A. INSTRUMEN TES 1. Pengetian dan Jenis-jenis Instrumen Tes Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) kata instrumen dapat diartikan sebagai: (1) alat yang digunakan dalam suatu kegiatan, atau (2) sarana untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan. Jadi instrumen evaluasi hasil belajar fisika dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penilaian pembelajaran fisika yang dilihat dari kemampuan kognitif peserta didik. Sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan, instrumen penilaian dapat berupa instrumen tes atau instrumen non tes. Pada pokok bahasan kali ini akan dibahas instrumen tes Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes, yaitu:
Tes penempatan adalah tes yang diperlukan untuk menempatkan siswa
dalam kelompok siswa sesuai dengan kemampuannya Tes diagnostik adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan dan kekurangan, sebagai dasar perbaikan. Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar
mengajar. Tes sumatif adalah tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa dalam satuan waktu tertentu seperti catur wulan atau semester.
Ditinjau berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esay (Hamzah B. Uno, dkk., 2001). a. Tes objektif Tes objektif adalah tes dimana keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia dan peserta harus memilih salah satu alternatif yang disediakan tersebut. Terdapat beberapa bentuk tes objektif, yaitu: Tes benar salah Tes benar salah adalah tes yang memuat pernyataan benar atau salah. Peserta bertugas menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf “B” jika pernyataan benar, dan “S” jika pernyataan salah. 1
Bentuk tes benar salah saat ini jarang digunakan guru fisika. Padahal melalui tes benar salah ini banyak domain belajar fisika yang bisa di gali, misal: pemahaman konsep, kemampuan bernalar, analisis dan lain-lain. Dua butir pertanyaan benar salah di atas dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang segitiga dan lingkaran. Tes pilihan ganda Tes pilihan ganda adalah tes yang memuat serangkaian informasi yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya dilakukan dengan memilih berbagai alternatif pilihan yang disediakan. Ada empat variasi tes pilihan ganda, yaitu: tes pilihan ganda biasa, asosiasi, hubungan antar hal, dan menjodohkan. o Tes pilihan ganda, adalah soal yang disertai beberapa alternatif jawaban dimana hanya tersedia 1 pilihan benar, dan siswa tugasnya adalah memilih mana dari alternatif-alternatif tersebut yang benar. o Tes asosiasi, merupakan modifikasi dari tes pilihan ganda biasa. Bentuk asosiasi juga terdiri dari satu pernyataan dan beberapa alternatif jawaban, hanya saja terdapat lebih dari satu jawaban yang benar. Salah satu bentuknya adalah dengan mengikuti petunjuk sebagai berikut: Petunjuk mengerjakan soal: Pilihan a bila jawaban 1, 2, dan 3 benar Pilihan b bila jawaban 1 dan 3 benar Pilihan c bila jawaban 2 dan 4 benar Pilihan d bila jawaban 4 saja yang benar Saat ini bentuk tes ini jarang digunakan. Padahal bentuk tes ini tidak kalah potensialitasnya dibanding tes pilihan ganda biasa. Dibanding tes pilihan ganda biasa, tes bentuk ini lebih menuntut siswa bernalar, melihat semua kemungkinan jawaban, dan juga melihat hubungan antar bagian. o Tes hubungan antar hal, adalah soal yang memuat pernyataan dan alasan, denganpola memuat pernyataan dan memuat alasan. Petunjuk pilihan: (a) Jika pernyataan benar, alasan benar, dan ada hubungan sebab akibat (b) Jika pernyataan benar, alasan benar, dan tidak ada hubungan sebab akibat 2
(c) Jika pernyataan benar, alasan salah (d) Jika pernyataan salah, dan alasan salah (e) Baik pernyataan maupun alasan salah Tes ini jarang digunakan, padahal tes hubungan antar hal ini sangat baik digunakan untuk mengukur banyak dimensi belajar fisika, antara lain: kemampuan bernalar siswa, pemahaman konsep, hubungan antar konsep, kemampuan berpikir matematis, dan lainlain. o Tes menjodohkan, dalam bentuk tradisional item tes menjodohkan terdiri dari dua kolom yang pararel. Tiap kata, bilangan, atau simbol dijodohkan dengan kalimat, frase, atau kata dalam kolom yang lain. Item pada kolom di mana penjodohan dicari disebut premis, sedangkan kolom di mana pilihan dicari disebut respon. Tugas siswa adalah memasangkan antara presmis dan respon berdasarkan aturan yang ditentukan. Tes menjodohkan ini juga relatif jarang digunakan dalam penilaian pembelajaran fisika. Padahal seperti halnya tes hubungan antar hal, tes bentuk ini juga dapat digunakan untuk mengukur banyak dimensi belajar fisika, antara lain: mengukur kemampuan bernalar siswa, pemahaman konsep, hubungan antar konsep, kemampuan berpikir matematis, dan lain-lain. b. Tes esay Tes esay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Tes ini dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur yang diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri siswa. Siswa harus menyusun sendiri kata dan kalimat untuk menjawabannya. Tujuan tes esay: 1. Merumuskan masalah 2. Mengorganisasi, mengintegrasikan dan menevaluasi gagasan dan informasi. 3. Menerpakan pengetahuan dan keterampilan.
3
Tes esay diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk, yiatu: uraian bebas (non objektif),
uraian
terstruktur
(objektif),
jawaban
singkat,
dan
isian
(melengkapi). 1. Uraian non objektif Bentuk uraian bebas memberikan kebebasan untuk memberikan opini serta alasan yang diperlukan. Jawaban siswa tidak dibatasi oleh persyaratan tertentu. 2. Uraian objektif Bentuk uraian terstruktur atau uraian terbatas meminta siswa untuk memberikan jawaban terhadap soal dengan persyaratan tertentu. 3. Jawaban singkat Tes jawaban singkat merupakan tipe item tes yang dapat dijawab dengan kata, frasa, bilangan, atau simbol. Tes jawaban singkat menggunakan pertanyaan langsung, dan siswa diminta memberi jawaban singkat, tepat dan jelas. 4. Bentuk melengkapi (isian) Item tes melengkapi hampir sama dengan jawaban singkat, yaitu merupakan tipe item tes yang dapat dijawab dengan kata, frasa, bilangan atau simbol. Bedanya, item tes melengkapi merupakan pernyataan yang tidak lengkap, dan siswa diminta untuk melengkapi pernyataan tersebut. Tes esay perlu lebih dikembangkan penggunaanya dalam penilaian pembelajaran fisika. Penggunaan tes esay selama ini agak kurang karena lebih dominan digunakan tes objektif. Padahal tes esay ini sangat baik untuk penilaian pembelajaran fisika karena memberi kesempatan pada siswa untuk menyusun jawaban sesuaidengan jalan pikirannya sendiri. Saat ini memang telah muncul kecenderungan kesadaran kembali menggunakan tes uraian, karena kesadaran bahwa: Menurunnya hasil belajar fisika disinyalir karena dominannya tes objektif Tes pilihan
ganda
tidak
memberi
kesempatan
siswa
mengkomunikasikan ide dengan tulisan karena terbiasa hanya memilih dari alternatif yang sudah ada.
4
Terlalu dominannya tes objektif dapat menyebabkan kurangnya daya analisis dan kemampuan berpikir karena terbiasa tes objektif yang bisa tebak jawaban Kekuatan tes esay adalah dalam mengukur hasil belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi. Melalui tes esay guru dapat mencermati proses berpikir siswa
2. Langkah Pengembangan Instrumen Tes 1. Menetapkan tujuan tes Langkah awal dalam mengembangkan instrumen tes adalah menetapkan tujuannya. Tujuan ini penting ditetapkan sebelum tes dikembangkan karena seperti apa dan bagaimana tes yang akan dikembangkan sangat bergantung untuk tujuan apa tes tersebut digunakan. 2. Melakukan analisis kurikulum Analisis kurikulum dilakukan dengan cara melihat dan menelaah kembali kurikulum yang ada berkaitan dengan tujuan tes yang telah ditetapkan. Langkah ini dimaksudkan agar dalam proses pengembangan instrumen tes selalu mengacu pada kurikulum (SKKD) yang sedang digunakan. Instrumen yang dikembangkan seharusnya sesuai dengan indikator pencapaian suatu KD yang terdapat dalam Standar Isi (SI). 3. Penyusunan kisi-kisi tes Untuk menjaga agar soal tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan/materi serta aspek yang akan diungkapkan dalam test, maka harus dibuat tabel kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal (meliputi SK-KD, materi, indikator, dan bentuk soal) yang akan dibuat. Dalam kisi-kisi akan dicantumkan bahan pengajaran yang hendak diukur, jenis kompetensi yang akan diukur, jumlah soal, bentuk soal, taraf kesukaran maupun waktu yang cocok untuk melakukan ujian, dan menentukan bentuk tes yang akan kita berikan. Fungsi kisi-kisi: - Sebagai pedoman penulisan soal - Sebagai pedoman perakitan soal Syarak kisi-kisi: - Mewakili isi kurikulim - Singkat dan Jelas 5
- Soal dapaat disusun sesuai dengan bentuk soal Komponen Kisi-kisi : - Identitas - SK/KD/Indikator - Materi Pembelajaran - Indikator Soal: indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian kompetensi, indikator soal menggunakan kata kerja oprasional yang -
dapat diukur Bentuk Tes Nomor Soal
4. Penulisan soal Pada kegiatan menuliskan butir soal ini, setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan pada indikator yang telah dituliskan pada kisi-kisi dan dituangkan dalam spesifikasi butir soal. Bentuk butir soal mengacu pada deskripsi umum dan deskripsi khusus yang sudah dirancang dalam spesifikasi butir soal. Kaidah Penulisan Soal Kompetensi 1. Berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas atau di luar kelas 2. Berhubungan erat antara proses, materi, kompetensi dan pengalaman belajar 3. Mengukur kompetensi peserta didik 4. Mengukur beberapa kemampuan yang diwujudkan dalam stimulus soal 5. Mengukur kemampuan berpikir kritis 6. Mengandung pemecahan masalah a. Soal Uraian Soal Uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta tes untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan gagasan tsb dalam bentuk tulisan. Kaidah Penulisan Soal Uraian 1. Soal sesuai dengan indikator 2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai 6
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran 4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis pendidikan atau tingkat kelas 5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian 6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal 7. Ada pedoman penskorannya 8. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca 9. Rumusan kalimat soal komunikatif 10. Butir soal menggunakan bahasa yang baku 11. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian 12. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu 13. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan peserta didik
b. Soal Pilihan Ganda Jenis Soal PG Pokok Soal (stem) pertanyaan Diakhiri tanda ? Pokok soal (stem) pernyataan /diakhiri tanda …. Komponen soal PG Stem (pokok soal) : pertanyaan-pertanyaan yang berisi masalah yang akan dinyatakan Option : sejumlah pilihan atau alternatif jawaban Contoh Soal Pilihan Ganda o Bila gelombang melalui celah sempit, maka terjadi... A. Difraksi B. Interferensi C. Polarisasi D. Refleksi E. Refraksi 7
Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda 1. Soal harus sesuai dengan indikator 2. Pengecoh harus berfungsi 3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar 4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. 5. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. 6. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. 7. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. 8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama 9. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah/benar”. 10. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya. 11. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. 12. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadangkadang. 13. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. 14. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa. 15. Bahasa
yang
digunakan
harus
komunikatif,
sehingga
pernyataannya mudah dimengerti mahapeserta didik. 16. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
8
17. Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal 5. Melakukan telaah instrumen secara teoritis (validasi soal) Telaah instrumen tes secara teoritis atau kualitatif dilakukan untuk melihat kebenaran instrumen dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Telaah instrumen secara teoritis dapat dilakukan dengan cara meminta bantuan ahli/pakar, teman sejawat, maupun dapat dilakukan telaah sendiri. Setelah melakukan telaah ini kemudian dapat diketahui apakah secara teoritis instrumen layak atau tidak. 6. Melakukan ujicoba dan analisis hasil ujicoba tes Sebelum tes digunakan perlu dilakukan terlebih dahulu uji coba tes. Langkah ini diperlukan untuk memperoleh data empiris terhadap kualitas tes yang telah disusun. Ujicoba ini dapat dilakukan ke sebagian siswa, sehingga dari hasil ujicoba ini diperoleh data yang digunakan sebagai dasar analisis tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektivitas pengecoh, daya beda, dan lainlain. Jika perangkat tes yang disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan, berdasarkan hasil ujicoba tersebut maka kemudian dilakukan revisi instrumen tes. 7. Merevisi soal Berdasarkan hasil analisis butir soal hasil ujicoba kemudian dilakukan perbaikan. Berbagai bagian tes yang masih kurang memenuhi standar kualitas yang diharapkan perlu diperbaiki sehingga diperoleh perangkat tes yang lebih baik. Untuk soal yang sudah baik tidak perlu lagi dibenahi, tetapi soal yang masuk kategori tidak bagus harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas. Setelah tersusun butir soal yang bagus, kemudian butir soal tersebut disusun kembali untuk menjadi perangkat instrumen tes, sehingga instrumen tes siap digunakan. Perangkat tes yang telah digunakan dapat dimasukkan ke dalam bank soal sehingga suatu saat nanti bisa digunakan lagi. 9
3. Kriteria Kompetensi dan Indikator Soal a. Kriteria Kompetensi 1. Urgensi: KD/indikator/materi yang secara teoritis, mutlak harus dikuasai oleh peserta didik. 2. Kontinuitas: KD/indikator/materi lanjutan yang merupakan pendalaman materi sebelumnya. 3. Relevansi: yang diperlukan untuk mempelajari dalam bidang studi lain. 4. Keterpakaian: memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari. b. Indikator Soal
Indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian kompetensi
Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur
Indikator mengacu pada materi pembelajaran sesuai kompetensi
4. Teknik Perumusan Indikator Soal 1. Bila soal terdapat stimulus Rumusan indikatornya : Disajikan...., peserta didik dapat menjelaskan... 2. Bila soal tidak terdapat stimulus Rumusan indikatornya : Peserta didik dapat membedakan.... Menuntut Penalaran Tinggi Setiap soal : 1. Diberikan dasar pertanyaan (stimulus) 2. Mengukur kemampuan berpikir kritis 3. Mengukur keterampilan pemecahan masalah Mengukur Kemampuan Berpikir Kiritis 1. Membandingkan
Jelaskan persamaan dan perbedaan antara ... dan ....
Bandingkan dua cara berikut tentang ....
2. Hubungan sebab-akibat
Apa penyebab utama ....
Apa akibat .... 10
3. Memberi alasan (justifying)
Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang ....
4.
Meringkas
Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ....
Ringkaslah dengan tepat isi ....
5.
Menyimpulkan
Susunlah beberapa kesimpulan yang bersasal dari data..
Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut ....
6. Berpendapat (inferring)
Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila ....
Apa reaksi A terhadap ....
7. Mengelompokkan
Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
Apakah hal berikut memiliki ....
8. Menciptakan
Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang...
Lengkapilah cerita... tentang apa yang akan terjadi bila..
9. Menerapkan
Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....
Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman ....
10. Analisis
Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....
11. Sintesis
Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ....
Tuliskan sebuah laporan .... 11
12. Evaluasi
Apakah kelebihan dan kelemahan ....
Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang ....
Mengukur Keterampilan Pemecahan Masalah 1. Mengidentifikasi masalah Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi suatu situasi/masalah, peserta didik dapat mengidentifikasi masalah yang nyata atau masalah apa yang harus dipecahkan. 2. Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang berisi sebuah masalah, peserta didik dapat merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan. 3. Memahami kata dalam konteks Contoh indikator soal: Disajikan beberapa masalah yang konteks kata atau kelompok katanya digarisbawahi, peserta didik dapat menjelaskan maknanya yang berhubungan dengan masalah itu dengan kata-katanya sendiri. 4. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai Contoh indikator soal: Disajikan beberapa informasi yang relevan dan tidak relevan terhadap masalah, peserta didik dapat mengidentifikasi semua informasi yang tidak relevan. 5. Memilih masalah sendiri Contoh indikator soal: Disajikan beberapa masalah, peserta didik dapat memberikan alasan satu
masalah
yang
dipilih
sendiri,
dan
menjelaskan
cara
penyelesaiannya. 6. Mendeskripasikan berbagai strategi Contoh indikatir soal: 12
Diasajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapt memecahkan masalah ke dalam dua cara atau lebih, kemudian menunjukkan solusinya ke dalam gambar, diagram, atau grafik. 7. Mengidentifikasi asumsi Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat memberikan solusinya berdasarkan pertimbangan asumsi untuk saat ini dan yang akan datang. 8.
Mendeskripsikan masalah Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan
masalah,
peserta
didik
dapat
menggambarkan sebuah diagram atau gambar yang menunjukkan situasi masalah. 9. Memberi alasan masalah yang sulit Contoh indikator soal: Disajikan sebuah masalah yang sukar dipecahkan atau informasi pentingnya dihilangkan, peserta didik dapat menjelaskan mengapa masalah ini sulit dipecahkan atau melengkapi informasi penting yang dihilangkan. 10. Memberi alasan solusi Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih kemungkinan solusinya, peserta didik dapat memilih satu solusi yang paling tepat dan memberikan alasannya. 11. Memberi alasan strategi yang digunakan Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk menyelesaikan masalah, peserta didik dapat memilih satu strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah itu dan memberikan alasannya. 12. Memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah Contoh indikator soal: Disajikan sebuah cerita, kartun, grafik atau tabel dan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat memecahkan masalah dan menjelaskan prosedur yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah. 13. Membuat strategi lain 13
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dan satu strategi untuk menyelesaikan masalahnya, peserta didik dapat menyelesaikan masalah itu dengan menggunakan strategi lain. 14. Menggunakan analogi Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dan strategi penyelesaiannya, peserta didik dapat: (1) mendeskripsikan masalah lain (analog dengan masalah ini) yang dapat diselesaikan dengan menggunakan strategi itu, (2) memberikan alasannya. 15. Menyelesaikan secara terencana Contoh indikator soal: Disajikan sebuah situasi masalah yang kompleks, peserta didik dapat menyelesaikan masalah secara terencana mulai dari input, proses, output, dan outcomenya. 16. Mengevaluasi kualitas solusi Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dan beberapa strategi untuk menyelesaikan masalah, peserta didik dapat: (1) menjelaskan dengan menerapkan strategi itu, (2) mengevaluasinya, (3) menentukan strategi mana yang tepat, (4) memberi alasan mengapa strategi itu paling tepat dibandingkan dengan strategi lainnya. 17. Mengevaluasi strategi sistematikanya Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah, beberapa strategi pemecahan masalahnya, dan prosedurnya, peserta didik dapat mengevaluasi strategi pemecahannya berdasarkan prosedur yang disajikan.
5. Kelebihan dan Kelemahan Tes a. Tes Essay Kelebihan: a) Menyusun soal sangat mudah b) Testee bebas menjawab c) Testee melatih mengemukakan gagasan d) Lebih ekonomis Kelemahan: 14
a) b) c)
Kurang efektif untuk materi yang scopnya luas Jawabannya kurang heterogen menyulitkan tester Baik-buruk tulisan, panjang pendek, tidak
d) e)
menimbulkan penskoran kurang efektif Salah pengertian dalam memahami soal tes Koreksi memerlukan waktu dan ketelitian
sama
jawaban
b. Tes Objektif Kelebihan : a) Menilai bahan pelajaran scopnya luas b) Jawaban bebas terpimpin c) Dinilai secara objektif d) Pemeriksaan mudah dan cepat Kelemahan : a) b) c) d)
Kurang memberi kesempatan menyatakan gagasan Testee mencoba-coba, spekulasi Memerlukan ketelitian, waktu cukup lama Kurang ekonomis
B. INSTRUMEN NON TES 1. Jenis-Jenis Instrumen Non Tes Ada beberapa macam instrumen non tes yang dapat digunakan dalam penilaian pembelajaran matematika, antara lain: a. Angket (Quetioner) Angket adalah alat penilaian berupa daftar pertanyaan/pernyataan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu. Angket dapat digunakan untuk memperoleh informasi kognitif maupun afektif. Angket berfungsi sebagai alat pengumpul data. Data tersebut berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat mengenai suatu hal. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau bentuk sekala sikap, misalnya skala likert yang biasanya digunakan untuk menilai aspek-aspek psikologis yang diduga berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Data yang dihimpun melalui angket biasanya adalah data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran, antara lain: cara belajar, fasilitas belajar yang tersedia, bimbingan guru dan orang tua, sikap terhadap mata pelajaran 15
tertentu, dan pandangan siswa terhadap proses pembelajaran, serta sikap siswa terhadap gurunya. Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila angket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya. Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, angket dibagi menjadi angket langsung dan angket tidak langsung. Angket langsung adalah angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan angket tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui. Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu angket berstuktur dan angket tidak berstuktur. Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula. Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan- penjelasan, alasan-alasan terbuka.
16
Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan angket antara lain: Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang
banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan
kembali. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak
diawasi secara mendetail. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket
yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya. b. Wawancara Wawancara adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temannya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai, Keterampilan pewawancara, Pedoman wawancara. Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat penilaian , yaitu: 1. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured
Interview)
atau
wawancara
sistematis
(Systematic Interview). 17
2. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas. Wawancara sebagai alat penilaian non tes memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan wawancara antara lain : 1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek. 2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya 3. Wawancara
dapat
dilaksanakan
serempak
dengan
observasi. 4. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket. 5. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek. Sedangkan kelemahan wawancara antara lain: 1. Keberhasilan
wawancara
dapat
dipengaruhi
oleh
kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai. 2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksanaan wawancara. 3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara. 18
Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara. Pedoman wawancara disusun dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara. 2. Berdasarkan tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut. Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar dalam menyusun materi pertanyaan wawancara. 3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk berstruktur atau bentuk terbuka. 4. Buatlah pertanyaan wawancara yang berstruktur atau yang bebas. 5. Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara. c. Sosiometri Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu
lain,
struktur
hubungan
individu
dan
arah
hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Tes sosiometri ada dua macam, yaitu: (1) tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu criteriumbersama-sama dengan temanteman
yang
menyatakan
dipilih;
(2)
kesukaannya
tes
yang
atau
mengharuskan
ketidaksukaannya
terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya.
19
Ada
beberapa
bentuk
analisis
sosiometri
diantaranya: 1. Matrix sosiometri Matrix adalah tatanan angka-angka atau lambanglambang lain dalam bentuk segi empat. Data yang diperoleh dari angket sosiometri kemudian dirangkum dalam matrik sosiometri yaitu dalam suatu tabel yang berisi nama pilihan. Nama pilihan tersebut yaitu yang sudah dipilih oleh peserta. Bentuk hubungan nya seperti:
Bentuk segitiga (triangle), bentuk ini merupakan suatu persahabatan atau hubungan yang mempunyai
intensitas yang cukup kuat. Bentuk bintang (star), bentuk ini kurang baik sebab jika A (yang berkedudukan sebagai pusat)tidak ada
maka kelompok itu akan pecah. Berbentuk jala (network),
hubungan
cukup
menyeluruh, baik, kuat dan hilangnya seseorang tidak akan membuat kelompoknya pecah karena
hubungan ini mempunyai intensitas yang cukup kuat. Berbentuk rantai (chain), hubungan searah atau sepihak, tidak menyeluruh. Kelompok demikian ini
keadaanya rapuh. 2. Sosiogram Arti sosiogram sendiri yaitu bagan pilihan yang dibuat dalam sekelompok, lebih banyak pada hal-hal yang praktis dari pada maksud dan tujuan penelitian, atau karena analisisnya matematis dan sulit sehingga membutuhkan ruang yang demikian banyak yang tidak dimungkinkan. 3. Indeks sosiometri
20
Indeks sosiometri adalah angka tunggal yang terhitung dari suatu angka bilangan atau lebih yang dihasilkan oleh data sosiometri. Indeks ini menunjukan karakteristik
sosiometri
individu,
kelompok
dan
merupakan kesimpulan. Kelebihan dan kelemahan sosiometri yaitu: Kelebihan sosiometri anatara lain:
Sosiometri mudah dilakukan karena guru tinggal meminta anak didik
untukmenyebutkan dengan siapa anak senang bermain atau belajar. Pengolahan hasil pengumpulan data relatif mudah karena guru
tinggalmentabulasi pilihan masing-masing anak. Dalam waktu singkat dapat diperoleh informasi yang diperlukan. Tidak menelan biaya banyak. Tidak perlu kemampuan khusus untuk melakukan sosiometri. Kelemahan sosiometri anatara lain:
Informasi terkumpul hanya dari ungkapan yang disampaikan anak. Bersifat sangat situasional (tergantung keadaan anak saat itu)
d. Assesmen Kerja Assesmen kerja adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu dalam penilaian kerja diperlukan instrumen
berupa
observasi. Beberapa
hal
lembar berikut
pengamatan ini
adalah
atau yang
lembar perlu
dipertimbangkan dalam melakukan penilaian kerja, antara lain: 1. Langkah-langkah kerja yang diharapakan agar dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja suatu kompetensi. 2. Ketepatan dan kelengkapan aspek yang akan dinilai dalam suatu kinerja. 3. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. 21
4. Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati. 5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati. Penilaian kinerja dapat dilakukan melalui: (1) penilaian tertulis (paper and pencil), (2) identifikasi, (3)simulasi, dan (4) memberi contoh kerja (work sample). Metode penilaian kinerja
Penilaian Skala Grafik (Graphic Rating Scale) Penilaian skala grafik meliputi: (1) penilaian berdasarkan
daftar
skala
yang
menggambarkan
sejumlah ciri-ciri tingkatan kinerja pegawai pada suatu organisasi; (2) cara penilaian praktis dan dapat menilai banyak aspek; (3) tersedia kolom untuk komentar, saran,
dan
catatan;
(4)
dipakai
sebagian
besar
organisasi.
Alternatif Perangkingan (Alternation Ranking) Alternatif perangkingan meliputi: (1) penilain dengan merangking capeg atau pegawai dari yang paling baik ke yang paling buruk untuk satu atau lebih ciri kinerja/spesifikasi tugas; (2) praktis (disarankan 1 lembar dan untuk kelompok kecil); (3) menghabiskan waktu, jika yang dibandingkan banyak; (4) tidak ada kolom nilai dan detail komentar; (5) cocok untuk melengkapi metode penilaian yang lain; (6) tidak memberikan detail penilaian aspek/ciri tugas tertentu.
Komparasi Pasangan (Paired Comparation) Komparasi pasangan meliputi: (1) menilai kinerja calon pegawai dengan cara mempetakan perbandingan satu
dengan
lainnya
sehingga
dapat
diketahui
karyawan yang lebih baik dari pasangannya, (2) satu 22
karyawan diberi pasangan dan dibandingkan dengan yang lainnya, dan (3) pegawai yang paling banyak mendapat tanda + adalah pegawai yang paling baik kinerjanya.
Pemaksaan
Distribusi
Kurva
Normal
(Forced
Distribution) Pemaksaan distribusi kurva normal meliputi: (1) menilai calon pegawai atau pegawai berdasarkan pola bahwa hasilnya harus berdistribusi normal, (2) dipakai sebagai pendekatan dalam menentukan penggolongan insentif dan bimbingan, dan (3) ditentang Deming karena memaksakan harus ada kelompok staf dengan kinerja di bawah standar kinerja.
Pencatatan Kejadian Kritis (Critical Incident) Pencatatan kejadian kritis meliputi: (1) penilaian kinerja dengan selalu mencatat peristiwa kritis yang terjadi maupun
dilakukan yang
karyawan tidak
baik
yang
direncanakan.
diharapkan Selanjutnya
mendiskusikannya di suatu periode waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya, misalnya setiap 6 bulan; (2) kelemahannya, pengevaluasi arsip sehingga tidak hanya menilai atsa dasar fakta baru yang terjadi saja; (3)
sebaiknya
dipakai
untuk
melengkapi
metode
penilaian lain, misalnya metode komparasi; (4) jika dipakai sendiri, tidak tepat untuk mengkomparasikan dengan staf lainnya sehingga tidak tepat juga untuk penentuan gaji.
Formulir Narative (Narative Form) Formulir naratif meliputi : (1) penilain calon pegawai atau pegawai dengan menggunakan formulir 23
naratif yang menckup antara lain kinerja pegawai dibandingkan dengan standar kinerja. Contoh-contoh kinerja
kritikal
dan
rencana
peningkatan
untuk
mencapai/melebihi standar kinerja yang ditentukan, dan
(2)rangkuman
penilaian
diakhiri
dengan
memfokuskan pada pemecahan masalah.
Pertautan Standar Tingkah Laku (Behaviorally Anchored Rating Scales = BARS) Pertautan standar tingkah laku meliputi : (1) penilaian
calon
pegawai
mengkombinasikan form, critical
atau
pegawai
kelebihan
incidents dan
dengan
dari narrative
perangkingan
dengan
mengacu pada contoh tingkah laku spesifik (behavior) yang baik maupun yang jelek, dan (2) metode ini lebih lengkap dan lebih baik dari yang sebelumnya, hanya lebih lama /sulit dibuat. Tahap membuat BARS: (1) kembangkan insiden kritikal efektif dan non efektif dari suatu kinerja, (2) rumuskan ranah kinerjanya, misalnya pengetahuan atau sikap, (3) mintakan pertimbangan pada kelompok lain tentang ranah kinerja di atas, (4) buat skala insidennya, biasanya dipilih 7 atau 9 skala, (5) susun final instrument untuk masing-masing ranah kinerja di atas.
Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By Objective) Penilaian dengan mengacu pada sasaran-sasaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodic: (1) tentukan sasaran organisasi. Sasaran harus
specific,
Measurable,
Realistic,
and
Time24
bounding sasaran organisasi; (3) tentukan kontribusi calon pegawai atau pegawai selaras dengan sasaran departemen;
(4)
tentukan
secara
rinci
sasaran
individual karyawan jangka pendek; (5) ukur dan reviu kinerja calon pegawai atau pegawai dengan sasaran yang ditentukan; (6) beri umpan balik setiap periode pengukuran. Tiga hal yang harus dihindari adalah: (1) Hindari sasaran kinerja yang tidak jelas atau tidak dapat diukur. Artinya, ada indikator kinerja dalam bentuk kuantitatif; (2) penilaian MBO memerlukan waktu yang banyak seperti menentukan sasaran, mengukur sasaran, dan member umpan balik; dan (3) menentukan sasaran individu yang mendukung sasaran organisasi sering menimbulkan perselisihan.
Evaluasi 360 Derajat Dengan metode ini diperoleh umpan balik ganda yang tidak hanya dari atasan langsung tetapi juga dari rekan sejawat dan pelanggan. Sumber data dari: (1) survey kepuasaan dari pelanggan eksternal, dan (3) evaluasi diri sendiri. Kelebihan dan kelemahan assesmen kerja yaitu:
e. Portofolio Secara dokumen seseorang,
umum,
berupa
portofolio
objek
kelompok,
merupakan
penilaian lembaga,
yang
kumpulan
dipakai
organisasi
oleh atau
perusahaan yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan menilai perkembangan suatu proses. Kelebihan dan kelemahan portofolio sebagai alat penilain, yaitu: Kelebihan portofolio antara lain: 25
Dapat
melihat
kemampuan
pertumbuhan
peserta
didik
dan
dari
perkembangan
waktu
berdasarkan feedback dan refleksi diri. Membantu guru melakukan penilaian
ke
secara
waktu adil,
objektif, dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa
mengurangi kreativitas peserta didik di kelas. Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang telah mereka kerjakan, seperti di kelas maupun di luar kelas dalam rangka
implementasi program pembelajaran. Meningkatkan peran peserta didik secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan penilaian. Memberi kesempatan kepada peserta
meningkatkan kemampuan mereka. Membantu guru mengklarifikasi dan mengindentifikasi
program pembelajaran. Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru,
didik
untuk
komite sekolah, dan masyarakat lainnya dalam melihat
pencapaian kemampuan peserta didik. Memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri, refleksi, dan mengembangkan kemampuan berpikir
kritis. Guru dan peserta dididk sama-sama bertanggung
jawab untuk merancang dan menilai kemajuan belajar. Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen antara peserta didik yang pandai dan yang kurang
pandai. Memungkinkan
guru
memberikan
hadiah
terhadap
setiap usaha belajar peserta didik. Kelemahan portofolio antara lain: Membutuhkan waktu dan kerja ekstra. Ada kecenderungan guru hanya 2. Pengembangan Instrumen Non Tes a. Memahami Langkah-langkah Mengembangkan Instrumen Non Tes 26
Ada sembilan langkah dalam mengembangkan instrumen non tes, yaitu: 1. Menentukan spesifikasi instrumen Penentuan spesifikasi instrumen dimulai dengan menentukan kejelasan tujuan. Setelah menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya menyusun kisi-kisi instrumen.
Membuat
kisi-kisi
diawali
dengan
menentukan
definisi
konseptual, yaitu definisi aspek yang akan diukur menurut hasil kajian teoritik berbagai ahli/referensi. Selanjutnya merumuskan definisi operasional, yaitu definisi yang Anda buat tentang aspek yang akan diukur setelah mencermati definisi konseptual. Definisi operasional ini kemudian dijabarkan menjadi indikator dan ditulisan dalam kisi-kisi. Selanjutnya Anda perlu menentukan bentuk instrumen dan panjang instrumen. 2. Menentukan skala penilaian Skala yang sering digunakan dalam instrumen penilaian antara lain adalah: Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik. 3. Menulis butir instrumen Pada tahap ini Anda merumuskan butir-butir instrumen berdasarkan kisikisi. Pernyataan dapat berupa pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif merupakan pernyataan yang mengadung makna selaras dengan indikator, sedangkan pernyataan negatif adalah pernyataan yang berisi kontra kondisi dengan indikator. 4. Menentukan penyekoran Sistem penyekoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran yang digunakan. Pada skala Thurstone, skor tertinggi tiap butir 7 dan skor terendah 1. Pada skala Likert, awal skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1, karena sering kecenderungan responden memilih jawaban katergori tengah, maka dimodifikasi hanya menggunakan empat pilihan. Skor siswa dapat ditafsirkan dengan kriteria berikut: Tabel. Kriteria Penafsiran X ≥ M i+ Sb i
Interval Nilai
Interpretasi Baik
M i−Sb i≤ X < M i+ Sb i
Sedang
X ≤ M i – Sb i
Kurang
27
Keterangan :
X
: Skor responden
M i : Mean ideal Sbi : Simpangan baku ideal 1 Mi= (skor tinggi +skor rendah) 2 1 Sbi= ( skor tinggi−skor rendah) 6 5. Menelaah instrumen Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan komunikatif
dan
menggunakan
tata
bahasa
yang
benar, c)
butir
pertanyaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik untuk dibaca, e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir dan/atau panjang kalimat pertanyaan/ pernyataan sudah tepat sehingga tidak menjemukan untuk dibaca/dijawab. Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki instrumen. 6. Menyusun instrumen Langkah ini merupakan tahap menyusun butir-butir instrumen setelah dilakukan penelaahan menjadi seperangkat instrumen yang siap untuk diujicobakan. Format instrumen harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya. 7. Melakukan uji coba instrumen Setelah instrumen tersusun dengan utuh, kemudian melakukan uji coba instrumen. Untuk itu dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi. Uji coba dilakukan untuk memperoleh informasi empirik tentang kualitas instrumen yang dikembangkan. 8. Menganalisis hasil uji coba Analisis hasil ujicoba dilakukan untuk menganalisis kualitas instrumen berdasarkan data ujicoba. Dari analisis ini diharapkan diketahui mana yang sudah baik, mana yang kurang baik dan perlu diperbaiki, dan mana yang tidak bisa digunakan. Selain itu, analisis hasil ujicoba ini juga dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang validitas dan reliabilitas instrumen. 9. Memperbaiki instrumen 28
Perbaikan dilakukan berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil telaah instrumen baik, namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Perbaikan termasuk mengakomodasi saran-saran dari responden uji coba. A. Langkah pengembangan Angket Menentukan spesifikasi tes Tujuan instrumen ini adalah untuk menggali informasi tentang sikap siswa dalam memahami pelajaran Limit Fungsi. Sebelum menyusun kisi-kisi, Anda perlu mengkaji berbagai literatur sehingga Anda mengerti dengan benar apakah yang dimaksud dengan sikap memahami pelajaran Limit Fungsi dalam pemecahan masalah. Sebagai ilustrasi, berikut contoh kajian literatur tentang sikap menghargai kegunaan matematika dalam pemecahan masalah: Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975, dalam Depdiknas, 2004) adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap merupakan kecenderungan merespons secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Sikap peserta didik setelah mengikuti pelajaran harus lebih positif dibanding sebelum mengikuti pelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Pada Permendiknas No 22 Tahun 2006 disebutkan bahwa salah satu tujuan diajarkan mata pelajaran matematika disekolah adalah agar siswa memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan definisi teoritik di atas, Anda dapat merumuskan definisi operasional sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan masalah. Misalnya, siswa dikatakan memiliki sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan masalah jika: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, dan sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Setelah Anda merumuskan definisi 29
operasional seperti di atas, Anda dapat membuat kisi-kisi instrumen. Misalkan sebagai berikut: Tabel. Kisi-Kisi Instrumen Aspek Indikator Sikap memahami pelajaran Limit Memiliki rasa ingin tahu Memiliki perhatian dalam belajar Fungsi. Memiliki minat mempelajari Memiliki sikap ulet Memiliki rasa percaya diri, aktif dalam pemecahan masalah
Setelah Anda menentukan indikator sikap memahami pelajaran Limit Fungsi seperti pada tabel di atas, selanjutnya Anda menentukan bentuk instrumen yang digunakan, disini berdasarkan indikator diatas maka dapat menggunakan jenis instrument non tes yaitu angket. Langkah berikutnya adalah menentukan panjang instrumen. Setelah Anda menyelesaikan spesifikasi instrumen, langkah selanjutnya adalah menentukan skala pengukuran dan dilanjutkan menyusun butir-butir instrumennya. Misalnya angket dibawah ini memberikan contoh skala Likert. Pada skala likert, alternaif jawaban adalah dapat menggunakan alternatif: SS: Sangat Setuju; S: Setuju; TS : Tidak Setuju; STS: Sangat Tidak Setuju. Setelah skala pengukuran sudah ditetapkan, berikutnya Anda dapat menyusun butir-butir instrumennya. Tabel. Butir-Butir Pernyataan Angket Indikator
Pernyataan
Memiliki rasa ingin tahu
Saya merasa mudah memahami Limit Fungsi Saya selalu mengerjakan soal-soal Limit
Jenis Pernyataan Positif Negatif √ √ 30
Memiliki perhatian dalam belajar
Fungsi ini dengan tekun Saya tertantang untuk mengetahui Limit
√
Fungsi ini lebih dalam lagi Selama pembelajaran Limit
√
Fungsi
berlangsung, saya memperhatikan setiap penjelasan yang diberikan guru. Saya memperhatikan dengan
seksama
√
tanggapan guru terhadap pertanyaan siswa. Selama pembelajaran matematika berlangsung, saya melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran matematika Saya menyukai pelajaran Limit Fungsi ini Proses pembelajaran Limit Fungsi ini
√ √
menyenangkan Saya setuju bahwa belajar Limit Fungsi ini
√
Memiliki rasa percaya
akan banyak gunanya. Saya berusaha menjawab ketika guru
√
diri,
matematika mengajukan pertanyaan selama
Memiliki minat Mempelajari
aktif
dalam
pemecahan masalah
√
pembelajaran Saya tidak aktif menyampaikan pendapat ketika materi disampaikan guru
√
Untuk penyekoran menggunakan ketentuan berikut: Untuk pernyataan positif: SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1 Untuk pernyataan negatif: SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4 Karena terdapat 11 butir, maka skor tertinggi adalah 44 dan skor terendah 11. Untuk menentukan kriteria penafsiran Anda perlu menghitung terlebih dahulu mean ideal (Mi) dan simpangan baku sebagai berikut: 1 Mi= ( skor tinggi+ skor rendah ) 2 1 ¿ ( 44+11 ) 2 ¿ 27,5 31
1 Sbi= ( skor tinggi−skor rendah ) 6 1 ¿ ( 44−11 ) 6 ¿ 5,5
Berdasarkan kriteria penafsiran pada 2.3.1. , kriteria penafsiran yang sesuai adalah sebagai berikut. Interval Nilai X ≥33
Interpretasi Baik
22≤ X <33
Sedang
X ≤22
Kurang
Lalu, sebelum butir-butir pernyataan di atas disusun menjadi angket yang utuh, lakukan telaah terlebih dahulu atas butir-butir itu agar butir penyataan yang dimasukkan dalam angket nanti sudah tepat. B. Wawancara Menentukan spesifikasi tes Tujuan instrumen ini adalah untuk menggali informasi tentang sikap siswa dalam memahami pelajaran Limit Fungsi. Anda dapat merumuskan definisi operasional sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan masalah. Misalnya, siswa dikatakan memiliki sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan masalah jika: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, dan sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Setelah Anda merumuskan definisi operasional seperti di atas, Anda dapat membuat kisi-kisi instrumen. Misalkan sebagai berikut: Tabel. Kisi-Kisi Instrumen Aspek Indikator Sikap memahami pelajaran Limit Memiliki rasa ingin tahu Memiliki perhatian dalam belajar Fungsi. Memiliki minat mempelajari 32
Memiliki sikap ulet Memiliki rasa percaya diri, aktif dalam pemecahan masalah Setelah Anda menentukan indikator sikap memahami pelajaran Limit Fungsi seperti pada tabel di atas, selanjutnya Anda menentukan bentuk instrumen yang digunakan, disini berdasarkan indikator diatas maka dapat menggunakan jenis instrument non tes yaitu wawancara. Langkah berikutnya adalah menentukan panjang instrumen. Setelah Anda menyelesaikan spesifikasi instrumen, langkah selanjutnya adalah menyusun butir-butir instrumennya. Tabel. Butir-Butir Pertanyaan Wawancara Indikator Memiliki ingin tahu
rasa
Pertanyaan Apakah kamu merasa mudah memahami Limit Fungsi Apakah kamu selalu mengerjakan soal-soal Limit Fungsi ini dengan tekun Apakah kamu tertantang untuk mengetahui Limit Fungsi ini
Memiliki perhatian dalam belajar
Memiliki minat mempelajari
Memiliki
rasa
lebih dalam lagi Apakah kamu selama pembelajaran Limit Fungsi berlangsung, saya memperhatikan setiap penjelasan yang diberikan guru. Apakah kamu memperhatikan dengan seksama tanggapan guru terhadap pertanyaan siswa. Apakah kamu selama pembelajaran matematika berlangsung, saya melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran matematika Apakah kamu menyukai pelajaran Limit Fungsi ini Apakah proses pembelajaran Limit Fungsi ini menyenangkan Apakah kamu setuju bahwa belajar Limit Fungsi ini akan banyak gunanya. Apakah kamu berusaha menjawab ketika guru matematika
percaya diri, aktif
mengajukan pertanyaan selama pembelajaran
dalam pemecahan
Apakah kamu tidak aktif menyampaikan pendapat ketika materi disampaikan guru
masalah
33
Lalu, sebelum butir-butir pernyataan di atas disusun menjadi daftar wawancara yang utuh, lakukan telaah terlebih dahulu atas butir-butir itu agar butir penyataan yang dimasukkan dalam daftar wawancara nanti sudah tepat. Setelah menyusun butir-butir wawancara, yang dilakukan yaitu memberikan kesimpulan secara umum bagaimana responden(siswa) menjawab. Namun,
hal-hal
yang
perlu
diperhatikan
didalam
guru
sebagai
pewawancara yaitu:
Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai background
tentang apa yang akan ditanyakan. Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud
wawancara tersebut. Harus menjaga hubungan yang baik. Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya
jelas. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi
sumber data. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama. Guru harus mengobrol dalam wawancara. Batasi waktu wawancara. Hindari penonjolan aku dari guru
C. Sosiometri Tahap-tahap dalam pelaksanaan sosiometri adalah: Tahap persiapan a. Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki. b. Memberikan informasi atau keterangan
tentang
tujuan
penyelenggaraan sosiometri. c. Mempersiapkan angket sosiometri Tahap Pelaksanaan a. Membagikan dan mengisi angket sosiometri. b. Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah angket sudah diisi
dengan benar Tahap Pengolahan Memeriksa hasil angket 34
Berdasarkan diatas, berikut merupakan contoh langkah pengembangan instrumen jenis non tes yaitu sosiometri berdasarkan tujuan pembelajaran. D. Assesmen Kerja (Unjuk Kerja) Penilaian unjuk kerja ini merupakan salah satu jenis penilaian yang termasuk pada penilaian autentik atau penilaian alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalahmasalah dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status siswa berdasar hasil kerja atas suatu tugas. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Oleh karena itu dalam penilaian unjuk kerja diperlukan instrumen misalnya berupa lembar pengamatan atau lembar observasi. Penilaian unjuk kerja berguna untuk mengukur keterampilan atau sikap siswa melakukan kerja tertentu. Contoh unjuk kerja yang dapat diamati antara lain: kemampuan siswa dalam menggunakan atau mendemontrasikan alat peraga matematika, memecahkan masalah kontekstual, dan melakukan penelitian matematika sederhana. Instrumen penilaian unjuk kerja dapat terdiri dari lembar pengamatan saja, misalnya dalam kegiatan menggambar bangun datar dan memberi nama sudut, membagi sudut yang telah diketahui menjadi dua sama besar. Pada lembar pengamatan harus didefinisikan aspek yang dinilai berupa perilaku yang diharapkan muncul dari siswa selama proses unjuk kerja, aspek-aspek yang dinilai ini dipilih dengan mempertimbangkan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Selain itu juga dicantumkan pedoman penskoran dan cara menilainya termasuk bagaimana mengubah dari data kualitatif menjadi kuantitatif.
Instrumen
penilaian
unjuk
kerja
dapat
berupa
lembar
pengamatan/observasi dengan skala rentang (rating scale) dan daftar cek (check list). E. Portofolio 35
Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Jadi portofolio adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya dalam studi tertentu. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa dengan menilai kumpulan karya-karya dan tugas-tugas yang dikerjakan siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat perkembangan kemampuan siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian portofolio adalah sebagai berikut.
Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang bersangkutan. Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan. Mengumpulkan dan menyimpan contoh karya. Menentukan kriteria untuk penilaian portofolio. Meminta siswa untuk menilai secara terus-menerus hasil portofolionya. Merencanakan pertemuan dengan siswa yang dinilai. Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portofolio. Dalam matematika, portofolio dapat berupa dokumen hasil kerja siswa
misalnya hasil pekerjaan di rumah, sertifikat hasil lomba, tugas-tugas karya ilmiah siswa, dan sebagainya. Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini obyektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik.
Daftar Pustaka Ekawati, Estina dan Sumaryanta. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SD/SMP. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Hamzah B. Uno, dkk. 2001. Pengembangan Instrumen untuk Penelitian. Jakarta: Delima Press Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka (offline) Suryadi. Teknik Menyusun Alat Evaluasi dan Analisis Hasil Belajar (online) . diakses pada 1 Oktober 2012. Anonymus. Tanpa Tahun. Modul Penilaian Non Tes. Disadur dari : (http://staff.uny.ac.id/sites). Diakses tanggal 16 November 2015. 36
Anonymus. Tanpa Tahun. Pengembangan Alat Penilaian Proses dan Hasil Belajar Matematika. Disadur dari (http://file.upi.edu). Diakses tanggal 16 November 2015. Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Ekawati, Etina dan Sumaryanta. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SD/SMP. Yogyakarta : Kemendiknas Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan PPPPTK Matematika. Kemendiknas. 2013. Penilaian dan Model Rapor Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Priatna, Bambang Avip. 2008. Instrumen Penelitian. Disadur dari : (http://file.upi.edu/direktori/FPMIPA). Diakses tanggal 19 November 2015.
2