PENGARUH PUASA DALAM KESTABILAN GULA DARAH NORMAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
RAHMA AFIATUC CAHYA
1130013128 /6 C
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS NU SURABAYA
2015-2016
Abstrak : makalah ini mengkaji pengaruh puasa dalam kestabilan gula darah normal pada penderita diabetes melitus. kajian penting dalam makalah ini adalah (1) bagaimana bentuk gambaran klinis Diabetes Melitus ? dan (2) bagaimanakah pengaruh puasa dalam kestabilan gula darah normal pada penderita diabetes melitus ? kajian ini didasarkan pada kajian teori Diabetes melitus , dalam hal pengaruh puasa pada pasien Diabetes Melitus. Data dalam makalah ini berasal adalah ujaran dosen, jurnal, dan bagi buku-buku dan literature.
Keywords: Puasa, Diabetes Melitus
Pendahuluan
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tak terkendali, penyakit ini akan menimbulkan penyakit – penyakit yang dapat berakibat fatal. Termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan dan amputasi. Dalam Diabetes Atlas 2000 ( Internasional Diabetes Federation ).
Diabetes adalah perubahan menetap dalam sistem kimiawi tubuh yang mengakibatkan darah mengandung terlalu banyak gula. Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin. Penyakit DM sekarang ini diindikasifikasikan berdasarkan proses patogenik yang menyebabkan hiperglikemia. DM tipe 1 ditandai dengan kekurangan insulin dan kecenderungan terjadinya ketosis , semntara DM tipe 2 merupakan kelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan berbagai derajat retensi insulin, gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa yang berlebihan oleh hati. Hormon adalah unsur kimia yang dibuad oleh tubuh (dalam hal ini pankreas) dan dilepas ke dalam aliran darah untuk digunakan oleh bagian tubuh yang membutuhkannya. Insulin itu berbetuk unik, menempel dalam wadah-wadah khusus pada permukaan sel-sel diseluruh tubuh. Dengan demikian, insulin membuat sel-sel sari gula dari darah dan mencegah untuk menghancurkan protein dan lemak.
( A Dorling Kindersley Book 2002).
Penyakit Diabetes Mellitus ini di vonis " tidak bisa sembuh ". Dalam daftar rengking pembunuh manusia, DM mwnduduki peringkat ke empat. Pada kongres federasi diabetes internasional di Paris tahun 2003 terungkap bahwa sekitar 194 juta orang di dunia mengidap penyakit ini. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderitannya akan melonjak sampai 333 juta orang . di indonesia predikat diabetes mengenai lebih dari 2,5 juta orang dan diperkirakan terus bertambah. (Mistra, 2004)
Tercantum perkiraan penduduk Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi prevelensi DM sebesar 4,6%, di perkirakan pada tahun 2000 pasien DM akan berjumlah 5,6 juta1. Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti ini , diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien diabetes1. Suatu jumlah yang sangat besar dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis / subspesialis. Semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah, harus ikut serta dalam usaha menanggulangi timbulnya ledakan DM ini harus sudah dimulai dari sekarang.
Diabetes melitus dapat menyerang warga segala lapisan umur dan sosial ekonomi. Di Indonesia saat ini masalah DM belum menempati skala prioritas utama pelayanan kesehatan walaupun sudah jelas dampak negatifnya, yaitu berupa penurunan kualitas SDM, terutama akibat penyulit menahun yang ditimbulkannya
Bagaimana Bentuk Gambaran klinis Diabetes Melitus
Gejala DM yang sering dijumpai meliputi poliuria, polidipsia,penurunan berat badan , keluhan mudah lelah, kelemahan, pandangan yang kabur, infeksi superfisial, dan penyembuhan luka yang buruk. Riwayat sakit yang lengkap harus diperoleh dengan penekanan khusus pada berat badan, olahraga, kebiasaan merokok, minum minuman keras (alkohol), riwayat diabetes dalam keluarga dan faktor risisko penyakit kardiovaskular. Pada pasien dengan diagnosis DM yang sudah ditegakkan harus dilakukan pengkajian terhadap perawatan diabetes sebelumnya, tingkat HbA, hasil pemeriksaan gula darah dipantau sendiri, frekuensi hipoglikemia dan pengetahuan pasien tentang DM. Perhatian khusus harus diberikan kepada pemeriksaan fisik sampai pemeriksaan retina mata, tekanan darah ortostatik, pemeriksaan kaki ( termasuk sensasi getar dan tes monofilamen), pemeriksaan nadi perifer, dan tempat-tempat suntikan insulin. Komplikasi akut DM yang bisa ditemukan pada pemeriksaan meliputi ketoasidosis diabetik (DKA) dan keadaan hiperglikemia hiperosmolar.
Kriteria untuk menegakkan diagnosis DM meliputi salah satu dari keadaa berikut ini :
Glukosa plasma selama puasa > 7,0 mmol/ L ) ( > 126 mg/dl)
Keluhan dan gejala diabetes ditambah dengan kadar glukosa darah sewaktu (acak/random)> 11,1 mmol/L (.200 mg/dl)
Kadar glukosa plasma 2 jam > 11,1 mmol/L (> 200 mg/Dl) saat tes toleransi glukosa oral 75 g.
Kriteria ini harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan ulang pada hari lain kecuali jika terdapat keadaan hiperglikemia yang jelas.
Ditetapkan pula dua kategori antara :
Glukosa puasa tergantung (impaired fasting glucose (IFG) bila kadar glukosa plasma selama puasa 5,6-6,9 mmol/L (100-125 mg/dL)
Toleransi glukosa terganggu (TGT) atau impared glucose tolerance (IGT) bila kadar glukosa plasma 2 jam 7,8-11,1 mmol/L (140-199 mg/dl) setlah dapat beban glukosa oral 75 g.
Individu dengan IFG dan IGT belum menderita penyakit DM tetapi sudah mempunyai risiko yang cukup besar untuk mengalami DM tipe 2 dan penyakit kargdiovakuler di kemudian hari. Tingkat hemoglbn A1c (HbA1c) berguna untuk memonitor respons terhadap terapi terapi tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan skrining atau penengakan diagnosis DM.
Pemeriksaan skrining dengan kadar glukosa plasma puasa rekomendasikan dilakukan setiap 3 tahun sekali bagi orang-orang yang berusia di atas 45 tahun, dan bagi individu yang lebih muda namun memiliki kelebihan berat badan (indeks masa tubuh > 25 kg/m2 ) dengan satu atau lebih faktor risiko tambahan.
KRITERIA PEMERIKSAAN PRA-DIABETES DAN DIABETES PADA INDIVIDU ASIMTOMATIK
Faktor Risiko Kerabat keluarga turunan-pertama dengan diabetes Inaktivitas fisik Ras/etnisitas (misal orang amerika keturunan Afrika,Latin,Amerika asli,Keturunan Asia, dan Kepulauan Pasifik.Pernah didiaknosa menderita IFG atau IGT Riwayat DM gestasional atau melahirkan bayi dengan berat > 4 kg (> 9 lb )Hipertensi ( tekanan darah > 140/90 mmhg)Kadar HDL kolesterol < 0,90 mmol/ dl) dan atau kadar trigliserida > 2,82 mmol/L(250 mg/dl)Sindrom polikistik ovarii atau akantosis nigrikansRiwayat penyakit vaskuler
Faktor Risiko
Kerabat keluarga turunan-pertama dengan diabetes
Inaktivitas fisik
Ras/etnisitas (misal orang amerika keturunan Afrika,Latin,Amerika asli,Keturunan Asia, dan Kepulauan Pasifik.
Pernah didiaknosa menderita IFG atau IGT
Riwayat DM gestasional atau melahirkan bayi dengan berat > 4 kg (> 9 lb )
Hipertensi ( tekanan darah > 140/90 mmhg)
Kadar HDL kolesterol < 0,90 mmol/ dl) dan atau kadar trigliserida > 2,82 mmol/L(250 mg/dl)
Sindrom polikistik ovarii atau akantosis nigrikans
Riwayat penyakit vaskuler
" Tes harus dipertimbangkan pada semua orang dewasa berusia 45 tahun dan pada orang dewasa < 45 tahun dengan BMI > 25 kg/m2 dan satu atau lebih faktor risiko berikut untuk diabetes.
Catatan : BMI/body mass index (atau indeks massa tubuh / IMT) : IFG / impaired fasting glucose : IGT/ impaired glucose tolerance : GDM/gestational diabetes melitus (DM gestasional) : HDL , high-density lipoprotein.
Sumber : diadaptasi dari American Diabetes Association, 2008.
Bagaimana Pengaruh Puasa untuk kestabilan Gula darah normal pada penderita Diabetes Melitus
Meningkatkan pengalaman ibadah memberi semangat untuk mengendalikan penyakit DM. Pengalaman ibadah yang sangat mendukung , yaitu banyak melakukan puasa sunah, terutama puasa hari senin-kamis. Puasa membuat tingkat gula darah rendah. Kalori semakin terbakar jika aktivitas harian tetap dijalankan. Hal yang perlu diingat, kurangi jumlah makanan saat berbuka puasa. Makan secukupnya, jangan membabi buta.
Untuk penganut agama islam , lakukan puasa menurut tata cara agama. Tidak mengkonsumsi makanan setelah bangun tidur kecuali air putih. Saat siang jika tidak bisa menahan lapar, konsumsi makanan yang rendah kalori seperti sayuran dan buah, lalu minum air putih cukup banyak. Sekitar pukul 18.00, berbuka seperlunya. Hal yang perlu diingat, konsumsi makanan dengan jumlah kalori yang rendah. Banyak konsumsi air putih berguna agar tubuh tampak segar apalagi air tidak memiliki kalori.
Puasa senin-kamis juga mempunyai dampa positiv lain bagi kesehatan tubuh.berpuasalah sama dengan menguras 90% racun tubuh. Oleh para ahli , proses puasa disebut detoksifikasi. Menurut dr. Carlson dan Dr. Kunde dari universitas chicago, puasa merupakan metode penyembuhan biologis yang paling efektif dan alami. Berpuasa adalah proses operasi tanpa pembedahan.berpuasa merupakan proses pembilasa darah dari pencemaran dan racun bahaya, sekarang darah manusia penuh oleh pencemaran yang diistilahkan " polusi darah". Pada saat berpuasa semua tubuh bagian dalam bisa diberi kesempatan untuk beristirahat, tidak bekerja tanpa henti. Dengan demikian, tubuh bisa melakukan pemulihan kesehatan. Jika organ tubuh selalu dalam keadaan prima maka tentu anda lebih sehat dibuatnya.
Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 602-606
Terdapat 788 pasien yang sedang dirawat di ruang rawat inap bagian Ilmu Penyakit Dalam pada bulan November- Desember 2012,pada penelitian ini di dapatkan pasien DM tipe 2 dengan sepsis adalah 27 orang yaitu pria 4 orang (15%) dan wanita 23 orang (85%) (Tabel 1).
Pada tabel 2 didapatkan pasien DM tipe 2 dengan sepsis yang kelompok umur bukan lansia ( <59 tahun) adalah 20 orang (74%) dan kelompok umur lansia ( >60 tahun) adalah 7 orang (26%).
Pada Tabel 3 didapatkan pasien DM tipe 2 dengan sepsis berdasarkan jumlah leukosit rata-rata yang memiliki leukosit normal adalah 7 orang (25,9%) dan yang memiliki leukosit tinggi (leukositosis) adalah 20 orang (74,1%).
Pada tabel 4 didapatkan pasien DM tipe 2 dengan sepsis berdasarkan kadar gula darah puasa rata-rata normal adalah 6 orang (22,2%) dan yang memiliki kadar gula darah puasa tinggi (hiperglikemia) adalah 21 orang (77,8%).
Pada tabel 5 didapatkan rerata umur pasien adalah 52 tahun, yang termuda berumur 31 tahun dan yang paling tua adalah umur 78 tahun, dengan standar deviasi sebesar 11,43.Minimum rerata leukosit pada pasien dalam penelitian ini adalah 7816,00 , dengan rerata maksimum leukosit sebesar 29200. Rerata nilai leukosit pada pasien adalah sebesar 15448,48, dengan standar deviasi sebesar 5339,74.Rerata gula darah puasa pada pasien DM dengan sepsis di ruang rawat inap RSUP Prof Kandou manado adalah sebesar 155,78.
Pada gambar 1 berdasarkan analisis koefisien korelasi Pearson diperoleh r = -0,429 dengan p = 0,013. Hasil ini menyatakan terdapat hubungan sedang dan signifikan antara GDP rerata dan jumlah leukosit rerata (p = 0,013).
Pada gambar 1 terlihat bentuk hubungan linear negatif antara GDP rerata dan jumalah leukosit rerata. Ini artinya makin tinggi GDP makin rendah jumlah leukosit
Tabel 1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin
Frekuensi (orang)
Persen (%)
Pria
4
15
Wanita
23
85%
Total
27
10
Tabel 2. Distribusi berdasarkan kelompok umur Kelompok umur
Frekuensi (orang)
Persen (%)
Bukan lansia (<59 tahun)
20
74
Lansia (>60 tahun)
7
26
Total
27
100
Tabel 3. Distribusi pasien DM tipe 2 dengan sepsis berdarkan jumlah leukosit rerata Kadar Leukosit
Frekuensi (n=27)
Persen(%)
Leukopeni
0
0
Normal
7
25.9
Leukositosis
20
74.1
Tabel 4. Distribusi pasien DM tipe 2 dengan sepsis berdasarkan gula darah puasa rerata Kadar Gula darah Puasa
Frekuensi (n=27)
Persen(%)
Hypoglikemi
0
0
Normal
6
22.2
Hyperglikemi
21
77.8
Tabel 5. Karakteristik umum subyek penelitian. Rerata
Median
SD
Minimum-maksimum
Umur
51,88
49,00
11,43
31,00-78,00
Leuko
15448,48
14883,00
5339,74
7816,00-29200,00
GDP
155,78
157,50
43,08
69,00-244,00
JIMKI VOL.1 NO.01 Januari-juni 2010. Harapan, Kurnia FJ, Zinatul H , Iqbal M.
Puasa mengakibatkan perubahan pada populasi sel EE dengan meniadakan rangsangan untuk menghasilkan produknya terutama GIP dan GLP-1. Makanan yang setiap saat masuk ke saluran pencernaan dapat mengakibatkan hiperpalsia populasi sel EE sehingga akan menghasilkan GIP dan GILP-1 yang lebih banyak.
Puasa selama satu bulan menurut aturan islam puasa selama bulan ramadhan akan mengakibatkan populasi sel EE tidak digunakan secara maksimal sehingga akan menurunkan jumlah populasi sel EE. Dengan pengunaan populasi sel E, maka GIP dan GLP-1 akan sedikit dihasilkan pada masa selanjutnya. Secara singkat peran regulasi yang dimainkan oleh remodeling populasi sel EE melalui ibadah puasa dalam usaha preventif DM tipe 2.
Beberapa penelitian menunjukkan efek protekti GIP terhadap munculnya DM tipe 2. Efek ini dimediasi oleh peran GIP dalam menghambat kerja glukagon di hati dan meningkatkan penyerapan glokosa di otot. Selain itu, hewan dengan defisiensi reseptor GIP mengalami intoleransi glukosa. Namun penelitian terkini menunjukkan bahwa analog GIP dan GLP-1 dapat digunakan untuk menangani DM tipe 2.
Penilian lain juga menunjukkan bahwa penggunaan GIP analog dapat meningkatkan toleransi glukosa, mengurangi timbulnya resistensi insulin, serta mengecilkan ukuran sel beta pangkreas. Hal ini karena GIP berfungsi meningkatkan mitosis dan sebagai anti opoptosis.
Puasa mengakibatkan pengurangan populasi sel EE dalam saluran sehingga akan mengurangi produksi GIP dan GLP-1, sedangkan analog GIP dan GLP-1 menghambat kerja GIP dan GLP-1 yang telah dihasilkan dengan menghalanginya berkaitan dengan reseptornya secara kompetitif, oleh karena itu, puasa lebih diatahkan kepada pencegahan DM tipe 2. Diharapkan dengan berpuasa insiden DM tipe 2 dapat diturunkan.
Penutup
Kajian pengaruh puasa dalam kestabilan gula darah pada penderita diabetes masih banyak masalah yang cukup menarik untuk di uji. Berbagai kajian yang telah dilakukan menghasilkan rekomendasi bagi penderita diabetes sehubungan dengan puasa ini. Karya ilmiah ini menyajikan dari berbagai literatur ataupun yang sudah dialukan uji observasi.
Terdapat pengaruh yang besar dan sangat baik puasa dilakukan pada penderita diabetes dan dengan juga dikolaborasikan dengan diet makanan yang sesuai bagi penderita diabetes yang dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono,andri. 2012. Medikal Bedah Endokrin .tangerang selatan : Binapura Aksara
Hartono,andri. 2013. Medikal Bedah Endokrin .tangerang selatan : Binapura Aksara
Rakyat, Dian . 2002.Diabetes.jakarta:PT.Dian Rakyat
Mistra. 2004. 3 jurus melawan Diabetes Melitus. Jakarta : puspa swara
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3) Pengaruh Pemberian Aspartam terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Diabetes Melitus Diinduksi Aloksan (diunduh 22 mei 2016) tersedia dari http://jurnal.fk.unand.ac.id
Jurnal ilmiah mahasiswa kedokteran JIMKI VOL.1 NO.01. Januari-juni 2010 ( diunduh 22 mei 2016)
Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 602-606 (diunduh 22 mei 2016)
1