BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Persalinan normal
a. Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998). Sedang menurut Mochtar (1998) Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alatalat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Dan menurut Sarwono Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. b. Sebab – sebab persalinan Menurut Manuaba (1998) teori-teori persalinan terdiri dari : 1) Teori Penurunan Progesteron Penuaan plasenta telah dimulai sejak umur kehamilan 30-36 mgg sehingga terjadi penurunan konsentrasi konsentrasi progesteron progesteron dan esterogen. esterogen. Perubahan keseimbangan ini akan menimbulkan kontraksi rahim
7
Braxton Hicks yang selanjutnya bertindak sebagai kontraksi
persalinan. 2) Teori Oksitosin Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan kontraksi, diduga bahwa oksitosin dapat menimbulkan pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus atau minimal melakukan kerjasama. 3) Teori Ketegangan Otot Rahim Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, sehingga ketegangan otot rahim akan makin pendek dan kekuatan untuk berkontraksi makin meningkat. 4) Teori Janin Sinyal yang diarahkan kepada maternal sehingga tanda bahwa janin telah siap lahir, belum diketahui dengan pasti. Kenyataan menunjukkan bila terdapat anomali hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenalis persalinan akan menjadi lebih lambat. 5) Teori Prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
c. Tanda-tanda Persalinan 1) Persalinan patut dicurigai jika usia kehamilan 22 minggu keatas, ibu merasa : a) Nyeri abdomen berulang disertai dengan cairan lendir yang mengandung darah atau show b) Perubahan Serviks c) Kontraksi yang cukup / adekuat dan bila terjadi 3 kali dalam 10 menit, setiap kontraksi berlangsung sedikitnya 40 detik serta uterus mengeras selama kontraksi 2) Tanda-tanda persalinan sudah sudah dekat a) Terjadinya penurunan penurunan fundus fundus uteri b) Terjadinya his permulaan 3) Karakteristik persalinan sesungguhnya , menurut Sumarah (2008) a). Serviks menipis dan membuka b) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin semakin pendek c) Waktu dan kekuatan kekuatan kontraksi semakin semakin bertambah d) Rasa nyeri terasa dibagian belakang belakang dan menyebar kedepan kedepan e) Dengan berjalan bertambah intensitasnya f) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas nyeri g) Lendir darah darah sering tampak h) Ada penurunan penurunan bagian terendah janin i) Kepala janin sudah terfiksasi terfiksasi di PAP diantara kontraksi kontraksi
j) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya. d. Kala Persalinan, menurut Sarwono, 2006 1) Kala 1 (kala pembukaan) Dibagi atas 2 Fase a) Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam. b) Fase Aktif: berlangsung 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase: (1) Periode akselerasi
:
berlangsung
2
jam,
pembukaan 4 cm (2) Periode dilatasi maksimal
: selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm (3) Periode deselerasi
: berlangsung lambat dalam 2
jam, pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap Pada primigravida kala 1 berlangsung ± 13 jam sedangkan pada multigravida ± 7 jam 2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Pada kala ini, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih l ama kirakira 2-3 menit sekali. Kepala telah turun memasuki ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang menimbulkan rasa ingin mengejan. Tekanan pada rektum akibat penurunan kepala tersebut, menyebabkan ibu ingin mengejan seperti mau buang air besar, dengan tanda anus membuka. Pada
waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perinium meregang. Adanya his yang terpimpin, akan lahirlah kepala yang diikuti seluruh badan bayi. Kala II pada primi berlangsung 1 ½ jam dan pada multi ½ jam. 3) Kala III (Kala Pengeluaran Uri) Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Proses biasanya berlangsung selama 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan. 4) Kala IV (Kala Pengawasan) Kala IV yaitu 1 jam setelah plasenta lahir lengkap. Ada 7 pokok hal penting yang harus diperhatikan: a) Kontraksi uterus b) Tidak ada perdarahan dari jalan lahir c) Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap d) Kandung kemih kosong e) Luka perinium terawat f) Bayi dalam keadaan baik g) Ibu dalam keadaan baik e. Faktor ”P” utama dalam persalinan (Mochtar, 1998) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam persalinan antara lain:
1) Power His (Kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu keadaan kardiovaskuler resprasi metabolik ibu. Kontraksi uterus berirama teratur dan involunter serta mengikuti pola yang berulang. Setiap kontraksi uterus memiliki 3 fase: increment (ketika intensitasnya terbentuk), acme (puncak/ maksimum), decement (ketika relaksasi). Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan peningkatan kalsium pada retikulum endoplasma yang bergantung pada Adeno Triphosphat (ATP) dan sebaliknya E2 dan F2 mencegah penimbunan dan pengikatan oleh ATP pada retikulum endoplasma (RE), RE membebaskan kalsium kedalam intra seluler dan
menyebabkan
kontraksi
miofibril.
Setelah
miofibril
berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraseluler akan berkurang dan menyababkan relaksasi miofibril. Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk menimbulkan refleksi yang meningkatkan daya kontraksi korpus uteri dan akan mendorong janin maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif ,kepala janin meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus, kontraksi fundus mendorong bayi kebawah dan meregangkan serviks lebih lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus.
Kontraksi
uterus
bersifat
otonom
artinya
tidak
dapat
dikendalikan oleh parturien, sedangkan serat simpatis dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif (Mochtar, 1998) a) Kekuatan His Kala I bersifat bersifat (Manuaba, 1998) 1998) (1) Kontraksi bersifat simetris. (2) Fundal dominan (3) Involuter artinya tidak dapat diatur parturien (4) Kekuatan makin besar dan pada kala pengusiran diikuti dengan reflek mengejan. (5) Diikuti
retraksi
artinya
panjang
otot
rahim
yang
berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula. (6) Setiap kontraksi mulai dari ”pace maker” yang terletak sekitar insersi tuba dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri dengan kecepatan 2 cm/detik. b) Kekuatan His His Kala II Kekuatan his pada akhir kala pertama atau permulaan kala dua mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval 3-4 menit,
durasi
berkisar
60-90
detik.
Kekuatan
his
menimbulkan putaran paksi dalam , penurunan kepala atau bagian terendah menekan serviks dimana terdapat fleksus frakenhauser sehingga terjadi reflek mengejan. Kekuatan his dan reflek mengejan menimbulkan ekspulsi kepala sehingga
berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, muka, kepala seluruhnya. c) Kekuatan His Kala III Setelah istirahat sekitar 8-10 menit berkontraksi untuk melepaskan plasenta dari insersinya. d) Kekuatan His Kala IV Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo 60-80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat
dan
pembentukan
trombus
terjadi
penghentian
pengeluaran darah post partum. 2) Passage Jalan lahir yang paling penting dan menentukan proses persalinan adalah pelvis minor, yang terdiri dari susunan tulang yang kokoh dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat yang kuat.Yang dimaksud dengan jalan lahir adalah pelvis minor atau panggul kecil. Panggul kecil ini terdiri atas: pintu atas panggul, bidang terluas panggul, bidang sempit panggul dan pintu bawah panggul (Manuaba, 1998). 3) Passager Keadaan janin meliputi letak, presentasi, ukuran atau berat janin, ada tidaknya kelainan anotomik mayor. Pada beberapa kasus
dengan anak yang besar, dengan ibu DM, terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu karena persalinan bahu yang berat cukup berbahaya, sehingga dapat terjadi asfiksia. Pada letak sungsang mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu 8 menit (Manuaba, 1998).
2. Persalinan Lama
a. Pengertian Persalinan lama adalah persalinan yang telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi dimana fase laten lebih dari 8 jam dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf (Saifuddin, 2002). Sedang menurut Manuaba (1998) persalinan lama adalah persalinan pada primigravida berlangsung lebih dari 18 – 20 jam dan multigravida (kehamilan >1) lebih dari 12 -24 jam. b. Etiologi Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multi kompleks dan bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.
Faktor- faktor penyebab partus lama antara lain: 1) Passanger a) Kelainan Letak Janin Letak dan presentasi janin dalam rahim merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap proses persalinan, menurut Manuaba (1998) 95% persalinan terjadi dengan letak belakang kepala. Mekanisme persalinan merupakan suatu proses dimana kepala janin berusaha meloloskan diri dari ruang pelvik dengan menyesuaikan ukuran kepala janin dengan ukuran pelvik melalui proses
sinklitismus,
sinklitismus
posterior,
sinklitismus
anterior,fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi, rotasi eksternal dan ekspulsi total, namun pada beberapa kasus proses ini tidak berlangsung dengan sempurna, karena adanya kelainan letak dan
presentasi
sehingga
proses
tersebut
pada
umumnya
berlangsung lama, akibat ukuran dan posisi kepala janin selain presentasi belakang yang tidak sesuai dengan ukuran rongga panggul (Wiknjosastro, 2002). Kelainan letak dan presentasi / posisi tersebut antara lain : (1) Posisi Oksipitalis Oksipitalis Posterior Posterior Persisten. Pada letak belakang kepala biasanya ubun-ubun kecil akan memutar ke depan dengan sendirinya dan janin lahir secara spontan. Kadang-kadang UUK tidak berputar ke depan, tetapi
tetap berada di belakang, yang disebut Positio Occiput Posterior Persistens. Dalam menghadapi persalinan dimana
UUK terdapat di belakang, kita harus sabar, sebab rotasi ke depan kadang-kadang baru terjadi didasar pangggul. Dalam hal ini persalinan akan menjadi lebih lama dan dapat terjadi perlukaan pada perinium. (Mochtar, 1998). (2) Presentasi Belakang Belakang Kepala Oksiput Melintang Melintang Adalah keadaan dimana kepala sudah masuk panggul sedangkan ubun-ubun masih disamping, terjadi karena putaran paksi
terlambat
sehingga
persalinan
berlangsung
lama.(Mochtar, 1998). (3) Presentasi Puncak Kepala Adalah keadaan dimana puncak kepala merupakan bagian terendah, hal ini terjadi apabila derajat defleksinya ringan. Pada umumnya presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala. Mekanisme persalinannya hampir sama dengan posisi oksipitalis posterior persistens, sehingga keduanya sering kali dikacaukan satu dengan yang lainnya. Perbedaannya ialah : pada presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal, sedangkan lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah sirkumferensia frontooksipitalis dengan titik perputaran
yang
berada
dibawah
symfisis
ialah
glabella
(Wiknjosastro,2002). (4) Presentasi Dahi Adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada umumnya presentasi dahi ini merupakan kedudukan yang bersifat sementara dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi muka dan presentasi belakang kepala. Komplikasi yang bisa terjadi pada presentasi dahi adalah partus kasep, robekan hebat dan ruptur uteri, sedangkan pada anak
mortalitas tinggi, saat memimpin
persalinan harus diobservasi apakah dapat lahir spontan, bila ada indikasi dan syarat terpenuhi lakukan ekstrasi forsep atau vacum, bila ada indikasi lakukan sectio caesaria (Wiknjosastro, 2002). (5) Presentasi Muka Adalah letak kepala tengadah (defleksi) sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Letak ini merupakan letak defleksi paling maksimal, jadi oksiput dan pungggung berhubungan rapat, muka terlihat kebawah, jadi seperti orang menjolok mangga (Mochtar, 1998). Menurut Wiknjosastro (2002) pada umumnya penyebab presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang menekan
terjadinya defleksi
kepala atau keadaan-keadaan
yang
menghalani terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu presentasi muka dapat ditemukan pada panggul sempit atau pada janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang memudahkan terjadinya presentasi muka. Selain itu kelainan janin seperti anosefalus dan tumor dileher bagian depan dapat mengakibatkan mengakibatkan presentasi muka. Kadang-kadang Kadang-kadang presentasi muka juga dapat terjadi pada kematian janin intrauterin, akibat otot-otot janin yang telah kehilangan tonusnya. Persalinan muka dapat berlangsung tanpa kesalahan karena kepala masuk panggul dengan sirkumferensia sirkumferensia trachelo perietal yang hanya sedikit lebih besar dari sub oksipito bregmatika, tetapi kesulitan persalinan terjadi karena kesempitan panggul dan janin besar, selain itu muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks secara sempurna. Kira-kira 10% keadaan ini dagu berada dibelakang dan menetap, janin cukup bulan tidak mungkin lahir pervaginam, kecuali janin mati, kesulitan kelahiran disebabkan kepala sudah berada dalam defleksi maksimal dan tidak mungkin menambah defleksinya lagi sehingga kepala dan badan terjepit dalam panggul dan persalinan tidak akan maju. Tetapi persalinan
dapat dilakukan dengan vacum ekstraksi, forcep atau sectio caesaria.
(6) Presentasi Rangkap/ganda Adalah keadaan dimana disamping kepala janin didalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki atau keadaan dimana
disamping
bokong
janin
dijumpai
lengan
(Wiknjosastro, 2002). Presentasi rangkap atau ganda adalah bagian kecil menumbung disamping bagian besar janin dan bersama-sama memasuki panggul, sehingga ukuran yang akan melalui jalan lahir menjadi besar dan tidak sesuai dengan ukuran pintu bawah panggul (Manuaba, 1998). (7) Letak Sungsang Adalah janin letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong berada dibawah, sehingga bagian bokong yang lunak tidak dapat menekan dengan keras pada serviks untuk melakukan dilatasi, karena itu persalinan lebih lama dan mudah terkena infeksi, pada janin bisa terjadi asfiksia. Faktor yang memegang peranan terjadinya presentasi bokong diantaranya multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit (Wiknjosastro, 2002).
(8) Letak Lintang Adalah bila sumbu memanjang janin jadi menyilang sumbu memnajang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90˚, pada keadaan ini persalinan tidak dapat berjalan spontan karena ukuran letak janin yang melintang dan ukuran terbesar tidak bisa melalui jalan lahir, kecuali pada anak kecil (prematur) atau anak yang sudah mati dan menjadi lembek, keadaan ini dapat berakibat pada terjadinya ruptur uteri, partus lama, KPD dan sudah terjadi infeksi, pada anak trauma partus, hipoksia, prolaps tali pusat dan KPD (Cuningham, 1995). (9) Kehamilan Ganda Pada kehamilan ganda sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua janin, sehingga proses persalinan berlangsung lama. Beberapa kombinasi posisi yang sering dijumpai adalah kedua janin dalam letak membujur, letak membujur presentasi bokong, letak lintang dan presentasi bokong dan lain-lain. (10) Janin besar atau ada kelainan kongenital Prosses persalinan merupakan proses mekanik, dimana suatu benda didorong keluar melalui ruang panggul oleh suatu tenaga. Benda yang didorong adalah janin dan akan didorong melalui ruang pelvik, sehingga kesesuaian antara besar janin dan rongga panggul sangat berpengaruh pada proses persalinan disebut imbang foto pelviks, yang menentukan imbang foto
pelviks adalah kepala. Besar kepala janin dapat diukur sebelum partus atau waktu partus. Besar kepala janin rata-rata tergantung dari besarnya janin, oleh karena itu sebagai ukuran digunakan berat badan janin. Ada beberapa perkiraan berat badan janin (Mochtar, 1998) (a) Ukuran kehamilan dan taksiran persalinan (rumus neagle) (b) Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen (butuh pengalaman lama) (c) Perhitungan menurut Mac Donald (d) Rumus Johnson – Thaushack 2) Passage a) Kelainan-Kelainan Panggul Panggul merupakan salah satu bagian yang penting dan mempengaruhi proses persalinan disebut faktor passage. Berbagai kelainan panggul dapat mengakibatkan persalinan berlangsung lama antara lain: kelainan bentuk panggul dan kelainan ukuran panggul baik ukuran panggul luar maupun ukuran panggul dalam. b) CPD (Cepalo Pelvik Disproportion) Cepalo Pelvik Disproportion bisa terjadi akibat pelvis
sempit dengan ukuran kepala janin normal atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara janin besar dengan pelvis sempit. CPD tidak bisa didiagnosa sebelum usia
kehamilan tersebut dimana kepala bayi belum mencapai ukuran lahir normal. Beberapa predisposisi predisposisi faktor resiko meliputi ibu bertubuh kecil dengan kecurigaan bayi besar, DM, atau makrosomia (Chapman, 2006) c) Ketuban Pecah Dini Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal.(Sarwono, 2008). 3) Power a) Kelainan His Faktor power atau his dan kekuatan yang mendorong janin keluar adalah faktor yang sangat penting dalam proses persalinan, his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya dapat menghambat kelancaran persalinan. Beberapa bentuk kelainan his yang dapat terjadi pada persalinan adalah : (1) Inersia Uteri Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau
mendorong janin keluar. Sifat his biasa yaitu kontraksi dari fundus lebih kuat dan lebih dulu dari bagian lain dan peranan fundus tetap menonjol, tetapi kekuatannya lemah, frekwensinya jarang dan durasinya lebih singkat, dibagi menjadi : (a) Inersia Uteri Primer Primer Terjadi pada awal fase laten, sejak permulaan his tidak
kuat,hal
ini
harus
dibedakan
dengan
his
pendahuluan yang juga lemah dan kadang menjadi fase labour). hilang ( fase Sekunder (b) Inersia Uteri Sekunder
Terjadi pada fase aktif atau kala I dan II. Pada permulaan his baik, kuat dan teratur tapi dalam keadaan lebih lanjut terjadi inersia uteri, his menjadi lemah kembali. Diagnosa inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang teliti terhadap persalinan. Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit, tetapi bila sebelumnya telah ada his yang kuat dan lama, maka diagnosis inersia uteri sekunder akan lebih mudah,. Inersia uteri menyebabkan persalinan berlangsung lama dengan akibat-akibatnya terhadap ibu (Manuaba, 1998)
b) Incoordinate uterine action action Adalah kelainan his pada persalinan berupa perubahan sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar bagian atas, bagian tengah dan bawah, sehingga his tidak efisien
mengadakan
pembukaan
serviks
apalagi
dalam
pengeluaran janin, sehingga dapat menyebabkan persalinan tidak maju (Cuningham, 2002) c) Primitua Partus kasep sering dijumpai pada kehamilan dengan umur lebih dari 35 tahun (Depkes, 2001). Umur lebih dari 35 tahun merupakan salah satu penyebab dari berbagai komplikasi seperti kelainan his, yang berakibat pada persalinan lama dan persalinan kasep (Manuaba, 1998) d) Grandemiltipara Dan Perut Gantung Pada grandemultipara sering didapatkan perut gantung, akibat regangan uterus yang berulang-ulang karena kehamilan dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus, sehingga uterus menjadi jatuh ke depan, disebut perut gantung. Perut gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan his karena posisi uterus yang menggantung ke depan sehingga bagian bawah janin tidak dapat menekan dan berhubungan langsung serta rapat dengan segmen bawah rahim. Akhirnya partus dapat berlangsung lama (Mochtar, 1998).
e) Usia Usia ibu merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan kualitas kehamilan atau kesiapan ibu dalam reproduksi. Menurut Wiknyosastro, 2002 menyatakan bahwa faktor ibu yang memperbesar resiko kematian perinatal adalah pada ibu dengan umur lebih tua. Menurut Mochtar, Mochtar, 1998 kelompok umur umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan kelompok berisiko dan kelompok umur 20 sampai 35 tahun merupakan kelompok umur yang aman. Usia kurang dari 20 tahun alat-alat reproduksi belum masak sehingga sering timbul komplikasi persalinan. Umur lebih dari 35 tahun berhubungan dengan mulainya terjadi regenerasi sel-sel tubuh terutama dalam hal ini adalah endometrium akibat usia biologis jaringan dan adanya penyakit. Ibu hamil pada usia 36 tahun meskipun mental dan sosial ekonomi lebih mantap tapi fisik dan alat reproduksinya sudah mengalami kemunduran, serviks menjadi kaku untuk berdilatasi. Primipara dengan usia agak lanjut , kekakuan serviks yang berlebihan dapat menjadi penyebab distosia dan persalinan lama (Cuningham, 2001). Ibu primitua yaitu primigravida yang berumur diatas 35 tahun sering ditemui perinium yang kaku dan tidak elastis, hal tersebut akan menghambat persalinan kala II dan dapat
meningkatkan resiko terhadap janin. Menurut Manuaba, usia reproduksi sehat adalah 20 tahun sampai 35 tahun. Faktor umur disebut-sebut sebagai penyebab dan predisposisi terjadinya berbagai komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan persalinan, antara lain penyebab kelainan his, atonia uteri, plasenta previa,dan lain-lain (Wiknjosastro, 2002) f) Paritas Paritas adalah jumlah kehamilan dan persalinan yang telah mencapai batas viabilitas tanpa memperhatikan jumlah anak apakah tunggal atau multipel. Paritas adalah jumlah kehamilan dimana bayi yang dilahirkan mampu hidup diluar kandungan. Pembagian paritas terdiri dari: (1) Primipara : bila seorang wanita pernah melahirkan satu kali janin viabel, tanpa mengingat janinnya apakah hidup atau mati pada saat lahir, juga ibu yang sedang in partu untuk anak 1 (2) Multipara : bila seorang wanita telah melahirkan dua kali sampai empat kali janin yang mencapai batas viabel (3) Grandemultipara : adalah wanita yang melahirkan lima orang anak atau lebih Persalinan lama terutama pada primi biasanya berkenaan dengan belum atau kurangnya persiapan dan perhatian dalam menghadapi persalinan Pada grandemultipara sering didapatkan
perut gantung, akibat regangan uterus yang berulang-ulang karena
kehamilan
dan
longgarnya
ligamentum
yang
memfiksasi uterus, sehingga uterus menjadi jatuh ke depan, disebut perut gantung. Perut gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan his karena posisi uterus yang megantung ke depan sehingga bagian bawah janin tidak dapat menekan dan berhubungan langsung serta rapat dengan segmen bawah rahim. Akhirnya partus dapat berlangsung lama (Mochtar, 1998).
Tabel 2.1 Diagnosa Persalinan Lama
Tanda dan Gejala
Diagnosis
Serviks tidak membuka
Belum inpartu
Tidak didapatkan His/His tidak teratur Pembukaan serviks tidak melewati 4 Fase Laten memanjang cm sesudah 8 jam in partu dengan his yang teratur Pembukaan, serviks melewati kanan Fase aktif memanjang garis waspada partograf •
Frekuensi his kurang dari 3 his
•
Inersia utteri
•
Disporposi sefalopervik
•
Obstruksi kepala
•
Malpresentasi atau malposisi
per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik •
Pembukaan
serviks
dan
turunnya bagian janin yang dipresentasi
tidak
maju,
sedangkan his baik •
Pembukaan
serviks
dan
turunnya bagian janin yang dipresentasikan
tidak
maju
dengan kaput, terdapat moulase hebat,
edema
seviks,
tanda
ruptura uteri imminens, gawat janin •
Kelainan
presentasi
(selain
verteks dengan oksiput anterior) Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin Kala II lama mengejan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan Sumber : (Saifuddin, 2002)
c. Penanganan 1) Persalinan palsu / belum in partu (fase labour) Periksa apakah ada infeksi saluran kemih, periksa apakah ketuban pecah, bila didapatkan adanya infeksi, berikan obat secara adekuat, bila tidak ada pasien boleh dirawat jalan. 2) Fase laten memanjang Friedman
dan
Sachtleben
mendefinisikan
fase
laten
berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada ibu multipara. Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah anastesia regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks yang buruk (misal tebal, tidak mengalami pendataran, atau tidak membuka) dan persalinan palsu. Istirahat atau stimulasi oksitosin sama efektif dan amannya dalam memperbaiki fase laten yang berkepanjangan. (Sarwono, 2008). 3) Fase aktif memanjang Kemacetan pembukaan didefinisikan sebagai tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam, dan kemacetan penurunan sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam . Prognosis persalinan yang berkepanjangan dan macet cukup berbeda, sekitar 30 % ibu dengan
persalinan
berkepanjangan
mengalami
disporposi
sefalopelvik, sedangkan kelainan ini didiagnosis pada 45% ibu yang mengalami gangguan kemacetan persalinan. Faktor lain yang
berperan dalam persalinan yang berkepanjangan adalah sedasi berlebihan, anastesia regional, dan malposisi janin. Yang dianjurkan
untuk
persalinan
yang
berkepanjangan
adalah
penatalaksanaan menunggu, sedangkan oksitosin dianjurkan untuk persalinan yang macet tanpa CPD. (Sarwono, 2008).
B. Kerangka Teori
Faktor 3P Utama dalam Persalinan Passage Kelainan panggul CPD • •
Passanger Kelainan letak dan presentasi panggul Besar Janin Kelainan kogenital •
• •
Power • • • •
•
Kelainan His Usia ibu Paritas Grandemultipara dan perut gantung Ketuban pecah dini
•
Komplikasi ibu
•
Kompikasi bayi
Partus Lama
Sumber : Mochtar, (1998), Winkjosastro (2002)
C. Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang mempengaruhi partus lama : Letak janin Lama pecahnya ketuban Usia Paritas Berat janin • • • • •
Partus Lama