PENENTUAN KONSENTRASI PARTIKULAT (DEBU) DALAM UDARA MENGGUNAKAN HIGH VOLUME SAMPLER (HVS) DENGAN METODE GRAFIMETRI DI SEKITAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA IPB DETERMINATION OF CONCENTRATIONS PARTICULATES (DUST) IN AIR USING HIGH VOLUME SAMPLER WITH GRAFIMETRI METHOD, AROUND DEPARTMENT OF AGRONOMY AND HORTICULTURE IPB Deni Dwi Yudhistira1, Marissa Dwi Ayusari2 Kamis – Kelompok 5A 1, 2) Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Darmaga Kampus IPB Email:
[email protected] Abstrak: Salah satu fokus pencemaran udara yang dikeluarkan oleh kegiatan industri dan transportasi adalah partikulat. Partikulat dapat didefinisikan sebagai padatan tersuspensi yang melayang di udara dan partikel cair yang berukuran lebih besar dari molekul (± 0,002 μm) tetapi lebih kecil dari 500 μm (Wark dan Wanner 1981). Keberadaan partikulat dalam udara dapat mempengaruhi kesehatan manusia sebagai reseptor terutama menyebabkan gangguan pada sistem respirasi. Masuknya partikulat ke dalam sistem respirasi manusia dipengaruhi oleh ukuran dan distribusinya. Penelitian penentuan konsentrasi partikulat (debu) dalam udara bertujuan untuk mengetahui konsentrasi partikulat pada lingkungan yang terabsorbsi ke dalam alat pantau pencemaran udara High Volume Sampler (HVS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode gravimetri. Hasil penelitian menunjukkan jumlah konsentrasi partikulat di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB dalam pengukuran 1 jam dengan interval 15 menit yaitu sebesar 119.6235 µg/m3, sedangkan dalam estimasi pengukuran selama 24 jam jumlah konsentrasi partikulat yang dihasilkan sebesar 66.4473 µg/m3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, nilai konsentrasi partikulat dalam estimasi pengukuran 24 jam dapat dikategorikan aman karena berada di bawah batas ambang maksimal yang telah ditentukan, yaitu sebesar 230 μg/m3. Tingginya kualitas udara di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB salah satunya disebabkan oleh terdapatnya barrier seperti pohon dan tanaman lainnya yang mampu menangkal pencemaran udara dari bahan bakar fosil, seperti bensin dan solar. Kata kunci: debu, High Volume Sampler (HVS), gravimetric, partikulat Abstract: One focus of air pollution released by industrial and transport activities is particulate. Particulate can be defined as suspended solids in air and liquid particles larger than molecules (approximately 0.002 μm) but smaller than 500 μm (Wark and Wanner 1981). The existence of particulates in the air can affect human health as receptors primarily cause irritation of the respiratory system. The entry of particulates into the human respiratory system affected the size and distribution. This research aimed to determine concentration of particulates in the environment absorbed into High Volume Sampler (HVS). The method used in this research using gravimetric method. The results showed the number concentration of particulates around the Department of Agronomy and Horticulture IPB in measurement 1 hour at intervals 15 minutes is 119.6235 µg/m3, whereas in the estimation of measurement for 24 hours of particulate concentration generated is 66.4473 µg/m3. Based on Government Regulation No. 41 of 1999 about Air Pollution Control, the concentration of particulates in the estimated value measurement of 24 hours can be considered safe because it’s below the maximum threshold, which amounted to 230 µg/m3. The high quality of the air around the Department of Agronomy and Horticulture IPB one of which is caused by the presence of barriers such as trees and other plants that can counteract air pollution from fossil fuels, such as gasoline and diesel. Keywords: dust, High Volume Sampler (HVS), gravimetric, particulat
1
PENDAHULUAN Perkembangan dan pertambahan penduduk Indonesia yang semakin pesat mengakibatkan munculnya program-program pembangunan di segala bidang kehidupan. Salah satu ciri pelaksanaan dari program pembangunan tersebut yaitu berkembangnya sektor industri dan transportasi. Perkembangan di sektor industri dan transportasi dapat memberikan dampak positif terhadap meningkatnya taraf hidup manusia. Namun demikian, aktivitas industri dan transportasi tanpa diiringi penanganan emisi yang kurang baik juga dapat berpotensi menjadi sumber pencemaran udara di lingkungan. Pencemaran udara mengakibatkan penurunan mutu atau kualitas udara sehingga udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Salah satu fokus pencemaran udara yang dikeluarkan oleh kegiatan industri dan transportasi adalah partikulat. Partikulat dapat didefinisikan sebagai padatan tersuspensi yang melayang di udara dan partikel cair yang berukuran lebih besar dari molekul (± 0,002 μm) tetapi lebih kecil dari 500 μm (Wark dan Wanner 1981). Menurut Lipfert (1994) yang termasuk partikulat adalah asap, debu, Total Suspended Particulate (TSP), Particulat Matter (PM), dan Coefficient of Haze (CoH). Keberadaan partikulat dalam udara dapat mempengaruhi kesehatan manusia sebagai reseptor terutama menyebabkan gangguan pada sistem respirasi. Masuknya partikulat ke dalam sistem respirasi manusia dipengaruhi ukuran dan distribusinya. Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui konsentrasi partikulat pada lingkungan yang terabsorbsi ke dalam alat pantau pencemaran udara High Volume Sampler (HVS).
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian penentuan konsentrasi partikulat (debu) dalam udara ambien dilakukan di Laboratorium Polusi dan Kualitas Udara, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, pada 21 Oktober 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gravimetri. Penelitian terdiri dari pengambilan sampel di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB serta perhitungan variabelvariabel hasil pengukuran. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari High Volume Sampler (HVS), filter, alat hitung, dan timbangan analitik. Langkah awal dari penelitian ini yaitu ditimbangnya filter bersih dan kering dengan neraca analitik sebagai berat awal. Sekrup penahan pada HVS dibuka kemudian penahan filter diangkat, dan filter dipasang pada rak. Selanjutnya, penahan dipasang kembali dengan diputarnya sekrup penahan dengan cara tidak terlalu kuat atau longgar. Udara dipompakan ke dalam HVS dengan kecepatan aliran minimal 1.13 m3/det. HVS dioperasikan selama 60 menit atau 1 jam dengan kondisi tertutup. Setelah pengambilan sampling selesai, berat filter kotor ditimbang kembali pada neraca analitik sebagai berat akhir. Selisih antara berat akhir dengan berat awal dihasilkannya berat partikulat. Kemudian, nilai-nilai variabel yang telah diperoleh dimasukkan dan dihitung dengan persamaan yang telah tersedia. Nilai koreksi aliran udara (Qc) dapat dihitung persamaan (1). Qc = Qs
Tr Ta
........................................................(1)
Keterangan : Qc = koreksi laju aliran udara (m3/menit) Qs = laju aliran udara sampling (m3/menit)
2
Tr = temperatur ruang saat pengukuran (oC) Ta = temperatur alat (oC) Jumlah volume sampel udara (V) dapat dihitung dengan persamaan (2). V = Qc . t............................................................(2) Keterangan : V = volume sampel udara (m3) Qc = koreksi laju aliran udara (l/menit) t = lamanya sampling (menit) Volume udara pada suhu 25 oC (Vr) dapat dihitung dengan persamaan (3). Vr = V
P
298
760 T r + 273
.............................................(3)
Keterangan : Vr = volume sampel udara pada suhu 25 oC, 760 mmHg (m3) V = volume sampel udara (m3) Tr = temperatur ruang saat pengukuran (oC) P = tekanan atmosfer selama sampling (mmHg) Konsentrasi partikulat udara ambien (C1) dapat dihitung dengan persamaan (4). C1 =
berat partikulat Vr
...............................................(4)
Keterangan : C1 = konsentrasi partikulat udara ambien (µg/m3) Vr = volume sampel udara pada suhu 25 oC, 760 mmHg (m3) Konsentrasi partikulat udara berdasarkan estimasi yang diinginkan (C2) dapat dihitung dengan persamaan (5). 𝐶2 = 𝐶1 ×
𝑇1 0.185 𝑇2
…………………….…......(5)
Keterangan : C1 = konsentrasi partikulat udara ambien (µg/m3) C2 = konsentrasi standar (µg/m3) T1 = waktu pemaparan sesaat (jam) T2 = waktu pemaparan standar (jam) Nilai-nilai yang didapat dari hasil pengukuran dan perhitungan digunakan sebagai data analisis. Besarnya konsentrasi partikulat udara ambien dalam 24 jam dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
HASIL DAN PEMBAHASAN Partikulat dapat didefinisikan sebagai padatan tersuspensi yang melayang di udara dan partikel cair yang berukuran lebih besar dari molekul (± 0,002 μm)
3
tetapi lebih kecil dari 500 μm (Wark dan Wanner 1981). Sumber partikulat di atmosfer dapat berasal dari sumber alami seperti letusan gunung berapi, kebakaran hutan, semburan air laut (sea spray), dan sumber antropogenik (aktivitas manusia) seperti kegiatan industri dan transportasi (Hien 2003). Komposisi kimia merupakan hal yang penting dalam karakteristik kimia partikulat. Dalam masingmasing distribusi, ukuran partikulat, dan komposisi kimia partikulat pun berbedabeda. Kandungan senyawa kimia utama partikulat halus adalah sulfat, nitrat, amonium, Pb, dan C, yang umumnya berasal dari reaksi fasa gas dan proses pembakaran. Selain itu, kandungan senyawa kimia partikulat kasar adalah kandungan logam Fe, Ca, Na, Si, Al serta senyawa Cl (Pakkanen 2000). Karakteristik fisik partikulat yang paling utama yaitu ukuran dan distribusinya. Secara umum, partikulat berdasarkan ukurannya dibedakan atas dua kelompok yaitu partikel halus (fine particles) berukuran < 2,5 μm dan partikel kasar (coarse particles) berukuran > 2,5 μm. Perbedaan antara partikel halus dan partikel kasar terletak pada sumber, asal pembentukan, mekanisme penyisihan, sifat optiknya, dan komposisi kimianya. Partikel halus dan partikel kasar ini dikelompokkan ke dalam partikel tersuspensi yang dikenal dengan Total Suspended Particulate (TSP) yaitu partikel dengan ukuran partikel < 45 μm. Selain itu, juga dikenal PM2.5 dan PM10 yaitu partikel dengan ukuran < 2.5 μm dan < 10 μm. PM2.5 dan PM10 bersifat respirable yang dapat memicu terjadinya gangguan pernafasan, seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (Pujiastuti et al. 2013). Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampling di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Pengambilan sampel udara dilakukan selama 1 jam dengan interval pengukuran 15 menit. Variabel yang diukur adalah temperatur alat (Ta), temperatur ruang (Tr), dan laju aliran udara sampling (Qs). Hasil pengukuran sampel udara di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Hasil pengukuran sampel udara di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB Waktu Tr (oC) Ta (oC) Qs (m3/menit) 0 35.5 33.0 1.15 15 34.5 33.0 1.15 30 34.0 34.0 0.90 45 34.0 34.0 1.30 60 35.0 35.0 1.30 Rata-rata 34.6 33.8 1.16 Hasil pengukuran sampel udara dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai temperatur ruang (Tr), temperatur alat (Ta), dan laju aliran udara sampling (Qs) memiliki hasil yang berfluktuasi di sepanjang interval waktu pengukuran. Ratarata nilai temperatur ruang memiliki hasil yang lebih tinggi dari dari rata-rata nilai temperatur alat, dengan selisih nilai sebesar 0.8 oC. Selain itu, rata-rata nilai laju aliran udara sampling hasil pengukuran selama 1 jam dalam interval 15 menit memiliki nilai sebesar 1.16 m3/menit. Besarnya nilai rata-rata laju aliran udara sampling, temperatur ruang, dan temperatur alat akan menentukan besarnya nilai koreksi laju aliran udara (Qc) yang dihasilkan. Hasil pengukuran sampel partikulat
4
pada udara ambien di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Hasil pengukuran partikulat (debu) pada udara ambien di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB Data awal hasil pengukuran Nilai Berat filter 5346000 µg Berat partikulat + filter 5425000 µg Berat partikulat 79000 µg Lama sampling (t) 60 menit Suhu ruang (Tr) 34.6 oC Suhu alat (Ta) 33.8 oC Tekanan udara (P) 760 mmHg Laju aliran udara (Qs) 1.16 m3/menit Hasil pengukuran partikulat udara ambien (debu) dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapatnya pertambahan berat filter setelah dilakukannya pemompaan udara ke HVS, yaitu menjadi 5425000 µg dari berat sebelumnya sebesar 5346000 µg. Bertambahnya berat filter dikarenakan adanya partikulat-partikulat pada udara ambien yang terperangkap di dalam filter. Selisih antara berat sebelum dan sesudah pada filter menunjukkan jumlah berat partikulat, yaitu sebesar 79000 µg. Pengambilan sampel partikulat pada udara ambien dilakukan dengan dipompakannya udara ke HVS pada kecepatan aliran sebesar 1.16 m3/menit dengan tekanan udara 1 atm. Hasil perhitungan konsentrasi partikulat pada udara ambien di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Hasil perhitungan konsentrasi partikulat (debu) pada udara ambien di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB Qc V Vr C1 C2 (m3/menit) (m3) (m3) (µg/ m3) (µg/ m3) 1.1332 67.9908 66.0406 119.6235 66.4473 Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat dalam Tabel 3 dapat ditunjukkan konsentrasi partikulat (debu) udara ambien dalam pengukuran 1 jam menghasilkan kadar partikulat yang lebih tinggi dari estimasi pengukuran selama 24 jam, yaitu sebesar 119.6235 µg/ m3. Nilai konsentrasi partikulat dengan estimasi pengukuran 24 jam memiliki hasil dua kali lipat lebih rendah dari pengukuran konsentrasi partikulat udara ambien selama 1 jam, yaitu sebesar 66.4473 µg/ m3. Besarnya nilai variabel Qc, V, dan Vr memiliki hasil yang saling berpengaruh satu sama lain. Sumber pencemar yang diperkirakan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya konsentrasi partikulat di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yaitu emisi dari pembakaran bahan bakar fosil. Salah satu bahan bakar fosil tersebut adalah bahan bakar minyak, seperti bensin dan solar. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zannaria et al. (2009) kendaraan bermotor mengandung unsur Pb dan Hg yang berpengaruh terhadap paparan partikulat terespirasi. Selanjutnya, Zannaria et al. (2009) memaparkan
5
bensin yang digunakan di Indonesia umumnya masih mengandung unsur timbal. Unsur Pb digunakan untuk menaikkan angka oktan sebagai upaya untuk mengurangi ketukan pada mesin kendaraan dan unsur Hg digunakan sebagai komponen pencampur dalam bensin bertimbal untuk mengeluarkan sisa timbal dari silinder mesin. Jumlah konsentrasi partikulat dengan estimasi 24 jam (Tabel 2) apabila dibandingkan terhadap baku mutu yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Lampiran 1) maka masih dapat dikategorikan aman. Hal ini dikarenakan konsentrasi partikulat pada udara ambien (debu) yang terkandung di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB masih berada di bawah 230 µg/m3. Tingginya kualitas udara di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB salah satunya disebabkan oleh terdapatnya barrier seperti pohon dan tanaman lainnya yang mampu menangkal pencemaran udara dari emisi gas kendaraan. Penelitian yang dilakukan Lubis dan Suseno (2002) memaparkan bahwa tanaman mampu menyerap unsur timbal melalui cara proses adsorbsi maupun absorbsi. Dalam proses adsorpsi Pb yang terlepas dari asap kendaraan bermotor hanya melekat pada bagian permukaan akar gantung, daun, maupun batang. Namun dalam proses absorpsi, timbal akan masuk dan terserap kedalam jaringan tanaman melalui akar gantung dan stomata daun. Timbal yang telah terabsorpsi tidak dapat terlepas dari jaringan tumbuhan tersebut. Total Suspended Particulate (TSP) atau disebut juga dengan partikel debu tersuspensi terdapat di udara dengan ukuran berkisar kurang dari 1 mikron hingga maksimal 500 mikron. Keberadaan debu ini akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan manusi terutama untuk saluran pernfasan, seperti iritasi pada saluran pernafasan bagian atas maupun bawah. Selain itu, TSP juga mampu menggangu daya tembus pandang dan juga menyebabkan berbagai reaksi kimia di udara (Puriwigati 2010). Salah satu reaksi kimia yang terjadi di udara yaitu reaksi fotolumia di atmosfer (Tugaswati 1996). Partikel udara dalam wujud padat yang berdiameter kurang dari 10 μm yang biasanya disebut dengan PM10 dan kurang dari 2,5 μm atau disebut dengan (PM2,5) diyakini sebagai pemicu timbulnya infeksi saluran pernafasan karena dapat mengendap pada saluran pernafasan daerah bronkeolus dan alveolus. PM10 memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menembus ke dalam paru. Hal ini dikarenakan rambut di dalam hidung manusia hanya dapat menyaring debu yang berukuran lebih besar dari 10 μm. PM10 diperkirakan berada antara 50 dan 60 % dari artikel melayang yang mempunyai diameter hingga 45 μm. Selain itu, PM2.5 tidak disaring dalam sistem pernapasan bagian atas dan menempel pada gelembung paru sehingga dapat menurunkan pertukaran gas (Gindo dan Hari 2003). PM2.5 dan PM10 bersifat respirable yang dapat memicu terjadinya gangguan pernafasan, seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (Pujiastuti et al. 2013).
SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan jumlah konsentrasi partikulat (debu) di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB dalam pengukuran 1 jam dengan interval 15 menit sebesar 119.6235 µg/m3, sedangkan dalam estimasi pengukuran selama 24 jam jumlah konsentrasi partikulat yang dihasilkan sebesar 66.4473 µg/
6
m3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, nilai konsentrasi partikulat dalam estimasi pengukuran 24 jam dapat dikategorikan aman karena berada di bawah batas ambang maksimal yang telah ditentukan, yaitu sebesar 230 μg/m3 . Tingginya kualitas udara di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB salah satunya disebabkan oleh terdapatnya barrier seperti pohon dan tanaman lainnya yang mampu menangkal pencemaran udara dari bahan bakar minyak, seperti bensin dan solar.
DAFTAR PUSTAKA Gindo A, Hari B. 2003. Pengukuran partikel udara ambien (TSP, PM10, PM2.5) di sekitar calon lokasi PLTN Semenanjung Lemahabang. J Teknol Pengelolaan Limbah. 1 (1): 220-227. Hien. 2003. Source of PM10 in Hanoi and Implications for Air Quality Management [internet]. [diunduh 23 Oktober 2015]. Tersedia pada: http://www. Cleanainet. Org/baq2003/1496/articles 58117 resource 1.doc. Lipfert FW. Air Pollution and Communtiy, A Critical Review an Data Sorcebook. New York (US): Van Nostrand Reinhold. Lubis E, Suseno A. 2002. Penyerapan timbal oleh tanaman bergantung. P2PLR.1 (1): 144-149. Pakkanen T. 2000. Atmospheric Particulate Matter in urban environments, a contribution to subproject SATURN [internet]. [diunduh 23 Oktober 2015]. Tersedia pada: http://aix.meng.auth.gr/saturn/annualrep00/ Pakkanen.PDF. Pujiastuti P, Soemirat J, Dirgawati A. Karakteristik anorganik PM10 di udara ambien terhadap mortalitas dan morbiditas pada kawasan industri di kota Bandung. J Tekling Itenas. 1 (1): 1-11 Puriwigati A. 2010. Rancang bangun Total Suspended Particulate (TSP) dengan metode High Volume Air Sampling [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tugaswati A. 1996. Pemantauan kualitas udara di daerah Rawasari dan Pulogadung, Jakarta. J Penelitian Kesehatan. 24(1). 1-12. Wark K, Warner CF. 1981. Air Pollution Its Original and Control. New York (US): Harper & Row Publisher. Zannaria ND, Roosmini D, Santoso M. Karakteristik kimia paparan partikulat terespirasi. J Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia. 9 (1): 37-50.
7
Lampiran 1 Peraturan Pemerintah RI No.41 Tahun 1999 LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 TAHUN 1999 TANGGAL : 26 MEI 1999BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL No
Parameter
1
SO2 ( Sulfur Dioksida )
2
CO ( Karbon Monoksida )
3
NO2 ( SulfurDioksida )
4
O3 ( Oksida )
Wak tu 1Pengukur Jam 24 Jam an 1 Thn 1 Jam 24 Jam 1 Thn 1 Jam 24 Jam 1 Thn 1 Jam 1 Thn
Baku Mutu
Metode Analisis Pararosanalin
Spektrofotometer
NDIR
NDIR Analyzer
Saltzman
Spektrofotometer
150 μg / Nm3 3 100 235 μg μg // Nm Nm3
Chemiluminescent
Spektrofotometer
Flamed Ionization
900 μg / Nm3 365 μg / Nm3 60 μg / Nm3 30.000 μg / Nm3 10.000 μg / Nm3 400 μg / Nm3
Peralatan
HC ( Hidro Karbon ) PM10 ( Partikel < 10 mm ) PM2,5 (*) ( Partikel < 2.5 mm )
3 Jam
50 μg / Nm3 160 μg / Nm3
24 Jam
150 μg / Nm3
Gravimetric
Gas Chromatografi Hi – Vol
24 Jam 1 Thn
65 μg / Nm3 15 μg / Nm3
Gravimetric Gravimetric
Hi – Vol Hi – Vol
7
TSP ( Debu )
24 Jam 1 Thn
Gravimetric
Hi – Vol
8
Pb ( Timah Hitam )
24 Jam 1 Thn
230 μg / Nm3 90 μg / Nm3 2 μg / Nm3
Hi – Vol
9
Dustfall ( Debu Jatuh )
30 hari
Gravimetric Ekstraktif 1 μg / Nm3 Pengabuan 2 10 Ton/km /Bulan Gravimetric ( Pemukiman ) 10 Ton/km2/Bulan
5 6
AAS Cannister
( Industri ) 10
Total Fluorides (as F )
24 Jam 90 hari
3 μg / Nm3 0,5 μg / Nm3
11
Flour Indeks
30 hari
Colourimetric 40 μg / 100 cm2 dari kertas limed filter
Limed Filter Paper
12
Khlorine & Khlorine Dioksida
24 Jam
150 μg / Nm3
Imping atau Countinous Analyzer
13
Sulphat Indeks
30 hari
1 mg SO3 / 100 Colourimetric cm3 Dari Peroksida
Spesific Ion Electrode
Spesific Ion Electrode
Impinger atau Countinous Analyzer
Lead Peroxida Candle
Lead
8
Lampiran 2 Peralatan proses sampling partikulat pada udara ambien (debu) di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB
Keterangan: Termometer bola basah dan bola kering
Keterangan: High Volume Sampler (HVS) dan tripod-nya
9
Lampiran 3 Contoh perhitungan konsentrasi partikulat dan variabel-variabel lainnya Diketahui: Berat filter Berat partikulat + filter Berat partikulat Lama sampling (t) Suhu ruang (Tr) Suhu alat (Ta) Laju aliran udara sampling (Qs)
5346000 µg 5425000 µg 79000 µg 60 menit 34.6 oC 33.8 oC 1.16 m3/menit
Ditanya: Koreksi laju aliran udara (Qc) Volume sampel udara (V) Volume udara pada suhu 25 oC (Vr) Konsentrasi partikulat pengukuran 1 jam (C1) Konsentrasi partikulat estimasi pengukuran 24 jam (C2) Jawab:
Qc = Qs
Tr Ta
34.6
Qc = 1.16 33.8 Qc = 1.1332 m3/menit V = Qc . t V = 1.1332 . 60 V = 67.9908 m3 Vr = V C1 =
P 298 760 T r + 273
berat partikulat Vr
𝐶2 = 𝐶1 ×
= 67.9908
=
𝑇1 0.185 𝑇2
79000 µg 66.0406
760 298 760 34.6 + 273
= 66.0406 m3
= 119.6235 µg/m3
= 119.6235 ×
1 24
0.185
= 66.4473 µg/m3
10