Pemeriksaan Tes Alergi
I.
PENDAHULUAN Alergi merupakan merupakan suatu kelainan kelainan sebagai reaksi imun tubuh yang tidak di
harapkan. (1) Istilah alergi dikemukan pertama kali oleh Von Pirquet pada tahun 1906 yang pada dasarnya menakup baik respon imun berlebihan yang menguntungkan sepe sepert rtii yang yang ter! ter!ad adii pada pada "aks "aksin inas asi# i# maup maupun un meka mekani nism sme e yang yang meru merugi gika kan n dan dan menimbulkan penyakit. $e%asa ini alergi diartikan sebagai reaksi imunologik terhadap antigen seara tidak %a!ar atau tidak tepat pada seseorang yang sebelumnya pernah tersensitisasi dengan antigen bersangkutan. (&) Penyakit alergi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering didapatkan dalam praktek sehari'hari. () dalam &0 0 tahun terakhir telah ter!adi peningkatan dalam dalam angk angka a ke!ad ke!adian ian alerg alergi# i# bahk bahkan an di nega negara ra berke berkemba mbang ng alerg alergii atopi atopik k dapat dapat di!umpai pada &0 * populasi yang menakup berbagai kelainan yang dikaitkan dengan Ig+# Ig+# misalny misalnya a asma# asma# rhinitis rhinitis alergi# alergi# dermatit dermatitis is atopik# atopik# alergi alergi makanan makanan dan lain'lai lain'lain. n. Peni Peningk ngkata atan n pre"a pre"alen lensi si alerg alergii di duga duga diseb disebab abkan kan berba berbaga gaii ,aktor ,aktor## diant diantara arany nya a perubahan gaya hidup# misalnya penggunaan sistem pengatur suhu ruangan di dalam rumah disertai "entilasi yang kurang# penggunaan antibiotik spektrum luas # in,eksi "irus# diet dan lain'lain. (&) -e!ak -e!ak a%al a%al tahun tahun dari dari abad abad terakhir terakhir## sebelum sebelum penyebab penyebab dari dari reaksi reaksi alergi alergi di temukan# tehnik in vivo termasuk conjunctival instillation dan tes kulit# telah digunakan untuk untuk mengiden mengidenti,i ti,ikas kasii ,aktor ,aktor penyebab penyebab dari dari reaksi reaksi alergi. alergi. () /ingg /ingga a saat saat ini sudah sudah
banyak perkembangan dalam metode laboratorium untuk menun!ang diagnosis dan e"aluasi penderita alergi. -ebagian metode laboratorium lebih banyak digunakan untuk menun!ang riset pada penderita alergi dan belum banyak digunakan untuk pelayanan laboratorium seara rutin. (&) Pemeriksaan laboratorium rutin seperti penetapan !umlah eosino,il dan kadar Ig+ serum dapat men!adi pelengkap yang berguna dalam menegaskan diagnosis gangguan alergi. amun interprestasi dari nilai eosiono,il agak sulit karena eosino,il dipengaruhi oleh ekskresi obat'obat tertentu seperti steroid dan agen beta adrenergik# %aktu pengambilan# dan tehnik peneraan# serta !uga oleh kinetiknya. (1) es alergi sering digunakan untuk membedakan suatu penyakit yang disebabkan oleh alergi ataupun oleh sebab lain. $ikenal beberapa metode pemeriksaan alergi diantaranya seara in vivo dan seara in vitro.(1###2#6) II. REAKSI ALERGI 3eaksi alergi semula dibagi dalam & golongan berdasarkan keepatan timbulnya reaksi#
yaitu 4 1. ipe epat ( immediate type, antibody mediated ) &. ipe lambat ( delayed type, cell mediated )(5) -edangkan ombs dan 7ell (1952) membagi reaksi ini men!adi !enis yaitu reaksi hipersensiti"itas tipe I# II# III dan IV. (1#2#5) Reaksi Tipe I Pada paparan pertama# allergen masuk sampai kedalam mukosa dan di tampilkan oleh
sel 8 dan sel . 3espon imun yang di dapat akan memproduksi proli,erasi populasi sel yang spesi,ik terhadap antigen dan membangun sel memori dan sel plasma. Ig+ spesi,ik untuk allergen tersebut di bentuk dan berikatan dengan sel mast di dalam tubuh. Pada paparan kedua allergen masuk kembali ke dalam mukosa dan melepas ikatan antara Ig+ dan mast sel. -ehingga mast sel akan melepaskan mediator seperti heparin dan histamin. Pengakti,an metabolisme asam arakidonat menghasilkan prostaglandin dan leukotrien yang nantinya akan menimbulkan ge!ala. Reaksi Tipe II Pada paparan pertama alergen menginduksi respon sel 8 dengan memproduksi
antibodi. Pada paparan berikutnya antibodi berikatan dengan permukaan sel untuk menampilkan alergen. emudian# sistem komplemen lainnya diakti,kan dan sel men!adi lisis atau antibodi yang terbentuk bertindak sebagai opsonin dan sel ,agosit yang
tertarik. erusakan !aringan khusus# tergantung pada distribusi dari permukaan sel alergen. 8elum !elas !ika reaksi tipe II terlibat dalam pembentukan ge!ala alergi.
Reaksi Tipe III Pada paparan pertama# alergen mempengaruhi respon dari sel 8 dengan memproduksi
antibodi. Pada paparan kedua# alergen beredar dalam sirkulasi darah berikatan dengan antibodi untuk membentuk kompleks imun. etika !umlah antigen yang lebih besar tampak# kompleks imun tadi men!adi banyak# besar dan irregular dan mereka tidak dapat disingkirkan seara epat oleh sistem retikuloendotelial. ompleks tadi berikatan dengan endothelium dari pembuluh darah keil dan membentuk respon in,lamasi (edema# In,iltrat selular) sampai komplemen men!adi akti,. +,ek samping dari kerusakan !aringan tergantung dari !umlah deposit dari kompleks tadi. Reaksi Tipe IV hipersensitivitas tipe lambat Pada paparan pertama alergen merangsang sel . pada paparan kedua allergen
ditemukan pada permukaan sel target. -ebelumnya merangsang sel kemudian sel target lisis dan respon in,lamasi terbentuk. (2) III. INDIKASI PEERIKSAAN TES ALERGI !"#$% -eara umum indikasi pemeriksaan alergi pada seseorang berdasarkan kondisi yang
dialami. abel 1. Indikasi untuk pemeriksaan tes alergi ondisi 3hinitis
Indikasi 7e!ala
tidak
dapat
dikontrol
dengan
pemberian medikamentosa dan diperlukan kepastian untuk mengetahui !enis alergen sehingga
kemudian
hari
alergen
dapat
dihindari Asma
Asma persisten pada pasien yang terpapar alergen di dalam ruang
$ugaan alergi makanan
-ebelumnya
didapatkan
dugaan
reaksi
dugaan
reaksi
sistemik terhadap makanan $ugaan alergi obat
-ebelumnya
didapatkan
sistemik terhadap obat dan indikasi klinis untuk obat yang diduga $ugaan binatang
alergi
gigitan -ebelumnya
didapatkan
dugaan
reaksi
sistemik terhadap sengatan binatang
IV. PEERIKSAAN TES ALERGI Pemeriksaan untuk diagnosis alergi inhalan dapat dilakukan seara in "i"o dan in "itro
untuk alergi terhadap alergen yang spesi,ik. es ini diindikasikan tidak hanya pada pasien alergi sa!a# namun !uga pada terkena alergen yang spesi,ik. es pada inhalasi relati, lebih sederhana# se!ak mekanisme ter!adinya diketahui (Ig+ mediator reaksi tipe I) dan reaksi alergi inhalasi bisa didapatkan dalam beberapa menit. 8agaimanapun bisa didapatkan sebuah hasil yang positi, %alaupun tanpa ge!ala klinik.
(2)
A. ET&DE IN VIV& 8erbagai metode in "i"o digunakan dalam penelitian sistem immunoglobulin maupun
sistem seluler.(1) tes alergi seara in "i"o terdiri atas dua kategori 4 u!i kulit dan u!i tantangan pada organ (tes pro"okasi). (9) :!i kulit merupakan ara in "i"o utama dalam mengenali Ig+ atau antibodi reagenik. 3eaksi ini ter!adi beberapa menit setelah masuknya alergen. Alergen berinteraksi dengan antibodi reagenik yang melekat pada sel pelepas ;at mediator. Akibatnya ter!adi suatu peradangan atau pembengkakan segera# demikian pula suatu reaksi ,ase lambat. Pengu!ian dapat dilakukan dengan menggunakan suatu !arum atau garukan dan in!eksi intradermal. (1) '. Pemeriksaan Tes K(lit :!i kulit sampai saat ini masih dilakukan seara luas untuk menun!ang diagnosis alergi terhadap alergen'alergen tertentu.
(&)
u!uan tes kulit pada alergi adalah untuk menentukan maam alergen sehingga dikemudian hari bisa dihindari dan !uga untuk menentukan dasar pemberian
imunoterapi. (=)
allergen inhalan# makanan atau bisa serangga. es intradermal biasa dilakukan pada alergi obat dan alergi bisa serangga. Path test (epiutaneus test) biasanya untuk melakukan tes pada dermatitis kontak.
(=#10)
a. S)ra)th * Epi)(tane(s Tes Ini merupakan tehnik yang paling a%al ditemukan oleh harles 8lakley pada tahun
1=5. Pemeriksaan ini didasari dengan membuat laserasi super,iial keil dari & mm pada kulit pasien dan diikuti dengan men!atuhkan antigen konsentrat. euntungan 4 o Aman# !arang menyebabkan reaksi sistemik o erdapat kekurangan pada reaksi kulit tipe lambat o onstrate yang digunakan nilai ekonominya lebih baik dan mempunyai daya hidup yang
o o o
lama. erugian 4 er!adi ,alse positi, (akibat iritasi pada kulit dibandingkan dengan reaksi alergi) >ebih menyakitkan idak reproducible sebagai intradermal skin test arena kurang reproducibility dan berbagai gambaran dibelakang# bentuk tes ini tidak direkomendasikan lagi sebagai prosedur diagnostik pada Alergi panel dari AMA Council Of Scientific Affairs .(2)
b. Pri)k * Epi)(tane(s ehnik ini pertama kali di!elaskan oleh >e%is dan 7rant pada tahun 19&6. /al ini
digambarkan dimana satu tetesan konsentrat antigen ke dalam kulit . kemudian !arum steril &6 7 melalui tetesan tadi ditusukkan ke dalam kulit bagian super,iial sehingga tidak berdarah. Variasi dari tes ini adalah dengan menggunakan applikator sekali pakai dengan delapan mata !arum yang bisa digunakan. $igunakan seara simultan dengan 6 antigen dan ontrol positi, (histmin) dan kontrol negati"e (glyserin).
(2)
(a)
(b)
() 7ambar 1. eterangan 4 a. >engan atas yang diteteskan ;at allergen b. Penetesan allergen . 3eaksi pada pemeriksaan skin prik test (9)
o o o
o o o
euntungan 4 epat
(2)
ontraindikasi -kin Prik est (=#11) Penderita dengan ri%ayat yang meyakinkan adanya reaksi ana,ilaksis terhadap allergen. Penderita dengan ge!ala alergi terhadap makanan sampai dengan ge!ala yang timbul stabil. Penderita dengan penyakit kulit misalnya urtikaria# ->+ dan lesi yang luas pada kulit. Persiapan tes ukit (-kin Prik est) -ebagai dokter pemeriksa kita perlu menanyakan ri%ayat per!alanan penyakit pasien# ge!ala dan tanda yang ada yang membuat pemeriksa bisa memperkirakan !enis alergen# apakah alergi ini terkait seara genetik dan bisa membedakan apakah !ustru penyakit non alergi# misalnya in,eksi atau kelainan anatomis atau penyakit lain yang gambarannya menyerupai alergi. (=) Persiapan yang harus dilakukan antara lain (#=#11) 4 1. Persiapan bahan@material ekstrak alergen 4 7unakan material yang belum kadalu%arsa 7unakan esktrak alergen yang terstandarisasi &. Persiapan penderita 4 (11) atau 2 5 hari sebelum
tes.(=)
dan topial steroid minimal 5 hari sebelum tes. -teroid oral dan obat inhalasi untuk
asma tidak perlu dihentikan. :sia 4 Pada bayi dan usia lan!ut tes kulit kurang memberikan reaksi# %alaupun
sebenarnya tes ini tidak mempunyai batasan umur. Pada penderita dengan keganasan# lim,oma# sarkoidosis# diabetes neuropati !uga ter!adi
penurunan terhadap reakti"itas terhadap tes kulit ini. . Persiapan pemeriksa 4 ehnik dan keterampilan pemeriksa perlu dipersiapkan agar tidak ter!adi interprestasi yang salah akibat tehnik dan pengertian yang kurang dipahami oleh pemeriksa. eterampilan tehnik melakukan ukit ehnik menempatkan lokasi ukitan karena ada tempat yang reakti"itas tinggi dan ada yang rendah. 8erurutan dari lokasi yang reakti,itasnya tinggi sampai rendah 4 bagian ba%ah punggung lengan atas siku lengan ba%ah sisi ulnar sisi radial pergelangan tangan. Prosedur es ukit (#=#11) -ebelum melakukan tes ukit pada penderita dilakukan terlebih dahulu in,orm onsent. Pada penderita de%asa yang telah mengerti dapat di!elaskan seara langsung prosedur pemeriksaan dan apa yang akan mereka rasakan. -edangkan pada penderita yang masih keil maka diberikan pen!elasan kepada orang tua mereka. es ukit sering kali dilakukan pada bagian "olar lengan ba%ah. Pertama dilakukan desin,eksi dengan alkohol pada area "olar dan ditandai area yang akan ditetesi dengan ekstrak allergen. anda yang diberikan mempunyai !arak antara satu dengan yang lain sekitar &' m. +kstrak allergen diteteskan satu tetes larutan allergen (histamine@ontrol positi,) dan larutan kontrol (bu,,er@ontrol negati"e) menggunakan !arum ukuran &6 B 7 atau &5 7 atau blood lanet. emudian diukitkan dengan sudut kemiringan 2
0
menembus lapisan epidermis
dengan u!ung !arum menghadap ke atas tanpa menimbulkan perdarahan. indakan ini mengakibatkan se!umlah alergen memasuki kulit. es dibaa setelah 12 &0 menit dengan menilai bentol yang timbul.
A
B
7ambar &. eterangan 4 A. -udut melakukan ukit pada kulit dengan lanet 8. ontoh reaksi hasil positi, pada tes ukit Interprestasi tes ukit (#=) :ntuk menilai ukuran bentol berdasarkan The Standardization Committee of orthern !Scandinavian" Society of Aller#olo#y dengan membandingkan bentol yang timbul
akibat alergen dengan bentol positi, histamin dan bentol negati, larutan kontrol. Adapun
-
penilaiannya sebagai berikut 4 8entol histamin dinilai sebagai CCC (C) 8entol larutan kontrol dinilai negati, (') $era!at bentol C (C1) dan CC(C&) digunakan bila bentol yang timbul besarnya antara
-
bentol histamin dan larutan kontrol. :ntuk bentol yang ukurannya & kali lebih besar dari diameter bento histamin dinilai CCC
-
C (C).
$i Amerika ara menilai ukuran bentol menurut 8ousquet (&001) seperti dikutip 3usmono sebagai berikut 4 '0 4 reaksi (') ' 1C 4 diameter bentol ' &C 4 diameter bentol ' C 4 diameter bentol ' C 4 diameter bentol
1 mm dari kontrol (') 1'mm dari kontrol (') '2 mm dari kontrol (') 2 mm dari kontrol (') disertai eritema.
esalahan yan sering ter!adi pada -kin Prik est (=) a. es dilakukan pada !arak yang sangat berdekatan ( D & m ) b. er!adi perdarahan# yang memungkinkan ter!adi false positive . . eknik ukitan yang kurang benar sehingga penetrasi eksrak ke kulit kurang# memungkinkan ter!adinya false$ne#ative. d.
kenaikan sensiti"itas merupakan tu!uan pokok dari pemeriksaan (misalnya ketika skin prik test memberikan hasil negati, %alaupun mempunyai ri%ayat yang ook terhadap paparan). es intradermal lebih sensiti"e namun kurang spesi,ik dibandingkan dengan skin prik test terhadap sebagian besar alergen# tetapi lebih baik daripada u!i kulit lainnya dalam mengakses hipersensiti"itas terhadap %ymenoptera (gigitan serangga) dan penisilin atau alergen dengan potensi yang rendah. (#9#) 3obert ooke memberikan gambaran pertama kali untuk tes intradermal pada tahun 1912. ehnik pemeriksaannya mengalami beberapa modi,ikasi se!ak saat itu. Pada saat ini prosedur tes intradermal digambarkan dengan menggunakan !arum &6 7 untuk menyuntikkan seara intradermal sebagian dari antigen# berbagai maam laporan mengatakan batasannya 0#01 0#02 ml. batasan dari konsentrasi ekstrak adalah 1 4
200 sampai 1 4 1000. est di nilai setelah 10 12 menit. Pada kasus tertentu baru dapat dibaa setelah & = !am. (10) +ritem dan bentol merupakan tanda dan tingkatan dalam skala sub!ekti, adalah 0 ' C. (2#1&)
7ambar . Intradermal skin test http*,,---.aller/)apital.)0m.a(,Paes,alltest.html
euntungan 4 >ebih sensiti"e (dapat mendeteksi alergi dengan kadar rendah) >ebih reproducible dalam satu tempat erugian 4 >ebih bersi,at kualitati, daripada kuantitati, ingkat dalam respon lebih bersi,at sub!ekti, idak ada standarisasi dalam banyaknya dosis atau konsentrasinya
(2)
+. Pa)th Test es path merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi ;at yang memberikan
alergi !ika ter!adi kontak langsung dengan kulit.
dibiarkan selama = sampai 5& !am. emudian diperiksa apakah ada tanda reaksi alergi yang dilihat dari bentol yang munul dan %arna kemerahan. (10#1)
A
B
http4@@%%%.allergylini.[email protected]
7ambar . eterangan 4 A. Alergen dimasukkan ke dalam ruang aluminium 8. >ogam aluminium di tempelkan di punggung /asil yang dinilai atau didapatkan bisa berupa 4 egati, (') 3eaksi iritasi (I3)
atau luka. 3eaksi yang rele"an tergantung dari !enis dermatitis dan allergen yang spesi,ik. Interprestasi dari hasil yang didapatkan membutuhkan pengalaman dan latihan. (1)
http4@@%%%.dermnetn;.org@proedures@path'tests.html
7ambar 2. eterangan 4 A F 8 /asil positi, dari tes tempel (Path es) . 3eaksi CC $. 3eaksi CCC Gang harus dipersiapkan pada saat melakukan pemeriksaan adalah 4 Persiapan penderita 8agian punggung tempat akan dilakukan pemeriksaan !angan terkena sinar matahari
kurang lebih minggu sebelum pemeriksaan.
dibutuhkan /indari pemakaian kosmetik# ream dan detergen untuk sementara %aktu supaya tidak
memberikan hasil positi, palsu.
8a%a atau kirim bahan yang akan dites paling lambat 1 minggu sebelum pertemuan
pertama dilakukan sehingga pemeriksa bisa mempersiapkan untuk tes !ika dibutuhkan. ?umlah yang dibutuhkan sedikit hanya beberapa tetes atau butir. 8ahan diberikan label dan nama dan buatlah lembaran da,tar bahan !ika
memungkinkan. Identi,ikai !enis makanan dan tumbuhan (!ika rele"an) kalau bisa beli yang masih segar
untuk pertemuan pertamaH gunakan es untuk lebih membantu. 8a%a kosmestik yang telah diseleksi untuk dites (lebih dari 10 !enis) termasuk at kuku# pelembab# ream matahari# par,um# sampho. -abun tidak biasa digunakan untuk tes
(karena biasa menyebabkan reaksi !ika diletakkan di kulit untuk & hari) 8a%a semua ointment# ream dan lotion yang biasa digunakan baik yang diresepkan
maupun yang tidak diresepkan. 8agian dari pakaian seperti sarung tangan karet dan kaus kaki untuk di tes4 1 m dari bahan tersebut perlu diambil. (1)
1. Pemeriksaan U2i Pr0v0kasi Hi+(n !Nasal Pr0v0)ati0n Test% es ini merupakan ara menilai yang paling baik untuk rhinitis alergi. /anya ini metode
yang digunakan dengan menempatkan seara langsung allergen spesi,ik terhadap mukosa hidung.
antisera terhadap kelas immunoglobulin ini. /al ini membuka !alan untuk pelaksanaan peneraan imun. (1) elah ditemukan beberapa ara pemeriksaan in "itro terhadap alergi# yang pertama sekali yaitu metode u!i &adioaler#osorbent (3A-) yang kemudian mendapat modi,ikasi# 'nzyme$lin(ed immunoassay (+>I-A) (1##) dan beberapa metode
baru yang terus ditemukan sesuai dengan perkembangan teknologi. amun pada penulisan ini hanya dibahas mengenai metode pemeriksaan 3A- dan +>I-A. Indikasi untuk tes seara in "itro Pasien yang tidak respon terhadap ontrol lingkungan dan pengobatan konser"ati,. ekha%atiran pada bayi dan anak yang sensiti"e terhadap reaksi atopi Pasien yang tidak mungkin diberhentikan pengobatan yang mungkin mempengaruhi pada pemeriksaan u!i kulit Pasien dengan reaksi yang !elek pada imunoterapi +"aluasi indi"idu yang sensiti"e ketika diprakarsai imunoterapi pada pasien atopi. Pemindahan pasien alergi pada imunoterapi -ensiti"e terhadap raun (2) $iagnosis reaksi sensiti"e Ig+ pada makanan ontra indikasi untuk tes seara in"itro Pasien dengan positi, ri%ayat sensiti"itas dimana dengan terapi non spesi,ik dapat e,ekti, untuk mengurangi ge!ala. Pasien atopi yang asimtomatik terutama dalam imunoterapi Pasien dengan ge!ala namun pada u!i kulit negati"e Pasien dengan total Ig+ le"el diba%ah 10 :@ml (2) Pasien dengan diagnosis gangguan penghantar non Ig+ '. et0+e RAST
dalam suatu akram kertas selulosa (alegosorben) yang mengikat Ig+ spesi,ik (dan klas antibody lain) dari serum selama masa inkubasi pertama. ase padat terikat immunoglobulin kemudian diui dan pada inkubasi kedua ditambahkan suatu anti Ig+ berlabel isotop I'1&2 (,) atau anti Ig+ berlabel en;im (,). -etelah penuian selan!utnya radioakti"itas yang terikat Ig+ pada akram kemudian dihitung# atau pada antibody yang berlabel en;im# dilakukan suatu inkubasi substrat agar dihasilkan suatu produk ber%arna atau ber,luoresensi. 3adioakti"itas terikat akram atau kuantitas produk yang dihasilkan akti"itas en;im dihubungkan dengan Ig+ terikat akram memakai sumber serum ru!ukan dari speimen yang tidak diketahui diinterpolasikan terhadap serum ini. Perlu ditekankan bah%a system penilaian untuk semua proses ini belum sepenuhnya dikaitkan dengan gambaran klinis. -eara umum nilai yang tinggi dapat ditemukan pada beberapa pasien non alergi namun dapat pula tidak ditemukan pada indi"idu alergi. $emikian pula nilai yang rendah dapat ditemukan pada indi"idu
alergi
seperti
!uga
indi"idu
non
alergi.
-eluruh
hasil
perhitungan
harus
diinterprestasikan dalam kaitannya dengan anamnesis. (1#2) -etelah dimodi,ikasi selama bertahun'tahun# 3A- orisinil kini telah dipasarkan untuk pengukuran Ig+ spesi,ik dalam serum manusia. /asil'hasil relati"e dari system yang lebih baru ini masih belum dinilai. Pada dasarnya# kebanyakan system peneraan mempunyai system yang serupa dengan 3A-. (1) 8ermaam'maam modi,ikasi tehnik radioimmumoassay (3IA) telah dikembangkan untuk menyederhanakan dan memudahkan penggunaannya serta meningkatkan sensiti"itas maupun spesi,itas. $alam garis besar ada & maam metode# yaitu metode yang berdasarkan reaksi antigen antibody dalam larutan ( li)uid fase) dan yang berdasarkan reaksi antigen antibody pada benda padat atau partikel ( solid phase). Pada umumnya tehnik 3IA dalam larutan menggunakan prinsip kompetiti,# yaitu mereaksikan antigen (Ag) yang tidak dilabel dan terdapat dalam speimen# bersama Ag yang dilabel
1&2
I (AgJ) dengan antibody (Ab) spesi,ik# sehingga Ag berlabel (AgJ) dan Ag
dalam speimen akan berkompetisi untuk mengikat Ab membentuk kompleks AgJ'Ab' Ag. Apabila kadar AgJ sebelum reaksi diketahui# maka sisa AgJ yang tidak bereaksi atau yang terikat pada kompleks dapat diukur radioakti"itasnya dan hasilnya merupakan parameter kadar Ag dalam speimen. $i samping tehnik kompetiti,# ada !uga tehnik non kompetiti, dengan ara melekatkan Ag atau Ab pada suatu partikel kemudian mereaksikannya dengan speimen yang diu!i. Apabila yang diu!i adalah antigen# maka partikel dilapisi dengan Ab spesi,ik# kemudian direaksikan dengan speimen. -etelah itu ditambahkan Ab berlabel
1&2
I (AbJ)# kemudian kompleks Ab'Ag'AbJ dipisahkan dan
diukur radioakti"itasnya. 8anyaknya AbJ yang terikat merupakan ukuran untuk kadar Ag dalam speimen. ehnik ini disebut tehnik sandwich dan merupakan tehnik yang banyak digunakan. -uatu modi,ikasi tehnik sand%ih adalah setelah speimen direaksikan dengan partikel berlapis Ab# ditambahkan Ab spesi,ik yang tidak berlabel# baru kemudian dibubuhkan anti Ig uni"ersal berlabel
1&2
I (anti IgJ). (&)
1. et0+e Elisa ! Enzyme Linked Immunosorbent Assay % Prinsip tehnik +>I-A sama dengan tehnik 3IA# hanya sa!a pada tehnik +>I-A indiator
(label) yang digunakan adalah en;im dan bukan radioisotope. elebihan tehnik +>I-A adalah 4 ukup sensiti"e# reagen mempunyai %aktu paruh yang lebih pan!ang
dibandingkan reagen 3IA# dapat menggunakan spektro,otometer biasa dan mudah dilakukan automatisasi# dan yang paling penting adalah tidak mengandung bahaya radioakti,. -eperti halnya pada tehnik 3IA# pada tehnik +>I-A !uga dikenal metode kompetiti, dan non kompetiti,. Apabila Ab digunakan untuk melapisi partikel maka metode ini sering disebut capture# karena antigen dalam speimen seolah ditangkap oleh matriks yang dilapisi Ab. ase solid atau partikel yang dapat digunakan bermaam' maam# diantaranya plasti# nitroselulosa# agarose# gelas# polyarylamida# dan dekstran. 8ergantung pada apa yang ingin diu!i# pada tehnik +>I-A harus ada antibody atau antigen yang dikon!ugasikan dengan en;im dan substrat yang sesuai. +n;im yang paling disukai untuk digunakan adalah ,os,atase alkali (AP) dan horseradish pero*idase (/3P) sedangkan substrat yang paling sering digunakan adalah o$phenylenediamine (KP$)# dan tetramethylbenzidine (<8). -ubstrat para$nitrophenylphospate (pPP) dapat dipilih apabila en;im yang digunakan adalah ,os,atase alkali. /idrolisis substrat oleh en;im biasanya berlangsung dalam %aktu tertentu dan reaksi dihentikan dengan membubuhkan asam atau basa kuat. arena banyaknya antibody berlabel en;im (Ab +) yang terikat pada kompleks Ag ' Ab + sesuai dengan kadar Ag dalam speimen# maka banyaknya en;im yang terikat pada kompleks dan intensitas %arna yang timbul setelah substrat dihidrolisis oleh en;im yang terikat pada kompleks Ag ' Ab + merupakan untuk kadar Ag yang diu!i. (&)
-
euntungan tes seara in "itro ebih spesi,ik daripada tes u!i kulit
-
menetapkan dosis a%al imunoterapi Aman pada pasien dengan penggunaan beta bloker
-
-
ekurangan tes seara in"itro >ebih mahal dalam biaya $ibutuhkan alat laboratorium khusus dan pelatihan terhadap tehnisi urang sensiti, dibandingkan dengan tes u!i kulit.
KESIPULAN
Istilah alergi dikemukan pertama kali oleh Von Pirquet pada tahun 1906 yang pada dasarnya menakup baik respon imun berlebihan yang menguntungkan seperti yang ter!adi pada "aksinasi# maupun mekanisme yang merugikan dan menimbulkan
penyakit. Penyakit alergi umum didapatkan dalam praktek sehari'hari# dan akhir'akhir ini telah
ter!adi peningkatan dalam angka ke!adian alergi. $iperlukan metode yang baik dalam mendeteksi alergi dan dikenal dua !enis
pemeriksaan yaitu seara in "i"o dan seara in"itro Pemeriksaan seara in "i"o terdiri dari u!i kulit (srath test# skin prik test# intradermal
test# dan path test) dan u!i pro"okasi. -edangkan seara in "itro banyak !enis metode yang telah dikembangkan namun yang sering digunakan adalah metode 3A- (3IA) dengan menggunakan radioisotope dan
metode +>I-A yang menggunakan en;im. Pemeriksaan seara in "i"o lebih sensiti"e daripada seara in"itro.
DA4TAR PUSTAKA 1. K7I 4 $iagnosis dan Prosedur >aboratorium# +disi eempat# etakan ke 8alai Penerbit akultas edokteran :ni"ersitas Indonesia# ?akarta# &005# /al 4 12 =. . ?ames .>im <$# P/.$ Allergy esting dalam ?ournal Amerian amily Physiian# "olume 66# nomor # aboratory 3esult -kin Prik esting and In Vitro Assays ,or Allergi -ensiti"ity# dalam Australian Presriber# "olume &2# nomor # &00&. 2. .?.>++# <$# A-# Immunology dan Allergy in +ssential Kto laryngology /ead and ek -urgery# +ight +dition in International +dition# K7I +$K+3A# +disi 3e"isi# 8inarupa Aksara# ?akarta# 199
=. /enny artika%ati# es ukit (-kin Prik est) Pada $iagnosis Penyakit Alergi# 8agian Ilmu esehatan elinga /idung enggorokan 8edah epala >eher akultas edokteran
:ni"ersitas
$ipenogoro
3-.
ariadi
-emarang#
http4@@hennykartika.%ordpress.om@&005@0@0=@skin'test@ 9. Anonymous# Alergy esting in I7A /+A>/A3+ KV+3A7+ PK-IIK. 10. ?onathan 8rosto,,# Pro,.
&005.
est.
http4@@%%%.allergylini.[email protected] 11. Adrian o%e $r. Path esting# ational +;ema -oiety /iil /ouse# /ighgate /ill >ondon# 19 2A. %%%.+;ema.org 1. Anonymous# Path est (onta Allergy esting)# e% Mealand $ermatology -oiety Inorporated. %%%.dermnetn;.org 12. Anonymous# Allergy esting $esription o, Proedure or -er"ie# orporate