BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah tanaman pepaya ( Carica papaya L.). Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing gelang, gangguan pencernaan, diare, penyakit kulit, kontrasepsi pria (sebagai anti fertilitas) (Amir, 1992), bahan baku obat masuk angin dan sebagai sumber untuk mendapatkan minyak dengan kandungan asam-asam lemak tertentu. Minyak biji pepaya yang berwarna kuning diketahui mengandung 71,60 % asam oleat, 15,13 % asam palmitat, 7,68 % asam linoleat, 3,60% asam stearat, dan asam-asam lemak lain dalam jumlah relatif sedikit atau terbatas. Selain mengandung asam-asam lemak, biji pepaya diketahui mengandung senyawa kimia lain seperti golongan fenol, alkaloid, dan saponin (Warisno, 2003 dalam Sukadana et al., 2008). Menurut (Wijayakusumah, dkk 1995 dalam Ilham et al., 1999) biji pepaya berkemungkinan mempunyai khasiat sebagai kontraseptif karena kandungan steroid yang dimilikinya. Pada wanita yang sedang hamil muda diperingatkan agar tidak memakan biji pepaya karena akan menyebabkan terjadinya aborsi (Mulyana, 1982 dalam Ilham et al., 1999).
Menurut (Kloppenburg 1915 dalam Amir 1992), orang yang keguguran akibat memakan biji pepaya ini biasanya sulit hamil lagi karena adanya pengeringan rahim akibat masuknya enzim proteolitik seperti papain, chymopapain A, chymopapain B dan peptidase pepaya. Di samping enzim proteolitik, biji pepaya juga mengandung kandungan kimia yang lain seperti 25% atau lebih minyak campuran, 26,2% lemak, 24,3 % protein, 17% serat, 15,5% karbohidrat, 8,8% abu dan 8,2% air (Burkill,1996 dalam Amir, 1992).
Menurut (Yacoeb 1998 dalam Ilham et al., 1999) pemberian 160 mg/kg bb ekstrak biji pepaya, tidak ditemukan korpus luteum pada ovari mencit. Teknik
Universitas Sumatera Utara
penelitian yang telah dilakukan adalah dengan melihat titik ovulasi (ovulation spot) pada ovari tersebut. Dari penelitian terdahulu (Ilham dkk, 1999), didapatkan bahwa dengan perlakuan 40 mg/kg bb/ekor/hari menyebabkan terjadinya oedema pada uterus dan penghentian pembentukan folikel pada dosis 160 mg/kg bb/ekor/hari akibat kekacauan sistem hormonal (Ilham et al., 1999). Seperti diketahui suatu bahan antifertilitas dapat bersifat sitotoksik atau bersifat hormonal dalam memberikan pengaruhnya. Bila bersifat sitotoksik maka pengaruhnya langsung terhadap sel kelamin, dan bila bersifat hormonal maka bekerja pada organ yang responsif terhadap hormon yang berkaitan (Sutasurya, 1989 dalam Rusmiati, 2007). Dalam penelitian ini, biji pepaya dikombinasikan dengan penyuntikan testosteron undekanoat (TU). Testosteron adalah hormon yang mengatur seksualitas pria, baik secara fisik maupun psikis. Sekarang ini kita tahu bahwa diperlukan molekul testosteron yang asli untuk menghasilkan respon androgenik yang lengkap. Suatu aksi langsung dari testosteron sendiri dapat ditunjukkan di otak, hipofisa (pituitari), ginjal, otot dan kelenjar submaksilaris. Di epitel germinal, epididimis, duktus deferens, penis, tulang, folikel rambut dan kelenjar sebasea kulit, testosteron harus dirubah menjadi 5-alfa-dihidrotestosteron (DHT) oleh suatu enzim khusus (5alfa-reduktase) sebelum berikatan dengan reseptor alfa-DHT (Ilyas, 2008). Ekstrak air biji pepaya dan testosteron undekanoat (TU) merupakan suatu kombinasi bahan obat yang dapat dimanfaatkan sebagai kontrasepsi pria (anti fertilitas). Menurut Mochtar (1998), suatu bahan yang digunakan untuk kontrasepsi harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut; aman pemakaiannya dan dapat
dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan, tidak mengganggu fertilisasi, tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya, cara penggunaannya sederhana dan harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Sehubungan dengan hal tersebut, pemberian ekstrak air biji pepaya dan testosteron undekanoat diharapkan tidak memberikan pengaruh terhadap jaringan ginjal mencit agar dapat dimanfaatkan sebagai kontrasepsi dalam jangka waktu yang
Universitas Sumatera Utara
lama, maka dilakukan penelitin ini yang melihat pengaruh ekstrak air biji pepaya (Carica papaya L.) dan Testosteron Undekanoat (TU) terhadap gambaran histologis jaringan ginjal mencit ( Mus musculus L.) apakah menimbulkan kerusakan pada ginjal atau tidak. 1.2 Permasalahan
Biji pepaya dan testosteron undekanoat (TU) merupakan suatu kombinasi bahan obat yang dapat dimanfaatkan sebagai kontrasepsi pria (anti fertilitas). Syarat kontrasepsi yang ideal menurut Mochtar (1998), aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, tidak menimbulkan kerusakan pada organ-organ yang lain agar obat tersebut dapat terus dimanfaatkan dan dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah gambaran histologi jaringan ginjal mencit ( Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak air biji pepaya (Carica papaya L.) dengan
dosis 30 mg/0,5ml/hari secara oral dan penyuntikan 0,25mg testosteron undekanoat interval 6 minggu sekali secara intra muskular? 1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak air biji pepaya (Carica papaya L.) dan Testosteron Undekanoat (TU) terhadap gambaran histologis jaringan ginjal mencit ( Mus musculus L.). 1.4 Hipotesis Penelitian
Pemberian ekstrak air biji pepaya ( Carica papaya L.) dan Testosteron Undekanoat (TU) dapat menimbulkan kerusakan jaringan ginjal mencit ( Mus musculus L.).
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kemungkinan penggunaan ekstrak air biji pepaya dan testosteron undekanoat sebagai alternatif bahan kontrasepsi bagi pria yang aman dengan toksisitas yang rendah, mudah diperoleh dan tidak menimbulkan efek s amping.
Universitas Sumatera Utara