tergantung pada bantuan perawat dalam menjalankan aktivitas hariannya. Fase ini berlangsung satu sampai dua hari. Dalam fase ini klien belum menginginkan kontak dengan bayinya tapi hanya terbatas pada informasi mengenai keadaan bayinya. Pada fase ini kllien lebih senang mengenang mengenai persalinan yang baru saja dilaluinya. Untuk pemulihan diperlukan istirahat dan nutrisi yang cukup. b) Fase Taking Hold
Fase taking gold ini adalah periode antara tingkah laku mandiri dan ketergantungan. Pada fase ini klien mulai berinisiatif dan berusaha untuk mandiri baik dalam memenuhi kebutuhan dirinya maupun dalam merawat bayinya. Pada fase ini kllien perhatian lebih kepada kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran BAK, BAB, melakukan berbagai aktivitas seperti duduk dan berjalan. Namun pada fase ini kepercayaan diri kllien masih kurang sehingga klien seringkali mengatakan tidak mau atu tidak bias. Fase ini berlangsung kurang lebih 10 hari. c) Fase Letting Go
Fase ini merupakan periode kemandirian dalam peran baru. Pada fase ini klien mulai merasakan bahwa dirinya dan bayi terikat satu sama lain dan tidak terpisahkan. Klien mulai menyadari adanya peran dan tanggung jawab baru. Dalam periode ini terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri maupun bayinya. Klien mulai melakukan adaptasi terhadap peran barunya. Dalam melewati setiap fase, respon masing-masing individu berbeda tergantung kepada kesiapan individu itu sendiri dalam menerima kelahiran sang bayi. Pada beberapa individu ada yang mengalami kekecewaan setelah
melahirkan dimana individu tersebut menjadi mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola dirinya pun menjadi terganggu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah post partum blues . Penyebab dari terjadinya post partum blues bias dari pengaruh hormonal atau karena adanya peran trasisi. Menyusui, mengganti popok, dan menjaga bayi merupakan pekerjaan baru bagi klien yang dapat membuat klien tertekan. Tekanan yang dirasakan klien ini dapat berkurang dengan cara mengekspresikan apa yang dirasakan oleh klien misalnya dengan jalan menangis. Manifestasi klinis lainnya adalah klien merasa kehabisan tenaga. Bila klien sebagai keluarga kurang mengerti kekurangan ini maka akan timbul perasaan bersalah yang akan mengakibatakan depresi post partum. Karakteristik dari depresi adalah sebagai berikut: •
Terjadi anatara 2-3 minggu
•
Dimulai dari minggu atau bulan pertama sejak kelahiran bayi
•
Klien mengalami lebih dari perasaan cemas, dimana dia merasa bahwa apapun yang dia lakukan salah sehingga klien mulai menjaga jarak dengan bayinya. Manifestasi klinis dari post partum bluse antara lain:
Kecewa
Mudah tersinggung dan terluka
Gangguan nafsu makan
Gangguan pola tidur
Post Partum Blues
a. Definisi Post partum blues adalah suatu keadaan dimana individu ibu post partum menjadi mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidurnya terganggu a. Tanda dan gejala •
mudah tesinggung dan terluka
•
nafsu makan dan pola tidur terganggu
•
merasa tidak nyaman, kecewa
•
sangat kelelahan, kehabisan tenaga
•
perasaan kesepian, gelisah dan merasa di tolak
b. Penyebab •
pengaruh hormonal
•
perubahan atau transisi peran
•
rutinitas baru: menyusui, mengganti popok, menjaga bayi membuat klien tertekan dan menangis.
•
Stress
c. Intevensi keperawatan •
menjadi pendengar yang baik
•
menunjukan realita
•
memberi support untuk mengekspresikan perasaan
•
meningkatkan kenyamanan, tidur, exercise dan nutrisi
Depresi Post Partum
a. Definisi Depresi post partum adalah perasaan bersalah yang disebabkan oleh adanya kekecewaan, kelelahan post partum yang tidak dimengerti oleh klien yang dapat menyebabkan depresi. b. Tanda dan gejala : •
Perasaan bersalah
•
Merasa cemas
•
Menjaga jarak dengan bayinya
•
Mudah tersinggung dan terluka
•
Gangguan nafsu makan dan pola tidur
•
Merasa segala yang dilakukan salah
•
Depresi bila kehamilan tidak diinginkan
c. Penyebab Faktor predisposisi bisa berhubungan dengan hormonal, stress. d. Intervensi keperawatan: •
Jika depresi mayor berlanjut, pasien perlu dirawat
•
Dukungan dari keluarga diperlukan
•
Terapi individual
•
Pemberian obat : Anti depresan.
6. Adaptasi Keluarga 6.1 Peran transisi menjadi orang tua
Tugas, tangung jawab dan sikap yang membentuk peran menjadi orang tua dirumuskan oleh steeled an Pollack ( 1968) sebagai fungsi menjadi ibu. Ini merupakan peruses orang dewasa ( pribadi yang matang, penyayang, mampu dan mandiri) mulai mengasuh seorang bayi menjadi orang tua merupakan suatu proses yang terdiri dari dua komponen, untuk pekembangan dan keberadaan bayi, dua komponen tersebut adalah: -
Keterampilan kognitif – motorik Komponen pertama dalam proses menjadi orang tua melibatkan aktivitas perawatan anak, seperti memberi makan, menggendong mengenakan pakaian dan membersihkan bayi, menjaganya dari bahaya dan memungkinkannya untuk bisa bergerak. Aktivitas yang berorientasi pada tugas ini atau keterampilan kognitif motorik tidak telihat secara ototmatis setelah bayi lahir.kemampuan orang tua dalam hal ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan budayanya.
-
Keterampilan kognitif- afektif Komponen psikologis dalam menjadi orang tua,sifat keibuan, kebapak kan tampaknya berakar dari pengalaman orang tua dimasa kecil saat mengalami dan menerima kasih sayang dari ibunya. Keterampilan kognitif afektif menjadi orang tua ini meliputi : sikap yang lembut, waspada, dan memberi perhatian terhadap kebutuhan dan keinginan anak suatu hubungan orang tua dengan anak yang positif ialah saling memberi satu sama lain.
6.2 Konsep menjadi orang tua 6.3 Penerimaan peran manjadi orang tua
Selama periode pasca partum, tugas dan tanggungjawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau dtambahdengan yang baru. Ibu dan ayah memberi respon terhadap perubahan peran orang tua melalui perjalan waktu. Tugas dan tanggungjawab orang tua : a. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak idealnya
b. Orang tua perlu menyakini bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pribadi yang terpisah dari diri mereka c. Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya d. Orang tua harus menetapkan kriteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayinya e. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir didalam keluarga 6.4 Penerimaan peran menjadi orang tua •
Adaptasi ayah
Respon ayah masa sesudah klien melahirkan tergantung keterlibatannya selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah •
Adaptasi Ibu
Menajdi orang tua merupaka suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi. Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari bayi, gambaran tubuh untuk menyesuaikan dengan yang dharpkan/diimpikan. Realting (nmenghubungkan) ibnu menggambarkan bayinya mirip dengan anggota keluarga yang lian. Menginterpretasikan ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Apda fase ini dikenal dengan istilah finger tie touch. •
Adaptasi sibling
Anak yang tertua tetap berasda di daam posisi pemimpin. Anak berikutnya dalam urutan tanggl lahir harus berada pada posisisi sebagai lebih superior dari adiknya yang baru (Kreppner, dkk, 1982) •
Adaptasi kakek nenek
Jumlah keterlibatan kakak nenek dalam merawat bayu baru lahir tergantung pada banyak faktor, misalnya keinginan kakek nenek untuk terlibat kedekatan hubungan kakek nenek dalam konteks budaya dan etknik yang bersanmgkutan (Brosso, dkk, 1981). 7. Discharge planning
Rencana pengajaran sebelum ibu pulang ke rumah harus didasarkan pengkajian sistematis kebutuhan ibu untuk belajar dan bukan terhadap persepsi perawat tentang apa yang dianggap sebagai informasi yang penting (Blackburn, dkk, 1999). Discharge planning dapat meliputi: •
Cara perawatan bayi di rumah
•
Cara menyusui, memberi susu botol
•
Cara memandikan bayi
•
Mengganti popok bayi
Selain itu dapat juga: tanda bahaya post partum (fisik) •
Demam atau dengan tanpa menggigil
•
Bau rabas vagina yang tidak enak atau mengiritasi
•
Lochea atau rabas vagina keluaar secara berlebihan
•
Lochea kembali berwarna merah terang setelah sebelumnya berwarna merah karat
•
Daerah tungkai bawah membengkak, nyeri kemerahan atau panas jika disentuh
•
Pembengkakan yang terlokalisasi atau rasa nyeri, panas dipayudara
•
Suatu sensasi terbakar selama berkemih atau tidak bisa berkemih
•
Nyeri di pelvis atau perineum
8. Home care
Perawatan di rumah: kriteris hasil akhir pemulihan fisiologis, involusi dan pemulihan pada ibu. a) Menulis tanda-tanda masalah yang harus segera dilaporkan kepada dokter b) Menyebutkan pemahaman tentang temuan normal c) Memastikan rasa nyeri semakin berkurang dikontrol dengan upaya pemberian rasa nyaman yang diprogramkan d) Memastikan pola yang mencerminkan istirahat yang adekuat e) Kontrol ulang post partum: Periksa BB, TD, vagina < perineum dan rahim f) Pada minggu keenam dilihat perkembangan kesehatan ibu dan keluhan, lochea, menstruasi, sakit pad pinggul, hemoroid, keluhan BAB dan BAK, pemeriksaan kesehatan yang lain seperti ; Hb, urine, edema kaki, payudara, muskulus rektus abdominis.
II. ASPEK SIKAP 1. Hubungan antara perawat-klien (dengan memperhatikan aspek legal etik keperawatan •
Informed consent
Merupakan surat yang menyatakan bahwa pasien diberitahu perihal penyakit yang di deritanya, kerugian maupun keuntungan dari alternatif perawatan dan pengobatan yang akan diberikan, penjelasan mengenai biaya yang harus dibayar dan plihan lain yang meungkinkan untuk menagatsi penyakitnya. •
Akontability (tanggung gugat)
Merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seoran gprfesioan dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. •
Confidentiality (kerahasiaan)
Aturan dalan prinsip kerahasiaan adalah infoemasi tentang klien harus dijaga privasi klien segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalan rangka pengobatan klien. Tidak ada seorang pun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali kika diizinkan olehklien di luar area pelayanan menyampaikan apda teman, keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari. •
Empati
Sikap empati sangat siperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan daan dipikirkan oleh pasien. Dengan empati seorang perawat dapat memberikan alternative pemecahan masalah bagi klien, karenaa meskipun dia turut merasakan permasalahan yang dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam masalah tersebut sehingga perawar dapat menghadapi masalah dalam pemikiran secara objektif.
•
Otonomi dan muatuality
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan individu mampu berfikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri , memilih dan memiliki berbagai keputusan, pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan respon terhadap seseorang, dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek professional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang dirinya. •
Menjaga privacy klien
Perawat harus bisa memegang atau menyimpan rahasia klien •
Caring
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada perasaan empati dengan orang lain dan perasaan cinta dan menyayangi. Seorang perawat harus mampu memahami setiap respon yang berbeda dari klien terhadap penderitaan yang dialaminya dan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dalam setiap respon yang berbeda. Jadi dalam hal ini, perawat dituntut untuk mampu menghadapi klien dalam setiap respon. Selain itu caring hanya dapat ditunjukkan dalam berhubungan interpersonal, yaitu hubungan yang terjadi antara perawat dengan klien, dimana perawat menunjukkan caring melalui perhatian, intervensi untuk tetap mempertahankan kesehatan klien dengan energy yang positif yang diberiakn pada klien. 2. Hubungan antara sejawat •
Menghargai pendapat sesama sejawat
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesame perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan kesehatan secara keseluruhan. •
Tindakan kolaboratif
Merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerjasama yang dilakukan pihak tertentu. Hubungan perawat dan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama.
Menghormati pembimbing sebagaimana layaknya
•
Sebagai perawat pembimbing dan perawat pelaksana harus saling menghormati antar teman sejawat akan menciptakan hubungan yang baik.
III.ASPEK KETERAMPILAN 1. Pengkajian Post partum a. Identitas diri •
Biodata klien Nama, umur, pekerjaan, tanggal pengkajian, nomor medikal record, alamat, suku/bangsa, agama.
•
Biodata penanggung jawab Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama, alamat, hubungan dengan klien.
b. Keluhan utama c. Riwatat kesehatan sekarang •
Masa post partum: imediate, early, late.
•
Keluhan: perdarahan, infeksi, after pain, hipertensi
•
Adaptasi fisiologi: fase taking in, taking hold, letting go
•
Konsep diri (gambaran diri): post partum blues, depresi.
•
Status emosional: interaksi dengan keluarga, bayi, perawat.
•
Reaksi sibling dan keluarga
•
Tingkat pengetahuan ibu atau keluarga
d. Riwatat kesehatan dahulu pernapasan, kardiovaskuler, diabetes melitus e. Riwayat kesehatan keluarga ( Hipertensi, DM) f. Riwayat persalinan dan nifas yang lalu
spontan, induksi, partus lama, BBLR,
dan BBLB ( perdarahan, hipertensi akibat kehamilan) g. Riwayat kontrasepsi (alat kontrasepsi yang digunakan, misalnya suntik). h. Riwayat psikososial i.
Riwayat Post Partum Sekarang
- Masa post partum, imediete, early, late - Keluhan: perdarahan, infeksi, after pain, hipertensi - Adaptasi fisiologi: fase taking in, taking hold, letting go - Konsep diri: post partum blues, depresi - Status emosional: interaksi dengan bayi, keluarga , perawat - Reaksi sibling dan keluarga - Tingkat pengetahuan ibu atau keluarga J. Pemeriksaan Fisik
Penampilan Umum - Warna dan kehangatan kulit, status respirasi - Kaji respon klien (tingkat kesadaran, pusing, hipertensi), menggigil - Tanda-tanda vital: bradikardi minggu I, suhu hipertermi dalam 24 jam pertama (dalam 10 hari post partum, indikasi adanya infeksi)
Pemeriksaan Head to toe - Dada Payudara, luka, pembengkakan, laktasi, kebersihan, putting susu lecet, keluaran dari putting, putting datar atau tenggelam. - Abdomen TFU, kontraksi insisi SC, linea/striae, diastasis rectus abdominalis - Vagina dan Vulva Varises, oedem, perelukaan episiotomy, REDA(Red Edema discharge Aproxymateli), lochea, perineum,anus, haemoroid, human’s sign, reflek patela.
K. Data Penunjang
- Pemeriksaan hematologi: Hb, Ht, leukosit, trombosit, leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12000/mm3. Selama 10-12 hari pertama setelah bayi baru lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm 3 merupakan hal yang umum. - EKG
PATOFISIOLOGI
Post partum Perdarahan/involusi uteri
luka episiotomy,edema, memar jalan lahir merangsang ujung
Lochea,vagina,vulva Kotor Port d’entry mikroorganisme
saraf bebas Korteks serebri Nyeri dipersepsikan
sisa plasenta kelahiran bayi pertama kurangnya pengalaman pengetahuan ttg perawatan bayi
kontraksi uterus tdk adekuat resikoperdarahan merupakan hal yan hal yang baru
Resiko gangguan parenting berhubungan dgn peran ibu
kurang informasi kurang pengetahuan tentang perawatan
Resti infeksi Gangguan rasa nyaman
post partum
nyeri
keterbatasan gerak gangguan mobilitas fisik,
ambulasi terganggu
kecemasan
ambulasi terganggu
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM UNIT KEPERAWATAN MATERNITAS
Tanggal masuk : 30 Juni 2012 Ruang/kelas : Melati/III Pengkajian tanggal : 2 Juli 2012
I.
IDENTITAS
Nama pasien Umur Suku/bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Status perkawinan Nama suami Umur Suku/bangsa Agama Pendidikan k j
: : : : : : : : : : : : :
Jam masuk Kamar no. Jam pengkajian
Ny. A 38 tahun Sunda/Indonesia Islam Jl. Kubang Selatan V no. 163 Menikah Tn. A 40 tahun Sunda/Indonesia Islam
: 08.00 WIB : Melati 1 : 09.00WIB
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM UNIT KEPERAWATAN MATERNITAS
Tanggal masuk : 30 Juni 2012 Ruang/kelas : Melati/III Pengkajian tanggal : 2 Juli 2012
I.
II.
IDENTITAS
Nama pasien Umur Suku/bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Status perkawinan Nama suami Umur Suku/bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat
: : : : : : : : : : : : : : :
Jam masuk Kamar no. Jam pengkajian
: 08.00 WIB : Melati 1 : 09.00WIB
Ny. A 38 tahun Sunda/Indonesia Islam Jl. Kubang Selatan V no. 163 Menikah Tn. A 40 tahun Sunda/Indonesia Islam Jl. Kubang Selatan no. 163
RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Keadaan umum :
Klien tampak masih merasakan kesakitan dan lemas
2. Keluhan utama :
Nyeri bekas operasi SC
3. Keluhan tambahan:
Klien merasa
4. Riwayat Obstetri A. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu
Anak ke No.
Kehamilan
Tahun
Umur kehamilan
Penyulit Jenis
Persalinan Penolong
Penyulit
Komplikasi nifas Laserasi
Infeksi
Perdarahan
HAMIL SAAT INI B. Post Partum Sekarang
Riwayat persalinan sekarang : G1P0A0 gravid 40-41 minggu + oligohidramion Tipe persalinan : SC Lama persalinan: • • Kala I : Kala III : • • Kala II : K ala IV: C. Rencana Perawatan Bayi : ( √ ) sendiri ( ) orang tua ( ) lain-lain Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi :
Anak Jenis
BB PJ
• • • • • •
Breast care Perineal care Nutrisi Senam nifas KB Menyusui
: : : : : :
sudah diajarkan sudah diajarkan sudah diajarkan tidak terkaji sudah diinformasikan sudah diajarkan
1. Riwayat Keluarga Berencana • • • •
Melaksanakan KB : ( ) ya ( √ ) tidak Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Masalah yang terjadi :
2. Riwayat Kesehatan • • •
Pengobatan yang pernah dialami ibu : Pengobatan yang didapat : Riwayat penyakit keluarga ( ) Diabetes mellitus ( ) Penyakit jantung ( ) Hipertensi ( ) Penyakit lainnya : sebutkan
3. Riwayat Lingkungan • • •
Kebersihan : Bahaya : Lainnya, sebutkan :
4. Aspek Psikososial
a. Persepsi ibu setelah bersalin : b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari? Bila ya bagaimana c. Harapan yang ibu inginkan setelah bersalin : d. Ibu tinggal dengan siapa : e. Siapa orang yang terpenting bagi ibu : f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : g. Kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu : ( ) ya ( ) tidak
5. Kebutuhan Dasar Khusus A. Pola nutrisi
1) 2) 3) 4)
Frekwensi makan : Nafsu makan : Jenis makanan rumah : Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan :
B. Pola eliminasi
1) BAK • Frekwensi • Warna • Keluhan 2) BAB • Frekwensi • Warna • Konsistensi • Keluhan
: 5 kali : kuning : tidak ada : : : :
1 /hari kuning padat setengah lembek tidak ada ×
C. Pola personal hygiene
Mandi • Frekwensi : 2 /hari • Sabun : ( √ ) ya ×
( ) tidak
D. Pola istirahat tidur
1) Lama tidur : 6 jam 2) Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada 3) Keluhan : karena post SC, bekas jahitan masih terasa sakit
E. Pola aktifitas dan latihan
1) Kegiatan dalam pekerjaan: ................................................................................................ 2) Waktu bekerja : ( ) pagi ( ) sore ( ) malam 3) Olahraga : ( ) ya ( ) tidak Jenisnya : ................................................................ Frekwensi : ................................................................ 4) Kegiatan waktu luang : ................................................................................................ 5) Keluhan dalam aktifitas : ................................................................................................
F. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
1) Merokok : tidak 2) Minuman keras : tidak 3) Ketergantungan obat : tidak
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik Tekanan darah : 110/80 mmHg Respirasi : 18 x/mnt
Kesadaran Nadi Suhu
: CM : 79 /menit : 36,5 °C
Mata : • • •
Konjungtiva Pupil Pandangan
: Anemis ( ) : isokor : Kabur ( )
Tidak (√ ) Tidak kabur (√ )
Hidung : • •
Reaksi alergi Sinus
: tidak ada : tidak ada
Mulut dan tenggorokan : • •
Gigi geligi : lengkap Lainnya, sebutkan :
Dada •
Inspeksi o o
o o
•
Areolla : Papilla :
Bersih (√ )
Kotor ( )
Rata ( ) Menonjol (√ ) Masuk ( ) Lecet ( ) Tidak lecet ( √) Bersih (√ ) Kotor ( ) Colostrum : Ada (√ ) Tidak ( ) Menggunakan otot-otot bantu pernafasan :Ya ( ) Tidak (√ )
Auskultasi Jalan nafas : Ada sekret ( ) o Jika ada, Banyaknya : Warna :Kental ( ) Tidak kental ( ) o Suara nafas : o Irama :
Tidak (√ )
×
o
Kelainan bunyi jantung
: tidak ada
Abdomen & Genitourinary: •
•
•
Inspeksi o Luka operasi : Kotor ( ) Tidak (√ ) Jika ya, karena : Perdarahan( ) Infeksi ( ) Palpasi o TFU : 2 jari di bawah umbilikus Kontraksi : Baik (√ ) Tidak ( ) o o Bentuk : Mengecil ( ) Buncit (√ ) o Diaktasis Rektus Abdominal : tidak terkaji o Vesika urinaria : kosong Auskultasi o BU : 3 x/mnt
Vulva : •
Inspeksi Kebersihan: Bersih ( √) Tidak ( ) Warna : rubra (√ ) sangiolenta ( ) selosa ( ) o Banyaknya tella/ pembalut : 2 tella Bau : berbau busuk ( ) tidak berbau (√ ) o
• •
Perineum : •
• •
Keadaan luka episiotomy : echimosis ( ) edema ( ) kemerahan ( ) eritema ( ) drainage ( ) Hematoma : ada ( ) tidak (√ ) Lochia : warna (...) jumlah (...) bau (...) bekuan darah (...) konsistensi : (√ ) 1-3 hr rubra ( ) 4-10 hr serosa ( )> 10 hr alba
Anus : • •
Hemoroid Thrombosis
: ada ( ) : ada ( )
tidak(√ ) tidak (√ )
Ekstremitas : • • • • •
III.
Tanda Homan : Edema :tidak ada Tekstur Kulit :lembab Nyeri :tidak nyeri Bila dipalpasi,kekuatan otot :3/3
DATA PENUNJANG
1. 2. 3. 4.
Laboratorium : ..................................................................................................................... USG : ..................................................................................................................... Rontgen : ..................................................................................................................... Terapi yang didapat : infuse RL, obat suposutoria
Bandung,
Pemeriksa
(...............................)
ANALISA DATA
Nama klien Umur N
: Ny. A : 38 tahun
Ruangan/kamar : Melati No. RM :
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
O
1
DS: klien mengatakan nyeri pada luka SC DO:-klien
meringis
menahan nyeri
post partum
Nyeri
luka episiotomy,edema,memar jalan lahir korteks serebri
-skala nyeri > 2 -tampak
enggan
bergerak 2
gangguan rasa nyaman nyeri
DS: klien mengatakan sakit untuk bergerak pada luka episiotomy DO: aktivitas dibantu oleh perawat dan keluarga Klien
terlihat
diam
di
tempat tidur Tampak kesakitan Luka
episiotomy
Luka episiotomy,edema,memar jalan lahir
Mobilitas fisik terganggu
Koerteks serebri Nyeri dipersepsikan Gangguan rasa nyaman nyeri
masih Gangguan mobilitas fisik ambulasi terganggu
DS: klien mengatakan takut DO: klien selalu bertanya tentang kondisi dirinya dan anaknya Klien
Post partum
Keterbatasan gerak
basah 3
nyeri dipersepsikan
Post partum
Kecemasan
Merupakan hal yang baru Kurang informasi
selalu
bertanya
tentang perawatan anaknya
Kurang pengetahuan tentang perawatan post partum Stress bagi ibu cemas
4
DS:
klien
mengatakan
lemas DO: klien tampak pucat dan
Post partum Sisa plasenta
Resti perdarahan
gelisah
Kontraksi uterus tidak adekuat Resiko perdarahan
5
DS:
klien
mengatakan
masih ada perdarahan Warnna normal
Lochea/vagina/vulva kotor
lochea/softex
penuh
6
DS:
Port d’entry mikroorganisme Resti infeksi
klien
belum
mengatakan
bisa
merawat
bayinya secara mandiri DO:
Resti infeksi
Perdarahan involusi uteri
DO: lochea (+) Keluaran
Post partum
klien
belum
melakukan bayinya sendiri
bisa
perawatan
Post partum Kelahiran bayi pertama Kurangnya pengalaman/pengetahuan tentang perawatan bayi Resiko gangguan parenting berhubungan dengan gangguan peran ibu
Resiko gangguan parenting
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN
1
Gangguan
rasa
nyaman
nyeri b/d luka episiotomi
1. Atur posisi klien dengan
Tupan:
Nyeri berkurang atau teratasi
senyaman 1.membantu mengurangi rasa
mungkin sesuai kebutuhan klien
nyeri
2. Beri kesempatan klien mengungkapkan 2.sarana distraksi dari pengaruh
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi
pengalaman yang lalu dan nyeri, beri
keperawatan selama 3x24 jam
ucapan selamat atas kelahiran bayinya
nyeri 3. kecemasan karena kurang
nyeri berkurang atau teratasi, 3. Beri perawatan rutin selama post partum
informasi dapat meningkatkan
dengan criteria:
rasa nyeri
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
- Klien tidak mengeluh nyeri 5. Ciptakan lingkumgam yang tenang
4. meningkatkan rasa control dan
- Nyeri hilang atau berkurang
menurunkan
- Skala nyeri menurun 0-1
ketidaknyamanan after pain
- Klien bebas untuk bergerak
5.
atau beraktifitas
mengurangi meningkatkan
- Klien tampak tidak menahan
dan ketegangan
persepsi nyeri
nyeri 2
Gangguan mobilisasi fisik
Tupan:
1. Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan 1.Mengidentifikasi
b/d nyeri
Mobilitas terpenuhi
ADL nya
bantuan yang diberikan dapat
Tupen:
2. Bantu ADL klien semampunya
disesuaikan
Setelah dilakukan intervensi
3. Dekatkan alat-alat memenuhi ADL agar
kemampuan klien
keperawatan mobilitas
selam
terpenuhi
8
jam
dengan
mudah terjangkau 4. Lakukan perawatan setiap hari
3.ADL klien terpenuhi dengan bantuan minimal dan meraih
- Kebutuhan ADL terpenuhi
klien untuk ambulasi
- Personal hygine terpenuhi
Gangguan rasa aman cemas
Tupan:
b/d kurangnya pengetahuan Cemas berkurang atau teratasi tentang
perawatan
post
partum dan perawatan bayi
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1-2 hari, dengan criteria: - Klien tidak merasa cemas, takut
dengan
2.ADL dapat terpenuhi
criteria:
3
sehingga
4.Mempercepat penyembuhan
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan post partum dan bayi baru lahir keluarga
dukungan pada klien
episiotomy
sehingga
klien
cepat
mandiri
melakukan ADL 1. Mengetahui
tingkat
pengetahuan klien sehingga
2. Health education keperawatan post partum 3. Anjurkan
luka
intervensi dapat ditentukan dengan cepat
untuk
member 2. Mmeningkatkan pengetahuan klien tentang perawatan post partum dan BBL
sehingga
dapat
b/d nyeri
Mobilitas terpenuhi
ADL nya
bantuan yang diberikan dapat
Tupen:
2. Bantu ADL klien semampunya
disesuaikan
Setelah dilakukan intervensi
3. Dekatkan alat-alat memenuhi ADL agar
kemampuan klien
keperawatan mobilitas
selam
terpenuhi
8
jam
dengan
mudah terjangkau
2.ADL dapat terpenuhi
4. Lakukan perawatan setiap hari
3.ADL klien terpenuhi dengan
criteria:
bantuan minimal dan meraih
- Kebutuhan ADL terpenuhi
klien untuk ambulasi
- Personal hygine terpenuhi
3
Gangguan rasa aman cemas perawatan
post
partum dan perawatan bayi
4.Mempercepat penyembuhan
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang
Tupan:
b/d kurangnya pengetahuan Cemas berkurang atau teratasi tentang
perawatan post partum
Setelah dilakukan intervensi dengan criteria:
dan bayi baru lahir 3. Anjurkan
keluarga
untuk
dukungan pada klien
klien
cepat
mandiri
melakukan ADL 1. Mengetahui
tingkat
intervensi dapat ditentukan
pengetahuan klien tentang perawatan post partum dan BBL
- Klien terlihat tenang
sehingga
dapat
menurunkan kecemasan
- Ekspresi wajah klien segar
3. Meningkatkan
- TTV dakam batas normal b/d
sehingga
member 2. Mmeningkatkan
takut
perdarahan
episiotomy
dengan cepat
- Klien tidak merasa cemas,
Resiko
luka
pengetahuan klien sehingga
2. Health education keperawatan post partum
Tupen:
keperawatan selama 1-2 hari,
4
dengan
cemas dapat berkurang 1. Observasi TTV
Tupan:
kontraksi uterus yang tridak Perdarahan tidak terjadi
2. Monitor Hb
adekuat
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu 3-4
koping,
cairan 4. Anjurkan klien untuk banyak istrahat
1. Merupakan
indicator
terjadinya resiko perdarahan 2. Mengetahui
indikasi
terjadinya anemia 3. Mengganti
kekurangan
jam perdarahan tidak terjadi,
vlume darah dan cairan
dengan criteria:
elektrolit dalam tubuh
- Perdarahan di uterus tidak
4. Dengan banyak istrahat akan
ada - Perdarahan
mengurangi tidak
tampak
peradarahan
pucat
terjadinya yang
lebih
lanjut
- TD dalam batas normal 5
Resiko terjadinya infeksi
Tupan:
b/d perdarahan atau lochea Infeksi tidak terjadi pervaginam
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi
1. Berikan perawatan perineum setiap hari 2. Anjurkan membersihkan vagina dengan benar setelah BAB/BAK 3. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi saat
1. Menjaga sehingga
kebersihan terhindar
dari
infeksi 2. Menjaga kebersihan klien
- Klien terlihat tenang
menurunkan kecemasan
- Ekspresi wajah klien segar
3. Meningkatkan
- TTV dakam batas normal 4
Resiko
perdarahan
b/d
cemas dapat berkurang 1. Observasi TTV
Tupan:
1. Merupakan
kontraksi uterus yang tridak Perdarahan tidak terjadi
2. Monitor Hb
adekuat
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu 3-4
koping,
indicator
terjadinya resiko perdarahan
cairan
2. Mengetahui
indikasi
terjadinya anemia
4. Anjurkan klien untuk banyak istrahat
3. Mengganti
kekurangan
jam perdarahan tidak terjadi,
vlume darah dan cairan
dengan criteria:
elektrolit dalam tubuh
- Perdarahan di uterus tidak
4. Dengan banyak istrahat akan
ada
mengurangi
- Perdarahan
tidak
tampak
terjadinya
peradarahan
pucat
yang
lebih
lanjut
- TD dalam batas normal 5
Resiko terjadinya infeksi
1. Berikan perawatan perineum setiap hari
Tupan:
b/d perdarahan atau lochea Infeksi tidak terjadi pervaginam
2. Anjurkan membersihkan vagina dengan benar setelah BAB/BAK
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 7 jam
1. Menjaga sehingga
kebersihan terhindar
dari
infeksi
3. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi saat
melakukan perawatan perineum
infeksi tidak terjadi, dengan
2. Menjaga kebersihan klien
sehingga dapat infeksi dapat dihindari
criteria:
3. Deteksi
- Tanda-tanda infeksi tidak
dini
terhadap
adanya infeksi perineum
ada - Bau lochea normal 6
Resiko gangguan parenting
Tupan:
1. Beri kesempatan ibu
b/d gangguan peran ibu
Ibu bisa menjalankan perannya sehingga ibu dengan baik Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 kali 24 ibu
perasaannya sebagai ibu 2. Tempatkan ibu dan bayi dalam satu ruangan jika memungkinkan
Tupen:
jam
mengepresikan 1. Dengan
bisa
menjalankan
perannya,dengan criteria: - Ibu dapat merawat bayinya dengan mandiri - Ibu dapat mengepresikan perasaan kasih sayangnya kepada bayi
mengekspresikan
perasaan,
ibu
memberikan kasih saying kepada ibunya
3. Beri kesempatan ibu berpartisispasi dalam 2. Dapat perawatan bayinya 4. Berikan perawatan pada bayi jika ibu kelelahan 5. Ajarkan ibu teknik perawatan bayi yang diperlukan (menyusui, mengganti popok)
dapat
mempererat
hubungan tali kasih antara ibu dan anak,ibu akan lebih tenang
jika
bayi
ada
disampingnya 3. Agar ibu dapat mengetahui cara merawat bayi secara madiri 4. Mengurangi rasa lelah yang
keperawatan selama 7 jam
melakukan perawatan perineum
infeksi tidak terjadi, dengan
sehingga dapat infeksi dapat dihindari
criteria:
3. Deteksi
- Tanda-tanda infeksi tidak
dini
terhadap
adanya infeksi perineum
ada - Bau lochea normal 6
Resiko gangguan parenting
Tupan:
1. Beri kesempatan ibu
b/d gangguan peran ibu
Ibu bisa menjalankan perannya sehingga ibu dengan baik Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 kali 24 ibu
perasaannya sebagai ibu 2. Tempatkan ibu dan bayi dalam satu ruangan jika memungkinkan
Tupen:
jam
mengepresikan 1. Dengan
bisa
menjalankan
perannya,dengan criteria: - Ibu dapat merawat bayinya dengan mandiri - Ibu dapat mengepresikan perasaan kasih sayangnya kepada bayi
mengekspresikan
perasaan,
ibu
memberikan kasih saying kepada ibunya
3. Beri kesempatan ibu berpartisispasi dalam 2. Dapat perawatan bayinya 4. Berikan perawatan pada bayi jika ibu kelelahan 5. Ajarkan ibu teknik perawatan bayi yang diperlukan (menyusui, mengganti popok)
dapat
mempererat
hubungan tali kasih antara ibu dan anak,ibu akan lebih tenang
jika
bayi
ada
disampingnya 3. Agar ibu dapat mengetahui cara merawat bayi secara madiri 4. Mengurangi rasa lelah yang
dialami ibu 5. Agar ibu dapat melakukan perawatan mandiri.
bayi
secara
dialami ibu 5. Agar ibu dapat melakukan perawatan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Jakarta; EGC. Doengoes, Marilynn E. 2001. Jakarta; EGC.
Buku Ajar Keperawatan Maternitas .
Rencana perawatan Maternal / Bayi :
Edisi 2.
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas / Persis Mary Hamilton ; alih bahasa, Ni Luh Gede Yasmin Asih. –Ed 6.—Jakarta; EGC. Hanifa Wiknjosastro. 2002. Ilmu Kebidanan / editor kedua—Ed.3—Cet.6— Jakarrta; Yayasan Bina Pustaka. Indonesia,
Departemen Kesehatan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1992. Komunikasi Terapetik Dalam Asuhan Kebidanan. Jakata;
Depatemen Kesehatan. Mochtar, R. 1998.
Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi . Medan;
Valentino
bayi
secara
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Jakarta; EGC. Doengoes, Marilynn E. 2001. Jakarta; EGC.
Buku Ajar Keperawatan Maternitas .
Rencana perawatan Maternal / Bayi :
Edisi 2.
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas / Persis Mary Hamilton ; alih bahasa, Ni Luh Gede Yasmin Asih. –Ed 6.—Jakarta; EGC. Hanifa Wiknjosastro. 2002. Ilmu Kebidanan / editor kedua—Ed.3—Cet.6— Jakarrta; Yayasan Bina Pustaka. Indonesia,
Departemen Kesehatan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1992. Komunikasi Terapetik Dalam Asuhan Kebidanan. Jakata;
Depatemen Kesehatan. Mochtar, R. 1998. Grup.
Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi . Medan;
Valentino
Parrer, H. 1999. Perawatan Maternitas . Jakarta; EGC. Mansjoer, Arif…[et al.]. 2000. Kapita Selekta Kedokteran—Ed.3, cet.1,--. Jakarta; Media Aeskulapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.