BAB II PEMBAHASAN
Penyimpanan biji-bijian merupakan tahapan proses untuk menyelamatkan bibi-bijian tersebut dari kegagalan atau penurunan kualitas dan menunggu proses selanjutnya. Telah diketahui umum bahwa selama penyimpanan dan penangan lepas panen dan biji-bijian mengalami kerusakan dan kehilangan karena serangan serangga, kapang, rondent dan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan didaerah tropis sangat ideal bagi perkembangan serangga dan kapang. Oleh karena itu tidaklah mudah melakukan penyimpanan biji-bijian di daerah tropis dan basah seperti di Indonesia. Penyimpanan biji-bijian dapat berlangsung di tingkat kebun atau di tingkat pabrik atau tempat lain. Biji-bijian merupakan suplai utama bahan pangan di dunia. Kurang lebih 70% kalori dan 50% protein dari jumlah yang dibutuhkan dipenuhi dari biji-bijian. Oleh karena itu, penyimpanan biji-bijian memegang peranan penting. BULOG memperkirakan susut bobot beras sekitar 25%, terdiri dari 8% waktu panen, 5 % waktu pengangkutan, 2% waktu pengeringan, 5 % waktu penggilingan dan 5 % waktu penyimpanan. Hal ini belum termasuk susut komoditi jagung, kedelai, gaplek, kacang tanah dan sebagainya (Haryadi dan Winarno, 1983) Selain kehilangan bobot, terjadi pula kehilangan mutu. Kehilangan mutu menyangkut kehilangan nilai gizi bahan dan timbulnya zat-zat yang dapat menimbulkan bahaya jika dikonsumsi oleh manusia. Zat-zat tersebut dapat diproduksi oleh serangga ataupun diproduksi oleh kapang. Zat “uric “uric acid “ di produksi oleh serangga sedangkan yang diproduksi oleh kapang adalah mikotoksin dan metabolit lainnya seperti ergosterol. Secara garis besar, penyimpanan biji-bijian dibagi menjadi dua yaitu penyimpanan dalam karung (bag storage) storage) dan penyimpanan curah (bulk storage). Sebagai alternatif penyimpanan dalam karung, penyimpanan curah memiliki beberapa kelebihan seperti dapat diterapkannya peralatan mekanis, penanganan yang cepat, kehilangan kecil, biaya operasional rendah, memungkinkan untuk dilakukan aerasi (Esmay et al., 1979 dalam Bintoro, 2008).
Tabel 1. Kekurangan dan Kelebihan Sistem Penyimpanan Curah dan Sistem Penyimpanan Karung pada Biji-bijian. No.
1
Komponen
Perbandingan
Penyimpanan dalam
Sistem Penyimpanan
karung
Curah
kebutuhan 2
1
lahan 2
Efisiensi
penggunaan Kurang efisien (hanya Sangat efisien
gudang 3
2/3 nya)
Penggunaan untuk berbagai Memungkinkan
Tidak memungkinkan
jenis mutu atau berbagai (tumpukan terpisah) komoditas 4
Biaya pembuatan
Lebih murah
Lebih mahal
5
Waktu penyimpanan
Lebih pendek
Lebih lama
6
Operasi mekanik
Sukar
Mudah
7
Waktu konstruksi
12-18 bulan
12-18 bulan
8
Kemungkinan dipindahkan
Tidak mungkin
Mungkin
9
Penyumpanan
pada
k.a k.a>
tinggi 10
11
16%
mungkin
tidak k.a>16%
masih
mungkin
Biaya penanganan a.Pemasukan/pengeluaran 2
7
b. Fumigasi
4
1
c. Biaya karung
Besar
0
d. Nilai Kehilangan (loss)
1-1.5%
0,2%
a. Tikus
Bisa sangat serius
Anti tikus
b. Burung
Sukar dikontrol
Anti Burung
c. Serangga
Sukar dikontrol
Dapat
Kemungkinan
serangan
serangga
lebih
dikontrol 12
Biaya pengendalian hama
mudah
13
a. Tikus
Sukar dan bisa mahal
Mudah dikontrol
b. Burung
Relatif mudah
Tidak perlu
c. Serangga
Lebih mahal, sering
Lebih murah
Tingkat kehilangan karena Lebih tinggi, apalagi Rendah, bila dikelola tercecer atau karung bocor
jika ada serangan tikus
dengan baik
14
Kontrol RH
Sukar dikontrol
Dapat dikontrol
15
Migrasi air
Tidak terjadi
Dapat terjadi
16
Penerapan ruang kontrol
Sukar
Mungkin
(Sumber : YHA, 2009)
2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyimpanan pada Biji-Bijian
Kelompok biji-bijian meliputi : 1. kelompok serealia 2. kelompok kacang-kacangan Karakteristik biji-bijian yang erat kaitannya dengan penyimpanan adalah : 1. kadar air 2. aktivitas respirasi 3. densitas 4. sifat-sifat fisik
1. Kadar air
Kadar air yang aman untuk menyimpan biji-bijian adalah 13-14%
Kadar air yang aman dari gangguan kerusakan mikroorganisme sebesar 11-12% dengan aw sebesar 0,62.
Pada kadar air ini biji-bijian yang digunakan untuk stok perbenihan mempunyai mutu terbaik.
2. Aktivitas Repirasi
Repirasi biji-bijian menghasilkan panas, uap air dan CO2
Kecepatan respirasi masing-masing jenis biji berbeda-beda tergantung dari komposisi kimianya
Laju respirasi berkurang setengahnya setiap penurunan suhu 100c
3. Sifat-Sifat Fisik
Sifat fisik biji-bijian meliputi panas yang dihasilkan dan pindah p anas
Biji-bijian bukan merupakan konduktor/penghantar panas yang baik, sehingga panas yang dihasilkan tidak langsung dihantarkan oleh biji bijian dalam jumlah yang besar.
Pindah panas yang terjadi dalam penyimpanan biji-bijian berlangsung secara konduksi
2.2 Lingkungan Penyimpanan Biji-Bijian
Lingkungan penyimpanan dipengaruhi oleh 3 faktor : 1. Faktor abiotik Faktor abiotik meliputi faktor lingkungan penyimpanan yaitu : a. Masa udara - Masa udara menuju ke keadaan setimbang dengan suhu dan tekanan udara biji-bijian - Pada penyimpanan bentuk curah, masa udara intergranulasi menempati 40% volume penyimpanan - masa udara intergranulasi adalah volume udara yang berada di antara butiran-butiran yang satu dengan lainnya - suhu dan tekanan udara intergranulasi sama besar dengan suhu dan tekanan udara dalam biji-bijian b. Kelembaban udara Kelembaban udara akan mempengaruhi kadar air.
2. Faktor biotik
Faktor biotik meliputi : a. aktivitas metabolisme biji-bijian, meliputi respirasi, oksidasi, aktifitas fermentasi dan perkecambahan b. serangga/kutu c. binatang pengerat d. Mikroorganisme
3. Pindah panas dan migrasi air
Sumber panas dihasilkan oleh :
sumber internal : dari biji-bijian sendiri (respirasi)
sumber eksternal : aktivitas serangga, jasad renik, perubahan suhu lingkungan
Respirasi biji-bijian menghasilkan panas 26.100 KJ/kg bahan. Pindah panas terjadi oleh karena pergerakan air yang terbawa oleh pergerakan intergranulasi secara konveksi
2.3 Teknik Penyimpanan Biji-Bijian
1. Penyimpanan pada Kadar Air Normal
Kadar air dikatakan normal jika biji-bijian tersebut dapat disimpan dengan aman, yaitu pada kadar air 13-14%
Prosedur sebelum penyimpanan : pembersihan
pengeringan
pemberian desinfektan
Penyimpanan dapat dilakukan dalam bentuk : bentuk
curah
bentuk
silo (metal, kayu)
bentuk karung (goni)
4 teknik penyimpanan pada kadar air normal :
1. Ventilasi alami
Prinsipnya adalah : pengeluaran uap air melalui 2 jalan yaitu melalui difusi uap air dari biji ke ventilator dan pergerakan udara di antara biji bijian.
Dapat mengeluarkan kelebihan uap air 1-2%
Ventilasi cara ini tidak efektif jika kelembaban udara terlalu tinggi
2. Ventilasi mekanik
Banyak digunakan pada gudang besar, silo besar dan elevator
Dapat digunakan untuk mengontrol migrasi uap air dengan cara mendinginkan biji-bijian.
3. Pergerakan atau perpindahan
Prinsipnya adalah : memindahkan biji-bijian dari satu tempat ke tempat lain sehingga terjadi efek pendinginan
Dengan cara ini dapat mencampurkan biji yang kering dengan biji yang lembab, maupun yang dingin dengan yang panas.
Perlakuan beberapa kali dapat mempertahankan pada kadar air normal
4. Pengeringan artifisial
Metode ini dilakukan jika kondisi area tidak cocok untuk dilakukan pengeringan secara alami
Prinsipnya adalah : pemanasan udara sampai 5-10% dari suhu awal sehingga kelembaban relatif turun 30% dan air keluar dari dalam biji, menyebabkan biji kering.
Menurut Hung, et al,. (2009), untuk menjaga kualitas biji-bijian selama penyimpanan jangka panjang, populasi serangga dan jamur harus dikontrol. Salah satu teknik penyimpanan biji-bijian pada kadar air normal yaitu dengan aerasi. Penyimpanan dengan sistem aerasi yaitu; penyimpanan beras pada kadar air normal dengan prosedur penyimpanan pembersihan, pengeringan dan pemberian desinfektan dan menggunakan beberapa tekhnik antara lain; ventilasi alami (mengeluarkan
kelebihan uap air 1-2%),ventilasi mekanik (mengontrol migrasi air), pergerakan (perpindahan bij-bijian dari 1 tempat ke tempat lainnya), pengeringan artifisial (pemanasan udara sampai 5-100C di atas suhu awalnya yang menurunkan kelembapan sekitar 30%). Pendinginan biji-bijian dengan aerasi digunakan untuk mengurangi laju pertumbuhan populasi serangga dan jamur dan
mempertahankan kualitas bijian.
Aerasi adalah gerakan paksa udara lingkungan melalui biji-bijian curah, dilakukan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi-kondisi fisik dari produk (Lopes, et al,.2008). Navaro, et al,. (1968) melaporkan bahwa gandum tetap dalam kondisi sangat baik sepanjang hampir 2 tahun masa penyimpanan dalam kotak besi dengan sistem aerasi. Suhu dan kadar air biji-bijian dianggap sebagai faktor penting yang mempengaruhi kualitas selama penyimpanan atau aerasi. Idealnya, kelembaban biji bijian harus tidak bisa bertambah atau hilang. Perbedaan suhu dalam biji-bijian curah dapat menyebabkan perpindahan kelembaban dari suhu tinggi ke zona suhu rendah oleh konveksi alami (Hung, et al,. 2009). Sedangkan Jian, et al,.(2009), mengemukakan ada fluktuasi temperatur yang lebih besar dalam headspace/ruang dalam silo diatas permukaan bijian daripada di dalam massa butiran dan ada perpindahan kelembaban di dalam silo. Dimana kelembaban dalam massa butiran berubah kurang daripada permukaan massa butiran. Menurut Lopes, et al,. (2008), sebuah sistem aerasi dapat tidak efisien jika kelembaban bijian atau suhu melebihi batas aman. Lebih lanjut ditegaskan bahwa, kombinasi sesuai parameter kontrol tergantung pada desain sistem aerasi dan pada kondisi cuaca daerah di mana itu digunakan. Selain itu, semua organisme yang bertanggung jawab untuk kerusakan penyimpanan bijian dan benih dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban material. Di negara-negara tropis khususnya di negara-negara Asia seperti Thailand, Vietnam, Indonesia dan Malaysia, tingginya suhu lingkungan dan kelembaban mengurangi kinerja sistem aerasi dan memperburuk biji-bijian karena respirasi dan pertumbuhan jamur (Hung, et al,. 2009). Tentunya kondisi tersebut berbeda den gan daerah beriklim
subtropis, dimana udara dingin dapat diperoleh dari udara lingkungan. Umumnya, metode yang diterapkan untuk menurunkan suhu dan kelembaban udara untuk sistem aerasi menggunakan sistem pendinginan telah direkomendasikan (Hung, et al,. 2009). Menurut Bintoro, (2008), suatu alat pendingin bijian perlu digunakan apabila suhu lingkungan rata-rata berada diatas 24 – 37 oC.
Dari uraian diatas akan besar
manfaatnya apabila diterapkan sistem aerasi untuk penyimpanan curah biji-bijian. Driscoll dan Srzednicki (1998) dalam Bintoro (2008), menegaskan bahwa salah satu kondisi yang paling esensial untuk penerapan aerasi adalah penggunaan cara penanganan
biji-bijian secara
curah
(bulk
handling). Namun
kenyataannya
perancangan dalam penyimpanan dengan menerapkan sistem aerasi masih menemui banyak kendala. Menurut Khatchatourian dan Savicki (2004), hambatan terbesar untuk aliran udara dalam sistem aerasi disebabkan oleh massa butiran, resistensi ini tergantung pada parameter aliran udara, karakteristik permukaan produk (berkerut), pada bentuk dan ukuran dari setiap kotoran asing dalam massa, pada konfigurasi, dan pada ukuran ruang intersisi di massa, pada ukuran dan jumlah butir patah dan pada kedalaman produk lapisan. Desain yang baik sangat penting agar sistem aerasi efisien. Penempatan saluran dan ukuran harus memadai agar penyebaran aliran udara dingin mengenai seluruh bijian (Proctor, 1994). Dari hal tersebut maka diperlukan suatu tools yang dapat membuat virtual/menggambarkan prototype dari sebuah sistem atau alat yang ingin dianalisis dengan menerapkan kondisi dilapangan. 2. Penyimpanan pada kadar air tinggi
Dilakukan di daerah tropis, sebab keadaan udara basah dengan aw 0,60,8
aw o,6 (batas kritis kadar air minimal pada biji-bijian) aw 0,8 (ambang bawah dari proses fermentasi)
Dengan aw diatas 0,8 dilakukan apabila dikehendaki terjadinya proses fermentasi laktik
Dengan teknik ini biji yang baru dipanen dapat langsung disimpan tanpa proses pengeringan yang memadai
4 teknik penyimpanan pada kadar air tinggi : 1. Stabilitas kimia
Dengan penambahan asam-asam organik dan berbagai garam
Asam-asam organik meliputi asam propionat, asam benzoat, asam format, asam asetat maupun campuran dari asam-asam tersebut. Asamasam ini bersifat folatil sehingga terbatas daya hambat mikrobanya.
Menyebabkan terjadinya pengkaratan, sehingga tidak efisien
2. Iradiasi dengan sinar gama
Memerlukan peralatan canggih sehingga penggunaannya terbatas
Dosis yang diijinkan WHO 1000 Krad
3. Anaerob ketat
Prinsip : penyimpanan dilakukan pada kadar oksigen sangat rendah
Dapat dilakukan untuk penyimpanan biji-bijian dengan kadar air tinggi, tetapi paling efektif untuk biji dengan kadar air rendah
4. Penyimpanan pada suhu rendah
Dilakukan pada suhu di bawah 100c
Diperlukan peralatan khusus dengan biaya mahal sehingga kurang efisien
3. Penyimpanan vakum Penyimpanan vakum adalah penyimpanan produk pertanian dalam wadah tertutup sehingga terlindung dari pengaruh udara dan air dari luar. Digunakan untuk menyimpan biji dengan kadar air 12-14%.
Keuntungan penyimpanan vakum :
1) Kecil kemungkinan masuknya serangga dan binatang ke dalam wadah, mencegah masuknya serangga dan binatang kecil lainnya
2) Mencegah kerusakan akibat kapang dan timbulnya panas 3) produk tetap dalam kondisi kering
Kerugian penyimpanan vakum
1) Perubahan suhu ,bau,rasa,kadar air,keasaman dan kualitas tepung (gluten) dan komposisi udara 4. Penyimpanan modifikasi atmosfer
Prinsipnya hampir sama dengan penyimpanan vakum Modifikasi yang dilakukan dengan menambahkan gas karbon, nitrogen atau dengan campuran CO2 dengan nitrogen, dengan disertai penurunan kadar oksigen. Namun,setelah itu akan terdeteksi gas lain yaitu “alkohol iso-amylique” dan “phenyl-etanol” yang merupakan suatu petunjuk adanya proses fermentasi.
Pada penyimpanan metode ini dapat bertahan hingga 10 bulan dengan mutu tetap dipertahankan
2.4 Bentuk Penyimpanan Biji-Bijian
Bentuk penyimpanan dibedakan menjadi 2 : 1) Penyimpanan domestik/tradisional 2) Penyimpanan komersial
a. Penyimpanan Domestik/Tradisional
Penyimpanan
domestik
bertujuan
untuk
memenuhi
kebutuhan
konsumsi hingga waktu panen berikutnya dan untuk penyimpanan benih. Wadah yang digunakan pada bentuk penyimpanan domestik/tradisional : a) Bin bambu Bin bambu banyak dijumpai di Sumatra dan Sulawesi Selatan dengan kapasitas penyimpanan sekitar 250 kg – 4 ton.
b) Bin kayu Bin kayu dibuat dari kayu meranti, biasa dilakukan di Kalimantan dan Jawa.
b. Penyimpanan Komersial
1. Sistem karung sak (goni) - Karung bersifat antiair - Ventilasi ruangan cukup - Terlindungi dari tikus dan burung - Bebas dari debu dan kotoran - Bebas dari cahaya - Diletakkan pada pondasi dengan ketinggian 0,75 m di atas tanah Penyimpanan tipe ini memiliki keuntungan, yaitu fleksibel, modal investasi konstruksi bangunan relatif kecil, biaya bongkar muat lebih murah, dan tidak terjadi migrasi uap air (jika karung kedap air),. Namun, tipe ini memiliki beberapa tipe kelemahan, diantaranya: harus dilakukan fumigasi secara rutin sehingga dapat menambah cost usaha, jika terjadi serangan hama akan sulit dikendalikan, dan temperatur dan kelembaban akan sukar dikendalikan.
2. Sistem curah (bulk). Penyimpanan sistem curah berarti biji-bijian disimpan tanpa karung pembungkus dan disimpan secara besar-besaran dalam satu bangunan. Biasanya, hasil pertanian yang disimpan dalam bentuk curah adalan hasil pertanian yang berupa biji-bijian (gandum, beras, jagung yang telah dipipil, sorgum, rye, barley, oat, kacang-kacangan, kopi, lada, biji bunga matahari, dan sebagainya) dan disimpan dalam bangunan yang disebut silo.
Keuntungan sistem curah diantaranya, biji-bijian dapat ditangani seperti halnya fluida yang dapat dialirkan dan memudahkan pergerakan bahan, tidak membutuhkan karung pembungkus sehingga menghemat biaya, dan pengendalian kualitas lebih efisien dan efektif. Selain itu, penyimpanan dalam silo membutuhkan tempat yang tidak lebih luas dari penyimpanan sistem karung dalam kuantitas yang sama. Penyimpanan hasil pertanian juga dapat dilakukan dalam waktu yang lebih lama dengan jumlah loss lebih rendah. Namun konstruksi silo tidaklah murah. Syarat dasar penyimpanan dalam bentuk curah:
Kadar air dalam biji-bijian harus rendah, di mana dalam keadaan tersebut respirasi minimum.
Biji-bijian harus bebas dari kotoran dan debu yang dapat menghambat
sirkulasi udara.
Silo harus berventilasi yang dapat mengatur atmosfer di dalam silo sesuai dengan hasil pertanian yang disimpan.
Harus kedap air dan pengaruh cuaca serta terbebas dari pengaruh radiasi matahari.
Dilengkapi
dengan konveyor dan bucket
elevator untuk
memudahkan pengangkutan dan pemindahan bahan. Perlu diperhatikan bahwa pengendalian kelembaban dan temperatur udara dalam silo merupakan hal yang cukup penting karena secara alami, biji-bijian bersifat higroskopis, yaitu mampu melepaskan kadar air ke udara dan juga dapat menyerap kadar air dari udara, tergantung kondisi temperatur dan kelembaban di sekitar biji-bijian. Hal ini penting, karena kadar air dalam biji-bijian berpengaruh terhadap pertumbuhan hama dan penyakit pengganggu biji-bijian. Keuntungan dan kekurangan sistem karung/sak dan sistem curah : Sistem karung/Sak
Sistem Curah
- fleksibel
- tidak fleksibel
- penanganan lambat
- penanganan cepat
- lebih banyak
- kurang/lebih rendah
- biaya operasi tinggi
- biaya operasi rendah
- biaya investasi rendah
- biaya investasi tinggi
- kerusakan oleh tikus rendah
- kerusakan oleh tikus tinggi
2.5 Sistem Penyimpanan Biji-Bijian di BULOG
Sistem yang selama ini digunakan oleh BULOG untuk menyimpan bahan pangan adalah sistem penyimpanan karung (bag storage). Cara penyimpanan ini digunakan oleh banyak negara yang sedang berkembang, karena masih dianggap lebih menguntungkan daripada sistem penyimpanan bentuk curah (bulk storage). Hal ini terutama apabila bahan yang disimpan adalah beras giling; beras tidak akan mudah rusak dan menjadi kotor oleh karena proses handling seperti pada sistem penyimpanan curah. Di samping itu sistem penyimpanan dengan karung yang dijalankan. BULOG hampir seluruhnya menggunakan tenaga manusia, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja bagi buruh pengangkut (Mulyo dan Hariyado, 1983) Bahan pangan seperti gabah, beras dan jagung sebelum dimasukkan ke dalam karung untuk disimpan, terlebih dahulu mengalami proses conditioning seperti pengeringan untuk menurunkan kadar air. Selama masa penyimpanan di gudang harus ada sistem aerasi yang baik untuk mempertahankan mutu. Kelembaban yang terjadi akibat proses respirasi biji-bijian dan organisme yang hidup pada biji-bijian tadi (serangga kapang dan bakteri), dapat dipindahkan oleh udara yang keluar dan masuk gudang melalui ventilasi dan pintu gudang yang dibuka pada waktuwaktu tertentu. Selain mengandalkan ventilasi gudang, guna menjamin terjadinya aerasi yang baik, cara penumpukan karung harus dibuat sedemikian rupa sehingga aerasi tetap berjalan. Penyediaan lorong-lorong antar stapelan (tumpukan) dengan berbagai ukuran dimaksudkan juga untuk memberi keleluasaan aliran udara ke dalam karungkarung tersebut. Walaupun dilihat dari segi pertukaran udara pembuatan loronglorong tersebut sangat bermanfaat, ditinjau dari segi penggunaan ruang, sistem penyimpanan dengan karung lebih banyak menyita ruangan gudang. Kemungkinan
untuk menyimpan bahan pangan dengan sistem eurah tetap dijajaki, walaupun hingga saat ini penyimpanan dengan karung dirasakan masih menguntungkan (Mulyo dan Hariyado, 1983) 2.6 Contoh Penyimpanan pada Berbagai Komoditas 2.6.1. Jagung
Upaya untuk mempertahankan kualitas jagung pada waktu penyimpanan dan pergudangan dapat ditempuh dengan menggunakan
kabon disulfida (CS2),
penyimpanan diatas para-para, penyimpanan dengan karung dan penyimpanan dengan silo bambu semen, sedangkan untuk penyimpanan benih jagung dengan menggunakan jerigen plastik, botol dan wadah dari logam. Beberapa cara penyimpanan jagung
Menggunakan Karbon Disulfida (Cs2)
Penggunaan karbon disulfida (CS2) cair dapat menekan kerusakan jagung pipil selama penyimpanan. Teknik penggunaan CS2 tidak sulit, karena CS2 cair mudah teroksidasi, sehingga terbentuk CO2 dan SO2 yang bersifat toksin terhadap serangga (inago, larva dan telur), serta menghambat mikroorganisme. Penggunaan CS2 dosis 0.25 cc/kg dengan kadar air 10 % jagung pipil dapat memperpanjang daya simpan jagung pipil sampai dua tahun dengan kerusakan kurang dari satu persen.
Penyimpanan Di Atas Para-Para
Penyimpanan jagung dapat dilakukan dalam bentuk tongkol berkelobot pada para para yang ditempatkan di bawah atap maupun di atas dapur. Dapat pula dilakukan dalam bentuk tongkol pada para-para dan pada langit-langit rumah yang dilengkapi dengan kawat anti tikus. Para-para di atas dapur dapat memperoleh asap yang meninggalkan residu yang bersifat anti terhadap bakteri, jamur maupun serangga. Dengan demikian dapat menjamin jagung disimpan dalam waktu yang cukup lama.
Penyimpanan Dengan Karung
Faktor utama yang perlu mendapatkan perhatian adalah kebersihan dan ketahanan dari jenis wadahnya. Wadah harus bersih dan tidak bocor,sehingga biji jagung tidak
mudah mengalami serangan oleh hama dan penyakit. Oleh sebab itu gunakan karung plastik yang dilapis dengan karung goni.Penyimpanan dalam bentuk pipilan sebaiknya kadar airnya diatur setelah mencapai 13-14%. Karena kadar air di atas 14% merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan jamur. Kontaminasi jamur dapat memproduksi bermacam-macam toxin (racun) antara lain aflatoksin dan hama-hama gudang, sehingga menyebabkan kerusakan. Wadah yang digunakan sebaiknya menggunakan karung plastik (plyethelene), karena jagung yang disimpan dalam karung plastik ternyata mempunyai daya simpan lebih lama dibanding jagung yang disimpan dalam karung goni. Wadah yang digunakan sebaiknya dibersihkan terlebih dulu, bila perlu disemprot dengan cairan insektisida Silosan 25 EC 2% dan Damfin 50 EC dosis 500 cc / 10 lt untuk 500 m2.
Penyimpanan Dengan Silo Bambu Semen
Jagung dapat disimpan dalam silo bambu semen. Silo ini mudah didapat karena bahan bangunannya mudah diperoleh di pedesaan. Kapasitas silo adalah 1.000 kg (1ton) dengan ukuran 125 cm dan tinggi 100 cm. Cara penyimpanannya yaitu jagung pipilan dikeringkan sampai kadar air mencapai 12,5 – 13 %, kemudian dianginanginkan selama 2 – 4 jam dan dimasukkan ke dalam silo.. Penyimpanan jagung dengan silo bambu semen dapat bertahan 4 – 8 bulan tanpa ada hama gudang. 2.6.2. Gandum
Penyimpanan merupakan proses untuk mempertahankan bahan/hasil produksi agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Penyimpanan gandum dapat dilakukan dengan sistem curah atau menggunakan kemasan/wadah seperti karung plastik, dan lain-lain.
2.6.3. Sorgum
Penyimpanan sederhana adalah dengan cara menggantungkan malai sorghum di ruangan di atas perapian dapur. Cara ini berfungsi ganda yaitu untuk melanjutkan proses pengeringan dan asap api berfungsi pula sebagai pengendalian hama selama penyimpanan.
Beras sorgum yang telah di masukkan ke dalam karung goni atau tanpa pengarungan perlu di simpan di dalam gudang yang memenuhi syarat penggudangan. Syarat-syarat penggudangan antara lain: bebas dari serangan hama dan penyakit, suhu dan kelembaban terawasi dan pengendalian udara yang teratur. Sebelum disimpan biji harus kering, bersih dan utuh (tidak pecah).
2.7. Penyimpanan produk Biji-Bijian setengah jadi
Produk olahan ½ jadi serealia antara lain; pasta,rengginang beras instan, tepung
beras,
maizena,
tepung
terigu(sebagai
roti,mie,spageti,makroni,biskuit,dll),keripik
jagung
bahan atau
dasar
pembuatan
tortila,emping
jagung,
marning jagung, kerupuk jagung. Penyimpanan tepung (produk olahan setengah jadi serealia) biasanya menggunakan karung plastik dan diletakkan diatas alas kayu pada lantai gudang. Hal ini mencegah tepung agar tidak terkontaminasi dengan air dan mikroorganisme serta jasad renik penyebab ketengikan pada tepung.
2.8. Penyimpanan Tingkat Kebun
Tempat penyimpanan di tingkat kebun ini pada umumnya sangat sederhana, bahkan relatif sebagai tempat berteduh dari resiko kehujanan atau kelembaban udara yang tinggi. Apabila di kebun atau sawah tidak tersedia bangunan untuk tempat penyimpanan, maka yang dilakukan adalah menyimpan padi, jagung berkelobot, polong kacang kedelai, atau polong kacang hijau di rumah atau gudang khusus di rumahnya untuk dikeringkan pada keesokan harinya. Penyimpanan di tingkat kebun atau di tempat tinggalnya tersebut di atas, merupakan kegiatan yang berlangsung pada tahap pengeringan. Lama penyimpanan di tingkat kebun relatif singkat, sampai proses pengeringan dipandang cukup. Pada saat penyimpanan, biji-bijian dapat berbentuk ikatan padi bertangkai bahkan berdaun, ikatan jagung berkelobot atau tanaman kedelai, kacang hijau, kacang tanah (kedelai dipanen dengan seluruh bagian tanaman), atau sudah mengalami proses perontokan,
sehingga sudah berbentuk gabah, biji jagung atau biji kedelai, biji kacang hijau atau kacang tanah berkulit. Bentuk produk yang disimpan apakah masih dengan bagian lain selain biji atau sudah tinggal bijinya, tergantung pada berapa lama produk biji-bijian hasil panen tersebut akan disimpan, dan proses apa yang selanjutnya akan dilakukan. Hal tersebut akan mempengaruhi efisiensi dan efektivitas penyimpanan.
1. Penyimpanan bentuk Biji bertangkai : Penyimpanan bentuk biji bertangkai pada padi dan jagung berkelobot menunjukkan : – sifat penyimpanan sementara, karena akan dikeringkan lebih lanjut – akan digunakan sebagai bibit – akan digunakan sebagai sediaan pangan dalam jangka waktu lama – efisiensi biaya (tidak dilakukan perontokan, tidak memerlukan kantong atau karung)
2. Penyimpanan dalam bentuk biji (gabah, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah : – dilakukan setelah pengeringan selesai – memerlukan wadah (kantong/karung) – untuk disimpan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama – pembeli (pedagang) lebih menghendaki pembelian dalam bentuk biji – jumlah biji-bijian yang disimpan dapat dalam jumlah/volume yang lebih besar Penyimpanan biji-bijian berkadar air relatif rendah (12 – 16 %) yang dilakukan pada suhu kamar, akan sangat membantu mengurangi resiko kerusakan kimia/biokimia dan mikrobiologis. Eliminasi kerusakan tersebut akan lebih dibantu apabila ruang penyimpanan memiliki lantai kering (tidak lembab, biasanya lantai beton atau semen, atau bahan yang disimpan tidak kontak langsung dengan lantai), terdapat ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara, dan berdinding (tembok, bilik bambu/kayu, seng).
DAFTAR PUSTAKA
Bintoro D. 2008. Keanekaragaman kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) di wilayah Bogor [skripsi]. Bogor: Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Esmay. M. et al.. 1979. Rice postproduction Technology in the Tropics 141 pp. The University Press of Hawaii. Honolulu. Haryadi dan Winarno. 1983. Penanggulangan Masalah Penyimpanan Bahan Pangan Biji-Bijian Di Daerah Tropis Dengan Cara Pendekatan Baru. Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta; S - 8 Juni 1983 Kalshoven. 2006. Teknologi Pasca Panen Dan Pengolahan Hasil Kedelai Kacang Tanah . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur.
dan
Mulyo Sidik *, Dan Hariyadi Halid. Sistem Penyimpanan Dan Perawatan Kualitas Bahan Pangan Di Badan Urusan Logistik . Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta, 6 - 8 Juni 1983