II.
PEMBAHASAN TEORI FUNGSI
Menurut beberapa modernis, fungsi dapat digunakan sebagai bahan identifikasi bentuk. Menurut Geoffrey Broadbent, fungsi terdiri atas 6 yaitu Environmental Filter, Container Activity, Capital Investment, Symbolic Function, Behavior, serta Aesthetic Function. Keenam fungsi tersebut dikenal dengan sebutan konsep Multifungsionalitas Arsitektur.
Gambar II.1. Konsep II.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur. Sumber : academia.edu Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 14:57.
Berikut adalah pengertian beserta contoh pengaplikasian teori multifungsionalitas pada perancangan konsep, yaitu sebagai berikut : 1.
Environmental Filter (Penangkal Faktor Lingkungan)
Bangunan bisa mengontrol iklim. Bangunan berperan sebagai saringan atau filter antara lingkungan luar dengan aktivitas yang akan kita lakukan. Bangunan dapat membantu kita untuk membuat kondisi-kondisi agar aktivitas-aktivitas dapat dilaksanakan dengan menyenangkan dan dalam kenyamanan. Contoh penerapan Environmental Filter pada bangunan yaitu suasana dibuat dapat memberikan suatu daya tarik bagi lingkungan sekitar sehingga memberi kesan menyatu dengan bangunan lainnya. Fungsi Environmental Filter diaplikasikan pada bangunan karya Frank Lloyd Wright yaitu Falling water. Salah satu desain Frank Lloyd Wright yang terkenal yaitu desain yang menyatu dengan alam. Frank Lloyd merancang desain rumah yang disebut fallingwater yang menghubungkan interaksi manusia,arsitektur dengan alam.Desain rumah yang terpadu dengan alam membuat orang yang tinggal didalamnya terasa cukup nyaman serta dapat melihat melihat pemandangan yang cukup indah.pengaturan cahaya masuk kedalam rumah sangat baik,ketika siang hari pencahayaan yang dihasilkan tidak terlalu banyak sehingga menimbulkan ruangan tersebut tidak terlalu panas karena dukungan alam dan tumbuhan disekitar rumah tersebut.
Gambar II.2. Falling water karya Frank Lloyd Wright. Sumber : https://raterfucker.wordpress.com. Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 15:52
Salah satu desain Frank Lloyd Wright yang terkenal yaitu desain yang menyatu dengan alam.Frank Lloyd merancang desain rumah yang disebut fallingwater yang menghubungkan interaksi manusia,arsitektur dengan alam.Desain rumah yang terpadu dengan alam membuat orang yang tinggal didalamnya terasa cukup nyaman serta dapat melihat melihat pemandangan yang cukup indah.pengaturan cahaya masuk kedalam rumah sangat baik,ketika siang hari pencahayaan yang dihasilkan tidak terlalu banyak sehingga menimbulkan ruangan tersebut tidak terlalu panas karena dukungan alam dan tumbuhan disekitar rumah tersebut.
Gambar II.3. The Dessert House – California. Sumber : https://raterfucker.wordpress.com. Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 15:52
Layaknya hewan armadilo, sebuah rumah yang digarap oleh Ken Kellogg ini mempunyai arsitektur dengan atap yang berlapis yang dapat melindungi rumah tersebut dari terpaan angin kencang dan panasnya suhu di gurun. Dengan menggunakan bahan-bahan bangunan seperti biasanya, rumah ini seperti sebuah batu organik besar diantara bebatuan dan pasir gurun. 2.
Container Activity (Wadah Kegiatan)
Pengertian Container ini lebih mengacu pada fungi perwadahan aktifitas. Dalam arti bahwa bentukan arsitektur yang fungsional secara fisik adalah sesuatu yang mampu mewadahi suatu kegiatan/aktifitas tertentu, sehingga penikmat dapat merasa aman dan nyaman. Contoh penerapan fungsi container activity pada bangunan yaitu dengan dibuatnya hall atau lobby sebagai perwadahan aktifitas. Berikut adalah contoh penerapan pada bangunan yaitu :
Gambar II.4. Mama Shelter-Paris. Sumber : http://infomanier.blogspot.co.id/2012/06/5-lobby-hotel-termewah-didunia.html Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 16:21
Dua nama yang sudah tak asing lagi di dunia perhotelan kelas berat asal Prancis, mantan direktur eksekutif Club Med Serge Trigano dan ultra-desainer Philippe Starck, berpasangan untuk menyulap sebuah lahan parkir di jalan Arondisemen nomor 20 yang jauh dari kata menarik menjadi sebuah hotel trendy 172 kamar. Sentuhan sihir Philippe Starck hadir di setiap sudut ruangan lobi, dari lantai, dinding, hingga langit-langit hotel yang dia ramaikan dengan kursi berbentuk tunggul pohon dari emas dan perak, tirai yang berdekorasi empat-daun cengkeh, hingga mata yang mengambang di langit-langit yang dilapisi dengan papan tulis yang penuh dengan kalimat dan diagram.
Gambar II.5. La Purificadora, Puebla. Sumber : http://infomanier.blogspot.co.id/2012/06/5-lobby-hotel-termewah-didunia.html Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 16:21
Sejarah kota Puebla sebagai lokasi pengemasan air botol abad ke-19 terekam sempurna dari 26 kamar di hotel La Purificadora. Namun untuk bisa benar-benar merasakannya, tak ada tempat lain yang lebih sempurna selain di lobi hotel yang menakjubkan dengan desain udara terbukanya. Arsitek terkenal asal Meksiko , Ricardo Legorreta, mempertahankan dinding batu batu dan gerbang yang melengkung, dan membangun sebuah tangga batu vulkanik dengan aliran air yang dramatis. Legorreta juga merayakan area lobi dengan warisan Katolik lama, yaitu sofa dalam warna ungu-uskup yang merona.
3.
Capital Investment (Fungsi Investasi Modal)
Dalam pengertian ini bangunan dapat memberikan nilai lebih pada tapak. Keduanya dapat menjadi sumber investasi yang baik. Contoh penerapan pada fungsi Capital Investment pada bangunan yaitu Hotel bisnis. Hotel Bisnis ini bertujuan untuk mencari keuntungan. Keuntungan yang diinvestasikan melalui objek ini berupa keuntungan profit dan benefit. Keuntungan profit didapat melalui pemakaian fungsi ruang yang ada serta jumlah pengunjung. Sedangkan keuntungan benefit diperoleh melalui manfaat yang didapat dari pengunjung/pemakai akan fasilitas yang ada pada Hotel Bisnis ini. Misalnya Hotel bisnis The park Lane dan Hotel Gran Melia yang masing-masing berlokasi di Jakarta.
Gambar II.6. Hotel The Park Land-Jakarta. Sumber : jaringnews.com Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 16:45
Gambar II.7. Hotel Gran Melia-Jakarta. Sumber : www.azuretopia.com Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 16:49
4.
Symbolic Function
Fungsi simbolik, bangunan dapat memberikan nilai-nilai simbolik terutama pada kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan atau berhubungan erat dengan kebudayaan.
Contoh penerapan fungsi Simbolik ini yaitu memberikan simbol budaya maupun keagamaan pada bangunan dengan memasukkan unsur-unsur yang berkaitan dengan daerah dimana objek berada.
Gambar II.8. Rumah adat Toraja. Sumber : rumahbagus.info Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 17:11
Gambar II.8. Jam Gadang-Bukittinggi. Sumber : http://www.daftarmenarik.com/2014/11/10-bangunan-bersejarah-di-indonesia.html Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 17:24
5.
Behavior (Perilaku)
Pada fungsi behavior modifier, bangunan dapat mengubah perilaku dan kebiasaan, sesuai dengan suasana ruang. Pengaplikasian fungsi Behavior sendiri dapat diterapkan pada bangunan sebagai berikut : -
Penggunaan material pada dinding, kolom, dan balok berbeda pada setiap ruangan menjadikan fungsi pembentuk perilaku.
-
Disekitar pedestrian way ditanami tumbuhan sepanjang jalan dan lampu jalan sebagaimana fungsi pengantar pengunjung menuju pintu masuk.
Gambar II.9&10. Penggunaan tanaman dan lampu jalan sebagai pengarah atau penunjuk jalan. Sumber :www.beritasatu.com Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 17:57
6.
Aesthetic Function (Estetika)
Maksudnya adalah bangunan akan terlihat lebih baik dengan tampilan yang dianggap cantik atau bagus sesuai dengan imajinasi serta asas tertentu dari standar visual yang telah ada. Contoh penerapan fungsi estetika ini yaitu sebagai berikut : -
Pada entrance diekspose kolom-kolom bulat selain berfungsi sebagai struktur berfungsi juga sebagai estetika.
-
Pada bagian badan bangunan lebih menekankan pada keseimbangan bangunan, baik itu keseimbangan bentuk, grid dan struktur yang kesemuanya nampak pada tampilan bangunan dan unsur kajian tipologi objek terhadap bangunan lain.
Gambar II.11&12. Tempat peribadatan. Sumber : regional.warta.co Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 18:02
TEORI RUANG Menurut Lao Tzu
Ruang adalah ” kekosongan ” yang ada di sekitar kita maupun disekitar obtek atau benda. Ruang yang ada di dalamnya lebih hakiki ketimbang materialnya/masanya. Kekosongan yang terbingkaikan adalah sebagai transisi yang memisahkan arsitektur dengan fundamental, ada Tiga Tahapan hirarki ruang : 1. ruang adalah hasil serangkaian secara tektonik 2. ruang yang dilingkupi bentuk 3. ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan antara dunia di dalam dan dunia di luar. Menurut Plato
Ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan terab, mejadi teraba karena memiki karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato menginginkan : kini, segala sesuatunya harus berwadaq, kasat mata, dan teraba. Ruang adalah sebagai tempat( topos ), tempat ( topos ) sebagai suatu dimana, atau suatu place of belonging, uang menjadi lokasi yang tepat diman setiap elemen fisik cenderung berada. Arsitoteles mengatakan : wadaq- wadaq sementara bergerak keatas dan
kebawah menuju tempatnya yang tepat dan setiap hal berada di suatu tempat, yakni dalam suatu tempat. ” suatu tempat, atau ruang, tidak dapat memiliki sesuatu wadaq. ( cornelis van de ven, 1995 ). Karakteristik dari ruang dirangkum menjadi lima butir : 1) Tempat melingkupi objek yang ada padanya 2) Tempat bukan bagian yang di linkunginya 3) Tempat dari suatu objek yang tidak lebih besar atau lebih kecil dari objek tersebut 4) Tempat dapat di tinggalkan oleh objek dan dapat di pisahkan dari objek 5) Tempat selau mengikuti objek walaupun objek terus bergerak Menurut Josef Prijotomo
Ruang adalah bagian dari bangunan yang berupa rongga, sela yang terletak diantara dua objek dan alam terbuka yang mengelilingi dan melingkupi kita. Tidak terlihat hanya dapat dirasakan oleh pendengaran, penciuman dan perabaan. Menurut Rudolf Amheim
Ruang adalah sesuatu yang dapat di bayangkan sebagai suatu kesatuan terbatas atau tak terbatas, seperti keadaan yang kosong yang sudah di siapkan untuk mengisi barang. Menurut Imanuel Kant
Ruang bukanlah merupakan sesuatu yang objektif atau nyata merupakan sesuatu yang subjektif sebagai hasil pikiran manusia. Ruang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia, baik secara Psikologi, emosional, dan dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak, menghayati, berfikir dan juga menciptakan dan menyatakan bentuk dinianya. Secara umum, ruang di bentuk oleh tiga pembentuk elemen ruangan yaitu : 1. Bidang Alas/Lantai ( The base Plane ). Oleh karena lantai Merupakan pendukung segala aktifitas kita di dalam ruangan. 2. Bidang Dinding/pembatas ( The vertical Space Devider ). Sebagai unsur perancangan bidang dinding dapat menyatu dengan bidang lantai atau sebagai bidang yang terpisah. 3. bidang atap/langit-langi ( The Overhead Plane ). Bidang atap adalah unsure pelindung utama dari suatu bangunan dan pelindung terhadap pengaruh iklim. 4. Hubungan Antara Penentu Keterangkuman Dan Kualitas Barangruang
Hubungan antara faktor-faktor penentu keterangkuman ruangan dengan kualitas ruang yang di hasilkannya disimpulkan sebagai berikut, yaitu : 1.
Penentu keterangkuman
2.
Kualitas ruangan
3.
Dimensi
4.
Proporsi
5.
Skala
6.
Wujud
7.
Konfigurasi Bentuk
8.
Definisi
9.
Permukaan
10.
Sisi-sisi
11.
Warna
12.
Tekstur
13.
Pola
14.
Bukaan Tingkat ketertutupan
15.
Cahaya
16.
Pandangan Sebagai contoh, hubungan antara penentu keterangkuman ruang DIMENSI dengan kualitas ruang yang dapat di hasilkannya
melalui SKALA dan PROFESI adalah bila kita ingin mendapatkan efek yang wajar, megah dan mencekam. Dalam contoh ini dimensi adalah ukuran panjang, lebar dan tinggi ruang. Skala wajar di hasilkan dengan dimensi panjang, lebar, dan tinggi ruang yang sebanding dengan tinggi manusia normal, contohnya pada bangunan rumah tinggal. Skala megah dapat di capai dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi ruang yang jauh lebih besar dari ukuran manusia normal, contohnya pada bangunan-bangunan monumental seperti istana, theatre dan lain sebagainya. Wujud adalah ciri-ciri pokok yang menentukan bentuk. Dengan membuat konfigurasi dari permukaan dan sisi, maka akan di hasilkan suatu wujud terentu pula. Semakin banyang konfigurasi dan wujud suatu banguna, akan semakin banyak ragam bentuk yang
di hasilkan. Bentuk-bentuk yang terjadi dari konfigurasi tersebut akan dapat memberikan baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pengamat dan pengguna ruang. Misalnya konfigurasi bentuk ruang segi banyak ( segi enam, segi delapan, dsb ), secara fisik akan mempengaruhi penataan perabot di dalamnya dan akan memberikan kesan kaku dan tegas terhadap ruang tersebut. Sedangkan bentuk ruang yang melenkung ( lingkaran, elipse, dsb ) akan memperjelas adanya continuitas permukaan-permukaan bentuk, kekompakan volume ruang dan kelembutan kontur. Faktor keterangkuman ruang PERMUKAAN DAN SISI akan menentukan kualitas ruang melalui WARNA, TEKSTUR, DAN POLA. Dengan memberikan warna dan tekstur pada permukaan-permukaan bidang pembentuk ruang ( lantai, dinding, dan langit-langit ) akan memberikan kesan tertentu pada ruang yang bersangkutan kesan yang di timbulkannya lebih bersifat psikologis dari pada bersifat fisik sebagai contoh, bila suatu ruang di beri warna-warna lembut dan cerah, maka ruang menjadi terasa lebih luas dan pada gilirannya akan menyebabkan pengguna ruang menjadi lebih tenang dan nyaman. Sebaliknya jika di beri warna-warna gelap dan warna-warna panas ( merah, kuning, jingga ) akan memberikan kesan sempit atau bersemangat demikian pula dengan tekstur, baik halus maupun kasar akan memnerikan kesan berbeda pada suatu ruang atau bangunan, misalnya pada bangunan yang menggunakan beton expose, maka kesan yang di timbulkan adalah bangunan yang berat dan kokoh. Pola yang di buat pada penyusun material penutup lantai ( keramik, marmer, granit, dll ) akan meningkatkan kualitas suatu ruang dari ruang yang ’ biasa- biasa’, saja menjadi ruang yang memiliki nilai estetika yang baik. Pola juga dapat memperkuat atau menyamarkan kesan yang sudah ada. Misalnya pada dinding yang tinggi atau tidak terlalu lebat di beri pola garis-garis vertikal masa dinding tersebut akan terasa menjadi lebih tinggi, tetapi jika di beri pola garis-gari horizontal maka akan menyamarkan ketinggiannya.
Contoh lain bisa kita ambil pada hubungan antara faktor keterangkuman ruang PERMUKAAN dengan kualitas yang di hasilkan dalam penyamanan ruang. Ukuran, rupa dan letak dari bukaan atau void didalam bentuk penutupan ruang yang terangkum akan mempengaruhi nilai/kulitas dari suatu ruang dalam hal : bentuk ruang yang terjadi, pencahayaan ruang dan penerangan pada permukaan-permukaan dan bentuk-bentuknya, serta pada fokus dan orierntasi akibat dari adanya bukaan.