1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persalinan merupakan suatu kondisi fisiologis yang akan dialami oleh setiap orang. Akan tetapi, kondisi yang fisiologis terebut dapat menjadi patologis apabila seorang ibu tidak mengetahui kondisi yang fisiologis dan seorang penolong atau tenaga kesehatan tidak memahami bagaimana
suatu
persalinan
dikatakan
penatalaksanaanya sehingga dapat
fisiologis
dan
bagaimana
membantu menurunkan angka
kematian ibu sesuai dengan misi MDGs 2015 yang berganti menjadi SDGs (Sustainable Development Goals) (Widia, 2015). Tujuan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal. Dengan pendekatan pendekatan seperti ini berarti bahwa setiap intervensi yang
akan
diaplikasikan
dalam
asuhan
persalinan
normal
harus
mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (Widia, 2015). Menurut World Health Organization Organization (WHO) tahun 2014 kematian ibu masih cukup tinggi,setiap hari diseluruh dunia sekitar 800 perempuan meninggal akibat komplikasi dalam kehamilan atau persalinan. Pada tahun 2013,terdapat 289.000 perempuan meninggal selama dan setelah masa
2
kehamilan serta persalinan. Antara tahun 1990-2013, angka kematian ibu di dunia (yaitu jumlah kematian kematia n ibu per 100.000 kelahiran hidup) menurun hanya 2,6% per tahun. Angka ini masih jauh dari target penurunan AKI tahunan (5,5%) (5,5%) yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran MDGs ke-5. Tingginya jumlah kematian ibu beberapa wilayah di dunia mencerminkan ketidakadilan dalam akses layanan kesehatan,dan menyoroti adanya kesenjangan diantara yang kaya dan yang miskin. Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di Negara berkembang. Lebih dari setengah dari kematian tersebut terjadi di sub-Sahara Afrika dan hamper sepertiga terjadi di Asia selatan. Rasio kematian ibu di Negara-negara berkembang pada tahun 2013 mencapai 230 per 100.000 kelahiran hidup lebih tinggi dibandingkan dengan di Negara maju sebesar 16 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survey Demografis Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka Kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada pada tahun 2015.
3
Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK, infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia Indonesia masih di dominasi oleh oleh 3 penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) , dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK ( Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI,2014) Faktor yang berperan penting untuk mengurangi angka kematian maternal antara lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan pelayanan yang baik ketika persalinan (Reeves, 2010). Faktor lain yang dapat mengurangi angka kematian maternal yaitu akses ke tempat pelayanan kesehatan terjangkau dan fasilitas kesehatan yang memadai (Aboagye, 2013). Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan lalu meningkat dari tahun ke tahun, namun masih banyak permasalahan yang ditemukan terkait komplikasi saat persalinan antara lain kelainan letak /presentasi janin, partus macet/distosia, perdarahan pasca persalinan ,infeksi berat /sepsis, placenta previa, Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Timbulnya berbagai permasalahan yang terjadi saat persalinan,pemerintah selalu berupaya berupaya menurunkan angka kematian
ibu dengan melakukan
perluasan pelayanan kesehatan berkualitas melalui pelayanan obstetric yang komprehensif seperti penyediaan fasilitas pelayanan Obstetrik
4
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) DAN Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED) (Kemenkes RI, 2013) Data profil kesehatan Indonesia tahun 2013 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 90,88% sedangkan berdasarkan data Riskesdas 2013, kualifikasi tertinggi penolong saat persalinan dilakukan oleh bidan (68,6%). Kondisi sosial budaya dimasing-masing daerah turut memberikan kontribusi, masih banyak daerah yang masih menggunakan dukun sebagai penolong persalinan,khususnya didesa-desa (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Data
Dinas
Kesehatan
Yogyakarta
jumlah
persalinan
di
Yogyakarta tahun 2012 terdapat 45.880 sehingga didapatkan 99,85% persalinan normal. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di sleman sejumlah 99,61% dengan jumlah ibu bersalin sebanyak 15.047. cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kes ehatan yang cukup tinggi pada tahun 2012 yaitu 90,88% (Dinas Kota Yogyakarta, 2012). Upaya pemerintah dalam menurunkan AKI di Indonesia dengan making pregnancy safery (MPS) selanjutnya yaitu percepatan pelaksanaan program perencanaan dan pencegahan komplikasi (P4K) dengan stiker berupa
nama
ibu
hamil,
taksiran
persalinan,
tempat
persalinan,
transportasi, dan calon pendonor darah (Mentri Kesehatan No. 295 tahun 2008).
Peraturan
mentri
kesehatan
Republik
Indonesia
nomor
2562/Menkes/Per/XXI/2011 tentang jaminan persalinan bagi ibu bersalin normal maupun persaslinan dengan tindakan.
5
Masyarakat saat ini lebih kritis terhadap urusan kesehatan. Kehamilan adalah hal yang paling diharapkan bagi setiap keluarga, sehingga
masyarakat
mengharapkan
pelayanan
kehamilan
dan
persalinannya ditangani oleh tenaga kesehatan yang professional dalam bidangnya. Sebagian masyarakat memilih untuk melahirkan secara normal karena penyembuhan yang diakibatkan oleh persalinan normal lebih cepat dibandingkan persalinan dengan sesar. Apalagi persalinan dengan cara sesar lebih mahal dibandingkan persalinan normal. Untuk itu bidan harus selalu meningkatkan kompetensi dalam pengetahuan maupun keterampilan untuk memberikan asuhan pada ibu bersalin yang aman. Memberikan pelayanan prima dan memberikan dukungan kepala pasien. Sehingga terjalin hubungan yang lebih dekat antara bidan dan ibu bersalin. Firman Allah SWT dijabarkan tentang bagaimana kita harus berbkti kepada orang tua kita terutama kepada ibu, seperti ayat berikut ini: “dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada orang tua dengan sebaik-baiknya .Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maa janganlah katakan kepada mereka keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya”(Al -Isra : 23) Berdasarkan ayat diatas dapat disimpulkan bahwasanya kita hanya boleh menyembah kepada Allah dan berbakti kepada orang tua apalagi seorang ibu yang sudah mengandung kita selama 9 bulan dan melahirkan dengan
penuh
perjuangan
dan
pengorbanan.sehingga
dengan
ini
mengharuskan persalinan ditangani oleh bidan yang kompeten dan professional.
6
Bidan menurut ICM
adalah seseorang yang telah mengikuti
program pendidikan bidan yang diakui dinegaranya,telah lulus dari pendidikan tersebut,serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di Wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualitas untuk deregister dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan (Wikipedia, 2013) Bidan dapat melakukan praktik dimana saja, termasuk dirumah, masyarakat, rumah sakit ataupun unit kesehatan lainnya. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak (Wikipedia, 2013) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Klinik Pratama Hikmah Husada didapatkan bahwa asuhan persalinan normal di klinik tersebut sudah memenuhi standar dan sudah menerapkan 60 langkah APN sehingga peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang Asuhan Persalinan Normal.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat rumusan masalah, yaitu: “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Normal di Klinik Pratama Hikmah Husada?” C. Tujuan
1. Tujuan Umum Mengetahui Asuhan Kebidanan pada Ibu besalin di Klinik Pratama Hikmah Husada. 2. Tujuan Khusus a) Menganalisis data pada ibu bersalin di Klinik Pratama Hikmah Husada. b) Mengetahui faktor-faktor yang merpengaruh persalinan normal. c) Memberikan penatalaksanaan untuk kasus ibu dengan persalinan normal di Klinik Pratama Hikmah Husada. D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis Menambah khasanh ilmu pengetahuan khususnya asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis a. Bagi Klinik Pratama Hikmah Husada Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pembuatan kebijakan dan acuan dalam meningkatkan mutu
8
pelayanan asuhan kebidanan terutama pada kasus ibu bersalin normal, sebagai upaya dalam menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. b. Bagi Subyek Penelitian Sebagai tambahan informasi bagi ibu dan keluarga agar ibu waspada akan tanda bahaya dalam kehamilan dan segera berkonsultasi ke tenaga kesehatan pada kehamilan berikutnya. E. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi ini terkait dengan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Normal.. 2. Ruang Lingkup waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan april 2017 sampai juni 2017. 3. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan diruang bersalin Klinik Pratama Hikmah Husada Gunung Kidul. F. Keaslian Penelitian
1. Rodiah (2011), “Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Bidan Terhadap Penerapan Asuhan Persalinan Normal (APN) Di Rumah Bersalin Ngudi Saras Karanganyar”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
9
signifikan antara pengetahuan dengan penerapan APN, sikap dengan penerapan APN, pengetahuan dan sikap dengan penerapan APN. 2. Mulianti (2013), “Gambaran Mekanisme Koping Stres Bidan dalam Menangani Persalinan di Wilayah Kerja Puksesmas Sibreh Kabupaten Aceh Besar”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian design cross sectional . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, usia, pengalaman kerja berkontribusi terhadap kemampuan Bidan dalam mengatasi masalah dan mekanisme koping stres yang dihadapi saat menangani persalinan. 3. Arbaya (2012) dalam penelitian yang berjudul ‘Sikap Professional Bidan Dalam Penerapan Standar Asuhan Persalinan Normal di RSUD Harapan Insan Sendawar Kabupaten Kubar ”. Metode penelitian yang digunakan yaitu rancangan nalaitik (observasional) dengan metode pendekatan
case
control
design, hasil penelitian yaitu ibu
primigravida yang menghadapi proses persalinan kala 1 tanpa didampingi oleh suami mempunyai peluang 6,750 kali untuk terjadi kecemasan dibanding ibu primigravida yang menghadapi proses persalinankala 1 dengan didampingi suami.
10
BAB II TINJAUAN TEORI A. Persalinan 1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeleluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (3742 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin(Cristin, 2012). Persalinan merupakan suatu kondisi fisiologi yang akan dialami oleh setiap orang. Akan tetapi, kondisi yang fisiologis tersebut dapat menjadi patologis apabila seorang ibu tidak mengetahui kondisi yang fisiologis dan seorang penolong atau tenaga kesehatan tidak memahamai bagaimana penatalaksanaannya sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian ibu sesuai dengan misi MDGs 2015 yang berganti menjadi SDGs (Sustainable Development Goals) (Widia, 2015). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (Janin dan Plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang di tandai dengan perubahan serviks secara progresif dan di akhiri dengan kelahiran plasenta(Esti Nugraheny, 2014).
11
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan, yang teratur. Mula-mula kekuatan yang mungkin muncul muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada pucaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin rahim ibu(Dwi Asri H, 2013). 2. Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan difinisi yaitu: a. Persalinan spontan Persalinan spontan adalah persalinan yang berlansung dengan kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir. b. Persalinan buatan Persalinan buatan adalah persalinan dengan bantuan tenaga dari luar misalnya ektraksi dengan forceps, atau dilakukan operasi section caesarea, dan caesarea, dan vakum. c. Persalinan anjuran Persalinan anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya
tetapi
baru
berlangsung
setelah
pemecahan
ketuban,pemberian oksitosin atau proglandin (Esti, 2014).
12
3. Sebab-sebab mulainya persalinan
Terjadinya persalinan disebabkan oleh beberapa teori sebagai berikut : a. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesterone menurun. b. Teori penuaan plasenta Tuanya plasenta menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim. c. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero – utero – plasenter. plasenter. d. Teori iritasi mekanik Di
belakang
servik
terletak
ganglion
servikal
(
fleksus
frankerhauser ) Bila ganglion ini digeser dan ditekan, akan timbul kontraksi uterus. e. Induksi partus Persalinan dapat di timbulkan dengan jalan :
13
1) Ganggang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan kedalam servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser. 2) Amniotomi : pemecahan ketuban 3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan infuse 4) Misoprostol : cytotec/gastru (Widia, 2015) 4. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
a. Faktor power Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim yang terdiri dari: 1) His (kontraksi otot uterus). Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu berkontraksi otot-otot rahim mengucup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks. 2) Kontraksi otot-otot dinding perut 3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan 4) Ketegangan dan ligamentous action terutama ligamentum rotundum
14
Kontraksi uterus atau his yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat, yaitu: 1) Kontraksi simetris 2) Fundus dominan 3) Relaksasi 4) Involuntir : terjadi di luar kehendak 5) Intermitten : terjadi secara berkala (beselang-seling) 6) Terasa sakit 7) Terkoordinasi 8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia Perubahan-perubahan akibat his antara lain: 1) Pada uterus dan serviks Uterus teraba keras atau padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterine naik serta menyebabbkan serviks menjadi mendatar ( effacement) dan terbuka (dilatasi). 2) Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah
15
3) Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas di dengar karena adanya iskemia fisiologis. (widia, 2015) Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang perlu diperhatikan dari his antara lain: 1) Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau persepuluh menit. 2) Intensitas his Kekuatan his diukur dalam mmHg. Intensitas dan frekuensi kontraksi
uterus
bervaiasi
selama
persalinan,
semakin
meningkatnya waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktivitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan-jalan sewaktu persalinan masih dini. 3) Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya selama 40 detik. 4) Datangnya his Apakah datangnya sering teratur atau tidak 5) Interval
16
Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his dating tiap 2 – 3 menit 6) Aktivitas his Frekuensi x amplitude diukur dengan unit Montevideo. Pembagian his, dibagi menjadi 5, yaitu: 1)
His pendahuluan
2)
His pembukaan (Kala I)
3)
His pengeluaran (His mengedan) (Kala II)
4)
His pelepasan Uri (Kala III)
5)
His pengiring (Kala IV
6)
His palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikn yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien
berada dalam kondisi jelek, baik fisik maupun
mental. Kelainan kontraksi otot rahim: 1)
Inertia Uteri
His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang terbagi menjadi
17
a) Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah. b) Inertia uteri sekunder : his pernah cukup kuat tapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita kerumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis. 2) Tetania uteri His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat tejadi a) Persalinan presipitatus Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin fatal (1) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya (2) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan. (3) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan, inversio uteri (4) Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin dalam rahim.
18
3) Inkoordinasi otot rahim. Keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya
kekuatan
otot
rahim
untuk
dapat
meningkatkan
pembukaan atau pengeluaran janin dan dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah: a) Faktor usia penderita relative tua b) Pimpin persalinan c) Karena induksi persalinan dengan oksitosin d) Rasa takut dan cemas (Widia,2015) b. faktor passage 1)
faktor passage ( Jalan Lahir ) Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri dari : a) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul) (1) Os. Coxae (2) Os. Illium (3) Os. Ischium (4) Os. Pubis (5) Os. Sacrum = promontorium (6) Os. Coccygis
19
b) Bagian lunak: otot-otot, jaringan dan ligament-ligamen pintu panggul c) Pintu atas panggul [PAP] = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis. d) Ruang tengah panggul [RTP] kira-kira pada spina ishiadica, disebut midlet. e) Pintu bawah panggul [PBP] dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet f) Ruang panggul yang sebenarnya [pelvis cavity] berada antara inlet dan outlet 2) Sumbu panggul Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang melengkung kedepan [ sumbu carus ]. 3) Bidang-bidang hodge a) Bidang hodge I : dibentuk pada ligkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan promontorium b) Bidang hodge
II : sejajar dengan hodge I setinggi pinggir
bawah symphisis c) Bidang hodge III : sejajar hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan kiri d) Bidang hodge IV : sejajar hodge I, II dan III setinggi os. Coccygis 4) Stasion bagian presentasi atau derajat penurunan:
20
a) Stasion O : sejajar spina ischiadika b) 1 cm di atas spina ischiadika disebut stasion 1 dan seterusnya sampai stasion 5 c) - 1 cm dibawah spina ischiadika disebut stasion -1 dan seterusnya sampai stasion-5. 5) Ukuran-ukuran panggul a) Ukuran luar panggul (1) Distansia spinarum : jarak anatara kedua spina anterior superior : 23 – 26 cm (2) Distansia cristaru : jarak antara kedua crista iliaka kanan dan kiri : 26-29 cm (3) Konjunggata externa (Boudeloque) 18-20 cm (4) Lingkaran panggul 80-90 cm (5) Konjunggata diagonalis (periksa dalam) 12,5 cm (6) Distansia tuberum (dipakai oseander) 10,5 cm b) Ukuran panggul dalam Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, linea innominata dan pinggir atas symfisis pubis. (1) Konjugata vera : dengan periksa konjunggata diagonalis 10,5-11 cm. (2) Konjunggata teranversa 12-13 cm (3) Konjugata oblique 13 cm
dalam
diperoleh
21
(4) Konjugata obstetric adalah jarak bagian tengah simfisis promontorium. c) Ruang tengah panggul (1) Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm (2) Bidang tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm (3) Jaraj antara spina ischiadika 11 cm d) Pintu bawah panggul (1) Ukuran anterior posterior 10-11 cm (2) Ukuran melintang 10,5 cm (3) Arcus pubis membentuk sudut 90
lebih, pada laki-laki
kurang dari 80 . inklinasi pelvis ( miring panggul ) adalah sudut yang dibentuk dengan horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-60. e) Jenis panggul Berdasarkan pada cirri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4 bentuk pokok jenis panggul : (1) Ginekoid (2) Android (3) Anthropoid (4) Platipeloid f) Otot-otot dasar panggul ligament-ligamen penyangga uterus. (1) Ligamentum
kardinale
sinistrum
dan
dekstrum
(Mackendrot): ligament terpenting untuk mencegah uterus
22
tidak turun. Jaringan ikat tebal serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding pelvis. (2) Ligamentum dekstrum:Menahan
Sacro-Uterina uterus
tudak
sinistrum banyak
dan bergerak
melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kanan. (3) Ligamentum rotundum
sinistrum dan dekstrum (Round
Ligament) : ligament yang menahan uterus dalam posisi antefleksi. Sudut uterus kiri dan kanan ke inguinal kiri dan kanan. (4) Ligamentum Latum Sinistrum dan dekstrum ( Broad Ligament) : dari uterus kearah lateral. (5) Ligamentuminfundibulum ke dinding pelvis. Tabel 2.1 Tabel Macam-macam Posisi Persalinan Posisi Duduk/Setengah duduk
Merangkak
Berjongkok/berdiri
Berbaring miring kekiri
Alasan/Rasionalisme Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati / mensupport perineum. Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit, membantu bayi melakukan rotasi, peregangan minimal pada perineum. Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran panggul, memperbesar dorongan untuk meneran. Member rasa santai bagi ibu yang letih,memberi oksigenasi yang baik bagi bayi, membantu mencegah terjadinya laserasi.
23
c. faktor passenger 1) Janin ( kepala janin dan ukuran-ukurannya) Bagian yang paling besar dank eras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalannya persalinan. a) Tulang tenggkorak (cranium) (1) Bagian muka dan tulang-tulang dasar tengkorak Bagian tengkorak: (a) Os. Prontalis (b) Os. Parientalis (c) Os. Temporalis (d) Os. Occipitalis (2) Sutura (a) Sutura frontalis (b) Sutura sagitalis (c) Sutura koronaria (d) Sutura lamboidea (3) Ubun-ubun ( Fontanel ) (a) Fontanel mayor/ bregma (b) Fontanel minor Ukuran-ukuran kepala janin 1) Diameter
24
a) Diameter occipito frontalis 12 cm b) Diameter mento occipotalis 13,5 cm c) Diameter sup occipito bregmatika 9,5 cm d) Diameter biparietalis 9,25 cm e) Diameter ditemporalis 8 cm 2) Ukuran cirkumferensial ( keliling ) (a) Cirkumferensial fronto occipitalis 34 cm (b) Cirkumferensial mento occipitalis 35 cm (c) Cirkumferensial sub occipito bregmatika 32 cm Postur janin dalam rahim: 1) Sikap ( habitus ) Menunjukan hubungan bagian-bagin janin dengan sumbu janin,biasanya terhadap tulang punggungnya.janin umumnya dalam sikap fleksi, dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keaadaan fleksi, serta lengan bersilang di dada. 2) Letak janin Letak janin adalah bagaimana sumbu panjang janin berada terhadap sumbu ibu, misalnya letak lintang di mana sumbu janin sejajar dengan sumbu panjang ibu; bisa letak kepala, atau letak sungsang.
25
3) Presentasi Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada dibagian bawah rahimyang dapat dijumpai pada palpasi atau pemeriksaan dalam. Misalnya
presentasi kepala, presentasi
bokong, presentasi bahu, dan lain-lain. 4) Posisi Posisi merupakan indicator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan,kiri,depan atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala ( LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan belakang. (Widia, 2015) 5) Plasenta Plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang atau passenger yang meyertai janin namun placenta jarang menghambat pada persalinan normal (Widia, 2015) 6) Air ketuban Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membrane yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jeringan yang menentukan hamper semua kekuatan regang membran janin dengan demikian pembentukan komponen amnion yang mencegah rupture atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan. Penurunan adalah gerakan bagian
26
presentasi melewati panggul, penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan amnion dan juga disaat terjadinya dilatasi serviks yang terjadi diawal persalinan dapat juga terjadi karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban masih utuh.(widia, 2015) d. faktor psikis perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar- benar terjadi realitas “Kewanitaan Sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolaholah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ Keadaan yang belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata.(widia, 2015) Psikologis meliputi: 1) Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan intelektual 2) Pengalaman melahirkan bayi sebelumya 3) Kebiasaan adat 4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu. Sikap negative terhadap persalinan dipengaruhi oleh: 1) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan 2) Persalinan sebagai ancaman pada self image 3) Medikasi persalinan
27
4) Nyeri persalinan dan kelahiran e. faktor penolong peran
dari
penolong persalinan
dalam
hal
ini
bidan
adalah
mengantisipasi dan menganangi komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Kemudian proses tergantun dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan (widia, 2015) 5. Tanda persalinan
Tanda-tanda persalinan antara lain : a. Penipisan dan pembukaan serviks Mendekati persalinan, srviks semakin “ matang”. Kalau tadinya selama hamil, serviks masih lunak, dengan konsistensi seperti pudding dan megalami sedikit penipisan ( effacement ) dan memungkinkan sedikit dilatasi. Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi Braxton hicks. Serviks menjadi matang selama priode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan s erviks mengindikasikan kesiapan untuk persalinan. Saat memasuki persalinan, serviks mengalami penipisan dan pembukaan. b. Kontraksi uterus Kontraksi
uterus
yang
mengakibatkan
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit ).
perubahan
Serviks
28
c. Blood show Cairan lender bercampur darah yang keluar melalui vagina (Widia,2015) 6. Syarat persalinan normal
Dalam
memberikan
pelayanan
dengan
memperhatikan
18
penapisan, antar lain: a. Tidak ada riwayat bedah sesar b. Perdarahan pervaginam selain dari lender bercampur darah ( Blood Show) c. Kehamilan aterm (37-42) d. Ketuban masih utuh dan tidak ada mekonium yang kental e. Tidak ada ketuban pecah bercampur dengan mekonium disertai tanda-tanda gawat janin f. Ketuban pecah <24 jam g. Ketuban pecah dengan kehamilan > 37 minggu h. Tidak ada tanda-tanda : 1) Temperature tubuh 38°C 2) Menggil 3) Nyeri abdomen 4) Cairan ketuban yang berbau i.
Tidak anemia berat
j.
Tekanan darah < 160/110
k. Tinggi fundus uteri < 40 cm
29
1) Tidak makrosomi 2) Tidak ada kehamilan kembar 3) Tidak poly hidramnion l.
Tidak ada gawat janin dengan DJJ < 100 atau > 180/ menit
m. Primipara pada persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 1/5 n. Presentasi belakang kepala o. Tali pusat tidak menumbung p. Presentasi tunggal q. Kehamilan tunggal r. Tidak ada tanda dan gejala syok (JNPK-KR, 2008) 7. Penyulit persalinan
a. Penyulit persalinan kala I dan II 1) Terdapat tanda partus lama Tanda-tanda dari partus lama a) Fase laten memanjang Fase laten yang memanjang ditandai dari pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam dengan kontraksi teratur ( lebih dari 2 kali dalam 10 menit ). b) Fase aktif memanjang Istilah
fase
aktif
memanjang
mengacu
pada
kemajuan pembukaan yang tidak adekuat stelah didirikan diagnosa kala I fase aktif, dengan didasari atas:
30
pembukaan kurang dari 1 cm per jam selama sekurangkurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan. Kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan kurang dari 1,5 cm pada multipara. Lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 cm sampai pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Karakteristik Fase Aktif Memanjang: c) Kontraksi melemah sehingga menjadi kurang kuat, lebih singkat dan atau lebih jarang. (1) Kualitas
kontraksi
sama
seperti
semula
tidak
mengalami kemajuan. (2) Pada pemeriksaan vaginal, serviks tidak mengalami perubahan. 2)
malposisi atau malpresentasi Malpresentasi
adalah
semua
presentasi
verteks.
Presentasi bukan belakang kepala (sungsang,letaklintang,dll) atau presentasi ganda (adanya bagian janin, seperti lengan atau tangan, bersamaan dengan presentasi belakang kepala). 3) ketuban pecah dini ketuban pecah dini pada prinsipnya adalah ketuban yang pecah sebelum waktunya. Adanya teori yang menghitung beberapa jam sebelum in partu, misalnya 2 atau 4 atau 6 jam
31
sebelum inpartu. Ada juga yang menyatakan alam ukuran pembukaan serviks pada kala I. Komplikasi Ketuban Pecah Dini: a) infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterine. b) Persalinan preterm, jika terjadi pada umur kehamilan preterm. c) Prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia b. Penyulit kala III dan IV 1) Atonia uteri Uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan 2) Retensio plasenta Plasenta atau bagian-bagiannya dapat tetap berada di dalam uterus setelah bayi lahir. 3) Emboli air ketuban Emboli air ketuban menimbulkan syok yang sangat mendadak dan biasanya berakhir dengan kematian Penderita mendadak menjadi gelisah, sesak nafas, kejang-kejang dan meninggal kemudian. Syok dikarena emboli air ketuban sering ditemukan gangguan dalam pembekuan darah.
32
4) Robekan jalan lahir Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan postpartum. a) Robekan serviks Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhent, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri. b) Robekan vagina Perlukaan vagina mungkin ditemukan setelah persalinan biasa,tetapi lebih sring terjadi akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. c) Robekan perineum Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkum ferensia suboksipito bregmatik. (widia, 2015)
33
8. Mekanisme persalinan
Gerakan utama kepala janin pada proses persalinan : (Asri, 2012) a. Engagement b. Flexion (flexi) c. Descent d. Internal rotation (putaran paksi dalam) e. Extention (ekstensi) f. External rotation (putaran paksi luar) g. Expulsion 1) Engagement Minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan dimulai kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan presentasi biparietal (diameter lebar yang paling panjang berkisar 8,5 – 9,5 cm ) atau 70 % pada panggul ginekoid. Masuknya kepala: a) Pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan b) Pada multi terjadi pada permulaan persalinan Kepala masuk pintu atas panggul dengan sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior/posterior). Masuknya kepala ke dalam PAP sutura sagitalis/SS melintang
dengan
fleksi ringan,
34
Bila SS di tengah-tengah jalan lahir : synklitismus Bila SS tidak di tengah-tengah jalan lahir : asynklitismus Asynklitismus posterior : SS mendekati simfisis Asynklitismus anterior : SS mendekati promontorium 2) Desent Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitekur pelvis dengan hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala berlangsung lambat. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : tekanan langsung dari his dari daerah fundus kearah daerah bokong, tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan badan terjadi ekstensi dan menegang 3) Flexion Umumnya terjadi flexi penuh/sempurna sehingga sumbu panjang kepala sejajar
sumbu panggul
membantu
penurunan kepala selanjutnya. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala). Majunya kepala
fleksi
bertambah
ukuran
kepala
yang melalui jalan lahir lebih kecil (diameter suboksipito bregmatika menggantikan suboksipito frontalis)
35
a) Poor flexi b) Flexi moderate c) Flexi advanced d) Flexi complete 4) Internal rotation Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil kearah depan (ke bawah simfisis
pubis),
membawa
kepala
melewati
distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis. Perputaran kepala (penunjuk) dari samping ke depan atau kearah posterior (jarang) disebabkan: a) Ada his selaku tenaga/gaya pemutar b) Ada dasar panggul beserta otot-otot dasar panggul selaku tahanan.bila tidak terjadi putaran paksi dalam umumnya kepala tidak turun lagi dan persalinan diakhiri dengan tindakan vakum ekstraksi. Pemutaran bagian depan anak sehingga bagian terendah memutar ke depan ke bawah simfisis. a)
Mutlak perlu terjadi, karena untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir
b)
Terjadi dengan sendirinya, selalau bersamaan dengan majunya kepala
c)
Tidak terjadi sebelum sampai Hodge III
36
(1) Pada letak fleksi
bagian
belakang kepala merupakan
bagian terendah (2) Bagian terendah mencari tahanan paling sedikit, yaitu di depan atas (terdapat hiatus genitalis) (3) Ukuran terbesar pada bidang tengah panggul
diameter antereposterior 5) Extension Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin turun dan menyebabkan perineum distensi. Pada saat ini puncak kepala berada di simfisis dan dalam keadaan begini kontraksi perut ibu yang mendorong kepala ekspulsi dan melewati introitus vaginae. a) Defleksi dari kepala b) Pada kepala dulu bekerja 2 kekuatan, yaitu yang mendesak kepala ke bawah dan tahanan dasar panggul yang menolak ke atas resultantenya kekuatan ke depan atas c) Pusat pemutaran : hipomoklion d) Ekstensi terjadi stelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior.lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut,dagu.
37
6) External rotation Seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke posisi pada saat engagement. Dengan demikian bahu depan dan belakang dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada,perut,bokong dan seluruh rungkai. a) Setelah kepala lahir
memutar
kembali kearah punggung
untuk menghilangkan torsi pada leher (putaran restitusi) b) Selanjutnya putaran dilanjutkan sampai belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sefihak
putaran
paksi luar sebenarnya c) Putaran paksi luar disebabkan ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter antereposterior dari PAP d) Setelah putaran paksi luar
bahu
depan di bawah simfisis
menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang e) Bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak 7) Ekspulsi Setelah putaran paksi luar
bahu
depan di bawah simfisis
menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul
lahir,diikuti
seluruh
badan
anak
:
badan
(toraks,abdomen) dan lengan , pinggul/trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
38
9. Lima benang merah dalam asuhan persalinan normal
Ada lima aspek dasar atau LIMA BENANG MERAH, yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. (Widia, 2015) a. Membuat keputusan klinik Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir. Tujuh langlah dalam membuat keputusan klinik: 1) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan 2) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah 3) Membuat diagnosis atau menetukan maalah yang terjadi 4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi masalah 5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensiun untuk solusi masalah 6) Memantau efektivitas asuhan atau intervensi 7) Mengevaluasi efektivitas asuhan atau intervensi
39
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangkan jumah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan : 1) Memanggil
ibu
sesuai
namanya,
menghargai
dan
memperlakukannya sesuai martabatnya. 2) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut. 3) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya 4) Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir. 5) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan ke khwatiran ibu 6) Memberikan
dukungan,
membesarkan
hatinya
dan
menentramkan perasaan ibu serta anggota keluarga yang lain. 7) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan / atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
40
8) Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya. 9) Melakukan pencegahan infeksi yang balik secara konsisten. 10) Menghargai privasi ibu 11) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi. 12) Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya. 13) Menghargai dan membolehkan praktik tradisional yang tidak member pengaruh yang merugikan. 14) Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomy,pencukuran, dan klisma). 15) Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin 16) Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi. 17) Menyiapkan rencana rujukan (jika perlu) 18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
41
c. Pencegahan infeksi Prinsif-prinsif pencegahan infeksi : 1) Setiap orang harus dianggap dapat menularkan pe nyakit 2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi 3) Permukaan benda disekitar kita, peralatan atau bend-benda lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet slaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi , sehingga harus dproses secara benar. 4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi. 5) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi
hingga
tindakan-tindakan
sekecil
mungkin
pencegahan
infeksi
dengan secara
menerapkan benar
dan
konsisten. d. Pencatatan (rekam medis) Aspek-aspek penting dalam pencatatan: 1) Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan 2) Identifikasi penolong persalinan 3) Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan 4) Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat, dengan jelas dan dapat dibaca.
42
5) Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien. 6) Kerahasian dokumen-dokumen medis. e. Rujukan Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15 % diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan merujuk ibu dan / atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong/ fasilitas pelayanan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir. Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu (BAKSOKUDA): 1) Bidan 2) Alat 3) Keluarga 4) Surat 5) Obat 6) Kendaraan 7) Uang 8) Darah
43
f. Tahap Proses Persalinan 1) Kala 1 Kala 1 serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm, disebut juga kala pembukaan. Secara klinis partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lender yang bersemu darah (bloody show ). Lender yang bersemu darah ini berasal dari lender kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka (widia, 2015) Proses pembukaannya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase: a) Fase laten : berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm his masih lemah dengan frekuensi jarang, pembukaan terjadi sangat lambat. b) Fase aktif di bagi tiga : (1) Fase akselerasi lamanya 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm. (2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 menjadi 9 cm. (3) Fase delerasi, pembukaanmenjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm. His tiap 3-4 menit selama 45 detik Fase-fase tersebut diatas
44
dijumpai pada primigravida. Pada multigravidapun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Kala 1 selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala 1 berlangsung kirakira 13 jam, sedangkan multigravida kira-kira 7 jam (Widia,2015) 2) Kala II Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah : (widia, 2015) a) Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.
45
b) Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain : (1) Membantu ibu untuk berganti posisi (2) Melakukan rangsangan taktil (3) Memberikan makanan dan minuman (4) Menjadi teman bicara/pendengar yang baik (5) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya. c) Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan dan kelahiran dengan cara : a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. b) Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan c) Melakukan
pendampingan
selama
proses
persalinan
dan
kelahiran. d) Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan ibu. e) Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his. f) Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II. g) Memberikan rasa aman dan nyaman dengan cara : a) Mengurangi perasaan tegang.
46
b) Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. c) Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong. d) Menjawab pertanyaan ibu. e) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya. f) Memberitahu hasil pemeriksaan. 8) Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu. 9) Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan. c. Kala III Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah : (Widia, 2015 1) Memberikan kesempatan pada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera. 2) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan. 3) Pencegahan infeksi pada kala III. 4) Memantau keadaan ibu ( tanda vital, kontraksi, perdarahan). 5) Melakukan kolaborasi / rujukan bila terjadi kegawatdaruratan. 6) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi. 7) Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III
47
d. Kala IV Adalah kala dimana 2 jam setelah lahirnya plasenta. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah : 1) Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keasaan normal. 2) Membantu ibu untuk berkemih. 3) Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan messase uterus. 4) Menyelesaikan asuhan awal bayi baru lahir. 5) Mengajarkan ibu dan keluarganya tentag tanda-tanda bahaya post partum
seperti perdarahan, demam, bau busuk dari
vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat. 6) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi, 7) Pendampingan pada ibu selama kala IV 8) Nutrisi dan dukungan emosional 10. Perubahan fisiologi pada persalinan a. Perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan,yang meliputi : (rohani, 2014) 1)
keadaan segmen atas dan bawah rahim pada persalinan : a) Pada kehamilan lanjut, uterus terdiri atas dua bagian yaitu segmen atas rahim (SAR) yang dibentuk oleh segmen bawah rahim (SBR) yang dibentuk oleh istmus uteri.
48
b) Kontraksi otot rahim mempunyai sifat yang khas yaitu : (1) Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi (Retraksi). (2) Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur-angsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim (SBR). (3) Sebagian dari isi rahim keluar dari segmen atas dan diterima oleh segmen bawah. (4) Jadi, segmen atas makin lama makin mengecil sedangkan segmen bawah makin diregang dan makin tipis dan isi rahim sedikit demi sedikit pindah ke segmen bawah. (5) Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, maka batas antara segmen atas dan bawah menjadi jelas dan akan membentuk lingkaran retraksi yang fisiologis. (6) Kalau segmen bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi yang fisiologi.
49
2) Perubahan pada bentuk rahim a) Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan
ukuran
melintang
maupun
muka
belakang
berkurang. b) Hal diatas dapat terjadi Karen ukuran melintang berkurang artinya tulang punggung menjadi lebih lurus dan denga demikian kutup atas anak tertekan pada fundus sedangkan kutub bawah ditekan kedalam PAP. 3) Perubahan pada serviks a) Agar bayi dapat keluar dari rahim maka perlu terjadi pembukaan dari serviks. b) Pembukaan dari serviks ini biasanya di dahului oleh pendataran dari serviks. c) Pendataran serviks adalah : pendekatan dan kanalis servikalis berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm,menjadi lubang saja dengan pinggir yang tipis. d) Pembukaan dari serviks adalah pembesaran dari OUE yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter menjadi lubag yang dapat dilalui anak kira-kira 10 cm diameternya. 4) Perubahan pada vagina dan dasar panggul a) Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina yang sejak kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa, sehingga dapat di lalui oleh anak.
50
b) Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding yang tipis. c) Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas. Dari luar peregangan oleh bagian depan Nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.(widia, 2015) 5) Perubahan pada tekanan darah a) TD meningkat selama kontraksi ( Sistolik rat-rata naik 15 ( 1020) mmHg. Diastole (5-10 mmHg). Antara kontraksi, TD kembali normal pada level sebelum persalinan. b) Rasa sakit,takut, dan cemas juga akan meningkatkan TD c) Ada beberapa faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer. Timbul tahanan perifer, tekana darah meningkat dan frekuensi denyut nadi melambat. Pada tahap pertama persalinan kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik dengan rata-rata 15 (10-20) mmHg dan kenaikan diastolic dengan rata-rata 5-10 mmHg. Oleh karena itu, pemeriksaan tekana darah diantara kontraksi member data yang lebih akurat. Akan tetapi, baik tekana sistolik maupun diastolic akan tetap sedikit meningkat di antara kontraksi. Wanita yang memang memiliki resiko hipertensi kini
51
resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi,seperti perdarahan otak.(widia, 2015) 6) Perubahan pada system metabolisme Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat secara berangsur.
Ditandai dengan dengan peningkatan suhu,nadi,
kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang. Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur disebabkan
karena
kecemasan,
dan
aktivitas
otot
skeletal.Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang. 7) Perubahan pada suhu tubuh a) Meningkat selama persalinan terutama selama dan segera setelah persalinan. b) Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh agak sedikit meningkat selama persalinan terutama selama dan segera setelah persalinan peningkatan ini jangan melebihi 0,5° C-1°C. 8) Perubahan pada detak jantung a) Detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi b) Antara kontraksi sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan
52
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam system vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persalinan. Ibu harus diberitahu bahwa ia tidak boleh melakukan manuver valsava (menahan napas dan menegakkan otot abdomen ) untuk
mendorong
selama
tahap
kedua.
Aktivitas
ini
meningkatkan tekanan intratoraks, mengurangi aliran balik vena dan meningkatkan tekana vena. Curah jantung dan tekana darah meningkat, sedangkan nadi lambat untuk sementara. Selama
ibu
melakukan
manuver
valsava,
janin
dapat
mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat wanita menarik napas. (widia, 2015) 9) Perubahan pada system pernafasan a) Terjadi sedikit peningkatan laju pernafasan dianggap normal b) Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis Sistem pernafasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik
(pH
meningkat),
hipoksia
dan
hipokapnea
(karbondioksida menurun), pada tahap kedua persalinan. Jika ibu
53
tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen. (Astri, 2014) 10) Perubahan pada sistem renal (Ginjal) a) Poliuria Penimgkatan filtrasi glomelurus dan peningkatan aliran plasma ginjal. b) Proteinuria yang sedikit dianggap biasa Pada trimester ke dua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi, kamdung kemih dapat teraba di atas simpisis pubis. Selama persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alas an: edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi , rasa tidak nyaman, sedasi dan rasa malu. Proteinuria + 1 dapat dikatan normal dan hasil ini merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan. Poliuria sering terjadi selama persalina, mungkin
disebabkan
oleh
peningkatan
kardiak
output,peningkatan filtrasi dalam glomelurus, dan peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yabg sedikit dianggap normal dalam persalinan. c) Perubahan pada sistem gastrointestinal (1) otilitas lambung dan absorpsi makanan padat berkurang (2) Pengurangan getah lambung berkurang
54
(3) Pengosongan lambung menjadi sangat lambat (4) Mual muntah biasa terjadi sampai ibu mencapai akhir kala I (5) Perubahan pada sistem hematologic Haemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml, selama persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pesca salin kecuali ada perdarahan postpartum (Astri, 2014). b. Peran bidan dalam memberikan asuhan kebidana persalinan normal Sesuai
keputusan
Mentri
Kesehatan
Republik
Indonesia
no.369/MENKES/SK/III/2007 tentang standard profesi bidan yaitu terdapat 9 standar kompetensi bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani
situasi
kegawatdaruratan
tertentu
untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. Berdasrkan keterangan diatas bidan memunyai kompetensi dalam melakukan asuhan prsalina normal. c. Asuhan Persalinan Normal Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah persalina yang bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi selama dan pasca persalina terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. APN bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan
55
intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (widia,2015). Dalam melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman sesuai APN maka dirumuskan 60 langkah APN (saiffuddin,2010) 1) Mendengarkan dan melihat adanya tanda persalinan kala dua. 2) Memastikan
kelengkapan
alat
pertolongan
termasuk
mematahkan ampul dan memasukkan alat suntik sekali pakai 3 ml dalam wadah partus set. 3) Memakai celemek plastic 4) Memastikan lengan tidak memakai perhiaan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. 6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set. 7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan dari vulva ke perineum. 8) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. 9) Dekontaminasi tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%.
56
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam batas normal. 11) Memberitahu ibu pembukaan suda lengkap dan keadaan janin baik,meminta ibu untuk meneran sesaat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada HIS, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). 13) Melakukan pimpinan meneran pada ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran. 14) Anjurkan ibu untuk jalan-jalan atau jongkok dengan nyaman, jika ibu merasa tidak ada dorongan untuk meneran selama 60 menit. 15) Meletakkan handuk bersih untuk mengeringkan bayi diperut ibu,jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 16) Letakkan underpat dibawah bokong ibu. 17) Membuka partus set dan melihat kembali kelengkapan alat dan bahan. 18) Memakai sarung tangan DTT
pada kedua tangan dan
meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
57
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu. 20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin. 21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara spontan. 22) Setelah kepala melakukan paksi luar, pegang secara biparietal. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi , dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah kepala arkus pubis kemudian gerakan kea rah atas dan distal untuk melakukan bahu belakang. 23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perenium ibu untuk menyangga kepala,lengan dan siku setelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelas atas. 24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyususri punggung ke
arah bokong dan tunkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah ( selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara lutut janin. 25) Melakukan penilaian selintas a) Apakah bayi menangis spontan b) Apakah bayi bernafas tanpa kesulitan
58
c) Apakah bayi bergerak aktif 26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka,kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk bersih dengan handuk atau kain yang kering dan membiarkan bayi diatas perut. 27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi kedua. 28) Memberitahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik. 29) Setelah waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian luar (dilakukan aspirasi sebelum disuntikkan). 30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dan klem pertama. 31) Menggunakan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem tersebut, mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan ampul simpul kunci pada sisi lainnya.
59
32) Melakukan IMD selama 1 jam, menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi. 33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. 34) Meletakkan satu tangan diatas kain perut ibu, di tepi simpisis untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat. 35) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso cranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengurangi prosedur. 36) Melakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu untuk meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas mengikuti poros jalan lahir ( tetap lakukan penekanan dorso cranial). 37) plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah terjadinya robekan selaput ketuban. 38) Segera setelah plasenta lahir, melakukan massase pada fundus uterus dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler
60
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus terasa keras). 39) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan memasukkan ke dalam kantong plastic yang tersedia. 40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi luas dan menyebabkan pendarahan 41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan. 42) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 43) Pastikan kandung kemih kosong 44) Mengajari ibu dan keluarga cara massase uterus dan menilai kontraksi. 45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik. 47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik. 48) Tempatkan semua peralatan di larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi.
61
49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 50) Membersihkan
ibu
dengan
menggunakan
air
DTT.
Membersihkan sisa cairan ketuban, lender darah. Bantu ibu memakai pakain bersih dan kering. 51) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga membantu apabila ibu ingin minum. 52) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5% 53) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya kedalam larutan klorin 0,5%. 54) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 55) Pakai sarung tangan bersih untuk melakukan periksaan pada bayi. 56) Setelah 1 jam beri tetes mata, atau salep mata profilaksis infeksi, vitamin k1 1 mg dengan IM di paha kiri bawah laternal. Pemeriksaan fisik bayi dilakukan setiap 15 menit. 57) Setelah 1 jam pemberian vitamin K berikan imunisasi hepatitis B. 58) Lepaskan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 59) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
62
60) Melengkapi partograp dan melakukan pemantauan kala IV selama 2 jam. B. Tinjauan Islami
Ketika wanita sedang hamil, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai suatu langkah awal untuk menjamin anak yang ada di dalam kandungan agar senantiasa berada dalam keadaan sehat dan seterusnya menuju ke arah mendapatkan anak yang soleh atau soleha. Dalam perspektif islam, disamping usaha-usaha lahiriyah, doa memegang peranan penting dan sangat menentukan dalam menghadapi berbagai problrm kehidupan. Persiapan persalinan itu meliputi persiapan fisik, psikologis dan sosial. Tetapi dalam islam itu dimaknakan sebagai kekuatan ima. Pada saat persalinan ibu harus berjuang menahan rasa sakit yang amat sangat, dan alangkah sia-sianya apabila perjuangan itu berlalu begitu saja tanpa dimanfaatkan sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Seorang ibu yang akan berjuang (Melahirkan) tentunya harus mutlak tergantung kepada pertolongan Allah, sedangkan para bidan atau dokter hanya membantu saja, maka disinilah nilai tambah dari persalinan islami. Proses persalinan akan dialami dengan menggantungkan harapan pada Allah. Dzikir dan doa akan menguatkan jiwanya dan disisi lain kebaikan serta pahala akan dia dapatkan.
63
Firman Allah dalam Al-Qur’an, Surat Al-Hajj : 5 : “ Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur) maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah,kemudian dari tetes mani, kemudian dari segumpal darah kemudian dari segumpal gading yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan sebagai bayi,kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai ikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi belum kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbu-tumbuhan yang indah (Al- Qur’an, surat Al-Hajj :5).
Sepenggalan ayat diatas, menjelaskan konsep kelahiran manusia yaitu janin yang dikandung ibu dalam rahimnya hakikatnya telah Allah SWT tentukan waktu persalinannya hingga lahirlah seorang bayi yang suci. Dia yakin Allah yang menentukan pada hari apa,
jam berapa
anaknya akan lahir, hingga kepasrahan dirinya membuat otot-otot jalan lahir menjadi relaksasi untuk bisa dilalui oleh janin dan hormon-hormon persalinan menjadi sangat maksimal untuk berfungsi, sedangkan hormon adrenalin yang membuat ibu menjadi tegang dan labil akan tertekan C. Teori manajemen varney
1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode
untuk
mengorganisasikan
pikiran
dan
tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
64
rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien (varney, 2007). 2. Tahapan menejemen kebidanan tahapan
menejemen
terdiri
dari
tujuh
langkah
yang
berurutan
(varney,2007). Langkah 1 : pengumpulan data Langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan baik primer maupun sekunder melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik langsung meliputi: a. Data subyektif 1) Identitas yang dikaji meliputi: nama klien dan suami atau penanggung jawab,umur,agama,suku bangsa,pendidikan,pekerjaan dan alamat. Bertujuan untuk menetapkan identitas pasien karena mungkin memiliki kesamaan. 2) Keluhan utama merupakan alasan utama klien untuk dating ke pelayanan kesehatan 3)
Riwayat pernikahan: Nikah berapa kali, usia saat menikah dengan suami, status pernikahan, dan lama pernikahan,yang bertujuan untuk mengetahui apakah ibu memiliki faktor resiko.
4) Riwayat menstruasi: umur menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi, banyak darah yang keluar, nyeri saat haid atau tidak, hari pertama haid terakhir (HPHT) dan hari perkiraan lahir (HPL)
65
yang bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosis persalinan normal dari siklus haidnya. 5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu yang dikaji adalah fisiologi jarak kehamilan dengan persalinan,usia kehamilan aterm, jenis persalinan yang bertujuan untuk menentukan ukuran panggul dan adanya riwayat persalinan dengan tindakan, penyulit yang bertujuan untuk mengetahui penyulit persalinan yang pernah dialami
ibu,nifas
yang
lalu
kemungkinan
adanya
keadaan
lochea,laktasi berjalandengan normal atau tidak serta keadaan anak sekarang. 6) Riwayat persalinan sekarang: mulai kontraksi atau kenceng-kenceng sejak kapan, pukul berapa. 7)
Riwayat kehamilan sekarang : hari pertama haid terakhir (HPHT), hari perkiraan lahir (HPL), selama hamil periksa dimana, berapa kali melakukan antenatal care (ANC), keluhan yang menyertai kehamilan pada setiap trimester I-III, pergerakan janin pertama kali dirasakan pada umur kehamilan berapa, pergerakan janin dalam setiap 24 jam terakhir, riwayat status imunisasi tetanus toxoid (TT).
8)
Riwayat kontrasepsi: jenis alat kontrasepsi yang pernah dipakai, berapa lama pemakaian alat kontrasepsi, keluhan selama pemakaian alat kontrasepsi.
9) Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang : apakah ibu mempunyai riwayat penyakit sistemik atau bersifat menurun misalnya jantung,
66
diabetes militus, hipertensi, dll. Apakah mempunyai riwayat penyakit menular dan kronis misalnya TBC atau mempunyai penyakit yang serius sehingga harus dirawat dirumah sakit. 10) Riwayat penyakit keluarga : apakah dalam keluarga ibu atau suaminya
mempunyai
keturunan
penyakit
sistemik,penyakit
menular atau keturunan kembar yang bertujuan agar dapat mewaspadai apakah ibu juga berkemungkinan menderita penyakit tersebut. 11) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari: nutrisi (makan terakhir bertujuan untuk mengetahui persiapan tenaga ibu untuk persalinan), eliminasi (BAB dan BAK terakhir bertujuan untuk mengetahui apakah ada penghambat saat proses persalinan berlangsung), aktivitas, istirahat dan personal hygiene. 12) Riwayat psikososial spiritual: menannyakan apakah ibu dan suami tinggal dirumah sendiri atau dirumah mertua, hubungan dengan mertua, hubungan dengan tetangga atau masyarakat sekitar rumah, Apakah kehamilan sekarang ini diharapkan atau tidak, tanggapan suami dan keluarga terhadap kehamilan sekarang, kesiapan mental ibu, apakah ibu selalu taat dalam menjalankan ibadahnya atau tidak. (Sofian, 2012)
67
b. Data obyektif 1) Pemeriksaan umum : meliputi keadaan umum, kesadaran ibu, ibu tampak kesakitan atau tidak. 2) Pemeriksaan fisik: meliputi inspeksi, palpasi, perkusi,auskultasi a) Kepala: bentuk kepala dan keadaan rambut b) Muka : bentuk muka, odema, ada tidaknya kloasma gravidarum. c) Mata: konjungtiva pucat atau normal, warna pada sclera putih atau kuning d) Mulut dan gigi: sariawan atau tidak, kering atau basah,kelainan bentuk tidak, caries tidak,mukosa bibir bersih atau tidak,gigi palsu ada atau tidak, berbau atau tidak. e) Leher: ada atau tidak pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, ada pelebaran atau tidak pada vena jugularis. f) Payudara: bentuk payudara simetris atau tidak, keadaan puting, ada hiperpigmentasi pada areola mamae tidak, pengeluaran kolostrum sudah atau belum. g) Abdomen: bentuk abdomen, ada atau tidaknya bekas luka jahitan operasi, ada striae gravidarum, pembesaran perut sesuai umur kehamilan tidak, ada kontraksi uterus terutama saat muncul HIS. h) Vagina: ada atau tidak tanda-tanda infeksi, varises, odema, keluar lender darah, ada atau tidak bekas luka jahitan perineum. i) Ekstremitas: odema, varises, perkusi lutut
68
3) Pemeriksaan obstetric a) Palpasi (1) Leopold I: untuk mengukur tinggi fumdus uteri, apakah sesuai dengan masa gestasi atau umur kehamilan aterm (3740 minggu) dan meraba pada bagian fundus apakah teraba kepala atau bokong, dll. (2) Leopold II: untuk menentukan letak punggung janin berada di sebelah kanan atau kiri (3) Leopold III: untuk menentukan bagian terendah janin (4) Leopold IV: untuk menentukan apakah kepala janin sudah masuk panggul belum. (5) Mengukur taksiran berat janin (TBJ). TBJ = (tinggi Fundus Uteri (TFU) – n) x 155=...gram *n=jika kepala belum masuk panggul dikurangi 12 atau jika sudah masuk panggul dikurangi 11 b) Auskultasi :punctum maksimum ada di perut kiri atau kanan bawah pusat, denyut jantung janin (DJJ) terdengar 120-160 x/menit,frekuensi teratur. c) pemeriksaan dalam (Vagina Toucher pemeriksaan dalam yang dinilai adalah keadaan serviks, pembukaan, keadaan ketuban, presentasi dan posisi, adanya caput atau molase, bagian menumbung atau terkemuka, dan
69
kapasitas panggul (bentuk promontorium,
linea inominata,
sacrum, dinding samping panggul, spina ischiadika, coksigis dan arcus pubis> 90 derajat). d) Pemeriksaan penunjang e) Pemeriksaan laboratorium meliputi: (1) Kadar HB (Hemoglobin) = > 11 g/dL (2) Urine, untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine. Pada klien dengan kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif. (3) Golongan darah = A/B/O/AB (4) HbsAg = negatif (-) atau (+) Langkah II: Intrepretasi data dasar Langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan klien berdasarkan intepretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan . a. Diagnosis kebidanan diagnosis setiap kala persalinan berbeda dan diagnosaditetapkan bertujuan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan. Untuk persalinan normal dapat ditegakkan dengan mengetahui HPHT serta menentukan taksiran ppersalinan dan mengetahui gerakan janin pertama kali dirasakan dan mengetahui gerakan janin pertama kali dirasakan dan dirawat pemeriksaan ANC lainnya.
70
b. Masalah masalah merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. Masalah yang biasanya timbul yaitu ibu merasa cemas dan gelisah menghadapi persalinan. c. Kebutuhan disesuaikan dengan adanya masalah, seperti : 1)
Berikan ibu dukungan psikologis
2)
Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu saat persalinan
3)
Lakukan episiotomy untuk mempercepat kala II dan bila terjadi gawat janin
4)
Jahit laserasi akibat episiotomy
5)
Berikan ibu rasa nyaman dengan membersihkan dan mengganti pakaian ibu
6)
Penuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu
langkah III: Diagnosa potensial Lagkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnose atau masalah potensial yang dapat terjadi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati pasien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. langkah IV: Antisipasi
71
Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera dilakukan oleh bidan atau untuk konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap penyimpangan abnormal. langkah V: Perencanaan Merupakan pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya (varney,2007). a.
Kala I 1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam dan tanda vital 2) Menganjurkan ibu untuk dapat tidur miring kiri 3) Meminta suami atau keluarga untuk mendampingi ibu 4) Memberi ibu dukungan emosional dan spiritual 5) Mengajarkan ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri saat kontraksi 6) Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi 7) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan buang air kecil (BAK) 8) Memberitahu ibu bahwa setiap 30 menit akan dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ), kontraksi rahim dan nadi 9) Memberitahu ibu bahwa setiap dua jam akan dilakukan pemeriksaan suhu tubuh ibu 10) Memberitahu ibu bahwa setiap empat jam akan dilakukan pemeriksaan dalam dan tekanan darah
72
11) Menyiapkan alat partus set. Resusitasi bayi,pakaian ibu dan pakaian bayi 12) Melakukan observasi kemajuan persalinan sesuai lembar partograf 13) Melakukan pendekomentasian dan melengkapi lembar partograf b. Kala II 1) Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap 2) Mendekatkan alat partus set 3) Menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dalam persalinan 4) Memeriksa DJJ saat tidak ada kontraksi 5) Memberitahu ibu asupan nutrisi 6) Memimpin ibu meneran c.
Kala III 1) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi kedua 2) Menilai bayi apakah stabil,jika tidak, rawat segera
d. Manajemen aktif kala III: 1) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin 2) Memberikan oksitosin 3) Melakukan PTT 4) Lahirkan plasenta dengan mengikuti kurva jalan lahir 5) Memeriksa kelengkapan plasenta 6) Masase fundus uteri ibu dan pastikan kontraksi uterus keras dan baik 7) Mengajarkan ibu dan keluarga massase fundus uteri yang baik dan benar
73
e. Kala IV kala IV merupakan pengawasan observasi selama dua jam setelah bayi baru lahir dan plasenta lahir untuk memantau keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum (Manuaba, 2010). 1) Lakukan rangsangan taktil (massase fundus uteri) setelah plasenta lahir 2) Memeriksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum 3) Memantau dan memeriksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uterus (TFU), urin, jumlah kehilangan darah secara menyeluruh setiap 15 menit pada satu jam terakhir 4) Merapikan dang anti baju ibu 5) Membereskan alat bekas pakai dan dekontaminasi dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 6) Dokumentasikan asuhan dan temuan selama persalinan kala IV dibagian belakang partograf f. Langkah VI : melaksanakan perencanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan secara efisien dan aman. Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, serta tim kesehatan lainnya. g. Langkah VII: Evaluasi Langkah ini dilakukan evaluasi ke efektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
74
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis . h. Teori Pendokumentasian Soap Dokumentasi merupakan catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan pengobatan pada pasien, pendidikan pasien dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan (mufdilah,2009). Pendekomentasian data perkembangan kondisi klien, SOAP disarikan dari proses
pemikiran
penatalaksanaan
kebidanan
dipakai
untuk
mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai catatan kemajuan atau perkembangan(Mufdilah, 2009) 1) Subyektif Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen varney langkah pertama (pengumpulan data yang dproleh melalui anamnesa. Ekspresi pasien mengenai ke khwatiran dan keluhannya yang di catat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis atau analisa yang akan disusun (Mufdilah, 2009). 2) Objektif Data objektif dalam metode SOAP juga merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan yang mengacu langkah pertama varney ( pengkajian data ) yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung analisa. Pada pengkajian data objektif, data yang dproleh melalui hasil observasi dari pemeriksaan fisik,pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik
75
lain. Catatan medik dan informasi dari informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif (Mufdilah, 2009) 3) Analisa Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan yang mengacu pada langkah kedua, ketiga, dank ke empat menurut Varney. Analisa juga merupakan hasil interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif sehingga memuat hal-hal berikut ini : diagnose masalah kebidanan,
diagnose
atau
masalah
potensial
serta
perlunya
mengidentifikasikan kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi masalah potensial. Kebutuhan tindakan segera harus di identifikasi karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan sehingga ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Sehingga diperlukan tindakan mandiri, kolaborasi dan rujukan sesuai kewenangan dokter (Mufdilah, 2009) 4) Penatalaksanaan Penatalaksanaan
dalam
metode
SOAP
merupakan
gambaran
pendokumentasian implementasi dan evaluasi (langkah kelima,keenam, dan ketujuh) dalam manajemen kebidanan Varney. Penatalaksanaan yang diberikan harus sesuai rencana yang telah disusun dalam rangka mengatasi masalah pasien. Penatalaksanaan tindakan harus disetujui pasien sehingga dalam prosesnya pasien harus dilibatkan. Bila kondisi pasien berubah analisis juga berubah, maka
rencana
asuhan maupun implementasinya pun
kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan.
76
Sesuai
Keputusan
Mentri
No.938/Menkes/SK/VII/2007
Kesehatan
tentang
standard
Republik
Indonesia
asuhan
kebidanan,
penatalaksanaan yaitu mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif. Tindakan segera,tindakan komprehensif seperti penyuluhan ,dukungan (Kepmenkes No. 938 tahun 2007).
77
D. Kerangka Alur pikir
( kehamilan aterm ) kehamilan 37 – 37 – 40 40 minggu
Tanda Persalinan
Syarat Persalinan
Kontraksi teratur dan kuat dengan interval yang semakin singkat Keluar lendir darah Dilatasi servuks
Tidak ada riwayat SC, tidak ada perdarahan pervaginam, persalinan aterm ( UK 37 – 37 – 40 40 mg ), ketuban tidak pecah disertai mekonium yang kental, ketuban tidak pecah lebih dari 12 jam, ketuban pecah pada persalinan aterm, ( UK 37 37 – 40 minggu ), tidak anemia berat, tidak ada tandatanda infeksi, tidak preeklampsia ( HT dalam kehamilan ), TFU kurang dari 40 cm atau lebih, tidak ada gawat janin, primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin 1/5, presentasi kepala, tidak ada syok, presentasi tunggal, kehamilan tunggal dan tidak ada tali pusat yang menumbung
Penyulit Persalinan
Kala I dan II : fase aktif dan laten memanjang, malposisi, KPD, Kelainan dan HIS Kala III dan IV : penyulit Kala III, atonia uteri, retensio plasenta, emboli air ketuban, robekan jalan lahir
Tidak Terpenuhi
Terpenuhi
Asuhan Sayang Ibu dan Bayi Kala 1 1. Memperlakukan ibu sesuai martabat 2. Member dukungan moril kepada ibu 3. Memberikan asuhan yang sesuai standard 4. Pada bayi saat lahir langsung diletakkan diperut ibu dan dilakukan IMD
Rujuk
Proses Persalinan
SC, ekstraksi vakum
KALA I
KALA II
KALA III
Sumber : Sarwono 2009,BPPPKMN, 2010
KALA IV
78
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Studi Kasus
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Dengan menggambarkan keadaan Ny. S dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang keadaan Ny. S secara obyektif. Sedangkan studi kasus sendiri adalah suatu penyelidikan intensif tentang Ny. S secara individu atau unit sosialnya secara detail. B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Klinik Pratama hikma Husada. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan april 2017 pukul 17.00 WIB sampai dengan tanggal 11 april 2017 pukul 14.25 WIB C. Subjek Kasus
Subjek yang diambil pada penelitian ini yaitu Ny. S usia 22 tahun G 1P0A0 ibu bersalin dengan persalinan normal di ruang bersalin Klinik Pratama Hikmah Husada. D. Jenis Data
Teknil pengumpulan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer a. Pemeriksaan fisik b. Anamnesa dilakukan pada responden yaitu Ny. S beserta keluarganya.
79
2. Data Sekunder Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan cara mengambil dari rekam medic / status klien, buku KIA ibu, buku, jurnal atau hasil penelitian terdahulu mengenai Asuhan Ibu Bersalin normal E. Alat dan Metode Pengumpulan data
1. Alat dan Bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain : a. Format pengkajian ibu bersalin b. Buku tulis c. Status atau catatan pasien d. Lembar observasi Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan pemeriksaan antara lain: a. Stetoskop b. Tensi meter c. Thermometer d. Sarung tangan steril e. Kapas DTT f. Jam tangan g. Doppler h. Partus set i.
Heating set
80
j.
Infuse set
k. Obat (lidocain dan oxitosin) F. Rencana Jalannya Studi Kasus
Jalannya penelitian ini meliputi 3 tahap yaitu : 1. Tahap persiapan a. Meminta izin kepada ruangan untuk melakukan penelitian sesuai dengan judul yang telah ditentukan b. Mendiskusikan terkait dengan masalah yang sudah ditentukan dan menentukan subyek yng akan dilakukan penelitian. c. Mengambil 1 orang sesuai dengan masalah yang sudah ditentukan yaitu ibu bersalin normal d. Memperkenalkan kepada klien dan menyampaikan maksud dan tujuan serta memberikan surat persetujuan untuk dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk melengkapi data penelitian sesuai dengan kasus. e.
Peneliti mencocokan dengan data yang ada di rekam medis dan buku KIA
f.
Melakukan observasi kepada pasien dan mengikuti semua tindakan sesuai SOP Klinik dan mencatatnya pada format data perkembangan sampai proses persalinan selsai.
81
g. Mengola data sesuai dengan kriteria penelitian yaitu : 1) Kala I a) Melakukan informed consent b) Pemeriksaan ANC mencakup ( pemeriksaan fisik head to toe dan pemeriksaan vaginal toucher ). c) Melakukan observasi kemajuan persalinan d) Menjelaskan proses persalinan yang akan berlangsung e) Memenuhi kebutuhan ibu bersalin f) Memberikan kebutuhan psikologis bagi ibu bersalin seperti, dukungan moral, fisik, mental dan spiritual 2) Kala II a) Melihat gejala tanda-tanda kala II b) Menyiapkan pertolongan persalinan c) Melakukan
pemeriksaan
vaginal
toucher untuk
memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk memantau proses bimbingan meneran e) Melakukan pertolongan kelahiran bayi f) Melakukan penanganan bayi baru lahir 3) Manajemen Aktif Kala III a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
82
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan satu tangan dan tangan yang lain , kemudian menekan uterus kearah lumbal dan kepala ibu (dorongan dorsocranial ). c) Massase fundus uteri 4) Asuhan dan Pemantauan Kala IV a) Memperhatikan estimasi kehilangan darah b) Memeriksa perdarahan dari perineum c) Pencegahan infeksi berhubungan dengan dekontaminasi d) Pemantauan keadaan umum pasien selama 2 jam pertama pasca persalinan G. Rencana Jalannya Studi Kasus
Analisa data yang digunakan menggunakan analisis kualitatif, dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai data diproleh hasilnya dengan maksimal sehingga dapat dianalisa dari hasil pengkajian data terseut (Sulistyaningsih, 2011). 1. Reduksi data Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan dan mengelompokkan data-data yang telah direduksi sehingga mempermudah peneliti untuk mencari data sewaktu-waktu. 2. Penyajian data Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan
83
pengambilan tindakan. Bentuk pengambilan data berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan dan matriks, grafik, jaringan, informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah didapatkan sehingga mempermudah dalam penarikan kesimpulan analisis kembali. 3. Penarikan simpulan Setelah disajikan maka dilakukan penarikan kesimpulan, penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan reduksi data dan penyajian data yang merupakan atas masalah yang diangkat penelitian. H. Etika Penelitian
Penelitian dengan memperhatikan etika-etika dalam melakukan penelitian. Menurut Sulistyaningsih (2011 ) ada beberapa etika dalam penelitian yaitu : 1. Menjamin kerahasian responden Penulis akan menjamin kerahasian responden dengan cara tidak mencantumkan nama responden dalam penyajian hasil penelitian. 2. Menjamin keamanan responden Penelitian menjamin keamnan responden dan penelitian tidak akan membahayakan fisik maupun fsikologi responden. 3. Mendapat persetujuan dari responden Sebelum penelitian terlebih dahulu meminta ijin pada responden penelitian menjelaskan tujuan dilakukan penelitian ini. Peneliti tidak akan memaksa responden apabila menolak untuk dijadikan responden dalam penelitian ini.
84
4. Bertindak adil Bertindak adil diterapkan khususnya untuk penelitian yang memberikan perlakuan berbeda kepada tiap responden
85
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Klinik Pratama Hikmah Husada
terletak di Jl. Ngawen
No.2011, kampung, Ngawen, kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Klinik Pratama Hikmah Husada tidak hanya melayani ibu hamil dan bersalin, tetapi juga melayani pasien umum lainnya dengan semua keluhan terkait kesehatan dan jika keluhan tersebut bisa dilatasi di klinik. Klinik Pratama ini memiliki satu kamar pemeriksaan khusus untuk pemeriksaan ANC, satu kamar bersalin yang didalamnya terdapat 2 bed yakni satu bed ginecology, satu bed bersalin. Selain kamar bersalin dan pemeriksaan juga ada tiga kamar ibu nifas, 9 kamar untuk rawat inap,6 unuk pasien rawat inap BPJS, 3 untuk rawat inap
umum,
1
ruang
pemeriksaan
umum
(UGD),
1
ruang
laboratorium, 1 ruang pemeriksaan gigi dan tempat obat dan terdapat 4 kamar mandi, masing-masing satu untuk ibu nifas dan rawat inap pasien BPJS dan UMUM. Klinik Pratama Hikmah Husada memiliki Struktur pengelola yakni seorang direktur, satu dokter pelaksana harian, dokter gigi,seorang apoteker, tiga bidan, 3 perawat, satu pengelola gizi dan seorang cleaning service
86
B. Gambaran Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam karya tulis ilmiah ini adalah pasien dalam tandatanda persalinan kemudian di bawah ke ruang bersalin yang bernama Ny. S usia 22 tahun pendidikan terakhir SMP dan pendidikan terakhir suami juga SMP, suami pasien benama Tn. T usia 35 tahun, sama-sama beragama islam, pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga sedangkan suami sebagai wiraswasta tinggal di kampung kidul ngawen. Pasien memilih Klinik Pratama Hikmah Husada sebagai tempat bersalin dikarenakan tempatnya yang terjangkau. Sebelumnya ibu telah melakukan pemeriksaan antenatal di Klinik Pratama Hikmah Husada, dalam pemeriksaan tersebut di dapatkan kehamilan ibu normal dan umur kehamilan sudah 38 minggu lebih 3 hari. C. Hasil Penelitian
1. Kala I ( 10 April 2017 Pukul 17.00 WIB ) Pengkajian data dilakukan pada hari Senin tanggal 10 April 2017 pukul 17.00 WIB di ruang bersalin Klinik Pratama Hikmah Husada Gunung
Kidul.
Sumber
informasi
diperoleh
melalui
wawancara,
pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi dari buku KIA ibu. Data subyektif yang didapatkan Ibu mengatakan kenceng-kenceng sejak pukul 15.00 WIB tapi masih jarang, kemudian peneliti melakukan wawancara kepada pasien dan didapatkan hasil antara lain yaitu HPHT ibu tanggal 7 juli 2016 HPL 22 april 2017 sehingga usia kehamilan ibu sekarang 38 +3 minggu, ibu mengatakan merasa cemas karena ini merupakan kehamian pertamanya.
87
Data Obyektif didapatkan hasil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 36,2°C,kontraksi 3x/10” lama 25 detik. Pada pemeriksaan Leopold didapatkan hasil bagian teratas janin adalah bokong,TFU 28 cm sehingga TBJ janin adalah 2635 gram,perut bagian kiri ibu teraba punggung janin,bagian terbawa janin adalah kepala dan sudah masuk panggul,auskultasi djj didapatkan 140x/menit,gerakan janin aktif. Tanggal 10 april 2017, pukul 17.10 WIB dilakukan pemeriksaan genetalia dengan hasil pemeriksaan dalam yakni vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio lunak tipis, pembukaan 4 cm, selaput ketuban utuh, STLD (-),penurunan kepala 2/5. Analisa kasus ini adalah Ny.S usia 22 tahun G 1P0A0 umur kehamilan
38+3 minggu
dalam
persalinan
Kala
I
fase
aktif.
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu memberikan penguatan kepada ibu dengan mengajarkan ibu untuk membaca doa saat persalinan “Hasbunallah Wani’mal wakilu tawakkaltu alallahi tawakkalna”, mengajari ibu tekhnik relaksasi nafas yang baik yaitu menarik nafas dalam lewat hidung dan menghembuskannya lewat mulut . Hasilnya, ibu sudah terlihat tenang dan dapat mengikuti apa yang diajarkan, menganjurkan kepada suami untuk selalu mendampingi dan memberikan dukungan kepada ibu. Pemeriksaan dalam kedua dilakukan pada tanggal 10 April 2017 Pukul 21.00 WIB ibu mengatakan merasakan dorongan ingin meneran yang tak tertahankan,kontraksi 5x/10” lama >40 detik, hasil dari
88
pemeriksaan dalam tersebut didapatkan hasil vulva uretra tenang, dinding vagina licin dan tidak ada rugae, portio tipis, pembukaan 7 cm, tidak ada moulase tidak ada penyusupan, selaput ketuban utuh, lendir darah (+), penurunan kepala 3/5, DJJ 145x/menit, kandung kemih kosong, ibu baru saja BAK . Petugas memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah 7 cm sudah dalam fase aktif, menganjurkan kepada ibu untuk tidak mengejan dulu sebelum pembukaan lengkap karena dapat menyebabkan jalan lahir bengkak, observasi KU,
vital sign ibu
dilanjutkan, dan pemantauan kesejahteraan janin setiap 30 menit. Bidan menganjurkan kepada suami untuk memberikan makan dan minum kepada ibu pada saat ibu tidak ada kontraksi, untuk menambah energy dan mencegah dehidrasi saat mengejan dan memberikan dukungan moral, fisik, mental, spiritual, dan menjelaskan ibu harus tenang dan sabar. Selama pemantauan kala 1 terjadi peningkatan kontraksi dari 4x/10 menit dengan durasi 30 sampai 40 detik meningkat sampai dengan 5x/10 detik dengan durasi lebih dari 40 detik. Selain peningkatan kontraksi terjadi juga peningkatan suhu yaitu dari 36,2°C sampai dengan 36,7°C kemudian ibu juga mengalami perubahan pada sistem pernapasan dimana pernapasan meningkat dari 20x/menit sampai dengan 25x/menit. Ibu juga terlihat mengalami perubahan emosi dimana ibu memperlihatkan ketakutan atau kecemasan dengan mengajukan banyak pertanyaan dan sangat waspada terhadap sekelilingnya, tanpak lepas control saat merasakan nyeri hebat, kesakitan, menjerit dan tidak merespon pertanyaan
89
yang diberikan petugas namun masih bisa kooperatif dengan saran yang diberikan oleh petugas. 2. Kala II ( Tanggal 10 April 2017 pukul 22.00 WIB ) Data subyektif yang didapatkan pada kala II yaitu ibu mengeluh ingin mengejan seperti akan BAB dan ibu terus saja mengejan, tidak dapat kooperatif dengan petugas. Pada pukul 22.00 WIB, DJJ 150x/menit, kontraksi 5x/10 menit >40 detik, kemudian dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan lengkap 10 cm, selaput ketuban utuh, penunjuk UUK, tidak ada moulase, penurunan kepala 4/5. Petugas memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan boleh mengejan. Hasil pengkajian maka dianilisa bahwa Ny.S usia 22 tahun G 1P0A0 umur kehamilan 38 +3 minggu dalam persalinan Kala II. Petugas memakai APD, mendekatkan partus set dan melakukan amniotomi terlebih dahulu dengan ½ kokher ketika kontraksi menurun, setelah air ketuban keluar seluruhnya kemudian petugas memimpin ibu untuk mengejan ketika ada kontraksi yaitu petugas meminta bantuan kepada suami untuk menyangga punggung ibu sehingga
posisi ibu
setengah duduk, kemudian menganjurkan suami untuk memberikan minum kepada ibu, kemudian petugas memimpin ibu untuk meneran ketika ada dorongan yang kuat untuk meneran dengan cara menarik nafas panjang dan mengeluarkan semua tenaganya untuk meneran dengan posisi kepala menekuk dada dan mata melihat kearah perut tanpa mengeluarkan suara, saat kontraksi menurun lagi petugas memeriksa djj. Saat kepala bayi
90
telah berada di vulva tangan kanan menahan perineum dengan duk steril dan tangan kiri melindungi kepala agar tidak terjadi defleksi dan membantu lahirnya kepala, saat kepala lahir petugas memeriksa adanya lilitan tali pusat setelah dipastikan tidak ada tali pusat yang melilit petugas menunggu kepala janin melakukan putaran paksi luar, setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar kemudian tangan petugas dengan posisi biparietal kemudian petugas menganjurkan ibu untuk meneran jika ada kontraksi sambil tangan petugas menggerakkan kepala bayi kerarah bawah sehingga bahu bayi muncul dibawah arkus pubis lalu menggerakkan kepala bayi kearah atas untuk melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir petugas menggeser tangan yang berada dibawah kearah perinium ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah, setelah tubuh dan lengan bayi lahir kemudian petugas melakukan sanggah susur sehingga keluarlah badan janin seluruhnya. Bayi lahir pukul 22.25 WIB JK : perempuan BB : 2600 gram, PB : 47 cm, lila : 10 cm, LD/LK : 30/31
kemudian petugas melakukan penilaian bayi cukup bulan, bayi
menangis kuat dan tonus otot kuat, sambil mengeringkan badan bayi petugas memeriksa adanya janin kedua, hasilnya tidak ada janin kedua. 3. Kala III ( Tanggal 10 April 2017 pukul 22.30 WIB ) Data subyektif yang ditemukan oleh peneliti pada Kala III yaitu ibu mengatakan bahwa perutnya mules. Keadaan umum ibu baik, perdarahan 150 cc, kontraksi keras, pada genitalia terdapat tali pusat, terdapat tandatanda pelepasan plasenta perut teraba globuler, tali pusat bertambah
91
panjang, ada semburan darah tiba-tiba. Dari pengkajian data dapat dianalisa bahwa Ny.S usia 22 tahun P 1A0Ah1 dalam persalinan kala III. Penatalaksanaan pada kala III dilakukan manajemen aktif kala III yaitu melakukan pemeriksaan pada perut ibu bahwa janin tunggal kemudian dilakukan penyuntikan oxytosin 10 unit secara IM di 1/3 paha atas bagian luar. Bidan melakukan penjepitan tali pusat menggunakan 2 buah klem, klem pertama 3 cm dari umbilicus, klem kedua dipasang 2 cm dari klem ke-2 dan memotong tali pusat diantara kedua klem 2 menit setelah bayi lahir. Kemudian langkah berikutnya bidan melakukan IMD selama 1 jam menyelimuti bayi dan memakaikan topi. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva dan meletakkan tangan kiri diatas perut ibu, ditepi atas simpisis, tangan kanan menegangkan tali pusat. Setelah uterus berkontraksi, bidan menegangkan tali pusat kearah sejajar dengan lantai mengikuti poros jaan lahir sambil tangan kiri mendorong uterus kearah belakang atas (dorsocranial), memindahkan klem 5 cm dari dari vulva setelah tali pusat tampak memanjang. Saat plasenta muncul di introitus vagina bidan melahirkan plasenta dengan kedua tangan memegang dan memutar plasenta searah jarum jam hingga selaput ketuban terpilin keludian melahirkan plasenta ( plasenta lahir spontan pukul 22.35 WIB ), tidak ada kotiledon yang tertinggal. Setelah plasenta lahir, masasse uterus selama 15 detik, hasilnya uterus teraba keras , kontraksi baik.
92
4. Kala IV ( Tanggal 10 April 2017 Pukul 22.36 WIB Ibu mengatakan merasa mules, dari pemeriksaan didapatkan KU baik, uterus keras, kontraksi baik, TFU 2 jari bawah pusat, perdarahan 100 cc, perineum rupture derajat II, Vital Sign TD : 110/70 mmHg, suhu 36,7°C, Nadi 80x/menit, pernapasan 22x/menit. Sehingga analisa pada kasus Ny.S adalah Ny.S usia 22 tahun P1A0Ah1 dalam persalinan kala IV. Penatalaksanaan asuhan persalinan kala IV bidan melakukan penjahitan luka perineum derajat II, membereskan alat, membersihkan ibu, dan merapikan ibu. Setelah 1 jam IMD bayi kemudian diambil dan dilakukan pemeriksaan fisik, antropometri, termoregulasi, profilaksis vitamin K, salep mata, dan perawatan BBL. Setelah itu menyerahkan bayi kepada ibu untuk disusui dibantu suami, memberikan selamat kepada ibu dan suami atas kelahira bayinya , mengajari ibu posisi menyusui yang benar, memberikan KIE perawatan BBL, dan imunisasi kepada ibu dan suami, memberikan KIE nutrisi untuk proses penyembuhan luka dan produksi ASI, mengajari ibu dan suami tekhnik masasse fundus uteri, menjelaskan kepada ibu dan suami untuk mengenali tanda bahaya masa nifas, menjelaskan kepada ibu mengenai masalah psikologi yang mungkin akan dialami ibu dan suami sehingga ibu dan suami dapat menyesuaikan dengan kondisinya saat ini, setelah diberikan KIE ibu dan suami paham dengan penjelasan yang diberikan dan mempersilahkan ibu untuk mengajukan pertanyaan dengan penjelasan yang mungkin belum dimengerti ibu dan suami.
93
D. Pembahasan
Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal di Klinik Pratama Hikmah Husada Gunung Kidul tentang analisa data, penatalaksanaan serta faktor yang mendukung di dalam proses persalinan normal. 1. Asuhan Kebidanan Kala I Persalinan Hasil penelitian Kala I persalinan ibu mengatakan usia ibu 22 tahun dan ibu juga mengatakan bahwa ini adalah kehamilannya yang pertama, ibu juga mengatakan bahwa mulai merasakan kencengkenceng teratur dan mengeluarkan lendir darah sejak tanggal 10 April 2017 pukul 15.00 WIB. Data tersebut sesuai dengan yang dikemukakan ( Widia, 2015 ) yang mengatakan bahwa Secara klinis partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show ). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran pergeseran ketika serviks membuka. Mengenai rentang normal usia ibu bersalin yaitu usia 20 sampai 30 tahun dan terdapat tanda dan gejala inpartu yaitu timbul rasa sakit disebabkan karena adanya his yang kuat, sering dan teratur, dan keluar lendir darah ( Widia, 2015 ).
94
Ny. S datang dengan suaminya langsung dibawa ke ruang dan dilakukan pemeriksaan hasilnya dari pemeriksaan dalam ditemukan sudah ada lendir darah, ketuban utuh, kemudian pembukaannya sudah 4 cm sehingga dengan hasil tersebut bidan menetapkan saat itu ibu sedang memasuki fase aktif persalinan dan langsung dibawa keruang bersalin untuk dilakukan observasi persalinan. Keadaan yang terjadi pada ibu juga dikemukakan oleh Asrina (2010) bahwa pada fase aktif dimulai dari pembukan 4 cm sampai pembukaan lengkap. Selama observasi pada Ny. S dari hasil pengkajian ibu juga mengatakan merasa cemas karena ini merupakan persalinan pertamanya, sehingga dalam memberikan asuhan kepada ibu dengan memberi dukungan kepada ibu dan mengajarkan ibu berdoa ketika akan bersalin ini bertujuan agar ibu dapat membangun perasaan positive sehingga proses persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hal tersebut sesuai dengan Widia (2015) menyatakan bahwa perasaan positive berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah bener-benar terjadi realitas ”Perempuan Sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolaholah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang dianggap sesuatu keadaan yang belum pasti sekarang menjadi hal yang nyata. Selain hal tersebut suami juga dikutsertakan untuk membantu dan memberi dukungan pada ibu, hal tersebut sesuai dengan yang dikemukan oleh Widia (2015) bahwa salah satu wujud asuhan sayang ibu adalah
95
menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan atau anggota keluarga lain selama persalinan dan kelahiran bayinya. 2. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Hasil penelitian observasi kala II persalinan, ibu mengatakan perut bertambah mules, ingin mengejan, terdapat tanda-tanda persalinan yaitu adanya dorongan untuk mengejan, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka, dan pemeriksaan dalam pembukaan sudah lengkap 10 cm sehingga bidan menegakkan analisa pada ibu yaitu persalinan kala II ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widia (2015) yang mengatakan kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi hal tersebut juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Asrina (2010) bahwa persalinan kala II dimulai sejak ada tanda-tanda persalinan yaitu adanya dorongan ibu mengejan, tekanan pada anus, perineum menonjol, serta vulva membuka. Penatalaksanaan yang dilakukan di Klinik Pratama Hikmah Husada dilakukan penatalaksanaan asuhan persalinan normal dengan 60 langkah APN sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widia (2015) bahwa Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah persalinan yang bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi selama dan pasca persalina terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. APN bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
96
bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan. Hal tersebut didukung juga oleh pendapat yang dikemukakan oleh Saiffuddin (2010) bahwa dalam melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman sesuai APN maka dirumuskan 60 langkah APN. 3. Asuhan Persalinan Kala III Hasil observasi kala 3 persalinan yaitu menolong kelahiran plasenta ibu mengatakan perut terasa mules dari pemeriksaan terjadi perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, adanya semburan darah yang keluar secara tiba-tiba dalam waktu singkat, sehingga dapat di analisa bahwa Ny. S sudah memasuki persalinan kala III. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Asrina (2010) yang mengatakan dengan adanya tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu perubahn bentuk dan tinggi fundus, perut globuler, tali pusat memanjang, adanya semburan darah secara mendadak dan singkat sehingga terjadi mekanisme pelepasan plasenta. Bidan melakukan penatalaksanaan kala III yaitu manajemen aktif kala III (MAK), memastikan tidak ada janin kedua kemudian dilakukn suntik oxitosin 1 menit pertama setelah bayi lahir 10 IU pada sepertiga paha atas bagian luar. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Asrina (2010) bahwa dalam 1 menit pertama setelah
97
bayi lahir dilakukan penyuntikan oksitosin 10 IU bertujuan untuk merangsang kontraksi uterus dengan kuat dan efektif. Dua menit setelah bayi lahir dilakukan pemotongan tali pusat kemudian IMD 1 jam. Terdapat tanda plasenta dan teraba adanya kontraksi kemudian bidan melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT), menegangkn tali pusat dengan arah poros jalan lahir dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri melakukan dorsocranial kemudian plasenta terlihat di introitus vagina, dan melahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat keatas kemudian menangkap plasenta dengan kedua tangan, memutar plasenta sampai slaput ketuban terpilin lalu menempatkan plasenta pada wadah yang tersedia, kemudian secara
langsung
melakukan
masase
uterus
selama
15
detik
penatalaksanaan yang dilakukan oleh bidan didalam pengeluaran plasenta berlangsung selama 5 menit. Penetalaksanaan kasus pada Ny. S susah sesuai dengan yang dikemukakan oleh Asrina (2010) mengatakan bahwa persalinan kala III dilakukan menejemen aktif kala III (MAK), melakukan tindakan PTT dan dorsocranial untuk mencegah inversion uteri. 4. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala IV Ibu mengatakan mules, KU ibu baik, uterus keras, kontraksi baik, TFU 2jari dibawah pusat, perdarahan 100 cc, perineum rufture derajat II, TD: 110/70, NADI: 80X/menit, respirasi: 22x/ menit, suhu: 36,7°C. Sehingga dapat ditegakkan analisa Ny. S dalam persalinan Kala IV.
98
Penatalaksanaan Asuhan Kala IV bidan melakukan masase uterus selama 15 detik, kemudian pemantauan selama dua jam setiap 15 menit selam satu jam pertama dan setiap 30 menit Selma satu jam kedua kala IV stelah bayi dan plasenta lahir hasilnya KU baik, TFU 2 jari dibawah pusat, kandng kemih kosong, dan perdarahan normal 250 cc. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (JNPK-KR,2008) bahwa dilakukan pemantauan selama dua jam bertujuan untuk menilai kondisi ibu dan bayi serta evaluasi TFU normalnya setinggi pusat atau beberapa jari dibawah pusat. Bidan melakukan pemeriksaan terdapat laserasi derajat II yang disebabkan karena adanya laserasi robekan jalan lahir pada saat stenen yang tidak adekuat dalam melindungi perineum. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (JNPK-KR,2008) bahwa laserasi disebabkan karna adanya robekan jalan lahir. Kemudian dilakukan IMD selama satu jam stelah bayi dan plasenta lahir serta mengajarkan kepada ibu dan keluarganya untuk menilai kontraksi uterus dan jumlah darah serta melakukan masase uterus. Kemudian membersihkan ibu dari darah, duh dan cairan serta kotoran dan membantu ibu untuk memakai pembalut, memakai baju yang bersih dan kering, dan memposisikan ibu senyaman mungkin. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori menurut (JNPK-KR,2008) bahwa dalam pemantauan kala IV dilakukan evaluasi KU untuk mencegah perdarahan kala IV.
99
5. Faktor Pendukung Persalinan Normal Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti faktor pendukung proses persalinan normal di Klinik Pratama Hikmah Husada yaitu adanya power atau tenaga ibu yang kuat untuk mendorong bayi keluar, hal ini dibuktikan dengan adanya His atau kontraksi yang kuat, yang teratur setiap 10 menit, kemudian adanya pembukaan serviks yang bertambah, setiap 1 jam pada fase aktif yang berhubungan dengan jalan lahir atau panggul ( fassage) sehingga janin dapat melewati jalan lahir ( fassanger ), berhubungan dengan hasil pemeriksaan dalam, bahwa presentasi janin adalah kepala, bagian terbawah janin sudah masuk panggul serta letak janin memanjang. Kemudian ditemukan faktor fsikologi ibu, dimana ibu mengatakan ini merupakan pengalaman pertama ibu sehingga merasa sedikit khawatir, cemas tetapi ibu bahagia karna suami dan keluarga mendukung serta mendampingi ibu dalam proses persalinan normal serta penolong atau petugas yang berperan aktif di dalam persalina normal. 6. Keterbatasan Dalam penelitian ini peneliti menemukan keterbatasan dimana dalam memberikan asuhan kebidanan pada persalinan normal terkadang petugas kurang memperhatikan kesterilan partus set sehingga
dikhawatirkan
dapat
meningkatkan
resiko
transmisi
penyakit, bakteri, virus dan jamur kepada petugas maupun pasien
100
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setelah dilakukan asuhan kebidanan ibu bersalin normal pada Ny. S usia 22 tahun umur kehamilan 38 +3 minggu diluar bersalin Klinik Pratama Hikmah Husada Ngawen Gunung Kidul pada tanggal 10 April 2017 mulai dari pasien datang sampai 2 jam post partum, dapat disimpulkan bahwa peneliti dapat memberikan komprehensif
dan
melaksanakan
menejemen
asuhan
kebidana
secara
pada ibu bersalin normal. Dapat melakukan analisa data
berdasarkan pengkjian data subyektif dan obyektif yaitu Asuhan Kebidanan Pada Ny. S G 1P0A0 umur 22 tahun, umur kehamilan 38 +3 minggu, jann tunggal, hidup intra uteri, persentasi kepala inpartu normal. Sehingga dilakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan normal kala I, kala II, kala III dan kala IV. Faktor pendukung yang berpengaruh dalam pelaksanaan proses persalinan normal secara komprehensif yaitu adanya power, passage, passanger, psikis, penolong dan sikap pasien yang kooperatif serta kerja sama yang baik dengan bidan, dan dukungan serta kehadiran suami dalam proses pendampingan persalinan dan penolong berperan aktif dalam proses pertolongan kelahiran bayi. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan, terdapat beberapa saran yaitu: 1. Bagi kepala Klinik Pratama Hikmah Husada Ngawen Gunung Kidul
101
Agar dapat mengupayakan penyedian fasilitas sarana dan prasarana yang sesuai dan memadai serta lengkap khususnya pada kasus persalinan normal dan mengembangkan SDM melalui sistim pengembangan Manajemen Kinerja Klinis dengan diskusi kasus untuk meningkatkan kemampuan bidan untuk kwalitas pertolongan persalinan. 2. Bagi Bidan Bidan dapat tetap menerapkan dan meningkatkan prinsif pencegahan infeksi khususnya dalam menjaga kebersihan dan kestrilan alat yang digunakan untuk mengurangi resiko penyebaran transmisi penyakit, bakteri, virus dan jamur.
102
DAFTAR PUSTAKA Asri, Dewi & Cristie C.P (2012) Asuhan Persalinan Normal . Yogyakarta: Nuha Medika. Asrinah, Putri, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Jogjakarta : Graha ilmu. BPPPKMN. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatus. Jakarta: Bina Pustaka. Dinkes DIY. 2012. Angka Kematian Ibu. Yogyakarta: Dinas Kesehatan DIY. Dinkes Jateng. 2012. Cakupan Pertolongan Oleh Bidan . Sukoharjo: Dinas Kesehatan jateng. Hidayat, A., Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A & Sujiyanti. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika. JNPK-KR, 2008, Pelatihan Klinik Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta : EGC Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Kementrian Agama RI. 2011. Al-Qur’an Fadhilah Terjemah dan Transliterasi Latin. Bandung: Sigma Manuaba. 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: EGC. Mufdilah. 2009. Antenatal Care Fokus. Yogyakarta: Nuha Medika. Notoadmojo,S. ( 2010 ) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Permenkes No. 938 / Mentri Kesehatan / Sk / VII / 2007. Tentang Standar Asuhan Kebidanan. Rohani, 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika. Sayffudin A. B (2009) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta : yayasan Bina Pustaka Prawirahardjo. SDKI. 2012. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (http://www.bkkbn.go.id/. Diunduh pada 20 November 2015).
(Online).