iv
3
ii
LAPORAN PRATIKUM KIMIA LINGKUNGAN
"TEKNIK PEMERIKSAAN SAMPEL DEBU DAN ANALISIS KIMIA LOGAM BERAT (Pb) PADA SAMPEL DEBU DI UDARA"
Kelas : 1A
KELOMPOK 3
ANGGOTA :
AISAH AULIANI : 151110001
FEBIOLA ALVANESA : 151110004
HANIF ICHSANDI : 151110009
INDRIANI ZARA : 151110011
ISMAUL KHAIRO : 151110012
LISA WELNI : 151110015
M. AGIEL ALHAFID : 151110016
MUTIA RAHMAH : 151110025
REFLI PRAPTIKASARI : 151110029
SRI RANTI EKA PUTRI : 151110034
DOSEN PEMBIMBING:
SUKSMERRI, S.Pd, M.Pd, M.Si
INSTRUKTUR:
TIKA SARI, A.MKL
PRODI D-III JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PADANG
TAHUN 2016
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan pratikum "Teknik Pemeriksaan Debu Dan Analisis Kimia Logam Berat (Pb) Pada Sampel Debu Di Udara" yang telah di laksanakan di Laboratorim Fisika Poltekkes Kemenkes Padang pada hari Senin tanggal 14 Maret 2016 pukul 11.30 WIB sampai 13.30 WIB yang telah di periksa dan di setujui oleh:
Dosen Pembimbing Instruktur
SUKSMERRI, S.Pd, M.Pd, M.Si Tika Sari, A.MKL
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan kurnianya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dan kami berharap Semoga laporan ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Pratikum ini adalah mata kuliah yang wajib di ikuti oleh Mahasiswa jurusan Kesehatan Lingkungan prodi Diploma III di Poltekkes Kemenkes Padang. Laporan praktik ini di susun sebagai pelengkap kerja praktik yang telah di laksanakan pada tanggal 14 Maret 2016 di Laboratorium Poltekkes Kemenkes Padang.
Terima Kasih kami ucapkan pada dosen pembimbing dan instruktur yang telah memberikan pengarahan untuk penulisan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang memberikan motivasi sehingga laporan ini bisa diselesaikan.
Laporan ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Padang, Maret 2016
Kelompok 3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.2.1 Tujuan Umum 2
1.2.2 Tujuan Khusus 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Udara 3
2.2 Definisi Debu 3
2.3 Sifat-Sifat Debu 3
2.4 Sumber Debu 4
2.5 Jenis Debu 4
2.6 Efek Debu Bagi Kesehatan 5
2.7 Pengertian Logam Berat (Pb) 5
2.8 Sifat Dan Karakteristik Logam Timbal 5
2.9 Sumber Pencemar Timbal 6
2.10 Efek Timbal Terhadap Kesehatan 8
2.11 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara 10
BAB III HASIL
3.1 Waktu Dan Tempat 11
Alat Dan Bahan 11
3.2.1 Alat 11
3.2.2 Bahan 11
3.3 Cara Kerja 12
3.3.1 Pengambilan Dan Pemeriksaan Sampel Debu 12
3.3.2 Pemeriksaan Logam Berat (Pb) Pada Sampel Udara 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 15
4.2 Pembahasan 15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 16
5.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tentu tergantung pada keadaan geografi dan metereologi setempat. Sebagian besar pencemar udara (sekitar 75%) berasal gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sumber polusi yang utama berasal dari kendaraan bermotor. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain
Debu adalah debu adalah zat kimia padat, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan,penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun anorganik (Suma mur, 2009). Menurut Departemen Kesehatan RI (2003) debu ialah partikel-partikel kecil yang dihasilkan oleh proses mekanis. Jadi, pada dasarnya pengertian debu adalah partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami maupun mekanik. Standar kualitas debu dalam udaraselama 24 jam adalah 230 μg/Nm3 berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999.
Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb), Timbal (Pb) dicampurkan ke dalam bensin sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar 2,4 gram/gallon. Timbal (Pb) yang digunakan untuk anti knock adalah tetraethyl timbal (C2H5)4. Fungsi penambahan timbal (Pb) adalah dimaksudkan untuk meningkatkan bilangan oktana. Timbal (Pb) adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Timbal (Pb) dapat masuk ke tubuh melalui inhalasi, makanan dan minuman serta absorbsi melalui kulit.
Logam Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya. Standar kandungan Pb dalam udara adalah 2,0 μg/Nm3 berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum:
Untuk mengetahui apa saja alat, fungsi, bahan dan cara pemeriksaan sampel debu dan cara analisis kimia Logam Berat (Pb) pada sampel debu di udara.
Tujuan Khusus:
Untuk mengetahui alat yang di gunakan pada pemeriksaan sampel debu dan analisis kimia Logam Berat (Pb) pada sampel debu di udara.
Untuk mengetahui fungsi alat yang di gunakan pada pemeriksaan sampel debu dan analisis kimia Logam Berat (Pb) pada sampel debu di udara.
Untuk mengetahui bahan yang di gunakan pada pemeriksaan sampel debu dan analisis kimia Logam Berat (Pb) pada sampel debu di udara.
Untuk mengetahui langkah pada pemeriksaan sampel debu dan analisis kimia Logam Berat (Pb) pada sampel debu di udara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan (Fardiaz, 1992). Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultraviolet.
Udara sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, merupakan kebutuhan utama bagi manusia, hewan dan tanaman dalam mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu udara perlu dijaga kebersihannya, melalui pemantauan, pengaturan dan pembatasan pemanfaatannya sehingga tidak melampaui batas yang masih diperkenankan bagi kehidupan.
2.2 Definisi Debu
Debu adalah debu adalah zat kimia padat, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan,penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun anorganik (Suma mur, 2009). Menurut Departemen Kesehatan RI (2003) debu ialah partikel-partikel kecil yang dihasilkan oleh proses mekanis. Jadi, pada dasarnya pengertian debu adalah partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami maupun mekanik.
2.3 Sifat-Sifat Debu
Menurut Departemen Kesehatan RI yang dikutip oleh Sitepu (2002), partikel-partikel debu di udara mempunyai sifat:
1. Sifat pengendapan
Sifat pengendapan adalah sifat debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi. Namun karena kecilnya ukuran debu, kadang-kadang debu ini relatif tetap berada di udara.
2. Sifat permukaan basah
Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam tempat kerja.
3. Sifat penggumpalan
Oleh karena permukaan debu selalu basah, sehingga dapat menempel satu sama lain dan dapat menggumpal. Turbulensi udara meningkatkan pembentukan penggumpalan debu. Kelembaban di bawah saturasi, kecil pengaruhnya terhadap penggumpalan debu. Kelembaban yang melebihi tingkat huminitas di atas titik saturasi mempermudah penggumpalan debu. Oleh karena itu partikel debu bias merupakan inti dari pada air yang berkonsentrasi sehingga partikel menjadi besar.
4. Sifat listrik statis
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya proses penggumpalan.
5. Sifat optis
Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.
2.4 Sumber Debu
Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite particulate matter adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini segera mengendap karena ada daya tarik bumi. Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap (Yunus, 1997). Sumber-sumber debu dapat berasal dari udara, tanah, aktivitas mesin maupun akibat aktivitas manusia yang tertiup angin.
2.5 Jenis Debu
Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya perbedaan daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di paru juga akan berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga akan berbeda pula. Suma mur (2009) mengelompokkan partikel debu menjadi dua yaitu debu organik dan anorganik. Klasifikasi debu dapat dilihat pada tabel.
2.6 Efek Debu Bagi Kesehatan
Banyak jenis debu yang secara tidak sengaja terhirup oleh para pekerja pabrik. Debu ini lama kelamaan merusak paru dan menimbulkan apa yang disebut dengan penyakit paru kerja. Dan tergantung dari jenis debunya, maka nama penyakit disesuaikan dengan bahan penyebabnya. Antara lain seperti asbestosis, byssinosis, silikosis atau lainnya.
Ada juga nama penyakit yang tidak menurut aturan. Misalnya "Farmers Lung" atau penyakit paru yang diderita oleh para petani. Perlu diketahui, Farmer s lung banyak terjangkit di musim panen. Pada musim itu banyak sisa-sisa batang padi atau gandum hingga berbagai jamur. Gejalanya ditandai demam/ badan panas, batuk-batuk (kadangkala batuk darah), dan sesak nafas. Debu organik, dapat menyebabkan penyakit pernafasan. Ini karena kepekaan dari saluran nafas bagian bawah terutama alveoli terhadap debu meningkat.
2.7 Pengertian Pb ( Timbal )
Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan dan menetap di alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisika kimia, biologis atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis apabila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena pengggunaannya di bidang industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimia atau faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan bila terdapat dalam makanan, air atau udara (Darmono,2001).
Logam-logam tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh mahluk hidup, diantaranya logam Pb (timbal).
Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu (sekitar 6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan bumi, selain itu timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama diketahui dan disebutkan di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal merupakan unsur tertua dan diasosiasikan dengan planet Saturnus. Timbal alami, walau ada jarang ditemukan di bumi.
2.8 Sifat dan Karakteristik Logam Timbal (Pb)
Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 3280C (6620F), titik didih 1.7400C (3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Timbal (Pb) termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2. Timbal termasuk logam berat "trace metals" karena mempunyai berat jenis lebih dari lima kali berat jenis air. Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa metabolisme.
Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut :
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327,5°C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam, kecuali emas dan merkuri.
5. Merupakan pengantar listrik yang baik.
2.9 Sumber Pencemaran Timbal (Pb)
1. Sumber Alami
Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 μg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 μg/kg berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan tembaga.
2. Sumber dari Industri
Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:
a. Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap).
b. Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.
c. Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal (Pb).
d. Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
e. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate (Sudarmaji, dkk, 2006).
3. Sumber dari Transportasi
Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL), selain meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama. Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb) perliter bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya (Santi, 2001).
Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, dkk, 2006).
2.10 Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan
Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :
1. Gangguan Neurologi
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh timbal (Pb) dapat berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.
2. Gangguan terhadap fungsi ginjal.
Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
3. Gangguan terhadap sistem reproduksi.
Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat timbal (Pb) mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan timbal (Pb) di udara. Paparan timbal (Pb) dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ.
4. Gangguan terhadap sistem hemopoitik.
Keracunan timbal (Pb) dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid)urine. Pada anak–anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan timbal (Pb) pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine). Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan timbal (Pb) pada manusia. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif terhadap terjadinya anemia akibat paparan timbal (Pb). Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara Hb dan kadar timbal (Pb) di dalam darah.
5. Gangguan terhadap sistem syaraf.
Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewas. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan pada anak dengan kadar timbal (Pb) darah sebesar 40-80 μg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar oleh timbal (Pb), maka pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika terpapar timbal (Pb) pada anak berusia 21 bulan sampai 18 tahun (Sudarmaji, dkk, 2006).
2.11 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
No.
Parameter
Waktu
Pengukuran
Mutu
Metode
Analisis
Peralatan
1
TSP
24 Jam
230 ug/Nm3
Gravimetric
Hi - Vol
(Debu)
1 Thn
90 ug/Nm3
2
Pb
24 Jam
2 ug/Nm3
Gravimetric
Hi – Vol
(Timah Hitam)
1 Thn
1 ug/Nm3
Ekstraktif
Pengabuan
AAS
BAB III
HASIL
3.1 Waktu Dan Tempat Pratikum
Hari/Tanggal : Senin/14 Maret 2016
Pukul : 8.30 WIB – 11.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisika Poltekkes Kemenkes Padang
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Nama Alat
Jumlah
Kertas Saring
Petridish
Oven
Desikator
Pinset
HVAS
Timbangan Analitik
Gelas Kimia 250 ml
Batang Pengaduk
Karet Hisap
Pipet Ukur 10 ml
Corong
Kompor Listrik
Labu ukur 100 ml
Gunting
2 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
3.2.2 Bahan
Bahan
Jumlah
HNO3
secukupnya
3.3 Cara Kerja
Pengambilan Dan Pemeriksaan Sampel Debu
Pemeriksaan Berat Konstan (W0):
Persiapan kertas saring dengan ukuran 20x25.
Lalu letakkan kertas saring didalam petridish menggunakan pinset.
Masukkan kertas saring ke dalam oven, kemudian panaskan selama 1 jam dengan suhu 1000C.
Setelah 1 jam, keluarkan kertas saring dari oven.
Lalu dinginkan kertas saring di dalam desikator selama 15 menit
Lakukan penimbangan dengan timbangan analitik, sampai diperoleh berat yang konstan (W0).
Lalu catat hasil yang di dapatkan
W0
3,257 gr
Cara Kerja Alat:
Letakkan HVAS pada tempat yang terbuka.
Pasang kertas saring ke dalam alat HVAS dengan menggunakan pinset.
Lalu hidupkan alat dengan cara menekan tombol ON.
Lakukan pengukuran selama 1 jam (seharusnya pengambilan sampel 24 jam).
Setelah 1 jam, matikan alat.
Keluarkan kertas saring yang telah berisi dengan sampel debu dari alat HVAS.
Lalu letakkan kertas saring didalam petridish.
Pemeriksaan Berat Konstan (W1):
Persiapan kertas saring yang telah berisi sampel debu.
Lalu masukkan kertas saring kedalam oven, kemudian panaskan selama 1 jam dengan suhu 1000C.
Setelah 1 jam, Keluarkan kertas saring.
Lalu dinginkan didalam desikator selama 15 menit.
Lalu lakukan penimbangan dengan timbangan analitik, sampai diperoleh berat yang konstan (W1).
Lalu catat dan masukan hasil ke dalam rumus
W1
3,509 gr
Perhitungan Partikel Debu
Rumus Perhitungan Partikel Debu:
Kadar Partikel debu= W1-W0Debit Udara
Kadar Partikel debu= W1-W0Debit Udara
Keterangan :
W0 = Berat yang diperoleh sebelum berisi sampel debu (gr)
W1 = Berat yang diperoleh sesudah berisi sampel debu (gr)
Debit Udara = flowmeter (l/m) x waktu (menit)
Cara perhitungan:
Kadar Partikel (debu) = W1-W0Debit Udara
kadar partikel debu = 3,509 - 3,257 20 x 60
kadar partikel debu = 0,252 1200
Kadar partikel (debu) = 0,00021 mg/Nm3
3.3.2 Pemeriksaan Logam Berat (Pb) Pada Sampel Debu
Analisa destruksi:
Persiapkan kertas saring yang telah berisi sampel debu.
Lalu potong kecil-kecil kertas saring menggunakan gunting.
Kemudian masukkan potongan kertas saring ke dalam gelas kimia.
Lalu tambahkan HNO3 sampai kertas saring terendam.
Lalu tutup gelas kimia menggunakan petridish.
Lalu panaskan sampel menggunakan kompor listrik sampai sampel tersebut kering.
Lalu tambahkan kembali HNO3 sampai kertas saring terendam.
Lalu panaskan kembali sampai sampel tersebut kering.
Lakukan berulang kali penambahan HNO3 dan pemanasan sampai kertas saring larut.
Setelah kertas saring larut, lalu masukan sampel kedalam labu ukur dengan cara di saring menggunakan saringan.
Lalu ukur menggunakan Spektro Serapan Atom.
Lalu catat hasil yang di dapatkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No.
ANALISIS
HASIL
STANDAR PERMENKES
1.
Debu
0,00021 mg/Nm3
230 mg/Nm3
4.2 Pembahasan
Dari pratikum pemeriksaan sampel Debu didapatkan hasilnya yaitu 0,0021 mg/Nm3. standar Debu menurut PP No. 41 tahun 1999 = 24 jam adalah 230 mg/l, Jadi sampel yang diperiksa adalah debu yang memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah.
Pengambilan sampel debu pada pratikum hanya di lakukan selama 1 jam, Jadi debu yang di dapatkan hanya sedikit. Seharusnya pengambilan sampel debu di lakukan selama 24 jam dan harus dikontrol kecepatan, kelembapan dan suhu setiap 5 jam sekali.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Alat yang diperlukan dalam pengambilan sampel dASebu adalah HVAS, kertas saring, pinset, kertas saring, timbangan analitik dan desikator. Dan alat yang diperlukan dalam pemeriksaan logam berat (Pb) pada sampel debu adalah gelas kimia,kertas saring yang telah berisi debu, kompor listrik, saringan dan labu ukur.
Pengambilan sampel debu pada pratikum hanya di lakukan selama 1 jam, Jadi debu yang di dapatkan hanya sedikit. Seharusnya pengambilan sampel debu di lakukan selama 24 jam dan harus dikontrol kecepatan, kelembapan dan suhu setiap 5 jam sekali.
Dari pratikum pemeriksaan sampel Debu didapatkan hasilnya yaitu 0,0021 mg/Nm3. Dan standar Debu menurut PP No. 41 tahun 1999 = 24 jam adalah 230 mg/l, Jadi sampel yang diperiksa adalah air yang memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah.
5.2 Saran
Dalam pengambilan sampel udara kita harus teliti. Patuhi aturan dan tata cara praktikum. Bagi masyarakat diharapkan agar menggunakan masker saat menggunakan kendaraan di jalan raya, agar meminimalisir terjadinya penyakit gangguan pernafasan. Kepada pemerintah di harapkan dapat mengeluarkan peraturan untuk masyarakat agar mengurangi pemakaian bahan bakar fosil bagi yang mempunyai kendaraan supaya udara menjadi lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Aprianti, Hermawati W., Osha Ombasta, dan Zahra Mediawaty. Laporan Praktikum : Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metode Gravimetri. 2010. Universitas Indonesia : Depok.
Teguh Prayudi dan Joko Priyatno Susanto. Kualitas Debu dalam Udara Sebagai Dampak Industri Pengecoran Logam Ceper. 2010. Jurnal Teknologi Lingkungan
Fanji Avrianto. Skripsi : Analisis kadar Particulate Matter 10 (PM10) di Udara dan Keluhan Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010. 2011. Universitas Sumatera Utara : Medan.
U.S. Environmental Protection Agency. Compendium of Methods for the Determination of Inorganic Compounds in Ambient Air. 1999. United State of America : Cincinnati